lbm 5 saraf aria tri
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
1/52
LBM V
STEP 1
EEG: Elektroencephalografiteknik untuk merekam aktivitas elektrik ptak melaluitengkorak yg utuh. Seperti EKG pada jantung. Hasil yg didapatkan sama seperti EKG.
Kejang: suatu kondisi dimana otot tubuh berkontraksi dan relaksasi scr cepat dan berulangoleh karena abnormalitas sementara dari aktivitas elektrik di otot. Dapat terjadi karena eks-
intra kranial, atau gangguang metabolik.
STEP 2
1. Bagaimana fisiologi dari potensial membran saraf?2. Bagaimana mekanisme kejang?3. Macam2 kejang?4. Etiologi kejang?5. Mengapa pasien datang dengan keluhan sering jatuh dan kejang kelonjotan seluruh anggota
gerak dan berlangsung kurang lebih 5 menit?
6. Mengapa setelah kejang berhenti pasien mengeluarkan buih dari mulutnya?7. Mengapa pada saat kejang pasien tidak sadar dan tidak disertai dengan demam?8. Bagaimana mekanismenya kejang bisa berulang 3x sejak sebulan terakhir?
Apa hubungan dengan kejang sebelumnya dan kejang sekarang?
9. Apa manfaat px vital sign pada kasus ini? Apa maknanya didapatkan TD 110/60 mmHg?10.Mengapa didapatkan motorik dalam batas normal?11.Apa manfaat dokter melakukan px GCS?12.Apa efek fisiologis setelah mengalami kejang?13.Mengapa dokter menyarankan px EEG? Dan interpretasi untuk yg normal maupun
abnormal? Px penunjang yg lain?
14.Bagaimana penegakan diagnosis kasus kejang?15.Bagaimana penatalaksanaan awal di tempat praktik?16.DD?
STEP 3
1. Bagaimana fisiologi dari potensial membran saraf?Membran ada 2 lapisan eks-intra seluler. Eks lebih tinggi Na drpd int. Intsel Konsentrasi K
lebih tinggi drpd ekssel. Perbedaan konsentrasi antaea int dan eksrpotensial membran.
Harus seimbang memerlukan suatu energi Na-K ATP-ase.
Keadaan perub keseimbangan:
diubah oleh konsentrasi ion di dinding eks sel. Dipengaruhi oleh apa? rangsang mendadakmekanik, kimiawi, aliran listrik. perub patofisiologi dari membran karena herediter/genetik
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
2/52
2. Etiologi kejang? Eksitasi dan inhibis:
o rusak inhibisi, eks >>o Inhibisi N, eks>>o Inhibisi rusak, eks N
Penyakit:o Epilepsio Non epilepsihiponatremi dan hipernatremi, tumor, trauma, infx dan
serebrovaskular.
Inhibisi : GABA, Gama amino butirit acid brains inhibitory neurotransmitter Eksitasi : glutamat
3. Bagaimana mekanisme kejang? Eksitasi dan inhibis:
o rusak inhibisi, eks >>o Inhibisi N, eks>>o Inhibisi rusak, eks N
Inhibisi : GABA, Gama amino butirit acidbrains inhibitoryneurotransmitter
Pada orang normal GABA aktifsintesis dan metab asam glutamat. Glutamat
fungsinya untuk menghambat neuron alamiah, sedangkan pada org kejang, GABA
tidak adamenjadi pengahmbat neuron tidak ada kelistrikan yg banyak
kejang karena tidak ada inhibisi fokus epileptogenik
Eksitasi : glutamat
Sel neuron menghantarkan arus listrik depolarisasi dan repolarisasiACH.
Di Ach reseptor ada proses chanel K terbukamembran sel lebih permeabel thdp K. Saat
depolarisasi chanel K tertutup, Chanel Na terbukaglutamat berperan sbg eksitator post sinaps.
Normalnya, si potensial aksi dari depolarisasi harus dihambat oleh GABA supaya terjadi repolarisasi.
Jika tidak ada yg menghambatmelepaskan muatan listrik berlebihantergantung lokasi: jika di
otak, talamus, atau di korteks serebri bisa kejang. Serebelum dan batang otak tidak memicu kejang.
