lp hemodialisis.doc

27
BAB I KONSEP MEDIS A. Defenisi Hemodialisa bersal dari bersal bahasaa yunani yaitu hemo yang berarti darah dan dialysis yang berarti pemisahan zat terlarut melalui membrane semi permeable. Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialaisi jangka panjang atau pasien denagn penyakit ginjal pada stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Unit hemodialisa adalah merupakan ruangan khusus yang tidak terpisah dari satu rumah sakit untuk melaksanakan tindakan hemodialisis baik akut maupun kronik / terminal. B. Prinsip Kerja Hemodialisis Ada tiga prisip yang mendasari kerja hemodialisia yaitu: difusi,osmosis dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan secara difusi dan dari darah yang berkonsentrasi tnggi ke cairan dialisa yang berkonsentrasi rendah.air yang berlebihan dikeluarkan dari dalm tubuh melalui proses osmosis dimana air bergerak dari daerah tekanan tinggi (tubuh pasien) ketekanan yang lebih rendah (cairan dializat) C. Peralatan Unit Hemodialisis 1. Peralatan khusus hemodialisis set hemodialisis. Mesin hemodialisis, Dializer / ginjal buatan,

Upload: doni-luter

Post on 28-Nov-2015

67 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

hd

TRANSCRIPT

Page 1: lp hemodialisis.doc

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Hemodialisa bersal dari bersal bahasaa yunani yaitu hemo yang berarti darah

dan dialysis yang berarti pemisahan zat terlarut melalui membrane semi permeable.

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan

sakit akut dan memerlukan terapi dialaisi jangka panjang atau pasien denagn penyakit

ginjal pada stadium terminal yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi

permanen.

Unit hemodialisa adalah merupakan ruangan khusus yang tidak terpisah dari

satu rumah sakit untuk melaksanakan tindakan hemodialisis baik akut maupun kronik

/ terminal.

B. Prinsip Kerja Hemodialisis

Ada tiga prisip yang mendasari kerja hemodialisia yaitu: difusi,osmosis dan

ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan secara difusi dan

dari darah yang berkonsentrasi tnggi ke cairan dialisa yang berkonsentrasi rendah.air

yang berlebihan dikeluarkan dari dalm tubuh melalui proses osmosis dimana air

bergerak dari daerah tekanan tinggi (tubuh pasien) ketekanan yang lebih rendah

(cairan dializat)

C. Peralatan Unit Hemodialisis

1. Peralatan khusus hemodialisis set hemodialisis.

Mesin hemodialisis, Dializer / ginjal buatan, Arteri blood line, Venous

blood line, AVfistula / abocath No. G 14, G 15, G 16, Dialisat.

2. Alat-alat Kesehatan

a. Tempat tidur fungsional.

b. Timbangan berat badan.

c. Pengukur tinggi badan.

d. Stetoskop.

e. Thermometer.

f. Peralatan E.K.G.

g. Set pemberi 02 lengkap.

h. Slym zuiger

i. Meja tindakan: Korentang, Neerbeken, Bak spuit, Klem besar 2 buah, Arteri

Page 2: lp hemodialisis.doc

klem Kassa steril dalam botol, Sarung tangan steril, Kain alas ( perlak ),

Verband, Plester –micropore, Gunting verband, Infuse set, Kapas dalam

tempatnya Betadin dalam tempatnya, Spuit dengan berbagai ukuran ( 1cc,

3cc, 20cc dll), Bantal pasir, Maatkan/ gelas ukur

3. Obat-obat dan cairan

a. Obat-obat Hemodialisis

1) Heparin. Heparin digunakan untuk menjaga terjaadinya pembekuan pada

alat-alat HD dan untuk mengurangi terjadinya anemi

2) Protamin

3) Lidocain untuk anestesi

b. Cairan infus : NaCl 0.9 %, Dektrose 5 %, 10 %

c. Dialisat : Cairan yang digunakan untuk proses HD yaitu cairan kosentrat

asam bikarbonat atau aceatt yang mengandung Na,Ca, Mg,astetat,

bignat,dekstrose denagn perbaandingan 34 RO :1 cairan konsentrat

d. Desinfektan : Alkohol 70 %, Beytadine, Sodium hypochlorite 5 %

e. Obat-obatan emergency yang perlu disediakan : Oradexon, Dopamine,

Anti-histamine, Valium, Primperan, Sodium bicarbonate 7% (meglon),

Calcium gluconat, Sulfat atropine, Catapres injeksi, Adalat tablet

f. Alat-alat tulis kantor ( ATK )

1) ATK umum

2) ATK khusus: Formulir hemodialisi, Formulir traveling dialysis, Formulir

izin tindakan hemodialisis, Formulir laboratorium, Formulir radiology,

Resep, Jadwal hemodialisis / kartu hemodialisis.

