lp dm (memen)

25
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS A. PENGERTIAN 1. Definisi Diabetes melitus adalah suatu gangguan kronik metabolisme karbohidrat dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai insulin dan kebutuhan akan insulin. (Luckman and Sorensen’s, Medical Surgical Nursing Approach, 2010). Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembang menjadi komplikasi terhadap makrovaskular, mikrovaskular, dan neurologis sebagai hasil dari kurangnya produksi insulin (Barbara, 2010). Diabetes melitus adalah bukan merupakan penyakit tunggal tetapi gabungan dari penyakit keturunan dan heterogen.Dimanifestasikan dengan ketidaknormalan hasil homeostasis glukosa (glukosa dalam darah meningkat) yang disebut hiperglikemia (Lewis, 2011). B. ETIOLOGI a. Diabetes melitus tipe I 1. Faktor genetik: kecenderungan genetik ditemukan pada individu yang memiliki tipe

Upload: ini-masnur-wae

Post on 01-Feb-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

yang kita butuhkan

TRANSCRIPT

Page 1: LP DM (MEMEN)

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. PENGERTIAN

1. Definisi

Diabetes melitus adalah suatu gangguan kronik metabolisme

karbohidrat dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai insulin

dan kebutuhan akan insulin. (Luckman and Sorensen’s, Medical

Surgical Nursing Approach, 2010). Diabetes melitus adalah suatu

penyakit kronik dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak dan berkembang menjadi komplikasi terhadap

makrovaskular, mikrovaskular, dan neurologis sebagai hasil dari

kurangnya produksi insulin (Barbara, 2010). Diabetes melitus adalah

bukan merupakan penyakit tunggal tetapi gabungan dari penyakit

keturunan dan heterogen.Dimanifestasikan dengan ketidaknormalan

hasil homeostasis glukosa (glukosa dalam darah meningkat) yang

disebut hiperglikemia (Lewis, 2011).

B. ETIOLOGI

a. Diabetes melitus tipe I

1. Faktor genetik: kecenderungan genetik ditemukan pada

individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte

Antigen) yang spesifik (DR3 atau DR40.

2. Autoimun: merupakan respon abnormal dimana antibodi

terarah pada sel beta. Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi

yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.

3. Virus (rubela, mumps)

b. Diabetes melitus tipe II

1. Obesitas

2. Kurang aktivitas

3. Keturunan

4. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65

tahun).

Page 2: LP DM (MEMEN)

C. ANATOMI FISIOLOGI

Pankreas merupakan salah satu bagian dari sistem endokrin yang

terletak di abdomen bagian tengah, di bawah dan di belakang lambung

di depan vertebra lumbal pertama. Panjangnya + 15 cm, lebar 5 cm

dari duodenum sampai limpa, berat 60-90 gram terdiri dari 3 bagian :

kepala pankreas terletak di sebelah kanan abdomen di dalam

lengkungan duodenum, badan pankreas merupakan bagian utama

pankreas yang terletak di belakang lambung, di depan vertebra

lumbalis pertama; bagian yang runcing merupakan ekor pankreas yang

terletak di sebelah kiri yang sebenarnya menyentuh limpa.

Struktur pankreas, merupakan kumpulan kelenjar yang masing-

masing mempunyai saluran, saluran tersebut bersatu menjadi duktus

pankreatikus, duktus pankreatikus menjadi duktus koledukus yang

diteruskan ke duodenum di bawah pilorus. Pankreas mempunyai dua

fungsi yaitu :

a. Fungsi eksokrin

Mensekresi enzim-enzim pencernaan yang mencakup enzim

amilase yang membantu pencernaan karbohidrat, tripsin yang

membantu pencernaan protein dan lipase yang membantu

pencernaan lemak.

b. Fungsi endokrin

1. Sel beta : memproduksi hormon insulin yang berfungsi

menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan memfasilitasi

masuknya glukosa ke dalam sel jaringan hati, otot dan jaringan

lain tempat glukosa disimpan sebagai glikogen atau dibakar

untuk menghasilkan energi.

2. Sel alfa : memproduksi hormon glukagon (yang berlawanan

dengan efek insulin) terutama adalah menaikkan kadar glukosa

darah melalui konversi glikogen menjadi glukosa dalam hati.

