kharisma lbm 4 tht

23
Dok, saya pilek tidak sembuh-sembuh STEP 1 Diafanoskopi : Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai ada tidaknya kesuraman pd sinus2 yg ada di wajah. Caranya senter dimasukan kedalam mulut dan ruanganya harus gelap, kemudian dilihat ada kesuraman pd sinus atau tidak. STEP 2 1. Apa innervasi dari masing2 sinus paranasal? 2. Apa saja fungsi dari sinus paranasal? 3. Mengapa pasien terdapat ingus kental yg sulit keluar dan keluarnya di tenggorokan? 4. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala disekitar mata? 5. Mengapa didapatkan keluhan pilek tidak sembuh sejak 4 bulan yang lalu? 6. Mengapa bila sedang minum obat keluhan berkurang tapi setelah obat habis keluhan timbul kembali? 7. Apa saja pemeriksaan fisik pada hidung selain diafanoskopi? 8. Apa saja klasifikasi sinusitis? 9. Apa saja faktor yang berperan pada kronisitas sinusitis? 10. Apa etiologi dari keluhan pada skenario? 11. Komplikasi dari diagnosis? 12. Sebutkan macam2 sekret pada hidung dan penyebabnya! 13. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada skenario! STEP 3 1. Apa innervasi dari masing2 sinus paranasal? - Sinus maksila : n. V divisi 2 atau n. Maksilaris punya 2 cbg : n.infraorbitaal dan n.palatina mayor, mengatur sekresi n.infraorbital. ostium sinus maksilaris letak diatas butuh bantuan dr silla untuk ke meatus media - Sinus frontal : n.supraorbital (mengatur sekresinya) dan n.supratochlear - Sinus sphenid : n.V devisi oftalmika dan maksila, ostium letak dibawah sinus - Sinus etmoid : n.etmoidalis anterior et posterior, cabang post gangglion n.VII,

Upload: kharisma

Post on 09-Dec-2015

209 views

Category:

Documents


27 download

DESCRIPTION

Kharisma Lbm 4 Th

TRANSCRIPT

Page 1: Kharisma Lbm 4 Tht

Dok, saya pilek tidak sembuh-sembuh

STEP 1

Diafanoskopi : Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai ada tidaknya kesuraman pd sinus2 yg ada di wajah. Caranya senter dimasukan kedalam mulut dan ruanganya harus gelap, kemudian dilihat ada kesuraman pd sinus atau tidak.

STEP 2

1. Apa innervasi dari masing2 sinus paranasal?2. Apa saja fungsi dari sinus paranasal?3. Mengapa pasien terdapat ingus kental yg sulit keluar dan keluarnya di tenggorokan?4. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala disekitar mata?5. Mengapa didapatkan keluhan pilek tidak sembuh sejak 4 bulan yang lalu?6. Mengapa bila sedang minum obat keluhan berkurang tapi setelah obat habis keluhan timbul

kembali?7. Apa saja pemeriksaan fisik pada hidung selain diafanoskopi?8. Apa saja klasifikasi sinusitis?9. Apa saja faktor yang berperan pada kronisitas sinusitis?10. Apa etiologi dari keluhan pada skenario?11. Komplikasi dari diagnosis?12. Sebutkan macam2 sekret pada hidung dan penyebabnya!13. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada skenario!

STEP 3

1. Apa innervasi dari masing2 sinus paranasal?- Sinus maksila : n. V divisi 2 atau n. Maksilaris punya 2 cbg : n.infraorbitaal dan n.palatina

mayor, mengatur sekresi n.infraorbital. ostium sinus maksilaris letak diatas butuh bantuan dr silla untuk ke meatus media

- Sinus frontal : n.supraorbital (mengatur sekresinya) dan n.supratochlear- Sinus sphenid : n.V devisi oftalmika dan maksila, ostium letak dibawah sinus- Sinus etmoid : n.etmoidalis anterior et posterior, cabang post gangglion n.VII,

nyeri sekitar wajah krn semua innervasi dr n.V, ostium sinus etmoid untuk pengaliran sekresi menuju ke muaranya

2. Apa saja fungsi dari sinus paranasal?

System transport mukosiliar

1. Merupakan pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri

dan jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama

udara. Efektivitas system transport silier dipengaruhi oleh kualitas

Page 2: Kharisma Lbm 4 Tht

silia dan palut lendir (dihasilkan oleh sel2 goblet pada epitel dan

kelenjar seruminosa submukosa).