Saat kejang ada perub biokimiawi di membran, dmn tidak stabil ion2nyamembran lebih
permeabel thdp si Kdepolarisasi terus meneruspotensial aksi terus menerus.
Neuron2 hipersensitifambang lepas muatan listriknya menurun. Jika terangsang atau terpacu
dilepaskan terlalu banyak
Karena kelainan depolarisasikelebihan ACh. Atau def GABA.
Penyakit:o Epilepsio Non epilepsipencetus kejang: hiponatremi dan hipernatremi, lesi
serebral, tumor, trauma, infx intrakranial dan serebrovaskular.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
3/52
o Hipoksemia di otakGangguan pembentukan ATP akibat kegagalan pompaNA-K
o Hipokalsemiperub permeabilitas membran sel sarafo Hiponatremijumlah asupan cairan melebihi kemampuan eksresi, tidak
kemampuan sekresi ADH, gagal jantung, sirosis hati, Sindrom of
Inappropiate ADH secretion. Dehindrasihiponatremi. Bagaimana?
o HipernatremiKekurangan air tidak diatasi dgn baik pada org tua dan padaDiabetes insipidusair keluar vol otak mengecil, robekan pada vena dan
subarachnoid.
4. Macam2 kejang?o Secara umum
o Kejang dengan demamKejang demam(KD) Kejang dengan demamsetiap kenaikan 1dcpeningkatan metab
basal 10-15% disertai peningkatan kebutuhan oksigen 20%perub keseimbanan dipermuakaan membran sel , pada waktu singkat terjadi difusi ion K dan Na melalui mebran
sel scr bersamaanlepas muatan listrik yg berlebihanmeluas ke sel neuron disekitarnya
ada peranan neurotransmitter
KD sederhana KD kompleks
Bukan kejang karena demam (nonKD)paling bahaya. Biasanyaterjadi infx intrakranial. Meningitis/nsefalitis. Gangguan elektrolit
berat disertai demam. Serangan epileptik disertai demam. Penyakit
dgn demam gerakan mirip kejang.
o Kejang tanpa demam Tanpa demam yg berulang Hipoatau hiperglikemi Gangguan elektrolit tanpa demam Keracunan Trauma Hipoksia
o Sifato
Generalisata
seluruh korteks serebrum dan ensefalon. Awitan aktivitassimetris kedua hemisfer. Tanpa tanda awitan dan aura. Pasien tidak sadar
hanya bbrp detik.
Tonik/klonik (grand mal)kejang epilepsi klasik. Diawali hilangnyakesadaran dengan cepat, spasme di thorax dan abdomennafas
spt org asma.
Absens (petit mal)hilangnya kesadaran selama bbrp detik. Pasientau mlongo2, berhenti bicara tiba2, tatapan kosong, berkedeip
cepat
Epileptik myoklonikkontraksi mriip shick mendadak terbatas dibbrp otot ekstremitas.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
4/52
Epilesi atonikhilangnya tidak scr mendadak, tonus otot disertaidengan pingsan, jatuh.
o Parsialkejang dengan kesadaran utuh. Di korteks serebri. Gej tergantunglokasi fokus di otak. Hanya menyerang 1 bagian korteks
Jika di korteks sensorik baal, sensasi tertusuk. Motorikgejala kedutan otot
Sederhanabersifat motorik, sensorik dan otonomik. Motorik: unilateral, abN. Gejala tiba2. Sensorik: mendengar membau abN. Otonomik: bradikardi-takikardi, takipneu, rasa idak enak di
epigastrium
Kompleksbersifat motorik, sensorik dan otonomik. Kehilangankesadaran tapi tidak jatuh. Kelopak mata berkedip2. 1-3menit.
5. Mengapa pasien datang dengan keluhan sering jatuh dan kejang kelonjotan seluruh anggotagerak dan berlangsung kurang lebih 5 menit?
Generalisatamenyerang 1 fokus epileptogenik yg memancarkan muatan listrikeksitasi
seluruh korteks serebrikejang kelonjotan diseluruh anggota gerak. Mungkin grand mal
5menit. Petit mal: kurang dari 1 menit.