Glukagon disekresikan oleh pankreas sebagai respon terhadap

penurunan kadar glukosa darah.

Page 3: LP DM (MEMEN)

3. Sel delta : memproduksi hormon somatostatin yang

menimbulkan efek hipoglikemik dengan menghambat

pelepasan glukagon.

1. Klasifikasi

a. DM tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Yaitu diabetes yang tergantung insulin dimana sel pankreas yang

memproduksi insulin yang dalam keadaan normal dihancurkan

oleh suatu proses autoimun, sehingga glukosa yang seharusnya

ditangkap oleh sel untuk dimetabolisme tidak dapat masuk karena

tidak ada insulin. Penyebabnya juga mencakup faktor genetik,

imunologi atau lingkungan (virus).

DM tipe I ini biasa terjadi pada usia muda kurang dari 30 tahun.

Karena pada tipe ini terjadi kerusakan sel beta pankreas maka

klien akan memerlukan insulin untuk mempertahankan

kelangsungan hidup, karena bila tidak akan sangat beresiko

terjadinya ketoasidosis.

b. DM tipe II (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan

sekresi insulin.

Jumlah sekresi insulin mencukupi tetapi jumlah yang disekresi

tidak seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan, hal ini

menyebabkan produksi insulin menurun. Biasanya ditemukan pada

klien usia lebih dari 30 tahun, kadang dengan obesitas. Pada

diabetes tipe ini umumnya tidak terjadi ketoasidosis. Walaupun

tidak tergantung pada tambahan insulin dari luar, namun klien

mungkin memerlukan untuk mempertahankan kadar gula darah

yang adekuat. Pada kasus ini biasanya terjadi resistensi terhadap

kerja insulin normal, karena interaksi insulin dengan reseptor

insulin pada sel kurang efektif, sehingga glukosa tidak dapat

masuk ke dalam sel.

Page 4: LP DM (MEMEN)

c. Diabetes Gestational

Diabetes tipe ini terjadi pada masa kehamilan yang disebabkan

oleh sekresi hormon-hormon plasenta yang menghambat kerja

insulin sehingga terjadi intoleransi glukosa.

d. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom

lain.

Diabetes melitus tipe ini didapat pada orang yang dengan kadar

gula darah post prandial lebih dari nilai normal. Nilainya berkisar

lebih dari atau sama dengan 140 mg/dl dan kurang dari 200 mg/dl,

namun pada golongan ini biasanya belum didiagnosa sebagai

diabetes melitus, hanya saja pada pasien ini dianggap sebagai

golongan dengan resiko tinggi terhadap diabetes.

D. Pathway

Page 5: LP DM (MEMEN)

E. Tanda dan Gejala

a. Tanda dan gejala awal:

1. Poliuria

2. Polidipsi

3. Polifagia

4. Berkurangnya berat badan

5. Badan lemas dan lelah

b. Tanda dan gejala lanjutan

1. Luka sulit sembuh

2. Gangren

3. Penglihatan kabur

4. Gatal pada kulit

5. Kesemutan/baal pada ekstremitas

6. Mual dan muntah

7. Membran mukosa mulut kering

8. Turgor kulit tidak elastis

9. Pernafasan bau aseton

10. Pernafasan kusmaul

11. Sakit pada abdomen

12. Diare/konstipasi

13. Kulit kering dan merah

14. Ketidakmampuan berkonsentrasi

15. Tremor

16. Takikardi

17.Palpitasi

18. Kejang

19. Koma

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Tes glukosa darah

1. GDS : mengetahui kadar gula darah sewaktu, normal 70-110

mg/dl.

Page 6: LP DM (MEMEN)

2. NPP (Nuchter post prandial), normalnya < 140 mg/dl.

Gula darah yang diperiksa dua kali yaitu sebelum makan dan

dua jam setelah makan dengan tujuan menegakkan diagnosa

dan ditunjukkan kepada klien yang sama sekali belum

diketahui adanya penyakit DM.

3. KH (Kurva Harian)

Gula darah diperiksa sebanyak tiga kali yakni sebelum makan,

jam 11.00 dan jam 16.00 yang dilakukan secara periodik yang

bertujuan untuk mengevaluasi terapi diabetikum.

