lp dm (memen)
DESCRIPTION
yang kita butuhkanTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. PENGERTIAN
1. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu gangguan kronik metabolisme
karbohidrat dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai insulin
dan kebutuhan akan insulin. (Luckman and Sorensen’s, Medical
Surgical Nursing Approach, 2010). Diabetes melitus adalah suatu
penyakit kronik dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak dan berkembang menjadi komplikasi terhadap
makrovaskular, mikrovaskular, dan neurologis sebagai hasil dari
kurangnya produksi insulin (Barbara, 2010). Diabetes melitus adalah
bukan merupakan penyakit tunggal tetapi gabungan dari penyakit
keturunan dan heterogen.Dimanifestasikan dengan ketidaknormalan
hasil homeostasis glukosa (glukosa dalam darah meningkat) yang
disebut hiperglikemia (Lewis, 2011).
B. ETIOLOGI
a. Diabetes melitus tipe I
1. Faktor genetik: kecenderungan genetik ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) yang spesifik (DR3 atau DR40.
2. Autoimun: merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada sel beta. Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi
yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
3. Virus (rubela, mumps)
b. Diabetes melitus tipe II
1. Obesitas
2. Kurang aktivitas
3. Keturunan
4. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65
tahun).
C. ANATOMI FISIOLOGI
Pankreas merupakan salah satu bagian dari sistem endokrin yang
terletak di abdomen bagian tengah, di bawah dan di belakang lambung
di depan vertebra lumbal pertama. Panjangnya + 15 cm, lebar 5 cm
dari duodenum sampai limpa, berat 60-90 gram terdiri dari 3 bagian :
kepala pankreas terletak di sebelah kanan abdomen di dalam
lengkungan duodenum, badan pankreas merupakan bagian utama
pankreas yang terletak di belakang lambung, di depan vertebra
lumbalis pertama; bagian yang runcing merupakan ekor pankreas yang
terletak di sebelah kiri yang sebenarnya menyentuh limpa.
Struktur pankreas, merupakan kumpulan kelenjar yang masing-
masing mempunyai saluran, saluran tersebut bersatu menjadi duktus
pankreatikus, duktus pankreatikus menjadi duktus koledukus yang
diteruskan ke duodenum di bawah pilorus. Pankreas mempunyai dua
fungsi yaitu :
a. Fungsi eksokrin
Mensekresi enzim-enzim pencernaan yang mencakup enzim
amilase yang membantu pencernaan karbohidrat, tripsin yang
membantu pencernaan protein dan lipase yang membantu
pencernaan lemak.
b. Fungsi endokrin
1. Sel beta : memproduksi hormon insulin yang berfungsi
menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan memfasilitasi
masuknya glukosa ke dalam sel jaringan hati, otot dan jaringan
lain tempat glukosa disimpan sebagai glikogen atau dibakar
untuk menghasilkan energi.
2. Sel alfa : memproduksi hormon glukagon (yang berlawanan
dengan efek insulin) terutama adalah menaikkan kadar glukosa
darah melalui konversi glikogen menjadi glukosa dalam hati.
Glukagon disekresikan oleh pankreas sebagai respon terhadap
penurunan kadar glukosa darah.
3. Sel delta : memproduksi hormon somatostatin yang
menimbulkan efek hipoglikemik dengan menghambat
pelepasan glukagon.
1. Klasifikasi
a. DM tipe I (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Yaitu diabetes yang tergantung insulin dimana sel pankreas yang
memproduksi insulin yang dalam keadaan normal dihancurkan
oleh suatu proses autoimun, sehingga glukosa yang seharusnya
ditangkap oleh sel untuk dimetabolisme tidak dapat masuk karena
tidak ada insulin. Penyebabnya juga mencakup faktor genetik,
imunologi atau lingkungan (virus).
DM tipe I ini biasa terjadi pada usia muda kurang dari 30 tahun.