2. Bagian bawah palut lendir terdiri dari cairan serosa mengandung

laktoferin, lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, dan IgA

sekretorik (fx : mengeluarkan mikroorganismedari jaringan dengan

mengikat antigen tsb pada lumen saluran napas)

3. Bagian permukaannya terdiri dari mucus yang lebih elastic dan

banyak mengandung protein plasma seperti albumin, IgG (fx :

beraksi di dalam mukosa dengan memicu reaksi inflamasi jika

terpajan dengan antigen bakteri), IgM dan factor komplemen .

4. Pada sinus maxilla, system transport silia menggerakkan secret

sepanjang dinding anterior, medial, posterior dan lateral serta atap

rongga sinus membentuk gambaran halo / bintang yang mengarah

ke ostium alamiah. Setinggi ostium secret akan lebih kental tetapi

drenasenya lebih cepat untuk mencegah tekanan negative dan

berkembangnya infeksi. Kerusakan mukosa yang ringan tidak akan

menghentikan atau mengubah transport, dan secret akan melewati

mukosa yang rusak tsb. Tetapi jika secret lebih kental, secret akan

terhenti pada mukosa yang mengalami defek.

5. Gerakan system transport mukosilier pada sinus frontal mengikuti

gerakan spiral secret berjalan menuju septum interfrontal

atap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding anterior dan

posterior resessus frontal.

6. Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar :

1. Rute pertama

Merupakan gabungan sekresi sinus frontal, maxilla dan etmoid anterior. Secret ini biasanya bergabung di dekat infundibulum etmoid selanjutnya berjalan menuju tepi bebas processus unsinatus, dan sepanjang dinding medial konka inferior nasofaring melewati bagian

Page 3: Kharisma Lbm 4 Tht

anteroinferior orifisium tuba eustachii berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pada nasifaring selanjutnya jatuh ke bawah dibantu dengan gaya gravitasi dan proses menelan.

2. Rute kedua

Gabungan sekresi sinus etmois posterior dan sphenoid bertemu di recessus sfenoetmoid menuju ke nasofaring pada bagian posterosuperior orifisium tuba eustachii.

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

3. Mengapa pasien terdapat ingus kental yg sulit keluar dan keluarnya di tenggorokan?Ingus kental :Mukus dibentuk sel goblet di hidung dan SPN, dlm keadaan tertentu mikroorganisme msuk inflamasi hipersekresi sel goblet merusak sel mukosa hidung dan SPN (akn tersumbat disinus atau meatal kompleks shg saat diafanoskopi terdapat kesuraman) , Masuk ketenggorokan :Hidung ada sumbatan shg tdk bisa keluar ke hidung, tekanan dirungga hidung besar shg saat menelan ingus terdorong kebelakang

Ada 3 patofisologi :a. Ada obstruksi pd jalur drainase sinus/ sinus ostial : ada mukus di sinus dibantu silia akan

mendorong mukur drainase, obstruksi tdk maksimalDefisiensi imun : pertahanan imun di sinus jelek

b. Kerja silia yg tdk maksimal : silia membantu mukus untuk didrainase didalam sinus, sindrom kartegener slh satu tanda kerusakan pd silia imobile, shg mukus tdk bs didorong utk didrainase

c. Perubahan komposisi dari mukusMukus ada 2 lapisa, lapisan dalam lebih encer/ serous, outer : sifatnya lebih kental. Jk ada perubahan komposisi dmn produksi luar berlebih shg produksi mukus yg lebih kental akan lebih banyak silia susah untuk menggerakan mukus kedalam drainase sinus

