literatur review: posisi pasien dan operator pada …
TRANSCRIPT
LITERATUR REVIEW: POSISI PASIEN DAN OPERATOR PADA
PRAKTEK DOKTER GIGI
Oleh :
Drg I Gusti Agung Dyah Ambarawati, M.Biomed
PROGRAM STUDI SARJANA KEDOKTERAN GIGI DAN PROFESI
DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya Tulisan dengan judul “Literatur Review: Posisi Pasien Dan
Operator Pada Praktek Doktek Gigi” dapat selesai tepat pada waktu yang telah
ditentukan.Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan ini.
Penulis menyadari bahwa Tulisan ini masih jauh dari sempurna, kritik dan
saran yang membangun untuk membantu penyempurnaan ini sangat penulis
harapkan. Semoga Tulisan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.
Om Santih Santih Santih Om.
Denpasar, Desember 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………....................……………...... i
DAFTAR ISI……………………………………...……........................……….. ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………..............……….. iii
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………….......................……. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………......……………. 1
1.3 Tujuan......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat……………………………………………………………........... 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA…………………………...........................…... 3
2.1 Anatomi Tubuh Manusia……………………………………………....… 3
2.2 Postur Tubuh Manusia yang Benar……………………………................ 7
2.3 Desain Tempat Praktek…………………………………………............... 11
2.4 Posisi Operator........................................................................................... 13
2.5 Posisi Pasien............................................................................................... 19
BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN…………………………....................... 24
3.1 Kesimpulan………………………………………..................................... 24
3.2 Saran……………………………………………………………............... 24
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Cervical vertebrae …..……………………………........………… 5
Gambar 2. Anatomi shoulder.............................................................................. 6
Gambar 3. Tulang belakang............................................................................... 7
Gambar 4. Posisi duduk yang benar................................................................... 9
Gambar 5. Sudut posisi duduk yang ergonomis................................................. 10
Gambar 6. Posisi tubuh saat berdiri yang ideal.................................................. 11
Gambar 7. Anatomi shoulder.............................................................................. 13
Gambar 8. Posisi Duduk Netral.......................................................................... 14
Gambar 9. Posisi Leher Netral........................................................................... 15
Gambar 10. Posisi Pundak Netral....................................................................... 15
Gambar 11. Posisi Punggung Netral.................................................................. 16
Gambar 12. Posisi Upper arm Netral................................................................. 16
Gambar 13. Posisi Forearm Netral.................................................................... 17
Gambar 14. Posisi Pergelangan Tangan Netral.................................................. 17
Gambar 15. Posisi Duduk Pasien....................................................................... 19
Gambar 16. Posisi duduk 450............................................................................. 21
Gambar 17. Posisi pasien telentang.................................................................... 21
Gambar 18. Posisi pasien saat shock.................................................................. 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dan lain-lain. Sistem-sistem tersebut
saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong
kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh
adalah sistem otot, sistem rangka, dan sistem syaraf.
Postur tubuh merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi
produktivitas kerja seseorang. Dalam ergonomis, postur tubuh merupakan faktor
yang sangat penting karena postur tubuh merupakan salah satu penyebab
terjadinya musculoskeletal disorder. Seperti posisi duduk dan berdiri, selain itu
tempat bekerja yang dirancang dengan baik akan sangat penting untuk efisiensi
dan produktivitas dari suatu pekerjaan.
Rata-rata 2 dari 3 dokter gigi mengalami masalah Musculoskeletal Disorder.
Penyebab Musculoskeletal Disorder pada kedokteran gigi disebabkan oleh banyak factor,
dari posisi lup yang tidak ergonomic sampai gerakan yang menyebabkan masalah otot.
Posisi operator yang benar dapat mencegah nyeri kronis pada operator di masa yang
mendatang. Jadi Pengetahuan tentang posisi pasien dan operator sangatlah penting untuk
kesehatan dan kenyamanan operator maupun pasien. Selain operator, pasien juga harus
diperhatikan cara mereka duduk secara ergonomis. Kursi pasien merupakan salah satu
hal yang tidak kalah penting dan wajib diperhatikan. Ini berguna agar pasien
merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan. Oleh karena itu, dibuatlah literature
review ini guna memberikan edukasi tentang posisi pasien dan operator pada praktek
dokter gigi.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sistem anatomi dan fisiologi tubuh manusia
terutama di tulang belakang?
1.2.2 Bagiamana postur tubuh manusia yang ergonomis?
2
2
1.2.3 Bagaimana tempat praktek yang ideal?
1.2.4 Bagaimana posisi operator yang ergonomis?
1.2.5 Bagaimana posisi pasien yang benar?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui sistem anatomi dan fisiologi tuubuh
manusia terutama di tulang belakang
1.3.2 Untuk mengetahui postur tubuh manusia yang ergonomis
1.3.3 Untuk mengetahui desain tempat praktek yang ideal
1.3.4 Untuk mengetahui posisi operator yang ergonomis
1.3.5 Untuk mengetahui posisi pasien yang benar
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Secara khusus: Untuk meningkatkan dan menambah
pengetahuan mahasiswa kedokteran gigi tentang posisi pasien dan operator
pada saat preklinik, klinik maupun saat sudah membuka praktek sendiri.