Karena pada tipe ini terjadi kerusakan sel beta pankreas maka
klien akan memerlukan insulin untuk mempertahankan
kelangsungan hidup, karena bila tidak akan sangat beresiko
terjadinya ketoasidosis.
b. DM tipe II (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Melitus)
Pada diabetes tipe ini terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin.
Jumlah sekresi insulin mencukupi tetapi jumlah yang disekresi
tidak seimbang dengan jumlah yang dibutuhkan, hal ini
menyebabkan produksi insulin menurun. Biasanya ditemukan pada
klien usia lebih dari 30 tahun, kadang dengan obesitas. Pada
diabetes tipe ini umumnya tidak terjadi ketoasidosis. Walaupun
tidak tergantung pada tambahan insulin dari luar, namun klien
mungkin memerlukan untuk mempertahankan kadar gula darah
yang adekuat. Pada kasus ini biasanya terjadi resistensi terhadap
kerja insulin normal, karena interaksi insulin dengan reseptor
insulin pada sel kurang efektif, sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel.
c. Diabetes Gestational
Diabetes tipe ini terjadi pada masa kehamilan yang disebabkan
oleh sekresi hormon-hormon plasenta yang menghambat kerja
insulin sehingga terjadi intoleransi glukosa.
d. Diabetes melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lain.
Diabetes melitus tipe ini didapat pada orang yang dengan kadar
gula darah post prandial lebih dari nilai normal. Nilainya berkisar
lebih dari atau sama dengan 140 mg/dl dan kurang dari 200 mg/dl,
namun pada golongan ini biasanya belum didiagnosa sebagai
diabetes melitus, hanya saja pada pasien ini dianggap sebagai
golongan dengan resiko tinggi terhadap diabetes.
D. Pathway
E. Tanda dan Gejala
a. Tanda dan gejala awal:
1. Poliuria
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Berkurangnya berat badan
5. Badan lemas dan lelah
b. Tanda dan gejala lanjutan
1. Luka sulit sembuh
2. Gangren
3. Penglihatan kabur
4. Gatal pada kulit
5. Kesemutan/baal pada ekstremitas
6. Mual dan muntah
7. Membran mukosa mulut kering
8. Turgor kulit tidak elastis
9. Pernafasan bau aseton
10. Pernafasan kusmaul
11. Sakit pada abdomen
12. Diare/konstipasi
13. Kulit kering dan merah
14. Ketidakmampuan berkonsentrasi
15. Tremor
16. Takikardi
17.Palpitasi
18. Kejang
19. Koma
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Tes glukosa darah
1. GDS : mengetahui kadar gula darah sewaktu, normal 70-110
mg/dl.
2. NPP (Nuchter post prandial), normalnya < 140 mg/dl.
Gula darah yang diperiksa dua kali yaitu sebelum makan dan
dua jam setelah makan dengan tujuan menegakkan diagnosa
dan ditunjukkan kepada klien yang sama sekali belum
diketahui adanya penyakit DM.
3. KH (Kurva Harian)
Gula darah diperiksa sebanyak tiga kali yakni sebelum makan,
jam 11.00 dan jam 16.00 yang dilakukan secara periodik yang
bertujuan untuk mengevaluasi terapi diabetikum.
4. HbA1C, normalnya 4-6%.
Nilai lebih dari 8% menunjukkan diabetes yang tidak
terkontrol.
b. Pemeriksaan urin
Untuk mengetahui kadar glukosa dan keton dalam urin.
c. AGD
Untuk mengetahui adanya asidosis metabolik.
d. Serum elektrolit : natrium mungkin normal, meningkat atau
menurun; kalium normal atau meningkat selanjutnya akan
menurun; fosfor: lebih sering menurun.
e. Glucose Toleransi Test ( GTT )
Pemeriksaan dilakukan sebanyak 5 kali yang mana sebelumnya
pasien diberi glukosa baik oral maupun parenteral. Dan ini
ditujukan pada pasien yang pada pengkajian didapatkan adanya
Diabetes mellitus.