D. Penatalaksanaan Hemodialisis

1. Perawatan Sebelum Hemodialisis

a. Menyiapkan mesin hemodialisis

b. Menyiapkan sirkulasi darah

c. Persiapan pasien

1) Menimbang berat badan

2) Memberitahukan dan menjelaskan pada pasien bahwa akan dilakukan

hemodialisis ( pasien baru )

3) Mengatur posisi

4) Mengobservasi keadaan umum

5) Observasi tanda-tanda vital

Page 3: lp hemodialisis.doc

6) Melakukan kanulasi/punksi untuk menghubungkan sirkulasi biasanya

mempergunakan salah satu jalan darah / Blood axces seperti dibawah ini:

a) Dengan internal A/V shunt/fistula cimino

b) Dengan eksternal A/V shunt/ schribnea

c) Tanpa 1 dan 2 ( vena femoralis)

2. Memulai Desinfektan

a. Jepitlah kassa betadine dengan arteri klem, oleskan daerah cimino dan vena

lain dengan cara memutar dari dalam ke luar

b. Masukkan kassa ke dalam kantong plastik

c. Jepitlah kassa alcohol dengan arteri klem, bersihkan daerah cimino dan vena

lain caranya sama seperti di atas

d. Lakukan sampai bersih

e. Letakkan kasa kotor pada plastic, sedangkan klem arteri letakkan pada gelas

ukur

f. Letakkan kain alas steril di bawah tangan

g. letakkan kain belah steril di atas tangan

3. memulai Fungsi Cimino/Grart

a. Memberikan anestesi lokal pada cimino ( tempat keluarnya darah dari

tubuh ke mesin ), dengan spuit insulin 1cc

b. Tusukan tempat cimino dengan jarak 8-10 cm dari anastomose

c. Tusukklah secara intrakutan dengan diameter 0,5 cm

d. Memberikan anestesi lokal pada tusukan vena lain ( tempat masuknya

darah dari mesin ke tubuh)

e. Bekas tusukan di pijat sebentar dengan kassa steril

4. Memasukkan Jarum AV Fistula

a. Masukkan jarum AV Fistula pada tusukan yang telah dibuat pada saat

pemberian anestesi local

b. setelah darah keluar isaplah dengan spuit 5 ml dan bilas kembali dengan NaCl

0,9 %

c. Av fistula di klem, spuit 5 ml dilepaskan , ujung AV fistula di tutup,

tempat tusukan fiksasi dengan micropore/plester

d. Masukkan jarum AV fistula pada vena lain

e. Tinggalkan kain alas steril dibawah tangan pasien, sebagai alas dan

penutup selama proses dialysis berlangsung

Page 4: lp hemodialisis.doc

f. Alat kotor masukkan ke dalam plastik ,sedangkan alat-alat yang dapat

dipakai kembali di bawa ke ruang disposal

g. Bedakan dengan alat-alat yang terkontaminasi

h. Bersihkan dari darah,masukkan ke kantong plastik

5. Perawatan Cimino

a. Sebelum tindakan dialysis

1) Anjurkan pasien mencuci tangan dengan cairan disenfektan

2) Basuh tangan sampai bersih,pada tempat cimino

3) Keringkan tangan

b. Memulai tindakan dialysis : lakukan penusukan cimino dengan teknik aseptik

c. Selama dialysis

1) tutup tusukan cimino dengan duk steril

2) jika ada rembesan pada tusukan cimino,bersihkan dengan kassa

betadine

3) berikan bubuk antibiotic

4) fiksasi dengan micropore

d. Mengakhiri dialysis

1) Bekas tusukan cimino, tekan dengan kassa betadine sampai darah tidak

keluar lagi

2) Berikan band aid dan balut dengan verban

e. Hal-hal yang harus dihindari

1) Hindari permukaan pada kulit,tidak boleh digaruk/diurut

2) Hindari terjadinya perdarahan ( terbentur)

