lilik_proposal2

21
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK INVESTIGASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAPREASI CERITA PENDEK DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH MAFATIHUL HUDA KABUPATEN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2010/2011 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Kompetensi dasar membaca untuk memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek siswa kelas XI Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai ulangan harian dari siswa kelas XI rata-rata baru mencapai 60,22. Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditentukan di kelas XI yaitu 67. Melihat kenyataan ini, penulis bergerak hati untuk melakukan penelitian di Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Mudah-mudahan penulis bisa berkontribusi positif pada peningkatan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada peningkatan keterampilan mengapresiasi cerita pendek, sehingga akan berimbas pada meningkatnya hasil ulangan harian peserta didik. Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan bisa menyebabkan pembelajaran apresiasi sastra tidak kondusif. Siswa bersikap tidak berminat dalam pembelajaran. Hal ini terlihat siswa bersikap diam dan kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, selain itu siswa tidak mau bertanya walaupun siswa belum materi yang diajarkan belum dipahami.

Upload: miftahul-huda

Post on 20-Jul-2015

65 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 1/21

 

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK INVESTIGASI

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAPREASI CERITA

PENDEK DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH MAFATIHUL HUDAKABUPATEN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2010/2011

A.  Pendahuluan

1.  Latar Belakang Masalah

Kompetensi dasar membaca untuk memahami wacana sastra

melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek siswa kelas XI

Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon

masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai ulangan harian

dari siswa kelas XI rata-rata baru mencapai 60,22. Kriteria Ketuntasan

Minimal yang telah ditentukan di kelas XI yaitu 67.

Melihat kenyataan ini, penulis bergerak hati untuk melakukan

penelitian di Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok 

Kabupaten Cirebon. Mudah-mudahan penulis bisa berkontribusi positif 

pada peningkatan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada

peningkatan keterampilan mengapresiasi cerita pendek, sehingga akan

berimbas pada meningkatnya hasil ulangan harian peserta didik.

Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan pokok 

bahasan yang diajarkan bisa menyebabkan pembelajaran apresiasi sastra

tidak kondusif. Siswa bersikap tidak berminat dalam pembelajaran. Hal ini

terlihat siswa bersikap diam dan kurang aktif dalam kegiatan

pembelajaran, selain itu siswa tidak mau bertanya walaupun siswa belum

materi yang diajarkan belum dipahami.

Page 2: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 2/21

 

2

Penggunaan model pembelajaran tipe kelompok investigasi (group

investigation) bagi siswa madrasah aliyah merupakan hal yang baru,

sehingga memiliki pengaruh yang nyata guna membangkitkan minat siswa

serta terwujudnya proses belajar mengajar yang menyenangkan.

Penggunaan model pembelajaran tipe kelompok investigasi dalam proses

belajar mengajar akan menambah pengaruh tersendiri dalam proses

kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Dengan

penggunaan model pembelajaran tipe kelompok investigasi, bukan hasil

akhir yang diutamakan, namun proses atau langkah-langkah untuk 

mencapai hasil ini harus dilakukan.

Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik mengadakan

 penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kelompok 

Investigasi untuk Meningkatkan Keterampilan Mengapresiasi Cerita

Pendek di Kelas XI Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok 

Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011"

2.  Pertanyaan Penelitian

a.  Bagaimana model pembelajaran kelompok investigasi diterapkan pada

pembelajaran mengapresiasikan cerita pendek di kelas XI Madrasah

Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon?

b.  Apakah model pembelajaran kelompok investigasi dapat

meningkatkan keterampilan mengapresiasi cerita pendek di kelas XI

Page 3: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 3/21

 

3

Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten

Cirebon?

c.  Bagaimana prestasi belajar mengapresiasi cerita pendek dengan

menggunakan model pembelajaran kelompok investigasi di kelas XI

Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten

Cirebon?

3.  Partisipan/Subjek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas XI Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok 

Kabupaten Cirebon. Jumlah siswa sebagai subjek penelitian adalah 64

orang, terdiri dari 27 orang siswa laki-laki dan 37 orang siswa perempuan.

4.  Signifikasi Penelitian

a.  Signifikasi Penelitian Secara Teoritis

Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

teori apresiasi cerita pendek dan pengembangan bahan ajar. Selain itu,

hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan teoritis dalam penelitian

pengembangan

b.  Signifikasi Penelitian Secara Praktis

1)  Manfaat Bagi Guru

Hasil pengembangan ini dapat membantu guru dalam

meningkatkan kompetensi dalam perencanaan dan pengelolaan

Page 4: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 4/21

 

4

pembelajaran. Dan sebagai alternatif pilihan model pembelajaran

karya sastra.

