lp gastritis
DESCRIPTION
Lp GastritisTRANSCRIPT
BAB I
LANDASAN TEORI
KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang
berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992 mendefinisikan
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri
dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar konseling dari
yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan/ persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau
seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik
anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Dep.Kes. RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga beserta beberapa orang anggotanya yang terkumpul dan
tinggal dalam satu tempat karena pertalian darah, ikatan perkawinan, atau adopsi yang satu
sama lainnya saling tergantung dan beriteraksi. Friedman (1998) mendefinisikan keluarga
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan
emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga. Bailon dan Maglaya (1989) mendefiniskan keluarga adalah dua atau lebih dari dua
individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.
Effendy (2005), Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Pengertian yang disampaikan para ahli terdapat beberapa persamaan antara lain
antara Sayekti (1994), Dep. Kesehatan. RI (1988), Bailon dan Maglaya (1989) dan Effendi
(2005) yaitu keluarga tergabung karena adanya hubungan perkawinan. namun terdapat
perbedaan pandangan yaitu pandangan dari Friedman (1998) yang tidak menyebutkan secara
spesifik adanya hubungan perkawinan dalam rumah tangga, hanya menyebutkan adanya
keterikatan aturan dan emosional, tetapi pada prinsipnya sama yaitu adanya perkumpulan
1
dua orang atau lebih yang hidup bersama, adanya aturan didalamnya, dan adanya interaksi
antar anggota keluarga.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
B. Tujuan Dasar Keluarga
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai suatu
tujuan. Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai perantara yaitu
menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat serta membentuk dan
mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan setiap
individu dalam keluarga.
C. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Effendy (1998:33) terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya: patrilineal, matrilineal, matrilokal, patrilokal dan keluarga kawinan.
Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah, sedangkan
matrilineal adalah sama dengan patrilineal hanya hubungan disusun berdasarkan garis ibu.
Matrilokal merupakan sepasang suami-istri yang tinggal dengan keluarga sedarah istri
berbeda dengan patrilokal merupakan kebalikan dari matrilokal yang tinggal dengan
keluarga sedarah suami. Sedangkan keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai
dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
D. Ciri – Ciri Struktur Keluarga
Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri khusus, menurut Effendy (1998:33) yang
mengutip dari Anderson Carter, ciri-ciri struktur keluarga adalah: terorganisasi dimana antar
anggota keluarga saling ketergantungan antara anggota keluarga. Kedua, ada keterbatasan
yaitu setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. Kektiga. Ada perbedaan dan kekhususan
2
yaitu setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
E. Type-Type Keluarga
Tipe atau bentuk keluarga berbeda menurut pandangan dan keilmuan serta orang
yang mengelompokkannya. Menurut Suprajitno, SKp (2004:2), tipe keluarga dibagi menjadi
2 kelompok yaitu : 1. kelompok tradisional, 2. Kelompok non tradisional.
Kelompok tradisional dibagi menjadi 2 yaitu : Keluarga inti (Nuclear Family) yaitu
keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
diadopsi atau keduanya. dan keluarga besar (Extendeed Family) yaitu keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Sedangkan kelompok kedua (Non Traditional) yaitu kelompok tradisional dengan
perkembangannya ditambah dengan kelompok lain yaitu: keluarga bentukan kembali
(Dyadic Family) yaitu keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau
kehilangan pasangannya, orang tua tunggal (Single Parent Family) yaitu keluarga yang
terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anaknya akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya, ibu dengan anak tanpa perkawinan yang sah (The unmarried teenage mother),
orang dewasa laki-laki atau perempuan yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah (The
single adult living alone), keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The non
marital heterosecual cohabiting family) dan keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang
berjenis kelamin sama (gay and lesbian family).