1.4.2 Secara umum: Sebagai tinjauan pustaka untuk penelitian
selanjutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi & Fisiologi Tubuh Manusia
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dan lain-lain. Sistem-sistem tersebut
saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan berperan dalam menyokong
kehidupan manusia. Akan tetapi dalam ergonomi, sistem yang paling
berpengaruh adalah sistem otot, sistem rangka, dan sistem syaraf. Ketiga
sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi karena manusia yang
memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi/ person centered
ergonomics. Manusia dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, menggunakan
berbagai unsur yang terdapat dalam tubuh, bisa berupa skeletal yang berfungsi
untuk memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis, kemudian ada
otot yang berfungsi untuk menopang rangka dalam postur tubuh pada saat
berdiri dan duduk, selanjutnya ada tendon yang berfungsi untuk melekatkan
otot dengan otot atau tulang dengan otot, dan juga ligamen yang merupakan
selubung yang sangat kuat yang berfungsi untuk membungkus tulang dengan
tulang yang diikat oleh sendi. (Kusuma H,2015).
Berikut merupakan gambaran mengenai anatomi bagian leher, bahu dan
punggung (tulang belakang):
2.1.1 Neck (leher)
Tulang belakang cervical terdiri dari tujuh vertebra: C1, C2, C3,
C4, C5, C6, dan C7. Vertebra servikal C3 hingga C6 dikenal sebagai
vertebra khas karena mereka memiliki karakteristik dasar yang sama
dengan sebagian besar vertebra sepanjang tulang belakang. Vertebra
yang khas memiliki:
• Badan Vertebral. Ini adalah bagian yang berbentuk silinder,
tebal di depan vertebra bertulang. Ketika vertebra ditumpuk di
atas satu sama lain, disk di antara mereka di setiap tingkat
4
• memberikan bantalan antara tulang vertebra dan membantu
menyerap guncangan.
• Lengkungan Vertebral. Lengkungan tulang ini membungkus di
sekitar sumsum tulang belakang ke arah belakang dan terdiri
dari dua pedikel dan dua lamina. Pedikel terhubung dengan
tubuh vertebral di depan, dan transisi lamina ke dalam proses
spinosus di belakang vertebra.
• Sendi facet. Setiap vertebra memiliki sepasang sendi facet, juga
dikenal sebagai sendi Zygapophysial, atau sendi Z untuk jangka
pendek. Sendi ini, terletak di antara pedikel dan lamina di
setiap sisi lengkungan vertebral, dilapisi dengan tulang rawan
halus untuk memungkinkan gerakan terbatas antara dua
vertebra. Rentang kecil gerakan antara dua vertebra dapat
menambahkan hingga rentang gerak yang signifikan untuk
seluruh tulang belakang leher dalam hal rotasi, maju / mundur,
dan membungkuk sisi.
Vertebra servical C1 dan C2 dianggap vertebra atipikal dan
memiliki beberapa fitur yang membedakan dibandingkan dengan sisa
tulang belakang leher.
• C1 Vertebra (atlas). Vertebra atas, yang disebut atlas, adalah
satu-satunya vertebra serviks yang tidak memiliki tubuh
vertebral. Atlas ini lebih berbentuk seperti cincin. Atlas
terhubung ke tulang oksipital di atas untuk menopang pangkal
tengkorak.
• C2 Vertebra (poros). Vertebra kedua, disebut sumbu, memiliki
tonjolan tulang besar (proses odontoid) yang menunjuk dari
tubuh vertebralnya, dan cocok dengan atlas cincin berbentuk di
atasnya.
Vertebra serviks ketujuh (C7), disebut juga vertebra prominens,
dianggap sebagai vertebra yang unik dan biasanya memiliki proses
5
spinosus yang paling menonjol. Ketika merasakan bagian belakang
leher, proses spina tulang vertebra C7 akan menonjol lebih banyak
daripada vertebra serviks lainnya. C7 adalah bagian bawah tulang
belakang leher dan menghubungkan dengan bagian atas tulang
belakang toraks. (Slosar, 2016)
Gambar 1. Cervical vertebrae
2.1.2 Shoulder (bahu)
Shoulder ( bahu ) merupakan bagian tubuh manusia yang terdiri
atas beberapa tulang, otot dan sendi. Diantaranya ada tulang clavicula
(tulang selangka) yang merupakan tulang dengan bentuk lengkung dan
berfungsi untuk menghubungkan lengan atas dengan batang tubuh, yang
kedua yaitu tulang scapula (tulang belikat) yang merupakan tulang
berbentuk segitiga dan terdapat sendi yang menghubungkan tulang lengan
atas dengan scapula, yaitu sendi glenohumeral. Bagian bahu juga terdiri
dari beberapa otot, diantaranya otot deltoideus, otot subscapula,
rhamboideus, ters major dan dipersarafi oleh beberapa ikatan saraf yaitu
Plexus Brachialis, terutama sendi bahu dan deltoid yang diinervasi oleh
Nervus Axillaris.
