lp fraktur.doc

19
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP DASAR I. Definisi Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 36). Fraktur dapat dibagi menjadi : 1. Fraktur tertutup (closed) adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Atau bila jaringan kulit yang berada diatasnya/ sekitar patah tulang masih utuh. 2. Fraktur berbuka (open / compound) adalah hilangnya atau terputusnya jaringan tulang dimana fragmen-fragmen tulang pernah / sedang berhubungan dengan dunia luar. II. Etiologi a . Klasifikasi Etiologis 1. Fraktur Traumatic 2. Fraktur patologis karena adanya kelainan pada tulang (infeksi, tumor, kelainan bawaan) 3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang pada daerah tulang yang meonpang berat badan. b . Klasifikasi derajat patah tulang 1. Derajat 1 - Luka < 1 cm.

Upload: anief07

Post on 16-Jan-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp FRAKTUR.doc

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR

I. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Kapita Selekta

Kedokteran, 2000 : 36).

Fraktur dapat dibagi menjadi :

1. Fraktur tertutup (closed) adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas

jaringan tulang dimana tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang

dengan dunia luar. Atau bila jaringan kulit yang berada diatasnya/ sekitar

patah tulang masih utuh.

2. Fraktur berbuka (open / compound) adalah hilangnya atau terputusnya

jaringan tulang dimana fragmen-fragmen tulang pernah / sedang

berhubungan dengan dunia luar.

II. Etiologi

a . Klasifikasi Etiologis

1. Fraktur Traumatic

2. Fraktur patologis karena adanya kelainan pada tulang (infeksi, tumor,

kelainan bawaan)

3. Fraktur stress terjadi karena adanya stress yang kecil dan berulang-ulang

pada daerah tulang yang meonpang berat badan.

b . Klasifikasi derajat patah tulang

1. Derajat 1

- Luka < 1 cm.

- Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk.

- Fraktur sederhana, transversal, oblik atau kominutif ringan.

- Kontaminasi mininal.

2. Derajat 2

- Laserasi > 1 cm.

- Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap / arulsi.

- Fraktur kominutif sedang.

- Kontaminasi sedang.

Page 2: lp FRAKTUR.doc

3. Derajat 3

Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luar meliputi struktur kulit, otot

dan neuro vaskuler serta keutamaan derajat tinggi secara otomatis,

Gustilo membagi lagi menjadi 3 bagian :

1. Derajat III A

Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun

terdapat laserasi luas / flap / avulsi / fraktur segmental / sangat

kuminatif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat

besarnya ukuran luka.

2. Derajat III B

Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau

kontaminasi.

3. Derajat III C

Luka pada pembuluh arteri / saraf perifer yang harus dan perbaiki

tanpa melihat keruskaan jaringan lunak.

(Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 347)

III. Manifestasi Klinis

1. Tidak dapat menggunakan anggota gerak

2. Nyeri pembengkakan

3. Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, trauma

olahraga, tertimpa benda berat.dll)

4. Gangguan fungsi anggota gerak

5. Deformitas

6. Kelainan gerak

7. Krepitasi atau datang gejala-gejala lain.

IV. Patofisiologi

Patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak

langsung dan penyakit seperti osteoporosis, tumor dan infeksi. Setelah patah

tulang bisa terjadi spasme otot yang mengakibatkan kerusakan jaringan

sekitarnya. Pembengkakan disekitar fraktur akan menyertai proses

peradangan yang akan mengakibatkan edema, nyeri, kehilangan fungsi dan

dapat terjadinya gangguan seonsori adanya gangguan saraf. Pada umumnya

fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan, terutama tekanan

membengkok, memutar dan tarikan. Sewaktu patah tulang, maka terjadi

spasme dan perubahan posisi tulang sel-sel tulang rusak atau mati

Page 3: lp FRAKTUR.doc

V. Pathway

VI. Penatalaksanaan

a. Patah tulang terbuka

Prinsip

1. Harus ditegakkan dan ditangani dahulu akibat trauma yang

membahayakan jiwa airway, breathing, circulation.

2. Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat yang

memerlukan penanganan segera yang meliputi pembidaian,

menghentikan perdarahan dengan perban tekan, menghentikan

perdarahan besar dengan klem.

