lp kb
TRANSCRIPT
KONSEP
KELUARGA BERENCANA
A. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara
kelahiran anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat menetap bisa dilakukan
sterilisasi, dan untuk menghindari kehamilan sementara digunakan kontrasepsi.
Berbeda dengan aborsi, kontrasepsi menghindari kehamilan dengan mencegah
terjadinya pembuahan itu sendiri. Sedangkan aborsi adalah mencegah berlanjutnya
kehamilan setelah kehamilan itu terjadi.
B. Macam-Macam Kontrasepsi
1. Metode Alami
yaitu dengan mengetahui kapan persisnya masa subur, dan sebagai metode kontrasepsi,
menghindari terjadinya pembuahan pada masa subur tersebut.
o Metode LAM - khusus untuk ibu menyusui ASI eksklusif
o Metode Kesadaran kesuburan atau Metode KB Alami[2]
o Metode Kalender - Sudah ketinggalan zaman dan digantikan dengan metode di atas.
2. Metode Dalam Rahim
o IUD
o IUS
3. Metode Hormonal
o Metode Hormonal Kombinasi (estrogen + progesteron)
- Cincin Vagina
- Pil KB
- Suntik Lunelle
o Metode Hormonal Progesteron Saja
- Pil POP
- Suntik Depo Provera
- Susuk KB
4. Metode Penghalang
o Kondom
o Diafragma
o Lea's shield
o Cervical cap
o Contraceptive sponge
5. Sterilisasi atau kontrasepsi mantap
o Tubektomi
o Vasektomi
A. KONTRASEPSI STERILISASI
Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur pada wanita
(tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses sterilisasi ini harus dilakukan oleh
ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila Anda memang ingin melakukan pencegahan
kehamilan secara permanen, misalnya karena faktor usia.
B. KONTRASEPSI TEKNIK
1. Coitus Interruptus (senggama terputus): ejakulasi dilakukan di luar vagina.
Efektivitasnya 75-80%. Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang sudah
keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau terlambat menarik penis keluar.
2. Sistem kalender (pantang berkala): tidak melakukan senggama pada masa subur, perlu
kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma maupun sel telur (ovum)
mampu bertahan hidup s/d 48 jam setelah ejakulasi. Efektivitasnya 75-80%. Faktor
kegagalan karena salah menghitung masa subur (saat ovulasi) atau siklus haid tidak
teratur sehingga perhitungan tidak akurat.
3. Prolonged lactation atau menyusui, selama 3 bulan setelah melahirkan saat bayi hanya
minum ASI dan menstruasi belum terjadi, otomatis Anda tidak akan hamil. Tapi begitu
Ibu hanya menyusui < 6 jam / hari, kemungkinan terjadi kehamilan cukup besar.
C. KONTRASEPSI MEKANIK
1. Kondom: Efektif 75-80%. Terbuat dari latex, ada kondom untuk pria maupun wanita
serta berfungsi sebagai pemblokir / barrier sperma. Kegagalan pada umumnya karena
kondom tidak dipasang sejak permulaan senggama atau terlambat menarik penis setelah
ejakulasi sehingga kondom terlepas dan cairan sperma tumpah di dalam vagina.
Kekurangan metode ini:
o Mudah robek bila tergores kuku atau benda tajam lain
o Membutuhkan waktu untuk pemasangan
o Mengurangi sensasi seksual
2. Spermatisida: bahan kimia aktif untuk 'membunuh' sperma, berbentuk cairan, krim atau
tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina 5 menit sebelum senggama.
Efektivitasnya 70%. Sayangnya bisa menyebabkan reaksi alergi. Kegagalan sering terjadi
karena waktu larut yang belum cukup, jumlah spermatisida yang digunakan terlalu sedikit
atau vagina sudah dibilas dalam waktu < 6 jam setelah senggama.
3. Vaginal diafragma: lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup mulut
rahim bila dipasang dalam liang vagina 6 jam sebelum senggama. Efektivitasnya sangat
kecil, karena itu harus digunakan bersama spermatisida untuk mencapai efektivitas 80%.
Cara ini bisa gagal bila ukuran diafragma tidak pas, tergeser saat senggama, atau terlalu
cepat dilepas (< 8 jam ) setelah senggama.
4. IUD (Intra Uterine Device) atau spiral:
adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam
rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan selama periode tertentu. IUD
merupakan cara kontrasepsi jangka panjang. Nama populernya adalah spiral.