6
Gambar 2. Anatomi shoulder (Davies, 2015)
2.1.3 Tulang belakang
Tulang belakang terbagi atas beberapa bagian. Bagian pertama,
disebut dengan Cervical, yang terdiri atas 7 tulang yang kecil dengan
Spina yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7, bagian ini berfungsi
untuk mendukung bagian leher. Bagian kedua yaitu bagian Thoracalis
yang terdiri atas 12 tulang yang dikenal sebagai tulang Dorsal. Spina
tulang ini terhubung dengan beberapa tulang rusuk dan beberapa gerak
memutar dapat terjadi pada tulang ini. Bagian ketiga yaitu Lumbalis yang
yang terdiri atas 5 tulang yang merupakan bagian paling tegap
konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang lainnya. Bagian
ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh dan beberapa gerakan
rotasi. Bagian keempat yaitu Sakralis yang terdiri atas 5 tulang yang tidak
memiliki celah satu sama lain. Bagian ini menghubungkan bagian
punggung dan panggul. Bagian kelima yaitu koksigeus, yang terdiri atas 4
tulang yang juga tanpa celah. Bagian Sacrum dan Coccyx merupakan satu
kesatuan dan membentuk bagian yang kuat. Pada bagian tulang belakang,
terdapat bantalan yang bernama Intervertebral Disc yang berfungsi
sebagai penahan jika terjadi tekanan, seperti dalam keadaan melompat.
Bagian luar dari bantalan ini terbentuk atas Annulus fibrosus yang terbuat
dari tulang rawan dan Nucleus pulpous. Terdapat juga beberapa otot yang
menopang bagian punggung, diantaranya ters major dan minor, latissimus
dorsi, trapezius, serratus anterior dan posterior, dan lain-lain.
7
Gambar 3. Tulang belakang (widayati, 2017)
2.2 Postur Tubuh Manusia yang Benar
Postur tubuh merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi
produktivitas kerja seseorang. Dalam ergonomis, postur tubuh merupakan
faktor yang sangat penting karena postur tubuh merupakan salah satu penyebab
terjadinya musculoskeletal disorder.
Dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas, perlu memperhatikan sikap tubuh
yaitu (Soemarko, 2013):
1. Tubuh tidak membungkuk
2. Tubuh tidak jongkok
3. Tidak memutar tubuh atau tidak melakukan gerakan rotasi
4. Tidak meraih obyek/alat kerja melebihi tinggi bahu
5. Letak obyek pandang dengan besar sudut 30o– 60o.
1. Posisi duduk
Posisi duduk merupakan salah satu postur tubuh yang dilakukan setiap hari
dengan durasi yang lama. Posisi duduk dilakukan dalam segalam jenis aktivitas
8
seperti belajar, membaca, menulis dan bekerja. Untuk mempertahankan posisi
duduk yang fisiologis maka diperlukan desain kursi yang ergonomis agar otot-
otot tubuh tidak berkontraksi secara berlebihan. Posisi duduk yang dapat
dikatakan ergonomis adalah saat seseorang dapat mempertahankan dan
menstabilkan postur tubuhnya dengan keadaan yang menyenangkan dan
nyaman dalam jangka waktu lama, memuaskan secara fisiologi yaitu dengan
duduk merasa nyaman dan posisi duduk sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan (Nilamsari, 2015). Prinsip posisi duduk yang normal adalah (Meily,
2013; Sharkar & Shigli, 2012; RSHS, 2016):
1. Lutut fleksi dengan sudut 90o
2. Posisi lengan fleksi dengan sudut 90o
3. Posisi pelvis adalah rotasi ke belakang dengan sudut 30o
4. Bagian atas os sacrum horizontal
5. Berat badan bertumpu pada ischial tuberositas
6. Posisi tubuh tegak dengan kepala menghadap depan.
7. Posisi lutut dan panggul sejajar
8. Posisi kaki menapak atau menyentuh lantai.
9
Gambar 4. posisi duduk yang benar (Meily, 2013)
Dalam posisi duduk yang ideal, dibutuhkan bantalan atau sandaran untuk
mengurangi tekanan yang berlebihan pada tulang belakang. Desain sandaran
duduk yang direkomendasikan adalah sandaran yang menggunakan lapisan
busa untuk memberikan kenyamanan saat melakukan aktivitas khususnya
duduk dalam jangku waktu yang relatif lama (Nilamsari, 2015).
