Download - Lilik_Proposal2
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 1/21
1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK INVESTIGASI
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAPREASI CERITA
PENDEK DI KELAS XI MADRASAH ALIYAH MAFATIHUL HUDAKABUPATEN CIREBON TAHUN PELAJARAN 2010/2011
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Kompetensi dasar membaca untuk memahami wacana sastra
melalui kegiatan membaca buku kumpulan cerita pendek siswa kelas XI
Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon
masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai ulangan harian
dari siswa kelas XI rata-rata baru mencapai 60,22. Kriteria Ketuntasan
Minimal yang telah ditentukan di kelas XI yaitu 67.
Melihat kenyataan ini, penulis bergerak hati untuk melakukan
penelitian di Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok
Kabupaten Cirebon. Mudah-mudahan penulis bisa berkontribusi positif
pada peningkatan pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pada
peningkatan keterampilan mengapresiasi cerita pendek, sehingga akan
berimbas pada meningkatnya hasil ulangan harian peserta didik.
Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan pokok
bahasan yang diajarkan bisa menyebabkan pembelajaran apresiasi sastra
tidak kondusif. Siswa bersikap tidak berminat dalam pembelajaran. Hal ini
terlihat siswa bersikap diam dan kurang aktif dalam kegiatan
pembelajaran, selain itu siswa tidak mau bertanya walaupun siswa belum
materi yang diajarkan belum dipahami.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 2/21
2
Penggunaan model pembelajaran tipe kelompok investigasi (group
investigation) bagi siswa madrasah aliyah merupakan hal yang baru,
sehingga memiliki pengaruh yang nyata guna membangkitkan minat siswa
serta terwujudnya proses belajar mengajar yang menyenangkan.
Penggunaan model pembelajaran tipe kelompok investigasi dalam proses
belajar mengajar akan menambah pengaruh tersendiri dalam proses
kegiatan belajar mengajar di kelas maupun di luar kelas. Dengan
penggunaan model pembelajaran tipe kelompok investigasi, bukan hasil
akhir yang diutamakan, namun proses atau langkah-langkah untuk
mencapai hasil ini harus dilakukan.
Berdasarkan latar belakang itulah penulis tertarik mengadakan
penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Kelompok
Investigasi untuk Meningkatkan Keterampilan Mengapresiasi Cerita
Pendek di Kelas XI Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok
Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011"
2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana model pembelajaran kelompok investigasi diterapkan pada
pembelajaran mengapresiasikan cerita pendek di kelas XI Madrasah
Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon?
b. Apakah model pembelajaran kelompok investigasi dapat
meningkatkan keterampilan mengapresiasi cerita pendek di kelas XI
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 3/21
3
Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten
Cirebon?
c. Bagaimana prestasi belajar mengapresiasi cerita pendek dengan
menggunakan model pembelajaran kelompok investigasi di kelas XI
Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok Kabupaten
Cirebon?
3. Partisipan/Subjek Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas XI Madrasah Aliyah Mafatihul Huda Kecamatan Depok
Kabupaten Cirebon. Jumlah siswa sebagai subjek penelitian adalah 64
orang, terdiri dari 27 orang siswa laki-laki dan 37 orang siswa perempuan.
4. Signifikasi Penelitian
a. Signifikasi Penelitian Secara Teoritis
Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
teori apresiasi cerita pendek dan pengembangan bahan ajar. Selain itu,
hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan teoritis dalam penelitian
pengembangan
b. Signifikasi Penelitian Secara Praktis
1) Manfaat Bagi Guru
Hasil pengembangan ini dapat membantu guru dalam
meningkatkan kompetensi dalam perencanaan dan pengelolaan
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 4/21
4
pembelajaran. Dan sebagai alternatif pilihan model pembelajaran
karya sastra.
2) Manfaat Bagi Siswa
Hasil pengembangan ini dapat membantu siswa dalam menguasai
kompetensi-kompetensi prasyarat yang telah diidentifikasi oleh
guru. Dan dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan
mengapresiasi cerita pendek.
B. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian ini sebagai bahan pelengkap, antara lain:
Rini Dwi Susanti: Peningkatan Pembelajaran Apresiasi Sastra dengan
Pendekatan Whole Language pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI
Muhammadiyah 2 Kudus. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta. 2009. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas. Hasil penelitian yang dilakukan Rini Dwi Susanti,
menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan whole language
pembelajaran apresiasi sastra pada pelajaran bahasa Indonesia mengalami
peningkatan baik dari segi kualitas proses pembelajaran maupun kualitas hasil
belajar.
