Download - Lp Appendik

Transcript
  • 7/29/2019 Lp Appendik

    1/19

    LAPORAN PENDAHULUAN

    APENDIKSITIS

    I. TINJAUAN TEORIA. Pengertian

    Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah

    kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer,

    2001).

    Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan

    dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan

    penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi,

    dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.(Anonim, Apendisitis, 2007)

    B. Anatomi dan fisiologiUsus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis Appendiks

    terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian

    posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior,

    medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah

    1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada

    pada Laterosekal yaitu di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di

    dinding abdomen (Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung

    umbai cacing bisa berbed bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap

    terletak di peritoneum.

    Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 9 cm. Lebar 0,3 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan

    bersifat basa mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat

    terletak intraperitoneal atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis

    (berasal dari cabang nervus vagus) dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini

    mengakibatkan nyeri pada apendisitis berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).

    Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara

    aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana

    memiliki/berisi kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar

    yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin

    ini sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan

    oleh apendiks sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    2/19

    organ saluran cerna yang lain. Jadi pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem

    imun tubuh, khususnya saluran cerna (Nasution,2010).

    C. Klasifikasi1. Apendisitis akut

    Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada

    dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari

    apendiks.

    Penyebab obstruksi dapat berupa :

    1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.

    2. Fekalit

    3. Benda asing4. Tumor.

    Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat

    keluar dari apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga

    menyebabkan tekanan intra mukosa juga semakin tinggi.

    Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks

    sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding

    apendiks. Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi

    dari organ lain yang kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.

    2. Apendisitis kronikDiagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat :

    riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara

    makroskopikdan mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.

    Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding

    apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus

    lama dimukosa, dan infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5

    persen.

    3. Apendissitis rekurensDiagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di

    perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan

    peradangan akut. Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh

    spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis

    dan jaringan parut. Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens

    apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    3/19

    Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita

    datang dalam serangan akut.

    4. Mukokel ApendiksMukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat

    adanya obstruksi kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi

    lumen steril, musin akan tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang, mukokel dapat

    disebabkan oleh suatu kistadenoma yang dicurigai bisa menjadi ganas.

    Penderita sering datang dengan keluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan

    bawah. Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi

    infeksi, akan timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.

    5. Tumor ApendiksAdenokarsinoma apendiks

    Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas

    indikasi apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan

    hemikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding

    hanya apendektomi.

    6. Karsinoid ApendiksIni merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis

    prabedah,tetapi ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesimen

    apendiks dengan diagnosis prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa

    rangsangan kemerahan (flushing) pada muka, sesak napas karena spasme bronkus, dan

    diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6% kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor

    memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala tersebut di atas.

    Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif

    dan adanya metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik

    apendiks menunjukkan karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang

    reseksi ileosekal atau hemikolektomi kanan.

    7. Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan

    terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis.

    Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada

    di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga

    serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan

    mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat

    fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    4/19

    lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri

    dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda

    peritonitis umum.

    D. EtiologiBerbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada lumen

    apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping hiperplasia

    (pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit), tumor apendiks,

    cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan

    sumbatan.

    Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya

    sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasiajaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri

    untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin

    sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali

    mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.(Anonim,2008)

    E. Manifestasi KlinikUntuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah

    dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting

    yakni:

    1. Anoreksia biasanya tanda pertama.2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar

    ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.

    Postekal/nyeri terbuka.

    3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;

    1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa

    mencapai 37,8-38,8 Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi

    sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala

    seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja

    2. Penyakit Radang Usus Buntu kronikPada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi

    nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    5/19

    Seringkali disertai dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan

    berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut

    yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).

    Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri

    terhadap usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter,

    nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada

    gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada

    pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri

    mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)

    F. PatofisiologiPada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.

    b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.c. Adanya benda asing seperti bijibijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnyae. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcusf. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 30 tahun (remaja

    dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

    g. Tergantung pada bentuk appendiksh. Appendik yang terlalu panjang.i. Messo appendiks yang pendek.

    j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.k. Kelainan katup di pangkal appendiks.

    Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces) atau

    benda asing, apendiks terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi tersebut

    menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna, meningkatkan tekanan

    intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam

    beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks

    yang terinflamasi berisi pus. Appendiks mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan

    (gangren) karena sudah tak mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus buntu ini

    menghasilkan cairan bernanah, apabila tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu

    akan pecah (perforasi/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga

    perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut

    (Peritonitis).

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    6/19

    G. PenatalaksanaanTidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan

    intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam

    24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi

    kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%.

    Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering

    ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi

    lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.

    H. KomplikasiKomplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang taktertangani yakni:

    1.

    Perforasi dengan pembentukan abses.2. Peritonitis generalisata.3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

    G. Pemeriksaan PenunjangAda beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa

    adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan

    laboratorium dan pemeriksaan radiology:

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel

    darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang

    lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

    Pemeriksaan radiologi

    Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang

    membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup

    membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-

    anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98

    %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat

    dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    7/19

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    8/19

    I. Pathways apendisitisPertumbuhan lumen disebabkan

    oleh benda asing, neoplasma

    Idiopatik, makan tidak teratur, kerja fisik

    yang keras

    Mucus >> Masa keras feses / fekalit

    Peningkatan tekanan intralumen

    Obstruksi lumen

    Suplai aliran darah menurun

    Mukosa terkikis

    Perforasi

    Abses

    Peritonitis

    Peradangan pada apendiks Distensi Abdomen

    Nyeri pada perut (titik McBurney) Menekan gaster

    Apendiktomy MK : I ntoleransi aktifitas Demam ringan MK : Nyeri Akut Peningkatan prod. HCL

    MK : Kur ang Pengetahuan Anoreksia Mual, muntah

    MK : Ansietas MK : Resti Nutr isikurang dari

    kebutuhan tubuh

    MK : Volume cairan kurangdari kebutuhan tubuh

    Insisi Bedah Pembatasan intake output

    MK : Nyeri akut MK : Resti I nfeksi

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    9/19

    DAFTAR PUSTAKA

    L. Ludeman.2002.Thepathology ofdiverticular disease

    (online)(linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1521691802902970 diakses pada 28 Nov

    2010 pukul 19.30)

    _____,2009. ColonicDiverticular Disease.

    (online)(www.clevelandclinicmeded.com/.../diseasemanagement/.../colonic-diverticular-

    disease/diakses pada 28 Nov 2010 pukul 19.35)

    Nuzulul,2011. ASKEP APENDISITIS . (online)(http:// artikel_detail-35840-Kep Pencernaan-

    Askep Apendisitis.html diakses pada 1 April 2012 pukul 19.46)

    Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-volume 2, Jakarta :EGC.

    Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Jakarta : EGC.

    RadenFahmi,2010. Divertikulosis. (online) (http://community.um.ac.id/showthread.php?55616-

    diakses pada 29 Nov 2010 pukul 20.03)

    Harnawatiaj,2008. Askep Apendisitis.

    (online) (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ diakses pada 1

    April 2012 pukul 19.46)

    Putri,2010.Askep Apendisitis (online)(http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-

    apendisitis-usus-buntu/ diakses pada 28 Nov 2010 pukul 13.50)

    Perry & Potter, 2006,Fundamental Keperawatan volume 2, Jakarta : EGC.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    10/19

    Asuhan Keperawatan Apendiksitis

    A. Pengkajian

    1. WawancaraDapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai :

    o Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar keperut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa

    jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa

    waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul

    nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh

    rasa mual dan muntah, panas.

    o Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatanklien sekarang ditanyakan kepada orang tua.

    o Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.o Kebiasaan eliminasi.

    2. Pemeriksaan Fisiko Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.o Sirkulasi : Takikardia.o Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.o Aktivitas/istirahat : Malaise.o Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.o Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada

    bising usus.

    o Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yangmeningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena

    berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah

    karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.

    o Demam lebih dari 380C.o Data psikologis klien nampak gelisah.o Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.o Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri

    pada daerah prolitotomi.

    o Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    11/19

    3. Pemeriksaan Penunjango Tanda-tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran perselubungan mungkin

    terlihat ileal atau caecal ileus (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum

    atau ileum).

    o Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat.o Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.o Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinofil.o Pada enema barium apendiks tidak terisi.o Ultrasound: fekalit nonkalsifikasi, apendiks nonperforasi, abses apendiks.

    B. Pre Operatif1. Persiapan umum operasi

    a. Memperkenalkan klien dan kerabat dekatnya tentang fasilitas rumah sakit untuk

    mengurangi rasa cemas klien dan kerabatnya (orientasi lingkungan).

    1. Mengukur tanda-tanda vital.2. Mengukur berat badan dan tinggi badan.3. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium yang penting (Ht, Serum Glukosa,

    Urinalisa).