3. Pemberian antibiotika.

4. Debridement dan irigasi sempurna.

5. Stabilisasi.

6. Penutub luka.

7. Rehabilitasi.

Kecelakaan, trauma, osteoporosis

F. tertutup

Bengkak tekanan meningkat

Denyut nadi menurun para lysis nyeri hebat

Menekan jaringan sekitar pembuluh darah

Iskemia

Kontraktur

Jaringan tulang nekrosis

Necrosis merangsang terjadinya peradangan

Trauma pada Wrist

Pembuluh darah, syaraf jaringan lunak rusak

Darah mengalir kedaerah fraktur

Pertumbuhan bacteri

Resiko infeksi

Lemak keluar ke pembuluh darah

Emboli Nadi menurunStenosisSesak

Fraktur terbuka

Kontak dengan lingkungan luar

Gx neuro vaskuler

Resiko infeksi Kerusakan integritas

kulit

Nyeri

Imobilisasi (traksi)

Kerusakan integritas

kulit

Kerusakan mobilitas

fisik

Page 4: lp FRAKTUR.doc

1. Life Saving

Semua penderita patah tulang terbuka harus di ingat sebagai penderita

dengan kemungkinan besar mengalami cidera ditempat lain yang serius.

Hal ini perlu ditekankan mengingat bahwa untuk terjadinya patah tulang

diperlukan suatu gaya yang cukup kuat yang sering kali tidak hanya

berakibat total, tetapi berakibat multi organ. Untuk life saving prinsip

dasar yaitu : airway, breath and circulation.

2. Semua patah tulang terbuka dalam kasus gawat darurat

Dengan terbukanya barier jaringan lunak maka patah tulang tersebut

terancam untuk terjadinya infeksi seperti kita ketahui bahwa periode 6

jam sejak patah tulang tebuka luka yang terjadi masih dalam stadium

kontaminsi (golden periode) dan setelah waktu tersebut luka berubah

menjadi luka infeksi. Oleh karena itu penanganan patuah tulang terbuka

harus dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir

penanganan patah tulang terbuka, tercapai walaupun ditinjau dari segi

prioritas penanganannya. Tulang secara primer menempati urutan

prioritas ke 6. Sasaran akhir di maksud adalah mencegah sepsis,

penyembuhan tulang, pulihnya fungsi.

3. Pemberian antibiotika

Mikroba yang ada dalam luka patah tulang terbuka sangat bervariasi

tergantung dimana patah tulang ini terjadi. Pemberian antibiotika yang

tepat sukar untuk ditentukan hany saja sebagai pemikiran dasar.

Sebaliklnya antibiotika dengan spektrum luas untuk kuman gram positif

maupun negatif.

4. Debridemen dan irigasi

Debridemen untuk membuang semua jaringan mati pada darah patah

terbuka baik berupa benda asing maupun jaringan lokal yang mati.

Irigasi untuk mengurangi kepadatan kuman dengan cara mencuci luka

dengan larutan fisiologis dalam jumlah banyak baik dengan tekanan

maupun tanpa tekanan.

“Di Intion is solution for polution” untuk mengetahui kualitas dari otot

hendaknya selalu di ingat 4 C : Contractibility, color, consistency,

capacity to bleed.

Kedua tindakan ini harus dilakukan sesempurna mungkin sebelum

penanganan definitif.

Page 5: lp FRAKTUR.doc

5. Stabilisasi.

Untuk penyembuhan luka dan tulang sangat diperlukan stabilisasi

fragmen tulang, cara stabilisasi tulang tergantung pada derajat patah

tulang terbukanya dan fasilitas yang ada.

Pada derajat 1 dan 2 dapat dipertimbangkan pemasangan fiksasi dalam

secara primer. Untuk derajat 3 dianjurkan pemasangan fiksasi luar.

Stabilisasi ini harus sempurna agar dapat segera dilakukan langkah awal

dari rahabilitasi penderita.

6. Penutup luka

Penutup luka primer dapat dipertimbangkan pada patah tulang derajat 1

dan 2 tidak dianjurkan penutupan luka primer. Hanya saja kalau

memungkinkan tulang yang nampak diusahakan ditutup dengan jaringan

lunak (otot) untuk memperkuat hidupnya.

7. Rehabilitasi Dini

Perlu dilaksanakan sebab dengan demikian maka keadaan umum

penderita akan jadi sangat baik dan fungsi anggota gerak di harapkan

kembali secara normal.

(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 133)

b. Patah tulang tertutup

1. Pertolongan darurat (Emergency)

Pemasangan bidal (splint)

a. Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.

b. Mengurangi rasa nyeri.

c. Menekan kemungkinan terjadinya emboli dan syok.

d. Memudahkan transportasi dan pengambilan foto.

