lp bph surgical

18
1. Definisi Hipertrofi prostat jinak (benign prostatic hypertrophy, BPH) merupakan kondisi yang belum diketahui penyebabnya. Ditandai oleh meningkatnya ukuran zona dalam (kelenjar periuretra) dari kelenjar prostat (grace, Borley. 2007). Benign prostatic hyperplasia ditandai secara patologis oleh proliferasi sel dari epitel dan elemen stroma dalam kelenjar prostat. Perubahan ini, secara histologist dimulai pada dekade ketiga kehidupan dan secara klinis di dekade kehidupan kelima, dimediasi terutama oleh tingkat jaringan dihidrotestosteron dalam prostat dan menghasilkan pertumbuhan lanjutan kelenjar. Ketika pembesaran prostat terjadi, peningkatan resistensi dalam uretra proksimal dapat membatasi aliran urin selama berkemih, sering timbul perubahan patofisiologis di dinding kandung kemih. Akibatnya, terjadi lower urinary tract syndrom (LUTS) karena obstruksi prostat tidak dapat dipisahkan dari gejala akibat disfungsi detrusor kandung kemih. Selain itu, disfungsi kandung kemih disebabkan oleh hal lain selain dari obstruksi prostat, seperti penuaan atau diabetes neuropati, dapat terjadi secara independen, kasus tersebut sering salah diklasifikasikan sebagai BPH (Wei, Calhoun, Jacobsen, 2013). Sedangkan menurut (Schwartz, 2000) BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. Menurut Nursalam (2006) pada usia

Upload: chindy-purbo

Post on 15-Sep-2015

12 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

dfw

TRANSCRIPT

1. DefinisiHipertrofi prostat jinak (benign prostatic hypertrophy, BPH) merupakan kondisi yang belum diketahui penyebabnya. Ditandai oleh meningkatnya ukuran zona dalam (kelenjar periuretra) dari kelenjar prostat (grace, Borley. 2007).Benign prostatic hyperplasia ditandai secara patologis oleh proliferasi sel dari epitel dan elemen stroma dalam kelenjar prostat. Perubahan ini, secara histologist dimulai pada dekade ketiga kehidupan dan secara klinis di dekade kehidupan kelima, dimediasi terutama oleh tingkat jaringan dihidrotestosteron dalam prostat dan menghasilkan pertumbuhan lanjutan kelenjar. Ketika pembesaran prostat terjadi, peningkatan resistensi dalam uretra proksimal dapat membatasi aliran urin selama berkemih, sering timbul perubahan patofisiologis di dinding kandung kemih. Akibatnya, terjadi lower urinary tract syndrom (LUTS) karena obstruksi prostat tidak dapat dipisahkan dari gejala akibat disfungsi detrusor kandung kemih. Selain itu, disfungsi kandung kemih disebabkan oleh hal lain selain dari obstruksi prostat, seperti penuaan atau diabetes neuropati, dapat terjadi secara independen, kasus tersebut sering salah diklasifikasikan sebagai BPH (Wei, Calhoun, Jacobsen, 2013).Sedangkan menurut (Schwartz, 2000) BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. Menurut Nursalam (2006) pada usia lanjut, beberapapria menagalami pembesaran prostate benigna. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yangberusia 60 tahun dan kurang lebih 80% pria yang berusia 80 tahun. Pembesaran kelenjerprostat mengakibatkan terganggunya aliran urin sehingga menimbulkan gangguan miksi.

2. KlasifikasiMenurut Rumahorbo (2000 : 71), terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat yaitu sebagai berikut :

1. Derajat rektalDerajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesaran kelenjar prostat ke arah rektum. Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal toucher pada BPH di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram. Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat menentukan derajat rectal yaitu sebagai berikut :1). Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm2). Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm3). Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm4). Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm5). Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm

Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadang-kadang dengan rectal toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat terjadi bila bagian yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada derajat ini klien mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine lemah, harus mengedan saat BAK, nocturia.

