lbm 4-tri-skn

Upload: wathugedhe

Post on 09-Jul-2015

215 views

Category:

Documents


78 download

DESCRIPTION

LI TRI RATNAWATI LBM 4 MODUL SISTEM KESEHATAN NASIONAL SGD 19

TRANSCRIPT

1

LBM 4 MODUL SKN TRI RATNAWATI PEMBERDAYAAN KESEHATAN1. Apa definisi dari pemberdayaan kesehatan? a. proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi, dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan masyarakat. (Sistem Kesehatan, Wiku Adisasmito) Upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara

bertanggung-gugat demi perbaikan kehidupannya. Upaya untuk memberikan daya (empowermwnt) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat. Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perorangan, kelompok dan masyarakat di bidang

2 kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tingginya (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D) Adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat, kemudian merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar. Sumber: Penggerakkan dan Pemberdayaan Masyarakat bagi Kader dan Tokoh Masyarakat. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.2007. 2. Apa tujuan dari pemberdayaan kesehatan? i. Menetapkan memungkinkan suasana atau iklim yang tercapainya derajat kes yang setinggi-

berkembangnya potensi yang

dimilki masyarakat, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisional dalam menata kehidupan masyarakat.

3 ii. Memperkuat potensi yang dimilki masyarakat, baik potensi lokal yang telah membudaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui

pemberian masukan berupa bantuan dana, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga

pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah. iii. Melindungi masyarakat melalui yang pemihakan untuk kepada mencegah

lemah

persaingan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi. (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D) a. Tujuan Umum Meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya. b. Tujuan Khusus 1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan 2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri 3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat 4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat di lapangan.

4 Sumber: Penggerakkan dan Pemberdayaan Masyarakat bagi Kader dan Tokoh Masyarakat. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.2007. 3. Apa sasaran dari pemberdayaan kesehatan? Terciptanya keberdayaan individu, keluarga dan

masyarakat dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif dalam memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungan sesuai dengan sosial budaya setemapat, khususnya pada masa kehamilan, masa bayi dan kanakkanak, remaja perempuan usia produktif, dan kelompokkelompok lain dengan kebutuhan kesehatan khusus. (Sumber : Buku Pembangunan kesehatan di indonesia, R. Hapsari Habib Rachmat) 4. Apa strategi dari pemberdayaan kesehatan? 1. Melakukan penguatan lembaga dan organisasi

masyarakat guna mendukung peningkatan posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi. 2. Mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan, penyediaan prasarana dan sarana seperti modal, informasi pasar dan

5 teknologi, sehingga dapat memperluas kerja dan

memberikan pendapatan yang layak, khususnya bagi keluarga dan kelompok masyarakat miskin. 3. Mengembangkan sistem perlindunagan sosial, terutama bagi masyarakat yang terkena musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi 4. Mengurangi berbagai bentuk pengaturan yang

menghambat untuk membangun lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk membangun kesepakatan di antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi sosial politik 5. Membuka ruang gerak selaus-luasnya bagi masyarakat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam proses

pengembalian keputusan publik malalui pengemabangan forum lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat. 6. Mengembangkan membangun lembaga potensi dan masyarakat organisasi untuk

keswadayaan

masyarakat di tingkat lokal untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan sosial masyarakat dalam memecahkan berbagai masalah kemasyarakatan dan khususnya untuk membantu masyarakat miskin dan rentan sosial. (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

6 5. Apa saja unsur-unsur dalam pemberdayaan kesehatan masyarakat? 1. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatiakn sedikitnya empat unsur pokok, yaitu : 2. Aksestabilitas informasi, karena informasi merupakan kekuasaan baru kaitannya dengan : peluang, layanan, penegakkan hukum, efektivitas negosiasi, dan akuntabilitas 3. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan 4. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat 5. Kapasitas kemampuan masyarakat, organisasi bekerja serta lokal, sama, kaitannya dengan warga untuk

mengorganisasi sumber daya

memobilisasi

memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D) 6. Apa manfaat pemberdayaan kesehatan?1) Menumbuhkembangkan potensi masyarakat. 2) Mengembangkan gotong-royong masyarakat. 3) Menggali kontribusi masyarakat.

74) Menjalin kemitraan. 5) Desentralisasi. Sumber: Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada.

1) Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan. 2) Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat. 3) Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan. 4) Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya.Sumber: Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach.Toronto: W.B. Sanders.