2. Pengobatan definitif

- Reposisi secara tertutup

a. Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya

pada patah tulang tertentu.

b. Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian

distal.

- Imobilisasi

a. Gips (Plaster of paris castis)

b. Traksi secara kontinue : traksi kulit, traksi tulang.

Page 6: lp FRAKTUR.doc

- Reposisi secara terbuka

Melakukan reposisi dengan operasi kemudian melakukan

imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat

berupa plat, pen dan kawat.

3. Rehabilitasi

Tujuan umum

a. Mempertahankan ruang gerak sendi.

b. Mempertahankan kekuatan otot.

c. Mempercepat proses penyembuhan fraktur.

d. Mempercepat pengambilan fungsi penderita

Latihan terdiri dari

- Mempertahankan ruang gerak sendi.

- Latihan otot.

- Latihan berjalan

(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 138)

VI. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi untuk memastikan daerah fraktur dengan.

- 2 arah (antero-posterior dan lateral).

- 2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dari 10 hari setelah

trauma).

- 2 sendi : sendi proksimal dan distal dari fraktur harus terlihat pada

film.

- 2 ekstremitas : sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan

terutama pada anak-anak.

b. Pemeriksaan laboratorium

(Pedoman diagnosis dan terapi, UPF, 1994: 137)

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan

secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien,

merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta mengevaluasi hasil

tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul Effendy, 1995 : 2-3)

Adapun tahapan dalam proses keperawatan antara lain :

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi / data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi,

Page 7: lp FRAKTUR.doc

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik

fisik, mental, sosial dan lingkungan.

(Nasrul Effendy, 1995 : 18)

a. Pengumpulan Data.

Meliputi

1. Identitas Klien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku,

pendidikan, no register, diagnosa medis.

2. Keluhan Utama

Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas /

mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.

3. Riwayat Penyakit

- Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada klien fraktur / patah tulang dapat disebabkan oleh trauma /

kecelakaan, degeneratif dan pathologis yang didahului dengan

perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri,

bengkak, kebiruan, pucat / perubahan warna kulit dan kesemutan.

- Riwayat Penyakit Dahulu.

Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak

sebelumnya dan ada / tidaknya klien mengalami pembedahan perbaikan

dan pernah menderita osteoporosis sebelumnya.

- Riwayat Penyakit Keluarga.

Pada keluarga klien ada / tidak yang menderita osteoporosis, arthritis

dan tuberkolosis atau penyakit lain yang sifatnya menurun dan menular.

4. Pola-pola Fungsi Kesehatan.

- Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat.

Pada fraktur akan mengalami perubahan dan gangguan pada personal

hiegene, misalnya kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci rambut, ganti

pakaian, BAK dan BAB serta berolahraga sehingga dapat menimbulkan

masalah perawatan diri.

- Pola eliminasi

Kebiasaan miksi dan defekasi sehari-hari, kesulitan waktu defekasi,

dikarenakan imubilisasi, fases warna kuning dan konsistensi defekasi

padat . Pada miksi klien tidak mengalami gangguan, warna urin jernih,

buang air kecil 3 – 4 x/hari.

- Pola nutrisi dan metabolisme

Page 8: lp FRAKTUR.doc

Pada umumnya tidak akan mengalami gangguan penurunan nafsu

makan, meskipun menu berubah misalnya makan di rumah gizi tetap

sama sedangkan di rumah sakit disesuaikan dengan penyakit dan diet

klein.

- Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan dari fraktur

femur sehingga kebutuhan perlu dibantu baik oleh perawat atau

keluarga, misalnya kebutuhan sehari-hari, mandi, BAB, BAK

dilakukan diatas tempat tidur.

- Pola penanggulangan stres

Masalah fraktur femur dapat menjadi stres tersendiri bagi klien. Dalam

hal ini pola penanggulangan stress sangat tergantung pada sistem

mekanisme klien itu sendiri misalnya pergi kerumah sakit untuk

dilakukan perawatan / pemasangan traksi.

- Pola sensori dan kognitif

Nyeri yang disebabkan oleh fraktur femur adanya kerusakan jaringan

lunak serta tulang yang parah dan hilangnnya darah serta cairan seluler

ke dalam jaringan. Hal ini yang menyebabkan gangguan sensori

sedangkan pada pola kognitif atau cara berfikir klien tidak mengalami

gangguan jiwa.