3) Hindari untuk pengambilan

darah

4) Tidak boleh untuk tensi

5) Lengan di tinggikan jika ada edema

f. Memulai pelaksanaan hemodialisis

1) Lakukan tindakan antiseptic di tempat penusukan dengan betadine

10 %, kemudian di bersihkan dengan alcohol 70 %

2) Cari daerah yang mudah dilakukan penusukan

3) Lakukan penusukan pertama kali pada daerah vena (outlet) disertai

pemberian loding heparin 1000 IU / sesuai dosis

Page 5: lp hemodialisis.doc

4) Lakukan penusukan di daerah inlet dengan arteri blood line dan jalankan

blood pum dengan kecepatan mulai dari status ml / menit sampai seluruh

blood line berisi penuh, baru disambungkan dengan bagian jarum fistula

outlet

5) Jalankan blood pum perlahan-lahan sampai 200 ml/ menit

6) Set mesin hemodialisis sesuai program HD sesuai program HD masing-

masing g).

7) Bila aliran darah kurang dari 100 ml/menit karena ada

penyulit, pertimbangkan untuk dilakukan penusukan pada daerah femoral.

g. Pengawasan

1) Mesin

a) Pengawasan sirkulasi darah di luar ekstrakorporeal blood monitoring :

pengawasan kecepatan aliran darah, pengawasan terhadap tekanan:

arteri dan venous pressure

b) Pengawan heparin pum

c) Pengawasan terhadap sirkulasi dializat pada dializat monitoring :

kebocoran dializer ( blood Leak ), temperature, conductivity, trans

membrane pressure, positife pressure

2) pasien

a) Keadaan umum, tekanan darah, nadi, pernapasan

b) Pengawasan terhadap kemungkinan komplikasi lain selama

dialysis: mual, kram otot, masalah pada akses

h. Pengamatan Selama Dialisis

1) observasi tanda-tanda vital setiap jam

2) jaga ketepatan pencatatan dalam lembar dialysis

3) perhatikan kelancaran aliran darah pada cimino atau graft

4) perhatikan sambungan pada: AV fistula dengan selang arteri, dan

selang arteri dengan dialiser

5) berikan pasien posisi tidur yang nyaman

6) perhatikan edema pada: muka,punggung tangan, asites,mata kaki

dan dorsum pedis

7) perhatikan pemakaian oksigen

8) perhatikan rembesan luka, fungsi cimino/ graft, bersihkan rembesan

darah dengan kapas alcohol

Page 6: lp hemodialisis.doc

9) kaji keluhan pasien

10) evaluasi hasil dialysis pasien

E. Indikasi HD

1. GGA : Intoksikasi makanan,obat-obatan dan darah, GE berat, Trauma ginjal

2. CKD

3. Dialisis preparative

a. Dilikukan segera pada: Uremikum, Perikarditis,

Hiperkalemi, Overhidrasi, Odema paru, oligoria

b. Profilaksis : Gejala uremia, Asidosis, Kreatinin >8mg%,

Ureum 2,14xbun, Bun >100mg%, Cct <5m/menit.

F. Kontra Indikasi

1. Kelainan psikologis berat

2. Gangguan kardiovaskular

3. Tumor ganas

4. Keadaan umum buruk; hiperpiretik,hipertensi,hb <5mg%.

G. Komplikasi HD

1. Akut

a. Hipotensi

1) Penyebab : Terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin, ultrafiltrasi

berlebihan, obat-obatan anti hipertensi

2) Gejala : Lemas, berkeringat, pandangan kabur berkunang-kunang,

mual, muntah, sesak, sakit dada.

3) Penanganan : posisi tidur,posisi kepala lebih rendah dari kaki,

kecepatan aliran darah dan UFR diturunkan, berikan

NaCl 0,9 % 100ml, berikan 02 1-2 liter, kalau perlu

istirahatkan dialysis untuk sementara.