1. Derajat klinikDerajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan kateterisasi. Urine yang keluar dari kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi beberapa derajat yaitu sebagai berikut :1). Normal sisa urine adalah nol2). Derajat I sisa urine 0-50 ml3). Derajat II sisa urine 50-100 ml4). Derajat III sisa urine 100-150 ml5). Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali

Bila kandung kemih telah penuh dan klien merasa kesakitan, maka urine akan keluar secara menetes dan periodik, hal ini disebut Over Flow Incontinence. Pada derajat ini telah terdapat sisa urine sehingga dapat terjadi infeksi atau cystitis.

1. Derajat Intra VesikalDerajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram, panendoscopy. Gejala yang timbul pada derajat ini biasanya adalah sisa urine sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang serta kemungkinan telah terjadi pyelitis.

1. Derajat Intra UretralDerajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini telah terjadi retensi urine total.

3. EtiologiSebenarnya, sedikit yang diketahui mengenai etiologi dan patogenesis BPH, maka sebab itu, penulis menggabungkan keduanya dan membahasnya secara umum. Sehingga kini, setakat yang diketahui, terdapat dua faktor penyebab penyakit BPH ini yakni usia dan hormon androgen Sebagaimana dinyatakan pada pernyataan sebelum ini, usia mungkin menjadi faktor penyebab terjadinya BPH, akan tetapi ini tidak berlaku pada pria yang menjalani tindakan kastrasi prapubertas (A.K. Abbas et al, 2005). Oleh karena itu maka faktor usia dan hormon androgen sangat berpengaruh menyebabkan terjadinya BPH.Secara khususnya, pria memproduksi hormon terpenting di dalam reproduksi, yakni hormon testosteron dan sedikit hormon estrogen (Edwards JE et al, 2002). Pada saat seseorang pria itu mulai berumur, maka jumlah testosteron yang aktif di dalam darah menurun dan kadar estrogen meningkat. Peningkatan ini ditambah pula dengan substansi lainnya dipercayai mempercepat pertumbuhan sel pada kalenjar prostat dan sehingga pada akhirnya menybabkan terjadinya BPH(Rachman, 2009).

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasi prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrostestosteron (DHT) dan proses aging proses (Aging Proses / penenuaan ). Beberapa hipotesa yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah : a. adanya perubahan kesimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut. b. Peranan dari Growth Faktor sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. c. Meningkatkan lama hidup sel sel prostat karena berkurangnya sel sel yang mati. d. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

4. Patofisiologi (Terlampir)5. Manifestasi Klinis1) Gejala Obstruktif Gejala obstruktif disebabkan karena penyempitan uretra parsprostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untukberkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus (Sylvia, A, 2006).Gejalanya yaitu :a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas.(Hardjowidjoto S, 1999).

2) Gejala Iritasi Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot detrusor karenapembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica seringberkontraksi meskipun belum penuh (Sylvia, A, 2006).Gejalanya yaitu :a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.(Hardjowidjoto S, 1999).