Obstriuksi bisa karena inflamasi udem obstruksi shg menekan silia kerja silia menurun jika ada obstruksi, silia menurun ostium tersumbat di drainase

Awalnya serous tdk langsung purulen awalnya serous jk lama2 tdk sembuh akan tertumpuk menjadi media bakteri untuk replikasi dan tumbuh mulai terbentuk sekret yg kental tidak sembuh berlanjut sebagai hipoksia bakteri anaerob berkembang cepat terjadi perubahan pd mukosa sperti terbentuk polip, hipertfofi mukosa, polip menekan dari nervus nyeri

Page 4: Kharisma Lbm 4 Tht

Kenapa sekret kental, terasa tertelan, tapi hidung tersumbat dan batuk tidak berdahak :

Hidung tersumbat dr hipertrofi konka

Silia menghantarkan lendir ke posterior karna hidung ke

Batuk tidak berdahak karna untuk menghilangkan DD dari organ respirasi.

Ingus kental ada bakteri mengalir ke posterior. Bakteri menyebabkan batuk karna bakteri ke posterior. Reflek batuk keluar karna ada reseptor karina trakealis

Page 5: Kharisma Lbm 4 Tht

1. Patofisiologi

2. Tahap sensitisasi

3. Makrofag / monosit berperan sebagai APC (Antigen Presenting Cell) menangkap allergen di mukosa hidung

4. Antigen membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA II membentuk kompleks peptide MHC kelas II, kemudian dipresentasikan pd sel T helper(Th 0)

5. Aktivasi sitokin seperti IL 1 oleh APC, untuk aktivasi Th0 menjadi Th 1 dan Th 2

6. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL13

7. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga limfosit B aktif dan memproduksi IgE

8. Ig E di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor Ig E dipermukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) proses sensitisasi

9. Bila mukosa tersensitasi, terpapar dengan allergen yang sama, maka kedua rantai Ig E akan mengikat allergen

Page 6: Kharisma Lbm 4 Tht

spesifikdegranulasi mastosit basofilprediators mediator terlepas, terutama histamine dan lainnya (PGD2, Lt D4, PAF, bradikinin)reaksi alergi fase cepat

10. Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga gatal dan bersin2

11. Histamin menyebabkan sel goblet dan mukosa hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkatrinorrhea

12. Vasodilatasi sinusoidhidung tersumbat

13. Histamine merangsang mukosa hidung ICAM 1

14. Pada IPAR, sel mastoid akan melepas molekul kemotaktikakumulasi eosinofil dan neutrofil di jaringan target (berlanjut 6-8 jam pasca paparan). Pd fase ini, factor non spesifik dpt memperberat gejala seperti asap rokok, bau yg merangsang, perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi

15. Tahap provokasi/ reaksi alergi

Immediate Phase Allergic Reactionsejak kontak allergen sampai 1 jam

Late phase allergic reaction, berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dapat berlangsung sampai 24-48 jam

Hidung Buntu :

Histamine Vasodilatasi vascular Oedem mukosa dan konka

hidung Sumbatan hidung.

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

Rhinore :

Histamine kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas meningkat rinore

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

Page 7: Kharisma Lbm 4 Tht

Hidung gatal dan bersin2 :

Histamin akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung bersin2

(Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI)

4. Mengapa pasien mengeluh sakit kepala disekitar mata?a. Hipertfofi mukosab. Silia tdk bisa berfungsi baikc. Sekret didalam sinus terkumpul shg menekan dinding2 pd sinus sakit disekitar mata

Disinus maksila : nyeri di pipi

Sinus etmoidal : nyeri di dekat kantus medial

Sinus frontal : nyeri didahi

Sinus sphenoid : nyeri dibelakang kepala

5. Mengapa didapatkan keluhan pilek tidak sembuh sejak 4 bulan yang lalu?Ada 3 patofisiologi, mungkin 4bln yg lalu blm ada obstruksi (silia kerja berkurang dan hipersekresi )