Terdapat perbedaan dengan teori lain seperti yang disampaikan oleh Effendy
(1998:33) yang membagi tipe keluarga menjadi 6 tipe/ bentuk keluarga, yaitu: Keluarga inti
(Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Keluarga besar
(Exstended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek,
kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
Berbeda dengan keluarga berantai (Serial family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
Keluarga duda/janda (single family) yaitu keluarga yang terjadi karena perceraian atau
kematian, jika suami meninggal maka yang ada adalah keluarga janda dan bila istri
meninggal maka yang terbentuk adalah keluarga duda, bila bentuk keluarga yang terjadi
kerena perceraian maka akan terbentuk dua keluarga yaitu keluarga duda dan keluarga
janda. Keluarga berkomposisi (Composite) yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami
3
dan hidup secara bersama, poligami yaitu satu orang pria dengan lebih dari satu istri dan
masih hidup bersama. Keluarga kabitas (Cahabitation) yaitu dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
F. Tahap Dan Tugas Perkembangan Keluarga
Setiap keluarga mempunyai tahap perkembangan dan tugas perkembangan sendiri
dan mempuyai ciri yang berbeda dengan yang lain. Terdapat beberapa teori tentang tahap
dan tugas perkembangan keluarga, yaitu: menurut Carter dan McGoldrick (1989), tahap
perkembangan terdiri dari : keluarga antara masa bebas (pacaran) dewasa muda,
terbentuknya keluarga baru melalui suatu perkawinan, keluarga yang memiliki anak usia
muda (anak usia bayi sampai sekolah), keluarga yang memiliki anak dewasa, keluarga yang
mulai melepaskan anaknya untuk keluar rumah, keluarga lansia.
Sedangkan menurut Duvall (1989), tahap perkembangan keluarga dibagi dalam 8
tahap perkembangan yaitu: keluarga baru menikah, keluarga dengan anak baru lahir (usia
anak tertua sampai 30 tahun), keluarga dengan anak prasekolah (usia anak tertua 2 ½ tahun -
5 tahun), keluarga dengan anak usia sekolah (usia anak tertua 6-12 tahun), keluarga mulai
melepaskan anak sebagia dewasa (anak-anaknya mulai meninggalkan rumah), keluarga yang
hanya terdiri dari orang tua saja/ keluarga usia pertengahan (semua anak meninggalkan
rumah), keluarga lansia.
Tahap perkembangan keluarga baru menikah, tahap ini dimulai dari pernikahan yang
dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga. Dalam tahap ini keluarga mempunyai tugas
perkembangan yaitu membina hubungan intim yang memuaskan pasangannya, membina
hubungan dengan keluarga lain, teman dan keluarga sosial.
Tahap perkembangan yang kedua, keluarga keluarga dengan anak baru lahir. Yaitu
ditandai dengan kelahiran anak pertama sampai dengan 30 bulan. Tugas perkembangan
keluarga ini adalah mempersiapkan menjadi orang tua, adaptasi dengan perubahan adanya
anggota keluarga, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan, mempertahankan
hubungan dalam rangka memuaskan pasangannya.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak usia pra sekolah.
Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan memenuhi kebutuhan anggota keluarga,
misal kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman, membantu anak untuk bersosialisasi,
beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain yang lebih tua
4
juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar
keluarga, pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab
anggota keluarga, merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Tahap perkembangan yang keempat adalah keluarga dengan anak usia sekolah.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan
luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas ( yang tidak diperoleh dari sekolah atau
masyarakat ), tugas yang lain adalah mempunyai keintiman pasangan, memenuhi kebutuhan
yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan anak remaja. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah memberikan kebebasan yang seimbang dan
bertanggung jawab mengingat anak remaja adalah sorang dewasa muda dan mulai memiliki
otonomi, mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan orang tua, mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan
(anggota) keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
Tahap perkembangan yang keenam adalah keluarga mulai melepaskan anak sebagai
dewasa. Tugas dalam tahap ini adalah memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti
menjelaskan keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, penataan kembali peran orang tua dan
kegiatan dirumah.
Tahap perkembangan selanjutnya adalah keluarga dengan usia pertengahan. Pada
tahap ini mempunyai tugas perkembangan mempertahankan kesehatan individu dan
pasangan usia pertengahan, mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan dengan
anak-anaknya dan sebaya, meningkatkan keakraban pasangan.
Tahap perkembangan yang terakhir atau yang kedelapan adalah keluarga usia tua.
Tugas pada perkembangan ini adalah mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga
yang saling menyenangkan pasangan, adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi,
kehilangan pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga, mempertahankan keakraban
pasangan dan saling merawat dan melak life review masa lalu.
G. Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga
Pemegang kekuasaan dalam tiap keluarga berbeda dalam mengatur kehidupan dalam
5
keluarga. Effendy (1998:34) membagi pemegang kekuasaan dalam rumah tangga atau
keluarga dengan tiga jenis yaitu keluarga patriakal, yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak ayah. Sementara pada keluarga matriakal pihak ibu lebih
dominan dan sebagai pemegang kekuasaan. Dan yang ketiga adalah equalitarian yaitu
keluarga yang dalam keluarga ayah dan ibu sama-sama memegang kekuasaan.
H. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Effendy (1998: 34)
membagi peranan keluarga dalam tiga peranan yaitu peranan ayah, peranan ibu dan juga
peranan anak. Peranan ayah adalah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungan.
Peranan ibu adalah sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarga, Apabila dalam keluarga sudah mempunyai anak,
maka selain ada peranan ayan, peranan ibu, juga ada peranan anak.
Sedangkan Peranan anak adalah melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.
I. Fungsi Keluarga
Terbentuknya keluarga mempunyai berbagai fungsi dalam menunjang kehidupan
dalam Keluarganya. Beberapa ahli mempunyai perbedaan dalam menyebutkan fungsi dalam
keluarga.
Friedman ( 1998:13 ) mengidentifikasikan lima fungsi dasar keluarga, yaitu: Fungsi
afektif. Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah;
6
saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menrima, saling mendukung, saling
menghargai, dan ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi
dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga.
Dari aspek fungsi afektif dapat disimpulkan bahwa fungsi afek merupakan sumber
energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.
Fungsi sosialisasi. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dilalui individu, yang menghasilkan interaksi social dan belajar berperan dalam lingkungan
social (Friedman, 1998:13). Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Fungsi Reproduksi. Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka
fugsi ini sedikit terkontrol.
Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makan, pakaian, dan tempat
untuk berlindung (rumah).
Fungsi Perawatan Kesehatan. Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhai status kesehatan keluarga. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Berdasarkan fungsi perawatan keluarga inilah yang kemudian dikembangkan
menjadi tugas keluarga dibidang kesehatan. Adapun tugas kesehatan keluarga (Friedman,
1998) adalah; mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang
tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat dan mempertahankan hubungan dengan
(menggunakan ) fasilitas kesehatan masyarakat.
Fungsi keluarga menurut ahli yang lain yaitu Effendy (1998:35), membagi fungsi
keluarga menjadi fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi dan
fungsi pendidikan. Fungsi biologis keluarga adalah untuk meneruskan keturunan,
memelihara dan membesarkan anak. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara
7
serta merawat anggota keluarga juga merupakan fungsi biologis yang dapat dijalankan
keluarga (Effendy, 1998:35).
Fungsi psikologis yang dapat dijalankan keluarga adalah memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberikan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga serta memberikan identitas keluarga. Adapun fungsi
sosialisasi keluarga yaitu membina sosial pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku
sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan yang krusial adalah menaruh nilai-nilai
budaya keluarga (Effendy, 1998:35).
Keluarga juga mempunyai fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan pengaturan penggunaan penghasilan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan keluarga tidak hanya sesaat,
tetapi terus berlanjut sehingga keluarga perlu dapat mengatur ekonomi keluarga sehingga
dapat menunjang kehidupan baik sekarang maupun yang akan datang. Untuk
mempersiapkan kebutuhan yang akan datang, keluarga dapat menabung yang berguna
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang, misalnya
pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya (Effendy, 1998:35).
Memasuki taraf anak sekolah dan dewasa, keluarga mempunyai fungsi pendidikan.
Dalam hal ini fungsi keluarga adalah menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki dan
berguna untuk mempersiapkan anak dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
Keluarga juga melaksanaan fungsi pendidikan baik di rumah maupun diluar rumah dengan
cara mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998:35).
Dari berbagai fungsi di atas, Effendy (1998:36) menyebutkan tiga fungsi pokok
keluarga terhadap anggotanya yaitu asih, asuh dan asah. Asih adalah memberikan kasih
sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
Asuh adalah memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang
sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Sedangkan asah adalah memenuhi kebutuhan
pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
8
mempersiapkan masa depannya, misalnya dengan menyekolahkan anak-anak (Effendy,
1998:36).
Indonesia dalam fungsi keluarga membagi menjadi delapan (UU No. 10. tahun 1992
jo PP No.21 tahun 1994:14) yaitu: fungsi keagamaan. Keluarga berfungsi dalam membina,
menerjemahkan, memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, melengkapi dan
menambah proses kegiatan belajar keagamaan dan membina rasa, sikap dan praktik
kehidupan keluarga beragama. Hal ini dalam keluarga sebagai fondasi menuju keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
Keluarga sebagai fungsi budaya yaitu membina dalam meneruskan norma dan
budaya masyarakat dan bangs, membina dalam menyaring budaya asing yang tidak sesuai,
membina dalam pemecahan masalah dari pengaruh negatif globalisasi, membina agar
berperilaku positif dan membina budaya yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia yang
selaras, sesuai dan seimbang.