Istutiyati (2010) : Penerapan Model Pembelajaran Jigsaw untuk
Meningkatkan Kemampuan Apresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas IX SMP
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 5/21
5
Negeri 2 Tengaran Kabupaten Semarang. Thesis, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Jigsaw
dapat meningkatkan kemampuan apresiasi cerita pendek.
Catur Siti Rahayuningsih (2010). Peningkatan Kemampuan Apresiasi
Cerita Pendek dengan Metode Kooperatif Jigsaw pada Siswa Kelas X G SMA
Negeri 2 Sragen. Tesis: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil
penelitian tindakan kelas ini adalah: pertama, penerapan metode kooperatif
jigsaw dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita
pendek.
Berdasarkan paparan di atas, penelitian tentang keterampilan
mengapresiasi cerita pendek memang telah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi
produk yang dihasilkan menggunakan model pembelajaran yang berbeda
dengan penelitian penulis. Ketiga penelitian yang dilakukan menggunakan
model pembelajaran whole language dan jigsaw. Sedangkan penulis sendiri
menggunakan model pembelajaran kelompok investigasi. Oleh karena itu,
menurut hemat penulis, penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
kelompok investigasi belum ada yang meneliti, khususnya yang berkaitan
dengan mengapresiasi cerita pendek.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 6/21
6
C. Landasan Teori
1. Keterampilan Apresiasi Cerita Pendek
a. Pengertian Apresiasi Cerita Pendek
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin aprecitio yang berarti
mengindahkan atau menghargai. Effendi (1973:18) mengatakan bahwa
apresiasi sastra merupakan kegiatan menikmati cipta sastra (puisi)
dengan sungguh-sungguh hingga timbul pengertian, penghargaan,
kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap
cipta sastra. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa apresiasi sastra
merupakan penilaian dan penghargaan yang timbul atas dasar
kesadaran dan pemahaman nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra.
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi sastra bertumpu pada
prinsip yang dikemukakan oleh Rusyana (1990:42) bahwa pengajaran
apresiasi sastra pada hakikatnya tidak terlepas dari hakikat dan
tujuannya. Dengan berpijak pada pengertian ini berarti kegiatan
pembelajaran sastra harus berorientasi pada hakikat dan tujuan
apresiasi sastra itu sendiri. Dalam pembelajaran, apresiasi sastra
mencakup puisi, prosa, dan drama dipadukan dengan empat
keterampilan berbahasa, yakni menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Dengan demikian pelaksanaannya dalam pembelajaran
terlaksana menyimak sastra, berbicara sastra, membaca sastra, dan
menulis sastra.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 7/21
7
Mengenai tujuan pembelajaran sastra, Nurgiantoro (1988)
mengungkapkan setidaknya terdapat tiga tujuan pembelajaran sastra,
yaitu:
1) memperoleh kesadaran yang lebih baik terhadap diri
sendiri, orang lain, dan kehidupan
2) memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang
sastra
3) memperoleh kesenangan.
Horatius, penyair Romawi kuno (Nurgiantoro:1988),
mengatakan bahwa manfaat mempelajari sastra ialah dulce et utile
yang berarti menyenangkan dan bermanfaat. Menyenangkan berkaitan
dengan segala aspek hiburan yang diberikan oleh sastra, sedangkan
bermanfaat berkaitan dengan pengalaman hidup yang ditawarkan oleh
sastra.
Cerpen merupakan salah satu karya Sastra sebagai suatu karya
seni yang diciptakan oleh pengarangnya, tentunya dengan maksud agar
cerita bisa dinikmati. Karya sastra itu sendiri hakikatnya adalah hasil
proses kreatif sastrawan yang merupakan ekspresi seluruh kehidupan
intelektual dan emosinya (Syafei dan Aminuddin 1987). Dalam
kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan genre sastra yang penting
dan cukup banyak peminatnya. Dibandingkan dengan jenis sastra
lainnya, cerpen berkembang lebih akhir, namun justru cerpen banyak
dikenal orang.
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli
bahasa, antara lain sebagai berikut.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 8/21
8
1) Sudjiman (1994: 65) menyatakan bahwa Cerpen adalah kisahan
pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimaksudkan memberi
kesan tunggal yang dominan, memusatkan diri pada satu tokoh,
dan dalam satu situasi pada satu seketika.
2) Sumardjo dan Saina K.M (1991: 65) menyatakan bahwa Cerpen
adalah cerita atau narasi (bukan argumentasi yang fiktif atau tidak
benar-benar terjadi) tetapi dapat terjadi di mana saja serta relatif
pendek. Penceritaan atau narasi harus dilakukan secara hemat,
sehingga dalam cerpen hanya ada dua atau tiga tokoh saja, hanya
satu peristiwa dan hanya satu efek saja bagi pembacanya.
