lp materi

10
HEPATOMA ATAU KARSINOMA HEPATOSELULER Alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini. Pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah /mitosis disertai dengan perubahan sel hati yang menjadi ganas. ETIOLOGI Magnetic Resonance Angiography (MRA) sudah pula mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini. 1. Virus Hepatitis B 2. Virus Hepatitis C 3. Sirosis Hati 4. Aflatoksin 5. Obesitas 6. Diabetes Mellitus 7. Alkohol Angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya. CT scan sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar 12. Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen). PENGKAJIAN Mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya STADIUM HEPATOMA Stadium I Stadium II Stadium III Stadium IV Menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma. KOMPLIKASI Komplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom

Upload: rin-ka

Post on 11-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laparatomi

TRANSCRIPT

Page 1: lp materi

HEPATOMA ATAU KARSINOMA HEPATOSELULER Alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.

Pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah /mitosis disertai dengan perubahan sel hati yang menjadi ganas.ETIOLOGI Magnetic Resonance Angiography (MRA) sudah pula

mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.1. Virus Hepatitis B

2. Virus Hepatitis C

3. Sirosis Hati

4. Aflatoksin

5. Obesitas

6. Diabetes Mellitus

7. Alkohol

Angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya.

CT scan sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar

12.

Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen).PENGKAJIAN

Mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya

STADIUM HEPATOMA

Stadium IStadium IIStadium IIIStadium IV

Menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma.

KOMPLIKASIKomplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Biopsi2. Radiologi3. Ultrasonografi4. CT scan5. Angiografi6. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

PET (Positron Emission Tomography)

Page 2: lp materi

Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor

terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.

Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.

Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase

TANDA DAN GEJALA1. Hepatoma fase subklinishepatoma fase subklinis atau stadium dini adalah pasien yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya ditemukan melalui pemeriksaan AFP dan teknik pencitraan2. Hepatoma fase klinisfase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut.a. Nyeri abdomen kanan atasb. Massa abdomen atasc. Perut kembung:d. Anoreksiae. Letih, mengurusf. Demamg. Ikterush. Asites:

Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan aktifitas protein  spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati

Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disesease (NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian berlanjut menjadi hepatoma.

Di wilayah tingkat infeksi HBV rendah, HCV merupakan faktor resiko penting dari hepatoma. Infeksi HCV akan berkembang menjadipenyakit hati kronis lalu menjadi sirosis kemudian menjadi karsinoma hepatoseluler

DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth factors (IGFs)  yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.

Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma dan melatarbelakango hepatoma . Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat dikaitkan dengan alkohol, infeksi hepatitis C, dan infeksi hepatitis B.

Alkoholisme juga meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan hepatoma pada pengidap infeksi HBV atau HVC. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik terjadinya HCC juga meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg positif atau anti-HCV positif

Aflatoksin B1 (AFB1) meruapakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus Pertumbuhan jamur yang menghasilkan aflatoksin berkembang subur pada suhu 13°C, terutama pada makanan yang menghasilkan protein

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,

suku, bangsa, no. registrasi

Keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang,

Riwayat penyakit dahulu, Riwayat penyakit

keluarga, Riwayat imunisasi

Keadaan umum, TTV, Kepala dan leher,

Thoraks, Abdomen, Ekstremitas, Breath, Blood,

Brain, Bowel, Blader, Bone

Pola spiritual, Pola istirahat, Pola eliminasi, Pola

nutrisi, Pola seksual, Pola aktivitas

PENGKAJIAN

1. Identitas

2. Riwayat kesehatan

3. Pemeriksaan fisik

4. Pola fungsi kesehatan

Page 3: lp materi

DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL

1. Pre operasi

a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

adanya asites dan penekanan diafragma.

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhantubuh  berhubungan dengan

anoreksia, mual.

c) Nyeri akut berhubungan dengan tegangnya

dinding perut. Akibat asites

2. Post operasi

a) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan

luka post operasi.

b) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post

operasi

1. Gangguan rasa nyamana. Atur posisi klien yang nyaman sesuai dengan

keadaanb. Awasi respon emosional klien terhadap proses

nyeric. Ajarkan teknik pengurangn nyeri dengan

teknik relaksasi dzikird. Observasi tanda- tanda vitale. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian alangesik

GANGGUAN RASA NYAMAN1. Gunakan pendekatan yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

selama prosedur4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress5. Temani pasien untuk memberikan keamananan

dan mengurangi takut6. Dorong keluarga untuk menemani anak7. Lakukan back/ neck rub8. Dengarkan dengan penuh perhatian9. Identifikasi tingkat kecemasan10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan11. Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaannya12. Intruksi theknik relaksasi13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

