review literatur gogo

Upload: georgeteniwut

Post on 16-Jul-2015

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II Tinjauan Pustaka2.1 Penelitian SebelumnyaDalam jurnal penelitian yang diterbitkan dalam proceeding Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (Rosita, 2006) yang berjudul Aplikasi Sistem Informasi Geografis Tata Guna Tanah pada Wilayah Kecamatan Bekasi Timur dilakukan penelitian tentang membangun sebuah sistem informasi geografis yang digunakan untuk menggambarkan tata guna lahan pada kecamatan Bekasi Timur. Di penelitian tersebut peneliti menggunakan ArcView untuk membangun sistem. Dikarenakan dibangun membangun ArcView maka sistem yang dihasilkan berupa aplikasi desktop. Sebuah aplikasi dektop hanya bisa diakses dari satu tempat saja. Dalam penelitian yang akan dilakukan sistem informasi geografis akan dibangun berbasis web. Sehingga sistem tersebut dapat diakses dari mana saja asal terkoneksi dengan internet. Penelitian yang penulis lakukan menggunakan ArcView hanya untuk membuat sebuah shapefile yang akan digunakan MapServer untuk membuat sebuah peta. Sedangkan dalam jurnal penelitian pada Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia (Edy dkk,2006) yang berjudul Manajemen Basis data dan Penyebarluasan Informasi Spatial Pemerintah Daerah Melalui Pembangunan Sulawesi Geographic Information System (GIS) para peneliti membangun sebuah sistem informasi geografis dengan berbasis web. Penulis menganggap bahwa SIG berbasis web (webGIS) baik digunakan sebagai tools dalam pengelolaan basis data dan penyebarluasan informasi mengenai Sulawesi. Sistem basis data dibangun dengan prinsip Relational Database Management System (RDMS) baik data spasial dan atribut dalam suatu aplikasi basis data Oracle 9i dan kombinasi aplikasi webserver dan MapServer dari geomedia webmap generasi terbaru. Dari penelitian tersebut penulis akan mengembangkan dengan mengubah bahasa pemrogaman yang dipakai dan aplikasi SIG yang digunakan. Semula peneliti menggunakan bahasa pemrogaman ASP, sedangkan penulis akan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan akan penulis intregasikan dengan MapServer. Dari penelitian yang sebelumnya menggunakan Geomedia Professional dan Geomedia WebMap, pada penelitian yang akan penulis lakukan menggunakan MapServer. Untuk basis data penulis masih menggunakan basis data Oracle,

dikarenakan Oracle mampu menggunakan RDMS yang mampu mengubah beragam format basis data, dikelola dan disimpan dengan baik. Menurut penulis penggunaan PHP dan MapServer dan didukung oleh basis data Oracle Spasial akan menghasilkan sebuah sistem yang tangguh dan stabil, sehingga dapat menyajikan informasi yang baik dan benar untuk pengguna.

2.2 Landasan Teori2.2.1 Peta Definisi peta menurut International Cartographic Association adalah suatu

representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang digambarkan pada suatu bidang datar dan diskalakan. Peta merupakan gambaran di atas bidang datar melalui sistem proyeksi (Aryono,1989). Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Pengertian Peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur alam dan atau buatan manusia, yang berada di atas maupun di bawah per-mukaan bumi yang digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Sedangkan pengertian gambar adalah goresan atau torehan atau simbol untuk sekedar memberikan penjelasan. Jadi perbedaan peta dengan gambar adalah skala yang digunakan dalam peta. Skala peta merupakan perbandingan ukuran pada peta dengan ukuran yang sebenarnya. Berdasarkan penggunaannya peta dapat dibagi menjadi peta dasar dan peta tematik. Peta dasar biasanya digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi. Peta tematik adalah peta yang terdiri dari satu atau beberapa tema dengan informasi yang lebih detail. Peta tematik juga dapat menunjukkan hampir semua jenis informasi yang beragam dari satu tempat ke tempat lain. Dalam buku kartografi (Aryono,1989), Tujuan sebuah peta dibuat adalah: 1. Untuk komunikasi informasi ruang. 2. Untuk menyimpan informasi.

3. Digunakan untuk membantu suatu pekerjaan misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, perencanaan, dan lain-lain. 4. Digunakan untuk membantu dalam suatu desain, misalnya desain jalan dan sebagainya. 5. Untuk analisis data spasial, misal : perhitungan volume dan sebagainya.

Peta dapat dibedakan menjadi beberapa kategori. Berdasarkan skala peta dapat dibagi menjadi: Peta kadaster/teknik adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, Peta skala besar adalah peta dengan skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000, Peta skala sedang adalah peta dengan skala 1 : 250.000 sampai 1: 500.000 Peta skala kecil adalah peta dengan skala 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih.

Peta dibuat orang dengan berbagai tujuan. Berikut adalah contoh-contoh peta untuk berbagai tujuan: Peta Pendidikan (Educational Map). Contohnya: peta lokasi sekolah SLTP/SMU. Peta Ilmu Pengetahuan. Contohnya: peta arah angin, peta penduduk. Peta Informasi Umum (General Information Map). Contohnya: peta pusat perbelanjaan. Peta Turis (Tourism Map). Contohnya: peta museum, peta rute bus. Peta Navigasi. Contohnya: peta penerbangan, peta pelayaran. Peta Aplikasi (Technical Application Map). Contohnya: peta penggunaan tanah, peta curah hujan. Peta Perencanaan (Planning Map). Contohnya: peta jalur hijau, peta perumahan, peta pertambangan.