10
Gambar 5. sudut posisi duduk yang ergonomis (Nilamsari, 2015).
Posisi tempat duduk yang ergonomis sangat dibutuhkan dalam segala jenis
aktivitas, maka diperlukan ukuran tempat duduk yang sesuai dengan ukuran
tubuh pekerjanya. Tinggi tempat duduk yang sesuai dengan antropometri akan
menghasilkan pekerja dengan produktivitas kerja yang tinggi, tinggi tempat
duduk dapat dikatakan ergonomis apabila kaki dapat diletakkan dengan
nyaman dan dapat menyentuh lantai. Apabila kondisi kursi yang terlalu tinggi
maka kaki akan menggantung dan bagian paha akan tertekan sehingga
peredaran darah akan menjadi terhambat sedangkan apabila kondisi kursi yang
terlalu rendah akan menyebabkan kaki lebih menjulur dan menekuk ke depan
dan lebih menjauhkan tubuh dari keadaan stabil (Astutik & Sugiarto, 2015).
2. Posisi berdiri
Beerja dengan posisi berdiri dalam jangka waktu yang lama akan
mengakibatkan penumpukan darah dan asam laktat pada extremitas bawah
khususnya kaki. Selain itu, posisi berdiri yang salah juga akan mengakibatkan
masalah pada tulang punggung. Oleh karena diperlukan pemahaman tentang
posisi berdiri yang benar agar postur tubuh tetap ideal. Posisi berdiri yang
benar adalah berdiri dengan posisi yang tegap dengan tulang punggul yang
lurus dan berat bdan ditumpu oleh kedua tungkai kaki. Pastikan telinga, bahu
dan panggul berada pada satu garis vertikal. Berdiri yang seimbang ditandai
dengan garis vertikal berada pada bidang tumpuan, gaya pada masing-masing
11
sendi adalah 0 dan keseimbangan tergantung dengan tinggi pusat gaya dan
besarnya tumpuan (RSHS, 2016; Diana, 2012)
Gambar 6. Posisi tubuh saat berdiri yang ideal (RSHS, 2016)
2.3 Desain Tempat Praktek
Tempat bekerja yang dirancang dengan baik akan sangat penting untuk
efisiensi dan produktivitas dari suatu pekerjaan. Selain itu, tempat bekerja yang
dirancang dengan baik memungkinkan pekerja untuk bekerja membentuk ritme
kerja alami di mana tubuh akan menggunakan pola gerakan normal dalam urutan
logis. Meskipun sebenarnya desain seharusnya disesuaikan dengan tujuan dan
fungsi dari suatu ruang kerja, beberapa tempat praktek dokter gigi saat ini lebih
mementingkan estetika daripada fungsi dari tempat itu sendiri. Penambahan dari
teknologi baru juga dapat mengganggu alur bekerja dan dapat mengakibatkan
tempat praktek menjadi berantakan dan tidak terorganisir jika tata letak dari
ruangan tidak direncanakan dengan hati-hati.
Prinsip ergonomis dasar dari desain ruang praktek dapat membantu
memprioritaskan penempatan barang karena tidak semua objek dapat menempati
ruang yang sama. Prinsip ergonomis berfungsi untuk menyerasikan atau
menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik saat berlangsungnya
aktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih
baik. Tata letak hanyalah salah satu berbagai faktor dalam ergonomis, ada banyak
faktor lain yang merupakan unsur ergonomis seperti desain warna, pencahaaan,
12
suhu, kebisingan, dan kualitas udara ruangan, serta desain peralatan yang
digunakan.
Ukuran minimal ruang praktek untuk satu Dental Unit adalah 2,5 x 3,5
meter, dalam ruangan ini dapat dimasukan satu buah Dental Unit, Mobile Cabinet,
serta dua buah Dental Stool. Unsur penunjang lain dapat juga dimasukan seperti
audio video atau televisi untuk hiburan pasien yang sedang dirawat.
Yang perlu diperhatikan pertama kali dalam mendesain penempatan
peralatan di ruang praktek adalah :
- Dental Unit.
Alat ini bukanlah suatu kursi statis tetapi dapat direbahkan dan dinaik-
turunkan. Saat posisi rebah, panjang Dental Unit sekitar 1,8-2 meter.
Di belakang Dental Unit diperlukan ruang kurang lebih 1 meter untuk
Operator’s Zone dan Static Zone, oleh karena itu jarak ideal antara
ujung bawah Dental Unit dengan dinding belakang atau Dental
Cabinet yang diletakkan di belakang adalah 3 meter; sementara jarak
antara ujung bawah Dental Unit dengan dinding depan adalah minimal
0,5 meter. Dental Unit umumnya memiliki lebar 0,9 meter, bila Tray
dalam kondisi terbuka keluar maka lebar keseluruhan umumnya 1,5
meter. Jarak dari tiap sisi minimal 0,8 meter untuk pergerakan di
Operator’s Zone dan Asistant’s Zone.
