lp mengioma
DESCRIPTION
Konsep dan Asuhan Keperawatan MengiomaTRANSCRIPT
DEFINISI
Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput
pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul
pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya
terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat
jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi.
Meningioma adala tumor otak jinak yang berasal dari sel-sel yang terdapat
pada lapisan meningen serta derivat-derivatnya. Di antara sel-sel meningen
itu belum dapat dipastikan sel mana yang membentuk tumor tetapi terdapat
hubungan erat antara tumor ini dengan villi arachnoid. Timbulnva meningioma
kebanvakan di tempat ditemukan banyak villi arachnoid. Dari observasi yang
dilakukan Mallary (1920) dan didukung Penfield (1923) didapatkan suatu konsep
bahwa sel yang membentuk tumor ini ialah fibroblast sehingga mereka
menyebutnya arachnoid fibroblast atau meningeal Fibroblastoma.3 Meningioma
berasal dari leptomening yang biasanya berkembang jinak. Gushing, 1922
menamakannya meningioma karena tumor ini yang berdekatan dengan
meningen.
Ahli patologi pada umumnya Iebih menyukai label histologi dari pada
label anatomi untuk suatu tumor. Namun istilah meningioma yang diajukan
Gushing (1922) ternyata dapat diterima dan didukung oleh Bailey dan Bucy
(1931).
Orville Bailey (1940) mengemukakan bahwa sel-sel arachnoid berasal dari
neural crest, sel-sel arachnoid disebut Cap cells; pendapat ini didukung
Harstadius (1950), bennula dari unsur ectoderm. Zuich tetap menggolongkan
meningioma ke dalam tumor mesodermal.
Gambar 1.1 Meningioma pada gambaran CT scan
ETILOLOGI
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun
beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang
jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Faktor-faktor terpenting sebagai
penyebab meningioma adalah trauma, kehamilan, dan virus. Pada penyelidikan
dilaporkan 1/3 dari meningioma mengalami trauma, Pada beberapa kasus ada
hubungan langsung antara tempat terjadinya trauma dengan tempat timbulnya
tumor. Sehingga disimpulkan bahwa penyebab timbulnya meningioma adalah
trauma. Beberapa penyelidikan berpendapat hanya sedikit bukti yang
menunjukkan adanya hubungan antara meningioma dengan trauma.
Dilaporkan juga bahwa meningioma ini sering timbul pada akhir
kehamilan, mungkin hal ini dapat dijelaskan atas dasar adanya hidrasi otak yang
meningkat pada saat itu. Teori lain menyatakan bahwa virus dapat juga sebagai
penyebabnya. Pada penyelidikan dengan light microscope ditemukan virus like
inclusion bodies dalam nuclei dari meningioma. Tetapi penyelidikan ini
kemudian dibantah bahwa pemeriksaan electron misroscope inclusion bodies ini
adalah proyeksi cytoplasma yang berada dalam membran inti.
Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan
asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiornas berisi kromosom
22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen
supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma
sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain
dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering tetjadi pada usia
muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan
pertumbuhan meningioma.
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor.
Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan
tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis
reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada
pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker,
atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan
meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien,
terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningioma
memlliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen,
dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada
jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum
sepenuhnya dipahami, dan demikian, sering kali menantang bagi dokter untuk
menasihati pasien perempuan mereka tentang penggunaan hormon jika
mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat hormon
dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati
bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat
kehamilan.
MANIFESTASI KLINIK
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor
pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh
terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada
nervus atau pembuluh darah). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa
pada gejala awal.
Meningioma tumbuhnya perlahan-lahan dan tanpa memberikan gejala-
gejala dalam waktu yang lama, bahkan sampai bertahun-tahun. Ini khas untuk
meningioma tetapi tidak pathognomonis. Diperkirakan meningioma intrakranial
yang merupakan 1,44% dari seluruh otopsi sebagian besar tidak menunjukkan
gejala-gejala dan didapatkan secara kebetulan. Dari permulaan sampai timbulnya
gejala-gejala rata-rata ± 26 bulan, dilaporkan juga gejala-gejala yang lama
timbulnya yaitu antara 20 — 30 tahun. Walaupun demikian gejala-gejala yang
cepat tidak menyingkir kan adanya meningoma.
Gejala-gejala umum, seperti juga pada tumor intracranial yang lain
misalnya sakit kepala, muntah-muntah, perubahan mental atau gejala-gejala fokal
seperti kejang-kejang, kelumpuhan, atau hemiplegia. Gejala umum ini sering
sudah ada sejak lama bahkan ada yang bertahun-tahun sebelum penderita
mendapat perawatan dan sebelum diagnosa ditegakkan.
Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala
Minis lain yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut:
1) kejang-kejang (±48%)
2) gangguan visus (± 29%)
3) gangguan mental (± 13%)
4) gangguan fokal (± 10%)
Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak
tumor dan tingginya tekanan intrakranial, Tanda-tanda fokal sangat tergantung
dari letak tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan
otak yang ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut Leaven
gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini tirnbul
akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau dari
otak kedalam tumor.
1) Sakit Kepala
Merupakan gejala yang paling sering, sakit kepala ini tidak khas, dapat
umum atau terlokalisir ada daerah yang berlainan. Hal ini sudah lazim walaupun
tidak dikaitkan dengan meningkatnya tekanan intracranial. Meningioma Intra
Ventrikuler seringkali mengalami sakit kepala dan peningkatan tekanan
intrakranial, karena meningioma di tempat tersebut dapat bergerak dan dapat
mengadakan penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis. Sakit kepala
tersebut bersifat unilateral dan gejala-gejala ini mungkin hilang timbul. Selain
sakit kepala juga disertai mual dan muntah-muntah.
2) Kejang
Didapati 48% dari kasus meningioma mengalami kejang-kejang terutama
pada meningioma parasagittal dan lobus temporalis, Adanya kejang-kejang ini
akan memperkuat diagnosa.