3) Sumardjo (1981: 21) menyatakan bahwa Cerpen adalah cerita fiksi
pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek
hanya memiliki satu arti, satu krisis, dan satu efek untuk
pembacanya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa cerita pendek atau cerpen adalah cerita rekaan yang
memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi sehingga cerita
relatif pendek, peristiwa yang diungkap amat terbatas, bagian-bagian
yang ada dalam cerpen harus berkaitan erat satu sama lain.
Cerita pendek yang disingkat cerpen adalah karya imajinatif
dengan fakta kehidupan atau realitas kehidupan sebagai dasar
karangan. Cerpen merupakan salah satu karya Sastra sebagai suatu
karya seni yang diciptakan oleh pengarangnya, tentunya dengan
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 9/21
9
maksud agar cerita bisa dinikmati. Karya sastra itu sendiri hakikatnya
adalah hasil proses kreatif sastrawan yang merupakan ekspresi seluruh
kehidupan intelektual dan emosinya (Aminuddin 1995). Dalam
kesusastraan Indonesia, cerpen merupakan genre sastra yang penting
dan cukup banyak peminatnya. Dibandingkan dengan jenis sastra
lainnya, cerpen berkembang lebih akhir, namun justru cerpen banyak
dikenal orang.
b. Kegiatan Pembelajaran Cerita Pendek
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan
dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan
bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran bahasa Indonesia
merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 10/21
10
menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa,
dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik
untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional, dan
global.
Bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu mata
pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan.
Secara umum tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam
KTSP, yaitu:
1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.
2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagi
bahasa persatuan dan bahasa negara.
3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat
dan kreatif untuk berbagai tujuan.
4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.
5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan bahasa.
6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 11/21
11
Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan
landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam
merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu memperhatikan
Standar Proses dan Standar Penilaian.
Metode pembelajaran untuk meningkatkan apresiasi sastra
sudah banyak dikenal dewasa ini. Akan tetapi di antara sekian banyak
metode tersebut, akan lebih baik apabila strategi pembelajaran lebih
berfokus kepada siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat
menggugah kreativitas dan mengaktifkan siswa belajar adalah model
kelompok investigasi (Group Investigation).
Cerita pendek yang merupakan bagian dari apresiasi sastra
adalah karya kreatif, oleh karena itu porsi kegiatan yang lebih banyak
dilakukan adalah menggugah kreativitas siswa. Strategi yang paling
cocok untuk meningkatkan kreativitas di atas adalah memberikan
tugas-tugas kreatif kepada siswa.
Guru yang memberikan tugas keterampilan apresiasi sastra
pada siswa, selanjutnya perlu menindaklanjutinya dengan melakukan
hal-hal yang dapat membangkitkan kreativitas siswa, seperti
memublikasikan karya siswa di majalah dinding sekolah, mendorong
siswa untuk mengirimkannya ke media massa, meneliti/menelaahnya,
memberinya catatan tentang kelebihan dan kelemahannya, serta
meminta siswa menyempurnakannya, membaca karya yang baik di
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 12/21
12
depan kelas, menjilidnya menjadi kumpulan cerpen dan selanjutnya di
koleksi di perpustakaan sekolah, mendramatisasikannya di depan
kelas, menilai dan mengumumkan karya yang baik, mengapresiasi
karya siswa yang dibacakan di depan kelas, mengikutkannya dalam
lomba penulisan karya sastra, mengumumkan cerpen yang baik pada
lomba, menilai, mengoreksi dan membahasnya di kelas, menganalisis
unsur intrinsik dan ekstrinsik karya sastra, mendiskusikan amanat,
konflik, tema yang ada di dalamnya, mengadakan lomba membuat
cerpen antar kelas, meringkas cerpen yang ditulis oleh siswa, dan
sebagainya.
2. Pembelajaran Model Group Investigation
Model pada dasarnya merupakan pola atau contoh yang disusun
dengan porsi tertentu yang berperan sebagai pedoman untuk sebuah
tindakan, dapat berperan juga untuk mendukung setiap aktivitas
pendidikan, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran, administrasi,
evaluasi, dan pengawasan. Sanjaya (2008:65) menyebut model sebagai
desain yaitu suatu proses yang bersifat linear yang diawali dari penentuan
kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons
kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan
akhirnya dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang
efektivitas rancangan (desain) yang disusun.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 13/21
13
Dalam konteks pembelajaran, lebih lanjut Sanjaya (2008:67)
mengemukakan bahwa pengertian desain (model) pembelajaran sebagai
berikut:
Proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk
mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup
rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang
diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk
mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang dapat
dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan.