4) Pencegahan : anjurkan pasien membatasi kenaikkan badan

intradialisis kurang dari 1 kg per hari, anjurkan

pasien minum obat antihipertensi sesuai aturan

dokter, bila perlu gunakan dializat bikarbonat,

observasi tanda-tanda vital selama dialysis

berlangsung.

b. Mual dan Muntah

Page 7: lp hemodialisis.doc

1) Penyebab: gangguan GIT , ketakutan, reaksi obat, hipotensi

2) Penanganan : kecilkan aliran darah sampai 100 RPM, kecilkan UFR

sampai 0,0, observasi tanda-tanda vital, jika tensi turun , guyur NaCl

0,9% sesuai dengan keadaan pasien, jika keadaan umum sudah baik,

program dialysis di atur secara bertahap sesuai kebutuhan pasiekaji

penyebab muntah: hipotensi,penarikan cairan terlalu cepat atau kenaikkan

BB lebih dari 1 kg/hari

3) Pencegahan :

a) Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah selama

jam pertama dialysis, selanjutnya di naikkan secara bertahap sesuai

kebutuhan pasien

b) Ganti cairan dialiset dengan cairan bicarbonat sesuai persetujuan

dokter

c) Anjurkan pasien untuk membatasi cairan

d) Observasi tanda-tanda vital

c. Sakit Kepala

1) Penyebab : tekanan darah naik, ketakutan

2) Penanganan : kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100 RPM,

observasi tanda-tanda vital, jika keluhan sudah berkurang jalankan

program dialysissecara semula secara bertahap, kaji penyebab sakit

kepala: cairan dializat, minum kopi

3) Pencegahan : mengganti cairan dializat sesuai persetujuan dokter,

anjurkan pasien mengurangi minum kopi.

d. Demam Disertai Menggigil

1) Penyebab : Reaksi pirogen, Reaksi transfuse, Kontaminasi bakteri pada

sirkulasi darah

2) Penanganan : observasi tanda-tanda vital, berikan selimut, beritahu dokter

untuk pemberian terapi ( panadol bila suhu meningkat),

Mencari penyebab demam

e. Nyeri Dada

1) Penyebab : minum obat jantung tidak teratur, program HD yang terlalu

cepat

2) Penanganan : kecilkan kecepatan aliran darah, pasang EKG monitor,

Beritahu dokter untuk pemberian terapi

Page 8: lp hemodialisis.doc

3) Pencegahan : sirkulasi pada waktu priming agak lama antara 10 –

15 menit, minum obat jantung secara teratur, anjurkan pasien untuk

control ke dokter secara teratu

f. Gatal-gatal

1) Penyebab : jadwal dialysis yang tidak teratur ( toksin uremia

kurang terdialisis), sedang tranfusi / sesudah tranfusi, kulit kering

2) Penanganan : gosoklah dengan talk / krem khusus untuk gatal, jika karena

tranfusi beritahu dokter untuk pemberian avil 1 ml/IV

3) Pencegahan : anjurkan pasien makan esuai diet , anjurkan pasien selalu

menjaga kebersihan badan.

g. Perdarahan Cimino Setelah Dialysis

1) Penyebab : tempat tusukan membesar, masa pembekuan darah lama,

dosis heparin berlebihan, tekanan darah tinggi, penekanan tusukan tidak

tepat

2) Penanganan : tekan daerah tusuka dengan tepat, kaji penyebab

pendarahan dengan tepat, observasi tanda-tanda vital, lapor dokter

jaga jika perdarahan berhenti.

3) Pencegahan: sebelum dialysis kalo perlu periksa laboraatorium terhadap

BTCT, bekas tusukan semino tidak boleh digaruk atau dipijat, hindari

penusukan pada bekas tusukan dialisis sebelumnya.