Parsialkejang dengan kesadaran utuh. Di korteks serebri. Gej tergantung lokasi fokus di
otak. Hanya menyerang 1 bagian korteks.
6. Mengapa setelah kejang berhenti pasien mengeluarkan buih dari mulutnya?Ada kontraksi stb
kontraksi tonik klonik facial pada orofaring dan cavum oris
berkontraksi lama dan bbrp menit merangsang gland saliva lebih aktifhipersalivasi
pengeluaran buih yg berbusa.
7. Mengapa pada saat kejang pasien tidak sadar dan tidak disertai dengan demam?Fokus epileptogenik ada di garis tengah subs grisea mesenfalon dan talamuskehilangan
keadaran sejenak.
Tubuh mengkompensasi krn ada hipoksia. Gerakan cepat dan signifikan. Organ vital
kebutuhannya harus dipenuhi.
Stlh kejang jika ada gang kesadar merasa kelelahan.
Kejang ada pelepasa muatan listrik serta primer . lintasa kahir yg menyebabkan kejang
nulklei intralamiare talami kataulintasan ascenden, involunter. Ada input berjalan pada
korteks serebi lintasan ascenders A spesifik melepaskan input listrik, input
keadaran/listriksadar. Jika tidak ada input bisa koma. Etiologi grand mal lepas muatan
inti intralaminer talamik berlebihanrangsangan talamokortikal berlebih kejang otot
stb dan menghalangi neuron kesadaran menerima impuls aferen; dan petit mal.
TIDAK DEMAM??
8. Bagaimana mekanismenya kejang bisa berulang 3x sejak sebulan terakhir?Apa hubungandengan kejang sebelumnya dan kejang sekarang?
Ada faktor pencetuskejang berulang.
Faktor pencetus:
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
5/52
o Cahayao Kurang tiduro Seizure komplek fibrilkejang Imenecetuskan kejang berikutnya krn ada
riwayat demam yg sering. Jika ada kenaikan suhu 1dcgang neurotransmitter
kejang. Lepasnya muatan lsitrik dapat meluas ke sel lain. Tetapi pada skenario tdk
ada riwayat demam.
9. Apa manfaat px vital sign pada kasus ini?Menilai kondisi awal pasien sedauh dan sebelum serangan. Kelelahan HR naik, RR naik.
Menilai kondisi.
o Ada hubungannya dengan hipoksia RR>>gang peredaran darah edema otakmerusak sel neuron.
o TDo Nadio Suhumenentukan etiologi dan terapi.o Tekanan Darah Sistemikuntuk mengetahui
10.Mengapa didapatkan motorik dalam batas normal?11.Apa manfaat dokter melakukan px GCS?
GCS normalkomposmentis.
Untuk menilai fokus epileptogenik dmn. Tidak sadar jika di bagian tengah subs grisea antara
mesencefalon dan talamus dan nuklei intralaminar talamik.
12.Apa perubahan hemodinamik setelah kejang?o kejang awal 15 menit>>katekolamin di sirkulasi>>TJ, TD, kadar glukosa dan
SDM SDP,
o kejang lanjut 15-30 menitdeplesi katekolaminefek sekunfer atau lambat,edem paru dan
o berkepanjangan >1 jamhipotensi
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
6/52
14.Bagaimana penegakan diagnosis kasus kejang?15.Bagaimana penatalaksanaan awal di tempat praktik?16.DD?
STEP 4
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
7/52
STEP 7
1. Bagaimana fisiologi dari potensial membran saraf?Membran ada 2 lapisan eks-intra seluler. Eks lebih tinggi Na drpd int. Intsel Konsentrasi K
lebih tinggi drpd ekssel. Perbedaan konsentrasi antaea int dan eksrpotensial membran.
Harus seimbang memerlukan suatu energi Na-K ATP-ase.
Keadaan perub keseimbangan:
diubah oleh konsentrasi ion di dinding eks sel. Dipengaruhi oleh apa? rangsang mendadakmekanik, kimiawi, aliran listrik. perub patofisiologi dari membran karena herediter/genetik
2. Etiologi kejang? Eksitasi dan inhibis:
o rusak inhibisi, eks >>o Inhibisi N, eks>>o Inhibisi rusak, eks N
Penyakit:o Epilepsio Non epilepsihiponatremi dan hipernatremi, tumor, trauma, infx dan
serebrovaskular.