Jenis-jenis IUD di Indonesia
a. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal
lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini
adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
b. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. fungsinya
sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
c. Multi Load
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel.
d. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Cara Kerja
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi
Efektifitas
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti
halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200
(CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata
0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan
masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,
lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap
enam bulan sekali.
Kontraindikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
Belum pernah melahirkan
Adanya perkiraan hamil
Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi
kavum uteri
Penyakit trofoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC pelvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Keuntungan
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina
Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam
pengobatan endometriosis.
Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of
Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu
mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker
ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
Sangat efektif. 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125 – 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling
tidak 10 tahun
IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa
aman terhadap risiko kehamilan
Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak
mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause
Tidak ada interaksi dengan obat-obat
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur
Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan
pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah
pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan
hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut,
dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak
terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus
segera ke klinik jika:
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing,
muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain
sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika
anda menemukan gejala-gejala diatas.
Efek Samping dan Komplikasi
Efek samping umum terjadi:
perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat
haid lebih sakit
Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP
dapat memicu infertilitas
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya
menghilang dalam 1 – 2 hari
Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang
segera setelah melahirkan)
Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan
normal
Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu.
Waktu Pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
2 sampai 4 hari setelah melahirkan
40 hari setelah melahirkan
setelah terjadinya keguguran
hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
menggantika metode KB lainnya
Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
1 bulan pasca pemasangan
3 bulan kemudian
setiap 6 bulan berikutnya
bila terlambat haid 1 minggu
perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya
Keluhan-keluhan pemakai IUD
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan IUD adalah terjadinya sedikit perdarahan, bisa
juga disertai dengan mules yang biasanya hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika
perdarahan berlangsung terus-menerus dalam jumlah banyak, pemakaian IUD harus
dihentikan. Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada permulaan haid
darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada biasa, kemudian secara mendadak
jumlahnya menjadi banyak selama 1-2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa
hari. Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp), serta rasa tidak
enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi kontraksi rahim sebagai reaksi
terhadap IUD yang merupakan benda asing dalam rahim. Dengan pemberian obat
analgetik keluhan ini akan segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga
dapat timbul selama pemakaian IUD.
5. IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk kontrasepsi terbaru yang menggunakan
hormon progesteron sebagai ganti logam. Cara kerjanya sama dengan IUD tembaga,
ditambah dengan beberapa nilai plus:
Lebih tidak nyeri dan kemungkinan menimbulkan pendarahan lebih kecil
Menstruasi menjadi lebih ringan (volume darah lebih sedikit) dan waktu haid lebih
singkat.
D. KONTRASEPSI HORMONAL
Dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena menghambat ovulasi),
kontrasepsi ini juga biasa digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Harus diperhatikan beberapa faktor dalam pemakaian semua jenis obat yang
bersifat hormonal, yaitu:
1. Kontraindikasi mutlak: (sama sekali tidak boleh diberikan):kehamilan, gejala
thromboemboli, kelainan pembuluh darah otak, gangguan fungsi hati atau tumor dalam
rahim.
2. Kontraindikasi relatif (boleh diberikan dengan pengawasan intensif oleh dokter):
penyakit kencing manis (DM), hipertensi, pendarahan vagina berat, penyakit ginjal dan
jantung.
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan
hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk yang ditanam untuk periode tertentu,
koyo KB atau spiral berhormon.
1. Pil Kontrasepsi Kombinasi (OC / Oral Contraception)
Berupa kombinasi dosis rendah estrogen dan progesteron. Merupakan metode KB
paling efektif karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus sbb:
o Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)
o Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi masuknya
sperma
o Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan
Bila pasien disiplin minum OC-nya, bisa dipastikan perlindungan kontrasepsi hampir
100%. Selain itu, OC merupakan metode yang paling reversibel, artinya bila pengguna ingin
hamil bisa langsung berhenti minum pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam 3 bulan.
MANFAAT TAMBAHAN OC
Selain berfungsi sebagai alat kontrasepsi, OC ternyata juga memberikan manfaat
yang tidak langsung berhubungan dengan efek kontrasepsi (non-contraceptive benefits)
yaitu menyembuhkan atau mengurangi resiko terjadinya beberapa kelainan atau keluhan
tertentu seperti:
1. Menyembuhkan kelainan menstruasi
Pil kontrasepsi dapat menyembuhkan beberapa kelainan menstruasi umum antara lain:
a. Siklus menstruasi yang tidak teratur (irregular cycle)
b. Darah yang keluar pada saat menstruasi terlalu banyak (hiper-menore)
c. Sindroma sebelum haid (premenstrual syndrome / PMS)
d. Haid dengan rasa nyeri hebat di perut (dismenore).