    4. Wawancara.5. Persiapan klien malam sebelum operasi

    2. Empat hal yang perlu diperhatikan pada malam hari sebelum operasi :

    a. Persiapan kulitb. Persiapan saluran cerna

    Persiapan kasus yang dilakukan pada saluran cerna berguna untuk :

    1. Mengurangi kemungkinan bentuk dan aspirasi selama anestasi2. Mengurangi kemungkinan obbstruksi usus3. Mencegah infeksi fases saat operasi

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    12/19

    Untuk mencegah tiga hal tersebut dilakukan :

    1. Puasa dan pembatasan makan dan minum.2. Pemberian enema jika perlu.3. Memasang tube intestine atau gaster jika perlu.4. Jika klien menerimaanastesi umum tidak boleh makan dan minum selama 8

    10 jam sebelum operasi : mencegah aspirasi gaster. Selang gastro intestinal

    diberikan malam sebelum atau pagi sebelum operasi untuk mengeluarkan

    cairan intestinal atau gester.

    5. Persiapan untuk anastesi6. Ahli anastesi selalu berkunjunng pada pasien pada malam sebelum operasi

    untuk melekukan pemeriksaan lengkap kardiovaskuler dan neurologis. Hal ini

    akan menunjukkan tipe anastesi yang akan digunakan selama operasi.

    c. Meningkatkan istirahat dan tidur

    d. Persiapan pagi hari sebelum operasi klien dibangunkan 1 (satu) jam sebelum obat-

    obatan pre operasi :

    1. Mencatat tanda-tanda vital2. Cek gelang identitas klien3. Cek persiapan kulit dilaksanakan dengan baik4. Cek kembali instruksi khusus seperti pemasangan infus5. Yakinkan bahwa klien tidak makan dalam 8 jam terakhir6. Anjurkan klien untuk buang air kecil7. Perawatan mulut jika perlu8. Bantu klien menggunakan baju RS dan penutup kepala9. Hilangkan cat kuku agar mudah dalam mengecek tanda-tanda hipoksia

    Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan diagnosa

    keperawatan menurut NANDA antara lain :

    1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    13/19

    2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan denganmual,muntah, anoreksia.

    Intervensi Keperawatan

    Dx I. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

    Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang.

    Kriteria Hasil :

    Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah Kegelisahan atau keteganganotot Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

    Intervensi

    Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan, factorpresipitasinya.

    Observasi ketidaknyamanan non verbal. Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi

    kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan

    yang tidak terburu-buru.

    Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadapketidaknyamanan.

    Anjurkan pasien untuk istirahat. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

    Dx II. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    mual,muntah, anoreksia.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nutrisi pasien adekuat.

    Kriteria Hasil :

    Mempertahankan berat badan.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    14/19

    Toleransi terhadap diet yang dianjurkan. Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi. Turgor kulit baik.

    Intervensi

    Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah. pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan.

    D. Intra Operatif

    a. Persiapan alat

    1. Depper klem/Desinfectan klem : 1 buah

    2. Doek klem : 6 buah

    3. Tangkai Pisau/Scapel/Hand vat mes : 2 buah (No 3&4)

    4. Pincet: - Anatomis : 2 buah

    - Chirurgis : 2 buah

    5. Gunting: - Preparasi (Besar bengkok) : 1 buah

    - Metzenboum (Bengkok kecil) : 1 buah

    - Benang : 2 buah

    6. Klem: - Pean lurus : 6 buah

    - Pean bengkok : 6 buah

    - Kocher : 4 buah

    - Allis : 2 buah

    7. Naldvoeder/Pemegang Jarum : 2 buah

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    15/19

    8. Wound Haag/Pengait luka: - Bergigi 4 tajam : 1 pasang

    - Bergigi 4 tumpul : 1 pasang

    - Langenbeck : 1 pasang

    9. Tempat Jarum + Jarum : 1 set

    10. Pipa pengisap + Canule : 1 set

    11. Mangkok/Kom/Cucing : 2 buah

    b. Persiapan Lingkungan

    Keamanan klien diatur dengan adanya pengikat klien dan pengunci meja operasi

    c. Persiapan Pasien

    - Pasien dilakukan anastesi

    - Pasien diposisikan terlentang

    d. Tindakan Operasi

    1. Anestesi spinal atau umum.2. Asepsis antisepsis.3. Lokalisasi daerah insisi.4. Insisi mendatar atau sejajar ligamentum inguinale sepanjang 5 cm di titik McBurney

    hingga lapisan lemak subkutis.

    5. Lebarkan lapang operasi dengan retraktor, hak, atau klem.6. Buka tumpul selaput dengan jari atau klem bengkok hingga nampak fascia Scarpa

    berwarna putih mengilap.

    7. Sayat fascia Scarpa sedikit sejajar ligamentum inguinale, masukkan pinset untukmelindungi jaringan di bawahnya, lebarkan fascia dengan gunting.

    8. Buka tumpul otot lapis demi lapis dengan pinset dan preparil hingga menemukanperitoneum, lebarkan lapang operasi.

    9. Cubit angkat peritoneum dengan dua pinset, gunting hingga muncul usus, lebarkanlapangan operasi.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    16/19

    10.Cari caecum, tarik keluar dengan balutan kassa NaCl lembab, temukan appendiks, jepitdengan klem Ellis.