6. Mengapa bila sedang minum obat keluhan berkurang tapi setelah obat habis keluhan timbul kembali?Mungkin dokter tidak mengobati dari etiologi, misalnya pd sinus maksila terganggu mukus berlebihan, hanya diobati mungeurangi nyeri tdk obstruksinya.Dimukosa terdapat inflamasi shg menjadi membesar, osteo meatal komplek ikut menutup mengendap lama2 menekan segala arah kedinding yg terdapat nervus, selain itu terdapat pertumbuhan bakteri ( dokter hanya memberi untuk anti bakteri tidak etiologi )

Obat dekongestan utk vasokonstriksi konka supaya kecil, jk sudah terbentuk obstruksi, disekitar konka ada meatus media utk muara sinus frontal dan etomidal anterior. Jika ada hipertfori konka menutup meatus, dikasih dekongestan, obstruksinya terbuka tapi produksinya tetep banyak.

7. Apa etiologi dari keluhan pada skenario?

Faktor Predisposisi

Obstruksi mekanik seperti deviasi septum, hipertrofi konka media, benda asing di

hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung merupakan faktor predisposisi

terjadinya sinusitis. Selain itu rinitis kronis serta rinitis alergi juga menyebabkan

obstruksi ostium sinus serta menghasilkan lendir yang banyak, yang merupakan

Page 8: Kharisma Lbm 4 Tht

media untuk tumbuhnya bakteri. Sebagai faktor predisposisi lain ialah lingkungan

berpolusi, udara dingin serta kering, yang dapat mengakibatkan perubahan pada

mukosa serta kerusakan silia.

8. Sebutkan macam2 sekret pada hidung dan penyebabnya!Berdasarkan warna :

- Tidak berwarna / bening : virus dan alergi- Kuning/kehijauan : bakteri- Kehitaman : terjadi jika seseorang menghirup polutan yg terlalu banyak- Orange / kemerahan : bercampur dgn darah krn ada benda asing yg masuk ke hidung

disertai bau tdk sedap- Biru : disebabkan tepung dan bakteri pseudomonas pyocyanea menempel dimedia yg

cocok menghasilkan pigmen non fluorecin berwarna biru

9. Apa saja pemeriksaan fisik pada hidung selain diafanoskopi?

Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:

1.      Kriteria Mayor :

-          Sekret nasal yang purulen

-          Drenase faring yang purulen

-          Purulent Post Nasaldrip

-          Batuk

-          Foto rontgen (Water’sradiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari

antrum

-          Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus

2.      Kriteria Minor :

-          Sakit kepala                                                     -     Edem periorbital

-          Nyeri di wajah                                                -     Sakit gigi

-           Nyeri telinga Sakit tenggorok                        -     Nafas berbau

-           Bersin-bersin bertambah sering                      -     Demam

-          Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri

-          Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :

Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor

10. Apa saja klasifikasi sinusitis?

Klasifikasi

            Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya

berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4

minggu sampai 3 bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung lebih dari 3 bulan.

Page 9: Kharisma Lbm 4 Tht

            Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut

bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang

akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila

oerubahan histologik mukosa sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi

jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan

pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.

 

1.    Sinusitis Akut

       Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi,

obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.

Etiologi

(1) rinitis akut

(2) infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut

(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)

(4) berenang dan menyelam

(5)trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

Gejala Subyektif

Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala sistemik ialah

demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang – kadang

berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri

didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang dirasakan juga ditempat lain karena

nyeri alih (referred pain).

Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang menyebar ke

alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga.

Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang –

kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan bertambah bila

mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada sinusitis frontal rasa nyeri

terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid

di verteks, oksipital, dibelakang bola mata dan didaerah mastoid.

Gejala Obyektif

Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada

sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul

pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis

maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di

meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah

tampak keluar dari meatus superior.

Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Page 10: Kharisma Lbm 4 Tht

2.   Sinusitis Subakut

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya

(demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda.

Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada

rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi

tampak sinus yang sakit suram atau gelap.

3. Sinusitis Kronik

            Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar

disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan

faktor predisposisinya.

Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa

hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa

hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan

pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka,

sehingga drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat

menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

Gejala Subyektif

Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:

         Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post nasal

drip).

         Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.

         Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.

         Adanya nyeri/sakit kepala.

         Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis.

         Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, beruoa

bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.

         Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan

gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.

Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang

meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan batuk

kronik.

Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan

berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi

mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus

serta adamya stasis vena.

Gejala obyektif

Page 11: Kharisma Lbm 4 Tht

Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan

tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret

kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak

sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

11. Apa saja faktor yang berperan pada kronisitas sinusitis?a. Obstruksi dr ostium sinus : kesehatan sinus bergantung dr sekresi, viskositas, volume yg

normal. Aliran mukosiliar harus normal. Ostium hrus selalu terbuka untuk drainase terpenuhi jk terjai obstruksi sinus penebalan mukosa dan disfungsi silia

b. Kelainan anatomiMengakibatkan obstruksi mekanis drainase, ex : septum deviasi, proc.uncinatus kelainan

c. Kelambatan pemulihan fs mukosiliar : ex. Mukostatis, hipoksia, penurunan jumlah siliad. Mikroba : akut dan kronis (stapilokokus aureus, stapilokokus kogulasi negatif, kuman

aerobe. Resirkulasi mukus dan osteitis : ditemukan osteum asesorius maksila resirkulasi

mukus, sekret mukus dr sinus ke ostium maksila akan menuju ke meatus medius, pd kasus ini mukus akan masuk lagi ke sinus melalui ostium asesoriusOsteitis : akibat langsung infeksi/ oprasi sinus

12. Komplikasi dari diagnosis?

Komplikasi Sinusitis

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan derajat

infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini harus

rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.

1.      Komplikasi orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering.

Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus

frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan

infeksi isi orbita.

Terdapat lima tahapan :

         Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus

ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena lamina

papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis sering kali merekah pada

kelompok umur ini.

         Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi isi

orbita namun pus belum terbentuk.

         Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita

menyebabkan proptosis dan kemosis.

         Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi orbita.

Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih

serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis

Page 12: Kharisma Lbm 4 Tht

konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin

bertambah.

         Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran

vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik.

Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :

a.       Oftalmoplegia.

b.      Kemosis konjungtiva.

c.       Gangguan penglihatan yang berat.

         Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan dengan

saraf kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.

2.      Mukokel

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus,

kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista

retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan

melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat bermanifestasi

sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke

lateral. Dalam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan

penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.

Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel

meskipun lebih akut dan lebih berat.

Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua

mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.

3.      Komplikasi Intra Kranial

         Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut,

infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau langsung

dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui

lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

         Abses dural adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering

kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya

mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan

tekanan intra kranial.

         Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau

permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

         Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka dapat

terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak. Terapi komplikasi intra

kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah pada ruangan yang

mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.

Page 13: Kharisma Lbm 4 Tht

4.      Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis

adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik

berupa malaise, demam dan menggigil13. Jelaskan pemeriksaan penunjang pada skenario!

Penegakan diagnosis sinusitis secara umum:

1.      Kriteria Mayor :

-          Sekret nasal yang purulen

-          Drenase faring yang purulen

-          Purulent Post Nasaldrip

-          Batuk

-          Foto rontgen (Water’sradiograph atau air fluid level) : Penebalan lebih 50% dari

antrum

-          Coronal CT Scan : Penebalan atau opaksifikasi dari mukosa sinus

2.      Kriteria Minor :

-          Sakit kepala                                                     -     Edem periorbital

-          Nyeri di wajah                                                -     Sakit gigi

-           Nyeri telinga Sakit tenggorok                        -     Nafas berbau