Dalam fungsi cinta kasih didalam keluarga, dengan menumbuhkembangkan potensi
kasih sayang, membina tingkahlaku, membina praktik kecintaan terhadap kehidupan
ukhrowi dan mampu memberi dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup yang ideal.
Fungsi perlindungan, dengan memberi rasa aman keluarga baik fisik maupun psikis
dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga. Fungsi reproduksi, membina sebagai
wahana reproduksi sehat dengan memberikan contoh kaidah – kaidah pembentukan
keluarga baik yang berkaitan dengan melahirkan, jarak anak, jumlah ideal anak dalam
keluarga sebagai modal kondusif keluarga. Fungsi sosialisasi, membina proses sosialisasi
dalam meningkatkan kematangan dan kedewasaan anak sehingga dapat bermanfaat positif.
Keluarga berfungsi ekonomi, melakukan kegiatan ekonomi, mengelola, mengatur
hasil kegiatan ekonomi sebagai modal dalam mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Fungsi pelestarian lingkungan, dengan membina kesadaran, sikap, praktik perilaku
pelestarian lingkungan.
Dari berbagai literatur diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga mempunyai
bermacam fungsi yang bertujuan dalam mewujudkan keluarga yang penuh dengan sifat asah,
asih dan asuh sehingga dapat terpenuhi tujuan dalam pembentukan keluarga yang sejahtera.
9
J. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga dalam masalah kesehatan mempunyai tugas pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara. Suprajitno (2004:16) membagi 5 tugas kesehatan yang
harus dilakukan oleh keluarga yaitu mengenal gangguan atau masalah perkembangan
kesehatan setiap anggota keluarga, setelah mengenal keluarga diharapkan mampu
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat. keluarga juga bertugas
memberi keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya karena cacat atau usia yang terlalu muda.
Dalam hal lingkungan untuk menjamin kesehatan, keluarga diharapkan dapat
memodifikasi lingkungan sehingga tidak terjadi dampak dari lingkungan yang tidak sehat
baik didalam maupun diluar rumah. Suprajitno (2004:18) menambahkan keluarga
memannfaatkan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan dalam menjamin kondisi yang
sehata didalam keluarga.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
GASTRITIS
I. KONSEP DASAR MEDIK
A. Definisi
a. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
kronik, difus atau lokal (Patofisiologi, hal : 376)
b. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. (Kapita Selekta Kedokteran, hal :
492).
B. Anatomi Lambung
Gambar. Anatomi Lambung
Lambung merupakan bagian gastrointestinal yang terletak di antara esophagus dan
duodenum. Dari anatomi topografik lambung duodenum dengan hati, pankreas dan limpa
dapat diperkirakan tukak peptic akan mengalami perforasi ke rongga sekitarnya secara
bebas atau penetrasi ke dalam rongga di sekitarnya, tergantung pada letak tukak.
Berdasarkan faalnya lambung dibagi dalam dua bagian. Tiga perempat proksimal
yang terdiri dari fundus dan korpus, berfungsi sebagai penampung makanan yang ditelan
serta tempat produksi asam lambung. Sedangkan seperempat distal atau antrum kerjanya
mencampur makanan dan mendorongnya ke duodenum serta memproduksi gastrin.
Ciri yang cukup menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahnya yang
sangat kaya dan berasal dari empat jurusan dengan pembuluh nadi besar di pinggir
kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding lambung. Di belakang dan di tepi media
11
duodenum juga ditemukan arteri besar (arteri gastroduodenalis). Perdarahan hebat bisa
terjadi karena erosi dinding arteri itu pada tukak peptic lambung dan duodenum. Vena
lambung dan duodenum bermuara ke vena porta. Peredaran vena ini kaya dengan
hubungan kolateral ke organ yang ada hubungan embrional dengan lambung dan
duodenum. Persarafan simpatis lambung seperti biasa melalui serabut saraf yang
menyertai arteri. Impuls nyeri dihantarkan melalui serabut parasimpatis berasal dari
nervus vagus dan mengurus sel parietal di fundus dan korpus lambung. Sel ini berfungsi
menghasilkan asam lambung. Nervous vagus anterior (sinister), memberi cabang ke
kandung empedu, hati, dan antrum sebagai saraf latarget anterior, sedangkan nervus
vagus posterior (dexter) memberi cabang ke ganglion seliakus untuk visera lain di perut
dan ke antrum sebagai saraf laterjet posterior.