4. HbA1C, normalnya 4-6%.

Nilai lebih dari 8% menunjukkan diabetes yang tidak

terkontrol.

b. Pemeriksaan urin

Untuk mengetahui kadar glukosa dan keton dalam urin.

c. AGD

Untuk mengetahui adanya asidosis metabolik.

d. Serum elektrolit : natrium mungkin normal, meningkat atau

menurun; kalium normal atau meningkat selanjutnya akan

menurun; fosfor: lebih sering menurun.

e. Glucose Toleransi Test ( GTT )

Pemeriksaan dilakukan sebanyak 5 kali yang mana sebelumnya

pasien diberi glukosa baik oral maupun parenteral. Dan ini

ditujukan pada pasien yang pada pengkajian didapatkan adanya

Diabetes mellitus.

G. Komplikasi

a. Komplikasi jangka pendek

1. Diabetik ketoasidosis (DKA)

Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah

insulin.Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak, protein.Gambaran klinis yang penting

Page 7: LP DM (MEMEN)

dalam diabetik ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan

elektrolit, asidosis.

Penanganannya dengan periksa gula darah setiap jam,

elektrolit, AGD, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu setiap

jam, keadaan hidrasi, balance cairan, pemberian oksigen bila

PO2< 80 mmHg.

2. Hipoglikemi (kadar gula darah < 70 mg/dl)

Keadaan ini akibat pemberian insulin atau preparat oral

antidiabetik yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu

sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Gejala

hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa diduga

sebelumnya. Hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah

menurun. Tanda-tanda hipoglikemia ringan: tremor, takikardi,

palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Hipoglikemia sedang :

penurunan glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak

memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik,

tanda-tanda: ketidak-mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,

vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, mati rasa di daerah

bibir serta lidah, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan

emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.

Sedangkan hipoglikemia berat; fungsi sistem saraf pusat

mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien

menunjukkan gejala perilaku yang disorientasi, serangan

kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan

kesadaran. Penanganan hipoglikemia: stadium awal: pemberian

gula murni + 30 gram (2 sendok makan) atau sirop, permen dan

makanan yang mengandung hidrat arang. Stadium lanjut

(koma): berikan larutan glukosa 40% sebanyak flacon, melalui

intravena setiap 10-20 menit hingga sadar disertai pemberian

infus dextrose 10% 6 jam/kolf (20-21 tetes/menit).

Page 8: LP DM (MEMEN)

Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti

adrenalin, kortison atau glukagon 1 mg intravena.

3. Sindrome Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)

Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolalitas,

hiperglikemi dengan disertai perubahan tingkat kesadaran.

keadaan ini paling banyak terjadi pada individu yang berusia

50-70 tahun karena peningkatan usia yang khas pada penderita

SHHNK, maka pemantauan ketat terhadap status volume dan

elektrolit diperlukan untuk mencegah gagal jantung kongestif

dan disritmia jantung.

b. Komplikasi jangka panjang

1. Mikrovaskular

a. Nefropati

Bila kadar glukosa darah meningkat maka mekanisme

filtrasi ginjal mengalami stres yang menyebabkan

kebocoran protein ke dalam urine, akibatnya tekanan dalam

pembuluh darah ke ginjal meningkat yang akhirnya

kegagalan ginjal dapat terjadi.

b. Neuropati

1. Neuropati perifer

Sering mengenal bagian distal serabut saraf, khususnya

saraf ekstremitas bawah.

2. Neuropati otonom

Organ-organ yang terkena neuropati otonom,

kardiovaskuler (takikardia, hipotensi ortostatik dan

infark) dan gastrointestinal (pengosongan lambung ke

duodenum menjadi terhambat sehingga terjadi mual,

muntah, makan sedikit sudah kenyang.

3. Retinopati, menyerang pembuluh-pembuluh darah retina

sehingga mengalami kebutaan.

Page 9: LP DM (MEMEN)

c. Makrovaskular

Terjadi kerusakan makrovaskuler di arteri besar.

Komplikasi makrovaskular terjadi akibat penebalan

membran basal pembuluh-pembuluh besar. Penebalan

makrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan

penyaluran oksigen ke jaringan. Komplikasi makrovaskular

timbul terutama akibat aterosklerosis yang menyebabkan

gangguan aliran darah, sehingga timbul penyakit jangka

panjang dan peningkatan mortalitas.