Dengan mengkonsumsi OC, siklus haid menjadi teratur dan lebih ringan
sehingga resiko terkena anemia dan defisiensi besi berkurang s/d 50%.
2. Mengatasi masalah hiper-androgenisme
Dalam tubuh wanita diproduksi hormon reproduksi estrogen, progesteron, dan
androgen. Hormon androgen (testosteron) yang umum disebut hormon reproduksi pria
dibutuhkan oleh wanita dalam jumlah sangat sedikit (± 0,5 mg / liter darah) untuk daya
tahan tubuh dan gairah seksual (libido).
Wanita usia reproduktif (± 15 - 40 tahun) sering mengalami ketidakseimbangan
hormonal dimana produksi hormon androgennya akan meningkat sehingga terjadi hiper-
androgen yang bisa menyebabkan:
Masalah pada kulit dan rambut: kulit berminyak, komedo, jerawat, ketombe (yang
bisa menyebabkan kebotakan) atau hirsutisme (pola tumbuh rambut pada yang wanita
yang menyerupai pria / male hair pattern)
Masalah ginekologis: gangguan siklus haid, PCOS (poly-cystic-ovarian-syndrome)
yang bisa menyebabkan sulit punya anak, kegemukan (obesitas) dan abnormalitas
metabolisme tubuh.
OC istimewa mengandung CPA (Siproteron Asetat), zat anti-androgen paling
efektif saat ini yang bekerja khusus mengatasi masalah hiper-androgen dengan menekan
produksi androgen (dalam tubuh) dan minyak (di bawah permukaan kulit) sehingga
mencegah timbulnya komedo dan ketombe bahkan jerawat.
Berbeda dengan obat-obatan topikal dan antibiotik yang membunuh bakteri dan
mengobati infeksi di permukaan kulit, CPA langsung bekerja pada akar masalah yaitu
dengan mencegah produksi minyak yang berlebihan. Tetapi karena obat ini bekerja step-
by-step dari dalam tubuh untuk menormalkan kadar hormon androgen, perbaikan pada
kulit wajah baru bisa dilihat setelah 1-3 bulan pemakaian.
Manfaat pencegahan, yaitu OC mengurangi resiko terkena:
a. Infeksi pada organ reproduksi internal, s/d 50%
b. Kanker ovarium dan endometrium, s/d 40%
c. Benjolan jinak payudara, s/d 40%
d. Kista ovarium, s/d 80%
e. Infertilitas primer, s/d 40%
f. Kehamilan ektopik (di luar kandungan), s/d 90%
CARA MINUM OC
OC harus diminum tiap hari dengan cara mengikuti petunjuk nama hari yang tertera
di blisternya. Untuk memulai blister pertama Anda, mulailah minum pil pada hari pertama
haid, misalnya: Anda mendapat haid pada hari Rabu maka ambil pil yang dibawahnya ada
tanda Rabu. Lanjutkan minum pil setiap hari sampai habis (21 hari) yang pasti jatuh pada
hari Selasa. Kemudian berhenti minum pil selama 7 hari (akan terjadi menstruasi). Setelah 7
hari bebas pil ini, lanjutkan minum pil dari kemasan yang baru pada hari Rabu lagi, jadi
untuk blister ke-2 dst, selalu ikuti siklus 21 hari minum pil +7 hari bebas tablet.
2. Suntik
a. Depo provera yang mengandung medroxyprogestin acetate 50 Mg.
b. Cyclofem yang mengandung medroxyprogesteron acetate dan estrogen.
c. Norethindrone enanthate (Noresterat) 200 mg yang mengandung derivate testosteron.
Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan
a) Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum untuk
terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan releasing faktor dari hipotalamus.
b) Mengentalkan lender serviks sehingga sulit untuk ditembus oleh spermatozoa.
c) Merubah suasana endometrium sehingga menjadi tidak sempurna untuk implantasi dari
hasil konsepsi.
Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan
1. Noristerat pemberiannya sederhana diberikan 200 mg sekali setiap 8 minggu untuk 6
bulan pertama 3 x suntikan pertama kemudian selanjutnya sekali tiap 12 minggu.