7. Apa

peran

petugas

kesehatan

dalam

pemberdayaan

kesehatan?

8 1) Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. 2) Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut. 3) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. Marasabessy, N.B,. (2007). Program pemberdayaan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan malaria dikabupaten Maluku tengah.pdf. Universitas Gadjah Mada. 8. Bagaimana hubungan pemberdayaan kesehatan masy.

Dengan sistem kesehatan nasional? Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek

sekaligus obyek dari sistem kesehatan. Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya secara langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan masyarakat. Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan masyarakat miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehtan. Faktor lain

9 yg akan menjamin penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat utk memperoleh dan

memanfaatkan input sember daya yg dpt meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat. Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin keberlangsungan program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan pihak ketiga seperti perusahaan dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan organisasi masyarakat. Pemberdayaan menciptakan masyarakat suasana yg diharapkan memungkinkan dapat potensi

masyarakat utk berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yg harus dikembangkan. Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun 1992 menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan

masyarakat utk hidup sehat, aktif dan berperan serta dalam upaya kesehatan (Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

10 Kedudukan Kesehatan Merupakan Dasar nomer 2 : Pemberdayaan setiap orang dan masyarakat bersama dengan peran pemerinta untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan Pemberdayaan Sebagai Dasar Pembangunan

masyarakat. Meningkatnya peran aktif masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, dan swasta dalam hal pengorganisasian, penggerakkan dan pendanaan kegiatan masyarakat merupakan peluang yg nyata dewasa ini di Indonesia, yg harus tetap dimantapkan. Juga meningkatnya kesadaran masyarakat atau perorangan

terhadap pola hidup sehat serta pentingnya lingkungan hidup yg sehat merupakan peluang yg nyata di Indonesia dan juga diberbagai negara lain. Setiap orang dan juga masyarakat bersama dengan

pemerintah berperan, berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memelihara, serta meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap upaya kesehatan harus mampu membangkitkan dan mendorong kesehatan peran serta masyarakat. dengan Pembangunan pada

dilaksanakan

berlandaskan

kepercayaan atas kemampuan dan kekuatan sendiri serta bersendikan kepribadian bangsa.

11 Sesuai dengan peraturan perundangan yg berlaku,

masyarakat memiliki kesempatan utk berperan serta dalam penyelenggaraan upaya kesehatan beserta penyediaan

sumber dananya. Selanjutnya, pemerintah mpy kewajiban dan wewenang utk membina, mendorong dan

menggerakkan swadaya masyarakat agar dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna dengan mempersiapkan perangkat peraturan dan tata caranya. Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (disebut Dewan Kelurahan) dan Dewan Kecamatan yg meibatkan berbagai unsur, memiliki potensi besar utk meningkatkan upaya kesehatan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat hingga saat ini masih menempatkan masyarakat sebagai obyek dan upayanya lebih banyak berupa bantuan kemanusiaan (charity) yg bersifat mendesak (emergency), pengerakan (mobilisasi) baru

bersifat sementara dan baru pada tahap pengembangan ( Sumber : Buku Pembangunan Kesehatan di Indonesia, R. Hapsara Habib Rachmat)

12

9. Bagaimana langkah-langkah untuk menjalankan promosi kesehatan?

Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promoosi Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009.

Perancanaan dan Pelaksanaan Promkes 1. Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi

13 a. Identifikasi Perilaku Beresiko Terhadap Kesehatan o Masyarakat mengidentifikasi faktor-faktor apakah yang ada di masyarakat, yang menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit (adakah faktor perilaku dan atau faktor sarana air bersih dan sarana sanitasi yang menyebabkan penyebaran penyakit). o Masyarakat menganalisa perilaku yang paling beresiko terhadap kesehatan diantara banyak faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran penyakit tanpa mengarahkan masyarakat, melalui bantuan pertanyaan-pertanyaan oleh fasilitator, masyarakat dapat menemukan tentang prioritas perilaku beresiko. o Masyarakat mengidentifikasi kelompok sasaran perilaku beresiko (siapakah berperilaku beresiko, kapan perilaku buruk tersebut dilakukan, dan dimana perilaku buruk tersebut dilakukan). o Masyarakat dapat menganalisis potensi yang dimiliki seperti tenaga/kader kesehatan, media komunikasi yang ada, perilaku baik terhadap kesehatan yang sudah membudaya di masyarakat, dan lain-lain. o Masyarakat menganalisa mengapa mereka belum melakukan perilaku kesehatan yang di inginkan? Apakah masyarakat tidak melakukan karena tidak tahu dan tidak mengerti atau masyarakat sudah mengerti dan paham tetapi tetapi tidak mau melakukannya. Pada tahap ini TFM juga melakukan proses pemicuan dengan metode STBM, sampai terbentuknya informal leader. Proses kegiatan monitoring dan kegiatan lain di tindaklanjuti oleh organisasi sanitasi yang terbentuk tersebut. b. b Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah Setelah masyarakat mengidentifikasi masalah perilaku beresiko terhadap kesehatan yang ada di masyarakat dan menganalisis potensi masyarakat, selanjutnya masyarakat menyusun perumusan masalah dan cara pemecahan masalah tersebut,

