lp hnp.doc
DESCRIPTION
laporan pendahuluan, hnpTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
A. DEFINISI
Diskus antarvertebra terdiri dari dua bagian utama yitu nucleus pulposus
dibagian tengah dan annulus fibrosus yang mengelilinginya. Nukleus pulposus adalah
bagian sentral semigelatinosa diskus yang mengandung berkas-berkas serat
gelatinosa, sel jaringan ikat, dan sel tulang rawan. Bahan ini berfungsi sebagai
peredam kejut (shock absorber) antara korpus vertebra yang berdekatan dan juga
berperan dalam pertukaran cairan antara diskus dan kapiler. Anulus fibrosus terdiri dari
cincin-cincicn fibrosa konsentrik yang mengelilingi nucleus pulposus. Fungsi dari
annulus fibrosus adalah agar dapat terjadi gerakan antara korpus-korpus vertebra,
menahan nucleus pulposus, dan sebagai peredam kejut.
Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus keluar
menonjol kemudian menekan kearah kanalis spinal melalui annulus fibrosus yang
robek.
Herniasi nucleus pulposus (HNP) merupakan uatu nyeri yang disebabkan oleh
proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis atau diskogenik.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa HNP adalah sustu keadaan
dimana nucleus pulposus keluar melalui annulus fibrosus yang robel kemudian
menonjol dan menekan kanalis spinalis dengan gejala yang uatama adalah nyeri
khususnya pada daerah punggung.
B. ETIOLOGI
HNP dapat disebabkan oleh suatu trauma (jatuh, terbentur, gerakan yang tiba-
tiba cepat dan lainnya) atau oleh karena proses degenerasi atau penuaan yang
membuat lapisan permukaan ruas tulang belakang menjadi tergesek, mengakibatkan
struktur yang mengandung sel gelatin yang lentur dan kenyal (nucleus pulposus)
mengelami cedera. Selain itu, kehilangan protein dalam polisakarida dalam diskus
menurunkan kandungan air nucleus pulposus, serat-serat juga menjadi lebih kasar dan
mengalami hialinisasi yang berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan
herniasi nucleus pulposus melalui annulus disertai akar saraf spinalis.
C. KLASIFIKASI
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) terbagi atas:
1. HNP sentral yang akan menimbulkan para paresis flasid, parestesia dan retensi urin.
2. HNP lateral yang bermanifestasi pada rasa nyeri yang terletak pada punggung
bawah di tengah-tengah antara bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki.
D. PATOFISIOLOGI
Trauma dan proses degeneratif
Kehilangan protein polisakarida, kandungan air mneurun, serat-serat menjadi kasar, hialinisasi
Pemisahan lempeng tulang rawan dari korpus vertebrae yang berdekatan
Nukleus pulposus keluar melalui serabut annulus yang sobek
Menekan syaraf spinal
Kerusakan jalur simpatik desending
Terputusnya jaringan saraf di medulla spinalis
Paralisis dan paraplegia
Gangguan mobilitas fisik
Kelemahan
Penekanan jaringan setempat
Resiko gangguan integritas kulit
↓ Tonus otot
Nyeri
Risk for disuse syndrome
Spasme otot & pelepasan mediator kimia: histamin, prostaglandin, bradikinin,
serotonin
Bed rest total & lama Atropi, kontraktur
Ulkus, dekubitus
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala dari Hernia Nukleus Pulposus adalah:
1. Nyeri yang dapat terjadi pada bagian spinal manapun seperti servikal, torakal
(jarang) atau lumbal. Manifestasi klinis bergantung pada lokasi, kecepatan
perkembangan (akut atau kronik) dan pengaruh pada struktur disekitarnya.
2. Nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh)
3. Penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas
4. Kelemahan satu atau dua ekstremitas
5. Kehilangan control anus atau kendung kemih sebagian atau lengkap
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu diagnose HNP adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium: darah lengkap dan cairan serebrospinal
2. RO Spinal : memperlihatkan perubahan degeneratif pada tulang belakang
3. MRI : dapat memperlihatkan perubahan tulang dan jaringan lunak divertebra serta
herniasi.