H. Penatalaksanaan Medik

Tujuan terapeutik pada diabetes melitus adalah untuk mencapai kadar

glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan

serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam

penatalaksanaan diabetes:

a. Diet

Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk

memberikan semua unsur makanan esensial (vitamin, mineral),

mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan

energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah mendekati normal

melalui cara-cara yang aman/praktis dan menurunkan kadar lemak

darah jika kadar ini meningkat.

Komposisi diet karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-

25%, tinggi serat, hindari alkohol.

b. Aktivitas dan latihan

Latihan dilakukan 3-4 kali seminggu selama 30-60 menit.

Fungsi latihan :

1. Menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan

mempertahankan kesegaran tubuh.

2. Meningkatkan penggunaan glukosa oleh otot yang aktif.

3. Menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko

kardiovaskuler.

Page 10: LP DM (MEMEN)

4. Mencegah komplikasi.

Syarat latihan :

1. Dilakukan setelah pemasukan karbohidrat 1-2 jam.

2. Disesuaikan dengan kadar gula darah, tidak dilakukan bila

kadar gula darah > 250 mg/dl.

Pedoman untuk latihan :

1. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin.

2. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung

kaki yang lainnya.

3. Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.

4. Hindari latihan saat pengendalian metabolik buruk.

c. Terapi farmakologik

1. Insulin untuk DM tipe I.

2. Obat anti diabetik oral untuk DM tipe II.

Fungsinya :

1. Mengatur transpor glukosa dalam sel.

2. Membantu menurunkan kadar glukosa darah mendekati nilai

normal.

d. Pemantauan/monitoring

Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara teratur dan

menjaga kadar HbAlC < 7% yang merupakan indikator kontrol

hiperglikemia.

e. Penyuluhan

Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan, merubah

perilaku dan memperbaiki kualitas hidup, serta menghindari

komplikasi:

1. Patofisiologi sederhana yaitu definisi penyakit, batas-batas

kadar glukosa yang normal, efek terapi insulin dan latihan, efek

makanan dan stres yang mencakup keadaan sakit dan infeksi

dan dasar pendekatan terapi.

Page 11: LP DM (MEMEN)

2. Cara-cara terapi yaitu pemberian insulin, dasar-dasar diet

(kelompok makanan dan jadwal), pemantauan kadar gula darah

dan keton urine.

3. Pengenalan, penanganan dan pencegahan komplikasi akut yaitu

hipoglikemia dan hiperglikemia.

4. Informasi yang pragmatis yaitu dimana membeli dan

menyimpan insulin, alat-alat untuk memantau kadar gula darah,

kapan dan bagaimana cara menghubungi dokter.

5. Perawatan yaitu : kaki, mata, higiene umum dan kebersihan

kulit.

6. Pengendalian faktor resiko yaitu mengendalikan tekanan darah

dan kadar lemak.

I. Pengkajian

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

1. Riwayat penyakit pasien dan keluarga.

2. Penggunaan obat seperti steroid, diurektik (tiazid), dilantin dan

fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah)

3. Usia > 30 tahun atau < 30 tahun

4. Tergantung pada insulin

5. Obesitas

6. Kurang latihan/aktivitas

7. Ketaatan menjalankan terapi

b. Pola nutrisi metabolik

1. Polifagia

2. Polidipsi

3. Luka sulit sembuh

4. Mual dan muntah

5. Haus

6. Berat badan menurun

7. Turgor kulit berkurang

8. Kulit kering

Page 12: LP DM (MEMEN)

c. Pola eliminasi

1. Poliuria

2. Nokturia

3. Diare/konstipasi

4. Rasa nyeri/terbakar saat berkemih

5. Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

d. Pola aktivitas dan latihan

1. Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan

2. Tonus otot menurun

3. Kram otot

e. Pola tidur dan istirahat

1. Sering terbangun karena nokturia

f. Pola persepsi kognitif dan sensori

1. Pusing/pening

2. Sakit kepala

3. Kesemutan

4. Baal

5. Kram otot

6. Pandangan kabur

7. Nyeri abdomen.

g. Pola persepsi dan konsep diri

1. Harga diri rendah karena penyakit.

2. Masalah finansial.

h. Pola peran dan hubungan dengan sesama

1. Perubahan peran dalam keluarga/masyarakat.

i. Pola reproduksi seksual

1. Impoten pada pria

2. Penurunan libido

j. Pola mekanisme koping terhadap stress

1. Ansietas

2. Peka rangsang

Page 13: LP DM (MEMEN)