3) Gangguan Mata
Gangguan mata yang terjadi pada meningioma dapat berupa :
a) penurunan visus
b) papil oedema
c) nystagmus
d) gangguan yojana penglihatan
e) gangguan gerakan bola mata
f) exophthalmus.
5) Hemiparese
Lebih sering didapatkan pada meningioma dibandingkan dengan tumor-
tumor intrakranial yang lain. 10% dari kasus meningioma didapati kelumpuhan
fokal, Crose dkk mendapatkan tiga dari 13 kasusnya dengan hemi parese
disertai gangguan sensoris dari N V.
6) Gangguan mental
Sering juga didapatkan gangguan mental, tentunya berhubungan pula
dengan lokalisasi dari tumor. Dilaporkan 13% dari kasus-kasus RAAF (29)
dengan gangguan mental. Gejala mental seperti: dullness, confusion stupor
merupakan gejala-gejala yang paling sering.
Disamping gejala-gejala tersebut di atas juga sering didapatkan
gangguan saraf otak (nervus cranialis) terutama yang paling sering dari kasus-
kasus Grouse yaitu N II, V, VI, IXdan X. Gejala yang menarik adalah adanya
Intermittent cerebral symptoms. Pada 219 penderita dengan meiiingioma supra
tentorial didapatkan gangguan fungsi serebral yang mendadak intermitten dan
sementara dapat beberapa menit atau lebih dari sehari. Gejala-gejala dapat
berapa afasia, kelumpuhan dari muka dan lidah, hemi plegia, vertigo, buta,
ataxia, hallusinasi (olfaktoris) dan kejang-kejang. Setengah dari kasus-kasus ini
gangguan fungsi serebral berulang-ulang, karena terjadi pada usia lanjut maka
seringkali diagnosa membingungkan dengan suatu infark otak atau insuffuiensia
serebrovaskuler, migrain, dan multiple sclerosis. Pada umumnya C.V.A. dapat
dibedakan dengan tumor intrakranial dengan adanya gejala-gejala yang
mendadak dan perlahan-lahan diikuti dengan kemajuan dari gejala-gejala
neurologis. Bermacam-macam gejala neurologis yang paling sering menimbulkan
kesalahan diagnosa.
7) Tanda-tanda yang menyesatkan (False Localizing Signs = FLS)
FLS dari tumor-tumor intrakranial adalah tanda-tanda yang tidak
semuanya berhubungan dengan gangguan fungsi pada tempat tumor tersebut.
Biasanya terlihat sebagai gejala fokal dari tempat-tempat yang jauh dari tumor di
mana hal ini dapat membingungkan untuk menentukan lokalisasi tumor tersehut.
Seperti biasanya diagnosa klinik ditegakkan dari kumpulan/tanda-tanda, tetapi
kurangnya pengetahuan akan FLS menyebabkan kesalahan-kesalahan pada
diagnosa, apabila pada kasus-kasus yang tanda-tandanya tidak jelas. Dari 250
kasus meningioma intrakranial didapatkan 101 kasus dengan FLS. Diagnosa
yang salah karena gejala-gejala yang tidak jelas disertai adanya FLS. Gejala-
gejala yang tidak jelas dapat disebabkan oleh karena adanya Silent area di mana
tumor-tumor itu pada permulaannya tidak menunjukkan gejala-gejala. Yang
termasuk silent area: parasagital anterior, konveksitas frontal dan intraventrikuler.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor:
1) Meningioma falx dan parasagittal; nyeri tungkai
2) Meningioma Convexitas; kejang, sakit kepala, deficit neurologis fokal,
perubahan status mental
3) Meningioma Sphenoid; kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan
pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
4) Meningioma Olfactorius; kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
5) Meningioma fossa posterior; nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme
otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya
berjalan,
6) Meningioma suprasellar; pembengkakan diskus optikus, masalah visus
7) Spinal meningioma ; nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
8) Meningioma Intraorbital ; penurunan visus, penonjolan bola mata
9) Meningioma Intraventrikular ; perubahan mental, sakit kepala, pusing
KLASIFIKASI
Gambaran mikroskopik meningioma amat bervariasi, macam-macam
klasifikasi diusulkan, natnun Orville Bailey (1940) menganggap klasifikasi
meningioma tidak diperlukan. Pandangan ini didasarkan secara biologis karena
variasi-variasi histologis tersebut tidak banyak kaitannya dengan perangai biologi
kelompok tumor ini.
Klasifikasi menurut Kernohan dan Sayre, yaitu Meningioma
meningotheliomatosa (syncytial, eiidothclimatous), Meningioma fibroblastic dan
Meningioma angioblastik. Yang terakhir ada yang menggolongkan sebagai
haemangioperisitoma. Tipe transisional atau tipe campuran digolongkan ke dalam
kelompok meningioma meningotheliomatosa.
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah
diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan
derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah rnikroskop. Penatalaksanaannya
pun berbeda-beda di tiap derajatnya.
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan
gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara
periodic. Jika tumor semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat
menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan.
Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan bedah dan observasi
yang continue.
b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan
yang lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.
Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma
malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang
dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah
penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuri dengan terapi radiasi. Jika
terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari
tumor.
1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus menlngioma). Falx
adalah selaput yang terletak antara dua sisi otak yang
memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung
pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx
2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada
permukaan atas otak.
3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah
belakang rnata. Banyak terjadi pada wanita.
4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang
menghubungkan otak dengan hidung.
5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di pemukaan
bawah bagian belakang otak.
6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas seila tursica, sebuah
kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.
7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang
berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinalis
setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis
dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding
dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pada atau
di sekitar mata cavum orbita.
9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi
cairan di seluruh bagian otak.
