lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/3182/4/bab iii.pdfbab iii...
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara terhadap beberapa guru Sekolah Dasar di Semarang,
Jawa Tengah untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan praktik belajar
mengajar materi Aksara Jawa di jenjang Sekolah Dasar.
Bapak Antonius Sukiman, SD St. Antonius 02 Semarang (19 Oktober 2016;
11.00), mengatakan sikap disiplin sangat penting dalam mempelajari aksara
jawa. Beliau menyatakan bahwa kuantitas belajar dan berlatih sangat
mempengaruhi kemampuan anak anak dalam Aksara Jawa. Beliau
menyarankan supaya siswa di jenjang kelas 3 sudah mampu mengahafal
huruf dasar hanacaraka, supaya lebih mudah mengahafal huruf lainnya.
Metode yang beliau terapkan dalam mengajar yaitu memasang target untuk
anak anak dalam menghafal, seperti target menghafal 20 huruf dasar dalam
2 minggu, kemudian menghafal huruf sandangan dalam 1 minggu, diselingi
dengan latihan membaca dan menulis huruf yang sudah dipelajari. Siswa
yang sering mengalami kesulitan adalah yang malas untuk belajar dan
berlatih. Beliau juga mengatakan bahwa Bahasa Jawa sudah menjadi seperti
bahasa asing di lingkungan anak anak di era ini, sehingga dibutuhkan usaha
lebih dalam mengajarkan bahasa Jawa, khususnya aksara Jawa.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Gambar 3.1.1 Bapak Sukiman
(sumber : dokumentasi penulis)
Ibu Yasinta, SD St. Antonius 02 (8 November 2016; 09.00), menyatakan
bahwa kesulitan anak anak berasal dari lingkungan yang sudah jarang
memakai bahasa jawa. Anak anak tidak lagi berminat belajar aksara jawa
karena dirasa tidak ada manfaatnya. Kendala tersebut didukung dengan rasa
malas anak anak dan orang tua yang juga tidak mampu mengajarkan.
Metode yang beliau gunakan adalah menghafal setiap hari 1 huruf. Waktu
pengajaran di kelas yang hanya 2 jam juga menjadi kendala karena sangat
kurang dalam memberikan materi. Ibu Yasinta menyarankan anak anak
supaya perbanyak belajar membaca dan menulis Aksara Jawa.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Gambar 3.1.2 Ibu Yasinta dan anak-anak
(sumber : dokumentasi penulis)
Ibu Ariyah, SD Negeri Gedawang 01 Semarang (9 November 2016; 09.00),
mengatakan bahwa kesulitan yang dialami anak anak adalah belum
memahami aksara jawa, khususnya aksara pasangan. Metode yang
digunakan ibu Ariyah dalam mengajar adalah metode drill, atau diulang
ulang supaya anak anak lebih memahami. Beliau mengatakan bahwa anak
anak sekarang sudah memakai bahasa indonesia sebagai bahasa ibu, padahal
Bahasa jawa juga perlu dilestarikan. Waktu yang kurang juga menjadi
kendala dalam menyampaikan materi, karena pada dasarnya materi bahasa
jawa hampir seperti materi Bahasa Indonesia, belum ditambah dengan
materi Aksara Jawa.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Gambar 3.1.3 Ibu Ariyah
(sumber : dokumentasi penulis)
Ibu Widji, Kepala Sekolah SD Negeri Gedawang 01 (9 November 2016;
09.30), mengatakan bahwa walaupun beliau tidak terlibat langsung dalam
mengajar Aksara Jawa, namun Beliau menekankan pentingnya
pembelajaran Bahasa Jawa dan Aksara Jawa. Selain untuk melestarikan
budaya, Ibu widji juga merasakan tumbuhnya budi pekerti di dalam diri
anak anak akibat pembelajaran budaya Jawa. Ibu Widji menyatakan bahwa
akan sangat rugi apabila mata pelajaran Bahasa Jawa dihilangkan.
Gambar 3.1.3 Ibu Widji
(sumber : dokumentasi penulis)
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Bapak Angga, SD Negeri Padangsari 02 Semarang (11 November 2016;
11.00), mengatakan bahwa Aksara Jawa sudah jarang dipakai dan sulit
ditemui, sehingga anak anak kurang mengenal Aksara Jawa tersebut. Siswa
yang dibimbing Pak Angga kebanyakan sudah mampu mengahafal aksara
dasar hanacaraka, namun kesulitan di aksara pasangan. Salah satu metode
yang digunakan Pak Angga yaitu melalui download aksara jawa di
komputer.
Gambar 3.1.5 Bapak Angga
(sumber : dokumentasi penulis)
Ibu Darsih, SD St. Antonius (12 November 2016; 07.00), mengatakan
bahwa kesulitan yang dialami anak anak adalah belum hafal aksara
hanacaraka. Metode yang digunakan adalah latihan menulis, mengingat dan
belajar secara berulang ulang. Waktu yang sangat sedikit juga menjadi
kendala dalam menyampaikan materi aksara Jawa, terlebih apabila ada anak
yang tertinggal.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Gambar 3.1.6 Ibu Darsih
(sumber : dokumentasi penulis)
Kesimpulan yang penulis dapatkan dari wawancara yang dilakukan yaitu anak anak
rata rata kesulitan apabila belum dapat menghafal aksara hanacaraka. Lingkungan
masa kini membuat anak anak kurang mengenal bahasa jawa, terlebih aksara jawa
yang sangat jarang ditemui. Guru menganjurkan supaya anak anak disiplin dalam
berlatih dan belajar, karena waktu yang diberikan di sekolah sangat sedikit.