-           Bersin-bersin bertambah sering                      -     Demam

-          Tes sitologi nasal (smear) : neutrofil dan bakteri

-          Ultrasound

Kemungkinan terjadinya sinusitis jika :

Gejala dan tanda : 2 mayor, 1 minor dan ≥ 2 kriteria minor

Pemeriksaan Penunjang

1.      Laboratoriumo   Tes sedimentasi, leukosit, dan C-reaktif protein dapat membantu diagnosis sinusitis

akuto   Kultur merupakan pemeriksaan yang tidak rutin pada sinusitis akut, tapi harus

dilakukan pada pasien immunocompromise dengan perawatan intensif dan pada anak-

anak yang tidak respon dengan pengobatan yang tidak adekuat, dan pasien dengan

komplikasi yang disebabkan sinusitis.

2.      Imagingo   Rontgen sinus, dapat menunjukan suatu penebalan mukosa, air-fluid level, dan

perselubungan.Pada sinusitis maksilaris, dilakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk

mengetahui adanya abses gigi.o   CT-Scan, memiliki spesifisitas yang jelek untuk diagnosis sinusitis akut, menunjukan

suatu air-fluid level pada 87% pasien yang mengalami infeksi pernafasan atas dan 40%

Page 14: Kharisma Lbm 4 Tht

pada pasien yang asimtomatik. Pemeriksaan ini dilakukan untuk luas dan beratnya

sinusitis.

          MRI sangat bagus untuk mengevaluasi kelainan pada jaringan lunak yang

menyertai sinusitis, tapi memiliki nilai yang kecil untuk mendiagnosis sinusitis akut14. Penatalaksanaan

15. DD dari sinusitis

Klasifikasi

            Secara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya

berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu. Sinusitis subakut bila berlangsung dari 4

minggu sampai 3 bulan dan sinusitis kronik bila berlangsung lebih dari 3 bulan.

            Tetapi apabila dilihat dari gejalanya, maka sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut

bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda-tanda radang

akut sudah reda dan perubahan histologik bersifat reversible dan disebut sinusitis kronik,bila

oerubahan histologik mukosa sinus sudah irreversible, misalnya sudah berubah menjadi

jaringan granulasi atau polipoid. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan

pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan.

 

1.    Sinusitis Akut

       Penyakit ini dimulai dengan penyumbatan daerah kompleks osteomeatal oleh infeksi,

obstruksi mekanis atau alergi. Selain itu juga dapat merupakan penyebaran dari infeksi gigi.

Etiologi

(1) rinitis akut

(2) infeksi faring, seperti faringitis, adenoiditis, tonsilitis akut

(3) infeksi gigi rahang atas M1, M2, M3, serta P1 dan P2 (dentogen)

(4) berenang dan menyelam

(5)trauma dapat menyebabkan perdarahan mukosa sinus paranasal

(6) barotrauma dapat menyebabkan nekrosis mukosa.

Gejala Subyektif

Gejala sebjektif dibagi dalam gejala sistemik dan gejala lockal. Gejala sistemik ialah

demam dan rasa lesu. Lokal pada hidung terdapat ingus kental yang kadang – kadang

berbau dan dirasakan mengalir ke nasofaring. Dirasakan hidung tersumbat, rasa nyeri

didaerah sinus yang terkena, serta kadang – kadang dirasakan juga ditempat lain karena

nyeri alih (referred pain).

Pada sinusitis maksila nyeri dibawah kelopak mata dan kadang – kadang menyebar ke

alveolus, sehingga terasa nyeri di gigi. Nyeri alih dirasakan di dahi dan didepan telinga.

Rasa nyeri pada sinusitis ethmoid di pangkal hidung dan kantus medius. Kadang –

kadang dirasakan nyeri di bola mata atau dibelakangnya, dan nyeri akan bertambah bila

mata digerakkan. Nyeri alih dirasakan di pelipis (parietal). Pada sinusitis frontal rasa nyeri

Page 15: Kharisma Lbm 4 Tht

terlokalisasi di dahi atau dirasakan nyeri diseluruh kepala. Rasa nyeri pada sinusitis sfenoid

di verteks, oksipital, dibelakang bola mata dan didaerah mastoid.

Gejala Obyektif

Pembengkakan pada sinusitis maksila terlihat di pipi dan kelopak mata bawah, pada

sinusitis frontal di dahi dan kelopak mata atas, pada sinusitis ethmoid jarang timbul

pembengkakan, kecuali bila ada komplikasi.

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa konka hiperemis dan edema. Pada sinusitis

maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di

meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah

tampak keluar dari meatus superior.

Pada rinoskopi posterior tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip).

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan transiluminasi, sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap.

Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak

lebih suram dibandingkan dengan sisi yang normal.

Pemeriksaan radiologik yang dibuat adalah posisi Waters, PA dan lateral. Akan tampak

perselubungan atau penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) ada sinus

yang sakit.

Page 16: Kharisma Lbm 4 Tht

Pemeriksaan Mikrobiologi

Sebaiknya untuk pemeriksaan mikrobiologik diambil sekret dari meatus medius atau

meatus superior. Mungkin ditemukan bermacam – macam bakteri yang merupakan flora

normal di hidung atau kuman patogen, seperti Pneumococcus, Streptococcus,

Stphylococcus dan Haemophylus influeanzae. Selain itu mungkin juga ditemukan virus atau

jamur.

Terapi

Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotika selama 10 – 14 hari, meskipun

gejala klinik telah hilang. Antibiotika yang diberikan adalah golongan penisilin. Diberikan juga

obat dekongestan lokal berupa tetes hidung, untuk memperlancar drainase sinus. Boleh

diberikan analgetika untuk menghilangkan rasa nyeri.

Terapi pembedahan pada sinusitis akut jarang diperlukan, kecuali bila telah terjadi

komplikasi ke orbita atau intrakranial; atau bila ada nyeri yang hebat karena ada sekret

tertahan oleh sumbatan.

2.   Sinusitis Subakut

Gejala klinisnya sama dengan sinusitis akut hanya tanda-tanda radang akutnya

(demam, sakit kepala, nyeri tekan) sudah reda.

Pada rinoskopi anterior tampak sekret purulen di meatus medius atau superior. Pada

rinoskopi posterior tampak secret purulen di nasofaring. Pada pemeriksaan transiluminasi

tampak sinus yang sakit suram atau gelap.

Terapinya mula-mula diberikan medikamentosa, bila perlu dibantu dengan tindakan,

yaitu diatermi atau pencucian sinus.

Obat-obat yang diberikan berupa antibiotika berspektrum luas, atau yang sesuai

dengan tes resistensi kuman, selama 10-14 hari. Juga diberikan obat-obat simtomatis

Page 17: Kharisma Lbm 4 Tht

berupa dekongestan local (obat tetes hidung) untuk memperlancar draenase. Obat tetes

hidung hanya boleh diberikan untuk waktu yang terbatas (5 sampai 10 hari), karena kalau

terlalu lama dapat menyebabkan rhinitis medikamentosa. Selain itu, dapat diberikan

analgetika, antihistamin, dan mukolitik.

Tindakan dapat berupa diatermi dengan sinar gelombang pendek (ultra short wave

diathermy), sebanyak 5-6 kali pada daerah yang sakit untuk memperbaiki vaskularisasi

sinus. Kalau belum membaik, maka dilakukan pencucian sinus dan juga pembedahan non

radikal, seperti bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) untuk membersihkan daerah

Kompleks Ostio Meatal sehinggamukosa sinus kembali normal

3. Sinusitis Kronik

            Sinusitis kronis berbeda dari sinusitis akut dalam berbagai aspek, umumnya sukar

disembuhkan dengan pengobatan medikamentosa saja. Harus dicari faktor penyebab dan

faktor predisposisinya.