PATOFISILOLOGI
Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang belum
diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini secara
histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid cap cells) yang
mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi terjadinya meningioma
sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade eikosanoid diduga memainkan
peranan dalam tumorogenesis dan perkembangan edema peritumoral.
Patofisiologi terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas.
Kaskade eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan
perkembangan edema peritumoral. Dari lokalisasinya Sebagian besar
meningioma terletak di daerah supratentorial. Insidens ini meningkat terutama
ada daerah yang mengandung granulatio Pacchioni. Lokalisasi terbanyak pada
daerah parasagital dan yang paling sedikit pada fossa posterior.
Etiologi tumor ini diduga berhubimgan dengan genetik, terapi radiasi,
hormon sex, infeksi virus dan riwayat cedera kepala. Sekitar 40-80% tumor ini
mengalami kehilangan material genetik dari lengan panjang kromosom 22, pada
lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada
22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan
NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang
menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu,
deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma.
Terapi radiasi juga dianggap turut berperan dalam genesis meningioma.
Bagaimana peranan radiasi dalani menimbulkan meningioma masih belum jelas.
Pasien yang mendapatkan terapi radiasi dosis rendah untuk tinea kapitis dapat
berkembang menjadi meningioma multipel di tempat yang terkena radiasi pada
dekade berikutnya. Radiasi kranial dosis tinggi dapat menginduksi terjadinya
meningioma setelah periode laten yang pendek.
Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti halnya
faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu meningioma
hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3 kasus meningioma
ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya progesteron, reseptor hormon lain
juga ditemukan pada tumor ini termasuk estrogen, androgen, dopamine, dan
reseptor untuk platelet derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex
diekspressikan oleh meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik
dan teknik biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam
konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam sitosol
dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten pada
meningioma.
Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi dibandingkan
pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang ditemukan pada meningioma
sama dengan yang ditemukan pada karsinoma mammae. Jacobs dkk (10)
melaporkan. meningioma secara bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma
mammae, tapi beberapa penelitian lainnya melaporkan hubungan karsinoma
mammae dengan mening
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Gambar 1.2 Lokasi tersering pada meningioma
Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat dan
tidak menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon merupakan
faktor yang penting dalam pertumbuhan meningioma. Pertumbuhan meningioma
dapat menjadi cepat selama periode peningkatan hormon, fase luteal pada siklus
menstruasi dan kehamilan.
Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma telah
diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan virus sebagai
penyebab meningioma. Philips et al melaporkan adanya sedikit peningkatan
kasus meningioma setelah trauma kepala pada populasi western Washington
state.
Gambaran Histopatologi
Meningioma intrakranial banyak ditemukan di regio parasagital,
selanjutnya di daerah permukaan konveks lateral dan falx cerebri. Di kanalis
spinalis meningioma lcbih sering menempati regio torakal. Pertumbuhan tumor ini
mengakibatkan tekanan hebat pada jaringan sekitamya, namun jarang menyebar
ke jaringan otak. Kadang-kadang ditemukan fokus-fokus kalsifikasi kecil-kecil
yang berasai dari psammoma bodies, bahkan dapat ditemukan pembentukan
jaringan tulang baru.
Secara histologis, meningioma biasanya berbentuk globuler dan meliputi
dura secara luas. Pada permukaan potongan, tampak pucat translusen atau
merah kecoklatan homogen serta dapat seperti berpasir. Dikatakan atipikal
jika ditemukan proses mitosis pada 4 sel per lapangan pandang elektron. atau
terdapat peningkatan selularitas, rasio small cell dan nukleus sitoplasma yang
tinggi, uninterupted patternless dan sheet-like growth. Sedangkan pada
anapiastik akan ditemukan peningkatan jumlah mitosis sel, nuklear
pleomorphism, abnormalitas pola pertumbuhan meningioma dan infiltrasi
serebral. Imunohistokimia dapat membantu diagnosis meningioma. Pada pasien
dengan meningioma, 80% menunjukkan adanya epithelial membrane antigen
(EMA) yang positif. Stain negative untuk anti-Leu 7 antibodi (positif pada
Schwannomas) dan glial fibrillary acididprotein (GFAP).
Gambar 1.3 slide Patologi (Hematoksilin-eosin, X400 perbesaran asli). A,
Meningioma dengan fitur ganas, nukleolus (titik kuning) dan mitosis (panah). B,
intranuklear intnisi sitoplasma (pseudoinclusion).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa meningioma dapat ditentukan atas beberapa pemeriksaan sebagai
berikut:
1) Elektroensefaiografi (E.E.G.).
2) X ray foto tengkorak.
3) Angiografi
4) Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.
5) Brain Scan.
6) Computerized Tomography Scan (CT scan).
7) Histopatologik.
8) Tissue Culture.
1) Elektroensefaiografi (EEG)
Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75-85% dari kasus dan 15 - 25% dari
penderita dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal. Tumor otak sendiri
tidak memberi aktivitas listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang membuat ini
pada daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa sehingga
hypersyndironisasi dari pelepasan-pelepasan listrik dari beribu-ribu atau berjuta-
juta sel saraf membentuk gelombang lanibat atau gelombang runcing pada EEG.
Mungkin tumor ini memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron didekatnya,
mungkin dengan tekanan langsung, oedema atau raengacau (merusak) innervasi
daerahnya. Meningoma raenunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G. Pada
kasus-kasus didapatkan 53% dengan focus abnormal. Pada meningioma
intraventriculer enam dari delapan kasus menunjukkan EEG yang abnormal.
2) Foto Tengkorak
Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perabahan dari X foto
tengkorak pada meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan
radiologis tersebut adalah:
a) Hyperostosis : 25% - 44,1 %
b) Pembesaran dari canalis yang dilalui oleh arteri meningiamedia (foramen
Spinosum): 25%
c) Perkapuran dari tumor : 3% — 20%
d) Kerasakan dari tulang : 1,5% -16,1%
e) Pembuatan specule : 4,3% adalah pembuatan tulang-tulang baru sebagai
tiang yang ramping tegak lurus pada permukaan tulang yang normal.
f) Penebalan tulang yang difus
g) Hyperostosis dan kalsifikasi tumor teratama Psammomatous
merupakan tanda yang paling penting untuk diagnosa meningioma disamping
peningkatan Vascularisasi dan kerasakan tulang.