Mahfuddin (2008:10) juga berpendapat bahwa pembelajaran
meliputi kegiatan mengajar dan belajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh
guru, sementara kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, yang keduanya
saling berinteraksi satu sama lainnya. Kegiatan pembelajaran tersebut
merupakan kegiatan yang berproses dari mulai perencanaan, pelaksanaan,
sampai evaluasi.
Model pembelajaran group investigation atau investigasi kelompok
menurut Winataputra (1992:39), telah digunakan dalam berbagai situasi
dan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia. Pada dasarnya
model ini dirancang untuk membimbing para siswa mendefinisikan
masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah itu,
mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes
hipotesis.
Pada pembelajaran ini guru seyogianya mengarahkan, membantu
para siswa menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu sumber
belajar, yang mampu menciptakan lingkungan sosial yang dicirikan oleh
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 14/21
14
lingkungan demokrasi dan proses ilmiah (Depdiknas, 2005:1). Menurut
Winataputra (1992:63) sifat demokrasi dalam model group investigation
ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan atau setidaknya
diperkuat oleh pengalaman kelompok dalam konteks masalah yang
menjadi titik sentral kegiatan belajar. Guru dan murid memiliki status
yang sama dihadapkan masalah yang dipecahkan dengan peranan yang
berbeda. Jadi tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk
bekerja secara kooperatif dan memikirkan masalah sosial yang
berlangsung dalam pembelajaran serta membantu siswa mempersiapkan
sarana pendukung. Sarana pendukung yang dipergunakan untuk
melaksanakan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan
para pelajar untuk dapat menggali berbagai informasi yang sesuai dan
diperlukan untuk melakukan proses pemecahan masalah kelompok.
Brahim, dkk. (2000:23) menyatakan dalam model pembelajaran
kelompok investigasi memiliki 6 (enam) tahap sebagai berikut:
a. Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam
kelompok.
b. Tahap merencanakan investigasi di dalam kelompok
c. Tahap melaksanakan penyelidikan
d. Tahap menyiapkan laporan akhire. Tahap menyajikan laporan
f. Tahap evaluasi
Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan dalam
menerapkan model pembelajaran kelompok investigasi ada 6 (enam) tahap
yaitu (a) Tahap Pengelompokan (Grouping), (b) Tahap Perencanaan
(Planning), (c) Tahap Penyelidikan ( Investigation), (d) Tahap
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 15/21
15
Pengorganisasian (Organizing), (e) Tahap Presentasi (Presenting), dan (f)
Tahap evaluasi (evaluating). Keenam tahap model pembelajaran kelompok
investigasi secara lengkap diuraikan sebagai berikut :
a. Tahap Pengelompokan (Grouping)
Tahap ini guru mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi
serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok
4 sampai 5 orang. Pada tahap ini: 1) siswa mengamati sumber,
memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan,
2) siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan
topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki, 3) guru
membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai
5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
b. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas
pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan
tentang: (1) Apa yang mereka pelajari? (2) Bagaimana mereka belajar?
(3) Siapa dan melakukan apa? (4) Untuk tujuan apa mereka
menyelidiki topik tersebut?
c. Tahap Penyelidikan ( Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek
investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai
berikut: 1) siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan
membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 16/21
16
diselidiki, 2) masing-masing anggota kelompok memberikan masukan
pada setiap kegiatan kelompok, 3) siswa saling bertukar, berdiskusi,
mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat. Misalnya: 1)
siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat turunan fungsi aljabar
yang bernilai konstan, 2) siswa mencoba cara-cara yang ditemukan
dari hasil pengumpulan informasi terkait dengan topik bahasan yang
diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau
langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang
diselidiki.
d. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini
kegiatan siswa sebagai berikut: 1) anggota kelompok menentukan
pesan-pesan penting dalam prakteknya masing-masing, 2) anggota
kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mempresentasikannya, 3) wakil dari masing-masing
kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi
investigasi.
e. Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan
pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut: (1)
penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian, (2) kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat
secara aktif sebagai pendengar, (3) pendengar mengevaluasi,
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 17/21
17
mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap
topik yang disajikan. Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk
mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi
yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak sebagai penyaji,
mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, 3) siswa
mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.
f. Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil
proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam
pembelajaran sebagai berikut: 1) siswa menggabungkan masukan-
masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan
tentang pengalaman-pengalaman efektifnya, 2) guru dan siswa
mengolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah
dilaksanakan, 3) penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat
pemahaman siswa. Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap
topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik yang
diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru
mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir siklus
Melalui pembelajaran kooperatif dengan model kelompok
investigasi suasana belajar terasa lebih efektif, kerja sama kelompok dalam
pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki
keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan
teman lainnya dalam membahas materi pembelajaran.