Peta sangat diperlukan oleh manusia. Dengan peta kita dapat mengetahui atau menentukan lokasi yang dicari, walaupun kita belum pernah mengunjungi tempat tersebut. Secara umum fungsi peta dapat disimpulkan sebagai berikut: Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi, Memperlihatkan ukuran (luas dan jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi. Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya. Membantu peneliti sebelum melakukan survei untuk mengetahui kondisi daerah yang akan diteliti. Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah. Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. Alat untuk mempelajari hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena geografi di permukaan bumi.

Adapun komponen-komponen dari peta adalah : 1. Isi peta : Isi peta menunjukan isi dari makna ide penyusun peta yang akan disampaikan kepada pengguna peta. Kalau ide yang disampaikan tentang perbedaan curah hujan, isi peta tentunya berupa isohyet. 2. Judul peta : Judul peta harus mencerminkan isi peta. Judul peta hendaknya memuat atau mencerminkan informasi yang sesuai dengan isi peta. Jika isi peta berupa isohyet, tentu judul petanya menjadi Peta Distribusi Curah Hujan, dan sebagainya. 3. Skala peta dan Simbol Arah : Skala sangat penting dicantumkan untuk melihat tingkat ketelitian dan kedetailan objek yang dipetakan. Sebuah belokan sungai akan tergambar jelas pada peta 1:10.000 dibandingkan dengan pada peta 1:50.000 misalnya. Kemudian bentuk-bentuk pemukiman akan lebih rinci dan detail pada sekala 1:10.000 dibandingkan peta sekala 1:50.000. Simbol arah dicantumkan dengan tujuan untuk orientasi peta. Arah utara lazimnya mengarah pada bagian atas peta. Kemudian berbagai tata letak tulisan mengikuti arah tadi, sehingga peta nyaman dibaca dengan tidak membolak-balik peta.

Lebih dari itu, arah juga penting sehingga si pemakai dapat dengan mudah mencocokan objek di peta dengan objek sebenarnya di lapangan. 4. Legenda atau Keterangan : Legenda juga merupakan komponen penting pada peta. Karena peta tanpa legenda, keterangan petanya akan sulit untuk dibaca. sehingga pembaca peta tidak dapat dengan mudah memahami isi peta. 5. Inset dan Indeks peta : Peta yang dibaca harus diketahui dari bagian bumi sebelah mana area yang dipetakan tersebut. Inset peta merupakan peta yang diperbersar dari bagian belahan bumi. Sebagai contoh, kita mau memetakan pulau Jawa, pulau Jawa merupakan bagian dari kepulauan Indonesia yang diinset. Sedangkan indeks peta merupakan sistem tata letak peta, dimana menunjukan letak peta yang bersangkutan terhadap peta yang lain di sekitarnya. 6. Grid : Dalam selembar peta sering terlihat dibubuhi semacam jaringan kotak-kotak atau grid sistem. Tujuan grid adalah untuk memudahkan penunjukan lembar peta dari sekian banyak lembar peta dan untuk memudahkan penunjukan letak sebuah titik di atas lembar peta. 7. Nomor peta : Penomoran peta penting untuk lembar peta dengan jumlah besar dan seluruh lembar peta terangkai dalam satu bagian muka bumi. 8. Sumber dan tahun pembuatan : Sumber memberi kepastian kepada pembaca peta, bahwa peta tersebut bukan hasil rekaan dan dapat dipercaya. Selain sumber, perhatikan juga tahun pembuatannya. Pembaca peta dapat mengetahui bahwa peta itu masih cocok atau tidak untuk digunakan pada masa sekarang atau sudah kadaluarsa karena sudah terlalu lama. 9. Keterangan Riwayat Peta : Sumber ditekankan pada pemberian identitas peta, meliputi penyusun peta, percetakan, sistem proyeksi peta, penyimpangan deklinasi magnetis, tahun pengambilan data dan tanggal pembuatan/pencetakan peta, dan lain sebagainya yang memperkuat identitas penyusunan peta yang dapat dipertanggungjawabkan.

2.2.2 Sistem Informasi Geografis GIS (Geographical Information System) atau dikenal pula dengan SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem infomasi berbasis komputer yang menggabungkan antara unsur peta (geografis) dan informasinya tentang peta tersebut (data atribut) yang dirancang untuk mendapatkan, mengolah, memanipulasi, analisa, memperagakan dan menampilkan data spasial untuk menyelesaikan perencanaan,mengolah dan meneliti permasalahan (Mufidah, 2006). SIG dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial. Sistem Informasi geografi diartikan sebagai suatu sistem Informasi yang dapat memadukan antara data grafis (spasial) dengan data teks (atribut) obyek yang dihubungkan secara geografis di bumi (Anon,2001). SIG juga memiliki kemampuan untuk menggabungkan data, mengatur data dan melakukan analisis data yang akhirnya akan menghasilkan keluaran yang dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan dengan geografi. SIG bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem otomatis (yang berbasis digital computer). Perbedaan yang paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun (overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survei lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer. Sedangkan SIG otomatis telah menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra satelit atau foto udara digital serta foto udara yang terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar terdigitasi. Dewasa ini SIG yang lebih sering diterapkan pada teknologi informasi spasial yang berorientasi pada penggunaan teknologi komputer. Dalam hubungannya dengan teknologi komputer, SIG didefinisikan sebagai sistem berbasis komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografi yaitu pemasukan data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), memanipulasi dan analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (Arronoff,1989). Burrough mendefinisikan SIG sebagai sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, mengelola, menganalisis dan mengaktifkan kembali data yang mempunyai referensi keruangan untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan dan perencanaan (Burough,1986). Menurut SIG memiliki beberapa kemampuan (Prasetyo,2003), yaitu:1. Memetakan Letak

