li lbm 1 alfian skn sgd 5
DESCRIPTION
liTRANSCRIPT
LI LBM 1 ALFIANEpidemiologi
1. Apa unsur-unsur dari segitiga epidemiologi?
Trias epidemiologi atau segitiga epidemiologi adalah suatu konsep
dasar epidemiologi yang menggambarkan tentang hubungan tiga
faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah
kesehatan lainnya. Tiga faktor tersebut adalah host (penjamu),
agent (agen, faktor penyebab), dan environment (lingkungan).
Host adalah manusia atau makhluk hidup lainnya, termasuk burung
dan antropoda yang menjadi tempat terjadinya proses alamiah
perkembangan pernyakit. Yang termasuk dalam faktor penjamu,
yaitu usia, jenis kelamin, ras/etnik, anatomi tubuh, status gizi, sosial
ekonomi, status perkawinan, penyakit terdahulu, life style,
hereditas, nutrisi, dan imunitas. Faktor-faktor ini mempengaruhi
risiko untuk terpapar sumber infeksi serta kerentanan dan resistensi
manusia terhadap suatu penyakit atau infeksi.
Host atau penjamu memiliki karateristik tersendiri dalam
menghadapi ancaman penyakit, antara lain:
1. Imunitas
Kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon
immunologis, dapat secara alamiah maupun perolehan (non-
alamiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit tertentu.
Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu
mekanisme pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan
tersendiri. Misalnya campak, manusia mempunyai kekebalan
seumur hidup, mendapat immunitas yang tinggi setelah terserang
campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal
seumur hidup.
2. Resistensi
Kemampuan dari pejamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
Terhadap suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai
mekanisme pertahanan tersendiri dalam menghadapinya.
3. Infektifnes (infectiousness)
Potensi pejamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit kepada
orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada
dalam tubuh manusia dapat berpindah kepada manusia dan
sekitarnya.
Agent adalah suatu unsur, organisme hidup atau infektif yang dapat
menyebabkan terjadinya suatu penyakit. (M.N Bustan: 2006). Agen
tersebut meliputi agen biologis, kimia, nutrisi, mekanik, dan fisika.
Agen biologis bersifat parasit pada manusia, seperti metazoan,
protozoa, jamur, bakteri, ricketsia, dan virus. Agen kimia meliputi
pestisida, asbes, CO, zat allergen, obat-obatan, limbah industri, dll.
Agen nutrisi meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
dan air yang jika kekurangan atau kelebihan zat-zat tersebut, maka
dapat menimbulkan penyakit. Agen mekanik meliputi friksi yang
kronik, misalnya kecelakaan, trauma organ yang menyebabkan
timbulnya sakit, dislokasi (payah tulang), dll.
Dari segi epidemiologi, konsep faktor agen mengalami
perkembangan dengan mempergunakan terminologi faktor resiko
(risk factor). Jadi, tidak hanya unsur-unsur di atas yang tergolong
faktor resiko, tetapi mencakup semua hal yang memberikan
kemungkinan terjadinya penyakit. Contoh faktor resiko yang bersifat
tingkah laku yang tidak sehat, yaitu minum alkohol, drug abuse,
merokok, tidak menggunakan tali pengaman (seat bealt), kurang
olah raga, dll.
Seperti halnya dengan host, agen juga memiliki karakteristik, yaitu
(M.N Bustan: 2006):
1. Infekstivitas
Kesanggupan dari organisme untuk beradaptasi sendiri terhadap
lingkungan dari penjamu untuk mampu tinggal dan berkembang
biak (multiply) dalam jaringan pejamu. Umumnya diperlukan jumlah
tertentu dari suatu mikroorganisme untuk mampu menimbulkan
infeksi terhadap penjamunya. Dosis infektifitas minimum (minimum
infectious dose) adalah jumlah minimal organisma yang dibutuhkan
untuk menyebabkan infeksi. Jumlah ini berbeda antara berbagai
species mikroba dan antara individu.
2. Patogenesitas
Kesanggupan organisme untuk menimbulkan suatu reaksi klinik
khusus yang patologis setelah terjadinya infeksi pada penjamu yang
diserang. Dengan perkataan lain, jumlah penderita dibagi dengan
jumlah orang yang terinfeksi. Hampir semua orang yang terinfeksi
dengan dengan virus smallpox menderita penyakit (high
pathogenicity), sedangkan orang yang terinfeksi poliovirus tidak
semua jatuh sakit (low pathogenicity).
3. Virulensi
Kesanggupan organisme tertentu untuk menghasilkan reaksi
patologis yang berat yang selanjutnya mungkin menyebabkan
kematian. Virulensi kuman menunjukkan beratnya (severity)
penyakit.
4. Toksisitas
Kesanggupan organisme untuk memproduksi reaksi kimia yang
toksis dari substansi kimia yang dibuatnya. Dalam upaya merusak
jaringan untuk menyebabkan penyakit berbagai kuman
mengeluarkan zat toksis.
5. Invasitas
Kemampuan organisme untuk melakukan penetrasi dan menyebar
setelah memasuki jaringan.
6. Antigenisitas
Kesanggupan organisme untuk merangsang reaksi immunologis
dalam penjamu. Beberapa organisma mempunyai antigenisitas
lebih kuat dibanding yang lain. Jika menyerang pada aliran darah
(misalnya virus measles) akan lebih merangsang immunoresponse
dari yang hanya menyerang permukaan membrane (misalnya
gonococcus).
Faktor environment (lingkungan) adalah bagian dari trias
epidemiologi. Faktor ini memiliki peranan yang sama pentingnya
dengan dua faktor yang lain. Faktor lingkungan meliputi lingkungan
fisik, biologi, sosial-ekonomi, topografi dan georafis. Lingkungan
fisik seperti kondisi udara, musim, cuaca, kandungan air dan
mineral, bencana alam, dll. Lingkungan biologi meliputi hewan,
tumbuhan, mikroorganisme saprofit, dsb. Lingkungan sosial-
ekonomi yang juga mempengaruhi, yaitu kepadatan penduduk,
kehidupan sosial, norma dan budaya, kemiskinan, ketersediaan dan
keterjangkauan fasilitas kesehatan, dll.
Faktor-faktor trias epidemiologi saling berinteraksi. Keterhubungan
antara host, agent, dan environment ini merupakan suatu kesatuan
yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (equilibrium) pada
seseorang individu yang sehat. Maka dapat dikatakan bahwa
individu yang sehat adalah keadaan dimana ketiga faktor ini dalam
keadaan seimbang. Jika timbul penyakit pada diri individu, maka
berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor tersebut.
Interaksi trias epidemiologi, antara lain:
- Interaksi Agen-Lingkungan
Keadaan dimana agent dipengaruhi langsung oleh environment
(karakteristik host tidak berpengaruh). Misal: ketahanan bakteri
terhadap sinar matahari, stabilitas vit dlm lemari pendingin, dll.
- Interaksi Host-Lingkungan
Keadaan dimana host dipengaruhi langsung oleh environment
(karakteristik agen tidak berpengaruh). Misal: kebiasaan penyiapan
makanan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dll.
- Interaksi Host-Agen
Keadaan dimana agent telah berada dalam diri host. Interaksi ini
dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan sementara,
kematian atau carier.
- Interaksi Agent-Host-Lingkungan
Keadaan dimana host, agent & environment saling mempengaruhi
satu sama lain sehingga timbul penyakit. Misal: kontaminasi feses
penderita tifus pada sumber air minum.
Bentuk interaksi trias epidemiologi juga dikemukakan oleh John
Gordon berupa Timbangan Keseimbangan. Dalam hukum Biologic
Laws dikatakan bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi
ketidakseimbangan antara agent dan host. Keseimbangan tersebut
tergantung pada sifat alami dan karakteristik dari agent dan host
(individu/ kelompok). Karakteristik dari agent dan host berikut
interaksinya secara langsung tergantung pada keadaan alami dari
lingkungan biologi, fisik, dan sosial-ekonomi.
Timbangan kesimbangan, meliputi:
1. Periode Prepatogenesa
Pada periode ini, manusia dalam kondisi sehat, tidak ada pengaruh
dari lingkungan yang buruk atau bibit penyakit. Maka ini merupakan
keadaan seimbang.
2. Periode Patogenesa
Pada periode ini, keadaan seimbang terganggu sehingga timbul
suatu penyakit.
a. Perubahan Lingkungan
- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan mudahnya penyebaran agent. Misal: Kasus DBD meningkat pada musim hujan.
- Posisi ketidakseimbangan pada lingkungan menyebabkan perubahan
pada faktor host. Misal: Kasus ISPA meningkat karena meningkatnya
polusi udara.
b. Perubahan Agent
Contohnya peningkatan virulensi agent, terdapat agent baru, jumlah
agent bertambah, dan mutasi agent.
c. Perubahan Host
Contohnya bertambah banyaknya jumlah orang-orang rentan
terhadap suatu agent mikroorganisme tertentu, misalnya terhadap
kuman difteri.
Referensi:
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
2. Apa saja 3 faktor pada epidemiologi (besar masalah, distribusi, determinan)?
3. Apa saja ruang lingkup & masing-masing perbedaan dari ruang lingkup epidemiologi?
WABAH : Peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang meluas secara cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit dan dapat menimbulkan malapetaka.
Wabah harus mencakup:
Jumlah kasus yang besar.
Daerah yang luas .
Waktu yang lebih lama.
Dampak yang timbulkan lebih berat
KLB : Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam waktu tertentu.
Selalu dikaitkan dengan waktu, tempat, orang dan tergantung dengan insidensi sebelumnya
Peraturan Menteri Kesehatan RI No . 949/ MENKES/SK/VII/2004.
EPIDEMI : Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.
PANDEMI : Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang amat tinggi serta penyebarannya telah mencakup suatu wilayah yang amat luas.
ENDEMI : Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) yang frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta, 2003
4. Apa manfaat dan tujuan dari epidemiologi?Ada tujuh manfaat epidemilogi dalam bidang kesehatan
masyarakat, yaitu: Mempelajari riwayat penyakit
Ilmu epidemiologi bermanfaat untuk mempelajari tren penyakit untuk memprediksi tren penyakit yang mungkin akan terjadi. Hasil penelitian epeidemiologi tersebut dapat digunakan dalam perncanaan pelayanan kesehatan dan kesehatan masyarakat.
Diagnosis masyarakat
Epidemiologi memberikan gambaran penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa saja yang menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam suatu komunitas atau wilayah.
Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok maupun populasi
Epidemiologi memberikan manfaat dengan memberikan gambaran faktor risiko, masalah, dan perilaku apa saja yang mempengaruhi suatu keompok atau suatu populasi. Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian tehadap faktor risiko dan menggunakan teknik pemeriksaan kesehatan, misalnya: risiko kesehatan, pemeriksaan, skrining kesehatan, tes kesehatan, pengkajian penyakit, dan sebagainya.
Pengkajian, evaluasi, dan penelitianEpidemiologi memberikan manfaat dalam menilai
sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam mengatasi masalah dan memnuhi kebutuhan populasi atau kelompok. Epidemiologi juga berguna untuk mengkaji keefektifan; efisiensi; kuantitas; akses; ketersediaan layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit; cedera; ketidakmampuan; atau kematian.
Melengkapi gambaran klinisIlmu epidemiologi berguna dalam proses
identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi memang ada atau bahwa seeorang memang menderita penyakit tertentu. Epidemiologi juga berguna untuk menentukan hubungan sebab akibat, misalnya: radang tenggorokan dapat menyebabkan demam rematik.
Identifikasi sindromDalam hal ini, ilmu epideiologi membantu dalam
menyusun dan menetapkan kriteria untuk mendefinisikan sindrom, misalnya: sindrom down, fetal alkohol, kematian mendadak pada bayi.
Menentukan penyebab dan sumber penyakitTemuan epidemiologis memberikan manfaat
untuk memungkinkan dilakukannya pengendalian, pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cedera, ketidakmampuan dan kematian.
Timmreck, C. and Schulz, M. (2004). Significant dust simulation differences in nudged and climatological operation mode of the AGCM ECHAM. Journal of Geophysical Research 109: doi: 10.1029/2003JD004381. issn: 0148-0227.
http://earthref.org/ERR/82592/Menurut Lilienfeld dalam buku Timmreck (2004)
menyatakan bahwa ada tiga tujuan epidemiologi, yaitu: Menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit)
satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemilogi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial/ perilaku.
Menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.
Memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan; yang semuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah, kegiatan, dan program intervensi.
Timmreck, C. and Schulz, M. (2004). Significant dust simulation differences in nudged and climatological operation mode of the AGCM ECHAM. Journal of Geophysical Research 109: doi: 10.1029/2003JD004381. issn: 0148-0227.
http://earthref.org/ERR/82592/
5. Apa saja macam-macam dari penelitian epidemiologi?Epidemiologi Deskriptif (descriptive epidemiology)
a. Dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut perubahan variable-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place), dan waktu (time).
i. Orang (person)Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan, golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
ii. Tempat (place) Pengetahuan mengenai distribusi geografis dari suatu penyakit berguna untuk perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat memberikan penjelasan mengenai etiologi penyakit.
iii. Waktu (time) Mempelajari hubungan antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar di dalam analisis epidemiologis, oleh karena perubahan-perubahan penyakit menurut waktu menunjukkan adanya perubahan faktor etiologis.
Epidemiologi Analitik (Analytic epidemiology)pendekatan atau studi ini dipergunakan untuk menguji data serta informasi-informasi yang diperoleh studi epidemiologi deskriptif.
b. Ada dua studi tentang epidemiologi ini:i. Studi riwayat kasus (case history studies)
Dalam studi ini akan dibandingkan antara dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan kelompok orang tidak terkena (kelompok kontrol).
ii. Studi kohort Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu penyebab. Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai cirri-ciri sama dengan kelompok pertama. Kelompok kedua disebut kelompok kontrol. Setelah beberapa saat yang ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaan antara kedua kelompok tersebut bermakna atau tidak.