- Pola hubungan peran

Pola hubungan dan peran akan mengalami gangguan, jika klien sebagai

kepala rumah tangga / menjadi tulang punggung keluarga.

- Pola persepsi diri

Pada fraktur femur akan mengalami gangguan konsep diri karena

terjadi perubahan cara berjalan akibat kecelakaan yang menyebabkan

patah tulang dan klien takut cacat seumur hidup / tidak dapat kembali

bekerja.

- Pola reproduksi dan seksual

Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan

mengalami pola seksual dan reproduksi, jika klien belum berkeluarga

klein tidak akan mengalami gangguan.

- Pola tidur dan istirahat

Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan yang

disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat fraktur.

- Pola tata nilai dan kepercayaan

Page 9: lp FRAKTUR.doc

Pada fraktur terutama fraktur femur akan mengalami perubahan /

gangguan dalam menjalankan sholat dengan cara duduk dan dilakukan

diatas tempat tidur.

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Meliputi keadaan sakit pasien, tingakat kesadaran dan tanda-tanda

vital

b. Pemeriksaan Sistem Integumen.

Tidak ada perubahan yang menonjol pada sistem integumen seperti

warna kulit, adanya jaringan parut / lesi, tekstur kulit kasar dan suhu

kulit hangat serta kulit kotor.

c. Pemeriksaan Kepala Dan Leher.

Tidak ada perubahan yang menonjol pada kepala dan leher seperti

warna rambut, mudah rontok, kebersihan kepala, alupeaus, keadaaan

mata, pemeriksaan takanan bola mata (TIO), pemeriksaan visus,

adanya massa pada telinga, kebersihan telinga, adanya serumen,

kebersihan hidung, adanya mulut dan gigi, mulut bau adanya

pembengkakan pada leher, pembesaran kelenjar linfe atau tiroid.

d. Pemeriksaan Sistem Respirasi.

Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya

sesak nafas, sura tambahan, pernafasan cuping hidung.

e. Pemeriksaan Kordiovaskuler.

Klien fraktur mengalami denyut nadi meningakat terjadi respon nyeri

dan kecemasan, ada tidaknya hipertensi, tachikardi perfusi jaringan

dan perdarahan akiobat trauma.

f. Pemeriksaan Sistem Gastro Intestinal.

Tidak ada perubahan yang menonjol seperti nafsu makan tetap,

peristaltik usus, mual, muntah, kembung.

g. Pemeriksaan Sistem Ganitourinaria.

Tidak ada perubahan yang menonjol seperti produksi urin, warna

urin, apakah ada hematovia / tidak, adakah disuria, kebersihan

genital.

h. Pemeriksaan Sistem Muskuslukeletal.

Terdapat fraktur, yeri gerak, kekakuan sendi, bagaimana tinus ototnya

ada tidaknya atropi dan keterbatasan gerak, adanya karepitus.

i. Pemeriksaan Sistem Endokrin.

Page 10: lp FRAKTUR.doc

Tidak ada perubahan yang menojol seperti ada tidaknya pembesaran

thyroid / struma serta pembesaran kelenjar limfe.

j. Pemeriksaan Sistem Persyarafan.

Ada tidaknya hemiplegi, pavaplegi dan bagaimana reflek patellanya.

b. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan meningkatkan data dan

menghubungkan tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan

untuk menbuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan

kepereawatan pasien.

(Nasrul Effendy, 1995 : 24)

c. Diagnosa Keperawatan

Tahap akhir dari pengkajian adalah merumuskan diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan merupakan pernyatan / kesimpulan yang diambil dari

pengkajian tentang status kesehatan klien / pasien.

(Nasrul Effendy, 1995 : 26)

Berdasarkan analisa data, dirumuskan suatu diagnosa keperawatan sesuai

dengan prioritasnya yaitu sebagai berikut :

Diagnosa Pre Op :

1. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) yang berhubungan dengan

terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Cemas b.d Kurangnya informasi akan dilakukan operasi

Diagnosa Pos Op :

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dnegan immobilisasi kaki

(pemasangan traksi)

4. Aktual / resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas jaringan atau kulit

berhubungan dengan luka, fraktur, pembedahan.

2. Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan

keperawatan (Nursing Care Plan) yang merupakan tahap selanjutnya setelah

pengkajian dan penentuan diagnosa keperawatan (Nasrul Effendy, 1995 : 35).

Diagnosa pre op

1. Diagnosa I

Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) yang berhubungan dengan terputusnya

kontinuitas jaringan.