14 dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat. Perumusan masalah dan cara pemecahan masalah tersebut dibahas dalam rembug desa (pleno masyarakat) untuk mendapatkan kesepakatan bersama dalam melaksanakannya. 2. Penguatan LKM, Pemilihan Opsi Kegiatan dan Penyusunan RRK Promosi Kesehatan Setelah masyarakat merumuskan masalah dan cara pemecahannya, agar secara operasional mudah dilaksanakan oleh masyarakat (individu, rumah tangga, kelompok masyarakat) maka perlu tindak lanjut : Penguatan kapasitas Tim Kerja Masyarakat dan Penyusunan rancangan rinci kegiatan dan rencana biaya, yang praktis dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat. i. Penguatan LKM Tim Fasilitator Masyarakat dibantu oleh bidan desa, sanitarian, staf Cabang Dinas Pendidikan, Kepala Desa, memberikan penguatan melalui on the job training kepada LKM (terutama Seksi Kesehatan) agar mampu menyusun opsi kegiatan promosi kesehatan, rancangan rinci kegiatan dan rencana biaya : o Promosi Kesehatan di Masyarakat o Promosi kesehatan di Sekolah ii. Opsi Kegiatan Promosi Kesehatan Minimal empat perilaku seperti telah diuraikan sebelumnya. o Perilaku buang air besar di tempat yang benar (jamban). o Perilaku cuci tangan pakai sabun. o Perilaku pengamanan air minum dan makanan. o Perilaku kebersihan pengelolaan sampah o Perillaku pengelolaan limbah cair rumah tangga Telah diuraikan diatas bahwa langkah berikut setelah identifikasi masalah dan pemahaman penyebaran penyakit dilakukan analisis. Salah satu cara analisis yang sering digunakan dalam pemilihan opsi kegiatan PHBS adalah dengan berdiskusi, menggunakan matriks EFEKTIF TIDAK EFEKTIF dan

15 MUDAH SULIT. Bila opsi kegiatan PHBS telah dipilih, maka mungkin perlu pula menetapkan pilihan/opsi teknis jenis sarana yang dibutuhkan. Dasar pemilihan opsi teknis ini adalah dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya. Opsi yang dipilih hendaknya sudah mempertimbangkan berbagai aspek yang hidup di masyarakat seperti : kepercayaan, tradisi, tata nilai dan sebagainya, agar tidak mengalami masalah di kemudian hari. iii. Penyusunan Rancangan Rinci Kegiatan Setelah opsi kegiatan dan opsi teknis sarana ditentukan, maka dilanjutkan dengan membuat suatu rencana tindakan yang akan dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Untuk itu perlu dilakukan diskusi kelompok masyarakat (Kelompok Diskusi Terfokus). Kegiatan ini dapat langsung dilanjutkan setelah pemilihan opsi dilakukan atau pada kesempatan lain yang terpisah, karena pembuatan rencana kerja tersebut mungkin membutuhkan beberapa kali diskusi. Kegiatan ini hendaknya dilakukan dalam kelompok yang melibatkan pula anggota LKM, sanitarian Puskesmas, perwakilan sekolah/guru, disamping fasilitator. Dimaklumi bahwa untuk mengubah perilaku tidaklah mudah. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi. Diperlukan motivasi tertentu untuk mau berubah. Bahkan kemampuan juga turut mempengaruhi. Untuk itu mungkin diperlukan penyebaran informasi yang cukup. Untuk memperoleh informasi kesehatan yang lebih banyak dan relevan diharapkan CFT dapat membantu LKM untuk meningkatkan akses ke Puskesmas. Perlu pula dipikirkan/didiskusikan dengan masyarakat mengenai kemungkinan diadakan pelatihan khusus bidang penyuluhan kesehatan dan bidang teknis PHBS. Semua temuan, hasil analisis dan keputusan-keputusan tentang opsi perubahan PHBS tersebut diatas selanjutnya disajikan pada Pertemuan Pleno Masyarakat untuk persetujuan yang perlu ditindaklanjuti sebagai bahan masukan RKM. Tindak lanjut yang dimaksud antara lain mengenai kesepakatan akan menentukan tujuan, kelompok