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada
foto polos. Dinidikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan
dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.
Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx
yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat
bersifat fokal maupun difus .
3) Angiografi
Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah
adanya pembuluh darah yang meraberi darah pada neoplasma oleh cabang-
cabang arteri sistim karotis ekstema. Bila mendapatkan arteri karotis ekstenia
yang memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali
neningioma.
Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat
menimbulkan gambaran "spoke wheel appearance". Selanjutnya arteri dan
kapiler memperlihatkan gambaran vascular yang homogen dan prominen yang
disebut dengan mother and law phenomenon Meningioma menunjukkan dri-ciri
paling khas sebagai berikut:: (i) Mendapat darah dari sistim karotis ekstema. (ii)
Homogenous akan tetapi sharphy sircumscribed cloud, ya itu adanya tumor cloud
yang homogen dari cairan kontras pada selurah tumor. Batas vaskuler intrinsik
dari meningioma sering jelas sekali dan konfigurasinya berbentuk bulat-bulatan
(lobulated). Dan (iii). Tetap adanya cairan kontras dalam tumor.
Terdapat tetap adanya tumor cloud untuk waktu yang agak lama pada
serialogram. Tumor Stain masih terlihat pada film terakhir ialah delapan sainpai
sembilan detik setelali permulaan dari injeksi cairan kontras. (iii) lebih dapat
dipercaya daripada (ii).
4) Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi
Pneumografi dapat menunjukkan paling jelas tumor intraventrikuler dan
tumor yang letaknya dalam, dekat pada ventrikel atau mengadakan invasi pada
straktur di garis tengah (invading midline structures).
5) Brain Scan
Brain scan biasanya kurang cermat untuk diagnosa dari tumor yang
tumbuh lambat dan berasal dari glia. Mungkin tak lebih dari separo menunjukkan
Brainscan yang positlp. Keterbatasan atau kejelekan dari radionucleide brainscan
ini ialali tak dapat memberi petunjuk yang dapat dipercaya mengeiiai jenis atau
maeam nature dari lesi. la hanya menunjukkan suatu daerah dengan uptake
yang abnormal dalam kepala, yang dapat sebagai neoplasma, vaskuler, radang
atau trauma. la tak memberi informasi mengenai status dari otak dan derajad dari
deformitas atau adanya edema otak, dilatasi ventrikel atau tekanan intrakranial
yang tinggi. Dalam hal ini, C.T. scan dari otak lebih superior dibandingkan
dengan isotop brain scan.
6) Computerized Tomography scan (CT scan)
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling
banyak meningioma. Tampak gambran isodense hingga hiperdense pada foto
sebelum kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogeny pada foto
kontras. Tumor juga memberikan gambaran komponen cystic dan kalsifikasi
pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan
dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
Meningioma biasanya lebih padat dibandingkan dengan otak oleh karena
adanya Calcium dalam tumor. Nilai absorpsi mungkin antara 20-300 Um, dan
lesi-lesi itu dengan densitas sedang, bertambah jelas dengan penyuntikan,
kontras walau dengan jumlah yang sedikit (20 - 40 cc). Bila meningioma dengan
densitas sangat mendekati otak,maka kita dapat salah menerka edema sebagai
tumor dan dapat mendiagnosis salah sebagai glioma. Sesuai dengan laporan
BECKER dkk bila meningioma mengandung banyak calcium, ia sangat padat
dan diagnosisnya jelas.
CT. Scan dapat menunjukkan ventrikel dan ruangan subarachnoid, juga
massa tumor, sering dapat memberi infonnasi tentang lokalisasi secara
terperinci. Histopatologik, Histopatologi dari meningioma menunjukkan gambaran
yang beraneka ragam. Beberapa sarjana membagi menjadi gambaran yang
sederhana didasarkan jenis yang paling sering didapatkan.
7) Pembiakan jaringan (Tissue Culture)
Sejak tahun 1928 pembiakan jaringan meningioma telah dilakukan, tetapi
tidak didapatkan bentuk-bentuk pertunibuhan, sampai COSTERO dkk pada th
1955 mendapatkan pertunibuhan meningioma whorls yang khusus. Bentuk
whorls tidak selaiti didapatkan pada semua pembiakan jaringan meningioma,
tetapi whorls ini merupakan tanda khas adanya meningioma dan tidak pernah
didapatkan pada tumor-tumor yang lain baik intra maupun ekstraserebral.l
Menurat U.I.C.C. (Unio Intemationalis Contra Cancrum) gambaran histopatologi
sebagai berikut:
a) Epitheloid
b) Meningotheliomatous
c) Endotheliomatous
d) Fibroblastic / Fibromatous
e) Psammomatous
Pemeriksaan Radiologi
Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan radiografi. Foto polos kepala dapat memberikan gambaran
kalsifikasi karena ada meningioma pada dasar tulang kepala dengan bentuk
yang konveks. Meningioma dapat mengakibatkan reaktif hyperostosis yang tidak
berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang mengakibatkan
meningioma yang jinak dan malignan.
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma
masih memiliki derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat
plak yang hyperostosis, dan bentuk sphenoid , dan pterion.
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil
false-negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat
ditegakkan secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.
a. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto
polos. Foto polos diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang
dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak.
Pembesaran pembuluh darah meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx
yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat
bersifat fokal maupun difus.
b. Computed Tomography (CT scan)
CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak
meningioma. Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum
kontras, dan gambaran peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras.
