lo no 1 modul 4 blok 3

4
Lo no 1 (setelah punya jesika) Limfosit T: Imunitas yang Diperantarai oleh Sel Sementara sel B dan antibody melindungi tubuh dari benda asing di CES, sel T menghadapi benda asing yang bersembunyi di dalam sel yang tidak dicapai oleh antibody atau system komplemen. Tidak seperti sel B, yang mengeluarkan antibody yang dapat menyerang antigen jarak jauh, sel T tidak mengeluarkan antibody. Sel T harus berkontak langsung dengan sasaran, suatu proses yang dikenal sebagai imunitas seluler. Sel T tipe pemusnah mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan sel sasaran yang berkontak dengannya, misalnya sel yang terinfeksi oleh virus dan sel kanker. Seperti sel B, sel T bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membrane plasmanya, setiap sel T memiliki protein reseptor unik yang disebut reseptor sel T, serupa namun tidak identik dengan reseptor di permukaan sel B. Limfosit imatur memperoleh reseptornya di timus sewaktu berdiferensiasi menjadi sel T. tidak seperti sel B, sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya jika antigen tersebut berada di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang bersangkutan; yaitu, antigen asing dan antigen diri harus bersama-sama berada di permukaan sel sebelum sel T dapat berikatan dengannya. Selama pendidikan di timus, sel T belajar mengenal antigen asing hanya dalam kombinasi dengan antigen jaringan sendiri-suatu pelajaran yang diturunkan kepada semua progeny sel T di kemudian hari. Setelah pemajanan ke antigen yang sesuai biasanya terdapat jeda waktu beberapa hari sebelum sel T yang telah tersensitisasi atau teraktifkan siap melancarkan serangan imun selular. Ketika terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari klon sel T komplementer berproliferasi dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan sel T efektor aktif dalam jumlah besar yang melaksanakan berbagai respons selular. Dua Jenis Utama Sel T adalah sel T sitotoksik dan sel T penolong Terdapat dua subpopulasi utama sel T, bergantung pada peran mereka ketika diaktifkan oleh antigen:

Upload: espandiarie

Post on 07-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Anemia

TRANSCRIPT

Page 1: Lo No 1 Modul 4 Blok 3

Lo no 1 (setelah punya jesika)

Limfosit T: Imunitas yang Diperantarai oleh Sel

Sementara sel B dan antibody melindungi tubuh dari benda asing di CES, sel T menghadapi benda asing yang bersembunyi di dalam sel yang tidak dicapai oleh antibody atau system komplemen. Tidak seperti sel B, yang mengeluarkan antibody yang dapat menyerang antigen jarak jauh, sel T tidak mengeluarkan antibody. Sel T harus berkontak langsung dengan sasaran, suatu proses yang dikenal sebagai imunitas seluler. Sel T tipe pemusnah mengeluarkan bahan-bahan kimia yang menghancurkan sel sasaran yang berkontak dengannya, misalnya sel yang terinfeksi oleh virus dan sel kanker.

Seperti sel B, sel T bersifat klonal dan sangat spesifik antigen. Di membrane plasmanya, setiap sel T memiliki protein reseptor unik yang disebut reseptor sel T, serupa namun tidak identik dengan reseptor di permukaan sel B. Limfosit imatur memperoleh reseptornya di timus sewaktu berdiferensiasi menjadi sel T. tidak seperti sel B, sel T diaktifkan oleh antigen asing hanya jika antigen tersebut berada di permukaan suatu sel yang juga membawa penanda identitas individu yang bersangkutan; yaitu, antigen asing dan antigen diri harus bersama-sama berada di permukaan sel sebelum sel T dapat berikatan dengannya. Selama pendidikan di timus, sel T belajar mengenal antigen asing hanya dalam kombinasi dengan antigen jaringan sendiri-suatu pelajaran yang diturunkan kepada semua progeny sel T di kemudian hari.

Setelah pemajanan ke antigen yang sesuai biasanya terdapat jeda waktu beberapa hari sebelum sel T yang telah tersensitisasi atau teraktifkan siap melancarkan serangan imun selular. Ketika terpajan ke kombinasi antigen spesifik, sel-sel dari klon sel T komplementer berproliferasi dan berdiferensiasi selama beberapa hari, menghasilkan sel T efektor aktif dalam jumlah besar yang melaksanakan berbagai respons selular.

Dua Jenis Utama Sel T adalah sel T sitotoksik dan sel T penolong

Terdapat dua subpopulasi utama sel T, bergantung pada peran mereka ketika diaktifkan oleh antigen:

1. Sel CD8 (sel T sitotoksik atau pemusnah)Sel ini menghancurkan sel pejamu yang mengandung apapun yang asing, dan karenanya mengandung antigen asing, misalnya sel tubuh yang dimasuki virus, sel kanker yang memiliki protein mutan akibat transformasi maligna, dan sel cangkokan

2. Sel CD4 (umumnya sel T penolong)Sel ini meningkatkan pembentukan sel B yang distimulasi antigen menjadi sel plasma penghasil antibodi, meningkatkan aktivitas sel sitotoksik yang sesuai, dan mengaktifkan makrofag. Sel CD4 tidak secara langsung ikut serta dalam destruksi imun pathogen yang masuk. Sebaliknya, sel-sel ini memodulasi aktivitas sel imun lain.

Sel T penolong sejauh ini adalah jenis sel T yang paling banyak, membentuk 60% sampai 80% dari semua sel T dalam darah. Karena pentingnya peran yang dimainkan oleh sel ini dalam menyalakan kekuatan penuh limfosit dan makrofag maka sel T penolong dianggap sebagai tombol induk system imun.