16 sasaran, macam/kegiatan pelaksana, keperluan akan alat/bahan/material dan biaya serta waktu pelaksanaan. Alat/bahan/media yang dibutuhkan dimasukan dalam rencana kegiatan berikut biaya yang dibutuhkan. Dalam membuat perencanaan biaya, LKM Unit Kesehatan didampingi oleh TFM Kesehatan mencari perbandingan harga untuk semua bahan dan alat yang dibutuhkan, minimal 3 toko. Harga yang digunakan sebagai harga satuan dalam RKM adalah harga yang terendah. Perlu diingat bahwa dalam menetapkan kelompok sasaran pada prinsipnya terutama adalah kolompok yang beresiko tinggi terhadap penularan penyakit. Oleh karena itu sewaktu menggali informasi dengan menggunakan tool Contamination route hendaknya dapat diperoleh pula informasi tentang golongan umur berapa yang banyak ditemukan menderita penyakit tertentu misalnya diare. Maka sasaran program dapat diidentifikasi lebih tajam yaitu yang dikatakan beresiko tinggi misalnya bayi, dan sebagainya. Juga, kelompok masyarakat yang beresiko tinggi dapat diketahui dari hasil Transect Walk, misalnya ditemui kelompok masyarakat yang mandi, cucicuci, buang air besar dan lain-lain di sungai. Atau kelompok masyarakat yang tidak cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dan sebagainya. Dalam mendiskusikan pelaksana dari kegiatan-kegiatan hendaknya melibatkan semua segmen sosial masyarakat (lakilaki, perempuan, kaya dan miskin, orang tua, remaja/anakanak). Dengan adanya permasalahan kesehatan yang jelas, kelompok sasaran yang jelas pula kiranya dapat disusun rencana PHBS yang lebih terfokus. Bahkan sampai kepada materi penyuluhan apa, media komunikasi apa yang efektif dapat dibahas bersama-sama dari data yang telah diperoleh. Rencana Kerja Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dituangkan dalam tabel sebagai kelanjutan dari pemilihan Opsi PHBS. Dengan alur pikir pembuatan perencanaan seperti tersebut di atas, masyarakat akan lebih mudah memahami dan

17 diharapkan lebih banyak terlibat dan mendukung sehingga terjadi suatu pembangunan yang berkesinambungan. iv. Penyusunan RKM Masyarakat dibantu oleh TFM menyusun draft RKM tentang program promosi kesehatan dengan memperhatikan : Ada keterkaitan antara program promosi kesehatan di sekolah dan di masyarakat. Rencana promosi kesehatan dipresentasikan dalam pleno masyarakat untuk mendapat perbaikan / penyempurnaan serta kesepakatan. Mendapat masukan dari TKC, PUSKESMAS dan Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan, untuk mendapat dukungan dari program dan sektor terkait. v. Penyusunan Rencana Monitoring dan Evaluasi Masyarakat dibantu oleh TFM, secara partisipatif melalui diskusi kelompok terfokus menyusun rencana monitoring dan evaluasi kegiatan promosi higiene sanitasi baik di sekolah maupun di masyarakat, yang mudah dilaksanakan sendiri oleh siswa sekolah maupun masyarakat.

1. Persiapan Pelaksanaan LKM dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun jadual ulang apabila dalam melaksanakan kegiatan dalam RKM tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini. LKM dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun organisasi pelaksanaan promosi kesehatan, berdasar atas rencana yang telah disusun dalam RKM (di sekolah maupun di masyarakat). Mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Dinas Kesehatan Propinsi (apabila ada). 2. Fasilitasi oleh TFM TFM terutama FM bidang kesehatan harus melaksanakan pelatihan kepada LKM (seksi kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu melaksanakan