Data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer dengan setiap layernya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai kesamaan. Layer-layer yang ada kemudian disatukan dan disesuaikan urutannya. Setiap data pada setiap layer dapat dicari, seperti halnya melakukan query terhadap basis data, untuk kemudian dilihat letaknya dalam keseluruhan peta. Kemampuan tersebut memungkinkan seseorang untuk mencari dimana letak suatu daerah, benda, atau lainnya di permukaan bumi. Sehingga SIG dapat digunakan untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan, mencari tempat-tempat penting dan lainnya yang ada di peta. Orang dapat pula melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letak-letak feature, misalnya sekolah, pelanggan, daerah miskin dan sebagainya.2. Memetakan Kuantitas

Orang sering memetakan kuantitas, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan jumlah, seperti dimana yang paling banyak atau dimana yang paling sedikit. Dengan melihat penyebaran kuantitas tersebut dapat mencari tempat-tempat yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengambilan keputusan,

ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing tempat tersebut. Pemetaan akan memudahkan pengamatan terhadap data statistik dibandingkan dengan basis data biasa. Sebagai contoh, sebuah perusahaan pakaian anak yang akan menyebarkan brosurnya akan terbantu dengan mengetahui daerah-daerah mana yang punya banyak keluarga dengan anak kecil dan mempunyai pendapatan yang tinggi.3. Memetakan Kerapatan ( Densities )

Sewaktu orang melihat konsentasi dari penyebaran lokasi dari feature-feature, di wilayah yang mengandung banyak feature mungkin akan mendapat kesulitan untuk melihat wilayah mana yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi dari wilayah

lainnya. Peta kerapatan dapat mengubah bentuk konsentrasi kedalam unit-unit yang lebih mudah untuk dipahami dan seragam, misal membagi dalam kotak-kotak selebar 10 km2, dengan menggunakan perbedaan warna untuk menandai tiap-tiap kelas kerapatan. Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data-data yang berjumlah besar seperti sensus atau data statistik daerah.

4.

Memetakan Perubahan

Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat untuk peta historikal. SIG dapat digunakan untuk memprediksi keadaan yang akan datang dan dapat pula digunakan untuk evaluasi kebijaksanaan. Pemetaan jalur yang dilalui badai, dapat digunakan untuk memprediksi kemana nantinya arah badai tersebut. Seorang manajer pemasaran dapat melihat perbandingan peta penjualan sebelum dan sesudah dilakukannya promosi untuk melihat efektifitas dari promosinya.5. Memetakan yang Ada di Dalam dan di Luar Suatu Area

SIG digunakan juga untuk mengamati apa yang terjadi dan keputusan apa yang akan diambil dengan memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa yang ada diluar area. Peta digunakan untuk dasar rencana apabila terjadi keadaan darurat. Adakalanya perlu untuk menentukan daerah yang diluar kriteria, misalnya untuk menentukan lokasi pabrik dilakukan di daerah dalam radius lebih dari 1 km. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi kedalam 4 komponen utama yaitu: perangkat keras (digitizer, scanner, Central Procesing Unit (CPU), hard-disk, dan lainlain), perangkat lunak (ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain), organisasi (manajemen) dan pemakai (user). Kombinasi yang benar antara keempat komponen utama akan menentukan kesuksesan suatu proyek pengembangan Sistem Informasi Geografis. Sistem tersebut untuk dapat beroperasi membutuhkan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) juga manusia yang mengoperasikannya (brainware).

Gambar 2.1 Komponen-komponen SIG

Orang yang menjalankan sistem meliputi mengoperasikan, mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang menjadi bagian dari SIG ada beragam, misalnya operator, analis, programmer, database administrator bahkan stakeholder.

Aplikasi merupakan kumpulan dari prosedur-prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query, overlay, buffer, join table dan sebagainya. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut. Data grafis merupakan data yang merupakan representasi fenomena permukaan bumi yang memiliki referensi (koodinat) lazim berupa peta, foto udara, citra satelit dan sebagainya atau hasil dari interpretasi data-data tersebut. Sedangkan data atribut misalnya data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya. Kumpulan data-data dalam jumlah besar dapat disusun menjadi sebuah basis data. Jadi dalam SIG juga dikenal adanya basis data yang lazim disebut sebagai basis data spasial (spatial database). Perangkat lunak SIG adalah program komputer yang dibuat khusus dan memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data spasial. Dengan demikian, elemen yang harus terdapat dalam komponen perangkat lunak SIG adalah: Tool untuk melakukan input dan transformasi data geografis. Sistem Manajemen Basis Data (DBMS). Tool yang mendukung query geografis, analisa dan visualisasi. Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi.

