lp materi
DESCRIPTION
laparatomiTRANSCRIPT
HEPATOMA ATAU KARSINOMA HEPATOSELULER Alat pendiagnosis kanker menggunakan glukosa radioaktif yang dikenal sebagai flourine18 atau Fluorodeoxyglucose (FGD) yang mampu mendiagnosa kanker dengan cepat dan dalam stadium dini.
Pertumbuhan sel hati yang tidak normal yang ditandai dengan bertambahnya jumlah sel dalam hati yang memiliki kemampuan membelah /mitosis disertai dengan perubahan sel hati yang menjadi ganas.ETIOLOGI Magnetic Resonance Angiography (MRA) sudah pula
mampu menampilkan dan membuat peta pembuluh darah kanker hati ini.1. Virus Hepatitis B
2. Virus Hepatitis C
3. Sirosis Hati
4. Aflatoksin
5. Obesitas
6. Diabetes Mellitus
7. Alkohol
Angiografi ini dapat dilihat berapa luas kanker yang sebenarnya.
CT scan sebagai pelengkap yang dapat menilai seluruh segmen hati dalam satu potongan gambar
12.
Dengan USG hitam putih (grey scale) yang sederhana (conventional) hati yang normal tampak warna ke-abuan dan texture merata (homogen).PENGKAJIAN
Mendeteksi kanker hati stadium dini dan berperan sangat menentukan dalam pengobatannya
STADIUM HEPATOMA
Stadium IStadium IIStadium IIIStadium IV
Menilai apakah suatu lesi yang ditemukan pada pemeriksaan radiologi imaging dan laboratorium AFP itu benar pasti suatu hepatoma.
KOMPLIKASIKomplikasi yang sering terjadi pada sirosis adalah asites, perdarahan saluran cerna bagian atas, ensefalopati hepatika, dan sindrom hepatorenal. Sindrom hepatorenal adalah suatu keadaan pada pasien dengan hepatitis kronik, kegagalan fungsi hati, hipertensi portal, yang ditandai dengan gangguan fungsi ginjal dan sirkulasi darah Sindrom ini mempunyai risiko kematianyangtinggi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Biopsi2. Radiologi3. Ultrasonografi4. CT scan5. Angiografi6. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
PET (Positron Emission Tomography)
Satu fokal tumor berdiameter < 3 cm Satu fokal tumor berdiameter > 3 cm. Tumor
terbatas pada segment I atau multi-fokal tumor terbatas padlobus kanan atau lobus kiri hati.
Tumorpada segment I meluas ke lobus kiri (segment IV) atau ke lobus kanan segment V dan VIII atau tumordengan invasi peripheral ke sistem pembuluh darah (vascular) atau pembuluh empedu (biliary duct) tetapi hanya terbatas pada lobus kanan atau lobus kiri hati.
Multi-fokal atau diffuse tumor yang mengenai lobus kanan dan lobus kiri hati. atau tumor dengan invasi ke dalam pembuluh darah hati (intra hepaticvaskuler ) ataupun pembuluh empedu (biliary duct) atau tumor dengan invasi ke pembuluh darah di luar hati (extra hepatic vessel) seperti pembuluh darah vena limpa (vena lienalis) atau vena cava inferior-atau adanya metastase keluar dari hati (extra hepatic metastase
TANDA DAN GEJALA1. Hepatoma fase subklinishepatoma fase subklinis atau stadium dini adalah pasien yang tanpa gejala dan tanda fisik hepatoma yang jelas, biasanya ditemukan melalui pemeriksaan AFP dan teknik pencitraan2. Hepatoma fase klinisfase klinis tergolong hepatoma stadium sedang, lanjut.a. Nyeri abdomen kanan atasb. Massa abdomen atasc. Perut kembung:d. Anoreksiae. Letih, mengurusf. Demamg. Ikterush. Asites:
Karsinogenitas HBV terhadap hati mungkin terjadi melalui proses inflamasi kronik, peningkatan proliferasi hepatosit, integrasi HBV DNA ke dalam DNA sel penjamu, dan aktifitas protein spesifik-HBV berinteraksi dengan gen hati
Obesitas merupakan faktor resiko utama untuk non-alcoholic fatty liver disesease (NAFLD), khususnya non-alcoholic steatohepatitis (NASH) yang dapat berkembang menjadi sirosis hati dan kemudian berlanjut menjadi hepatoma.