18 kegiatan promosi higiene sanitasi. TFM terutama FM bidang kesehatan membantu LKM dalam melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi. TFM terutama FM bidang kesehatan dan FM bidang pemberdayaan masyarakat terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan hasil pemicuan STBM. 3. Implementasi Kegiatan Melaksanakan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi terlebih dahulu (apabila ada rencana pelatihan dalam RKM). Mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi seperti pelatihan Guru, atau pelatihan yang direncanakan oleh DPMU, menggunakan dana non hibah desa. Melaksanakan kegiatan program promosi higiene sanitasi di masyarakat, di tempat ibadah maupun di sekolah sesuai rencana yang tercantum dalam RKM. Melaksanakan pembangunan sarana air bersih, jamban sekolah dan tempat cuci tangan, di sekolah sesuai rencana dalam RKM. 4. Bantuan Teknis TKKc Tim Pembina UKS Kecamatan yang anggotanya juga merupakan anggota TKC, memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan promosi higiene sanitasi secara partisipatif di sekolah. Pemimpin PUSKESMAS, Sanitarian dan Staf lain yang merupakan anggota TKC, memberikan bantuan teknis pelaksanaan kegiatan promosi higiene sanitasi di sekolah maupun di masyarakat.Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promoosi Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009.

10. Apakah macam atau bentuk-bentuk pemberdayaan masy. Terutama di bidang kesehatan?

19 Pemberdayaan Kader dalam penyelenggaraan Posyandu 1) Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada para ibu pengguna Posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur) sebelum hari buka Posyandu. 2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan Posyandu sebelum Posyandu dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan dll. 3) Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu usia subur yang hadir di Posyandu. 4) Melakukan penimbangan bayi dan balita. 5) Mencatat hasil penimbangan kedalam KMS 6) Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan. 7) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah meja V (kalau diperlukan). 8) Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar datang ke Posyandu.11. Sumber: Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

20

PROMOSI KESEHATAN12. Apa definisi dari promosi kesehatan? Menurut Ottawa Charter 1986 Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical, mental and social, well being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment Menurut Australian Health Foundation Health promotion is programs are design to bring about change within people, organization,

communities, and their environment Promosi kesehatan kesehatan yang adalah program-program untuk membawa

dirancang

perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan sebagainnya). ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta) fisik, social budaya, politik, dan

21 Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengahkehidupan masyarakat.

Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.Sumber: Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pelaksanaan Promoosi Kesehatan di Daerah, Jakarta 2009.

13. Sebutkn visi dan misi promosi kesehatan? VISI

22 Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social. ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta) MISI 1. Advokat (Advocate) Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan diberbagai program dan sector yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti

melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau

keputusan-keputusan politik. 2. Menjembatani (Mediate) menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sekotr yang terkait dengan kesehatan. kesehatan Dalam perlu melaksanakan kerjasama program-program program lain

dengan

dilingkungan kesehatan, maupuns ekotr lain yang terkait. oelh sebab itu, dalam mewujudkan kerja sama atau

23 kemitraan ini peran pendidikan / promosi kesehatan diperlukan. 3. Memampukan (Enable) Memberikan masyarakat kemampuan agar mereka atau ketrampilan kepada dan

mampu

memelihara

meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Hal ini berarti masyarakat diberikan kemampuan atau ketrampilan agar mereka mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta) 14.Sebutkan tujuan dari promosi kesehatan? i. Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. ii. Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. iii. Tujuan perilaku yang merupakan tercapai pendidikan (perilaku atau yang

pembelajaran

harus

24 diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap. (Green, 1990) 15. Sebutkan ruang lingkup promosi kesehatan? Terdiri dari 2 dimensi yaitu : b. Dimensi Aspek Pelayanan Kesehatan Kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni : promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni : a) Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, b) Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang lingkup pendidikan / promosi kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua. a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat disuatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya,

25 maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu

ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan, yaitu : 1) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Sasaran promosi / pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah Kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misalnya : kelompom ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas, para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainnya. Tujuan upaya pendidikan / promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit. 2) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma, DM, TBC, reumatik, tekanan darah tinggi dan

sebagainnya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada

26 kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah. 3) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatannya. c. Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan

promosi kesehatan Dapat dikelompokkan menjadi : 1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga) Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. 2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. sekolah, terutama guru pada

27 umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak

(murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar,

lokakarya dan sebagainya. 3. Pendidikan kesehatan di tempat kerja Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan non fisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang

optimal. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin atau manajer dari institusi merupakan tempat sasaran kerja termasuk perkantoran sehingga

promosi

kesehatan

mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja 4. Pendidikan di tempat-tempat umum