Inti dari perangkat lunak SIG adalah perangkat lunak yang mampu menyediakan fungsifungsi untuk penyimpanan, pengaturan, link, query dan analisa data geografi. Beberapa contoh perangkat lunak SIG adalah ArcView, MapInfo, ArcInfo untuk SIG; CAD sistem untuk entry graphic data; dan ERDAS serta ER-MAP untuk proses remote sensing data. Modul dasar perangkat lunak SIG, modul pemasukan dan pembetulan data, modul penyimpanan dan pengorganisasian data, modul pemrosesan dan penyajian data, modul transformasi data, modul interaksi dengan pengguna (input query) Perangkat keras berupa seperangkat komputer yang dapat mendukung pengoperasian perangkat lunak yang dipergunakan. SIG membutuhkan komputer untuk penyimpanan dan pemproresan data. Ukuran dari sistem komputerisasi bergantung pada tipe SIG itu sendiri. SIG dengan skala yang kecil hanya membutuhkan PC (personal computer) yang berspesifikasi rendah dan sebaliknya ketika SIG yang dibuat berskala besar diperlukan spesifikasi komputer yang besar pula serta host untuk client machine yang mendukung penggunaan multiple user. Hal tersebut disebabkan data yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data raster

penyimpanannya membutuhkan ruang yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memori yang besar dan prosesor yang cepat. Dalam perangkat keras juga termasuk didalamnya scanner, digitizer, GPS, printer dan plotter. Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasi. Sistem informasi geografi menyajikan informasi keruangan beserta atributnya yang terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: 1. Masukan data merupakan proses pemasukan data pada komputer dari peta (peta topografi dan peta tematik), data statistik, data hasil analisis penginderaan jauh data hasil pengolahan citra digital penginderaan jauh, dan lain-lain. Data-data spasial dan atribut baik dalam bentuk analog maupun data digital tersebut dikonversikan kedalam format yang diminta oleh perangkat lunak sehingga terbentuk basis data (database). 2. Penyimpanan data dan pemanggilan kembali (data storage dan retrieval) ialah penyimpanan data pada komputer dan pemanggilan kembali dengan cepat (penampilan pada layar monitor dan dapat ditampilkan/cetak pada kertas). 3. Manipulasi data dan analisis ialah kegiatan yang dapat dilakukan berbagai macam perintah misalnya overlay antara dua tema peta, membuat buffer zone jarak tertentu dari suatu area atau titik dan sebagainya. 4. Pelaporan data ialah dapat menyajikan data dasar, data hasil pengolahan data dari model menjadi bentuk peta atau data tabular. Ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG (Anon,2003), diantaranya adalah: 1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintegrasi 2. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam usaha meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan, dan unsurunsur geografi yang ada dipermukaan bumi. 3. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data 4. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi kedalam beberapa layer.

5. SIG memiliki kemapuan yang sangat baik dalam memvisualisasikan data spasial berikut atributnya 6. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif 7. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik 8. Semua operasi SIG dapat dibangun dengan menggunakan perintah-perintah dalam bahasa script. 9. Perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain 10. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika.

Dalam SIG data dipelihara dalam bentuk digital sehingga data lebih padat dibandingkan dalam bentuk peta cetak, tabel atau dalam bentuk konvensional lainnya yang akhirnya akan mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan. SIG didesain untuk menerima data spasial dalam jumlah besar dari berbagai sumber dan mengintergrasikannya menjadi sebuah informasi, salah satu jenis data SIG adalah data penginderaan jauh. Penginderaan jauh mempunyai kemampuan menghasilkan data spasial yang susunan geometrinya mendekati keadaan sebenarnya dengan cepat dan dalam jumlah besar. SIG akan memberi nilai tambah pada kemampuan penginderaan jauh dalam menghasilkan data spasial yang besar dimana pemanfaatan data penginderaan jauh tersebut tergantung pada cara penanganan dan pengolahan data yang akan mengubahnya menjadi informasi yang berguna.

2.2.2.1 WebGIS Pengembangan aplikasi SIG kedepannya mengarah kepada applikasi berbasis Web yang dikenal dengan WebGIS. Hal tersebut disebabkan karena pengembangan applikasi di lingkungan jaringan telah menunjukan potensi yang besar dalam kaitannya dengan geoinformasi. Sebagai contoh adalah adanya peta online sebuah kota dimana pengguna dapat dengan mudah mencari lokasi yang diinginkan secara online melalui jaringan intranet/internet tanpa mengenal batas geografi penggunanya. Secara umum Sistem Informasi Geografis dikembangkan berdasarkan pada prinsip masukan data, manajemen, analisis dan representasi data

Untuk dapat melakukan komunikasi dengan komponen yang berbeda-beda di lingkungan web maka dibutuhkan sebuah web server. Karena standar dari geodata berbeda beda dan sangat spesifik maka pengembangan arsitektur sistem mengikuti arsitektur Client Server.