Di wilayah tingkat infeksi HBV rendah, HCV merupakan faktor resiko penting dari hepatoma. Infeksi HCV akan berkembang menjadipenyakit hati kronis lalu menjadi sirosis kemudian menjadi karsinoma hepatoseluler
DM dihubungkan dengan peningkatan kadar insulin dan insulin-like growth factors (IGFs) yang merupakan faktor promotif potensial untuk kanker.
Sirosis hati merupakan faktor resiko utama hepatoma dan melatarbelakango hepatoma . Penyebab utama sirosis di Amerika Serikat dikaitkan dengan alkohol, infeksi hepatitis C, dan infeksi hepatitis B.
Alkoholisme juga meningkatkan resiko terjadinya sirosis hati dan hepatoma pada pengidap infeksi HBV atau HVC. Sebaliknya, pada sirosis alkoholik terjadinya HCC juga meningkat bermakna pada pasien dengan HBsAg positif atau anti-HCV positif
Aflatoksin B1 (AFB1) meruapakan mikotoksin yang diproduksi oleh jamur Aspergillus Pertumbuhan jamur yang menghasilkan aflatoksin berkembang subur pada suhu 13°C, terutama pada makanan yang menghasilkan protein
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama,
suku, bangsa, no. registrasi
Keluhan utama, Riwayat penyakit sekarang,
Riwayat penyakit dahulu, Riwayat penyakit
keluarga, Riwayat imunisasi
Keadaan umum, TTV, Kepala dan leher,
Thoraks, Abdomen, Ekstremitas, Breath, Blood,
Brain, Bowel, Blader, Bone
Pola spiritual, Pola istirahat, Pola eliminasi, Pola
nutrisi, Pola seksual, Pola aktivitas
PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pola fungsi kesehatan
DIAGNOSA YANG SERING MUNCUL
1. Pre operasi
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
adanya asites dan penekanan diafragma.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhantubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual.
c) Nyeri akut berhubungan dengan tegangnya
dinding perut. Akibat asites
2. Post operasi
a) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
luka post operasi.
b) Resiko infeksi berhubungan dengan luka post
operasi
1. Gangguan rasa nyamana. Atur posisi klien yang nyaman sesuai dengan
keadaanb. Awasi respon emosional klien terhadap proses
nyeric. Ajarkan teknik pengurangn nyeri dengan
teknik relaksasi dzikird. Observasi tanda- tanda vitale. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian alangesik
GANGGUAN RASA NYAMAN1. Gunakan pendekatan yang menenangkan2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
pasien3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur4. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress5. Temani pasien untuk memberikan keamananan
dan mengurangi takut6. Dorong keluarga untuk menemani anak7. Lakukan back/ neck rub8. Dengarkan dengan penuh perhatian9. Identifikasi tingkat kecemasan10. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya12. Intruksi theknik relaksasi13. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
INTERVENSI KEPERAWATANKETIDAKEFEKTIVAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH1. Tentukan status nutrisi pasien2. Identifikasi alergi makanan dan
pantangan3. Tentukan makanan kesukaan pasien4. Kaji kebutuhan kalori dan tipe nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
5. Berikan pilihan menu6. Berikan diit khusus bagi yang
membutuhkan7. Sediakan lingkungan yang optimal8. Dukung oral care9. Berikan snack10. Bantu membuka, memotong makanan11. Monitor kalori dan intake diit12. Monitor berat badan13. Dukung persiapan makanan yang bersih14. Libatkan keluarga untuk membawa
makanan kesukaan pasien
NYERI AKUT1. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab
2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal3. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan
analgetik4. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap
respon nyeri5. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan
sehari-hari6. Ajarkan untuk menggunakan cara mengontrol
nyeri sebelum menjadi menyakitkan7. Ajarkan terapi non analgesik dengan relaksasi,
guided imagery atau distraksi8. Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan
respon pasien 9. Anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk
mengurangi nyeri10. Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman terhadap nyeri11. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien12. Pilih variasi dari ukuran pengobatan13. Kolaborasi analgetik jika diperlukan
1. Nyeri akuta. Observasi skala nyer, frekuensi dan
intensitasb. Berikan pendidikan kesehatan tentang nyeric. Ajarkan klien tekhnik relaksasi terapi napas
dalamd. Kolaborasi dalam memberikan analgetik
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarifin, Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC (Yogyakarta: Mediaction, 2015).
Amin Huda Nurarifin, Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC (Yogyakarta: Mediaction, 2013).
Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn. E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Misnadiarly.2007.Penyakit Hati (liver) Edisi 1.Jakarta: Pustaka Obor Populer
Price S. A,Wilson L.a,2006Patofisiologi; Konsep Klinik Proses- Proses Penyakit. Jakarta; EGC
Sjamsuhidayat, R. & Jong, W. D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3 Jakarta:EGC
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth (8 ed. Vol. 3). Jakarta: EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.Sudoyo, Aru W.2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.Jakarta: FKUI. 1495-1499
PENATALAKSAAN PADA HEPATOMA1. Tindakan Bedah Hati Digabung dengan
Tindakan Radiologi2. TindakanNon-bedah Hati
a. Embolisasi Arteri Hepatika (Trans Arterial Embolisasi = TAE)
b. Infus Sitostatika Intra-arterialc. Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus
Etanol Injeksi = PEI)d. Terapi Non-bedah Lanillae. Transplantasi Hati
Di masukkan kateter melalui pembuluh darah di paha (arteri femoralis) yang seterusnya masuk ke pembuluh nadi besar di perut (aorta abdominalis) dan seterusnya dimasukkan ke pembuluh darah hati (artery hepatica) dan seterusnya masuk ke dalam feeding artery. Lalu feeding artery ini disumbat (di-embolisasi) dengan suatu bahan seperti gel foam sehingga aliran darah ke kanker dihentikan dan dengan demikian suplai makanan dan oksigen ke sel-sel kanker akan terhenti dan sel-sel kanker ini akan mati
Infus sitostatika intra-arterial ini dikerjakan bila vena porta sampai ke cabang besar tertutup oleh sel-sel tumor di dalamnya dan pada pasien tidak dapat dilakukan tindakan transplantasi hati oleh karena ketiadaan donor, atau karena pasien menolak atau karena ketidakmampuan pasien
Tindakan injeksi etanol perkutan ini mudah dikerjakan, aman, efek samping ringan, biaya murah, dan hasilnya pun cukup memberikan harapan, dan injeksi ini hanya diperuntukan untuk stadium dini tidak untuk stadium lanjut
Dilakukan bila terapi bedah reseksi dan Trans Arterial Embolisasi (TAE) ataupun Trans Arterial Chemoembolisation ataupun Trans Arterial Chemotherapy tak mungkin dilakukan lag
Tindakan pemasangan organ hati dari orang lain ke dalam tubuh seseorang. Langkah ini ditempuh bila langkah lain seperti operasi dan
tindakan radiologi seperti yang disebut di atas tidak mampu lagi menolong pasien.
INTERVENSI KEPERAWATANKETIDAKEFEKTIVAN NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH1. Tentukan status nutrisi pasien2. Identifikasi alergi makanan dan pantangan3. Tentukan makanan kesukaan pasien4. Kaji kebutuhan kalori dan tipe nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi5. Berikan pilihan menu6. Berikan diit khusus bagi yang membutuhkan7. Sediakan lingkungan yang optimal8. Dukung oral care9. Berikan snack10. Bantu membuka, memotong makanan11. Monitor kalori dan intake diit12. Monitor berat badan13. Dukung persiapan makanan yang bersih14. Libatkan keluarga untuk membawa makanan
kesukaan pasien
GANGGUAN RASA NYAMAN14. Gunakan pendekatan yang menenangkan15. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
pasien16. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur17. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress18. Temani pasien untuk memberikan keamananan
dan mengurangi takut19. Dorong keluarga untuk menemani anak20. Lakukan back/ neck rub21. Dengarkan dengan penuh perhatian22. Identifikasi tingkat kecemasan23. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan24. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaannya25. Intruksi theknik relaksasiBerikan obat untuk mengurangi kecemasan
NYERI AKUT1. Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif
dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab
2. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal3. Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan
analgetik4. Pertimbangkan pengaruh budaya terhadap respon
nyeri5. Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan
sehari-hari6. Ajarkan untuk menggunakan cara mengontrol
nyeri sebelum menjadi menyakitkan7. Ajarkan terapi non analgesik dengan relaksasi,
guided imagery atau distraksi8. Modifikasi metode kontrol nyeri sesuai dengan
respon pasien 9. Anjurkan untuk istirahat yang adekuat untuk
mengurangi nyeri10. Dorong pasien untuk mendiskusikan pengalaman
terhadap nyeri11. Kontrol faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien12. Pilih variasi dari ukuran pengobatan13. Kolaborasi analgetik jika diperlukan