h. Keram Otot

1) Penyebab : penarikan cairan dibawah berat badan setandar, penarkan

cairan terlalu cepat (UFR tinggi), cairan dialisa dengan kadar Na rendah,

berat badan naik > 1 kg /hari, posisi tidur berubah terlalu cepat

2) Penanganan : kecilkan UFR, massage pada darah yang keram,

guyur dengan Nacl 0,9% sebanyak 100-200 ml dan sesuikan dengan

keadaan umum pasien, kompres air hangat, observasi tanda-tanda vital

3) Pencegahan : jangan menarik cairan terlalu cepat / UFR tinggi pada awal

dialysis, anjurkan pasien untuk membatasi intake cairan, anjurkan pasien

untuk mentaati diet agar kenaikan berat badan tidak lebih dari 1 kg/hari,

gunakan cairan dielisa dengan kadar Na tinggi

2. Kronik

a. Hipertensi

b. Osteodistrofi ginjal

Page 9: lp hemodialisis.doc

c. Neuropati perifer

d. Ensefalopati

e. Overhidrasi

f. Hepatitis

H. Penatalaksanaan Diet Pada Gagal Ginjal Kronik Dengan Penggati Hemodialisis

Anjurkan kebutuhan energi minimal 35 Kcal/kg berat badan ideal, sedangkan

protein 1.2 g/ kg berat badan ideal, 50 % dianjurkan bernilai biologi tinggi.

Asupan protein sulit dipenuhi apabila pasien tidak ada nafsu makan karena

kehilangan cita rasa. Tambahan protein yang biasa diberikan apabila asupan

protein kurang adalah produk yang tinggi protein tinggi kalori, sebagai contoh

adalah susu yang sudah dimodifikasi susunan elektrolitnya.

Garam dan air perlu perhatian khusus, karena berat badan interdialitik

kadang tidak terkendali. Anjuran kenaikan berat badan adalah tidak lebih dari 5 %

berat badan kering diantara dua waktu dialysis. Membatasi asupan cairan

berdasarkan jumlah urin yang keluar selama 24 jam ditambah air yang keluar melalui

keringat dan pernapasan berkisar 500ml. Semua makanan yang mencair

diperhitungkan sebagai air.

Pasien hemodialisis perlu mengurangi garam tergantung jumlah urin.Apabila

jumlah urin 500ml, maka natrium yang dibutuhkan adalah 1000mg Na +

1000mg Na ( penambahan Na untuk urin 500ml) = 2000mg Na setara dengan ± 5 g

NaCl ( garam dapur). Makin sedikit jumlah urin makin dibatasi asupan

garam.Apabila pasien tidak ada urinnya sama sekali, maka asupan Na hanya

dianjurkan 1000 mg Na setara dengan 2.5 gram garam dapur. Selain asupan garam

diperhitungkan, makanan yang tinggi natrium juga harus dihindari.

Kalium biasa juga disebut dengan potassium, pada pasien hemodialisis

kebutuhan kalium tergantung dengan jumlah urin 24 jam, frekuensi hemodialisis, dan

kaliun yang terkandung pada cairan dialysis. Kebutuhan dasar kalium apabila

pasien tidak ada urinnya sama sekali adalah 2000 mg setara dengan ± 51 meq.Jika

pasien masih ada urinnya 500 ml per hari maka kebutuhan kalium dapat

ditambahkan menjadi 2000 mg + 500 mg ( tambahan kalium untuk urin 500 ml ) =

2500 mg setara dengan ± 64 meq. Apabila tidak terkontrol dengan diet maka

dianjurkan untuk diberikan obat pengikat kalium ( kayexalate) yang masih jarang

digunakan di Indonesia. Cara lain untuk menurunkan kadar kalium adalah

mengurangi konsumsi buah dan sayurb serta mengolah buah dan sayur dengan cara

Page 10: lp hemodialisis.doc

direndam terlebih dahulu sebelum dimasak, sehingga kalium sebagian hilang / larut

dalam air. Perlu diketahui pula bahwa komposisi buah dan sayur selain mengandung

kalium, ± 90 % adalah air.

Mineral lain yang perlu perhatian khusus adalah kalsium dan fosfor. Pada

pasien hemodialisis biasa di jumpai hiperfosfatemiia dan hipokalsemia.Menurunkan

kadar fosfor dan meningkatkan kadar kalsium dalam makanan sangat

sulit,karena makanan yang tinggi fosfor juga tinggi kalsium. Anjuran asupan fosfor

adalah < 17 mg/kg berat badan.

Sebagai contoh apabila pasien dengan berat badan 60 kg konsumsi fosfornya

diharapkan kurang dari 1020 mg, ditambah dengan obat pengikat fosfat yang biasa di

pakai adalah CaCo3. Sedangkan konsumsi kalsium yang dianjurkan adalah berkisar

1200 mg/hari. Tambahan kalsium melalui obat diperlukan bila serum fosfat terkontol

akan tetapi serum kalsium masih rendah.