Gambar 2.2. Arsitektur web GIS

Gambar 2.2 menunjukan arsitektur minimum sebuah sistem WebGIS. Aplikasi berada di sisi klien yang berkomunikasi dengan Server sebagai penyedia data melalui web protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer Protocol). Aplikasi bisa dikembangkan dengan web browser (Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer, dll). Untuk menampilkan dan berinteraksi dengan data SIG, sebuah browser membutuhkan Plug-In atau Java Applet atau bahkan keduanya. Web server bertanggung jawab terhadap proses permintaan dari klien dan mengirimkan tanggapan terhadap respon tersebut. Dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi dengan server side SIG. Server side SIG bertanggung jawab terhadap koneksi kepada basis data spasial seperti menterjemahkan query kedalam basis data dan membuat representasi yang diteruskan ke server. Dalam kenyataannya Server SIG berupa software libraries yang menawarkan layanan khusus untuk analisis spasial pada data. Selain komponen hal lain yang juga sangat penting adalah aspek fungsional yang terletak di sisi klien atau di sisi server.

2.2.3 Data Spasial Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial dan analisis atribut. Data spasial merupakan data yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang umumnya berbentuk peta. Sedangkan data atribut merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Penyajian data spasial mempunyai tiga cara dasar yaitu dalam bentuk titik, bentuk garis dan bentuk area (polygon). Titik merupakan kenampakan tunggal dari sepasang koordinat x,y

yang menunjukkan lokasi suatu obyek berupa ketinggian, lokasi kota, lokasi pengambilan sample dan lain-lain. Garis merupakan sekumpulan titik-titik yang membentuk suatu kenampakan memanjang seperti sungai, jalan, kontus dan lain-lain. Sedangkan area adalah kenampakan yang dibatasi oleh suatu garis yang membentuk suatu ruang homogen, misalnya: batas daerah, batas penggunaan lahan, pulau dan lain sebagainya. Struktur data spasial dibagi dua yaitu model data raster dan model data vektor. Data raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid) / sel sehingga terbentuk suatu ruang yang teratur. Data vektor adalah data yang direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (polygon) (Barus dan Wiradisastra, 2000).

2.2.4 MapServer Perkembangan perangkat lunak open source berlangsung dengan pesat, dan berbagai varian muncul dengan cepat. Fakta bahwa perangkat lunak open source cenderung gratis dan mudah didapat, menjadi daya tarik lain yang menunjang popularitas perangkat lunak open source. Karena begitu banyaknya, tidak heran kalau calon pemakai dibuat bingung untuk memilih perangkat lunak mana yang akan dipakai. Salah satu aplikasi open source (AOS) yang cukup popular di dunia pemetaan online adalah MapServer. MapServer merupakan salah satu contoh proyek AOS yang cukup berhasil karena didukung oleh dana dan komunitas yang loyal (mahfud,2009). MapServer dikembangkan merupakan salah satu aplikasi pemetaan online (webGIS) yang

oleh Universitas Minnesota, NASA, dan Departemen Sumber Daya Alam MapServer merupakan aplikasi

Minnesota (Minnesota Departemen of Natural Resources).

open source yang berarti dapat didistribusikan dengan gratis disertai dengan sumber kode pemrograman apabila ingin mengembangkan lebih lanjut. MapServer dapat dijalankan pada beberapa sistem operasi yaitu Unix/Linux, MacOS dan Windows. MapServer menjadikan pekerjaan membuat Peta digital menjadi lebih mudah dan interaktif. Interaktif peta disini diartikan bahwa pengguna dapat dengan mudah melihat dan mengubah tampilan peta seperti zoom, rotasi, dan menampilkan informasi. Gambar 2.3 menggambarkan diagram bagaimana user berinteraksi dengan peta interaktif berbasis MapServer (Denny,2008). User yang meminta peta mengirim request kepada web server. Web mapping

server membuat peta berdasarkan data yang tersimpan. Oleh web server yang terintegrasi dengan web mapping server akan ditanggapi dengan memberikan receive map. Receive map inilah yang akan ditampilkan kepada user.

Gambar 2.3. Interaksi Peta Digital

Map Server bekerja secara berdampingan dengan applikasi web server. Web Server menerima request peta melalui MapServer. MapServer mengenerate request terhadap peta dan mengirimkannya ke web server seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.4. Operasi pada MapServer

Fungsi utama dari MapServer adalah melakukan pembacaan data dari banyak sumber dan menempatkannya kedalam layer-layer secara bersamaan menjadi file grafis. Salah satu layernya