- Mobile Cabinet
Mobile Cabinet berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan dan alat
yang akan digunakan pada saat perawatan diletakan di Static Zone.
Zona ini tidak akan terlihat oleh pasien dan terletak diantara
Operator’s Zone dan Assistant Zone sehingga baik dokter gigi dan
perawat gigi dapat dengan mudah mengambil bahan maupun alat yang
diperlukan dalam perawatan. Bila Mobile Cabinet lebih dari satu,
maka Mobile Cabinet kedua diletakan di Operator’s Zone.
- Dental Cabinet
Fungsi dari Dental Cabinet adalah sebagai tempat untuk menyimpan
bahan ataupun alat kedokteran gigi. Umumnya berbentuk bufet
13
setengah badan seperti Kitchen Cabinet dan memiliki ketebalan sekitar
0,6 - 0,8 meter. Apabila hanya terdiri satu sisi, lemari ini ditempatkan
di Static Zone, namun apabila berbentuk letter L, ditempatkan di Static
Zone dan Assistant’s Zone.
Gambar 7. Anatomi shoulder (Marizka&Pramono, 2012)
2.4 Posisi Operator
Pengetahuan tentang posisi pasien dan operator sangatlah penting untuk
kesehatan dan kenyamanan operator maupun pasien. Pengaturan dari dental chair
adalah suatu hal yang penting demi kenyamanan posisi duduk pasien. Konsep
posisi duduk dental operator sudah berubah banyak dari awal mulanya, 4-handed
dentistry adalah diperkenalkan pada 1960. Dari yang mulanya berdiri menjadi
duduk untuk mengurangi tingginya kejadian work-related pain pada dokter gigi.
Rata-rata 2 dari 3 dokter gigi mengalami masalah Musculoskeletal Disorder.
Penyebab Musculoskeletal Disorder pada kedokteran gigi disebabkan oleh banyak
factor, dari posisi lup yang tidak ergonomic sampai gerakan yang menyebabkan
masalah otot. Posisi operator yang benar dapat mencegah nyeri kronis pada
operator di masa yang mendatang. Apabila operator tetap menjaga posisi dan
postur yang benar saat melakukan operasi, operator seringkali mengalami
ketegangan otot, kelelahan, dan beberapa Musculoskeletal Disorder. Posisi
operator yang benar membantu operator memiliki pandangan dan akses ke rongga
mulut pasien (Gada, 2008).
14
Posisi dental operator yang benar bisa diawali dengan posisi duduk yang
netral. Penilitian mengindikasi lebih dari 80 persen dokter gigi complain
mengalami kesakitan di tubuh bagian atas dan punggung. Musculoskeletal injury
ini seringkali akibat langsung dari posisi tubuh dan gerakan yang dilakukan oleh
dental operator dalam perkerjaan sehari-hari mereka. Posisi netral adalah posisi
tubuh yang ideal ketika melakukan aktifitas perkerjaan dan memperkecil resiko
Musculoskeletal injury. Karena semakin berebeda dengan posisi netral, semakin
besar juga kemungkinan injury. Posisi duduk netral (seperti pada gambar 1):
Gambar 8. Posisi Duduk Netral (Bhandari, 2015)
1. Lengan pararel dengan lantai
2. Berat tubuh distrisbusikan dengan seimbang
3. Paha juga pararel dengan lantai
4. Sudut pinggul 90°
5. Tempat duduk diposisikan cukup rendah agar telapak kaki dapat menapak
lantai
6. Ketika berkerja pada posisi jam 9-12:00 atau 12-3:00, rengangkan kaki
agar kaki dan kursi membentuk seperti tripod.