2. DMPA pemberiannya diberikan sekali dalam 12 minggu dengan dosis 150 mg.
3. Tingkat efektifitasnya tinggi
4. Tidak mengganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
5. Suntikan tidak ada hubungannya dengan saat bersenggama.
6. Tidak perlu menyimpan atau membeli persediaan.
7. Kontrasepsi suntikan dapat dihentikan setelah 3 bulan dengan cara tidak disuntik ulang,
sedangkan IUD dan implant yang non-bioderdable harus dikeluarkan oleh orang lain.
8. Bila perlu, wanita dapat menggunakan kontrasepsi suntikan tanpa perlu memberitahukan
kepada siapapun termasuk suami atau keluarga lain.
9. Tidak ditemukan efek samping minor seperti pada POK yang disebabkan estrogen, antara
lain mual atau efek samping yang lebih serius seperti timbulnya bekuan darah disamping
estrogen juga dapat menekan produksi ASI.
b. Kerugian
1. Perdarahan yang tidak menentu
2. terjadinya amenorhoe yang berkepanjangan
3. Berat badan yang bertambah
4. Sakit kepala
5. Kembalinya kesuburan agak terlambat beberapa bulan
6. Jika terdapat atau mengalami side efek dari suntikan tidak dapat ditarik lagi.
7. Masih mungkin terjadi kehamilan, karena mempunyai angka kegagalan 0.7%.
8. Pemberiannya harus dilakukan oleh orang yang profesional.
9. Menimbulkan rasa sakit akibat suntikan
10. Memerlukan biaya yang cukup tinggi.
Saat Pemberian Yang Tepat
a. Pasca persalinan
1. Segera diberika ketika masih di Rumah Sakit atau setelah 6 minggu post partum dan
sebelum berkumpul dengan suami.
2. Tepat pada jadwal suntikan berikutnya.
b. Pasca Abortus
1. Segera setelah perawatan atau sebelum 14 hari.
2. Jadwal waktu suntikan yang diperhitungkan.
c. Interval.
1. Hari kelima menstruasi
2. Jadwal waktu suntikan diperhitungkan.
Kontra Indikasi
a. Tersangka hamil
b. Perdarahan ginekologi ( perdarahan melalui vagina yang tidak diketahui penyebabnya
c. Tumor/keganasan
d. Penyakit jantung, hati, hipertensi, DM, penyakit paru-paru hebat.
Cara Penggunaan
Depo provera atau Depo progestin disuntikan secara intra muscular tiap 12 minggu dengan
kelonggaran batas waktu suntik, biasa diberikan kurang satu minggu.
Efek Samping dan Penanggulangannya
a. Efek samping
1) Gangguan Haid :
a). Amenorhoe yaitu tidak datang haid setiap bulan selama menggunakan kontrasepsi
suntikan kecuali pada pemakaian cyclofem.
b). Spoting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan
kontrasepsi suntikan.
c). metrorhagia yaitu perdarahan yang berlebihan jumlahnya
2) Keputihan
Adanya cairan putih yang berlebihan yang keluar dari jalan lahir dan terasa
mengganggu ( jarang terjadi)
3) Perubahan berat badan
Berat badan bertambah beberapa kilogram dalam beberapa bulan setelah
menggunakan kontrasepsi suntikan
4) Pusing dan sakit kepala
Rasa berputar /sakit kepala, yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi atau
keseluruhan dari bagian kepala . Ini biasanya bersifat sementara.
5) Hematoma
Warna biru dan rasa nyeri pada daerah suntikan akibat perdarahan di bawah kulit.
3. Susuk KB (Implan)
Kontrasepsi implant mekanisme kerjanya adalah menekan ovulasi membuat getah
serviks menjadi kental dan membuat endometrium tidak sempat menerima hasil konsepsi.
Efek samping Implant
Pada umumnya efek samping yang ditimbulkan implant tidak berbahaya. Yang paling
sering ditemukan adalah gangguan haid yang kejadiannya bervariasi pada setiap
pemakaian, seperti pendarahan haid yang banyak atau sedikit, bahkan ada pemakaian
yang tidak haid sama sekali. Keadaan ini biasanya terjadi 3 – 6 bulan pertama sesudah
beberapa bulan kemudian. Efek samping lain yang mungkin timbul, tetapi jarang adalah
sakit kepala, mual, mulut kering, jerawat, payudara tegang, perubahan selera makan dan
perubahan berat badan.
Keuntungan Implant.
1). Efektifitas tinggi setelah dipasang
2). Sistem 6 kapsul memberikan perlindungan untuk 5 tahun.
3) Tidak mengandung estrogen
4) Efek kontraseptif segera berakhir setelah implantnya dikeluarkan
5). Implant melepaskan progestin dengan kecepatan rendah dan konstant, sehingga
terhindar dari dosis awal yang tinggi.