Inhibisi : GABA, Gama amino butirit acid brains inhibitory neurotransmitter Eksitasi : glutamat
3. Bagaimana mekanisme kejang?4.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
8/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
9/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
10/52
5. Macam2 kejang?1.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
11/52
Sumber: Patofisilogi Sylvia
Gambaran klinis:
a. Epilepsy GeneralizedPada kelompok ini, gambaran klinik dan atau perubahan EEG menunjukkan bahwa dari
awalnya cetusan epileptic melibatkan kedua hemisfer dengan serentak, dan tidak ada
petunjuk adanya suatu focus epileptic di korterx cerebri.
-epilepsi grandmall
Bentuk sederhana yang paling sering di jumpai. Sebagian penderita beberapa hari
sebelum serangan grand mall merasa tegang, cepat tersinggung, perubahan emosi, dll,
sebagai gejala-gejala prodormal: aura tidak terdapat pada grandmall,dan bila ada aura
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
12/52
berarti bukan grandmall murni, tetapi ada suatu focus. Jadi adanya aura menunjukkan
suatu tanda fokal ( focal sign)
Serangan dimulai dengan fase tonik selama kurang le bih 30 detik, di lanjutka fase klonik
selama kurang lebih 60 detik, kemudaian terjadi fase post iktal selama 15-30 menit.
Fase tonik:
Semua lenmgan dan tungkai ekstensi, penderita tampak mengejan sehingga wajahnya
merah. Kemudian penderita menahan nafas ( apneu) selama 30 detik, pada akhir fase ini
terjadi sianosis, tekanan darah meningkat, pupil melebar, reflex cahaya negative, reflex
patologis positif. Kadang-kadang ngompol karena kontraksi tonik involuntair.
Inontinensia urin bisa sebagai diagnosis banding organic atau histerik
Fase klonik:
Terjadi kejang ritmik, penderita bernafas kembali, kadang-kadang lidah tergigit, sehinggaludah bercampur darah ( buih kemerahan). Pada fase ini wajah kembali normal lagi,
tekanan darah menurun, tanda gejala vital normal.
Fase post-ictal
Setelah kejang penderita tertidur. Waktu penderita bangun mula-mula mengalami
disorientasi, tetapi beberapa menit setelah fase ini penderita menjadi normal kembali,
dan dapat berjalan seperti biasa.
Serangan grandma kadang-kadang terjadi berturut-turutsehingga pasien tidak sadar
untuk waktu yang lama. Bila a ntara kedua kejang penderita tidak sadar disebut status
epilepticus. Bila penderita sering kejang dan antara kedua kejang penderita sadar
disebut setial epilepticus.
-epilpesi petit mall
Pada epilepsy jenis ini tidak terdapat kejang. Epilepsy ini ditandai oleh terjadinya
gangguan kesadaran dalam waktu singkat ( 6-10 detik), sehingga penderita tidak sampai
jatuh. Penderita berhenti dari aktivitas yang dilakukan, seakan-akan melamun, kemudian
melakukan ativitas kembali. Serangan kadang-kadang dpaat 10-20 kali dalam sehari.
Karena singkat, biasanay tidak diketahui orang sekitarnya..
EEG: mei=unjukkan gambaran yang sangat khas; yaitu dalam 1 detik terdapat 3
kompleks gelombang tumpul dan runcing disebut 3/sec spike slow wave ( 3/sec S-W).
baik klinis maupun EEG dapat diprovokasi dengan hiperventilasi..
Epilepsy petit mall banyak terdapat pada anak-anak awal usia sekolah. Penderita sering
dimarahi gurunnya karena melamun.
-epilepsi mioklonik
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
13/52
Banyak terdapat pada anak-anak. Saat serangan terjadi gangguan kesadaran sebentar,
disertai gerakan involuntair yang aneh dari sekelompok otot, terutama pada tubuh
bagian atas ( bahu dan lengan ) yang di sebut myoclonic jerking.