Posisi netral leher (seperti pada gambar no.2):
15
Gambar 9. Posisi Leher Netral (Bhandari, 2015)
1. Kepala digerakkan kedepan 0° sampai 15°
2. Jarak dari mata ke area kerja seharusnya sebisa mungkin vertical
3. Hindari kepala terlalu maju kedepan atau kepala dimiringkan ke salah satu
sisi
Posisi pundak netral (seperti pada gambar no.3):
Gambar 10. Posisi Pundak Netral (Bhandari, 2015)
1. Pundak membentuk garis horizontal
2. Berat distrisbusikan dengan seimbang
16
3. Hindari pundak naik dan duduk bertumpu pada satu sisi
Posisi punggung netral (seperti pada gambar no.4):
Gambar 11. Posisi Punggung Netral (Bhandari, 2015)
1. Maju sedikit kedepan dari pinggul
2. Hanya dari 0° sampai 20°
3. Hindari mundur kebelakang
Posisi upper arm netral (seperti pada gambar no.5):
Gambar 12. Posisi Upper arm Netral (Bhandari, 2015)
17
1. Upper arm menggantung membentuk garis vertical dengan tubuh bagian
atas
2. Siku boleh gerak sedikit menjauhi tubuh bagian atas
3. Hindari sudut siku dengan tubuh bagian atas lebih dari 20° dari tubuh
Posisi forearm netral (seperti pada gambar no.6):
1. Tahan agar pararel denga lantai
2. Naik dan turunkan apabila dibutuhkan dengan mengerakan sendi pada siku
3. Hindari sudut antara forearm dan upper arm kurang dari 60°
Gambar 13. Posisi Forearm Netral (Bhandari, 2015)
Posisi pergelangan tangan netral (seperti pada gambar no. 7):
Gambar 14. Posisi Pergelangan Tangan Netral (Bhandari, 2015)
18
1. Jari kelingking lebih rendah dari ibu jari
2. Pergelangan tangan lurus dengan forearm
3. Hindari tangan pararel dengan lantai atau ditekuk
Posisi operasi berhubungan dengan posisi operator atau posisi tangan
operator dalam menangani pasien. Untuk pengguna dominan tangan kana nada 4
posisi penting yaitu, posisi pukul 7,9,11,12, sedangkan untuk pengguna dominan
tangan kiri posisinya pukul 5,3,1.
Posisi kanan depan atau posisi pukul 7.00, posisi ini memfasilitasi
pengerjaan gigi pada mandibular bagian anterior, mandibular bagian posterior
terutama pada bagian kanan, dan maxillary anterior. Biasanya posisi kepala pasien
agak mengarah ke operator.
Posisi kanan atau posisi pukul 9.00, posisi ini berada di sebelah kanan
pasien. Posisi ini nyaman untuk melakukan operasi pada gigi bagian depan dari
maximillary dan mandibular kanan posterior dan pemukaan oklusi dari
mandibular posterior.
Posisi kanan samping atau posisi pukul 11.00 adalah posisi yang paling
sering digunakan operasi. Sebagian besar area mulut dapat dilihat langsung dari
posisi ini atau menggunankan kaca mulut. Opertor dibelakang dan agak di kanan
dari pasien. Tangan kiri diposisikan mengitari kepala pasien dari belakang. Ketika
melakukan operasi dari posisi ini, permukaan lingual dan incial dari gigi
maximillary dapat dilihat menggunakan kaca mulut. Melihat langsung dapat
digunakan pada gigi mandibular, terutama pada bagian kiri. Tetapi kaca mulut
biasa digunakan untuk memantulkan cahaya untuk melihat lebih jelas.
Posisi belakang atau posisi pukul 12.00. Posisi ini membatasi aplikasi dan
biasanya digunakan untuk operasi permukaan lingual dari gigi mandibular
anterior. Operator berada langsung pada belakang pasien dan melihat ke bawah di
atas kepala pasien.
19
Posisi operator berdiri juga dapat dilakukan oleh operator untuk
menambah kenyamannan dan efisiensi. Pasien seharusnya duduk tegak dengan
kepala dan punggung menyandar (seperti pada gambar 8)
Gambar 15. Posisi Duduk Pasien (Bhandari, 2015)
Posisi dari operator untuk menanggani bagian bawah seharusnya ada pada posisi
pukul 7.00 untuk pengguna tangan kanan dan untuk pengguna tangan kiri pada
pukul 5.00. Sedangkan untuk menangani bagian atas pada pukul 11.00 untuk
pengguna tangan kanan dan untuk pengguna tangan kiri pada pukul 01.00.
2.5 Posisi Pasien
Kursi pasien merupakan salah satu hal yang tidak kalah penting dan wajib
diperhatikan. Ini berguna agar pasien merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan.
Sandaran tempat duduk pasien sebaiknya dapat diatur, yaitu sandaran dapat tegak
atau terlentang dan juga sandaran kepala (Headrest) yang dapat disesuaikan
dengan tinggi pasien, headrest sebaiknya dapat dinaik turunkan hingga kepala dan
leher pasien berada dalam garis lurus dengan tulang vertebrae. Ini disesuaikan
dengan kebutuhan pasien, karena setiap pasien berbeda-beda. Tungkai kaki pasien
hendaknya lurus, sehingga pasien merasa lebih nyaman dan rileks. Ketinggian
kursi pasien dapat diatur oleh dokter gigi dengan menggunakan kaki (secara
manual), dewasa ini telah ada dental unit yang serba canggih dan menggunakan
20
tombol. Diusahakan meminimalkan penggunaan kaki dengan lebih membuat
nyaman pasien pada posisi horisontal (Soemarko, 2013).
