lp appendik
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Lp Appendik
1/19
LAPORAN PENDAHULUAN
APENDIKSITIS
I. TINJAUAN TEORIA. Pengertian
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer,
2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan
dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan
penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,
dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.(Anonim, Apendisitis, 2007)
B. Anatomi dan fisiologiUsus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis Appendiks
terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian
posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior,
medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah
1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada
pada Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di
dinding abdomen (Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbed bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap
terletak di peritoneum.
Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan
bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat
terletak intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis
(berasal dari cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini
mengakibatkan nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).
Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara
aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana
memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar
yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin
ini sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan
oleh apendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh
-
7/29/2019 Lp Appendik
2/19
organ saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem
imun tubuh, khususnya saluran cerna (Nasution,2010).
C. Klasifikasi1. Apendisitis akut
Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada
dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari
apendiks.
Penyebab obstruksi dapat berupa :
1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.
2. Fekalit
3. Benda asing4. Tumor.
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat
keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga
menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.
Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks
sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding
apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.
2. Apendisitis kronikDiagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :
riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara
makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.
Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus
lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5
persen.
3. Apendissitis rekurensDiagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di
perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan
peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis
dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens
apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.
-
7/29/2019 Lp Appendik
3/19
Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita
datang dalam serangan akut.
4. Mukokel ApendiksMukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat
adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi
lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang, mukokel dapat
disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.
Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan
bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi
infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.
5. Tumor ApendiksAdenokarsinoma apendiks
Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas
indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan
hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding
hanya apendektomi.
6. Karsinoid ApendiksIni merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis
prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesimen
apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa
rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus, dan
diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor
memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas.
Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif
dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik
apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang
reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.
7. Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan
terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.
Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada
di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga
serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan
mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat
fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri
-
7/29/2019 Lp Appendik
4/19
lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri
dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.
D. EtiologiBerbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada lumen
apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping hiperplasia
(pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit), tumor apendiks,
cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan
sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya
sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasiajaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri
untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin
sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali
mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.(Anonim,2008)
E. Manifestasi KlinikUntuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah
dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting
yakni:
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar
ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;
1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa
mencapai 37,8-38,8 Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi
sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala
seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja
2. Penyakit Radang Usus Buntu kronikPada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi
nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.
-
7/29/2019 Lp Appendik
5/19
Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan
berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut
yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).
Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri
terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter,
nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada
gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada
pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri
mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)
F. PatofisiologiPada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.c. Adanya benda asing seperti bijibijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnyae. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcusf. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
g. Tergantung pada bentuk appendiksh. Appendik yang terlalu panjang.i. Messo appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.k. Kelainan katup di pangkal appendiks.
Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces) atau
benda asing, apendiks terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi tersebut
menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna, meningkatkan tekanan
intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam
beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks
yang terinflamasi berisi pus. Appendiks mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan
(gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus buntu ini
menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu
akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga
perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut
(Peritonitis).
-
7/29/2019 Lp Appendik
6/19
G. PenatalaksanaanTidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan
intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam
24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi
kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%.
Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering
ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi
lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.
H. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang taktertangani yakni:
1.
Perforasi dengan pembentukan abses.2. Peritonitis generalisata.3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
G. Pemeriksaan PenunjangAda beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiology:
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel
darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang
lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Pemeriksaan radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang
membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup
membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-
anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98
%). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat
dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram.
-
7/29/2019 Lp Appendik
7/19
-
7/29/2019 Lp Appendik
8/19
I. Pathways apendisitisPertumbuhan lumen disebabkan
oleh benda asing, neoplasma
Idiopatik, makan tidak teratur, kerja fisik
yang keras
Mucus >> Masa keras feses / fekalit
Peningkatan tekanan intralumen
Obstruksi lumen
Suplai aliran darah menurun
Mukosa terkikis
Perforasi
Abses
Peritonitis
Peradangan pada apendiks Distensi Abdomen
Nyeri pada perut (titik McBurney) Menekan gaster
Apendiktomy MK : I ntoleransi aktifitas Demam ringan MK : Nyeri Akut Peningkatan prod. HCL
MK : Kur ang Pengetahuan Anoreksia Mual, muntah
MK : Ansietas MK : Resti Nutr isikurang dari
kebutuhan tubuh
MK : Volume cairan kurangdari kebutuhan tubuh
Insisi Bedah Pembatasan intake output
MK : Nyeri akut MK : Resti I nfeksi
-
7/29/2019 Lp Appendik
9/19
DAFTAR PUSTAKA
L. Ludeman.2002.Thepathology ofdiverticular disease
(online)(linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1521691802902970 diakses pada 28 Nov
2010 pukul 19.30)
_____,2009. ColonicDiverticular Disease.
(online)(www.clevelandclinicmeded.com/.../diseasemanagement/.../colonic-diverticular-
disease/diakses pada 28 Nov 2010 pukul 19.35)
Nuzulul,2011. ASKEP APENDISITIS . (online)(http:// artikel_detail-35840-Kep Pencernaan-
Askep Apendisitis.html diakses pada 1 April 2012 pukul 19.46)
Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-volume 2, Jakarta :EGC.
Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Jakarta : EGC.
RadenFahmi,2010. Divertikulosis. (online) (http://community.um.ac.id/showthread.php?55616-
diakses pada 29 Nov 2010 pukul 20.03)
Harnawatiaj,2008. Askep Apendisitis.
(online) (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ diakses pada 1
April 2012 pukul 19.46)
Putri,2010.Askep Apendisitis (online)(http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-
apendisitis-usus-buntu/ diakses pada 28 Nov 2010 pukul 13.50)
Perry & Potter, 2006,Fundamental Keperawatan volume 2, Jakarta : EGC.
-
7/29/2019 Lp Appendik
10/19
Asuhan Keperawatan Apendiksitis
A. Pengkajian
1. WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :
o Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar keperut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa
waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul
nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh
rasa mual dan muntah, panas.
o Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatanklien sekarang ditanyakan kepada orang tua.
o Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.o Kebiasaan eliminasi.
2. Pemeriksaan Fisiko Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.o Sirkulasi : Takikardia.o Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.o Aktivitas/istirahat : Malaise.o Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.o Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
o Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yangmeningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
o Demam lebih dari 380C.o Data psikologis klien nampak gelisah.o Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.o Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri
pada daerah prolitotomi.
o Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
-
7/29/2019 Lp Appendik
11/19
3. Pemeriksaan Penunjango Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin
terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum
atau ileum).
o Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.o Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.o Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.o Pada enema barium apendiks tidak terisi.o Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.
B. Pre Operatif1. Persiapan umum operasi
a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk
mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).
1. Mengukur tanda-tanda vital.2. Mengukur berat badan dan tinggi badan.3. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa,
Urinalisa).
4. Wawancara.5. Persiapan klien malam sebelum operasi
2. Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :
a. Persiapan kulitb. Persiapan saluran cerna
Persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :
1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi2. Mengurangi kemungkinan obbstruksi usus3. Mencegah infeksi fases saat operasi
-
7/29/2019 Lp Appendik
12/19
Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :
1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.2. Pemberian enema jika perlu.3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8
10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal
diberikan malam sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan
cairan intestinal atau gester.
5. Persiapan untuk anastesi6. Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi
untuk melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini
akan menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.
c. Meningkatkan istirahat dan tidur
d. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-
obatan pre operasi :
1. Mencatat tanda-tanda vital2. Cek gelang identitas klien3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir6. Anjurkan klien untuk buang air kecil7. Perawatan mulut jika perlu8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan diagnosa
keperawatan menurut NANDA antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
-
7/29/2019 Lp Appendik
13/19
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmual,muntah, anoreksia.
Intervensi Keperawatan
Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah Kegelisahan atau keteganganotot Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factorpresipitasinya.
Observasi ketidaknyamanan non verbal. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan
yang tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadapketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan berat badan.
-
7/29/2019 Lp Appendik
14/19
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi. Turgor kulit baik.
Intervensi
Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah. pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.
D. Intra Operatif
a. Persiapan alat
1. Depper klem/Desinfectan klem : 1 buah
2. Doek klem : 6 buah
3. Tangkai Pisau/Scapel/Hand vat mes : 2 buah (No 3&4)
4. Pincet: - Anatomis : 2 buah
- Chirurgis : 2 buah
5. Gunting: - Preparasi (Besar bengkok) : 1 buah
- Metzenboum (Bengkok kecil) : 1 buah
- Benang : 2 buah
6. Klem: - Pean lurus : 6 buah
- Pean bengkok : 6 buah
- Kocher : 4 buah
- Allis : 2 buah
7. Naldvoeder/Pemegang Jarum : 2 buah
-
7/29/2019 Lp Appendik
15/19
8. Wound Haag/Pengait luka: - Bergigi 4 tajam : 1 pasang
- Bergigi 4 tumpul : 1 pasang
- Langenbeck : 1 pasang
9. Tempat Jarum + Jarum : 1 set
10. Pipa pengisap + Canule : 1 set
11. Mangkok/Kom/Cucing : 2 buah
b. Persiapan Lingkungan
Keamanan klien diatur dengan adanya pengikat klien dan pengunci meja operasi
c. Persiapan Pasien
- Pasien dilakukan anastesi
- Pasien diposisikan terlentang
d. Tindakan Operasi
1. Anestesi spinal atau umum.2. Asepsis antisepsis.3. Lokalisasi daerah insisi.4. Insisi mendatar atau sejajar ligamentum inguinale sepanjang 5 cm di titik McBurney
hingga lapisan lemak subkutis.