-epilepsi atonik
Pada epilepsy ini, secra mendadak penderita kehilangan tonus otot. Hal ini dapat
mengenai beberapa bagian tubuh ataupun pada otot seluruh badan, misalnya tiba-tiba
kepalanya trekulai karena kehilangan tonus otot leher, atau secara tiba-tiba penderita
terjatuh karena hilangnya tonus otot utuh tubuh. Serangan ini berlangsung singakt di
sebut sebagai drop attact.
b. Epilepsy parsialEpilepsy parsial adalah serangan epilepsy yang bangkit akibat lepas muatan listrik di
suatu daerah di kortex cerebri ( terdapat suatu focus di kortex cerebri).
-epilepsi pasial sederhana ( simple)
Manifestasinya bervariasi tergantung dari susunan sraaf pusat yang terkenan, bisa denga
gejala motorik, sensorik, autonom maupun psikis.
. epilepsy parsial sederhana dengan gejala motorik
Focus epileptic biasanya terdapat di gyrus precentralis lobus frontalis ( pusat motorik).
Kejang mulai di daerah yang mmempunyai representasi yang luas di daerah Dimulai dari
ibu jari, meluas ke seluruh tangan, lengan, muka, dan tungkai. Kadang-kadang berhenti
pada satu sisi. Tetapi bila rangsanagn sangat kuat, dapat meluas ke lenagn/ tungkai yang
lain, sehingga menjadi kejang umum. Disebut sebagai Jackson motoric epilepsy.
.epilepsy parsial sederhanan dengan gejala sensorik
Focus epilpetik terdapat di gyrus postcentralis lobus parietalis. Penderita merasa
kesemutan di daerah ibu jari, lengan, muka, tungkai, tanpa kejang motoris, yang daapt
meluas ke sisi yang lain. Disebut sebgai Jackson sensoric epilepsy.
-epilepsi parsial kompleks
Termasuk dalam kelompok ini adalah epilepsy parsial yang disertai dengan gangguan
kesadaran. Tanda-tanda yang menonjol terutama gejala psikis dan automatisme.
Disebut juga sebagai epilepsy psikomotor.
Pada epilepsy jenis ini, meskipun terdapat gangguan kesadaran, penderita masih dapat
melkaukan gerakan-gerakan otomatis, seperti mengunyah( gerakan bibir dan otot
mulut), menguap, mengenakan pakaian, mnadi, naik sepeda, bahkan kadang-kadang
bisa mengendarai mobil. Penderita ini bila ditegur tidak menjawab. Umumnya penderita
tidak melakukan tindak criminal atau menyerang orang lain, tetapi dapat agrsif bila
dihalangi kemauannya. Setelah seranagn berakhir penderita lupa apa yang telah
dilakukannya ( amnesia)
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
14/52
Pada penderita ini juga di dapatkan kelainan pikiran yang disebut dj vu, yaitu
penderita baru pertama kali melihat sesuatu, tetapi merasa sudah berulang kali
melihatnya; atau jamais vu, penderita sudah sering melihat, tetapi mengatakan baru
pertama kali melihat. Misalnya penderita sudah lama menempati rumahnya, tapi
berkata baru menmpati rumah tersebut.
Bila epilepsy ini sudah lama timbul, maka dapat timbul afasia snesorik dan hemianopsia
oleh karena kelainan di lobus temporalis.