3. Apatis.

k. Pola nilai dan kepercayaan

1. Komitmen untuk merubah gaya hidup: diet, obat, aktivitas.

2. Berusaha untuk mengubah cara hidup, diit, pengobatan dan

pola aktivitas.

J. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakcukupan insulin .

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa

yang tinggi.

K. Perencanaan Keperawatan

DP 1.ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan penurunan, ketidakcukupan nutrisi.

Hasil yang diharapkan : Kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi yang

ditandai BB stabil, kebutuhan kalori terpenuhi, hasil gula darah

dalam batas normal (GDS < 140 mg/dl) dalam waktu 5 hari.

Intervensi:

1. Timbang BB setiap 1 minggu sekali.

Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.

2. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut

kembung, mual, muntah.

Rasional:Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan

danelektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi

lambung.

3. Pantau kadar gula darah.

Rasional:Kadar glukosa darah dapat mempengaruhi ambang

batas ginjal.

4. Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat

kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar,

cemas, pusing.

Page 14: LP DM (MEMEN)

Rasional:Jika pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia

mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan

tingkat kesadaran.

5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin secara

teratur dengan metode IV secara intermiten atau secara

kontinyu.

Rasional: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan

karenanya dengan cepat pula dapat membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

DP 2. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan diuresis

osmotik.

Hasil yang diharapkan : Hidrasi adekuat yang ditandai oleh TTV

stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian

kapiler baik, kadar elektrolit dalam batas normal dalam waktu

3 hari.

Intervensi:

1. Monitor TTV, perhatikan perubahan tekanan darah.

Rasional:Hipovolemik dapat dilihat dengan adanya hipotensi

dan takikardia.

2. Kaji warna kulit, kelembaban, suhu tubuh.

Rasional:Demam dengan kulit yang kemerahan, kering sebagai

cerminan dari dehidrasi.

3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran

mukosa.

Rasional:Indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi

yang adekuat.

4. Pantau masukan dan pengeluaran.

Rasional:Memberi perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,

fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.

Page 15: LP DM (MEMEN)

5. Beri cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat

ditoleransi jantung jika pemasukan cairan oral sudah dapat

diberikan.

Rasional:Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi.

6. Kolaborasi dengan tim medik, pemeriksaan serum elektrolit

dan terapi cairan intravena.

Rasional:Identifikasi kekurangan elektrolit dan sebagai

pemenuhan cairan yang keluar.

DP 3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.

Hasil yang diharapkan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda

infeksi pada saat peningkatan kadar glukosa yang ditandai

dengan, suhu 36-37 oC, integritas kulit utuh, leukosit < 10.000

u/L dalam waktu 3 hari.

Intervensi:

1. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam, kemerahan,

nyeri, adanya pus pada luka.

Rasional: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya

telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat

mengalami infeksi nosokomial.

2. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan pada

pasien.

Rasional:Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi

nosokomial).

3. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif (pemasangan

infus, kateter folley, pemberian obat IV).

Rasional:Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi

media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

4. Bantu pasien untuk melakukan higiene oral.

Rasional:Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut/gusi.

Page 16: LP DM (MEMEN)

5. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat (pemasukan

makanan dan cairan yang adekuat, kira-kira 3000 ml/hari jika

tidak ada kontraindikasi).

Rasional:Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.

6. Beri lotion pada kulit.

Rasional:Mengurangi kekeringan pada kulit dan memberi

kelembaban.

7. Anjurkan untuk selalu memakai alas kaki, menjaga ujung jari

dan kaki tetap kering.

Rasional:Mencegah terjadinya luka dan lecet pada kakI

Page 17: LP DM (MEMEN)

DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek

Maryunani, Jakarta:EGC, 2010.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih

bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 2005.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa

YasminAsih, Jakarta : EGC, 2005.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry

Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia

Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 2010.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet

2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2010.