bisa saja berupa gambar satelit. Setiap layer saling overlay satu dengan lainnya dan ditampilkan ke dalam web browser. Proses penggambaran peta (rendering) muncul setiap kali permintaan terhadap peta baru yang dilakukan oleh MapServer termasuk ketika user melakukan level zoom terhadap tampilan peta. Fitur yang didukung oleh MapServer adalah: Format vektor: ESRI shapefile, ESRI ArcSDE Format raster: TIFF/GeoTIFF, GIF, PNG, ERDAS, JPEG, EPPL7 Quadtree spatial indexing untuk shapefile Dapat sepenuhnya dikostumisasi untuk menghasilkan hasil yang diinginkan Pemilihan fitur menggunakan item/nilai, titik, area atau fitur lainnya Mendukung TrueType font Mendukung OpenGIS Mendukung penggabungan data raster dan vektor (untuk penyajian data) Legenda dan skala yang otomatis Mendukung pengembangan peta tematik online Pelabelan fitur Konfigurasi dapat dilakukan secara online (on-the fly configuration) Proyeksi dapat dilakukan secara online (on-the-fly projection) Delphi merupakan program aplikasi basis data yang berbasis Object Pascal dari Borland. Untuk menjalankan dan menampilkan peta yang dihasilkan oleh MapServer, diperlukan dua file yaitu Mapfile dan HTML File. Mapfile berisikan konfigurasi penyajian peta yang ditulis dalam bahasa dan syntax tersendiri. Informasi kemudian diolah dan disajikan oleh program MapServer. Program MapServer perlu mengetahui layer peta yang akan digambar, bagaimana menggambarkannya, dan dimana lokasi sumber datanya. File Peta adalah teks konfigurasi yang terdiri dari list setting yang digunakan untuk menggambar dan berinteraksi dengan peta. Informasi yang termuat di dalamnya adalah layer data apa yang akan digambar, dimana fokus geografis petanya, sistem proyeksi yang digunakan, format apa yang akan digunakan untuk menampilkan gambar, dan cara menentukan legenda dan skala pada peta. Contoh script dasar pemetaan dengan satu layer.

MAP SIZE 600 300 EXTENT -180 -90 180 90 LAYER NAME countries TYPE POLYGON STATUS DEFAULT DATA countries.shp CLASS OUTLINECOLOR 100 100 100 END END END

Ketika permintaan datang dari aplikasi MapServer maka request tersebut mesti menyebutkan spesifikasi file peta yang diinginkan. Kemudian MapServer membuat petanya berdasarkan pada setting pada file peta yang diberikan tadi. Sedangkan file HTML digunakan untuk melakukan format penyajian hasil (peta). File HTML dapat berupa HTML biasa atau template yang disisipi sintaks MapServer atau file HTML yang disisipi PHP/Mapscript.

2.2.5 Oracle Dalam pengembangan aplikasi SIG, permasalahan muncul pada sumber data yang digunakan. Format sumber data yang berbeda-beda menjadi masalah utama. Format-format data yang digunakan dalam pengembangan SIG adalah sebagai berikut: MapInfo (*.DAT, *.ID, *.IND, *.MAP,*.TAB) ArcView (*.dbf, *.prj, *.shp, *.shx) Microsoft Access (*.mdb) Microsoft Excel (*.xls) Untuk menampilkan data spasial dan data atribut kedalam format web, dibutuhkan integrasi format-format yang berbeda untuk mempercepat pengaksesan data. Solusi atas masalah tersebut adalah mengkonversi seluruh format data yang berbeda-beda itu ke dalam format Oracle. Oracle dipilih karena memiliki kemampuan menangani data spasial yang

merepresentasikan tipe data spasial. Oracle selain mampu mengakses atau memanipulasinya, oracle menggunakan spatial index methods/function. Oracle adalah sebuah platform objectrelational database.

Sebagai catatan, semua data yang masuk ke dalam format Oracle telah memiliki data spasial. Artinya, apabila ada data atribut saja yang akan dimasukkan, sebelumnya harus dilakukan join dahulu dengan data spasialnya. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga data yang berada didalam Oracle merupakan data gabungan antara data spasial dan data atribut dengan tujuan mempercepat akses web, sehingga tidak dilakukan running join di dalam basis data Oracle. Kemudian, dalam pengembangannya, setiap table yang ada pada Oracle akan diidentifikasi sebagai feature class yang akan ditampilkan ke dalam format Scalable Vector Graphics (SVG). SVG adalah salah satu bentuk format Extensible Markup Language (XML), dimana data disimpan dalam bentuk tag-tag XML yang siap ditampilkan ke dalam halaman web. Setiap feature class tersebut ditampilkan sesuai dengan kategori-kategori yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana data-data yang ditampilkan akan direpresentasikan dalam bentuk legenda.

2.2.6 PHP PHP merupakan bahasa script yang digunakan untuk membuat halaman web yang dinamis. Dinamis berarti halaman yang akan ditampilkan dibuat saat halaman itu diminta oleh klien. Mekanisme yang ada menyebabkan informasi yang diterima klien selalu yang terbaru. Semua script PHP dieksekusi pada server dimana script tersebut dijalankan. Selain itu PHP juga memiliki keunggulan dalam hal pengolahan basis data. Untuk membuat suatu aplikasi yang besar yang memerlukan kecepatan pengaksesan dan kekuatan data diperlukan suatu sistem basis data yang baik, dan PHP memiliki dukungan terhadap bermacam-macam sistem basis data. Untuk menjalankan program PHP dibutuhkan program web browser seperti Internet Explorer, Netscape atau Opera seperti layaknya membuka dokumen HTML. Disamping Web Browser diperlukan juga web server baik secara on - line maupun offline karena script PHP dijalankan di sisi server. Banyak program aplikasi web server yang dapat digunakan untuk menjalankan program PHP diantaranya yaitu Xitami, PWS ( personal Web Server ), IIS ( Internet Information Server ) dan Apache Web Server.