6). Dapat mencegah terjadinya anemia
Kerugian Implant.
1). Insersi dan pengeluaran harus dikeluarkan oleh tenaga terlatih.
2). Petugas medis memerlukan latihan dan praktek untuk insersi dan pengangkatan
implant.
3). Lebih mahal
4). Sering timbul perubahan pola haid
5). Akseptor tidak dapat menghentikan implant sekehendaknya sendiri.
4. Koyo KB (Patch)
Ditempelkan di kulit setiap minggu, sayangnya bagi yang berkulit sensitif sering menimbulkan
reaksi alergi.
Efektivitas suatu metode kontrasepsi biasanya dinyatakan dengan angka z (PI). Angka ini
menunjukkan jumlah kehamilan yang terjadi pada 100 wanita bila menggunakan metode
kontrasepsi tersebut selama 1 tahun. Angka PI yang semakin kecil menandakan semakin
efektifnya metode kontrasepsi tersebut.
Berikut ini adalah angka PI berbagai macam metode kontrasepsi:
METODE KONTRASEPSI PI
(PEARL
INDEX)
HORMONAL Kontrasepsi 1. Pil Kombinasi ( Estrogen +
Progesteron)
0,1
Oral 2. Pil Sequential ( Estrogen +
Progesteron
2,0
bertahap)
3. POP = Progesteron Only Pill 2,3
(Progesteron saja)
Suntikan 1 bulan (estrogen + progesteron) 0,7 - 1,0
3 bulan (depot progesteron) 0,7 - 1,1
Susuk/Implan Depot progesteron 0,7 - 1,0
MEKANIK Alat-alat 1. Spiral (IUD = Intra Uterine Device 1,0 - 2,0
mekanik AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim)
(tembaga)
1,0 - 5,0
(plastik)
2. Kondom 10
3. Diafragma 20
4. Spermatisida 20
5. Diafragma + Spermatisida 12
TEKNIK Teknik 1. Senggama terputus (Coitus
Interruptus)
17
2. Kalender/Pantang berkala 23
NON-
KONTRASEPSI
Tanpa
kontrasepsi
80
KONSEP KEPERAWATAN
PADA KELUARGA BERENCANA
A. PERAN PERAWAT
Dalam keluarga berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebiut, oleh karena itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri. Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosila dan budaya terhadap kehamilan tersebut.. maka disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal diatas tidak terjadi.
Peran perawat dalam program keluarga berencana adalah sebagai konselor dan edukator. Untuk melaksanakan ini perawat harus memiliki informasi terbaru dan akurat tentang metode kontrasepsi. Hampir sebagian dari kehamilan yang tidak direncanakan terjadi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi namun salah dan tidak konsisten dalam penggunaannya. Hal ini dapat dicegah bila wanita memiliki pendidikan yang adekuat terhadap metoda kontrasepsi yang mereka pilih. Maka perawat memiliki peranan penting dalam memberikan pendidikan tentang teknik kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan, cara penggunaan yang tepat, dan fokus konselingnya haruslah pada kebutuhan dan kenyamanan pasangan yang akan menggunakan alat kontrasepsi.
PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH METODE KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi sempurna belum dapat diciptakan oleh manusia. Setiap metoda
kontrasepsi memiliki keuntungan dan kerugian masing- masing. Terkadang seorang wanita
mencoba berbagai macam alat kontrasepsi sebelum menemukan metoda kontrasepsi yang cocok
dan memuaskan.
Perawat perlu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang membantu seorang wanita
memilih metoda yang paling memenuhi kebutuhan mereka. Pertimbangan-pertimbangan tersebut
antara lain:
1.Keamanan
Keamanan metode kontrasepsi merupakan pertimbangan utama dalam penggunaanya.
Status kesehatan yang berbeda beda terkadang menyebabkan beberapa alat kontrasepsi tidak
aman digunakan. Contohnya oral kontrasepsi tidak dianjurkan pada wanita dengan
tromboplebitis atau stroke karena hormon yang dikandungnya dapat meningkatkan resiko
keparahan penyakit tersebut dan diafragma (cap servix) tidak aman digunakan pada wanita
dengan riwayat toxic shock syndome.