Anemia menjadi masalah bagi pasien hemodialisis. Menaikan kadar Hb

pasien sangat sulit,apabila asupan proten tidak mencukupi, oleh karena itu tambahan

Fe oral maupun parenteral dianjurkan apabila cadangan besi tidak adekuat.

Tambahan vitamin yang larut dalam air diperlukan, karena asupan dari buah dan

sayur segar dibatasi, selain itu kehilangan selama dialysis. Tambahan vitamin yang

dianjurkan adalah Vit C 100 mg, asam folat 1 mg dan pyridoxine 10 mg.

Page 11: lp hemodialisis.doc

BAB II

Asuhan Keperawatan (ASKEP)

A. Pengkajian

1. Aktivitas/Istirahat

Kelelahan ekstrem, malaise, gangguan tidur (insomnia, gelisah atau somnolen)

kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak.

2. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, palpitasi, nyeri dada (angina), disritmia jantung,, nadi

kuat, edema jaringan dan pitting edema, nadi lemah, halus, hipotensi ortostatik

menunjukkan hipovolemia, friction rub pericardial, pucat, kulit kehijauan,

kecenderungan perdarahan.

3. Integritas Ego

Stress finansial, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, ansietas, penolakan,

takut, marah.

4. Eliminasi

Oliguria, anuria, distensi abdomen, diare, konstipasi, perubahan warna urine

menjadoi pekat, merah, kecoklatan.

5. Nutrisi dan Cairan

Berat badan meningkat (edema), malnutrisis, anoreksis, nyeri ulu hati, mual,

muntah, pernafasan amonia, asites, hepatomegali, perubahan turgor dan

kelembaban kulit, ulserasi gusi/ lidah.

6. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas dan rasa terbakar pada

kaki, neuropati perifer, gangguan status mental, penurunan konsentrasi, tingkat

kesadaran dan kehilangan memori, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.

7. Nyeri Dan Ketidaknyamanan

Nyeri panggul, kram otot, gelisah.

8. Pernapasan

Nafas pendek, dipsnea nokturnal paroksimal, takipnea, pernafasan kussmaul,

Page 12: lp hemodialisis.doc

edema paru.

9. Integumen

Infeksi berulang, kulit gatal, pruritus, demam, petekie, ekimosis,

kalsifikasi metastatik pada kulit, keterbatasan gerak sendi.

10. Seksualitas

Penurunan libido, amenor, inertilitas.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, intake berlebihan,

retensi cairan dan natrium.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd anoreksia, mual

muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan

4. Intoleransi aktifitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampahdan

prosedur dialisis.

5. Perubahan peran, perubahan citra diri dan disfungsi seksual.

6. Kerusakan intergritas kulit b.d gangguan status metabolik, sirkulasi

(anemia) dan sensasi (neuropati perifer)

7. Defisit volume cairan b.d kehilangan darah, heparinisasi yang tidak tepat

selama dialisis.

8. Resiko tinggi cedera b.d akses vaskuler dan komplikasi emboli udara.

C. Intervensi

1. DX 1

a. Kaji status cairan

1) Timbang berat badan harian

2) Keseimbangan intake dan output harian

3) Turgor kulit dan adanya edema

4) Distensi vena jugularis

5) Tekanan darah, denyut dan irama jantung

R/: Peningkatan berat badan harus tidak lebih dari 0,5 kg/ hari , hipertensi

dan takikardi dapat diakibatkan overhidrasi dan atau gagal jantung

b. Batasi intake cairan kurang lebih 1 lt/ hari

R/: Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin

dan respon terhadap terapi

Page 13: lp hemodialisis.doc

c. Identifikasi sumber potensial cairan

R/: sumber cairan yang tidak diketahui dapat memperberat gagal ginjal

d. Jelaskan pada klien / keluarga rasional pembatasan cairan

R/: pemahaman pasien / keluarga meningkatkan kerjasama dan kepatuhan

terapi.

e. Perhatikan adanya status perubahan mental.

R/: hipervolemia berpotensi untuk edema serebral

f. Kolaborasi untuk pengawasan kadar natrium serum

R/: kadar natrium yang tinggi dihubungkan dengan kelebihan cairan,

edema, dan komplikasi jantung.