INTERVENSI KEPERAWATANKETIDAKEFEKTIVAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH1. Tentukan status nutrisi pasien2. Identifikasi alergi makanan dan

pantangan3. Tentukan makanan kesukaan pasien4. Kaji kebutuhan kalori dan tipe nutrisi

yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

5. Berikan pilihan menu6. Berikan diit khusus bagi yang

membutuhkan7. Sediakan lingkungan yang optimal8. Dukung oral care9. Berikan snack10. Bantu membuka, memotong makanan11. Monitor kalori dan intake diit12. Monitor berat badan13. Dukung persiapan makanan yang bersih14. Libatkan keluarga untuk membawa

makanan kesukaan pasien

NYERI AKUT1. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif

dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab

2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal3. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan

analgetik4. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap

respon nyeri5. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan

sehari-hari6. Ajarkan untuk menggunakan cara mengontrol

nyeri sebelum menjadi menyakitkan7. Ajarkan terapi non analgesik dengan relaksasi,

guided imagery atau distraksi8. Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan

respon pasien 9. Anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk

Page 4: lp materi

mengurangi nyeri10. Dorong pasien untuk mendiskusikan

pengalaman terhadap nyeri11. Kontrol faktor lingkungan yang dapat

menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien12. Pilih variasi dari ukuran pengobatan13. Kolaborasi analgetik jika diperlukan

1. Nyeri akuta. Observasi skala nyer, frekuensi dan

intensitasb. Berikan pendidikan kesehatan tentang nyeric. Ajarkan klien tekhnik relaksasi terapi napas

dalamd. Kolaborasi dalam memberikan analgetik

DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarifin, Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC (Yogyakarta: Mediaction, 2015).

Amin Huda Nurarifin, Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC (Yogyakarta: Mediaction, 2013).

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilynn. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC

Misnadiarly.2007.Penyakit Hati (liver) Edisi 1.Jakarta: Pustaka Obor Populer

Price S. A,Wilson L.a,2006Patofisiologi; Konsep Klinik Proses- Proses Penyakit. Jakarta; EGC

Sjamsuhidayat, R. & Jong, W. D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3 Jakarta:EGC

Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (8 ed. Vol. 3). Jakarta: EGC.

Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.Sudoyo, Aru W.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.Jakarta: FKUI. 1495-1499

Page 5: lp materi

PENATALAKSAAN PADA HEPATOMA1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan

Tindakan Radiologi2. TindakanNon-bedah Hati

a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)

b. Infus Sitostatika Intra-arterialc. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus

Etanol Injeksi = PEI)d. Terapi Non-bedah Lanillae. Transplantasi Hati

Di masukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (di-embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati

Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien

Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan, dan injeksi ini hanya diperuntukan untuk stadium dini tidak untuk stadium lanjut

Dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukan lag

Tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan

Page 6: lp materi

tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong pasien.

Page 7: lp materi

INTERVENSI KEPERAWATANKETIDAKEFEKTIVAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH1. Tentukan status nutrisi pasien2. Identifikasi alergi makanan dan pantangan3. Tentukan makanan kesukaan pasien4. Kaji kebutuhan kalori dan tipe nutrisi yang

dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi5. Berikan pilihan menu6. Berikan diit khusus bagi yang membutuhkan7. Sediakan lingkungan yang optimal8. Dukung oral care9. Berikan snack10. Bantu membuka, memotong makanan11. Monitor kalori dan intake diit12. Monitor berat badan13. Dukung persiapan makanan yang bersih14. Libatkan keluarga untuk membawa makanan

kesukaan pasien

GANGGUAN RASA NYAMAN14. Gunakan pendekatan yang menenangkan15. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

pasien16. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

selama prosedur17. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress18. Temani pasien untuk memberikan keamananan

dan mengurangi takut19. Dorong keluarga untuk menemani anak20. Lakukan back/ neck rub21. Dengarkan dengan penuh perhatian22. Identifikasi tingkat kecemasan23. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan

kecemasan24. Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaannya25. Intruksi theknik relaksasiBerikan obat untuk mengurangi kecemasan

NYERI AKUT1. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif

dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab

2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal3. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan

analgetik4. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon

nyeri5. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan

sehari-hari6. Ajarkan untuk menggunakan cara mengontrol

nyeri sebelum menjadi menyakitkan7. Ajarkan terapi non analgesik dengan relaksasi,

guided imagery atau distraksi8. Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan

respon pasien 9. Anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk

mengurangi nyeri10. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman

terhadap nyeri11. Kontrol faktor lingkungan yang dapat

menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien12. Pilih variasi dari ukuran pengobatan13. Kolaborasi analgetik jika diperlukan