Polusi bahan kimia menyebabkan silia rusak, sehingga terjadi perubahan mukosa

hidung dapat juga disebabkan oleh alergi dan defisiensi imunologik. Perubahan mukosa

hidung akan mempermudah terjadinya infeksi dan infeksi menjadi kronis apabila pengobatan

pada sinusitis akut tidak sempurna. Adanya infeksi akan menyebabkan edema konka,

sehingga drenase sekret akan terganggu. Drenase sekret yang terganggu dapat

menyebabkan silia rusak dan seterusnya.

Gejala Subyektif

Gejala subyekif sangat bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari:

         Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret di hidung dan sekret pasca nasal drip (post nasal

drip).

         Gejala faring, yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorok.

         Gejala telinga, berupa pendengaran terganggu oleh karena tersumbatnya tuba Eustachius.

         Adanya nyeri/sakit kepala.

         Gejala mata, oleh karena penjalaran infeksi melalui duktus naso-lakrimalis.

         Gejala saluran napas berupa batuk dan kadang-kadang terdapat komplikasi di paru, beruoa

bronchitis atau bronkietaksis atau asma bronchial, sehingga terjadi penyakit sinobronkitis.

         Gejala di saluran cerna, oleh karena mukopus yang tertelan dapat menyebabkan

gastroenteritis,`sering terjadi pada anak.

Kadang-kadang gejala sangat ringan hanya terdapat sekret di nasofaring yang

meengganggu pasien. Sekret pasca nasal yang terus-menerus akan mengakibatkan batuk

kronik.

Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari dan akan

berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi

mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus

serta adamya stasis vena.

Page 18: Kharisma Lbm 4 Tht

Gejala obyektif

Pada sinusitis kronis, temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan

tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret

kental purulen dari meatus medius atau meatus superior. Pada rinoskopi posterior tampak

sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok.

Pemeriksaan mikrobiologik

            Biasanya merupakan infeksi campuran oleh bermacam-macam mikroba, seperti

kuman aerobS. aureus, S. viridians, H. Influenzae dan kuman anaerob Peptostreptokokus

dan Fusobakterium.

Diagnosis sinusitis kronik

            Dibuat berdasarkan anamnesis yang cermat, pemeriksaan rinoskopi anterior dan

posterior serta pemeriksaan penunjang berupa transiluminasi untuk sinus maksila dan sinus

frontal, pemeriksaan radiologik, pungsi sinus maksila, sinoskopi sinus maksila, pemeriksaan

histopatologik dari jaringan yang diambil pada waktu dilakukan sinoskopi, pemeriksaan

meatus medius dan meatus superior dengan menggunakan naso-endoskopi dan

pemeriksaan CT-scan.

Terapi

Pada sinusitis kronis perlu diberikan terapi antibiotik untuk mengatasi infeksinya dan

obat-obatan simtomatis lainnya. Antibiotik diberikan selama sekurang-kurangnya 2 minggu.

Selain itu dapat juga dibantu dengan diatermi gelombang pendek selama 10 hari di daerah

sinus yang sakit.

Tindakan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan untuk membantu memperbaiki

drenase dan pembersihan sekret dan sinus yang sakit.  Untuk sinusitis maksila dilakukan

pungsi dan irigasi sinus, sedangkan untuk sinusitis etmoid, frontal atau sphenoid dilakukan

tindakan pencucian Proetz.  Irigasi dan pencucian sinus ini dilakukan 2 kali dalam seminggu.

Bila setelah 5-6 kali tidak ada perbaikan dan klinis masih tetap banyak sekret purulen,

berarti mukosa sinus sudah tidak dapat kembali normal (perubahan irreversible), maka perlu

dilakukan operasi radikal.

Untuk mengetahui perubahan mukosa masih reversible atau tidak, dapat juga

dilakukan dengan pemeriksaan sinoskopi, yaitu melihat antrum (sinus maksila) secara

langsung dengan menggunakan endoskop.

STEP 4

Page 19: Kharisma Lbm 4 Tht