2)  Manfaat Bagi Siswa

Hasil pengembangan ini dapat membantu siswa dalam menguasai

kompetensi-kompetensi prasyarat yang telah diidentifikasi oleh

guru. Dan dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan

mengapresiasi cerita pendek.

B.  Tinjauan Pustaka

Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang

relevan dengan penelitian ini sebagai bahan pelengkap, antara lain:

Rini Dwi Susanti: Peningkatan Pembelajaran Apresiasi Sastra dengan

Pendekatan Whole Language pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI

Muhammadiyah 2 Kudus. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana

Universitas Negeri Yogyakarta. 2009. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas. Hasil penelitian yang dilakukan Rini Dwi Susanti,

menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan whole language 

pembelajaran apresiasi sastra pada pelajaran bahasa Indonesia mengalami

peningkatan baik dari segi kualitas proses pembelajaran maupun kualitas hasil

belajar.

Istutiyati (2010) : Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk 

Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas IX SMP

Page 5: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 5/21

 

5

Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang. Thesis, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas.

Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw

dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek.

Catur Siti Rahayuningsih (2010). Peningkatan Kemampuan Apresiasi

Cerita Pendek dengan Metode Kooperatif Jigsaw pada Siswa Kelas X G SMA

Negeri 2 Sragen. Tesis: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil

penelitian tindakan kelas ini adalah: pertama, penerapan metode kooperatif 

 jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita

pendek.

Berdasarkan paparan di atas, penelitian tentang keterampilan

mengapresiasi cerita pendek memang telah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi

produk yang dihasilkan menggunakan model pembelajaran yang berbeda

dengan penelitian penulis. Ketiga penelitian yang dilakukan menggunakan

model pembelajaran whole language dan  jigsaw. Sedangkan penulis sendiri

menggunakan model pembelajaran kelompok investigasi. Oleh karena itu,

menurut hemat penulis, penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

kelompok investigasi belum ada yang meneliti, khususnya yang berkaitan

dengan mengapresiasi cerita pendek.

Page 6: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 6/21

 

6

C.  Landasan Teori

1.  Keterampilan Apresiasi Cerita Pendek

a.  Pengertian Apresiasi Cerita Pendek

Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin aprecitio yang berarti

mengindahkan atau menghargai. Effendi (1973:18) mengatakan bahwa

apresiasi sastra merupakan kegiatan menikmati cipta sastra (puisi)

dengan sungguh-sungguh hingga timbul pengertian, penghargaan,

kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap

cipta sastra. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apresiasi sastra

merupakan penilaian dan penghargaan yang timbul atas dasar

kesadaran dan pemahaman nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra.

Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra bertumpu pada

prinsip yang dikemukakan oleh Rusyana (1990:42) bahwa pengajaran

apresiasi sastra pada hakikatnya tidak terlepas dari hakikat dan

tujuannya. Dengan berpijak pada pengertian ini berarti kegiatan

pembelajaran sastra harus berorientasi pada hakikat dan tujuan

apresiasi sastra itu sendiri. Dalam pembelajaran, apresiasi sastra

mencakup puisi, prosa, dan drama dipadukan dengan empat

keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan

menulis. Dengan demikian pelaksanaannya dalam pembelajaran

terlaksana menyimak sastra, berbicara sastra, membaca sastra, dan

menulis sastra.

Page 7: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 7/21

 

7

Mengenai tujuan pembelajaran sastra, Nurgiantoro (1988)

mengungkapkan setidaknya terdapat tiga tujuan pembelajaran sastra,

yaitu:

1)  memperoleh kesadaran yang lebih baik terhadap diri

sendiri, orang lain, dan kehidupan

2)  memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang

sastra

3)  memperoleh kesenangan.

Horatius, penyair Romawi kuno (Nurgiantoro:1988),

mengatakan bahwa manfaat mempelajari sastra ialah dulce et utile

yang berarti menyenangkan dan bermanfaat. Menyenangkan berkaitan

dengan segala aspek hiburan yang diberikan oleh sastra, sedangkan

bermanfaat berkaitan dengan pengalaman hidup yang ditawarkan oleh

sastra.