G. Komplikasi
a. Komplikasi jangka pendek
1. Diabetik ketoasidosis (DKA)
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukup jumlah
insulin.Keadaan ini mengakibatkan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, protein.Gambaran klinis yang penting
dalam diabetik ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan
elektrolit, asidosis.
Penanganannya dengan periksa gula darah setiap jam,
elektrolit, AGD, tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu setiap
jam, keadaan hidrasi, balance cairan, pemberian oksigen bila
PO2< 80 mmHg.
2. Hipoglikemi (kadar gula darah < 70 mg/dl)
Keadaan ini akibat pemberian insulin atau preparat oral
antidiabetik yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Gejala
hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa diduga
sebelumnya. Hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah
menurun. Tanda-tanda hipoglikemia ringan: tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Hipoglikemia sedang :
penurunan glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik,
tanda-tanda: ketidak-mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, mati rasa di daerah
bibir serta lidah, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.
Sedangkan hipoglikemia berat; fungsi sistem saraf pusat
mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien
menunjukkan gejala perilaku yang disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan
kesadaran. Penanganan hipoglikemia: stadium awal: pemberian
gula murni + 30 gram (2 sendok makan) atau sirop, permen dan
makanan yang mengandung hidrat arang. Stadium lanjut
(koma): berikan larutan glukosa 40% sebanyak flacon, melalui
intravena setiap 10-20 menit hingga sadar disertai pemberian
infus dextrose 10% 6 jam/kolf (20-21 tetes/menit).
Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti
adrenalin, kortison atau glukagon 1 mg intravena.
3. Sindrome Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (SHHNK)
Merupakan keadaan yang didominasi oleh hiperosmolalitas,
hiperglikemi dengan disertai perubahan tingkat kesadaran.
keadaan ini paling banyak terjadi pada individu yang berusia
50-70 tahun karena peningkatan usia yang khas pada penderita
SHHNK, maka pemantauan ketat terhadap status volume dan
elektrolit diperlukan untuk mencegah gagal jantung kongestif
dan disritmia jantung.
b. Komplikasi jangka panjang
1. Mikrovaskular
a. Nefropati
Bila kadar glukosa darah meningkat maka mekanisme
filtrasi ginjal mengalami stres yang menyebabkan
kebocoran protein ke dalam urine, akibatnya tekanan dalam
pembuluh darah ke ginjal meningkat yang akhirnya
kegagalan ginjal dapat terjadi.
b. Neuropati
1. Neuropati perifer
Sering mengenal bagian distal serabut saraf, khususnya
saraf ekstremitas bawah.
2. Neuropati otonom
Organ-organ yang terkena neuropati otonom,
kardiovaskuler (takikardia, hipotensi ortostatik dan
infark) dan gastrointestinal (pengosongan lambung ke
duodenum menjadi terhambat sehingga terjadi mual,
muntah, makan sedikit sudah kenyang.
3. Retinopati, menyerang pembuluh-pembuluh darah retina
sehingga mengalami kebutaan.
c. Makrovaskular
Terjadi kerusakan makrovaskuler di arteri besar.
Komplikasi makrovaskular terjadi akibat penebalan
membran basal pembuluh-pembuluh besar. Penebalan
makrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan
penyaluran oksigen ke jaringan. Komplikasi makrovaskular
timbul terutama akibat aterosklerosis yang menyebabkan
gangguan aliran darah, sehingga timbul penyakit jangka
panjang dan peningkatan mortalitas.
H. Penatalaksanaan Medik
Tujuan terapeutik pada diabetes melitus adalah untuk mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan
serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam
penatalaksanaan diabetes:
a. Diet
Penatalaksanaan nutrisi pada penderita diabetes diarahkan untuk
memberikan semua unsur makanan esensial (vitamin, mineral),
mempertahankan berat badan yang sesuai, memenuhi kebutuhan
energi, mencegah fluktuasi kadar glukosa darah mendekati normal
melalui cara-cara yang aman/praktis dan menurunkan kadar lemak
darah jika kadar ini meningkat.