6. Pemeriksaan penunjangDigital Rectal Exam Pemeriksaan colok dubur (DRE) merupakan bagian integral dari evaluasi pada pria dengan dugaan BPH. Selama ini bagian dari pemeriksaan, ukuran prostat dan kontur dapat dinilai, nodul dapat dievaluasi, dan daerah sugestif keganasan dapat dideteksi.Pemeriksaan Fisik lainnya.Dokter biasanya akan menekan dan memanipulasi (meraba) perut dan sisi untuk mendeteksi tanda-tanda kelainan ginjal atau kandung kemih. Dokter juga akan memeriksa tanda-tanda pembengkakan di kaki dan tangan. Prosedur tertentu yang refleks tes, sensasi, dan respon motorik dapat dilakukan di ekstremitas bawah untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab neurologis disfungsi kandung kemih.penelitian laboratoriuma) Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.ultrasonografiUltrasonography (perut, ginjal, transrectal) dan urografi intravena berguna untuk membantu menentukan ukuran kandung kemih dan prostat dan derajat hidronefrosis (jika ada) pada pasien dengan retensi urin atau tanda-tanda insufisiensi ginjal. Umumnya, mereka tidak diindikasikan untuk evaluasi awal LUTS tanpa komplikasi.CystoscopySelama cystoscopy, dokter memasukkan tabung kecil melalui pembukaan uretra pada penis. Prosedur ini dilakukan setelah solusi mematikan bagian dalam penis sehingga semua sensasi hilang. Tabung, yang disebut cystoscope sebuah, berisi lensa dan sistem cahaya, yang membantu dokter melihat bagian dalam uretra dan kandung kemih. Sebuah cystoscopy memungkinkan dokter untuk menentukan ukuran kelenjar dan mengidentifikasi lokasi dan derajat obstruksi.CystometrySistometri adalah tes yang mengukur tekanan di dalam kandung kemih untuk melihat seberapa baik kandung kemih bekerja. Sistometri dilakukan ketika masalah otot atau saraf dapat menyebabkan masalah dengan seberapa baik kandung kemih memegang atau melepaskan urin.Buang air kecil merupakan proses yang kompleks. Sebagai kandung kemih mengisi, saraf-saraf di dinding kandung kemih mengirim pesan ke sumsum tulang belakang dan otak yang Anda butuhkan untuk buang air kecil. Sebagai tanggapan, tulang belakang Anda mengirim sinyal untuk kandung kemih berkontraksi (berkemih reflex). Ketika Anda memegang dalam urin Anda, otak Anda mengesampingkan refleks ini. Ketika Anda membiarkan refleks terjadi, buang air kecil terjadi. Sebuah masalah yang mempengaruhi ini jalur saraf atau otot-otot dinding kandung kemih dapat menyebabkan disfungsi kandung kemih.Selama sistometri, kandung kemih diisi dengan air atau gas untuk mengukur kemampuannya untuk menahan dan mendorong keluar air atau gas. Pengobatan juga dapat diberikan untuk melihat apakah kontrak kandung kemih atau melemaskan biasanya sebagai respons terhadap obat. Sebuah tabung kecil (kateter) dapat ditempatkan dalam rektum untuk mengukur tekanan kandung kemih mengisi. Sebuah pad kecil atau jarum dapat ditempatkan di dekat anus Anda untuk mengukur fungsi otot di daerah ini.Pielografi intravena (PIV)Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan ureter, dan distorsi system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi setelah episode infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih, peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi batu radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut sembuh, dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM, penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.CT-scanPemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya infeksi pada parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik. Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas. 7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis dan Non-Medis BPHMenurut Sjamsuhidjat (2005) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis(a) Stadium IPada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.(b) Stadium IIPada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)(c) Stadium IIIPada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.(d) Stadium IVPada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH.Menurut Mansjoer (2000) dan Purnomo (2000), penatalaksanaan pada BPH dapat dilakukan dengan:a. Observasi (Watchful waiting)Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol keluhan, sisa kencing dan colok dubur.b. Medikamentosa1. Penghambat alfa (alpha blocker)Prostat dan dasar buli-buli manusia mengandung adrenoreseptor-1, dan prostat memperlihatkan respon mengecil terhadap agonis. Komponen yang berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai oleh reseptor 1a. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa perbaikan subjektif dan objektif terhadap gejala dan tanda (sing and symptom) BPH pada beberapa pasien. Penghambat alfa dapat diklasifikasikan berdasarkan selektifitas reseptor dan waktu paruhnya2. Penghambat 5-Reduktase (5-Reductase inhibitors)Finasteride adalah penghambat 5-Reduktase yang menghambat perubahan testosteron menjadi dihydratestosteron. Obat ini mempengaruhi komponen epitel prostat, yang menghasilkan pengurangan ukuran kelenjar dan memperbaiki gejala. Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal terhadap ukuran prostat (reduksi 20%) dan perbaikan gejala-gejala 3. Terapi KombinasiTerapi kombinasi antara penghambat alfa dan penghambat 5-Reduktase memperlihatkan bahwa penurunan symptom score dan peningkatan aliran urin hanya ditemukan pada pasien yang mendapatkan hanya Terazosin. Penelitian terapi kombinasi tambahan sedang berlangsung 4. FitoterapiFitoterapi adalah penggunaan tumbuh-tumbuhan dan ekstrak tumbuh-tumbuhan untuk tujuan medis. Penggunaan fitoterapi pada BPH telah popular di Eropa selama beberapa tahun. Mekanisme kerja fitoterapi tidak diketahui, efektifitas dan keamanan fitoterapi belum banyak diuji c. Terapi BedahIndikasinya adalah bila retensi urin berulang, hematuria, penurunan fungsi ginjal, infeksi saluran kemih berulang, divertikel batu saluran kemih, hidroureter, hidronefrosis jenis pembedahan:(1) TURP (Trans Uretral Resection Prostatectomy)Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan kelenjar prostat melalui sitoskopi atau resektoskop yang dimasukkan malalui uretra.(2) Prostatektomi SuprapubisYaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi yang dibuat pada kandung kemih.(3) Prostatektomi retropubisYaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi pada abdomen bagian bawah melalui fosa prostat anterior tanpa memasuki kandung kemih.(4) Prostatektomi PeritonealYaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui sebuah insisi diantara skrotum dan rektum.(5) Prostatektomi retropubis radikalYaitu pengangkatan kelenjar prostat termasuk kapsula, vesikula seminalis dan jaringan yang berdekatan melalui sebuah insisi pada abdomen bagian bawah, uretra dianastomosiskan ke leher kandung kemih pada kanker prostat.d. Terapi Invasif Minimal1). Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang dipasang melalui/pada ujung kateter.2). Trans Uretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP)3). Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)