Cerpen merupakan salah satu karya Sastra sebagai suatu karya

seni yang diciptakan oleh pengarangnya, tentunya dengan maksud agar

cerita bisa dinikmati. Karya sastra itu sendiri hakikatnya adalah hasil

proses kreatif sastrawan yang merupakan ekspresi seluruh kehidupan

intelektual dan emosinya (Syafei dan Aminuddin 1987). Dalam

kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan genre sastra yang penting

dan cukup banyak peminatnya. Dibandingkan dengan jenis sastra

lainnya, cerpen berkembang lebih akhir, namun justru cerpen banyak 

dikenal orang.

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli

bahasa, antara lain sebagai berikut.

Page 8: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 8/21

 

8

1)  Sudjiman (1994: 65) menyatakan bahwa Cerpen adalah kisahan

pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberi

kesan tunggal yang dominan, memusatkan diri pada satu tokoh,

dan dalam satu situasi pada satu seketika.

2)  Sumardjo dan Saina K.M (1991: 65) menyatakan bahwa Cerpen

adalah cerita atau narasi (bukan argumentasi yang fiktif atau tidak 

benar-benar terjadi) tetapi dapat terjadi di mana saja serta relatif 

pendek. Penceritaan atau narasi harus dilakukan secara hemat,

sehingga dalam cerpen hanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya

satu peristiwa dan hanya satu efek saja bagi pembacanya.

3)  Sumardjo (1981: 21) menyatakan bahwa Cerpen adalah cerita fiksi

 pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek 

hanya memiliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk 

pembacanya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan

bahwa cerita pendek atau cerpen adalah cerita rekaan yang

memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi sehingga cerita

relatif pendek, peristiwa yang diungkap amat terbatas, bagian-bagian

yang ada dalam cerpen harus berkaitan erat satu sama lain.

Cerita pendek yang disingkat cerpen adalah karya imajinatif 

dengan fakta kehidupan atau realitas kehidupan sebagai dasar

karangan. Cerpen merupakan salah satu karya Sastra sebagai suatu

karya seni yang diciptakan oleh pengarangnya, tentunya dengan

Page 9: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 9/21

 

9

maksud agar cerita bisa dinikmati. Karya sastra itu sendiri hakikatnya

adalah hasil proses kreatif sastrawan yang merupakan ekspresi seluruh

kehidupan intelektual dan emosinya (Aminuddin 1995). Dalam

kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan genre sastra yang penting

dan cukup banyak peminatnya. Dibandingkan dengan jenis sastra

lainnya, cerpen berkembang lebih akhir, namun justru cerpen banyak 

dikenal orang.

b.  Kegiatan Pembelajaran Cerita Pendek

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan

intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal

dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan

dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan

bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan

analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.

Standar Kompetensi Mata Pelajaran bahasa Indonesia

merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

Page 10: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 10/21

 

10

menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,

dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.

Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik 

untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional, dan

global.

Bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu mata

pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan.

Secara umum tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

KTSP, yaitu:

1)  berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

2)  menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagi

bahasa persatuan dan bahasa negara.

3)  memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat

dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4)  menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5)  menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan bahasa.

6)  menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Page 11: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 11/21

 

11

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan

landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,

dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam

merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan

Standar Proses dan Standar Penilaian.

Metode pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi sastra

sudah banyak dikenal dewasa ini. Akan tetapi di antara sekian banyak 

metode tersebut, akan lebih baik apabila strategi pembelajaran lebih

berfokus kepada siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat

menggugah kreativitas dan mengaktifkan siswa belajar adalah model

kelompok investigasi (Group Investigation).

Cerita pendek yang merupakan bagian dari apresiasi sastra

adalah karya kreatif, oleh karena itu porsi kegiatan yang lebih banyak 

dilakukan adalah menggugah kreativitas siswa. Strategi yang paling

cocok untuk meningkatkan kreativitas di atas adalah memberikan

tugas-tugas kreatif kepada siswa.