28 Tempat tempat umum disini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat

perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota dan sebagainnya. Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yg dimaksud, disamping melakukan himbauan himbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya. 5. Fasilitas pelayanan kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup RS, puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang puskesmas sangat ironis, dimana kebersihan RS atau

tidak

menjaga

fasilitas

pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebagainya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi

29 kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya tersebut. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan,

pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark 1. Promosi Kesehatan (Health Promotion) Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup,

perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan sebagainya 2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection) Dlam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan

perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya masih rendah. 3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

30 Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh

pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan / promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini. 4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation) Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit, seringkali mengakibatkan

masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan

pengobatan

yang

komplit

terhadap

penyakitnya.

Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini. 5. Rehabilitas (Rehabilitation) Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadangkadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya

31 tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang

dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyrakat yang normal. Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat. ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta) 16.Sebutkan sasaran promosi kesehatan? Sasaran dibagi dalam 3 kelompok sasaran yaitu : 1. Sasaran Primer (Primary Target) Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan. Sesuai dengan masalah kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja dan

sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap

32 sasarn primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat. 2. Sasaran Sekunder (Secondary Target) Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan

memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat sekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan pada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (Social Suport). 3. Sasaran Tersier (Tertiary Target) Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (Sasaran Sekunder), dan juga kepada promosi

masyarakat umum (Sasaran Primer). Upaya

33 kesehatan yang ditujuakan kepada sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi. ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta) 17. Sebutkan strategi promosi kesehatan? b) Strategi global menurut WHO 1984 1. Advokasi (Advocacy) Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik dibidang kesehatan maupun sector lain diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan ini mengeluarkan kebijakankebijakan, atara lain dalam bentuk : peraturan, undangundang, instruksi, dan sebagainya yang

menguntungkan kesehatan publik. 2. Dukungan social (Social Suport) Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh

masyarakat, baik formal (Guru, Lurah, Camat, Petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (Tokoh agama dan sebagainya ) yang mempunyai pengaruh dimasyarakt. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan dan program kesehatan tersebut memperoleh

34 dukungan dari tokoh masyarakat dan agama.

Selanjutnya Toma dan Toga ini dapat menjembatani antara pengelola program kesehatan dengan

masyarakat. 3. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment) Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer promosi kesehatan. Tujuaannya adalah agar masyarakat memiliki

kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujutkan dalam berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian, dan pembangunan masyarakat dalam bentuk misalnya koperasi dan pelatihan ketrampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan dan sebagainnya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki kemampuan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan mereka sendiri (self relince in health). c) Strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter) Dikelompokkan menjadi 5 butir yaitu :

35 d. Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy) Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan dikeluarkan atau atau penentu kebijakan. Sehingga kebijakan-

dikembangkannya

kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti bahwa setiap kebijakan pembangunan dibidang apa saja harus mempertimbangkan dampak kesehatannya bagi masyarakat. e. Lingkungan environment) Kegiatan untuk mengembangkan ajringan kemitraan dan suasana yang mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public places). kegiatan mereka diharapkan memperhatikan yang mendukung (supportive

dampaknya terhadap lingkungan, baik lingkunagn fisik maupun lingkunagn non fisik yang mendukung atau kondusif terhadap kesehatan masyarakat. f. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service) Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan (provider), baik pemerintah

36 maupun swasta saja, melainkan juga masalah

masyarakat sendiri (consumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga

merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa ini titik berat

pelayanan kesehatan masih berada pada pihak pemerintah dan swasta, dan kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima pelayanan. Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti

memberdayakan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri. g. Ketrampilan individu (personal skill) Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari kelompok, keluarga an individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing

keluarga, dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan ketrampilan setiap anggota masyarakat meningkatkan sangat penting. h. Gerakan masyarakat (community action) agar mampu memelihara dan adalah

kesehatan

mereka sendiri

37 Kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga dan individu. Oleh sebab itu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat akan efektif apabila unsure-unsur yg ada dimasyrakat dalam mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari gerakan masyarakat

(community action) ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta)

PARTIIPASI MASYARAKAT18.Apa definsi dari partisipasi masy.? Suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yg berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan lingkungan. ( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, Rineka Cipta) proses aktif dan inisiatif yang muncul dari masyarakat serta akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukungnya yaitu: (1) adanya kemauan, (2) adanya kemampuan, dan (3) adanya kesehatan, makanan, dan minuman serta

38 kesempatan untuk berpartisipasi. Kemauan dan

kemampuan berpartisipasi berasal dari yang bersangkutan (warga atau kelompok masyarakat), sedangkan kesempatan berpartisipasi datang dari pihak luar yang memberi kesempatan (Sumber:UHYJ:www.uns.ac.id/data/sp11.pdf+langkahlangkah+kegiatan+pengembangan+partisipasi+masyarakat &hl=id&gl=id&pid=bl&srcid) 19.Apa saja program dari partisipasi masy.?1.