2.Perlindungan terhadap penyakit menular seksual
Tidak ada kontrasepsi yang 100% efektif mencegah Penyakit Menular Seksual. Resiko
paparan terhadap Penyakit Menular Seksual harus dipertimbangkan dalam memberikan
konseling tentang pilihan alat kontrasepsi. Kondom pria memberikan perlindungan yang baik
terhadap penularan Penyakit Menular Seksual. Kondom ini harus dupakai jika salah satu
pasangan mengidap Penyakit Menular Seksual meskipun pasangan tersebut telah
menggunakan alat kontrasepsi lain.
3.Efektifitas
Efektifitas suatu alat kontrasepsi ditentukan oleh keberhasilan atau kegagalan alat
kontrasepsi tersebut melindungi seseorang wanita dari kehamilan. Metoda sterilisasi
dianggap yang paling efektif namun tidak dapat digunakan pada pasangan yang ingin anak
lagi dikemudian hari. IUD juga merupakan metoda yang efektif tapi terkadang tidak menjadi
pilihan karena efek samping atau kepercayaan yang dianut oleh pasangan.
4.Pilihan pribadi dan kecendrungan
Pilihan pribadi dan kecendrungan juga merupakan hal penting dalam memilih metode
kontraseps. Jika seorang wanita berasumsi bahwa kontrasepsi yang dipilih terlalu sulit
digunakan, menghabiskan banyak waktu atau terlalu banyak aturan akan menurunkan
motifasi dan kekonsistenan pasangan tersebut untuk menggunakannya. Pendidikan yang
diterima tentang metode kontrasepsi akan mempengaruhi persepsi pasangan terhadap
kontrasepsi.
5.Education needed
Beberapa metoda kontrasepsi tidak membutuhkan pendidikan khusus, seperti kondom.
Namun ada beberapa metode yang membutuhkan informasi lengkap agar metode tersebut
menjadi efektif.
6.Efek samping
Efek samping penggunaan metoda kontrasepsi harus dijabarkan dengan lengkap kepada
pasangan. Jika pasangan sudah mengetahui efek sampingnya lalu kemudian tetap memilih
kontrasepsi tersebut, mereka akan lebih dapat bertoleransi pada efek samping yang
ditimbulkan daripada pasangan yang tidak mengetahui efek samping sama sekali.
7.Pengaruh pada kepuasan seksual
Metode coitus related contraceptive, seperti spermisida dan metoda barrier, harus
digunakan sebelum berhubungan seksual. Hal ini dapat menurunkan kepuasan seksual dan
meningkatkan resiko penurunan minat terhadap metoda tersebut.
8.Ketersediaan
Kondom dan spermisida dapat diperoleh tanpa resep dokter. Pasangan dapat memiliki
bahan ini tanpa harus berkonsultasi terlebih dahulu. Hal ini penting dipertimbangkan pada
pasangan yang tidak dapat terbuka pada tenaga kesehatan tentang aktivitas seksual.
9.Biaya
Pada pasangan berpenghasilan rendah, faktor biaya menjadi hal penting dalam pemilihan
metoda kontrasepsi. Pasangan tersebut mungkin akan lebih suka memilih menggunakan
kondom daripada metoda sterilisasi yang relatif lebih mahal.
10.Agama dan kepercayaan
Agama dan kepercayaan akan mempengaruhi pilihan. Penganut katolik roma tidak
memperkenankan metoda kontrasepsi apapun selain metoda alamiah.
11.Budaya
Budaya juga mempengaruhi pemilihan metoda kontrasepsi. Keturunan afrika-amerika
banyak memilih sterilisasi pada wanita daripada sterilisasi pria, sedangkan pria latin tidak
berminat tehadap penggunaan kondom dan menganut kebudayaan memiliki banyak
keturunan.
Pada beberapa daerah, kontrasepsi tidak akan pernah digunakan sampai pasangan tersebut
berhasil memperoleh anak laki-laki.
12.Informed consent
Beberapa meroda kontrasepsi memiliki efek yang berbahaya. Oleh karena itu, informed
consent perlu disertakan untuk menyatakan bahwa pasangan mengerti resiko dan keuntungan
dari metoda yang mereka pilih sehingga dapat menjadi aspek legal perawat.
B. PENGKAJIAN
Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam
mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika
mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang
tinggi klien.