Fungsi utama lambung adalah sebagai penerima makanan dan minuman oleh
fundus dan korpus dan penghancur oleh kerja antrum di samping turut bekerja dalam
pencernaan awal oleh aksi kimia asam lambung dan pepsin. Fungsi lambung yang
berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan pencampuran makanan serta
pengosongan lambung. Kemampuan lambung menampung makanan mencapai 1500 ml
karena ia mampu menyesuaikan ukurannya dengan kenaikan tekanan intra luminal tanpa
peregangan dinding (relaksasi resptif). Fungsi ini diatur oleh nervus vagus dan hilang
setelah vagotomi. Ini antara lain yang mendasari turunnya kapasitas penampungan pada
penderita tumor lambung lanjut sehingga ia cepat kenyang.
Peristaltik terjadi bila lambung mengembang akibat adanya makanan dan
minuman. Kontraksi yang kuat pada antrum (dindingnya paling tebal) akan mencampur
makanan dengan enzim lambung kemudian mengosongkannya ke duodenum secara
bertahap. Daging tak berlemak, nasi,dan sayur meninggalkan lambung dalam 3 jam
sedangkan makanan yang tinggi lemak di lambung sampai 6-12 jam.
C. Etiologi
Secara makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi. Jika ditemukan
pada corpus dan fundus, biasanya disebabkan oleh stress. Jika disebabkan karena obat-
obatan AINS terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga menyeluruh.
Gastritis akut dapat pula timbul tanpa diketahui penyebabnya. Penyebab yang sering
dijumpai ialah :
12
a. Obat analgetik-anti inflamasi, terutama aspirin.
b. Bahan kimia misalnya lisol.
c. Merokok.
d. Alcohol.
e. Stress fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
f. Refleks usus lambung.
g. Endotoksin.
D. Patofisiologi
Aspirin, alkohol, nikotin dan zat-zat lain masuk ke dalam lambung. di dalam
lambung terdapat sawar mukosa lambung yang berfungsi sebagai proteksi. Tetapi bila
sawar mukosa lambung melemah atau rusak oleh bahan tersebut di atas, asam
hidroklorida dan pepsin berdifusi ke dalam mukosa. Asam hidroklorida merangsang
pengeluaran histamin 2. Histamin 2 yang dikeluarkan tersebut merangsang sel-sel parietal
untuk mensekresi lebih banyak asam yang berdifusi kembali ke mukosa untuk
merangsang pengeluaran histamin lebih lanjut, yang memicu pengeluaran lebih banyak
asam dan seterusnya sehingga tercipta suatu lingkaran setan menyebabkan erosi mukosa
yang terus membesar di bawah pengaruh asam dan pepsin.
E. Manifestasi Klinik
1. Mual, muntah.
2. Nyeri epigastrium.
3. Anoreksia.
4. Hematemesis.
5. Perdarahan.
6. Rasa selalu kenyang (tidak lapar).
F. Komplikasi
Komplikasi yang penting adalah :
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang-
kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.
b. Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat.
c. Jarang terjadi perforasi.
13
d. Anemia pernisiosa.
e. Penyempitan daerah antrum pilorus.
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisis HCl lambung untuk mengetahui sekresi lambung.
b. Endoskopi untuk mengetahui erosi pada mukosa lambung.
c. Histopatologi untuk melihat batasan-batasan kelainan pada sel-sel kelenjar mukosa
lambung.
d. Tes serologis untuk mendeteksi Helicobacter pylori.
H. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dalam hal ini meliputi :
a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dijumpai.
c. Diet, makan makanan yang lunak, mudah dicerna dan menghindari makanan yang
dapat merangsang peningkatan asam lambung seperti jangan makan yang pedas,
asam, minum kopi, dan sayur yang mengandung gas.
d. Pemberian obat-obat seperti antasid atau obat-obat ulkus lambung lainnya :
1.) Diberikan anti histamin Cimetidine 1 amp/8 jam.
2.) Diberikan anti emetik misalnya Raclonid 1 amp/8 jam 3 x 1 atau kalau perlu.
3.) Diberikan obat penetralisir asam lambung misalnya Antasida 3 x 1.