Komposisi diet karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, lemak 20-
25%, tinggi serat, hindari alkohol.
b. Aktivitas dan latihan
Latihan dilakukan 3-4 kali seminggu selama 30-60 menit.
Fungsi latihan :
1. Menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress dan
mempertahankan kesegaran tubuh.
2. Meningkatkan penggunaan glukosa oleh otot yang aktif.
3. Menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler.
4. Mencegah komplikasi.
Syarat latihan :
1. Dilakukan setelah pemasukan karbohidrat 1-2 jam.
2. Disesuaikan dengan kadar gula darah, tidak dilakukan bila
kadar gula darah > 250 mg/dl.
Pedoman untuk latihan :
1. Hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin.
2. Gunakan alas kaki yang tepat, dan bila perlu alat pelindung
kaki yang lainnya.
3. Periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
4. Hindari latihan saat pengendalian metabolik buruk.
c. Terapi farmakologik
1. Insulin untuk DM tipe I.
2. Obat anti diabetik oral untuk DM tipe II.
Fungsinya :
1. Mengatur transpor glukosa dalam sel.
2. Membantu menurunkan kadar glukosa darah mendekati nilai
normal.
d. Pemantauan/monitoring
Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara teratur dan
menjaga kadar HbAlC < 7% yang merupakan indikator kontrol
hiperglikemia.
e. Penyuluhan
Tujuan penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan, merubah
perilaku dan memperbaiki kualitas hidup, serta menghindari
komplikasi:
1. Patofisiologi sederhana yaitu definisi penyakit, batas-batas
kadar glukosa yang normal, efek terapi insulin dan latihan, efek
makanan dan stres yang mencakup keadaan sakit dan infeksi
dan dasar pendekatan terapi.
2. Cara-cara terapi yaitu pemberian insulin, dasar-dasar diet
(kelompok makanan dan jadwal), pemantauan kadar gula darah
dan keton urine.
3. Pengenalan, penanganan dan pencegahan komplikasi akut yaitu
hipoglikemia dan hiperglikemia.
4. Informasi yang pragmatis yaitu dimana membeli dan
menyimpan insulin, alat-alat untuk memantau kadar gula darah,
kapan dan bagaimana cara menghubungi dokter.
5. Perawatan yaitu : kaki, mata, higiene umum dan kebersihan
kulit.
6. Pengendalian faktor resiko yaitu mengendalikan tekanan darah
dan kadar lemak.
I. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1. Riwayat penyakit pasien dan keluarga.
2. Penggunaan obat seperti steroid, diurektik (tiazid), dilantin dan
fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah)
3. Usia > 30 tahun atau < 30 tahun
4. Tergantung pada insulin
5. Obesitas
6. Kurang latihan/aktivitas
7. Ketaatan menjalankan terapi
b. Pola nutrisi metabolik
1. Polifagia
2. Polidipsi
3. Luka sulit sembuh
4. Mual dan muntah
5. Haus
6. Berat badan menurun
7. Turgor kulit berkurang
8. Kulit kering
c. Pola eliminasi
1. Poliuria
2. Nokturia
3. Diare/konstipasi
4. Rasa nyeri/terbakar saat berkemih
5. Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
d. Pola aktivitas dan latihan
1. Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan
2. Tonus otot menurun
3. Kram otot
e. Pola tidur dan istirahat
1. Sering terbangun karena nokturia
f. Pola persepsi kognitif dan sensori
1. Pusing/pening
2. Sakit kepala
3. Kesemutan
4. Baal
5. Kram otot
6. Pandangan kabur
7. Nyeri abdomen.
g. Pola persepsi dan konsep diri
1. Harga diri rendah karena penyakit.
2. Masalah finansial.
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
1. Perubahan peran dalam keluarga/masyarakat.
i. Pola reproduksi seksual
1. Impoten pada pria
2. Penurunan libido
j. Pola mekanisme koping terhadap stress
1. Ansietas
2. Peka rangsang
3. Apatis.
k. Pola nilai dan kepercayaan
1. Komitmen untuk merubah gaya hidup: diet, obat, aktivitas.
2. Berusaha untuk mengubah cara hidup, diit, pengobatan dan
pola aktivitas.
J. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakcukupan insulin .
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa
yang tinggi.
K. Perencanaan Keperawatan
DP 1.ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan penurunan, ketidakcukupan nutrisi.
Hasil yang diharapkan : Kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi yang
ditandai BB stabil, kebutuhan kalori terpenuhi, hasil gula darah
dalam batas normal (GDS < 140 mg/dl) dalam waktu 5 hari.
Intervensi:
1. Timbang BB setiap 1 minggu sekali.
Rasional: Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut
kembung, mual, muntah.
Rasional:Hiperglikemi dan gangguan keseimbangan cairan
danelektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi
lambung.
3. Pantau kadar gula darah.
Rasional:Kadar glukosa darah dapat mempengaruhi ambang
batas ginjal.
4. Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar,
cemas, pusing.
Rasional:Jika pasien dalam keadaan koma, hipoglikemia
mungkin terjadi tanpa memperlihatkan perubahan
tingkat kesadaran.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian insulin secara
teratur dengan metode IV secara intermiten atau secara
kontinyu.
Rasional: Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
karenanya dengan cepat pula dapat membantu
memindahkan glukosa ke dalam sel.
DP 2. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan diuresis
osmotik.
Hasil yang diharapkan : Hidrasi adekuat yang ditandai oleh TTV
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik, kadar elektrolit dalam batas normal dalam waktu
3 hari.
Intervensi:
1. Monitor TTV, perhatikan perubahan tekanan darah.
Rasional:Hipovolemik dapat dilihat dengan adanya hipotensi
dan takikardia.
2. Kaji warna kulit, kelembaban, suhu tubuh.
Rasional:Demam dengan kulit yang kemerahan, kering sebagai
cerminan dari dehidrasi.
3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa.
Rasional:Indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
yang adekuat.
4. Pantau masukan dan pengeluaran.
Rasional:Memberi perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
5. Beri cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung jika pemasukan cairan oral sudah dapat
diberikan.
Rasional:Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi.
6. Kolaborasi dengan tim medik, pemeriksaan serum elektrolit
dan terapi cairan intravena.
Rasional:Identifikasi kekurangan elektrolit dan sebagai
pemenuhan cairan yang keluar.
DP 3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan kadar glukosa tinggi.
Hasil yang diharapkan : Klien tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi pada saat peningkatan kadar glukosa yang ditandai
dengan, suhu 36-37 oC, integritas kulit utuh, leukosit < 10.000
u/L dalam waktu 3 hari.
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda infeksi seperti demam, kemerahan,
nyeri, adanya pus pada luka.
Rasional: Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
telah mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat
mengalami infeksi nosokomial.
2. Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan pada
pasien.
Rasional:Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi
nosokomial).
3. Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invasif (pemasangan
infus, kateter folley, pemberian obat IV).
Rasional:Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi
media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4. Bantu pasien untuk melakukan higiene oral.
Rasional:Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut/gusi.
5. Anjurkan untuk makan dan minum adekuat (pemasukan
makanan dan cairan yang adekuat, kira-kira 3000 ml/hari jika
tidak ada kontraindikasi).
Rasional:Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
6. Beri lotion pada kulit.
Rasional:Mengurangi kekeringan pada kulit dan memberi
kelembaban.
7. Anjurkan untuk selalu memakai alas kaki, menjaga ujung jari
dan kaki tetap kering.
Rasional:Mencegah terjadinya luka dan lecet pada kakI
DAFTAR PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek
Maryunani, Jakarta:EGC, 2010.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih
bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 2005.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC, 2005.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry
Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia
Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 2010.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet
2.Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2010.