8. Komplikasi1.) LokalHiperplasi prostat dapat menyebabkan penyempitan lumen ureta posterio yang menghambat aliran urin dan meningkatkan tekanan intravesikal. Buli buli kontaksi lebih kuat untuk melawan tahanan tersebut maka timbul peubahan anatomis yang dinamakan fase kompensata akan terjadi hipetrofi otot detusor, trabekulasi, sakulasi, diverkulasi.Apabila Buli buli menjadi dekompensasi, akan tejadi retensi urin. Karena produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli buli tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan pada buli buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis dan bila terjadi refluks dapat terjadi pielonefritis. Ini dinamakan komplikasi lokal dari BPH.2.) General1. Perdarahan.2. Pembentukan bekuan3. Obstruksi kateter4. Disfungsi seksual tergantung dari jenis pembedahan.5. Stasis urin6. Infeksi saluran kencing (ISK)7. Batu ginjal8. Dinding kandung kemih trabeculation9. Otot detrusor hipertrofi10. Kandung kemih divertikula dan saccules11. Stenosis uretra12. Hidronefrosis13. Paradoks (overflow) inkontinensia14. Gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronis15. Akut postobstructive diuresis16. Komplikasi yang lain yaitu perubahan anatomis pada uretra posterior ejakulasi retrogard yaitu setelah ejakulasi cairan seminal mengalir kedalam kandung kemih dan diekskresikan bersama urin. penyebaran infeksi dari uretra prostatik melalui vas deference dan ke dalam epidedemis. hampir selalu terjadi impotensi. Bagi pasien yang tak mau kehilangan aktifitas seksualnya, implant prostetik penis mungkin digunakan untuk membuat penis menjadi kaku guna keperluan hubungan seksual.17. Kandung kemih yang tidak terkuras sepenuhnya meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (cystitis).