4. CT Scan dan Mielogram jika gejala klinis dan patologiknya tidak terlihat pada MRI.
Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan dan menunjukkan lokasi lesi atau disk
protusion
5. Elektromiografi (EMG) : untuk melokalisasi radiks saraf spinal khusus yang terkena
6. Epidural venogram : menunjukkan lokasi herniasi
7. Lumbal functur : untuk mengetahui kondisi infeksi dan kondisi cairan serebrospinal.
G. KOMPLIKASI
1. Kelemahan dan atropi otot
2. Trauma serabut syaraf dan jaringan lain
3. Kehilangan kontrol otot sphinter
4. Paralis atau ketidakmampuan pergerakan
5. Perdarahan
6. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi konservatif
a) Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan
sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam
sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut. tertentu. Tempat tidur tidak boleh
memakai pegas/per dengan demikina tempat tidur harus dari papan yang larus
dan diutu[ dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri
punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat
ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu
yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan /
dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi
fungsi-fungsi otot.
b) Medikamentosa
Symtomatik
Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-
inflamasi non-steroid (NSAID) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik
(amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid).
Kausal: kolagenese
Fisioterapi
Biasanya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan jangkauan permukaan
yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurangi lordosis.
2. Terapi operatif
Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan
hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologic.
Macam-macam dari tindakan pembedahan adalah sebagai berikut:
a) Disektomi: mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus
intervertebral
b) Laminektomi: mengangkat lamina untuk memajankan elemen neural
pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk menginspeksi kanalis
spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi
medula dan radiks
c) Laminotomi: pembagian lamina vertebra.
d) Disektomi dengan peleburan: graf tulang (dari krista illaka atau bank
tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosessus spinokus
vertebrata. Tujuan peleburan spinal adalah untuk menstabilkan tulang belakang
dan mengurangi kekambuhan.
e) Faraminotomi: pembedahan diskus dan permukaan sendi untuk
mengangkat tulang yang menekan syaraf.
f) Mikrodisektomi: penggunaan mikroskop saat operasi untuk melihat potongan
yang mengganggu dan menekan serabut syaraf
g) Spinal fusion: penempatan keping tulang diantara vertebrata agar dapat
kembali normal.
3. Rehabilitasi
a) Mengupayakan penderita segera bekerja seperti semula
b) Agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam melakkan kegiatan sehari-
hari (the activity of daily living)
c) Klien tidak mengalami komplikasi pneumonia, infeksi saluran kencing dan
sebagainya).
I. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama
Membutuhkan papanmatras yang keras saat tidur
Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan
Tanda : Atrofi oto pada bagian tubuh yang terkena
Gangguan dalam berjalan
2. Eliminasi
Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
Adanya inkontinensia/retensi urin
3. Integritas ego
Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga
Tanda : Tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
4. Neurosensory
Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan oto, hipotonia, nyeri
tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri (sensori)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin membengkokkan badan, mengangkat, defekasi,
mengangkat kaki atau fleksi pada leher; nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten; nyeri yang
menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal)
Terdengar suara krek saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa
punggung patah
Keterbatasan untuk mobilisasu/membungkuk ke depan
Tanda : Sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan
cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat
pada bagian tubuh yang terkena
Nyeri pada palpasi
6. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d kompresi saraf, spasme otot
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri berkurang
Skala nyeri berkurang
Klien menggunakan teknik nonfarmakologi dalam mengurangi nyeri seperti teknik
relaksasi
Intervensi Rasional
1. Monitor adanya keluhan nyeri, catat
lokasi, lama, factor pencetus atau
pemberat
2. Pertahankan tirah baring selama fase
akut. Letakkan pasien dengan posisi
semi fowler dengan tulang spinal,
pinggang dan lutut dalam keadaan
fleksi; posisi telentang dengan atau
tanpa meninggikan kepala 10-30°
1. Membantu menen-tukan pilihan inter-
vensi dan membe-rikan dasar untuk
perbandingan dan evaluasi terapi
2. Tirah baring dalam posisi yang
nyaman memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasme otot,
menurunkan penekanan pada bagian
tubuh tertentu dan memfasilitasi
terjadinya reduksi dari tonjolan diskus
atau pada posisi lateral
3. Bantu pemasangan brace/korset
4. Batasi aktivitas selama fase akut
sesuai kebutuhan
5. Minta pasin untuk melakukan teknik
relaksasi
6. Berikan tempat tidur
ortopedik/letakkan papan dibawah
kasur/matras
7. Kolaborasi pemberian obat relaksasi
ototseperti diazepam
8. Kolaborasi pemberian NSAID seperti
ibuprofen
9. Kolaborasi pemberian analgesic
seperti asetaminofen
3. Berguna selama fase akut dari
rupture diskus untuk memberikan
sokongan dan membatasi fleksi
4. Meminimalkan gerakan yang dapat
menghilangkan spasme otot dan
menurunkan edema dan tekanan
pada struktur sekitar diskus
intervertebralis yang terkena
5. Memfokuskan perhatian pasien,
membantu menurunkan tegangan
otot
6. Memberikan sokongan dan
menurunkan fleksi spinal yang
menurunkan spasme
7. Merelaksasikan otot dan menurunkan
nyeri
8. Menurunkan edema dan tekanan
pada akar saraf
9. Perlu untuk menghilangkan nyeri
sedang sampai berat
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan
neuromuskulus
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai kemampuannya.
Kriteria hasil:
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertambahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
Intervensi Rasional
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam
2. Ajarkan klien untuk melakukan latihan
1. Menurunkan resiko terjadinnya
iskemia jaringan akibat sirkulasi
darah yang jelek pada daerah yang
tertekan
2. Gerakan aktif memberikan massa,
gerak aktif pada ekstrimitas yang
tidak sakit
3. Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas
yang sakit
4. Demonstrasikan penggunaan alat
penolong seperti alat bantu jalan,
tongkat
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien
tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan
pernapasan
3. Otot volunter akan kehilangan tonus
dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakkan
4. Memberikan stabilitas dan sokongan
untuk mengkompensasi gangguan
tonus/kekuatan otot dan
keseimbangannya
5. Program latihan/peregangan yang
spesifik dapat menghilangkan
spasme otot dan menguatkan otot-
otot punggung, ekstensor, abdomen,
dan otot quadrisep untuk
meningkatkan sokongan terhadap
daerah lumbal
3. Resiko gangguan integritas kulit b.d tirah baring lama
Tujuan: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam klien mampu
mempertahankan keutuhan kulit
Kriteria hasil:
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
Intervensi Rasional
1. Anjurkan untuk melakukan latihan
ROM (range of motion) dan mobilisasi
jika mungkin
2. Rubah posisi tiap 2 jam
3. Gunakan bantal air atau pengganjal
yang lunak di bawah daerah-daerah
yang menonjol
4. Lakukan massage pada daerah yang
menonjol yang baru mengalami
1. Meningkatkan aliran darah kesemua
daerah
2. Menghindari tekanan dan
meningkatkan aliran darah
3. Menghindari tekanan yang berlebih
pada daerah yang menonjol
4. Menghindari kerusakan-kerusakan
kapiler-kapiler
tekanan pada waktu berubah posisi
5. Observasi terhadap eritema dan
kepucatan dan palpasi area sekitar
terhadap kehangatan dan pelunakan
jaringan tiap merubah posisi
6. Jaga kebersihan kulit dan seminimal
mungkin hindari trauma, panas
terhadap kulit
5. Hangat dan pelunakan adalah tanda
kerusakan jaringan
6. Mempertahankan keutuhan kulit
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengn Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Price Sylvia dan Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC