bamz lbm 4 skn

Upload: lusi-pratiwi

Post on 04-Apr-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    1/50

    Advokasi :

    Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan public yang

    bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan

    masyarakat. (Socorro Reyes, Local Legislative Advocacy Manual, Philippines: The Center

    for Legislative Development, 1997).

    Advokasi terdiri atas sejumlah tindakan yang dirancang untuk menarik perhatian masyarakat pada

    suatu isu, dan mengontrol para pengambil kebijakan untuk mencari solusinya. Advokasi itu juga

    berisi aktifitas-aktifitas legal dan politis yang dapat mempengaruhi bentuk dan praktik penerapan

    hukum. Inisiatif untuk melakukan advokasi perlu diorganisir, digagas secara strategis, didukung

    informasi, komunikasi, pendekatan, serta mobilisasi (Margaret Schuler, Human Rights Manual).

    Advokasi adalah aksi kolektif yang terencana untuk mengubah iklim politik yang melibatkan

    semua pengemban kepentingan (stakeholder), yang diarahkan untuk mengatasi isu-isu dan

    problem-problem spesifik melalui kebijakan publik. (LaporanAkhir tentang Central Asian NGOs

    Advocacy Training and Study Tour, March 1-12,1999, The Philippines, The Center for

    Legislative Development)

    Advokasi melibatkan berbagai strategi yang ditujukan untuk mempengaruhi pengambilan

    keputusan publik baik di tingkat lokal, nasional dan internasional; dalam advokasi itu secara

    khusus harus memutuskan: siapa yang memiliki kekuasaan dalam membuat keputusan;

    bagaimana cara mengambil keputusan itu; dan bagaimana cara menerapkan dan menegakkan

    keputusan. (Lisa VeneKlassen and Valerie Miller, The Action Guide for Advocacy and

    Citizen Participation, WashingtonD.C.: The Asia Foundation, 2002).

    Advokasi adalah aksi yang strategis dan terpadu, oleh perorangan atau kelompok masyarakat

    untuk memasukkan suatu masalah ke dalam agenda kebijakan, dan mengontrol para pengambil

    keputusan untuk mengupayakan solusi bagi masalah tersebut sekaligus membangun basis

    dukungan bagi penegakan dan penerapan kebijakan publik yang di buat untuk mengatasi masalah

    tersebut. (Manual AdvokasiKebijakan Strategis, IDEA, Juli 2003).

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    2/50

    1. PROMOSI KESEHATAN DEFINISI

    Lawrence Green (1984)

    Pomosi Kesehatan adalah Segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi

    yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan

    perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

    Ottawa Charter, 1986

    Promosi Ksehatan adalah Suatu proses untuk untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

    dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajatkesehatan yang sempurna, baik fisik, mental dan sosial, maka masyarakat harus mampu

    mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya dan mampu mengubah atau

    mengatasi lingkungannya (fisik, sosial budaya, dsb).

    Green & Ottoson,(1998)

    Promosi Kesehatan adalah Kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan,

    organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilakuyang menguntungkan kesehatan.

    WHO, (1984)

    Promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap,

    dan memperbaiki kesehatan mereka.

    o Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, sertamengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budayasetempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.Sumber : www.usu.ac.id

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    3/50

    Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkankesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampumengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah ataumengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)

    Sumber : Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI

    o Promosi Kesehatan adalah proses memberdayakan/memandirikan masyarakat untukmemelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran,kemauan dan kemampuan, serta pengembangan lingkungansehat.Sumberhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en

    o Dalam Ottawa Charter, Health Promotion atau promosi kesehatandapat didifiniskan sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat untukmemelihara dan meningkatkan kesehatannya. Difinisi tersebut dalam keputusan MenteriKesehatan Nomor 1193 Tahun 2004 berkembang menjadi : "Upaya membantu

    masyarakat agar mampu melakukan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untukmenolong diri sendiri melalui pembelajaran dari, oleh, dan bersama masyarakat,sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yangberwawasan kesehatan."

    Sumber

    :http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=4

    7%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en

    VISIPerhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam

    konteks promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam

    promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.

    Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari

    koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia

    WHO (World Health Organization).

    Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

    1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat

    kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun

    sosial.

    http://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=enhttp://www.dinkesjatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47%3Astrategi-memasyarakatkan-phbs&catid=48%3Apkpm&lang=en
  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    4/50

    2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit

    menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program

    kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan

    kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.

    MISI

    Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus

    dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya

    yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

    Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

    1. Advokasi (Advocation)

    Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para

    penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal

    ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan

    (decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang

    ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

    2. Menjembatani (Mediate)

    Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan

    program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu

    adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai

    program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah

    kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak

    juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan

    memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

    3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)

    Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta

    meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan

    kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga

    diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan

    dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    5/50

    TUJUAN

    Tujuan promosi kesehatan antara lain :

    a. Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan kesehatan

    b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

    c. Pembercayaan pribadi/diri sendiri, meningkatkan kewaspadaan diri,

    harga diri dan pengambilan keputusan

    d. Mengubah sikap dan perilaku

    e. Mempengaruhi perubahan sosietal/environment

    STRATEGI

    Strategi merupakan cara untuk mencapai/mewujudkan visi dan misi pendidikan/promosi

    kesehatan tersebut secara efektif dan efisien. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat

    dilakukan dalam promosi kesehatan :

    1. Strategi Global (Global Strategy)

    Advokasi (advocacy)

    Dukungan sosial (social support)

    Pemberdayaan masyarakat (empowerment)

    2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (OttawaCharter)

    Konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986 telah

    menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya adalah rumusan

    strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan menjadi lima bagian diantaranya :

    Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).

    Lingkungan yang medukung (supportive environment)

    Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).

    Keterampilan individu (personal skill).

    Gerakan masyarakat (community action).

    SASARAN

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    6/50

    Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga kelompok

    sasaran, yaitu :

    1. Sasaran Primer (primary target)

    Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala

    keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah

    KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain

    sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat

    (empowerment).

    2. Sasaran Sekunder (secondary target)

    Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh

    agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting

    dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi

    kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali

    menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.

    Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar

    dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.

    3. Sasaran Tersier (tertiary target)

    Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat

    keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan

    dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh

    kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder

    maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

    www.dinkes-sulsel.go.id

    RUANG LINGKUP

    Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

    1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang

    penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan

    kesadaran, kemauan dan kemampuan.

    http://www.dinkes-sulsel.go.id/http://www.dinkes-sulsel.go.id/http://www.dinkes-sulsel.go.id/
  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    7/50

    2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang

    penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

    3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi)

    yang tekanannya pada penyebaran informasi.

    4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang

    penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

    5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya

    untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan

    yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,

    dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

    6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community

    organization), pengembangan masyarakat (community development),

    penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat

    (community empowerment), dll.

    Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup

    promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu: a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan

    b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

    1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

    Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspekpokok, yakni:

    promotif,

    preventif,

    kuratif, dan

    rehabilitatif.

    Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :

    a.

    Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

    b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran

    kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok

    yang sakit.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    8/50

    2. Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi dua yaitu

    :

    a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

    b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

    2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

    Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

    a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

    b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

    c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

    d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

    e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

    3.

    Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

    Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan

    berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.

    a. Promosi Kesehatan.

    b. Perlindungan khusus (specific protection).

    c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

    d. Pembatasan cacat (disability limitation)

    e. Rehabilitasi (rehabilitation).

    Sumber : Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI

    LANGKAH-LANGKAH

    Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara dan

    meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan

    bersama masyarakat; artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-

    kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Kegiatan promosi

    kesehatan diselenggarakan melalui proses : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi, dimana disetiap proses tersebut menentukan berjalannya suatu promosi kesehatan.

    1. Tahap Pengkajian

    Tahapan pertama dalam perencanaan promosi kesehatan adalah pengkajian tentang apa

    yang dibutuhkan klien atau komunitas untuk menjadi sehat. Pengkajian adalah proses

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    9/50

    sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien, baik individu

    maupun komunitas. Fase ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data, dari sumber

    primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data

    sebagai dasar untuk diagnosa (Bandman dan Bandman, 1995). Pengkajian bertujuan

    untuk menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan, pengalaman yang

    terkait, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien. Informasi

    yang terkandung dalam dasar data adalah dasar untuk menetapkan proses asuhan

    selanjutnya.

    Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk dapat mengenal

    masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan berkontribusi terhadap keseluruhan

    proses. Tujuan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik

    positif maupun negatif) yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat

    mengembangkan startegi promosi kesehatan. Hancock dan Minkler (1997),

    mengemukakan bahwa bagi profesional kesehatan yang peduli tentang membangun

    masyarakat yang sehat, ada dua alasan dalam melakukan pengkajian kesehatan

    komunitas, yaitu sebagai informasi yang dibutuhkan untuk perubahan dan sebagai

    pemberdayaan.

    Menentukan Kebutuhan Manusia

    Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perlu menentukan prioritas.

    Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat

    berguna untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan manusia mengatur

    kebutuhan dasar dalam lima tingkat.

    - Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup kebutuhan

    seperti udara, air, dan makanan.

    - Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan.

    - Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki.

    - Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri.

    - Tingkat kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    10/50

    Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu

    taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat

    tipe, yaitu:

    1.

    Normative needs

    Ini merupakan kebutuhan yang ditetapkan oleh seorang ahli atau

    kelompok profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi,

    dan liburan.

    2. Felt needs

    Felt needs adalah apa yang sebenarnya kita inginkan. Ini dapat

    diidentifikasi oleh masing-masing klien yang dapat dihubungkan dengan

    pelayanan,dan informasi.

    3. Expressed needs

    Expressed needs hampir sama dengan felt needs, yang membedakannya

    adalah expressed needs dibuat berdasarkan keinginan klien.

    4. Comparative needs

    Comparative needs kebutuhan yang diperlukan berdasarkan situasi

    tertentu. Yang dapat dibandingkan dengan kelompok yang sama atau

    individual.

    Hirarki Kebutuhan Maslow

    Proses pengkajian ditujukan untuk mengkaji klien, termasuk individual client, keluarga atau

    komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan serta sesuai dengan hasil

    (Roberta Hunt, 2005). Adapun beberapa tahap dalam pengkajian yaitu

    a) Mengidentifikasi prioritas masalah kesehatan yang terdiri dari :

    Melakukan Konsultasi

    Mengumpulkan data

    Membuat penyajian penemuan

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    11/50

    Menentukan prioritas masalah

    b) Menganalisis masalah kesehatan yang terdiri dari :

    Membuat tinjauan pustaka (literature review).

    Mengambarkan group yang akan di berikan promosi kesehatan.

    Mengeksplor lebih jauh mengenai masalah kesehatan

    Menganalisa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi timbulnya

    masalah kesehatan\

    Tujuan pengkajian dalam promosi kesehatan

    1. Untuk membantu intervesi langsung dengan sewajarnya

    2. Untuk mengidentifikasi respon tentang kebutuhan spesifik dari grup minoritas,

    komunitas, atau populasi yang membutuhkan promosi kesehatan. Misalnya

    promosi kesehatan yang dilakukan pada komunitas mantan penderita kusta tentu

    berbeda dengan promosi yang dilakukan pada orang normal.

    3. Untuk menentukan risiko dari suatu komunitas, apa yang akan terjadi jika

    komunitas tersebut diberi promosi kesehatan dan apa yang akan terjadi jika

    kelompok tersebut tidak diberi promosi kesehatan.

    4. Alokasi sumber dana, prioritas dana dinas kesehatan diharapkan digunakan untuk

    proses pencegahan penyakit melalui promosi kesehatan bukan untuk biaya

    pengobatan.

    Proses pengkajian dalam promosi kesehatan

    Proses dimulai dari pengkajian kualitas hidup, masalah kesehatan, masalah perilaku,

    faktor penyebab, sampai keadaan internal dan eksternal. Output pengkajian ini adalah

    pemetaan masalah perilaku, penyebabnya, dan lain-lain.

    Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data sekunder (Strata

    keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalah saja.

    Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari kunjungan rumah atau di

    Posyandu

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    12/50

    Informasi tentang faktor penyebab (pre desposing, enabling dan reenforcing

    factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid etnography assesment)

    yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau kota.

    Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan

    eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.

    Proses pengkajian dalam promosi kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan

    beberapa pertanyaan, yaitu tentang:

    a) Apa yang ingin saya ketahui?

    b) Mengapa saya ingin mengetahui hal ini?

    c) Bagaimana saya bisa menemukan informasi ini?

    d)

    Apa yang akan saya lakukan dengan informasi ini?

    e) Apa kesempatan saya di sini untuk melakukan tindakan dengan informasi ini?

    Pertanyaan-pertanyaan tersebut berguna untuk mengetahui secara lebih detail

    tentang:

    a) Kebutuhan individu

    b) Riwayat komunitas

    c) Pandangan masyarakat

    Pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan masyarakat.

    Hal ini penting untuk dilakukan karena pertama, perlu mendorong masyarakat

    lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses. Kedua, perlu memberi

    keyakinan bahwa menyediakan informasi yang berguna dalam memenuhi

    kebutuhan dalam aktivitas masyarakat. Proses ini dapat dikatakan tidak

    berhasil jika masyarakat psif dalam penyediaan informasi dan tidak

    berpartisipasi secara langsung dalam proses promosi kesehatan. Untuk

    membuat masyarakat mau berpartisipasi dalam proses promosi kesehatan,

    dapat meminta bantuan dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh-

    tokoh masyarakat, seperti:

    Tokoh yang memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam

    mayarakat, misalnya guru.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    13/50

    Pemuka agama

    Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki peranan

    dalam local communication seperti shopkeepers dan bookmakers.

    Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang bertujuan untuk

    mengumpulkan data yang terdiri dari

    a) Survey Langsung, dengan survey langsung kita dapat melihat

    karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah dan

    lingkungan rumah.

    b) Informant Interviews, informasi yang diperoleh dari informan adalah kunci

    melalui wawancara atau focus group discussion sangat menolong dalam

    mengatasi masalah

    c) Participant Observation, kita dapat mengkaji dat objektif berdasarkan

    orang, tempat dan social system yang ada di komunitas. Informasi ini

    dapat membantu mengidentifikasi tren, kestabilan dan perubahan yang

    member dampak kesehatan individu di komunitas.

    d) Menggunakan media seperti telephone

    e) Diskusi panel pada komunitas promotor berdiskusi bersama masyarakat

    mengenai maslah yang sedang terjadi.

    Menentukan tindak lanjut dalam pengjkajian promosi kesehatan lokal, seperti:

    o National targets, misalnya Indonesia sehat 2010

    o a national theme, misalnya Hari AIDS Se-Dunia

    o a major determinant of health in the area, misalnya umur

    o Pragmatism on the basis of available skills and intercest Cost and staffing

    o Longer-term strategy

    o Existing activity

    o

    Cost- effectiveness and what is amenable to change and

    evaluation

    o Client choice

    o Professionals views

    2. Tahap Perencanaan

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    14/50

    a. Definisi Perencanaan Promosi Kesehatan

    Tahap perencanaan penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang

    akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu

    memberikan layanan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupunmasyarakat. Model perencanaan diperlukan dalam promosi kesehatan karena

    perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang

    dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan

    rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option harus diidentifikasi dan

    dipertimbangkan sebelum program komprehensif disusun. Model perencanaan

    rasional (Rational planning model) memberikan pedoman pilihan dalam

    mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang

    akan dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai

    jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan

    a. Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan

    b. Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai

    c. Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART;

    Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited

    d. Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian

    tujuan

    e. Evaluasi hasil

    Beberapa perecanaan diperkenalkan dalam bentuk linier, namun ada juga

    model perencanaan yang ditampilkan dalam bentuk circular (melingkar),

    yang mengindikasi bahwa pada hasil evaluasi akan dijadikan feedback

    (umpan balik) pada tahap perencanaan berikutnya. Contoh bentuk model

    perencanaan bentuk circular adalah sebagai berikut:

    a.

    Perencanaan Strategis Promosi KesehatanStrategis menjelaskan hasil yang diinginkan dan cara dalam

    pencapaian tujuan yang akan dicapai pada hasil pelaksanaan

    tetapi tidak selalu masuk ke detail tentang metode atau mengukur

    hasil. Perencanaan strategis mengacu pada perencanaan sebuah

    kegiatan berskala besar yang melibatkan berbagai intervensi pada

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    15/50

    patner yang berbeda dan bertahap. Pada English white paper on

    Public Health disebutkan bahwa perencanaan strategis mengacu

    pada kebutuhan yang telah digabungkan dan kebijakan yang

    terkait. Simnett (1995) menggambarkan beberapa tingkat/taraf

    dalam pengembangan strategi meliputi:

    1. Identifikasi kegemaran patner

    2. Diagnose, yaitu identifikasi kemana dan bagaimana kita

    menginginkan sesuatu yang berbeda

    3. Visi, yaitu terkait dengan hasil yang diharapkan

    4. Pembangunan, kebutuhan untuk merubah permintaan

    sesuai dengan apa yang dicitakan dan apakah program

    yang ada sejalan dengan harapan

    5. Rencana pelaksanaan, yaitu rencana mengenai apa yang

    akan dilakukan selanjutnya

    b. Model Perencanaan Promosi Kesehatan

    Menurut Elwes dan Simnett (1999), kerangka kerja perencanaan

    promosi kesehatan dapat meliputi:

    Stage 1:

    Identifikasi kebutuhan dan prioritas

    Identifikasi kebutuhan dan prioritas memerlukan penelitian dan

    penyelidikan, atau mungkin dengan menyeleksi sebagian klien

    dilihat dari kasus yang menjadi problem.

    Identifikasi kebutuhan dapat dilakukan dengan melakukan

    penyelidikan/penelitian secara berurutan terhadap keadaan klien,

    bertanya langsung kepada klien tentang topik terkait informasi dan

    nasehat yang mereka perlukan.

    Selain itu, identifikasi dapat juga melihat pada cataan kasus untuk

    dapat mengidentifikasi topik yang bersifat umum.

    Contoh: tim kesehatan mungkin mengetahui bahwa banyak

    orangtua bermasalah dengan pola tidurnya, oleh karena itu pimpin

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    16/50

    atau beri arahkan kepada mereka untuk melakukan set up di klinik

    masalah tidur.

    Model perencanaan lainnya dimulai dari perbedaan pint,

    contoh: pada Model perencanaan Tones (Tones, 1974) memulai

    dengan menetapkan tujuan promosi kesehatan yang kemudian

    dianalisa untuk menetukan intervensi pendidikan/promosi

    kesehatan yang tepat. Intervensi yang dilakukan dimodifikasi

    dengan merujuk karakteristik pada kelompok target, dan detail

    rencana program prendidikan. Model perencanaan Tones fokus

    pada intervensi pendidikan, keberlangsungan dari strategi nasional

    pada promosi kesehatan melengkapi tujuan promosi kesehatan

    dalam pelaksanaan. Menurut Berry (1986) model perencanaan

    dimulai dengan menyusun atau mengatur sebuah kelompok kerja

    untuk mengkaji ulang (review) masalah dan identifikasi proyek

    promosi kesehatan yang sesuai dengan kasus/masalah yang ada.

    Stage 2:

    Mementukan tujuan dan target.

    Tujuan mengacu pada goal dengan meningkatkan kesehatan di

    beberapa area,

    contoh: mengurangi konsumsi alcohol karena berhubungan

    dengan terjadinya gangguan kesehatan.

    Objek atau sasaran membutuhkan pernyataan spesifik dan harus

    merupakan pernyataan yang mengaktifkan objek bekerjasama

    dalam pencapaina tujuan yang dicita-citakan bersama. Objek atau

    sasaran kemudian diarahkan untuk diberi pendidikan, menciptakan

    kebiasaan yang sehat, mengacu pada kebijakan yang terkait, dan

    menganalisa proses serta hasil kelingkunga. Pendidikan

    objek/sasaran mungkin memutuskan beberapa kategori meliputi:

    1. Level pengetahuan klien (objek) bertambah, terkait dengan

    masalah yang dibahas dalam promosi kesehatan

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    17/50

    2. Affektif klien (objek) mengalami perubahan menuju pola hidup

    lebih sehat, yang dapat dilihat pada perubahan tingkah laku

    dan kepercayaan

    3. Kebiasaan atau ketrampilan klien bertambah/ semakin mahir

    pada kompetensi dan ketrampilan baru

    Target promosi kesehatan dapat meliputi tambaha sebagai berikut:

    1) Perubahan kebiasaan, meliputi perubahan gaya hidup dan

    peningkatan pelayanan. Contoh: mengurangi kebiasaan merokok

    2) Perubahan pada kebijakan kesehatan klien

    3) Peningkatan partisipan dalam proses pelaksanaan dan

    kemampuan untuk bekerjasama.

    Contoh: meningkatkan/menggerakkan komunitas (partisipan) da

    sector dalam guna mendukung program Indonesia sehat 2010

    4) Perubahan lingkungan menjadi lebih sehat, contoh

    membudayakan membuang sampah pada tempatnya.

    Stage 3:

    Identifikasi metode yang tepat dalam pencapaian tujuan.

    Pemilihan metode disesuaikan dengan tujuan promosi kesehatan yang akan

    dicapai dan memperhatikan segi objek, artinya metode yang digunakan mampu

    memberi reflek pada objek/target yang dituju.

    Berikut adalah contoh dari pemilihan metode promosi kesehatan:

    Tujuan:

    untuk menugari resiko bunuh diri pada klien ganguan jiwa

    Objek: :

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    18/50

    1) untuk menjamin bahwa dalam jangka waktu 2tahun pasien

    dengan schizopherinia mampu mengatur diri dalam komunitas

    yang dimonitor setiap bulan sekali

    2) untuk membangun konsep koping addaptif terhadap stress pada

    masa muda dengan mengadakan konseling bersama

    Metode tertentu terkadang tidak cukup efektif digunakan pada

    objek tertentu. Misalnya, pada promosi kesehatan yang diadakan

    pada sekelompok kecil akan lebih efektif dalam memberikan

    pendidikan dan melihat terjadinya perubahan perilaku pada objek

    sebagai hasil dari pelaksanaan sehingga metode pengajaran

    dapat dilakukan oleh individu atau sekelompok kecil tim

    kesehatan. Sedangkan, pada taraf komunitas, metode promosi

    keehatan akan lebih efektif apabila dilakukan dengan cara

    beerjasama dengan pemerindah daerah yang terkait guna

    mendukung pelaksanaan promosi kesehatan yang akan

    dijalankan. Media massa juga dapat menjadi metode promosi

    kesehatan pada cakupan objek yang lebih kompleks lagi. Melalui

    media massa akan lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan

    terhadap topic kesehatan, akan tetapi kurang efektif untuk

    mengukur atau menilai terjadinya perubahan perilaku dari objek

    sasaran. Oleh karena itu, dalam pemilihan metode promosi

    kesehatan harus selalu menghubungkan antara tujuan, objek

    yang menjadi sasaran, pengetahuan dan juga ketrampilan dari

    tim kesehatan sehingga topic kesehatan tidak hanya dimengerti

    tetapi mampu diterapkan dalam kehidupan sehingga diperoleh

    perubahan perilaku menuju kearah kebiasaan pola hidup sehat.

    Stage 4:

    Identifikasi sumber yang terkait.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    19/50

    Ketika objek dan metode telah diputuskan, tingkat perencanaan selanjutnya

    adalah mempertimbangkan mengenai sumber spesifik yang dibutuhakan dalam

    mengimplementasi strategi pelaksanaan. Sumber dapat berupa dana, ketrampilan

    dan keahlian, bahan seperti selebaran atau kotak pembelajaran, kebijakan yang

    menarik, rencana, fasilitas dan pelayanan.

    Stage 5:

    Menyusun metode rencana evaluasi

    Evaluasi harus berhubungan tujuan/sasaran yang telah disusun sebelumnya tetapi

    dapat diusahakan lebih dari tujuan yang telah ditapkan atau kurang dari yang

    dicita-citakan. Evaluasi dapat kita lakukan dengan menanyakan pada partisipan

    mengenai pemahaman informasi pada akhir sesi atau dapat juga dalam bentuk

    lebih formal seperti dengan menbagikan kuisioner kepeda peserta/partisipan untuk

    diisi sesuai apa yang dipahami atau dimengerti setelah pelaksanaan promosi

    keehatan.

    Stage 6:

    Menyusun rencana pelaksanaan

    Penyusunan rencana pelaksanaan merupakan tindakan yang meliputi penulisan

    detail rencana pelaksanaan, seperti identifikasi topik/masalah, orang yang akan

    menyampaikan informasi terkait dengan topic, sumber yang akan digunakan,

    rentang waktu hingga tahap rencana evaluasi.

    Stage 7:

    Pelaksanaan atau Implementasi dari perencanaan

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    20/50

    Merupakan tahap yang penting untuk selalu diperhatikan mengenai hal yang

    harus dan tidak harus dilakukan, sehingga tidak terjadi masalah yang tidak

    diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi promosi kesehatan perlu

    direncanakan supaya dalam kenyataannya partisipan diharapkan mampu

    menyerap atau menerima, mengerti, memahami dan mau serta mampu

    menerapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga diperoleh perubahan perilaku

    menjadi lebig sehat. hasil atau out-put yang ditunujukkan oleh partisipan setelah

    dilaksanakan promosi keehatan menjadi bahan dalam penusunan evaluasi.

    3. Tahap Implementasi

    Tahap implementasi atau pelaksanaan adalah tindakan penyelesaian yang

    diperlukan untuk memenuhi tujuan yakni untuk mencapai kesehatan yang optimal.

    Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana terhadap perilaku yang

    digambarkan dalam hasil individu yang diusulkan.

    Pemilihan intervensi tergantung pada beberapa faktor:

    1) Hasil yang diinginkan klien

    2) Karakteristik dari diagnosa

    3) Penelitian yang berkaitan dengan intervensi

    4) Kelayakan pelaksanaan intervensi

    5) Penerimaan intervensi oleh individu

    6) Kemampuan

    (Carpenito-Moyet, 2003).

    Promosi Kesehatan ini dapat diimplementasikan dalam berbagai tatanan,

    yaitu sebagai berikut:

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    21/50

    1) Promosi kesehatan melalui pengorganisasian dan pengembangan

    masyarakat.

    Pelaksanaan Promosi Kesehatan di masyarakat adalah sebagai

    berikut:

    a. Persiapan Pelaksanaan, dalam tahapan ini pelaksana menyusun

    jadwal ulang apabila dalam melaksanakan kegiatan tidak sesuai

    lagi dengan kondisi terkini, menyusun organisasi pelaksanaan

    promosi kesehatan, berdasar atas rencana yang telah disusun,

    mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas

    Kesehatan (apabila ada).

    b.

    Fasilitasi, petugas promkes melaksanakan pelatihan kepada LKM

    (seksi kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job

    training), agar mampu melaksanakan kegiatan promosi kesehatan,

    kemudian melakukan pemantauan terhadap perkembangan hasil.

    c. Implementasi Kegiatan, merupakan tahap pelaksanaan kegiatan

    pelatihan yang berkaitan dengan promosi kesehatan.

    2) Promosi kesehatan di sekolah

    Promosi kesehatan di sekolah pada prinsipnya adalah menciptakan

    sekolah sebagai komunitas yang mampu meningkatkan

    kesehatannya (Health Promoting School). Oleh karena itu,

    pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah mencakup 3 kegiatan

    pokok, yaitu:

    Menciptakan lingkungan yang sehat (Healthful School Living),

    dalam hal ini tidak hanya lingkungan fisik yang bersih, akan

    tetapi juga lingkungan sosialnya juga harus harmonis dan

    kondusif , sehingga perilaku sehat dapat tumbuh dengan

    baik.

    Pendidikan kesehatan (Health Education), dilakukan untuk

    menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat bertanggung

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    22/50

    jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan lingkungannya

    serta ikut aktif dalam usaha-usaha kesehatan.

    Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah,

    penyuluhan kesehatan juga dapat dijadikan salah satu cara

    untuk mempromosikan kesehatan di sekolah.

    3) Promosi kesehatan di Tempat Kerja

    Promosi Kesehatan di tempat kerja diartikan oleh Li dan Cox sebagai

    kesempatan pembelajaran terencana yang ditujukan kepada

    masyarakat di tempat kerja dan dirancang untuk memfasilitasi

    pengambilan keputusan dan memelihara kesehatan yang optimal.

    Pengimplementasian dari promosi kesehatan ini dapat dilakukan

    dengan:

    a. Pemberian informasi, misalnya dengan membuat media cetak

    atau menyelenggarakan pameran kesehatan di tempat kerja.

    b. Penjajakan risiko kesehatan, pelaksanaannya berupa

    pemeriksaan kesehatan secara rutin.

    c. Pemberian resep, misalnya dengan melakukan pelayanan

    konseling bagi pekerja agar mampu berperilaku sehat.

    d. Membuat system dan lingkungan yang mendukung.

    4) Promosi kesehatan di rumah sakit

    Pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit dilakukan dalam rangka

    membantu orang sakit atau pasien dan keluarganya agar mmereka

    dapat mengatasi masalah kesehatannya, khususnya mempercepat

    kesembuhan dari penyakitnya. Promosi kesehatan di rumah sakit

    sebaiknya harus menciptakan kesan rumah sakit tersebut menjadi

    tempat yang menyenagkan, tempat untuk beramah tamah, dan

    sebagainya. Oleh karena itu, pelaksanaan promkes yang dapat

    dilakukan adalah:

    i. Pemberian contoh

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    23/50

    ii. Penggunaan media. Media promosi atau penyuluhan

    kesehatan di rumah sakit merupakan alat bantu dalam

    menyampaikan pesan-pesan kesehatan pada para pasien dan

    pengunjung rumah sakit lainnya.

    Tahapan intervensi antara lain:

    1. Persiapan

    Mencari baseline data dan penjajagan kebutuhan mengenai

    topik-topik kesehatan

    Informan: Pekerja - Manajer - Direktur

    2.

    Pelaksanaan

    Pendidikan peer educator oleh outreach worker

    Penyuluhan secara berkala di pabrik, mess karyawan,

    masjid, radio

    Penyebaran materi KIE

    Pameran kesehatan

    Pemutaran film

    3. Tahap Monitoring dan Evaluasi

    Melihat pencapaian apakah sesuai target.

    Begitu banyak perhatian dapat ditujukan untuk tujuan-tujuan, isi,

    strategi, dan metode program promosi sehingga 'proses'

    pelaksanaan sering kali diabaikan. Parkinson (1982)

    mengklasifikasikannya dengan tiga pendekatan;

    a. The pilot approach. Ini adalah langkah pertama yang

    penting dalam melaksanakan program promosi

    kesehatan. Green (1986) menyebutnya sebagai site

    response, yaitu mendapatkan umpan balik dari para

    peserta yang terlibat dalam program, serta dari staf

    perencana, pada kualitas program dalam semua dimensi-

    dari bahan-bahan pendidikan (misalnya, pamflet atau

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    24/50

    menampilkan ) dari kelayakan staf yang dipilih untuk

    menyampaikan program. Umpan balik yang berharga dari

    fase pilot ini juga dikenal sebagai proses evaluasi,

    evaluasi dari suatu proses termasuk kedalam fase

    pelaksanaan.

    b. The phased-in approach. Hal ini terjadi ketika program

    tersebut dilaksanakan di berbagai tempat, daerah atau

    wilayah. Sebuah program percontohan mungkin

    menghasilkan proses evaluasi yang positif, dan/atau

    evaluasi mungkin telah menghasilkan penyesuaian

    program. Keputusan ini kemudian dibuat untuk membuat

    atau memfasekan program tersebut menjadi berbagai

    pengaturan dari waktu ke waktu karena keterbatasan

    sumber daya, kebutuhan akan bahan-bahan yang lebih

    tepat, atau timelinenya.

    c. Immediate implementation of the total program. Program

    yang telah efektif di masa lalu, atau program yang

    mempunyai pendekatan yang standar, sering

    diimplementasikan secara totalitas.

    Secara keseluruhan suatu pendekatan pilot pada setiap

    program yang baru dikembangkan adalah suatu

    keharusan. Pendekatan ini berfungsi untuk melibatkan

    komunitas Anda dalam desain, proses evaluasi dan

    pelaksanaan, sehingga memastikan komitmen dari

    masyarakat itu sendiri.

    Tahap Evaluasi

    Tahap evaluasi pada promosi kesehatan pada dasarnya memiliki

    kesamaan dengan tahap evaluasi pada proses secara umum. Didalam

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    25/50

    tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar

    ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar

    ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu

    kegiatan tersebut. Kedua standar ini selalu dirumuskan ketika kegiatan

    ataupun tindakan belum diberikan. Selain itu, dalam tahapan evaluasi

    juga dilakukan pengkajian lagi yang lebih dipusatkan pada pengkajian

    objektif dan subjektif klien atau objek kegiatan setelah dilakukan tindakan

    promosi kesehatan. Tujuan evaluasi diantarnya adalah sebagai berikut:

    1. Mengakhiri rencana tindakan program promosi kesehatan

    2. Menyatakan apakah tujuan program promosi kesehatan

    telah tercapai atau belum

    3. Meneruskan rencana tindakan terkait program promosi

    4. Memodifikasi rencana tindakan promosi

    5. Dapat menentukan penyebab apabila tujuan promosi

    kesehatan belum tercapai.

    Standar evaluasi pada promosi kesehatan yang mencakup tujuan serta hasil yang

    diharapakan selalu dibuat berdasarkan latar belakang kegiatan. Tujuan dari kegiatan

    promosi kesehatan selalu ditetapkan berdasarkan apa yang hendak dicapai dengan

    kegiatan promosi kesehatan. Hal ini menjadi penting karena segala tujuan dari kegiatan

    promosi kesehatan memiliki aspek yang sangat penting dari suatu kegiatan promosi

    kesehatan.

    Tahapan evaluasi dalam kegiatan promosi kesehatan dapat dilakukan dalam berbagai

    tinjauan. Hal ini meliputi:

    a. Evaluasi terhadap input

    Tahap evaluasi promosi kesehatan dalam hal ini mencakup evaluasi terhadap

    segala input untuk mendukung terlaksananya kegiatan promosi kesehatan.

    Evaluasi pada komponen input sangat penting karena input itu sendiri

    mencakup:

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    26/50

    jumlah ketersediaan sumber daya manusia sebagai pelaksana

    kegiatan promosi kesehatan

    banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atau

    melaksanakan kegiatan

    banyaknya materi dan juga uang yang digunakan untuk mendanai

    kegiatan.

    Segala komponen input tersebut dapat diibaratkan sebagai bahan bakar

    dalam kegiatan. Oleh karena itu evaluasi pada aspek ini sangat perlu

    karena baik buruknya suatu kegiatan promosi kesehatan sangat ditentukan

    seberapa besar input yang ada.

    b.

    Evaluasi terhadap proses

    Evaluasi terhadap proses penyelenggaraan promosi kesehatan meliputi:

    Seberapa banyak orang yang memiliki komitmen tinggi untuk

    melakukan kegiatan promosi kesehatan

    Teori dan konsep dalam pemberian promosi kesehatan

    Dimana kegiatan promosi kesehatan dan dilakukan dan sasarannya

    Media dalam pemberian promosi kesehatan

    Evaluasi terhadap proses akan memberikan manfaat yang besar dalam

    promosi kesehatan. Evaluasi ini akan memperlihatkan bagaimana

    berjalannya proses promosi kesehatan dari awal hingga akhir. Dari evaluasi

    ini diharapkan akan diketahui sejauh mana keberhasilan dan kendala dalam

    suatu kegiatan promosi kesehatan.

    c. Evaluasi terhadap hasil dari kegiatan

    Evaluasi terhadap hasil dari suatu kegiatan promosi kesehatan lebih dipusatkan

    pada pengamatan pada obkjek kegiatan. Dalam hal ini, evaluasi dilakukan untuk

    mengetahui seberapa berhasilkah promosi kesehatan terhadap pengetahuan,

    tingkah laku, dan sikap klien dalam menjalankan pola hidup sehat. Evaluasi

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    27/50

    hasil juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui seberapa jauh

    tujuan diadakannnya promosi kesehatan dapat tercapai.

    d. Impact evaluation

    Evaluasi terhadap dampak kegiatan promosi kesehatan meliputi melakukan

    pengkajian terhadap seberapa berhasilkah penyelenggara promosi kesehatan

    mempengaruhi klien. Selain itu, dengan evaluasi terhadap dampak kegiatan

    promosi kesehatan kita akan mengetahui seberapa besar dampak suatu

    kegiatan dilakukan.

    Selain itu tindakan evaluasi dapat dilakuak melalui 2 cara yaitu:

    1. Evaluasi formatif

    Hasil observasi dan analisa promotor terhadap respon segera pada

    saat/setelah dilakukan tindakan atau promosi kesehatan

    2. Evaluasi Sumatif

    Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status

    kesehatan sesuai waktu pada tujuan

    Ditulis pada catatan perkembangan

    Dari evaluasi kegiatan atau tindakan evaluasi yang dilakukan baik formati maupun

    sumatif. Promotor dapat mengindikasikan apakah evaluasi bersifat posistif (hasil

    yang diinginkan terpenuhi) atau negatif (hasil yang tiadak diinginkan menandakan

    bahwa masalah tidak terpecahkan atau terdapat masalah potensial yang belum

    diketahui) dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

    1. Apakah rumusan masalah dan masalah-masalah kolaboratif akurat?

    2. Apakah masyarakat mencapai hasil yang diharapkan?

    3.

    Apakah masyarakat menunjukkan perubahan perilaku dan peningkatan

    kesadaran berdasarkan kegiatan promosi yang dijalankan?

    4. Apakah masalah-masalah yang dijadikan sebagai diagnosa sudah dapat

    teratasi?

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    28/50

    5. Apakah kebutuhan masyarakat terkait program promosi kesehatan sudah

    dipenuhi?

    6. Apakah intervensi yang dilaksanakan harus dipertahankan, diubah atau

    dihentikan?

    7. Apakah ada masalah yang timbul dimana intervensi yang belum

    direncanakan atau diimplementasikan?

    8. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pencapaian tujuan atau kurang

    tercapainya tujuan?

    9. Apakah prioritas yang harus disusun kembali?

    10. Apakah perubahan-perubahan harus dibuat pada tujuan dan hasil yang

    diperkirakan?

    Pertanyaan-pertanyaan diatas bermanfaat sebagai parameter dalam :

    1. Untuk menentukan perkembangan kesehatan masyarakat terkait

    dengan promosi yang telah dilaksanakn

    2. Untuk menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas asuhan atau program

    promosi kesehatan.

    3. Untuk menilai pelaksanaan asuhan promosi yang telah dilksanakan

    4. Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau menyusun siklus baru.

    5. Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab

    sehingga dapat diperoleh data objektif untuk menentukan rencana

    tindak lanjut, apakah intervensi akan terus dilanjutkan (hasil evaluasi

    positif), diubah (modifikasi tindakan berdasarkan pengkajian terhadap

    hambatan-hambatan yang muncul selama proses promosi kesehatan)

    atau dihentikan.

    PRINSIP

    1. Promosi kesehatan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat secara

    keseluruhan, yang fokus utamanya adalah upaya memampukan masyarakat untuk

    memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan oleh karena itu promosi

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    29/50

    kesehatan lebih bersifat promotif preventif, tanpa mengesampingkan upaya kuratif

    rehabilitatif.

    2. Pemberdayaan dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan

    kemampuan untuk hidup sehat, disertai pengembangan iklim yang mendukung

    sehingga penekanan promosi kesehatan pada pengembangan perilaku dan

    lingkungan sehat.

    3. Pemberdayaan merupakan upaya kemitraan berbagai pihak dan merupakan upaya

    dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Masyarakat aktif sebagai perilaku atau

    subjek.

    4. Pemberdayaan dilakuakn sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat.

    5. Dalam promosi kesehatan nuansa peningkatan kesehatan menjadi lebih kenal

    suasana kemitraan menjadi lebih nampak dan keberadaan masyarakat sebagai

    subjek menjadi lebih menonjol.

    JENIS PROMOSI KESEHATAN

    MEDIA PROMOSI KESEHATAN

    Media massa merupakan saluran komunikasi bagi sejumlah orang terdiri dari televisi, radio,majalah dan koran, buku displasy dan pameran. Leaflet dan poster juga media massa biladiguanakn mandiri, dibanding penggunaanya sebagai alat bantu belajar dalam komunikasi

    tatap muka dengan individu atau kelompok.Pesan kesehatan dipersiapkan melalui media massa dengan berbagai cara yakni :

    a. Promosi kesehatan yang dipersiapkan, misalnya display dan pameran mengenaikesehatan. Iklan dari dinas PKM di televisi dan koran, program pendidikan universitasterbuka mengenai kesehatan.

    b. Promosi kesehatan oleh biro iklan dan pembuat produk sehat dan pelayanan,misalnya iklan roti sehat, pasta gigi atau susu ibu hamil dan bersalin, leafletpendidikan tentang memberi makanan bayi atau petunjuk makanan sehat yang juga mempromosikan produk atau pelayanan yang relevan.

    c. Buku, dokumentasi dan artikel tentang permasalahan kesehatan misalnya program

    televisi dan majalah tentang makanan, AIDS, polusi dan senam untuk ibu hamil.d. Diskusi permasalahan kesehatan sebagai sistem sisipan berita atau acara hiburan

    misalnya sinetron dengan seorang pemain memiliki masalah kesehatan sepertikorban percabulan atau menderita kanker payudara.

    e. Pesan kesehatan (anti) disampaikan dengan lugas atau secara wajar misalnya orangterkenal tidak merokok atau sebalinya perokok berat.

    f. Promosi terprogram pesan anti kesehatan (mungkin pendekatan atau rasionalisasibukan anti kesehatan) misalnya iklan rokok, permen dan coklat.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    30/50

    g. Sponsor acara promosi kesehatan dan pelayanan oleh organisasi atau perusahaankomersial seperti sponsor olahraga oleh perusahaan rokok atau promosi kesehatanoleh perusahaan komersial. Dengan menghubungkan sponsor dengan promosikesehatan atau pelayanan produk telah dikenalkan pada publik dengan cappengakuan bahwa produknya tergolong sehat.

    PERAN BERBAGAI PIHAK DALAM PROMOSI KESEHATAN

    Peran Tingkat Pusat

    Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu :

    1. Pusat Promosi Kesehatan dan

    2. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

    Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat

    perlu mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:

    a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang

    terkait dengan kegiatan promosi kesehatan secara nasional

    b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk

    pengembangan model promosi kesehatan di daerah

    c.

    Mengkoordinasikan dan mengsinkronisasikan pengelolaan promosi

    kesehatan di tingkat pusat

    d. Menggalang kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan lain yang

    terkait

    e. Melaksanakan kampanye kesehatan terkait Pamsimas secara nasional

    f. Bimbingan teknis, fasilitasi, monitoring dan evaluasi

    Peran Tingkat Propinsi

    Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat

    Provinsi, khususnya kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara

    lain sebagai berikut:

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    31/50

    a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan

    promosi kesehatan local (provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan

    promosi kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas

    b. Meningkatkan kemampuan Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan promosi

    kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan pemberdayaan masyarakat

    agar mampu ber-PHBS.

    c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan

    masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi

    d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak

    serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas

    program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS dalam level

    Provinsi

    Peran Tingkat Kabupaten

    Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang

    dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai

    berikut:

    a. Meningkatkan kemampuan Puskesmas, dan sarana kesehatan lainnya dalam

    penyelenggaraan promosi kesehatan, terutama dibidang penggerakan dan

    pemberdayaan masyarakat agar mampu ber-PHBS.

    b. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

    yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat

    c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan

    masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    32/50

    d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak

    serta mengintegrasikan penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas

    program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian PHBS.

    SEJARAH PROMKES

    Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya

    pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health

    Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan the Ottawa

    Charter, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun

    istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa

    itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul

    dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social Marketing

    (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.

    Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur Health

    Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia. Sebagai

    seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia salah satunya.

    Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru diangkat, yaitu Drs.

    Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki masa purna bakti

    (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan pertemuan dengan

    pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan kesehatan maupun

    eksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI, bahkan sempat pula

    Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.

    Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama kunjungan

    lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion (Promosi Kesehatan).

    Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke Indonesia kemudian ia

    menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan Depkes pada saat itu Prof. Dr.Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat

    Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali,

    untuk mematangkan persiapan konfrensi jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan

    Kesehatan Depkes berupaya mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta

    aplikasinya di Indonesia.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    33/50

    Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesiatersebut dipicu oleh

    perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di Hoodquarter,

    Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health Promotion. Nama

    organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi International Union For

    Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan tersebut juga ternyata

    sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia sendiri, yang mengacu

    pada paradigma sehat.

    Sumber : Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM UI

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    DEFINISI

    Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan sosial;suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak.Sedangkan Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kataempowerment, yang berarti memberi daya, memberi power (kuasa), kekuatan, kepadapihak yang kurang berdaya.

    Payne (1997) menjelaskan bahwa pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk

    membantu klien mendapatkan daya, kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan

    dan tindakan yang akan dilakukan dan berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk

    mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.. Orang-orang yang telah

    mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan

    keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi

    pengetahuan, ketrampilan serta sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa

    tergantung pada pertolongan dari hubungan eksternal.

    Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,

    kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara,

    melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2007).

    Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    34/50

    membuat berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak

    yang berupa akal, ikhtiar atau upaya (Depdiknas, 2003). Dalam beberapa kajian mengenai

    pembangunan komunitas, pemberdayaan masyarakat sering dimaknai sebagai upaya untuk

    memberikan kekuasaan agar suara mereka didengar guna memberikan kontribusi kepada

    perencanaan dan keputusan yang mempengaruhi komunitasnya (Foy, 1994)

    Memberdayakan orang lain pada hakikatnya merupakan perubahan budaya, sehingga

    pemberdayaan tidak akan jalan jika tidak dilakukan perubahan seluruh budaya organisasi

    secara mendasar. Perubahan budaya sangat diperlukan untuk mampu mendukung upaya

    sikap dan praktik bagi pemberdayaan yang lebih efektif (Sumaryadi, 2005: 105).

    Pemberdayaan adalah sebuah proses, sehingga tidak bisa dipahami sebagai proyek tunggal

    dengan awal dan akhir. Suatu cara atau filosofi dimana pelaksanaan dan penyesuaiannya

    memerlukan pembinaan dan proses yang cukup lama (Wilson, 1996).

    TUJUAN

    Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaanmasyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yangmereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami olehmasyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan sertamelakukansesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi denganmempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

    Daya kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik danafektif serta sumber daya lainnya yang bersifat fisik/material. Kondisi kognitif pada hakikatnyamerupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seseorangdalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi konatif merupakansuatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan diarahkan pada perilaku yang sensitifterhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi afektif adalah merupakan perasaanyang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaandalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilanyang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung masyarakat dalam rangka melaku-kanaktivitas pembangunan.

    Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk menumbuhkankesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatansehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk:

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    35/50

    Menumbuhkan kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman akan kesehatanindividu, kelompok, dan masyarakat.

    Menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatutindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka.

    Menimbulkan kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan

    atau perilaku sehat.

    CIRI2 MASYARAKAT YG BERDAYA

    Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu:1. Mampu memahami diri dan potensinya,mampu merencanakan

    (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan)2. Mampu mengarahkan dirinya sendiri3. Memiliki kekuatan untuk berunding4. Emiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang

    saling menguntungkan, dan

    5.

    Bertanggungjawab atas tindakannya.

    Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud denganmasyarakat berdayaadalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi,berkesempatan,memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative,mampu mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkapinformasi dan mampu bertindak sesuai dengansituasi.

    Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila:

    a.

    Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yangmempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggalmereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zatyang menimbulkan gangguan kesehatan.

    b. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggalipotensi-potensi masyarakat setempat.

    c. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancamankesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.

    d. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melaluiberbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi

    dan sebagainya.

    CIRI PEMBERDAYAAN

    a. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokohmasyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad,dan sebagainya.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    36/50

    b. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, danlainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upayapemberdayaan masyarakat.

    c. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat(JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip

    pemberdayaan masyarakat.d. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakanuntuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasirmemiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses kepuskesmas.

    e. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuanmasyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakanpendekatan community based health education.

    f. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untukpengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasiratau arang.

    PROSES

    Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa proses pemberdayaan mengandung duakecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada prosesmemberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepadamasyarakat agar individu lebih berdaya.

    Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna

    pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungansekunder

    menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar

    mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apayang menjadi pilihan

    hidupnya melalui proses dialog.

    Menurut Wilson (1996) terdapat 7 tahapan dalam siklus pemberdayaan masyarakat.

    Tahap pertama yaitu keinginan dari masyarakat sendiri untuk berubah menjadi lebih

    baik.

    Pada tahap kedua, masyarakat diharapkan mampu melepaskan halangan-halangan

    atau factor-faktor yang bersifat resistensi terhadap kemajuan dalam dirinya dan

    komunitasnya.

    Pada tahap ketiga, masyarakat diharapkan sudah menerima kebebasan tambahan

    dan merasa memiliki tanggungjawab dalam mengembangkan dirinya dan

    komunitasnya.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    37/50

    Tahap keempat lebih merupakan kelanjutan dari tahap ketiga yaitu upaya untuk

    mengembangkan peran dan batas tanggungjawab yang lebih luas, hal ini juga terkait

    dengan minat dan motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.

    Pada tahap kelima ini hasil-hasil nyata dari pemberdayaan mulai kelihatan, dimana

    peningkatan rasa memiliki yang lebih besar menghasilkan keluaran kinerja yang lebih

    baik.

    Pada tahap keenam telah terjadi perubahan perilaku dan kesan terhadap dirinya,

    dimana keberhasilan dalam peningkatan kinerja mampu meningkatkan perasaan

    psikologis di atas posisi sebelumnya.

    Pada tahap ketujuh masyarakat yang telah berhasil dalam memberdayakan dirinya,

    merasa tertantang untuk upaya yang lebih besar guna mendapatkan hasil yang lebih

    baik. Siklus pemberdayaan ini menggambarkan proses mengenai upaya individu dan

    komunitas untuk mengikuti perjalanan ke arah prestasi dan kepuasan individu dan

    pekerjaan yang lebih tinggi.

    Proses bisa diartikan sebagai runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu

    (Depdiknas, 2003), jadi proses pemberdayaan bisa dimaknai sebagai runtutan perubahan dalam

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    38/50

    perkembangan usaha untuk membuat masyarakat menjadi lebih berdaya. Wilson (1996)

    memaparkan empat tahapan dalam proses pemberdayaan sebagai berikut:

    1. Awakening atau penyadaran, pada tahap ini masyarakat disadarkan akan kemampuan,

    sikap dan keterampilan yang dimiliki serta rencana dan harapan akan kondisi mereka

    yang lebih baik dan efektif.

    2. Understanding atau pemahaman, lebih jauh dari tahapan penyadaran masyarakat

    diberikan pemahaman dan persepsi baru mengenai diri mereka sendiri, aspirasi mereka

    dan keadaan umum lainnya. Proses pemahaman ini meliputi proses belajar untuk

    secara utuh menghargai pemberdayaan dan tentang apa yang dituntut dari mereka oleh

    komunitas.

    3. Harnessing atau memanfaatkan, setelah masyarakat sadar dan mengerti mengenai

    pemberdayaan, saatnya mereka memutuskan untuk menggunakannya bagi kepentingan

    komunitasnya.

    4. Using atau menggunakan keterampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian

    dari kehidupan sehari-hari.

    PRINSIP

    Rubin dalam Sumaryadi (2005: 94-96) mengemukakan 5 prinsip dasar

    dari konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut:

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    39/50

    i. Pemberdayaan masyarakat memerlukan break-even dalam setiap kegiatan yang

    dikelolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam

    pemberdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh didistribusikan kembali dalam

    bentuk program atau kegiatan pembangunan lainnya.

    ii. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam

    perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan.

    iii. Dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, kegiatan pelatihan

    merupakan unsur yang tidak bisa dipisahkan dari usaha pembangunan fisik.

    iv. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber

    daya, khususnya dalam hal pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta

    maupun sumber-sumber lainnya.

    v.

    Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai

    penghubung antara kepentingan pemerintah yang bersifat makro dengan kepentingan

    masyarakat yang bersifat mikro.

    1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat.2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat.3) Menggali kontribusi masyarakat.4) Menjalin kemitraan.5) Desentralisasi.

    INDIKATOR

    Pemberdayaan Masyarakat dijabarkan menjadi indikator-indikator :

    o Peran Masyarakat,

    o Aksi Masyarakat,

    o Motivasi Masyarakat, dan

    o Tanggungjawab Masyarakat.

    Unsur-unsur pemberdayaan masyarakat pada umumnya adalah:

    (1) inklusi dan partisipasi;

    (2) akses pada informasi;

    (3) kapasitas organisasi lokal; dan

    (4) profesionalitas pelaku pemberdaya. Keempat elemen ini terkait satu sama lain dan saling

    mendukung.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    40/50

    Inklusi berfokus pada pertanyaan siapa yang diberdayakan, sedangkan partisipasi berfokus pada

    bagaimana mereka diberdayakan dan peran apa yang mereka mainkan setelah mereka menjadi

    bagian dari kelompok yang diberdayakan. Menyediakan ruang partisipasi bagi masyarakat,

    khususnya masyarakat miskin, dalam pembangunan adalah memberi mereka otoritas dan kontrol

    atas keputusan mengenai sumber-sumber pembangunan. Partisipasi masyarakat miskin dalam

    menetapkan prioritas pembangunan pada tingkat nasional maupun daerah diperlukan guna

    menjamin bahwa sumber daya pembangunan (dana, prasarana/sarana, tenaga ahli, dll) yang

    terbatas secara nasional maupun pada tingkat daerah dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan

    prioritas masyarakat miskin tersebut.

    Partisipasi yang keliru adalah melibatkan masyarakat dalam pembangunan hanya untuk didengar

    suaranya tanpa betul-betul memberi peluang bagi mereka untuk ikut mengambil keputusan.

    Pengambilan keputusan yang partisipatif tidak selalu harmonis dan seringkali ada banyak prioritas

    yang harus dipilih, oleh sebab itu mekanisme resolusi konflik kepentingan harus dikuasai oleh

    pemerintah guna mengelola ketidak-sepakatan.

    Ada berbagai bentuk partisipasi, yaitu:

    o secara langsung,o dengan perwakilan (yaitu memilih wakil dari kelompok-kelompok masyarakat),o secara politis (yaitu melalui pemilihan terhadap mereka yang mencalonkan diri untuk mewakili

    mereka),o berbasis informasi (yaitu dengan data yang diolah dan dilaporkan kepada pengambil

    keputusan),o berbasis mekanisme pasar yang kompetitif (misalnya dengan pembayaran terhadap jasa yang

    diterima).

    Partisipasi secara langsung oleh masing-masing anggota masyarakat adalah tidak realistik, kecuali

    pada masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit, atau untuk mengambil keputusan-keputusan

    kenegaraan yang mendasar melalui referendum. Yang umum dilakukan adalah partisipasi secara

    tidak langsung, oleh wakil-wakil masyarakat atau berdasarkan informasi dan mekanisme pasar.

    Organisasi berbasis masyarakat seperti lembaga riset, LSM, organisasi keagamaan, dll.

    mempunyai peran yang penting dalam membawa suara masyarakat miskin untuk didengar oleh

    pengambil keputusan tingkat nasional dan daerah.

    Walaupun keterwakilan sudah dilakukan dengan benar, proses partisipasi masih belum benar jika

    penyelenggaraannya dilakukan secara tidak sungguh-sungguh. Upaya yang dilandasi niat jujur

    untuk menampung pendapat masyarakat terhadap kebijakan yang menyangkut ruang hidup

    mereka dapat menjadi tidak berhasil, jika pendapat wakil-wakil masyarakat yang diharapkan

    mewakili kepentingan semua unsur masyarakat itu kemudian hanya diproses sekedarnya saja,

    tanpa upaya memahami pertimbangan apa dibalik pendapat yang diutarakan wakil-wakil tersebut.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    41/50

    Partisipasi semu seperti itu menambah ongkos pembangunan, tanpa ada manfaat yang jelas bagi

    peserta yang diajak berpartisipasi. Upaya melibatkan masyarakat dalam pengertian yang benar

    adalah memberi masyarakat kewenangan untuk memutuskan sendiri apa-apa yang menurut

    mereka penting dalam kehidupan mereka.

    Unsur ke dua, akses pada informasi, adalah aliran informasi yang tidak tersumbat antaramasyarakat dengan masyarakat lain dan antara masyarakat dengan pemerintah. Informasi meliputi

    ilmu pengetahuan, program dan kinerja pemerintah, hak dan kewajiban dalam bermasyarakat,

    ketentuan tentang pelayanan umum, perkembangan permintaan dan penawaran pasar, dsb.

    Masyarakat pedesaan terpencil tidak mempunyai akses terhadap semua informasi tersebut,

    karena hambatan bahasa, budaya dan jarak fisik. Masyarakat yang informed, mempunyai posisi

    yang baik untuk memperoleh manfaat dari peluang yang ada, memanfaatkan akses terhadap

    pelayanan umum, menggunakan hak-haknya, dan membuat pemerintah dan pihak-pihak lain yang

    terlibat bersikap akuntabel atas kebijakan dan tindakan yang mempengaruhi kehidupan

    masyarakat.

    Kapasitas organisasi lokal adalah kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama,

    mengorganisasikan perorangan dan kelompok-kelompok yang ada di dalamnya, memobilisasi

    sumber-sumber daya yang ada untuk menyelesaikan masalah bersama. Masyarakat yang

    organized, lebih mampu membuat suaranya terdengar dan kebutuhannya terpenuhi.

    Profesionalitas pelaku pemberdaya adalah kemampuan pelaku pemberdaya, yaitu aparat

    pemerintah atau LSM, untuk mendengarkan, memahami, mendampingi dan melakukan tindakan

    yang diperlukan untuk melayani kepentingan masyarakat. Pelaku pemberdaya juga harus mampu

    mempertanggungjawabkan kebijakan dan tindakannya yang mempengaruhi kehidupan

    masyarakat.

    12 indikator yaitu :

    tingkat partisipasi,

    pengemukaan opini,

    perubahan kesadaran,

    pengambilan tindakan,

    kepedulian dan kerjasama,

    kreativitas,

    menyusun tujuan baru,

    negosiasi,

    kepuasan,

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    42/50

    kepercayaan diri,

    keterampilan manajerial, dan

    pengumpulan keputusan.

    UNSUR-UNSUR

    Elemen dalam pemberdayaan, yaitu

    o ekonomi,

    o sosial dan budaya,

    o kesadaran dan

    o mobilitas.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    43/50

    PERAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

    1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-programpemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat.

    2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakankegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut.

    3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat denganmelakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.

    PEMBANGUNAN KESEHATAN

    DEFINISI

    Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuanmeningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

    terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan

    tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

    maupun pemerintah.

    Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan

    masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat

    pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat

    mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup

    sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan

    berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatanpencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta

    TUJUAN

    Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

    kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

    optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai

    penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan

    untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memilikiderajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama

    dari pembangunan kesehatan yaitu :

    Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang

    kesehatan.

    1. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.

    2. Peningkatan status gizi masyarakat.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    44/50

    3. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).

    4. Pengembangan keluarga sehat sejahtera

    MANFAAT

    STRATEGI

    Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum

    yang dikelompokkan sebagai berikut:

    1. Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.

    Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan

    hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-

    masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor

    harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan

    seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.

    2. Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

    Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan

    ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan

    pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka

    meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam

    pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap

    didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya

    kesehatan.

    3. Peningkatan Kesehatan Lingkungan.

    Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat,

    yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup

    manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan

    kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan

    berwawasan kesehatan.

    Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata

    ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama

    perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta

    berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin

    hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya

    kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan,

    pendidikan lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.

    4. Peningkatan Upaya Kesehatanya.

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    45/50

    Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan

    berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit

    dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis.

    Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terusmenerus diupayakan.

    Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi, upayakesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap mempertahankan peningkatan

    pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok

    berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif.

    Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.

    Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui

    pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada

    bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup

    sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas.

    Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah yang cenderungmeningkat.

    Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui

    berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja

    serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman

    terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.

    5. Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

    Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan

    diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan

    teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian

    bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

    pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari

    masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan

    tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan

    tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan

    mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan secara

    bertahap.

    Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan meleluipenyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya pemeliharaan

    kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai

    upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan

    kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan

    barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak

    mampu akan dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu

  • 7/29/2019 Bamz Lbm 4 Skn

    46/50

    dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi

    kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian. Secara bertahap

    puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara swadana.

    6. Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

    Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui

    peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait,

    dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri.

    Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan

    penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan

    menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan

    pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara

    komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi

    mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi,

    perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.

    Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab

    dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas

    Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih

    bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan

    kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai

    dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan

    kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik

    berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan

    BelanjaDaerah.

    7. Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.

    Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan

    bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan

    kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan

    program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan

    kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.

    Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan

    kesehatan, gizi