Tumor juga memberikan gambaran komponen kistik dan kalsifikasi pada
beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat dengan jelas. Perdarahan dan
cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi
sepanjang dura serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas,
yang menyebabkan hiperostosis.8 Gambaran CT-scan paling baik untuk
menunjukkan kalsifikasi dari meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar
berikut. The CT nature of the calcification may be nodular, fine and punctate, or
dense. Penelitian histologi membuktikan bahwa proses kalsifikasi > 45% adalah
meningioma.
Gambar 1.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media.
Massa kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi
berbentuk cincin dan punctata. Tidak terlihat adanya edema.
Gambar 2.
Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari
lobus parietal. C, D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa
kalsifikasi yang homogeny melekat pata tulang parietal kanan. Jaringan lunak
tumor banyak terlihat pada bagian posterior. Penyebab kalsifikasi minor lain pada
hemispere serebri kiri disebabkan oleh penyakit parasit. Gambaran MRI
potongan coronal T2 menunjukkan deposit kalsium (seperti bintang) yang
dikelilingi jaringan solid. Pada kasus ini tidak terlihat edema.
CT-scan efektif menunjukkan hyperostosis, destruksi tulang, erosi pada
perlekatan dura. Hiperostosis sering terlihat 15-20% pada pasien. Lihat gambar
berikut.
Gambar 3.
Meningioma otak. Gambaran CT-Scan tanpa zat kontras menunjukkan sebuah
meningioma maligna di lobus frontal yang muncul seperti massa dengan
densitas tinggi. Kavitas kistik bisa berupa nekrosis tumor, perdarahan yang lama,
degenaratif kistik atau CSF yang terjebak. Edema dan pergeseran Midline ke
bagian kiri anterior juga dapat terlihat.
Gambar 4.
Meningioma otak. CT-Scan tanpa kontras menunjukkan meningioma maligna di
lobus frontal. Dapat terlihat peningkatan densitas dan massa yang homogen dan
perselubungan yang berbentuk cincin.
Gambar 5.
Meningioma otak. Meningioma maligna pada lobus frontal. CT-scan pada frontal
internal cerebri dan gambaran diploic menunjukkan erosi dan infiltrasi tulang.
CT-scan dapat menunjukkan perdarahan tumor akut dan pelebaran pembuluh
darah pada kalvarium.
Massa yang homogeny dengan densitas yang sama mengelilingi otak dapat 25-
33% adalah meningioma. Densitas meningioma lebih tinggi disbanding otak.
Meningioma dapat menimbulkan edema yang luas, necrosis dan jarang terjadi
perdarahan. Edema tidak terjadi pada 50% pasien karena pertumbuhan yang
lambat, tetapi dapat meluas. Edema lebih dominan terjadi di lapisan white matter,
dan mengakibatkan penurunan densitas. Lihat gambar berikut.
Gambar 6.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan isodensitas sphenoid-wing
meningioma. Fissura Sylvii kiri kolaps sebagian.
Gambar 7.
Meningioma Otak. CT-scan menunjukkan meningioma isodensitas spenoid.
Massa meningioma terlihat setelah diberi injeksi zat kontras secara intravena.
Zat kontras pada CT-Scan akan menunjukkan tumor dengan densitas sedang
sampai kuat; dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah.
Gambar 8.
Meningioma Otak. Meningioma pada lobus parietal. CT-scan dengan kontras
menunjukkan lingkaran, peningkatan desitas, dan massa unilobus. Perlekatan
massa pada bagian dura serebral, sehingga adanya terlihat edema yang jelas
pada otak.
Gambar 9.
Meningioma otak. Meningioma lobus parietal. Injeksi pada arteri meningeal
media menunjukkan adanya perkumpulan tumor. Vaskularisasi yang meningkat
dapat di lihat di posterior dari massa. Vena drainase tidak terlihat.
Periperal kistik dapat mengakibatkan cairan serebrospinal terperangkap yang
dapat dilihat pada gambaran berikut.
Gambar 10.
Meningioma otak. Tentorium posterior meningioma dengan potongan coronal
pada CT-scan dengan zat kontras. Terdapat massa yang berbatas tegas dengan
peningkatan densitas di sepanjang tentorium. Penumpukan cairan serebrospinal,
edema subtle, hemodensitas, dan dilatasi ventrikel.
Komponen-kompenen kistik pada meningioma dapat terlihat di dalam tumor atau
antara tumor dengan jaringan otak, oleh karena itu disebut CSF yang terjebak.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi
meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung
pada lokasi tumor berada.9 Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran
meningioma adalah resolusi 3 dimensi. Kemampuan MRI untuk membedakan
tipe dari jaringan ikat, kemampuan multiplanar, dan rekonstruksi 3D. Dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar 11.
Meningioma Parasagital. A. MRI nonkontras potongan sagital T1 menunjukkan
massa dural yang padat dengan invasi dan kompresi terhadap korteks parietal.
B. MRI dengan zat kontras potongan sagittal T1 menunujukkan perlekatan
sebagian tumor. C. Potongan Koronal T2 menunjukkan massa padat yang
menunjukkan jaringan padat. Gambaran ini menunjukkan meningioma
fibroblastik. D. MRI potongan axial T1 dengan zat kontras menujukkan
hiperintensitas yanr terletak di sumsum tulang.
Gambar 12.
A. Nonkontras angio-MRI lateral menunjukkan oklusi sinus sagital ssuperior
akibat invasi oleh meningioma. B. MRI rekonstruksi menunjukkan obstruksi vena-
venas sagital dan memperlihatkan tumor dalam 3D.
MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri, dan invasi
sinus venos, dan hubungan antara tumor dengan dengan
sekeliilingnya.Kelebihan lain dapat melihat area juxtasellar dan fossa posterior
dan kadang dapat menunjukkan hubungan penyebaran penyakit melalui CSF.