Pasien harus diposisikan bervariasi dari sedikit terlentang ke posisi
Trendelenburg, sehingga wilayah kerja sedekat mungkin dengan mikroskop bedah
(jika akan dilakukan operasi bedah mulut). Kepala harus didukung pada bagian
tengah headboard untuk memastikan kenyamanan yang lebih besar dan
mengurangi ketegangan pada otot leher (menggunakan positioner kepala atau
bahkan bantalan yang mengubah posisi sudut kepala yang diasumsikan di kursi),
dan memungkinkan dokter gigi untuk melakukan gerakan kepala pasien. Selain
itu, posisi kepala pasien dapat lebih disesuaikan dengan menggunakan tombol
kontrol horisontal dan vertikal dari kursi (Carreira et al, 2016).
Posisi duduk pasien yang tidak ergonomis juga dapat menyulitkan
operator untuk melakukan tindakan, operator sering melakukan tindakan klinik
pada pasien dengan posisi janggal dikarenakan penggunaan alat yang kurang
kompetibel untuk posisi pasien. Pekerjaan operator juga dapat terganggu, posisi
pasien yang tidak stabil dan sesuai dengan semestinya dapat mengganggu
konsentrasi dari operator dalam melakukan tindakan, operator akan cenderung
akan berfokus pada pasien dari pada pada pekerjaannya. Bila dilihat dari segi
pasien, ketidaknyamanan merupakan suatu kondisi yang pastinya terjadi
walaupun tentunya tidak berlangsung lama. Posisi duduk dan leher yang tidak
sesuai dapat menyebabkan ketegangan otot.
Pada saat duduk
Untuk Operator yang Berdiri
21
Gambar 16. Posisi duduk 450 (Kompas.com, 2014)
• Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward
tilt)
• Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan
sandaran punggung
• Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan bidang horisontal.
• Mulut pasien setinggi siku operator
Untuk Operator yang Duduk
• Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang
• Posisi mulut pasien membuat sudut 45° dengan bidang horisontal
• Mulut pasien setinggi siku operator
Telentang (Supine Position)
Gambar 17. Posisi pasien telentang (Schwartz & Kupietzky, 2015)
22
Posisi ini terletak dimana kepala pasien, leher, tubuh, kaki didukung dalam posisi
horizontal, berbaring telentang atau punggung pasien sejajar dengan lantai.
Kursi belakang dapat dinaikkan sedikit untuk area perawatan mandibula.
• Pasien tidur telentang pada dental unit. Pada saat pasien mengalami
kondisi fisiologis dan psikologis yang tidak baik seperti syok, maka posisi
kaki pasien harus lebih tinggi dari ujung dagu guna mempertahankan dan
memperlancar aliran darah ke kepala
• Semua tubuh tertopang pada dental unit
• Kepala segaris dengan punggung
• Otot leher dan kepala berada pada posisi normal/istirahat
• Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi lutut asisten
Untuk area mandibula (Mandibular Areas): dimana pasien diminta untuk
membuka mulut dan sedikit menundukkan kepala (chin-down position.
Sedangkan untuk area maksila (Maxillary Areas): pasien diminta untyk membuka
mulut dan posisi kepala netral (chin-up position). Pasien hanya di kursi untuk
jangka waktu terbatas sementara dokter menghabiskan berjam-jam di kursi hari
demi hari. Pasien harus diminta untuk menyesuaikan posisi kepalanya untuk
memberikan dokter dengan pandangan terbaik dari area perawatan (Sarolta,
2016).
Lengkungan posisi pasien lebih rendah
• Posisi sandaran setengah bagian belakang
• Kepala pasien lebih tinggi dari kakinya
• Dapat dilihat langsung oleh mata, dan juga menggunakan kaca mulut
Lengkung posisi pasien-atas
• Back-rest horisontal, lengkung atas vertikal
• Posisi pasien juga horisontal (kepala, kaki hight yang sama)
• Kepala pasien agak miring ke belakang, didukung oleh leher
23
Gambar 18. Posisi pasien saat shock (Hamed, 2015)
24
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Dalam ergonomi, sistem yang paling berpengaruh adalah sistem otot, sistem
rangka, dan sistem syaraf. Ketiga sistem ini sangat berpengaruh dalam ergonomi
karena manusia yang memegang peran sebagai pusat dalam ilmu ergonomi/
person centered ergonomics. Untuk mempertahankan posisi duduk yang fisiologis
maka diperlukan desain kursi yang ergonomis agar otot-otot tubuh tidak
berkontraksi secara berlebihan. Tidak kalah penting yaitu desain praktek kerja
terutama dokter gigi. Prinsip ergonomis dasar dari desain ruang praktek dapat
membantu memprioritaskan penempatan barang karena tidak semua objek dapat
menempati ruang yang sama. Prinsip ergonomis berfungsi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik saat
berlangsungnya aktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan
manusia, baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan
menjadi lebih baik. Pengetahuan tentang posisi pasien dan operator sangatlah penting
untuk kesehatan dan kenyamanan operator maupun pasien. Pengaturan dari dental chair
adalah suatu hal yang penting demi kenyamanan posisi duduk pasien. Konsep posisi
duduk dental operator sudah berubah banyak dari awal mulanya, 4-handed dentistry
adalah diperkenalkan pada 1960. Dari yang mulanya berdiri menjadi duduk untuk
mengurangi tingginya kejadian work-related pain pada dokter gigi.