Selain pengkajian umum( Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obstetri, PF),
pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam
pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk
memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai
oleh klien. Bila klien menyatakan satu jenismetoda perawat dapat menanyakan alas an
penggunaan metoda tersebut.pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-
masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapaat menetukan
tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi. Misalnya tanyakan
tentang bagaimana klien tersebut memakai dafragma, kapan dan dimana spermisida
dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KBm
dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat dapat menentukan bila ada
kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak efektifnya alat
kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek
samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien tentang
kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari
pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu
metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam menggunakan
metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-
pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat membantu pemilihan
metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi
dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk
mencegah kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan dengan riwayat
kesehatan adalah:
a. Kontrasepsi oral
1. Pil keluarga berencana terpadu
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payu dara, telat haid, hamil,
pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit jantung, tromboplebitis.
Untuk wanita perokok, usia lebih dari 35th, pengidap DM, epilepsy, dan
penderita hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga berencana.
2. Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus menghindari
segala jenis metoda hormonal, atau yang mejalani pengobatan kejang
b. Kontrasepsi Hormonal
1. Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil, perdarahan yang
tidak diketahui penyebabnya, penyakit jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari
lima tahun.
2. Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam masa menyusui.
c. Kontrasepsi Mekanik
1. Diafragma dan kap servik
Diafragma dan kap servik tidak dipakai pada wanita dengan riwayat alergi
lateks dan riwayat toksik shock syndrome.
2. IUD
Hamil atau kemungkinan hamil, resiko itnggi terkena penyajit yang menular
lewat hubungan seks, riwayat infeksi alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/
aborsi, kehamilan ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah hamil,
mola.
d. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya permanen.
Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau sudah tidak memungkinkan
untuk mempunyai anak
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari
gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang tidak
direncanakan.
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan
Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan
Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
1. Resiko konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi
2. Rasa takut b.d efek samping kontrasepsi
3. Resiko tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda kontrasepsi
4. Resiko tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil
5. Nyeri b.d pemulihan pascaoperasi sterilisasi
6. Resiko tinggi infeksi b.d kerusakan membran mukosa akibat operasi, pemasangan spiral,
hormone implant
7. Distress spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda
kontrasepsi yang dipilih
D. RENCANA INTERVENSI
TGL
DIAGNOSA KEPERAWATA
N DAN DATA PENUNJANG
TUJUANRENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1. Nyeri berhubungan dengan pemulihan pasca strerilisasi
Klien akan mengungkapkan/ menampakkan rasa nyeri yang dirasakan berkurang/hilang dengan kriteria :
- Wajah klien nampak tenang.
- Keluhan sakit klien berkurang.
1. Kaji ulang tingkat nyeri, perhatikan lokasi dan intensitas.
2. Beri HE/konseling kepada ibu tentang menajemen nyeri yang dirasakan.
3. Ajarkan teknik relaksasi dengan nafas dalam secara teratur dan relaksasi pada otot-otot terutama daerah gluteal (tempat penyuntikan)
4. Jelaskan penyebab rasa nyeri dan beritahu bahwa nyeri itu adalah hal yang normal.
5. Ajarakan tehnik distraksi dengan mengalihkan perhatian.
1. Mengetahui derajat nyeri yang dirasakan klien sehingga dapat menentukan dan mengambil intervensi selanjutnya.
2. Meningkatkan pemahaman ibu tentang nyeri yang ia rasakan.
3. Membantu ibu dalam mengatasi nyeri yang ia rasakan dan mengalihkan perhatian ibu sehingga tidak terfokus pada nyeri yang ia rasakan.
4. Meningkaatkan rasa adaptasi klien terhadap nyeri.
5. Meransang penge-luaran analgetik endogen
2 Kurang Klien akan 1. Kaji ulang 1.Memvalidasi tingkat
pengetahuan b/d Kurang terpajan informasi/kurang pembelajaran
mengungkapkan informasi akurat pada tingkat kemampuan diri sendiri, berpartisipasi dalam aturan terapi dengan dan ekspresi klien nampak tenang.
tingkat pemahaman klien terhadap metode kontrasepsi yang diberikan.
2. Berikan KIE tentang manajemen pemberian metode suntikan KB jenis Cyclofem
3. Kaji pemahaman klien setelah pemberian KIE melalui isyarat verbal dan non verbal pada respon nyeri .
pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan memberikan dasr pengetahuan dimana klien memiliki pengetahuan berdasarkan informasi.
2. Memberi pemahaman dan klarifikasi tentang informasi yang belum/sudah diketahui klien tentang metode suntikan KB jenis Cyclofem
3. Menilai tingkat keberhasilan KIE yang diberikan dan menilai seberapa jauh pemahaman klien setelah pemberian KIE.
3 Cemas b/d kurang pengetahuan dan resiko terjadinya kehamilan.
Klien akan menampakkan/mengungkapkan rasa cemasnya berkurang/hilang dengan kriteria :
- Klein tidak lagi takut akan kegagalan metode kontrasepsi yang digunakan.