Guru yang memberikan tugas keterampilan apresiasi sastra

pada siswa, selanjutnya perlu menindaklanjutinya dengan melakukan

hal-hal yang dapat membangkitkan kreativitas siswa, seperti

memublikasikan karya siswa di majalah dinding sekolah, mendorong

siswa untuk mengirimkannya ke media massa, meneliti/menelaahnya,

memberinya catatan tentang kelebihan dan kelemahannya, serta

meminta siswa menyempurnakannya, membaca karya yang baik di

Page 12: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 12/21

 

12

depan kelas, menjilidnya menjadi kumpulan cerpen dan selanjutnya di

koleksi di perpustakaan sekolah, mendramatisasikannya di depan

kelas, menilai dan mengumumkan karya yang baik, mengapresiasi

karya siswa yang dibacakan di depan kelas, mengikutkannya dalam

lomba penulisan karya sastra, mengumumkan cerpen yang baik pada

lomba, menilai, mengoreksi dan membahasnya di kelas, menganalisis

unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, mendiskusikan amanat,

konflik, tema yang ada di dalamnya, mengadakan lomba membuat

cerpen antar kelas, meringkas cerpen yang ditulis oleh siswa, dan

sebagainya.

2.  Pembelajaran Model Group Investigation 

Model pada dasarnya merupakan pola atau contoh yang disusun

dengan porsi tertentu yang berperan sebagai pedoman untuk sebuah

tindakan, dapat berperan juga untuk mendukung setiap aktivitas

pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran, administrasi,

evaluasi, dan pengawasan. Sanjaya (2008:65) menyebut model sebagai

desain yaitu suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan

kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons

kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan

akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang

efektivitas rancangan (desain) yang disusun.

Page 13: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 13/21

 

13

Dalam konteks pembelajaran, lebih lanjut Sanjaya (2008:67)

mengemukakan bahwa pengertian desain (model) pembelajaran sebagai

berikut:

Proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk 

mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup

rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang

diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk 

mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang dapat

dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.

Mahfuddin (2008:10) juga berpendapat bahwa pembelajaran

meliputi kegiatan mengajar dan belajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh

guru, sementara kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, yang keduanya

saling berinteraksi satu sama lainnya. Kegiatan pembelajaran tersebut

merupakan kegiatan yang berproses dari mulai perencanaan, pelaksanaan,

sampai evaluasi.

Model pembelajaran group investigation atau investigasi kelompok 

menurut Winataputra (1992:39), telah digunakan dalam berbagai situasi

dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya

model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan

masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu,

mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes

hipotesis.

Pada pembelajaran ini guru seyogianya mengarahkan, membantu

para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber

belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh

Page 14: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 14/21

 

14

lingkungan demokrasi dan proses ilmiah (Depdiknas, 2005:1). Menurut

Winataputra (1992:63) sifat demokrasi dalam model group investigation 

ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya

diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang

menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status

yang sama dihadapkan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang

berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk 

bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang

berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan

sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk 

melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan

para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan

diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.

Brahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam model pembelajaran

kelompok investigasi memiliki 6 (enam) tahap sebagai berikut:

a.  Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam

kelompok.

b.  Tahap merencanakan investigasi di dalam kelompok 

c.  Tahap melaksanakan penyelidikan

d.  Tahap menyiapkan laporan akhire.  Tahap menyajikan laporan

f.  Tahap evaluasi

Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan dalam

menerapkan model pembelajaran kelompok investigasi ada 6 (enam) tahap

yaitu (a) Tahap Pengelompokan (Grouping), (b) Tahap Perencanaan

(Planning), (c) Tahap Penyelidikan ( Investigation), (d) Tahap

Page 15: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 15/21

 

15

Pengorganisasian (Organizing), (e) Tahap Presentasi (Presenting), dan (f)

Tahap evaluasi (evaluating). Keenam tahap model pembelajaran kelompok 

investigasi secara lengkap diuraikan sebagai berikut :

a.  Tahap Pengelompokan (Grouping)

Tahap ini guru mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi

serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 

4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber,

memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan,

2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan

topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru

membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai

5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

b.  Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas

pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan

tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar?

(3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka

menyelidiki topik tersebut?

c.  Tahap Penyelidikan ( Investigation)

Tahap  Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek 

investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai

berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan

membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang

Page 16: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 16/21

 

16

diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan

pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi,

mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya: 1)

siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat turunan fungsi aljabar

yang bernilai konstan, 2) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan

dari hasil pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang

diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau

langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang

diselidiki.

d.  Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Merupakan tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini

kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan

pesan-pesan penting dalam prakteknya masing-masing, 2) anggota

kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan

bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing

kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi

investigasi.

e.  Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan

pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1)

penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi

bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat

secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi,

Page 17: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 17/21

 

17

mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap

topik yang disajikan. Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk 

mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi

yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak sebagai penyaji,

mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, 3) siswa

mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

f.  Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil

proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam

pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-

masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan

tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa

mengolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah

dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat

pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap

topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik yang

diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru

mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus

Melalui pembelajaran kooperatif dengan model kelompok 

investigasi suasana belajar terasa lebih efektif, kerja sama kelompok dalam

pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki

keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan

teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.