1.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan untuk mahasiswa kedokteran gigi untuk dapat
memahami bagaimana posisi yang ergonomis tidak hanya untuk operator tetapi
juga untuk pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA
Marizka, A.M. dan S. Pramono. 2012. Perancangan Tata Letak Penempatan Alat
Kedokteran Gigi Yang Ergonomis. Jurnal Teknologi dan Manajemen
10(2) : 35-38.
Ahearn, D.J., M.J. Sanders, C. Turcotte. 2010. Ergonomic Design For Dental
Offices. Work 35 (2010) :495–503
Gada, Viral H., Nanda, Ashwin M., Iranda, Aruna J., dkk. 2008. Dental
Operator’s Posture and Position . International Journal of Dental and
Health Sciences. 2(5) pp. 1262-1267.
Bhandari A et al. 2015. Int J Dent Health Sci 2015. 1(5):261-267
Soemarko, D.S. 2013. Ergonomi Dan Cara Kerja Ergonomis Untuk Dokter Gigi.
Carreira, L.M., P. Azevedo, dan J. Dias. 2016. The importance of Ergonomics for
Dental Medicine Procedures in the Triad Position: The Patient, the
Dentist, and the Surgical Microscope. ARC Journal of Dental Science.
1(4): 13-14.
Sarolta, B.P. 2016. Ergonomics and four-handed dentistry. Semmelweis Egyetem
Fogorvostudományi Kar Konzerváló Fogászati Klinika.
Anna, L.K. 2014. Penurunan Gusi Bisa Bikin Gigi Goyang dan Copot.
Kompas.com. 6 Desember 2018 (20.43).
Hamed, H. 2015. Ergonomics in Dentistry. Health and Medicine. 6 Desember
2018 (21.45).
Schwartz, S. dan Ari K. 2015. Local Anasthesia. Mizezo in General Denstistry. 6
Desember (20.55).
Kusuma H, Setiowati A. Pengaruh William Flexion Exercise Terhadap
Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Penderita Low Back Pain. J Sport Sci
Fit 2015;4(3):16–21.
Slosar, Paul J. 2016. Vertebra Serviks. https://www.spine-
health.com/conditions/spine-anatomy/cervical-vertebrae. 06 Desember
2018
Davies, Annemarie. 2015. Rules of Engagement — Part II, Scapular Awareness.
https://www.unitedpoleartists.com/2015/11/scapular-awareness/. 06
Desember 2018
Widayati, sri. 2017. Ciri-ciri Tulang belakang (vertebra). http://www.g-
excess.com/ciri-ciri-tulang-belakang-vertebra.html. 06 Desember 2018
RSHS. 2016. Posisi Tubuh yang Benar. Diakses pada: 05 Desember 2018.
Tersedia di: http://web.rshs.or.id/posisi-tubuh-yang-benar/
Diana, Reza Septa. 2012. Hubungan Sikap Kerja Berdiri dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Pekerja Bagian Weaving di PT. Delta Merlin Dunia
Tekstil Kebakkramat Karanganyar. Diakses pada: 05 Desember 2018.
Tersedia di: perpustakaan.uns.ac.id
Meily K. 2014. Ergonomi Tempat Duduk (SEATING). Diakses pada: 05
Desember 2018. Tersedia di: http:// eprints.upnjatim.ac.id/id/eprint/4201,
Nilamsari, Neffrety., Soebijanto., Lientje, S.M., Setokoesoemo, B.R. 2015.
Prototype Bangku Ergonomis Untuk Memperbaiki Posisi Duduk Siswa
SMAN di Kabupaten (An Ergonomic Desk and Chair Prototype to Improve
Seating Position on Senior High School Students at Kabupaten Gresik).
Jurnal Ners. 10(1) pp. 87-103.
Astutik, Sri., Sugiharto. 2015. Hubungan Antara Desaain Kursi Kerja dengan
Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Penenunan di CV.
Pirsa Art Pekalongan. Unnes Journal of Public Health. 4(1) Pp. 61-68.
Sarkar, Priyanka Airen dan Shigli, Anand L. 2012. Ergonomics in General Dental
Practice. People’s Journal of Scientific Research. 5(1) Pp. 56-60.
Soemarko, Dewi Sumaryani. 2013. Ergonomi dan Cara Kerja Ergonomis Untuk
Dokter Gigi. Diakses pada: 05 Desember 2018. Tersedia di:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/dewi.sumarjani/material/makalah_ca
ra_kerja_ergonomis_kppik_pdgi_jcc_maret_2013dewi_soemarko.pdf