    11.Tusuk mesoappendiks di pangkalnya dengan klem lurus pertama, jepit appendiks denganklem lurus kedua dempet dengan yang pertama, urut isi appendiks ke arah distal hingga

    berjarak maksimal setengah sentimeter dari klem lurus pertama, kunci klem.

    12.Oleskan betadine di daerah appendiks yang akan disayat dan sekitarnya (langkah inihanya satu kali dilakukan, dari beberapa kali operasi. Sepertinya tidak terlalu penting) ,

    tahan jaringan di bawahnya dengan kassa lembab atau betadine untuk mencegah jaringan

    tersayat.

    13.Sayat appendiks dengan skalpel menghadap ke atas di antara kedua klem, beri ' betadine.14.Ikat pangkal appendiks di ujung caecum dengan benang chromic catgut 3.0, satu

    ujungnya digunting, lainnya disisakan agak panjang dan diklem.15.Jelujur sekeliling pangkal appendiks dengan silk 3.0, invert the stump dengan ujung klem

    oleh asisten, operator mengikat ujung-ujung benang jelujur hingga ujung potongan

    appendiks mengarah ke rongga caecum (Tabac sac).

    16.Jepit mesoappendiks di dekat appendiks dan caecum dengan klem, sayat atau guntinghingga lepas.

    17.Ikat ujung mesoappendiks seperti mengikat stump appendiks.18.Jepit peritoneum dengan empat kocher atau klem, cuci rongga abdomen dengan NaCl

    hangat, suction. Atau dengan kassa panjang lembab menggunakan pinset.

    19.Tutup dan jahit peritoneum dengan teknik interlocking jarang menggunakan chromiccatgut 3.0.

    20.Jahit otot dengan teknik interrupted jarang menggunakan chromic catgut 3.0.21.Jahit fascia Scarpa dengan teknik interrupted ketat menggunakan silk 2.0.22.Jahit jaringan subkutis dengan teknik interrupted jarang menggunakan chromic catgut

    3.0.

    23.Tutup kulit dengan teknik subkutikuler menggunakan chromic catgut 3.0 atau interruptedmenggunakan silk 3.0. Pastikan tepi-tepi sayatan bertemu, tidak ada jaringan kulit yang

    melipat ke dalam.

    24.Oleskan betadine, tutup dengan kassa dan hypafix.

    Dx.Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka/sayatan operasi

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi infeksi

    Kriteria Hasil :

    Luka tidak kemerahan

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    17/19

    Luka insisi bersih dan tidak ada tanda-tanda infeksiIntervensi Keperawatan

    Pertahankan area steril Lakukan pembedahan dengan prinsipo aseptic Lakukan penutup luka dengan prinsip steril

    a. Luka dibersihkan dan dikeringkanb. Jahit dengan benang yang sesuaic. Tutup luka/jahitan dengan kasa dan povidon iodine 10% dan hipavik

    E. Post Operasi

    Dx. I. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang.

    Kriteria Hasil :

    Nyeri berkurang Ekspresi nyeri lisan atau pada wajah Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 0-10. Menunjukkan teknik relaksasi yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

    Intervensi

    Lakukan pengkajian nyeri, secara komprhensif meliputi lokasi, keparahan. Observasi ketidaknyamanan non verbal Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk memenuhi

    kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi, berikan perawatan

    yang tidak terburu-buru.

    Kendalikan factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadapketidaknyamanan.

    Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri. Libatkan keluarga dalam pengendalian nyeri pada anak. Kolaborasi medis dalam pemberian analgesic.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    18/19

    Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang tidak

    adekuat.

    Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan pasien

    normal dan dapat mempertahankan hidrasi yang adekuat.

    Kriteria Hasil :

    Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran mukosa lembab. Tidak ada rasa haus yang berlebihan.

    Intervensi

    Pertahankan catatan intake dan output yang akurat. Monitor vital sign dan status hidrasi. Monitor status nutrisi Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan. Kolaborasikan pemberian cairan intravena sesuai terapi. Atur kemungkinan transfusi darah.

  • 7/29/2019 Lp Appendik

    19/19

    Daftar Pustaka

    Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC

    Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC

    .Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana

    Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

    .Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri: Mosby

    Yearbook,Inc.

    Markum.1991.Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.

    Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media

    Aesculapius.

    Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis, Missouri:

    Mosby Yearbook,Inc

    Nelson.1994.Ilmu Kesehatan Anak.Vol 2.Jakarta: EGC

    .Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

    .Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.

    Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC

    ____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 1

    Juni 2008.


Top Related