4.) Diberikan antibiotik misalnya Amoxicillin 500 mg 3 x 1.
14
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mengatasi, dan memulihkan kesehatan
melalui 4 tahap proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Pengkajian data.
Pengkajian merupakan tahap awal dan merupakan dasar proses keperawatan.
Diperlukan pengkajian yang cermat untuk masalah klien, agar dapat memberi arah
kepada tindakan keperawatan. Sebagai sumber informasi dapat digunakan yaitu :
pasien, keluarga, anak, saudara, teman, petugas kesehatan lainnya.
Tahap pengkajian meliputi 4 kegiatan yaitu :
b. Pengumpulan data.
Data yang berhubungan dengan kasus gastritis :
1.) Biodata.
a.) Identitas klien : nama, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan alamat.
b.) Identitas penanggung : nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan alamat serta hubungan keluarga.
2.) Riwayat kesehatan sekarang.
a.) Adanya nyeri epigastrium.
b.) Disertau mual, muntah, anoreksia.
3.) Riwayat kesehatan sebelumnya.
a.) Alkohol.
b.) Makan yang pedas.
c.) Obat-obatan.
d.) Riwayat diabetes mellitus.
e.) Riwayat toksik
4.) Aspek-aspek lain yang berhubungan misalnya pola istirahat, aspek psikososial
dan spiritual.
5.) Data-data pengkajian klien.
- Aktivitas/istirahat.
15
Gejala : Kelemahan, kelelahan.
Tanda : Tachikardia, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas).
- Sirkulasi.
Gejala :Hipotensi termasuk postural, takikardia, disritmia,
kelemahan/nadi perifer lemah, pengisian kapiler lembut/ perlahan.
Warna kulit : pucat, sianosis.
Kelembaban kulit : berkeringat (menunjukkan status syok, nyeri akut,
respon psikologik).
- Integritas ego.
Gejala :Faktor stress akut atau kronik (keuangan, hubungan, kerja)
Tanda :Tanda ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
- Eliminasi.
Gejala :Riwayat penyakit sebelumnya karena perdarahan gastro intestinal
atau masalah yang berhubungan dengan gastro intestinal.
Misalnya : luka peptic/gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi
gaster.
Tanda :Nyeri tekan abdomen, distensi.
Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan. Karakteristik feses diare, darah warna gelap,
kecoklatan atau kadang merah cerah : berbusa, bau busuk
(steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan
antasida).
Haluaran urine : menurun, pekat.
- Makanan/cairan
Gejala :Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga
obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan, cekukan.
Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual/muntah. Tidak toleran
terhadap makanan, contoh makanan pedas, cokelat ; diet khusus
untuk penyakit ulkus sebelumnya.
16
Tanda :Muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
Berat Jenis urine meningkat.
- Neurosensori
Gejala :Rasa berdenyut, pusing sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu rentang dari
agak cenderung tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan, dan
koma (tergantung pada volume sirkulasi/ oksigenisasi).
- Nyeri/kenyamanan
Gejala :Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Rasa ketidaknyamanan/distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
Nyeri epigastrium kiri/tengah menyebar ke punggung 1 – 2 jam
setelah makan dan hilang dengan makan antasida (Ulkus gaster).
Nyeri epigastrium terlokalisir di kanan 4 jam setelah makan
bila lambung kosong dan hilang dengan makanan atau antasida
(ulkus duodenal).
Tak ada nyeri (varises esofageal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alcohol, penggunaan obat
tertentu (salsilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stressor
psikologis.
Tanda :Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
- Keamanan
Gejala :Alergi terhadap obat/sensitive, misalnya : ASA.
Tanda :Peningkatan suhu.
Spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis/ hipertensi
portal).
- Penyuluhan/pembelajaran
17
Gejala :Adanya penggunaan obat resep/dijual bebas yang mengandung
ASA, alcohol, steroid.
NSAID menyebabkan perdarahan GI.
Keluhan saat ini dapat dterima karena (misalnya : anemia) atau
diagnosa yang berhubungan dengan (misalnya trauma kepala), flu
usus, atau episode muntah berat.
Masalah kesehatan yang lama misalnya : sirosis, alcoholisme,
hepatitis, gangguan makan.
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 3,9 hari.
Rencana pemulangan :
Dapat memerlukan perubahan program terapi/pengobatan.
- Pemeriksaan diagnostik
EGD (esofagogastroduodenoskopi) : tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan/derajat
ulkus jaringan/cedera.