Page 2: Lo No 1 Modul 4 Blok 3

Sel T Sitotoksik Mengeluarkan Bahan Kimia yang Merusak Sel Sasaran

Sel T sitotoksik adalah pembunuh bayaran mikroskopik. Sasaran sel-sel destruktif ini umumnya adalah sel pejamu yang terinfeksi oleh virus. Ketika virus menyerang sel tubuh, suatu keharusan agar bertahan hidup, sel menguraikan selubung protein yang mengelilingi virus dan menumpukkan sebagian dari antigen virus ini ke antigen diri yang baru dibentuk. Kompleks antigen diri dan antigen virus ini disisipkan ke membrane permukaan sel pejamu, tempat kompleks tersebut berfungsi sebagai bendera merah yang menunjukkan bahwa sel mengandung virus. Untuk menyerang virus intrasel, sel T sitotoksik harus menghancurkan sel penjamu yang terinfeksi dalam prosesnya. Sel T sitotoksik dari klon yang spesifik untuk virus ini kemudian mengenali dan berikatan dengan antigen virus dan antigen diri di permukaan sel pejamu yang terinfeksi tersebut. Karena tersensitisasi oleh antigen virus maka sel T sitotoksik dapat mematikan sel yang terinfeksi secara langsung atau tak langsung, bergantung pada jenis bahan kimia letal yang dibebaskan oleh sel T tersebut.

Sel T sitotoksik yang telah diaktifkan mungkin secara langsung mematikan sel korban dengan mengeluarkan bahan-bahan kimia yang melisiskan sel tersebut sebelum replikasi virus dimulai. Secara spesifik, sel T sitotoksik serta sel NK mematikan sel sasaran dengan mengeluarkan molekul-molekul perforin, yang menembus membrane permukaan sel sasaran dan menyatu membentuk saluran mirip pori. Teknik pemusnahan sel dengan metode yang digunakan oleh membrane attack complex pada jenjang komplemen.

Sel T sitotoksik juga dapat secara tak langsung mematikan sel pejamu yang terinfeksi dengan mengeluarkan granzim, yaitu enzim-enzim yang serupa dengan enzim pencernaan. Granzim masuk ke sel sasaran melalui saluran proferin. Setelah berada di dalam, bahan-bahan kimia ini memicu apoptosis (bunuh diri) sel yang terinfeksi oleh virus tersebut.

Sel T Penolong Mengeluarkan Bahan Kimia yang Memperkuat Aktivitas sel imun lain

Berbeda dari sel T sitotoksik, sel T penolong bukan sel pemusnah. Sel T penolong mengeluarkan bahan-bahan kimia yang diklasifikasikan sebagai sitokinin yang membantu atau memperkuat, hampir semua aspek respons imun.

Sitokin

Pajanan ke antigen sering mengaktifkan baik mekanisme sel B maupun sel T secara bersamaan. Sel T penolong dapat memodulasi sekresi antibody oleh sel B sementara antibody juga dapat mempengaruhi kemampuan sel T sitotoksik menghancurkan sel sasaran. Sebagaian besar efek yang ditimbulkan oleh limfosit pada sel imun lain diperantarai oleh sekresi bahan-bahan kimia perantara. Semua bahan kimia selain antibody yang dikeluarkan oleh leukosit secara kolektif dinamai sitokin, yang sebagian besar diproduksi oleh sel T penolong. Tidak seperti antibody, sitokin tidak berinteraksi secara langsung dengan antigen yang memicu pembentukannya. Sitokin merangsang sel imun lain untuk beraksi membantu mengusir mikroba invasive. Berikut ini adalah sebagian dari sitokin sel T penolong yang paling dikenal:

Page 3: Lo No 1 Modul 4 Blok 3

1. Sel T penolong mengeluarkan factor pertumbuhan sel B, yang meningkatkan kemampuan klon sel B menghasilkan antibody. Sekresi antibody sangat berkurang jika tdiak terdapat sel T penolong.

2. Sel T penolong juga mengeluarkan factor pembunuh sel T, yang juga dikenal sebagai interleukin-2, yang memperkuat aktivitas sel T sitotoksik dan bahkan sel T penolong lain yang responsive terhadap antigen. Interleukin 1 yang dikeluarkan oleh makrofag tidak saja meningkatkan aktivitas klon sel B dan sel T yang sesuai tetapi juga merangsang sekresi interleukin 2 oleh sel T penolong.

3. Sebagian bahan kimia yang dikeluarkan oleh sel T bekerja sebagai kemotaksin untuk menarik lebih banyak neutrofil dan calon makrofag ke tempat invasi.

4. Setelah makrofag tertarik ke tempat invasi, factor penghambat migrasi makrofag, suatu sitokin penting lain yang dikeluarkan oleh sel T penolong, menahan fagosit besar ini di tempatnya dengan menghambat migrasi keluar sel ini. Akibatnya, di daerah terinfeksi berkumpul banyak makrofag yang tertarik secara kemotaksis tersebut. Factor ini juga meningkatkan kemampuan fagositik makrofag yang berkumpul tersebut. Apa yang dinamai seagai makrofag marah ini memiliki kemampuan destruktif yang lebih besar daripada biasanya. Sel ini sangat penting dalam pertahanan terhadap bakteri yang menyebabkan tuberculosis, karena mikroba ini dapat bertahan hidup di dalam makrofag biasa (belum diaktifkan).

5. Sebagai sitokin yang dikeluarkan oleh sel T penolong mengaktifkan eosinofil dan mendorong pembentukan antibody IgE untuk pertahanan terhadap cacing parasitic.