Kemampuan multiplanar adalah kemampuan untuk memvisualisasikan kontak
tumor dengan meningen, kapsul tumor, dan kontras pada meningeal dapat
memperjelas tumor. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 13.
Meningioma otak. MRI nonkontras menunjukkan meningioma parasagital.
Gambaran homogen menunjukkan massa yang bulat dengan kapsul tipis. Tumor
terletak pada dura sagitalis kiri. Massa tampak mendorong trigonum ventrikel.
Gambar 14.
Meningioma otak. MRI nonkontras potongan axial menunjukkan paarasagital
meningioma. Gambar T1 menunjukkan homogenitas, panjang T1 dan massa
dilapisi kapsul. Tumor melekat pada falx serebri bagian kiri. Massa terlihat
disepanjang girus serebri.
Gambar 15.
Meningioma multiple: A. Sagittal T1 menunjukkan fossa posterior dan
meningioma parietal. B Gadolinium pada Sagittal T1 menunjukkan
pengkontrasan massa. C. T2 coronal menunjukkan penampilan intensitas rendah
dari massa posterior setelah embolisasi endovaskular.
Gambar 16.
Maligna dan multiple meningioma. Seorang lelaki kulit putih, 47 tahun dibedah
dengan Gamma Knife karena meningioma conveks, diikuti dengan pembedahan
micro untuk mengangkat tumor pada tahun 2001. A, B. 4 tahun yang lalu -
Desember 2005- MRI menunjukkan sebuah massa sisa di paretal dan occipital.
Sinus sigmoid kiri tersumbat. C, D. Sebuah meningioma kecil pada frontal kanan
juga dioperasi radiologi pada waktu yang sama. Edema dan peningkatan
intensitas setelah injeksi gadolinium.
Diagnosis Banding
Diagnosa banding tergantung dari bentuk gejala sebenamya dan usia
penclerita. Telah dibuat sejumlah diagnosa banding pada beberapa
penyelidikan.Kira-kira separo dari kasus-kasus dengan insuffisiensia serebral
sepintas lalu dan berulang-ulang pada penderita yang tua menyerupai infark otak
atau insuffiensia serebro vaskuler. Seringkali juga menyerupai chronic subdural
hematoma, perdarahan subarachnoid dan meningitis serosa.
PENATALAKSANAAN
a. Operatif
Penatalaksanaan meningioma terganting dari lokasi dan ukuran tumor itu
sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif sebagai pilihan
pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi removal massa tumor ini
antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi, vaskularisasi dan pengaruh
terhadap sel saraf. dan pada kasus rekurensi, riwayat operasi sebelumnya dan
atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana operasi dan tujuannya berubah
berdasarkan faktor resiko, pola, dan rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak
hanya mengangkat selurah tumor tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan
tulang untuk menurunkan kejadian rekurensi.
Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian
antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan dilindungi
pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operas! dilaksanakan.
Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai profilaksis pada semua
pasien untuk organisme stafilokokkus, dan pemberian cephalosporin generasi III
yang memiliki aktifitas terhadap organisem pseudomonas, serta pemberian
inetronidazol (untuk organisme anaerob) ditambalikan apabila operas!
direncanakan dengan pendekatan melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau
mastoid .
Klasifikasi penatalaksanaan dari ukuran reseksi pada meningioma intracranial:
1) Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal
2) Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura
3) Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan
dura, atau mungkin perluasan ekstradural ( misalnya sinus yang terserang atau
tulang yang hiperostotik)
4) Grade IV Reseksi parsial tumor
5) Grade V Dekompresi sederhana (biopsy)
b. Radioterapi
Penggunaan external beam irradiation pada meningioma semakin banyak
dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000 cGy dilaporkan
efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma reseksi subtotal, kasus-
kasus rekurensi baik yang didaliului dengan operasi sebelumnya ataupun tidak,
Pada kasus meningioma yang tidak dapat dioperasi karena lokasi yang sulit,
keadaan pasien yang buruk, atau pada pasien yang menolak dilakukan operasi,
external beam irradiation masih belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori
terakhir menyatakan terapi external beam irradiation tampaknya akan efektif
pada kasus meiiingioma yang agresif (atyppical, malignan), tetapi informasi yang
mendukung teori ini belurn banyak dikemukakan .
Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan
pertimbangan koraplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma. Saraf
optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi. Koraplikasi lain
yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari ataupun nekrosis akibat
radioterapi.
c. Radiasi Stereotoktik
Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton beam.
Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak dilakukan
untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat melalui teknik yang
bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar foton yang berasal dari Co
gamma (gamma knife) atau linear accelerators (LINAC) dan partikel berat
(proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua teknik radioterapi dengan stereotaktik
ini dapat mengurangi kornplikasi, terutama pada lesi dengan diameter kurang
dari 2,5 cm.
Steiner dan koleganya menganalisa pasien meningioma yang diterapi
dengan gamma knife dan diobservasi selama 5 tahun. Mereka menemukan
sekitar 88% pertumbuhan tumor ternyata dapat dikontrol. Kondziolka dan kawan-
kawan memperhitungkan pengontrolan pertumbuhan tumor dalam 2 tahun pada
96 % kasus. Bara-baru ini peneliti yang sama melakukan studi dengan sampel 99
pasien yang diikuti selama 5 hingga 10 tahun dan didapatkan pengontrolan
pertumbuhan tumor sekitar 93 % kasus dengan 61 % massa tumor mengecil.
Kejadian defisit neurologis baru pada pasien yang diterapi dengan stereotaktik
tersebut kejadiannya sekitar 5 % .
d. Kemoterapi
Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum
banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun maligna.
Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma atipikal atau jinak
barn sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi terapi menggunakan regimen
kemoterapi (baik intravena atau intraarterial cis-platinum, decarbazine (DTIC)
dan adriamycin) menunjukkan hasil yang kurang memuaskan (DeMonte dan
Yung), walaupun regimen tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan
lunak. Laporan dari Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan
cyclopliosphamide, adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka
harapan hidup dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi
lain seperti hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada
meningioma dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari
beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu kasus
pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien dengan
rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian Alfainterferon
dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya rekurensi pada kasus
meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini kurang menimbulkon
toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi.