2. DX 2

a. Kaji status nutrisi: perubahan berat badan, pengiukuran antropometik

R/: menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan

mengevaluasi intervensi

b. Kaji pola diet nutrisi klien: riwayat diet , makanan kesukaan dan intake cairan

R/: pola diet dapat dipertimbangkan dalam menyususn menu

dengan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet.

c. Kaji adanya anoreksia, mual, muntah, depresi, stomatitis dan kurang

memahami batasan diet

R/: data untuk mengetahui faktor yang dapat dirubah atau dihilangkan

untuk meningkatkan masukan diet

d. Tingkatkan intake protein bernilai biologis tinggi (telur, daging, susu)

R/: protein yang lengkap untuk mencapai keseimbangan nitrogen

untuk pertumbuhan dan penyembuhan

e. Kaji bukti adanya intake protein yang tidak adekuat

R/: insufisiensi protein dapat ditandai dengan pembentukan edema,

penyembuhan luka yang lambat dan rendahnya kadar albumin serum.

3. DX 3

a. Kaji pengetahuan klien tentang penyebab gagal ginjal, pengertian gagal

ginjal, pemahaman tentang fungsi ginjal, dan rasional penanganan gagal ginjal

R/: tingkat pengetahuan klien tentang gagal ginjal merupakan intruksi dasar

untuk pemberian penkes yang dibutuhkan

b. Sediakan infor,masi yang tepat tentang fungsi dan kegagalan ginjal,

pembatasan cairan dan diet, medikasi, tanda dan gejala, jadwal tindak lanjut

Page 14: lp hemodialisis.doc

R/: informasi yang tepat dapat digunakan sebagai klarifikasi terhadap proses

penyakit

c. Kaji ulang pembatasan diet termasuk fosfat dan magnesium

R/: pembatasan fosfat merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran

kalsium dari tulang (osteodistrasi ginjal) dan akumulasi magnesium

mengganggu fungsi neurologis dan mental

4. DX 4

a. Kaji kemandirian klien dalam aktifitas perawatan diri yang dapat

ditoleransi

R/: menentukan pilihan intervensi dan tingkat kebutuhan intervensi

b. Bantu dalam latihan rentang gerak aktif / pasif

R/: mempertahankan kelenturan sendi, mencegah kontraktur dan membantu

menurunkan tegangan otot

c. Buat rencana program aktifitas dengan melibatkan klien

R/: meningkatkan motivasi , perasaan sejahtera

d. Lakukan program pelatihan rutin sesuai batasan tolerabsi dan jadwal

istirahat latihan

R/: mempertahankan tonus otot dan kelenturan sendi, mencegah kelemahan

e. Kaji ulang tindakan untuk mencegah perdarahan seperti latihan keras

R/: menentukan resiko sehubungan dengan anemia dan penurunan trobosit

f. Kaji adanya pembengkakan sendi / nyeri tekan

R/: hiperfosfatemia dengan pergeseran kalsium dapat mengakibatkan depresi,

kelebihan fosfat kalsium sebagai kalsifikasi di dalam sendi dan jaringan

lunak.

g. Kaji adanya sakit kepala, pandangan kabur , edema peritoneal dan mata

merah.

R/: dugaan terjadinya kontrol hipertensi buruk dan perubahan

akibat hiperkalsemia

5. DX 5

a. Kaji respon dan reaksi klien dan keluarga terhadap penyakit dan terapi

R/: respon dan reaksi klien merupakan data masalah klien dan keluarga

dalam menghadapi perubahan hidup akibat penyakit yang diderita.

b. Kaji hubungan klien dengan orang terdekat

Page 15: lp hemodialisis.doc

R/: orang terdekat merupakan sumber koping bagi klien dalam

menghadapi penyakitnya

c. Kaji pola koping klien dad keluarga serta keefektifan pola koping yang

sudah ada seiring memburknya proses penyakit

R/: pola koping efektif yang sudah ada potensial menjadi

destruksiseiring memburuknya proses penyakit

d. Diskusikan perubahan peran, gaya hidup, pekerjaan, seksualitas dan

ketergantungan terhadap tenaga kesehatan yang terjadi akibat penyakit

R/: identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi dan mencari pemecahnnya