- Ekspresi klien nampak tenang.
1. Kaji ulang tingkat kecemasan yang dialami klien
2. Perhatikan keluhan klien dengan mendengarkan segala keluhan yang dirasakan dan beri kesempatan untuk menyampaikan atau bertanya tentang permasalahannya
3. Berikan
1. Mendapatkan data akurat dan menentukan tindakan selanjutnya
2. Klien akan merasa diperhatikan oleh perawat dan meningkatkan harga diri dan mengurangi beban yang dirasakan oleh klien.
3. Meningkatkan pengetahuan sehingga
penjelas-an/KIE tentang tentang manajemen pemberian metode suntikan KB jenis Cyclofem
4. Amati kecemasan yang dialami klien setelah pemberian KIE melalui isyarat verbal dan non verbal.
kecemasan berkurang, dan klien dapat mempersiapkan diri untuk permasalahan yang sewaktu-waktu akan dihadapinya.
4. Menilai tingkat keberhasilan KIE yang diberikan dan menilai seberapa jauh KIE yang diberikan dapatr menurunkan kecemasan klien
4 Resiko terjadinya perdarahan/tidak haid / spotting/ kegemukan b/d efek samping pengobatan.
Klien akan mengungkapkan/menampakkan efek samping pengobatan tidak terjadi dengan kriteria tidak terjadi :
perdarahan/ spotting / kegemukan dan haid teratur.
1. Kaji /amati / observasi tanda-tanda terjadinya efek samping pengobatan pada klien berupa adanya Anemi dan peningkatan berat badan.
2. Tanyakan kepada klien tentang riwayat penggunaan metode kontrasepsi sebelumnya apakah pernah menderita efek samping pemberian obat.
3.Jelaskan/informasikan penyebab terjadinya efek samping
1. Menilkai apakah efek samping pengobatan muncul pada klien atau tidak dan apakah efek samping tersebut berlebihan.
2. Menilai / mengetahui adanya riwayat ketidakcocokan metode kontrasepsi yang diberikan.
3. Klien mengetahui penyebab dari munculnya efek samping pengobatan sehingga tidak menggangu ADL klien.
pengobatan dan sampaikan bahwa efek samping tersebut normal jika tidak berlebihan.
4. Informasikan kepada klien untuk mencari informasi/bantuan jika terjadi efek samping pengobatan yang berlebihan ke petugas kesehatan terdekat
4.Menghindari klien dari bahaya dari efek samping pengobatan yang berlebihan.
5 Resiko kegagalan pengobatan (hamil) b/d Kurang terpajan informasi/kurang pembelajaran, tidak efektif prosedur pemberian/KIE tdk adekuat kpd akseptor.
Klien akan menampakkan kegagalan pengobatan tidak terjadi dengan kriteria klien tidak hamil selama masa pemberian metode kontrasepsi.
1. Anjurkan kepada ibu untuk melakukan anjuran pengobatan/penyuntikan sesuai nasehat/jadwal.
2. Gunakan prosedur pemberian metode suntik secara benar beruapa :
- Gunakan teknik DTT dengan membersihkan daerah yang akan dilakukan penyuntikan bukan menggunakan bahan antiseptik baik sebelum ataupun
1. Ketidak patuhan terhadap anjuran pengobatan dapat menyebabkan kegagalan metode kontrasepsi sehingga kehamilan dapat saja terjadi pada ibu.
2. Teknik DDT sudah cukup dilakukan sebelum pemberian suntikan, pemberian kapas alkohol pada daerah penyuntikan dapat menyebabkan efektifitas obat menurun, dosis yang tepat meningkatkan efektifitas pengobatan.
sesudah penyuntikan misalnya kapas alkohol.
- Berikan dosis dengan tepat dengan memastikan isi obat dalam vial terisap seluruhnya kedalam disposible.
3. Anjurkan kepada ibu untuk tidak menggosok-gosok/mengusap daerah suntikan setelah pemberian suntikan.
3. Mengosok/ mengusap daerah bekas penyuntikan akan mempercepat proses absorbsi obat menyebabkan waktu paruh obat dalam tubuh berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/10/16/iud-intra-uterine-device-atau-alat-kontrasepsi-dalam-rahim-akdr/
http://medicastore.com/penyakit/575/Keluarga_Berencana_KB.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/06/23/kontrasepsi-hormonal/