Pada rekaman EEG, kan terdapat spikes kadang-kadang slow wave di daerah temporal.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
15/52
Klasifikasi kejang:
1. PARSIAL
a. Parsial sederhana Dapat bersifat motorik (gerakan abnormal unilateral), sensorik (merasakan, membaui,mengdengar
sesuatu yang abnormal), autonomic (takikardi, bradikardi, takipneu, kemerahan, rasa tidak enak di
epigastrium), psikik (disfalgia, gangguan daya ingat)
Biasanya berlangsung kurang dari 1 menitb. Parsial kompleks
Dimulai dengan kejang parsial sedehana; berkembang menjadi perubahan kesadaran yang disertai:
Gejala motoric, gejala sensorik, otomatisme (mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, menarik-narikbaju)
Beberapa kejang parsial kompleks mungkin berkembang menjadi kejang generalisata Biasanya berlangsung 1-3 menit
2. GENERALISATA
Hilangnya kesadaran dan tidak ada awitan fokal; bilateral dan simetrik; tidak ada aura
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
16/52
a. Tonik-klonik Spasme tonik-klonik otot; inkontenensia urin dan alvi; menggigit lidah; fase pasca iktus Absence sering salah diagnosis sebagai melamun Menatap kosong , kepala sedikit lunglai, kelopak mata bergetar, atau berkedip secara cepat; tonus
postural tidka hilang
Berlangsung beberapa detikb. Miklonik
Kontraksi mirip syok mendadak yang terbatas di beberapa otot atau tungkai; cenderung singkat
c. AtonikHilangnya secara mendadag tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh
d. Klonikgerakan menyentak, repetitive, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan, tungkai dan torso.
e. TonikPeningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi) wajah dan tubuh bagian atas; fleksi
lengan dan ekstensi tungkai
Mata dan kepala mungkin berputar ke satu sisi Dapat menyebabkan henti nafas
Manifestasi Klinik
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :1) Tandatanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi Tanda atau gejala otonomik:
muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.2) Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara,
parestesia.
3) Gejala psikis:dejavu,rasatakut,visipanoramik.
4) Kejang tubuh;umumnya gerakan setipa kejang sama.
b. parsial kompleks
1) Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
2) Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecapngecapkan bibir,mengunyah,
gerakan menongkel yang berulangulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
3) Dapat tanpa otomatisme:tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
17/52
a. Kejang absens1) Gangguankewaspadaandanresponsivitas2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
b. Kejang mioklonik1) Kedutankedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn
sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang
tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
Kejang atonik
1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala
menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
6. Mengapa pasien datang dengan keluhan sering jatuh dan kejang kelonjotan seluruh anggotagerak dan berlangsung kurang lebih 5 menit?
Generalisatamenyerang 1 fokus epileptogenik yg memancarkan muatan listrikeksitasi
seluruh korteks serebrikejang kelonjotan diseluruh anggota gerak. Mungkin grand mal
5menit. Petit mal: kurang dari 1 menit.
Parsialkejang dengan kesadaran utuh. Di korteks serebri. Gej tergantung lokasi fokus di
otak. Hanya menyerang 1 bagian korteks.
7. Mengapa setelah kejang berhenti pasien mengeluarkan buih dari mulutnya?Ada kontraksi stbkontraksi tonik klonik facial pada orofaring dan cavum oris
berkontraksi lama dan bbrp menit merangsang gland saliva lebih aktifhipersalivasi
pengeluaran buih yg berbusa.
8. Mengapa pada saat kejang pasien tidak sadar dan tidak disertai dengan demam?Fokus epileptogenik ada di garis tengah subs grisea mesenfalon dan talamus kehilangan
keadaran sejenak.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
18/52
Tubuh mengkompensasi krn ada hipoksia. Gerakan cepat dan signifikan. Organ vital
kebutuhannya harus dipenuhi.
Stlh kejang jika ada gang kesadar merasa kelelahan.
Kejang ada pelepasa muatan listrik serta primer . lintasa kahir yg menyebabkan kejang
nulklei intralamiare talami kataulintasan ascenden, involunter. Ada input berjalan pada
korteks serebi lintasan ascenders A spesifik melepaskan input listrik, input
keadaran/listriksadar. Jika tidak ada input bisa koma. Etiologi grand mal lepas muatan
inti intralaminer talamik berlebihanrangsangan talamokortikal berlebih kejang otot
stb dan menghalangi neuron kesadaran menerima impuls aferen; dan petit mal.
TIDAK DEMAM??
9. Bagaimana mekanismenya kejang bisa berulang 3x sejak sebulan terakhir?Apa hubungandengan kejang sebelumnya dan kejang sekarang?
Ada faktor pencetuskejang berulang.
Faktor pencetus:o Cahayao Kurang tiduro Seizure komplek fibrilkejang Imenecetuskan kejang berikutnya krn ada
riwayat demam yg sering. Jika ada kenaikan suhu 1dcgang neurotransmitter
kejang. Lepasnya muatan lsitrik dapat meluas ke sel lain. Tetapi pada skenario tdk
ada riwayat demam.