3.2. Observasi
Penulis juga melakukan observasi dengan ikut serta dalam pembelajaran Aksara
Jawa di SD St. Antonius 02 dan SD Negeri Padangsari 02 (11-12 November 2016)
kelas 3. Pelajaran dimulai dengan menyanyi tembang jawa yang dipimpin guru,
kemudian dilanjutkan dengan mengingat kembali aksara yang sudah dipelajari.
Pada saat penulis melakukan observasi anak anak sudah diharuskan untuk
menghafal aksara dasar (hanacaraka) dan masuk ke materi aksara sandangan.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Beberapa Siswa dapat mengikuti materi dengan baik. Faktor pemahaman individu
dan/atau rutinitas belajar membantu siswa dalam memahami materi Aksara. Namun
tidak sedikit juga siswa yang masih tertinggal dibanding temannya. Menurut
observasi, gap yang cukup jauh antara pemahaman siswa yang tertinggal dengan
yang tidak. Menurut penuturan guru kelas yang terkait, siswa yang tertinggal
biasanya malas untuk belajar di rumah, sehingga kurang dapat mengejar target
pemebelajaran setiap minggunya. Faktor metode belajar ataupun buku ajar sedikit
banyak berpengaruh pula pada pemahaman siswa.
Gambar 3.2.1 suasana belajar di SD Antonius 02
(sumber : dokumentasi penulis)
Gambar 3.2.2 suasana belajar di SD Padangsari
(sumber : dokumentasi penulis)
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
3.3. Wawancara dengan Penerbit/Mandatori
Penulis telah melakukan wawancara dengan Ibu Retno, perwakilan Elex media
tentang teknis penerbitan buku pada Hari Jumat, 2 Desember 2016. Bu Retno
menyarankan supaya illustrasi menggunakan gaya simple, santai, dan sederhana,
untuk mendukung belajar anak-anak. Untuk konten, Beliau menyarankan untuk
menyertakan kisah awal mula Aksara Jawa, lalu setelah itu diberikan cara menulis.
Beliau mengatakan bahwa buku difokuskan untuk menjadi buku pendamping.
Beliau menyebutkan ukuran buku standar yaitu 19 x 23 centimeter, dengan jumlah
halaman 64. Beliau mengatakan bahwa dalam sekali penerbitan minimal dicetak
2000 eksemplar, namun tidak menutup kemungkinan diterbitkan dalam bentuk
ebook. Beliau menyarankan supaya di kover terdapat figur huruf jawa dan tokoh
ilustrasi. Beliau menyarankan supaya satu buku tidak dijual lebih dari Rp.50,000.
Elex Media adalah perusahaan penerbitan yang merupakan salah satu anak
perusahaan Kompas Gramedia. Elex Media didirikan pada tahun 1985. Yang
diterbitkan Elex Media adalah buku komik, buku anak, buku komputer, majalah,
dan lainnya. Kantor Elex Media terletak di Jalan Palmerah Barat, Jakarta Pusat.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Gambar 3.3 Penulis dan Ibu Retno
(sumber : dokumentasi penulis)
3.4. Studi Eksisting
Penulis juga mengumpulkan Buku belajar Aksara Jawa yang didapat dari toko
buku di Semarang sebagai perbandingan.
a. Pinter Basa Jawi Pepak.
Gambar 3.4.1 Pinter Basa Jawi Pepak
(sumber : dokumentasi penulis)
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
Buku ini ditulis oleh M. Abi Tofani dan G. Setyo Nugroho. Buku ini
diterbitkan oleh Pustaka Agung Harapan Surabaya. Buku ini dicetak dengan
softcover dengan bahan isi kertas buram. Buku ini dicetak full color pada
kover dan hitam putih pada isinya. Buku berisi pengetahuan umum bahasa
jawa, termasuk kosa kata Bahasa Jawa, wayang, dan Aksara Jawa. Buku ini
memuat jenis-jenis Aksara Jawa, penggunaannya, dan contoh. Pada bagian
Aksara Jawa, tidak dilengkapi ilustrasi dan cerita asal muasal terjadinya
Aksara Jawa. Di buku ini juga tidak dilengkapi dengan Latihan yang bisa
dikerjakan. Buku ini lebih condong ke fungsi informatif dibandingkan
interaktif.
b. Buku Juara Pintar Bahasa Jawa SD/MI kelas 3 dan 4
Gambar 3.4.2 Buku Juara Pintar Bahasa Jawa
(sumber : dokumentasi penulis)
Buku ini disusun oleh Tim Sukses Juara Pintar dan diterbitkan oleh Sukses
Jaya Mulia Kediri. Buku ini dicetak dengan softcover full color dan isi hitam
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017
putih dengan bahan kertas buram. Buku ini adalah lembar kerja siswa yang
memuat materi muatan lokal Bahasa Jawa, salah satunya adalah Aksara
Jawa. Buku ini dilengkapi dengan ilustrasi sederhana di beberapa bagian,
dan juga latihan yang dapat dikerjakan siswa. Buku ini tidak terfokus pada
pengajaran Aksara jawa, sehingga materi Aksara Jawa terpenggal-penggal
mendapat alokasi penyampaian yang seadanya.
3.5. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan, penulis menarik kesimpulan yaitu; Dibutuhkan
buku pendamping yang dekat dan mudah bagi anak anak sehingga dapat membantu
belajar di rumah. Minat anak-anak dalam belajar Aksara Jawa perlu ditingkatkan.
Dibutuhkan pembelajaran dengan pendekatan yang berbeda, yaitu yang mudah dan
menyenangkan, sehingga anak-anak tidak menjadikan Aksara Jawa sebagai beban.
Perancangan Buku...,Vincentio Kevin Dani, FSD UMN, 2017