6. DX 6

a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular, ekimosis,

pruritus, dan observasi adanya purpura

R/: perubahan warna dan turgor kulit menandakan area sirkulasi yang buruk

yang dapat menimbulkan terjadinya kerusakan integritas kulit dan jaringan

b. Observasi intake cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa

R/: dehidrasi atau hiperhidrasi mempengaruhi sirkulasi tingkat seluler

dan integritas jaringan

c. Observasi adanya edeme

R/: edema jaringan menyebabkan mudah terjadi ruptur.

d. Evaluasi adanya keluhan gatal-gatal pada kulit

R/: karena terjadinya status uremia , gatal dapat terjadi karena kulit adalah

rute ekskresi produk sisa metabolisme

e. Anjurkan klien menggunakan kompres dingin untuk mengurangi garukan

pada area pruritus, pertahankan kuku tetap pendek

R/: mengurangi ketidaknyamanan dengan menghindari cedera dermal

f. Anjurkan klien menggunakan pakaian longgar dari nbahan yang mudah

menyerap keringat

R/: mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab

pada kulit

7. DX 7

a. Monitor intake dan output cairan harian

R/: evaluasi status cairan dibandingkan dengan BB karena haluaran urin

merupakan evaluasi tidak akurat pada klien hemodialisa karena klien dapat

Page 16: lp hemodialisis.doc

mengalami oliguria dan anuria

b. Timbang bera badan sebelum dan sesudah hemodialisa

R/: penurunan BB waktu pengukuran dengan tepat adalah pengukuran

ultrafiltrasi dan pembuangan cairan

c. Observasi TTV dan tekanan hemodinamik selama HD berlangsung

R/: hipotensi, takikardi dan penurunan tekanan hemodinamik menunjukkan

status hipovolemik

d. Kaji adanya perdarahan terus menerus atau besar pada sisi akses , membran

mukosa luka ematemesis

R/: heparinisasi sistemik meningkatkan CT dan menempatkan klien pada

resiko pendarahan

e. Kolaborasi untuk pemeriksaan Lab Hb, Ht, elektrolit dan

kehilangan darah aktual

R/: Hb, Ht dapat turun karena anemia hemodelusi atau kehilangan darah

aktual

D. Evaluasi

1. DX 1

a. Turgor kulit baik dan tidak terjadi edema

b. TTV dalam batas normal (TD 100-130/ 60-85, N: 60-80 x/ mnt

c. Rasa haus berkurang

d. Tidak terjadi distensi vena jugularis)

2. DX 2

a. Konsumsi protein dengan nilai biologis tinggi

b. Konsumsi makanan tinggi kalori dalam batas diet

c. Kadar albumin plasma dalam batas normal

d. Tidak terjadi penambahan dan penurunan BB yang ekstrem

3. DX 3

a. menyatakan pemahamanproses penyakit dan pengobatan

b. melakukan pola hidup sehat

c. berpartisipasi aktif dalam program pengobatan

4. DX 4

a. mempertahankan mobilitas / fungsi optimal sesuai batasan toleransi

b. melakukan pola istirahat – aktivitas seimbang

c. berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri

Page 17: lp hemodialisis.doc

5. DX 5

a. mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan terhadap penyakit dan

perubahan pola hidup

b. mengidentifikasi pola koping efektif dan memodifikasi pola koping

destruktif

6. DX 6

a. mempertahankan kulit utuh

b. mencegah kerusakan cedera ulit

7. DX 7

a. mempertahankan keseimbangan cairan (BB dan TTV stabil)

b. turgor kulit baik

c. membran mukosa lembab

d. tidak ada perdarahan

Page 18: lp hemodialisis.doc

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta:

EGC Corwin, Elizabeth J, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn. E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk

Perencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi: 3, Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid 2. Jakarta: Mediaesculapius

Price, Sylvia A..2004. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC.Smeltzer,

Suzanne C,

2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Edisi 8.

Jakarta: EGC.

Suyono, Salmet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

h tt p :/ / ar w i n l i m .b l og s po t .c o m/ 2007 / 1 0 / anf i s - s i s t e m perke m i han.h t m l . Diakses tanggal 22

Agustus 2009 pukul:13.00 WIB

h tt p: // s p i r i t i a.o r . i d / c st / dok , www. i kcc.o r . i d d iakses 22 Agustus 2009.