2.2.7 Arsitektur Three-tier Awal 1980-an, vendor-vendor minicomputer memperkenalkan pola 3-tier (sebagai

arsitektur 3-tier) untuk menjelaskan pembagian secara fisik dari sebuah aplikasi yang melalui terminal (tier ke-1), minicomputer (tier ke-2), dan mainframe (tier ke-3). Ini memberikan

kesempatan pada vendor-vendor ini untuk menjual komputer level menengah (mid-range) mereka sebagai front-end untuk mainframe. Hari ini, kita menggunakan istilah tier untuk menjelaskan pembagian sebuah aplikasi yang melalui klien dan server. Pembagian proses kerja adalah bagian uatama dari konsep klien atau server saat ini. Jadi saat ini pembagian kerja pada klien dan server telah diatur secara lebih spesifik. 2-tier. Membagi proses load kedalam dua bagian. Aplikasi utama secara logika dijalankan/ berjalan pada sisi klien yang biasanya mengirimkan request dalam bentuk sintaks SQL ke sebuah database server yang berfungsi sebagai media penyimpanan data. Kita bisa juga menyebutnya dengan arsitektur fat client karena bagian terbesar atau yang utama dari aplikasi berjalan pada komputer klien.

3-tier. Membagi proses loading antara o komputer klien menjalankan graphical user interface (GUI). o aplikasi server menjalankan business logic, dan o database dan atau legacy application. Karena 3-tier memindahkan application logic ke server sehingga sering juga disebut sebagai arsitektur fat server.

Pengertian client-server yaitu sebuah sistem yang saling berhubungan dalam sebuah jaringan yang memiliki dua komponen utama yang satu berfungsi sebagai klien dan satunya lagi sebagai server (Edwards, 2007). Penggunaan arsitektur client-server yang banyak digunakan dalam industri adalah arsitektur two-tier. Pada arsitektur two-tier, server mengirim data dan klien mengakses data. Server memainkan peranan yang dominan pada arsitektur klien-server. Keuntungan sistem klien-server adalah kesederhanaan dan kompatibilitas dengan sistem yang legal. Apa yang terjadi sekarang dengan perkembangan internet dan jaringan yang begitu pesat tidak memungkinkan lagi diselesaikan dengan metode two-tier client-server sehingga perlu satu perubahan besar untuk menangani masalah yang timbul. Sekarang telah dikembangkan aplikasi client-server berskala luas dan E-Commerce berbasis internet. Konsekuensinya, kita harus meninggalkan dunia tradisional two-tier. Sekarang kita sedang menghadapi masalah dunia yang kompleks dimana aplikasi-aplikasi dibagi menjadi beberapa komponen-komponen dan didistribusikan melalui multi prosesor. Sekarang perusahaan-perusahaan besar yang sudah menggunakan client/server mulai merasakan two-tier sudah tidak relevan lagi untuk diimplementasikan di perusahaan mereka. Karena yang terjadi sekarang dengan adanya internet maka dituntut agar aplikasi yang digunakan diperusahaan mereka harus dapat mendukung internet dan semua komponennya, aplikasi tersebut harus dapat melayani ribuan komputer klien dimana aplikasi berjalan pada banyak server dan terdiri dari ratusan komponen-komponen perangkat lunak didalamnya. Dengan adanya internet, server dapat melayani request dari mana saja dengan PC yang terhubung ke internet. Dengan adanya internet dan jaringan maka konsep two-tier mulai bergeser dan berkembang menjadi three-tier. Arsitektur three-tier menambahkan komponen ketiga yaitu middle-tier. Middle-tier adalah bussiness process server, merupakan suatu bagian perangkat

lunak terpisah, biasanya dijalankan pada perangkat keras yang terpisah. Middle-tier menjalankan program yang berisi aturan-aturan aplikasi, seperti menerapkan aturan bisnis dan melakukan pemrosesan yang kompleks. Dari sisi pandang klien, business process server adalah berfungsi sebagai server. Pola arsitektur three-tier diciptakan untuk menutup kelemahan yang ada di dalam arsitektur two-tier. Dibuatnya tier application server pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi beban data server yang dalam two-tier berperan sebagai centralized server. Untuk menangani request dari komputer klien, komputer application server dapat dipasang lebih dari satu unit. Dengan begitu diharapkan penggunaan arsitektur three-tier dapat memangkas waktu akses sehingga menjadi relatif rendah. Kehebatan arsitektur three-tier lainya adalah fitur load balancing pada tier application server, dimana sinkronisasi beberapa application server dapat melakukan load balancing secara dinamis. Dengan adanya fitur load-balancing maka tidak ada server yang sibuk sementara server yang lain santai. Arsitektur three-tier digambarkan seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 Arsitektur three-tier

Pada system two-tier, aturan bisnis diterapkan pada program front end atau dapat juga basis data server (merupakan mekanisme penyimpanan-stored procedure). Pada model two-tier, sistem akan lambat bila proses yang harus dilakukan adalah besar. Sehingga keuntungan utama dari model three-tier adalah: Meringankan beban database server dengan cara membagi pekerjaan ke business process server. Keluwesan teknologi Mudah untuk mengubah DBMS engine dan memungkinkan pula middle tier ke platform yang berbeda Biaya jangka panjang yang rendah

Perubahan-perubahan cukup dilakukan pada middle tier daripada pada aplikasi keseluruhan. Keunggulan kompetitif Kemampuan untuk bereaksi terhadap perubahan bisnis dengan cepat, dengan cara mengubah modul kode daripada mengubah keseluruhan aplikasi. Sebenarnya konsep arsitektur three-tier tidaklah benar-benar baru, yang hanya baru adalah metode mempartisinya secara formal sehingga tersedia perangkat bantu yang dapat digunakan untuk menyusun arsitektur three-tier. Di lain pihak model three-tier biasanya hanya cocok untuk proyek-proyek yang berukuran besar. Untuk aplikasi kecil atau menengah, mungkin one atau two-tier lebih tepat.