Page 18: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 18/21

 

18

Keberhasilan dari penerapan model pembelajaran kelompok 

investigasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, di antaranya: (1)

pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran yang dilakukan

membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar siswa dalam

kelompok tanpa memandang latar belakang, (3) siswa dilatih untuk 

memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, (4) adanya

motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari

tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

D.  Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya memiliki tujuan untuk mencari kebenaran

ilmiah. Demikian pula dengan penelitian terhadap pembelajaran apresiasi

cerita pendek ini. Penelitian pembelajaran apresiasi cerita pendek ini bersifat

komparasi dengan menggunakan bantuan perhitungan statistik. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen yang pada dasarnya memiliki keterbatasan

dalam cara kerja sehingga terdapat beberapa faktor yang tidak diperhitungkan.

Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan mengutamakan penelaahan terhadap

perolehan hasil pembelajaran yang dilihat dari hasil pretes dan postes dan

mengesampingkan faktor eksternal yang ada.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Metode eksperimen ini Sugiyono (2009:72), menjelaskan

"Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian

Page 19: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 19/21

 

19

yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang

lain kondisi yang terkendalikan."

Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan

percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah

sehingga diperoleh hasil. Jadi dalam metode eksperimen harus ada perlakuan

yang dicobakan, dalam hal ini variabel bebasnya adalah model

pembelajaran kelompok investigasi dan variabel terikatnya adalah hasil

keterampilan apresiasi cerita pendek.

Untuk keperluan penelitian ini, ditentukan anggota kelompok 

eksperimen dan anggota kelompok kontrol. Penentuan kedua kelompok 

tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik   purposive samples, yaitu

pengambilan sampel berdasarkan kelas yang telah terbentuk.

Penelitian ini mengujicobakan elaborasi model respons-analisis dengan

model moody sebagai model eksperimen, sedangkan model kebiasaan guru

berperan sebagai model kontrol. Tolok ukur yang dijadikan landasan dalam

penentuan hasil penelitian ini adalah perolehan hasil belajar. Hasil belajar

yang tergambar berdasarkan penerapan kedua model pembelajaran tersebut

akan diolah sehingga menghasilkan nilai rata-rata dan simpangan baku.

Perolehan nilai rata-rata dan simpangan baku didasarkan pada perolehan nilai

pretes dan nilai postes dari siswa yang termasuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

Desain penelitian dalam metode eksperimen yang digunakan adalah

seperti yang dikemukakan oleh Fraenkel (1993:248-249) yaitu randomized 

Page 20: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 20/21

 

20

 pretest-posttest control group desing. Mengingat penelitian pembelajaran

apresiasi cerita pendek ini termasuk penelitian pretes dan postes berarti

penelitian ini menggunakan metode tes sebagai dasar pelaksanaan kerjanya.

Artinya perbedaan hasil pembelajaran diperoleh melalui perbandingan selisih

antara pretes dan postes. Mengenai desain ini Sugiyono (2010:79)

menggambarkan sebagai berikut :

Treatment group R O X1 O

Control group R O X2 O

Keterangan:

R = penentuan sampel secara random

O = pemberian pretes dan pemberian postes

X1 = perlakuan pembelajaran dengan model kelompok investigasi

X2 = perlakuan hasil keterampilan apresiasi cerita pendek 

Page 21: Lilik_Proposal2

5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 21/21

 

21

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin (1995) Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar

BaruAlgesindo.

Asthika (2005) Penyelidikan Kelompok , Bandung: Tarsito

Brahim (2002) Pengajaran Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende: Nusa Indah. 

Natawijaya, P. Suparman (1980) Apresiasi Sastra Budaya, Jakarta: PN. Internusa.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. 

Yogyakarta: BPFE.

Rusyana, Yus. 1992. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada

Sugiyono (2010)  Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

CV. Alfabeta

Sudjiman, Panuti. 1983. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

Sumardjo, J. 1980. Seluk Beluk Cerita Pendek. Bandung: Mitra Kencana. 

Sumardjo, J dan Saini K.M. (1988) Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.