Minum barium untuk foto rontgen untuk membedakan diagnosa
penyebab/sisi lesi.
Analisa gaster : mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster. Penurunan
atau jumlah normal diduga ulkus gaster.
Angiografi : vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolateral
dan kemungkinan sisi perdarahan.
Hb/Ht : penurunan kadar terjadi dalam 6 – 24 jam setelah perdarahan
mulai.
Jumlah darah lengkap : dapat meningkat, menunjukkan respon tubuh
terhadap cedera.
Analisa gastrin serum : peningkatan kadar diduga sindrom Zollinger –
Allison atau kemungkinan adanya penyembuhan ulkus yang buruk.
Normal atau rendah pada gastritis tipe B.
Kadar pepsinogen ; meningkat dengan penetralisir ulkus duodenal, kadar
rendah diduga gastritis.
18
Sel parietal antibody serum : adanya dugaan gastritis kronis.
c. Klasifikasi data.
Mengklasifikasikan dalam data subjektif dan data objektif.
1.) Data subjektif.
Adalah persepsi klien terhadap masalah-masalah yang dikeluhkan sehubungan
dengan gastritis.
2.) Data obyektif.
Adalah semua data senjang pada klien dengan gastritis yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan hasil-hasil
pemeriksaan diagnostik).
d. Analisa data.
Dengan melihat data subjektif dan data obyektif dapat ditentukan permasalahan
yang dihadapi oleh klien dan dengan memperhatikan patofisiologi mengenai
penyebab penyakit gastritis sampai permasalahannya tersebut.
B. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual dan potensial dari
individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan proses kehidupan”.
(Carpenito, 1995). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem pencernaan gastritis, baik aktual maupun potensial adalah sebagai
berikut ;
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa
lambung.
2. Resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutirisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup
dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
4. Kecemasan klien berhubungan dengan status kesehatannya.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan diet dan proses penyakit.
19
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada mukosa
lambung.
Tujuan : Rasa nyeri teratasi.
Intervensi :
1.) Kaji tingkat nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui tingkat nyeri klien dapat membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.
2.) Anjurkan klien berbaring dengan posisi yang menyenangkan.
Rasional : Posisi yang menyenangkan dapat mengurangi nyeri dan mencegah
arus balik asam lambung ke esophagus.
3.) Anjurkan klien untuk menghindari makanan/minuman yang dapat merangsang
timbulnya rasa sakit/nyeri.
4.) Beri minum air putih hangat 5 – 8 gelas/hari.
Rasional : Air putih yang hangat dapat berfungsi untuk menetralisir asam
lambung.
5.) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian cimetidin.
Rasional : Cimetidin adalah obat bersifat H2 reseptor antagonis yang
berguna untuk menekan produksi asam lambung
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan tidak cukup
dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan.
Kriteria : Muntah tidak ada, klien minum 6 – 8 gelas/hari.
Intervensi keperawatan :
1. Catat karakteristik muntah dan/atau drainase.
Rasional : membantu dalam membedakan penyebab distres gaster.
2. Awasi tanda vital. Ukur TD dengan posisi duduk, berbaring. Berdiri bila
mungkin.
20
Rasional :perubahan TD dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar
kehilangan cairan.
3. Pertahankan tirah baring, mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi.
Rasional : aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra-abdomen.
4. Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasida.
Rasional : mencegah refluks gaster dan aspirasi antasida.
Kolaborasi
5. Berikan cairan sesuai indikasi.
Rasional : penggantian cairan bergantung pada derajat hipovolemia.
c. Resiko terjadinya gangguan pemenuhan nutirisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Tidak mengalami malnutrisi lebih lanjut.
Intervensi :
1.) Kaji kebiasaan makan dan minum klien.
Rasional : Mengetahui pola makan dan minum klien dapat membantu dalam
memenuhi kebutuhannya.
2.) Saji makanan yang menarik dan selalu hangat.
Rasional : Penyajian makanan yang menarik,. Hangat dengan porsi kecil tapi
sering dapat mencegah kejenuhan klien terhadap makanan tertentu dan
memberi kesempatan pada usus untuk mengabsorbsi makanan yang
lebih banyak.
3.) Berikan makanan yang berkalori tinggi, volume tambahan dari kalori rendah.
Rasional : Memperoleh penambahan intake kalori pada volume yang kecil tapi
padat.