Epidemiologi Eksperimen Studi ini dilakukan dengan mengadakan
eksperimen pada kelompok subyek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan).
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
6. Bagaimana cara mendapatkan sumber data dari epidemiologi?a. Dari data internal : dari institusi itu sendiri; dan eksternal : di luar institusi.
b. Sumber data primer :oleh organisasi itu sendiri, melalui survey khusus,registrasi (pengolahan data dari masyarakatnya itu sendiri) dan sensus (5tahun sekali, lengkap).
c. Sekunder : dari hasil pencatatan, pelaporan dan pengumpulan bukan dari unit pengguna data itu sendiri, didapatkan bisa dari rumah sakit (rekam medis).
KLB7. Bagaimana cara identifikasi penyebab KLB?
8. Bagaimana indikator keberhasilan dari penanggulangan KLB?
9. Apa saja tahapan & manfaat dari riwayat alamiah penyakit?Riwayat Alamiah suatu penyakit pada umunya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Tahap prepatogenesisPada tahap ini individu dalam keadaan normal /
sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oelh serangan agen penyakit (stage of susseptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. tetapi interaksi ini masih terjadi diluar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih kuat. Namun begitu pejamunya ”lengah” ataupun memang bibit penyakit menjadi lebih ganas, ditambah dgn kondisi lingkungan yg kurang mengguntungkan penjamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis.
Tahap patogenesismeliputi 4 sub tahap yaitu :
o Tahap Inkubasi
tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh yg peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuantentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagao pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.
o Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yg kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudag ada gangguan patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dlm masa subklinik (stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
o Tahap Lanjut
Merupakan tahap dimana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (Stage of Clinical Disease) Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yg jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
o Tahap akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam 5 pilihan keadaan, yaitu:
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang, dan tubuh menjadi pulih, sehat kembali.
Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang penyakit sudah tidak ada, ettapi tubuh tdk pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan ug permanen berupa cacat
Karier, dimana tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
Penyakit tetap berlangsung secara kronik Berakhir dengan kematian
Tahap pasca patogenesis, yg dapat berlanjut menjadi beberapa kemungkinan berupa :
o Sembuh
o Perlangsungan kronik
o Cacat
o Mati
Buku Pengantar Epidemiologi, M.N. Bustan, Edisi Revisi, Rineka Cipta, 2006
Manfaat Riwayat Alamiah Penyakit
Manfaat mempelajari riwayat alamiah penyakit, yaitu :
Untuk diagnostik
Masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis penyakit, misal masalah dalam
KLB (Kejadian Luar Biasa)
Untuk Pencegahan
Dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah dicari titik potong
yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
Untuk terapi
Terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi, lebih awal terapi akan lebih baik hasil yang diharapkan.
10. Bagaimana cara pencegahan & penanggulangan dari wabah? Pencegahan Tingkat Pertama
o Dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan
serta faktor pejamu. o Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab
yang bertujuan untuk mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain:
Desinfektan, Pasteurisasi, Sterilisasi, bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab penyakit, Penyemportan.insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan.
Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber yang ada (biasanya pada binatang yang menderita), serta mengurangi/menghindari perilaku yang dapat meningkatkan risiko perorangan dan masyarakat.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik seperti: peningkatan air bersih, peningkatan sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk
pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkunan biologis seperti pemeberantasan serangga dan binatang pengerat, peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antarindividu dan kehidupan sosial masyarakat.
Meningkatkan daya tahan penjamu meliputi :
perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk
pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya
peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari pengaruh faktor keturunan
peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta olahraga kesehatan.
Pencegahan Tingkat Kedua Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada
mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas), meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.
o Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa, dll), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan yang efektif.
o Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
Deteksi awal penyakit
Tujuannya untuk mempercepat kesembuhan dg pengobatan yang tepat
Pengobatan yang cepat merupakan pencegahan primer pada orang yang sehat
menghambat progresivitas penyakit menghindari komplikasi mengurangi ketidakmampuan
Pencegahan Tingkat Ketiga o Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah
penderita penyakit tertentu.o tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat
atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut.
o Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.
Pelayanan suportif dan rehabilitatif Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dg cara: Memaksimalkan fungsi organ yg cacat, Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi, Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi
Penanggulangan KLB Upaya penanggulangan KLB Penyelidikan epidemilogis. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi
penderita termasuk tindakan karantina. Pencegahan dan pengendalian.
Pemusnahan penyebab penyakit. Penanganan jenazah akibat wabah. Penyuluhan kepada masyarakat. Upaya penanggulangan lainnya.
Pengantar Epidemiologi. Prof. DR. Dr. Azrul Azwar M.P.