Kader Posyandu adalah warga masyarakat yang terlibat

dalam dalam seksi 7 dan seksi 10 LKMD (Tim penggerak PKK) yang tergabung dalam Pokja IV yang membidangi masalah kesehatan dan KB dan aktif dalam kegiatan Posyandu.2.

Kader gizi adalah anggota masyarakat yang bekerja sukarela gizi dan mampu melaksanakan serta serta ikut upaya mampu dalam keluarga (UPGK) untuk

secara

peningkatan menggerakkan

masyarakat

kegiatan UPGK. Masih banyak contoh-contoh lain tentang macam atau jenis kader di masyarakat, seperti kader UKS (di sekolah), kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik), dan lain-lain. Peranan Kader dalam penyelenggaraan Posyandu

39 1) Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada para ibu pengguna Posyandu (ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak balita serta ibu usia subur) sebelum hari buka Posyandu. 2) Menyiapkan peralatan untuk penyelenggaraan Posyandu sebelum Posyandu dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan dll. 3) Melakukan pendaftaran bayi, balita, ibu hamil dan ibu usia subur yang hadir di Posyandu. 4) Melakukan penimbangan bayi dan balita. 5) Mencatat hasil penimbangan kedalam KMS 6) Melakukan penyuluhan perorangan kepada ibu-ibu di meja IV, dengan isi penyuluhan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang bersangkutan. 7) Melakukan penyuluhan kelompok kepada ibu-ibu sebelum meja I atau setelah meja V (kalau diperlukan). 8) Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar datang ke Posyandu.Sumber: Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan & ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Bentuk partisipasi masyarakat dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu partisipasi dalam:

40 1. Tahap pembuatan keputusan. Dalam hal ini, sejak awal masyarakat telah dilibatkan dalam proses perencanaan dan perancangan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan atas rencana yang akan dilaksanakan. 2. Tahap implementasi. Keterlibatan masyarakat juga diupayakan pada tahap pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian, masyarakat dapat mengontrol bagaimana kegiatan dilaksanakan di lapangan. 3. Tahap evaluasi. Evaluasi secara periodik umumnya dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dan pada akhir pelaksanaan kegiatan. 4. Partisipasi untuk memperoleh manfaat suatu kegiatan. Ditinjau dari tingkatannya, partisipasi masyarakat dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Manipulasi Tercatat sebagai anggota Wewenang mutlak pada initiator kebijakan 2. Menginformasikan Hak dan pilihan masyarakat diidentifikasi Wewenang dominan pada initiator kebijakan/program 3. Konsultasi Pendapat masyarakat didengar, tetapi belum tentu ditindaklanjuti Wewenang dominan pada initiator kebijakan/program 4. Kemitraan Saran/pendapat masyarakat dinegosiasikan Wewenang terdistribusikan secara proporsional di antara pihak pihak yang berkepentingan 5. Delegasi wewenang Masyarakat diberi wewenang mengelola sebagian atau seluruh bagian program Wewenang ada pada masyarakat 6. Kontrol masyarakat dominan dalam merancang dan memutuskan program Wewenang mutlak pada masyarakat. Dengan adanya tingkatantingkatan partisipasi masyarakat seperti tersebut pada tabel di atas, maka perlu diupayakan agar partisipasi masyarakat tidak hanya sekedar berbentuk keterlibatan semu yang dikategorikan sebagai tingkat partisipasi manipulasi, dimana pada dasarnya tidak ada partisipasi