4.) Perbolehkan keluarga membawakan makanan dari rumah.
Rasional : Makanan dari rumah mungkin lebih diterima oleh klien.
5.) Lakukan penimbangan berat badan 1 kali dalam seminggu.
Rasional : Penimbangan berat badan secara teratur sebagai salah satu indicator
untuk mengetahui status nutrisi.
6.) Berikan HE tentang pentingnya pemenuhan kebutuhan nutrisi dan berikan
makanan secara teratur.
21
Rasional : Klien dapat mengetahui pentingnya nutrisi bagi tubuh dan kegunaan
makan secara teratur.
d. Kecemasan klien berhubungan dengan status kesehatannya.
Tujuan : Kecemasan berkurang/hilang
Intervensi :
1.) Kaji tingkat kecemasan.
Rasional : Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan yang dirasakan klien,
sehingga memudahkan dalam pemberian tindakan selanjutnya.
2.) Beri informasi yang benar tentang penyakitnya.
Rasional : Klien memahami dan mengerti tentang keadaannya sehingga mau
bekerja sama dalam perawatannya/pengo-batan.
3.) Dengarkan semua keluhannya.
Rasional : Klien merasa ada yang memperhatikan sehingga klien merasa aman
dalam segala hal tindakan yang diberikan.
4.) Beri dorongan spiritual.
Rasional : Bahwa segala tindakan yang diberikan untuk proses penyembuhan
penyakitnya, masih ada yang berkusa menyembuhkannya yaitu Tuhan
Yang Maha Esa.
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), tentang proses penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakitnya.
Tujuan :
Pengetahuan klien tentang perawatan di rumah bertambah setelah diberikan
pendidikan kesehatan tentang Gastritis
Kriteria Hasil :
Klien menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya sendiri (bila tahu) dan
penggunaan tindakan pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji sejauh mana ketidakmengertian klien dan keluarga tentang penyakit yang
diderita.
22
Rasional: Mengidentifikasi area kekurangan pengetahuan/ salah informasi dan
memberikan kesempatan untuk memberikan informasi tambahan sesuai
kebutuhan.
2. Diskusikan dengan klien untuk melakukan pendidikan kesehatan.
Rasional : Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan antusias dan kerja sama
dengan klien.
3. Berikan penjelasan tentang penyakit yang klien derita, cara pengobatan dan
perawatan di rumah serta pencegahan kekambuhan penyakit.
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan
informasi/ keputusan tentang masa depan dan kontrol masalah kesehatan.
4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam
pendidikan kesehatan.
Rasional: Memberikan kesempatan klien dan keluarga untuk lebih memahami
tentang penyakitnya.
5. Berikan evaluasi terhadap keefektifan pendidikan kesehatan.
Rasional: Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien setelah diberi pendidikan
kesehatan.
6. Kolaborasi dengan tim medik untuk pemberian antibiotika dan obat-obatan untuk
menurunkan sekresi lambung.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan :
Klien dapat beraktivitas secara optimal sesuai keadaan
Criteria :
- Klien terlihat segar.
- Klien mampu meme-nuhi kebutuhannya sesuai dengan ke-mampuannya.
Intervensi :
1. Kaji aktivitas yang dapat di-lakukan oleh klien.
Rasional : Dapat diketahui aktivitas yang dapat dilakukan klien untuk menentukan
in-tervensi selanjutnya.
2. Berikan bantuan minimal pada aktivitas yang dapat dilakukan klien.
Rasional : Meningkatkan kemandirian klien.
23
3. Dekatkan alat-alat yang di-butuhkan klien.
Rasional : Memudahkan klien dalam memenuhi kebutuhannya serta mengurangi
penggunaan energi.
4. Libatkan keluarga dalam perawatan klien.
Rasional : Agar keluarga kooperatif dalam pengo-batan dan perawatan
24
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, E. Marilynn, dkk, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC : Jakarta.
Nugroho, dr, Taufan, dkk, 2010. Kamus Pintar Kesehatan Kedokteran, keperawatan, dan
kebidanan. Mulia Medika : Yogyakarta.
Price, A. Sylvia, dkk, 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi
6. EGC : Jakarta.
Smeltzer, C. Suzanne, dkk, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Edisi 8 Vol 1. EGC :
Jakarta.
http://askep-topbgt.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-gastritis.html Diakses Senin
08/01/2011 jam 20.00.
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-gastritis-dan_13.html. Diakses
senin, 08/01/2011.jam 20.00
25