5. Lebarkan lapang operasi dengan retraktor, hak, atau klem.6. Buka tumpul selaput dengan jari atau klem bengkok hingga nampak fascia Scarpa
berwarna putih mengilap.
7. Sayat fascia Scarpa sedikit sejajar ligamentum inguinale, masukkan pinset untukmelindungi jaringan di bawahnya, lebarkan fascia dengan gunting.
8. Buka tumpul otot lapis demi lapis dengan pinset dan preparil hingga menemukanperitoneum, lebarkan lapang operasi.
9. Cubit angkat peritoneum dengan dua pinset, gunting hingga muncul usus, lebarkanlapangan operasi.
-
7/29/2019 Lp Appendik
16/19
10.Cari caecum, tarik keluar dengan balutan kassa NaCl lembab, temukan appendiks, jepitdengan klem Ellis.
11.Tusuk mesoappendiks di pangkalnya dengan klem lurus pertama, jepit appendiks denganklem lurus kedua dempet dengan yang pertama, urut isi appendiks ke arah distal hingga
berjarak maksimal setengah sentimeter dari klem lurus pertama, kunci klem.
12.Oleskan betadine di daerah appendiks yang akan disayat dan sekitarnya (langkah inihanya satu kali dilakukan, dari beberapa kali operasi. Sepertinya tidak terlalu penting) ,
tahan jaringan di bawahnya dengan kassa lembab atau betadine untuk mencegah jaringan
tersayat.
13.Sayat appendiks dengan skalpel menghadap ke atas di antara kedua klem, beri ' betadine.14.Ikat pangkal appendiks di ujung caecum dengan benang chromic catgut 3.0, satu
ujungnya digunting, lainnya disisakan agak panjang dan diklem.15.Jelujur sekeliling pangkal appendiks dengan silk 3.0, invert the stump dengan ujung klem
oleh asisten, operator mengikat ujung-ujung benang jelujur hingga ujung potongan
appendiks mengarah ke rongga caecum (Tabac sac).
16.Jepit mesoappendiks di dekat appendiks dan caecum dengan klem, sayat atau guntinghingga lepas.
17.Ikat ujung mesoappendiks seperti mengikat stump appendiks.18.Jepit peritoneum dengan empat kocher atau klem, cuci rongga abdomen dengan NaCl
hangat, suction. Atau dengan kassa panjang lembab menggunakan pinset.
19.Tutup dan jahit peritoneum dengan teknik interlocking jarang menggunakan chromiccatgut 3.0.
20.Jahit otot dengan teknik interrupted jarang menggunakan chromic catgut 3.0.21.Jahit fascia Scarpa dengan teknik interrupted ketat menggunakan silk 2.0.22.Jahit jaringan subkutis dengan teknik interrupted jarang menggunakan chromic catgut
3.0.
23.Tutup kulit dengan teknik subkutikuler menggunakan chromic catgut 3.0 atau interruptedmenggunakan silk 3.0. Pastikan tepi-tepi sayatan bertemu, tidak ada jaringan kulit yang
melipat ke dalam.
24.Oleskan betadine, tutup dengan kassa dan hypafix.
Dx.Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka/sayatan operasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
Luka tidak kemerahan
-
7/29/2019 Lp Appendik
17/19
Luka insisi bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksiIntervensi Keperawatan
Pertahankan area steril Lakukan pembedahan dengan prinsipo aseptic Lakukan penutup luka dengan prinsip steril
a. Luka dibersihkan dan dikeringkanb. Jahit dengan benang yang sesuaic. Tutup luka/jahitan dengan kasa dan povidon iodine 10% dan hipavik
E. Post Operasi
Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil :
Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.
Intervensi
Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan. Observasi ketidaknyamanan non verbal Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan
yang tidak terburu-buru.
Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadapketidaknyamanan.
Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.
-
7/29/2019 Lp Appendik
18/19
Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak
adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien
normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab. Tidak ada rasa haus yang berlebihan.
Intervensi
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. Monitor vital sign dan status hidrasi. Monitor status nutrisi Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi. Atur kemungkinan transfusi darah.
-
7/29/2019 Lp Appendik
19/19
Daftar Pustaka
Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC
.Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana
Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
.Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby
Yearbook,Inc.
Markum.1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc
Nelson.1994.Ilmu Kesehatan Anak.Vol 2.Jakarta: EGC
.Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
.Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC
____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1
Juni 2008.