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 18/21
18
Keberhasilan dari penerapan model pembelajaran kelompok
investigasi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang kompleks, di antaranya: (1)
pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran yang dilakukan
membuat suasana saling bekerja sama dan berinteraksi antar siswa dalam
kelompok tanpa memandang latar belakang, (3) siswa dilatih untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, (4) adanya
motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari
tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
D. Metode Penelitian
Penelitian pada dasarnya memiliki tujuan untuk mencari kebenaran
ilmiah. Demikian pula dengan penelitian terhadap pembelajaran apresiasi
cerita pendek ini. Penelitian pembelajaran apresiasi cerita pendek ini bersifat
komparasi dengan menggunakan bantuan perhitungan statistik. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen yang pada dasarnya memiliki keterbatasan
dalam cara kerja sehingga terdapat beberapa faktor yang tidak diperhitungkan.
Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan mengutamakan penelaahan terhadap
perolehan hasil pembelajaran yang dilihat dari hasil pretes dan postes dan
mengesampingkan faktor eksternal yang ada.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Metode eksperimen ini Sugiyono (2009:72), menjelaskan
"Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 19/21
19
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang
lain kondisi yang terkendalikan."
Metode penelitian eksperimen merupakan rangkaian kegiatan
percobaan dengan tujuan untuk menyelidiki sesuatu hal atau masalah
sehingga diperoleh hasil. Jadi dalam metode eksperimen harus ada perlakuan
yang dicobakan, dalam hal ini variabel bebasnya adalah model
pembelajaran kelompok investigasi dan variabel terikatnya adalah hasil
keterampilan apresiasi cerita pendek.
Untuk keperluan penelitian ini, ditentukan anggota kelompok
eksperimen dan anggota kelompok kontrol. Penentuan kedua kelompok
tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik purposive samples, yaitu
pengambilan sampel berdasarkan kelas yang telah terbentuk.
Penelitian ini mengujicobakan elaborasi model respons-analisis dengan
model moody sebagai model eksperimen, sedangkan model kebiasaan guru
berperan sebagai model kontrol. Tolok ukur yang dijadikan landasan dalam
penentuan hasil penelitian ini adalah perolehan hasil belajar. Hasil belajar
yang tergambar berdasarkan penerapan kedua model pembelajaran tersebut
akan diolah sehingga menghasilkan nilai rata-rata dan simpangan baku.
Perolehan nilai rata-rata dan simpangan baku didasarkan pada perolehan nilai
pretes dan nilai postes dari siswa yang termasuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
Desain penelitian dalam metode eksperimen yang digunakan adalah
seperti yang dikemukakan oleh Fraenkel (1993:248-249) yaitu randomized
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 20/21
20
pretest-posttest control group desing. Mengingat penelitian pembelajaran
apresiasi cerita pendek ini termasuk penelitian pretes dan postes berarti
penelitian ini menggunakan metode tes sebagai dasar pelaksanaan kerjanya.
Artinya perbedaan hasil pembelajaran diperoleh melalui perbandingan selisih
antara pretes dan postes. Mengenai desain ini Sugiyono (2010:79)
menggambarkan sebagai berikut :
Treatment group R O X1 O
Control group R O X2 O
Keterangan:
R = penentuan sampel secara random
O = pemberian pretes dan pemberian postes
X1 = perlakuan pembelajaran dengan model kelompok investigasi
X2 = perlakuan hasil keterampilan apresiasi cerita pendek
5/17/2018 Lilik_Proposal2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/lilikproposal2 21/21
21
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin (1995) Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar
BaruAlgesindo.
Asthika (2005) Penyelidikan Kelompok , Bandung: Tarsito
Brahim (2002) Pengajaran Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
Effendi, S. 1973. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende: Nusa Indah.
Natawijaya, P. Suparman (1980) Apresiasi Sastra Budaya, Jakarta: PN. Internusa.
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE.
Rusyana, Yus. 1992. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada
Sugiyono (2010) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
CV. Alfabeta
Sudjiman, Panuti. 1983. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
Sumardjo, J. 1980. Seluk Beluk Cerita Pendek. Bandung: Mitra Kencana.
Sumardjo, J dan Saini K.M. (1988) Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.