Pemberian hormon antogonis mitogen telah juga dilakukan pada kasus
dengan meningioma. Preparat yang dipakai biasanya tamoxifen (anti estrogen)
dan mifepristone (anti progesteron). Tamoxifen (40 mg/m2 2 kali/hari selama 4
hari dan dilanjiitkan 10 mg 2 kali/hari) telah digunakan oleh kelompok onkolologi
Southwest pada 19 pasien dengan meningioma yang sulit dilakukan reseksi dan
refrakter. Terdapat pertumbuhan tumor pada 10 pasien, stabilisasi sementara
pertumbuhan tumor pada 6 pasien, dan respon minimal atau parsial pada tiga
pasien .
Pada dua studi terpisah dilakukan pemberian mifepristone (RU486) 200
mg perhari selama 2 hingga 31 bulan. Pada studi yang pertama didapatkan 5
dari 14 pasien menunjukkan perbaikan secara objektif yaitu sedikit pengurangan
massa tumor pada empat pasien dan satu pasien gangguan lapang pandangnya
membaik walaupun tidak terdapat pengurangan massa tumor; terdapat
pertumbuhan ulang pada salah satu pasien tersebut. Pada studi yang kedua dari
kelompok Netherlands dengan jumlah pasien 10 orang menunjukkan
pertumbuhan tumor berlanjut pada empat pasien, stabil pada tiga pasien, dan
pengurangan ukuran yang minimal pada tiga pasien. Tiga jenis obat tersebut
sedang dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada
meningioma tetapi sampai sekarang belum ada terapi yang menjadi prosedur
tetap untuk terapi pada tumor ini .
PROGNOSIS
Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan
tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada
orang dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak,
dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih agresif,
perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat
besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi,
Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan bila letaknya
mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan tampak bila ada:
1) Invasi dan kerusakan tulang
2) tumor tidak berkapsul pada saat operasi
3) invasi pada jaringan otak.
Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang dilaporkan,
dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli bedah maka angka
kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka kematian post operasi
selama lima tahun (1942-1946) adalah 7,9% dan (1957-1966) adalah 8,5%.
Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan yang terdahulu yaitu
perdarahan dan edema otak.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Data Subjektif
Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Nama
Jenis kelamin
Usia
Status
Agama
Alamat
Pekerjaan
Pendidikan
Bahasa
Suku bangsa
Dx Medis
Sumber biaya
Riwayat keluarga
Genogram
Keterangan genogram
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Keluhan Utama (saat MRS dan saat ini)
Alasan MRS dan perjalanan penyakit saat ini
Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Status kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami
Pernah dirawat
Alergi
Kebiasaan (merokok/kopi/alcohol atau lain – lain yang merugikan kesehatan)
Riwayat penyakit keluarga
Diagnosa Medis dan Therapi
.
Dikaji berdasarkan 14 kebutuhan dasar menurut Virginia Handerson, yaitu :
Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk,
serta ukur respirasi rate.
Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS,
apakah pasien mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada
perubahan (lebih banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
Eliminasi (BAB / BAK)
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar.
Gerak dan aktifitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan
aktivitasnya saat menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah
didiagnosa mengalami alergi) atau saat menjalani perawatan di RS.
Rasa Nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya,
misalnya pasien merasa nyeri di perut bagian kanan atas (dikaji dengan
PQRST : faktor penyebabnya, kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan
skala nyeri)
Kebersihan Diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS
Rasa Aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani
keluarganya selama di RS.
Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan
lingkungan sekitar (termasuk terhadap pasien lainnya).
Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya yang diderita saat ini
dan terapi yang akan diberikan untuk kesembuhannya.
Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien
menerima penyakitnya adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun
sebaliknya.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran CCS
Tanda-tanda vital
Keadaan fisik
Kepala dan leher
Dada
Payudara dan ketiak
Abdomen
Genitalia
Integument
Ekstremitas
Pemeriksaan neurologist
Pengkajian saraf cranial
Olfaktori(penciuman )
Optic (penglihatan )
Okulomotor(gerak ekstraokular mata,dilatasi pupil)
Troklear(gerak bola mata ke atas ke bawah)
Trigeminal(sensori kulit wajah,pergerakan otot rahang)
Abdusens(gerakan bola mata menyamping)
Fasial(ekspresi fasial dan pengecapan)
Auditori(pendengaran)
Glosofaringeal(pengecapan,kemampuan menelan,gerak lidah)
Vagus(sensasi faring,gerakan pita suara)
Aksesori(gerakan kepala dan bahu)
Hipoglosal(posisi lidah)
Pemeriksaan ROM AKTIF & PASIF
Pemeriksaan Penunjang
Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada
sistem ventrikel dan cisterna.
CT – SCAN ; Dasar dalam menentukan diagnosa.
Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur,
penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi
selatursika.
Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan
kepekaan neuron.
Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan
intra serebral.
Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal
dari zat radioaktif. Tumor otak mengakibatkan kerusakan sawar darah otak
yang menyebabkan akumulasi abnormal zat radioaktif
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perfusi cerebral
Nyeri akut
Resiko cidera
Gangguan mobilitas fisik
Ansietas berhubungan
Resiko kekurangan nutrisi
3.Rencana tindakan
Dx1. Nyeri akut
Tujuan :Setelah diberikan askep selama …..x24 jam,diharapakan nyeri yang
dirasakan pasien berkurang dengan ,kriteria hasil:
Klien melaporkan nyeri berkurang/terkontrol,
Wajah pasien tidak meringis
Intervensi :
mandiri
1. Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien.
Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan suatu
hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah,
gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
3. Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika
nyeri timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi
beratnya serangan.
4. Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi
Kolaborsi
Berikan analgesik sesuai indikasi atau program medis.
R/ : menurunkan nyeri
Dx 2. Gangguan perfusi cerebral
Tujuan :setelah diberikan askep selama ….x24 jam,diharapkan gangguan
perfusi jaringan berkurang/hilang,dengan kriteria hasil:
Pasien dapat mempertahankan tingkat kesadaran
biasa/perbaikan.kognisi,dan fungsi motorik/sensorik
Tanda-tanda vita stabil
Intervensi:
mandiri
1.Tentukan faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu, yang dapat
menyebabkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
R/untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat
2. Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
R/mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potensial
adanya peningkatan TIK
3.Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
R/ mengukur kesadaran secara keseluruhan
4. Pantau tekanan darah
R/normalnya,autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang konstan
pada saat fluktasi tekanan darah sistemik
5.Evaluasi : pupil, keadaan pupil, catat ukuran pupil, ketajaman pnglihatan
dan penglihatan kabur
R/gangguan penglihatan yang dapat diakibatkan oleh kerusakan mikroskopik
pada otak ,mempunyai konskuensi terhadap keamanan dan akan
mempengaruhi intervensi
5Pantau suhu lingkungan sesuai indikasi
R/demam dapat mencerminkan kerusakan hipotalamus .selanjutnya akan
terjadi peningkatan TIK
6. Pantau intake, output, dan ukur berat badan sesuai indikasi
R/ bermanfaat sebagai indicator dari total cairan tubuh yang terintegrasi
dengan perfusi jaringan
7.Perhatikan adanya gelisah meningkat, tingkah laku yang tidak sesuai
R/petunjuk nonverbal ini mengindikasikan adanya peningkatan TIK
8.Hindari /batasi penggunaan restein
R/restein mekanik dapat menanbah respons melawan yang akan
meningkatkan TIK
Kolaborasi
1.tinggikan kepala pasien 15-45 derajat sesuai indikasi yang dapat
ditoleransi
R/meningkatkan aliran balik vena dari kepala,sehingga akan mengurangi
kongesti dan edema atau resiko terjadi peningkatan TIK
Dx 3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x24
jam ,diharapkan Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi ,dengan criteria hasil:
-Nutrisi klien terpenuhi
- Mual berkurang sampai dengan hilang.
Intervensi
mandiri
1.Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan
klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi
mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
Kolaborasi
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak.
4.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang
meliputi tindakan – tindakan yang direncanakan oleh perawat
Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim
kesehatan – kesehatan yang lain keluarga klien dan dengan klien sendiri,
meliputi 3 hal :
a. Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode
etik dengan standar praktek dan sumber – sumber yang ada.
b. Mengidentifikasi respon klien.
c. Mendokumentasikan/mengevakuasi pelaksanaan tindakan
keperawatan dan respon pasien.
Faktor – faktor yang perlu di perhatikan :
Kebutuhan klien.
Dasar dari tindakan.
Kemampuan perseorangan dan keahlian/keterampilan dari perawat.
Sumber – sumber dari keluarga dank lien sendiri.
Sumber – sumber dari instansi.
5.evaluasi
Pada tahap akhir dari proses keperawatan adalah mengevaluasi respon
pasien terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil ya ng
diharapkan telah tercapai. Evaluasi yang merupakan proses terus menerus,
diperlukan untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan yang
dilaksanakan.
Evaluasi merupakan proses interaktif dan kontinu, karena setip tindakan
keperawatan dilakukan, respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam
berhubungan dengan hasil yang diharapkan kemudian berdasarkan respon
pasien, revisi intervensi/hasil pasien yang mungkin diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Black, P., Morokoff, A., Zauberman, J., Claus, E., dan Carroll, R. 2007.
Meningiomas: Science and Surgery. Journal Online: Clinical Neurosurgery •
Volume 54, 2007.
Denizot, Y., Armas, R., Durand, K., Robert, S., JacquesMoreau, J., dan Caire, F.
2009. Analysis of Several PLA2 mRNA in HumanMeningiomas. Artikel Online:
Hindawi Publishing Corporation Mediators of Inflammation Volume 2009, Article
ID 689430, 8 pages
Fynn, E. 2006. Multiple Meningiomas. Jurnal Online: SA Journal of Radiology •
June 2006.
Gazzeri, R., dan Galarza, M. 2007. Growth of a Meningioma in a Transsexual
Patient after Estrogen-Progestin Therapy. Jurnal Online: n engl j med 357;23
www.nejm.org december 6, 2007.
Lee, A., Wallace, C, Rewcastle, B., dan Sutherland, G. 1998. Metastases to
Meningioma. Jurnal Online: AJNR Am J Neuroradiol 19:1120 -1122, June 1998.
Ojo, A. 2006. Multiple Meningiomas. Jurnal Online: SA JOURNAL OF
RADIOLOGY • June 2006.
Yekeler, E., Dursun, M., Yilmazbayhan, D., dan Tunaci, A. 2005. Multiple
pulmonary metastases from intracranial meningioma: MR imaging findings.
Jurnal Online: Diagn Interv Radiol 2005; 11:28-30.
Mardjono M, Sidharta P. Dalam: Neurologi klinis dasar. : Fakultas Kedokteran
Universtas Indonesia; 2003. Hal 393-4.
Luhulima JW. Menings. Dalam: Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.
Netter HF, etc. Spinal nerve origin. In: Neuroanatomy and neurophysiology. USA:
Icon Custom Communication: 2002. P. 24
Meningiomas. [cited 2009 November 20]. Available from: www.
Mayfieldclinic.com
Meningioma[cited 2009 November 20]. Available from:. http://www.cancer.net
Fyann E, Khan N, Ojo A. Meningioma. In: SA Journal of Article Radiology. SA:
Medical University of Southern Africa; 2004. p. 3-5.