41 masyarakat, melainkan diupayakan untuk tercapainya tingkat partisipasi dimana masyarakat memiliki wewenang yang cukup dalam kemitraan antara masyarakat dan pemerintah/nonpemerintah sebagai initiator kebijakan/program. Untuk mencapai tingkat partisipasi yang tinggi, berikut ini adalah beberapa elemen kunci yang perlu dipertimbangkan: 1. Kompatibilitas yang didasarkan atas kepercayaan dan saling menghargai di antara partisipan. 2. Manfaat bagi seluruh partisipan yang terlibat. 3. Wewenang dan keterwakilan yang sederajat. Tingkat partisipasi akan melemah apabila ada sebagian pihak yang terlalu mendominasi, sementara sebagian lainnya tidak mempunyai wewenang sama sekali. 4. Mekanisme komunikasi yang baik harus dibangun secara internal di antara partisipan dan dengan pihak luar yang relevan. 5. Adaptif terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi. 6. Integritas, kesabaran dan ketekunan harus diciptakan di antara partisipan.

20. Apa faktor pendorong masyarakat untuk ikt berpartisipasi?

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu (1) kemauan, masyarakat (2) kemampuan, dan (3) kesempatan 1992 bagi dalam

untuk

berpartisipasi

(Slamet,

Sumardjo dan Saharudin, 2003).

42 Ketiga faktor tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, seperti psikologis individu (needs, harapan, motif, reward), pendidikan, adanya informasi, keterampilan, teknologi, kelembagaan yang mendukung, structural dan stratifikasi sosial, budaya lokal serta peraturan dan pelayanan pemerintah. Menurut Oppenheim (1973) dalam Sumardjo dan Saharudin (2003) ada unsur yang mendukung untuk berperilaku tertentu pada diri seseorang (Person inner determinants) dan terdapat iklan atau

lingkungan (Environmental factors) yang memungkinkan terjadinya perilaku tersebut. Menurut Sahidu (1998) bahwa kemauan faktor-faktor masyarakat yang untuk

mampengaruhi

tingkat

berpartisipasi adalah motif, harapan, needs, rewards dan penguasaan informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah pengaturan dan pelayanan, kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal, kepemimpinan, sarana dan prasarana.

Sedangkan faktor yang mendorong adalah pendidikan, modal dan pengalaman yang dimiliki.13)

43 Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi

masyarakat

agar ikut serta dalam pembangunan dapat

dilakukan dengan cara: (1) Learning process (learning by doing); Proses kegiatan

dengan melakukan aktivitas proyek dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat. (2) Institusional development; Melakukan kegiatan melalui

pengembangan pranata sosial yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat merupakan daya tamping dan daya dukung sosial. (3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14) (Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan May 26, 2009 Filed under: Uncategorized tutyirawaty @ 7:46 am http://tutyirawaty.wordpress.com/2009/05/26/partisipasimasyarakat-dalam-pembangunan/) Faktor Yang Mempengaruhi partisipasi masyarakat Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi

masyarakat antara lain:

44 1) Manfaat kegiatan yang dilakukan. Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperanserta menjadi lebih besar. 2) Adanya kesempatan. Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperanserta dan masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan. 3) Memiliki ketrampilan. Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang yang mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperanserta. 4) Rasa Memiliki. Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikut sertakan, jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik maka peranserta akan dapat dilestarikan. 5) Faktor tokoh masyarakat.

45 Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula berperanserta.Sumber: Wass, A. (1995). Promoting health: the primary health approach.Toronto: W.B. Sanders.

21. Apa syarat dari partisipasi masy? Hardjasoemantri merumuskan syarat-syarat agar partisipasi masyarakat masyarakat menjadi efektif dan berdaya guna, sebagai berikut: Pemastian penerimaan informasi dengan mewajibkan pemrakarsa kegiatan mengumumkan rencana kegiatannya. Informasi lintas batas (transfrontier information); mengingat masalah lingkungan tidak mengenal batas wilayah yang dibuat manusia; Informasi tepat waktu (timely information) ; suatu proses peran serta masyarakat yang efektif memerlukan informasi sedini dan seteliti mungkin, sebelum keputusan terakhir diambil. Dengan dmeikian masih ada kesempatan untuk mempertimbangkan dan mengusulkan alternatifalternatif pilihan. Informasi yang lengkap dan menyeluruh (comprehensive information). Informasi yang dapat dipahami (comprehensible information).Sumber: Nurbeti, M. (2009). Pemberdayaan masyarakat dalam konsep kepemimpinan yang mampu menjembatani: bagaimana mengukurnya?. Dari:http://www.kesehatanmasyarakat.com/2009 /02/pemberdayaan-masyarakat-dalam-konsep.html (tanggal unduh 28 Oktober 2009 pukul 12:21 WIB)