Page 11: lp FRAKTUR.doc

Tujuan : Nyeri berkurang / hilang setelah diberikan tindakan asuhan

keperawatan.

Kriteria Hasil : Klien tidak mengeluh nyeri, klien tampak rileks, mampu

berpartisipasi dalam aktivitas istirahat dan tidur, klien

mampu melakukan teknik relaksasi.

Rencana Tindakan :

1. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri.

R/ Dengan memberikan penjelasan diharapkan klien tidak merasa cemas

dan dapat melakukan sesuatu yang dapat mengurangi nyeri.

2. Kaji tingkat nyeri klien (lokasi, karakteristik dan durasi) serta respon

verbal dan non verbal pada klien yang mengisyaratkan nyeri.

R/ Mengevaluasi tingkat nyeri klien dapat mendeteksi gejala dini yang

timbul sehingga perawat dapat memilih tindakan keperawatan

selanjutnya serta mengkaji respon verbal dan non verbal klien dapat

diketahui intervensi kita berhasil atau tidak.

3. Ajarkan pada klien cara pengurangan nyeri misalnya memijat atau

merubah posisi.

R/ Memijat / merubah posisi dapat membantu sirkulasi yang menyeluruh

dan dapat menurunkan tekanan lokal dan kelemahan otot sehingga

mengurangi nyeri.

4. Pertahankan immobilisasi / bedrest karena adanya trauma / patah tulang /

pemasangan traksi.

R/ Immobilisasi / bedrest dapat meringankan nyeri dan mencegah

displacement tulang / eksistensi jaringan luka.

5. Observasi tanda-tanda vital.

R/ Observasi tanda-tanda vital dapat diketahui keadaan umum klien.

6. Lakukan kolaborasi dalam pemberian obat sesuai dengan yang di

indikasikan yaitu anal gesik dan pelemas otot.

R/ Obat analgesik diharapkan dapat mengurangi nyeri dan obat pelemas

otot diharapkan dapat melemaskan otot.

(Marlyn E. Doenges, 1991 : 775-777)

2. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan mobilitas fisik berhubungan dnegan immobilisasi kaki

(pemasangan traksi).

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas secara bertahap.

Page 12: lp FRAKTUR.doc

Kriteria Hasil : Klien dapat bergerak secara maksimal, klien dapat

mempertahankan fungsi tubuh secara maksimal, klien

dapat menambahkan kekuatan / fungsi dari pada bagian

tubuh yang berpengaruh (fraktur).

Rencana Tindakan :

1. Observasi keterbatasan gerak klien dan catat respon klien terhadap

immobilisasi.

R/ Dengan observasi dapat diketahui seberapa jauh tingkat perubahan

fisik klien (keterbatasan gerak) dan bagaimana respon / persepsi klien

tentang gambaran dirinya.

2. Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam aktivitas dan pertahankan

stimulasi lingkungan antara lain TV, Radio dan surat kabar.

R/ Dapat memberi kesempatan pasien untuk mengeluarkan energi,

memfokuskan perhatian, meningkatkan rangsangan control diri

pasien dan membantu dalam menurunkan isolasi sosial.

3. Ajarkan pada klien untuk berlatih secara aktif / pasif dari latihan POM.

R/ Dapat menambah aliran darah ke otot dan tulang melakukan gerakan

sendi dapat mencegah kontruktur / atropi.

4. Monitor tekanan darah dan catat masalah sakit kepala.

R/ Hipertensi postural adalah masalah umum yang mengurangi bedrest

lama dan memerlukan tindakan khusus.

5. Konsultasikan dangan ahli terapi fisik / spesialis, rehabilitasi.

R/ Konsultasi dengan ahli terapi / spesialis rehabilitasi dapat menciptakan

program aktivitas dan latihan individu.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana

tindakan kepereawatan yang telah ditetapkan, meliputi tindakan dependent, inter

dependent. Pada pelaksanaan terdiri dari bebereapa kegitan, validasi, rencana

keperawatan, mendokumentasikan keperawatan, memberikan asuhan

keperawatan dan pengumpulan data.

(Susan Martin, 1998)

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Ada tiga alternatif dalam evaluasi :

a. Masalah teratasi, jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan

waktu dan tanggal yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Page 13: lp FRAKTUR.doc

b. Masalah teratasi sebagian, jika klien mampu menunjukkan prilaku tetapi

tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan.

c. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak mampu sama sekali menunjukkan

prilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.

(Susan Martin, 1998, 55)