Gambar 2.6 Contoh penggunaan arsitektur three-tier

Yang harus diperhatikan adalah konsep middle-tier tidak sama dengan middleware. Middleware adalah perangkat lunak yang menghubungkan program yang berjalan pada platform yang berbeda (Kadir,2003), middleware ditujukan agar program yang berjalan pada platform yang berbeda tersebut dapat saling mengirimkan message dan data. Middleware memainkan peranan yang penting pada arsitektur three-tier, karena middleware inilah yang menghubungkan ketiga tier tersebut. Middleware jarang dikenali karena posisinya yang 'transparan' dalam sebuah sistem, yang membuat orang lebih melihat keseluruhan sistem itu sendiri, tanpa harus perduli dengan aliran data yang dibungkus oleh sistem middleware. Middleware adalah sebuah aplikasi

yang secara logic berada diantara lapisan aplikasi (application layer) dan lapisan data dari sebuah arsitektur layer-layer TCP/IP. Middleware bisa juga disebut protokol. Protokol komunikasi middleware mendukung layanan komunikasi aras tinggi. Biasanya program middleware menyediakan layanan pesan (messaging services ) sehingga aplikasi-aplikasi yang berbeda-beda itu dapat berkomunikasi. Sistem middleware mengikat aplikasi-aplikasi yang terpisah. Pembagian ketiga tier dapat juga tidak dilakukan secara fisik diletakkan di tiga sistem komputer terpisah yang saling dihubungkan. Akan tetapi diletakkan pada satu atau dua komputer saja. Yang penting adalah aplikasi-aplikasi tersebut tersegmentasi secara logis dan saling tidak bergantung, tetapi dapat saling berkomunikasi dan bertukar data. Berikut ini adalah beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk menentukan kapan sebuah aplikasi menggunakan model arsitektur three-tier (Edwards, 2007) : Banyaknya layanan atau class aplikasi lebih dari 50 Program aplikasi di buat atau ditulis dalam beebrapa bahasa pemrograman yang berbeda untuk masing-masing organisasi. Dua atau lebih data source yang heterogen seperti dua DBMS yang berbeda atau DBMS dan file system Suatu aplikasi akan digunakan lebih dari 3 tahun. Apalagi jika kita akan merencanakan banyak modifikasi atau penambahan Beban kerja yang sangat tinggi. Lebih dari 50000 transaksi perhari atau lebih dari 300 user yang mengakses ke sistem yang sama pada basis data yang sama dalam waktu bersamaan Ekspektasi bahwa aplikasi akan terus berkembang sepanjang waktu

2.3

Gambaran Umum Jawa TengahLetak geografis Jawa Tengah terletak diantara tiga provinsi yaitu disebelah barat Provinsi

Jawa Barat, disebelah Timur Provinsi Jawa Timur, disebelah Selatan Provinsi DI Yogyakarta, dan terletak antara 540 dan 830 Lintang Selatan dan antara 10830 dan 11130 Bujur Timur dengan suhu udara berkisar 18' sampai dengan 32'. Luas Daerah Jawa Tengah 32.541,30 Km atau 25,04% dari luas Pulau Jawa atau 1,70% dari luas Indonesia. Jarak jauh dari Barat ke Timur

adalah 263 Km dan dari Utara ke Selatan 226 Km. Jaringan jalan penting di Jawa Tengah meliputi Jalur Lintas Selatan, Jalur Pantai Utara dan Jalur Tengah. Terdapat 4 Pelabuhan Udara serta 2 Pelabuhan Laut Samudra dan 4 Pelabuhan Pantai.

Gambar 2.7. Peta Jawa Tengah

Jumlah Penduduk Jawa Tengah sebanyak 32.908.850 jiwa dengan kepadatan rata-rata 10.011 jiwa per km2. Hal tersebut menempati urutan ketiga di Indonesia. Mata Pencaharian penduduk sebagian besar di bidang Pertanian (58,50%), Pertambangan Industri (11,50%), Proyek Bangunan (14,90%), Perdagangan (12,80%) dan Jasa (2,80%). Secara administratif Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah. Menurut penggunaannya, luas lahan sawah terbesar berpengairan teknis (38,26 persen). Dengan teknik irigasi yang baik, potensi lahan sawah yang dapat ditanami padi lebih dari dua kali sebesar 69,56 persen. Berikutnya lahan kering yang dipakai untuk

tegalan/kebun/ladang/huma sebesar 34,36 persen dari total bukan lahan sawah. Persentase tersebut merupakan yang terbesar, dibandingkan persentase penggunaan bukan lahan sawah yang lain.