10.Apa manfaat px vital sign pada kasus ini?Menilai kondisi awal pasien sedauh dan sebelum serangan. Kelelahan HR naik, RR naik.
Menilai kondisi.
o Ada hubungannya dengan hipoksia RR>>gang peredaran darah edema otakmerusak sel neuron.
o TDo Nadio Suhumenentukan etiologi dan terapi.o Tekanan Darah Sistemikuntuk mengetahui
11.Mengapa didapatkan motorik dalam batas normal?12.Apa manfaat dokter melakukan px GCS?
GCS normalkomposmentis.
Untuk menilai fokus epileptogenik dmn. Tidak sadar jika di bagian tengah subs grisea antara
mesencefalon dan talamus dan nuklei intralaminar talamik.
13.Apa perubahan hemodinamik setelah kejang?o kejang awal 15 menit>>katekolamin di sirkulasi>>TJ, TD, kadar glukosa dan
SDM SDP,
o kejang lanjut 15-30 menitdeplesi katekolaminefek sekunfer atau lambat,edem paru dan
o berkepanjangan >1 jamhipotensi
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
19/52
14.Mengapa dokter menyarankan px EEG? Dan interpretasi untuk yg normal maupunabnormal? Px penunjang yg lain?
15.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
20/52
16.Bagaimana penegakan diagnosis kasus kejang?17.Bagaimana penatalaksanaan awal di tempat praktik?
TATALAKSANA
Status epilept ikus pada anak merupakan suatu kegawatan yang mengancam jiwa dengan resiko
terjadinya gejala sisa neurologis. Makin lama kejang berlangsung makin sulit menghentikannya, oleh
karena itu tatalaksana kejang umum yang lebih dari 5 menit adalah menghentikan kejang dan
mencegah terjadinya status epileptikus.9
Penghentian kejang: 7, 9
0 - 5 menit:
- Yakinkan bahwa aliran udara pernafasan baik
- Monitoring tanda vital, pertahankan perfusi oksigen ke jaringan, berikan oksigen
- Bila keadaan pasien stabil, lakukan anamnesis terarah, pemeriksaan umum dan neurologi secara
cepat
- Cari tanda-tanda trauma, kelumpuhan fokal dan tanda-tanda infeksi
510 menit:
- Pemasangan akses intarvena
- Pengambilan darah untuk pemeriksaan: darah rutin, glukosa, elektrolit
- Pemberian diazepam 0,20,5 mg/kgbb secara intravena, atau diazepam rektal 0,5 mg/kgbb (berat
badan < 10 kg = 5 mg; berat badan > 10 kg = 10 mg). Dosis diazepam intravena atau rektal dapat
diulang satudua kali setelah 510 menit..
- Jika didapatkan hipoglikemia, berikan glukosa 25% 2ml/kgbb. 1015 menit
- - -
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
21/52
Cenderung menjadi status konvulsivus
Berikan fenitoin 1520 mg/kgbb intravena diencerkan dengan NaCl 0,9% Dapat diberikan dosis
ulangan fenitoin 510 mg/kgbb sampai maksimum
dosis 30 mg/kgbb. 30 menit
- -
-
Berikan fenobarbital 10 mg/kgbb, dapat diberikan dosis tambahan 5-10 mg/kg dengan interval 10 15
menit.Pemeriksaan laboratorium sesuai kebutuhan, seperti analisis gas darah, elektrolit, gula darah.Lakukan koreksi sesuai kelainan yang ada. Awasi tanda
-tanda depresi pernafasan.Bila kejang masih berlangsung siapkan intubasi dan kirim ke unitperawatan intensif.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
22/52
Sumber :
- Commission on Classification and Terminology of the International League Against Epilepsy. Propsoalfor revised clinical and electroencephalographic classificat ion of epileptic seizures. Epilepsia 1981;
22:489-501.
- Appleton PR, Choonara I, Marland T, Phillips B, Scott R, Whitehouse W. The treatment of convulsivestatus epilepticus in children. Arch Dis Child 2000; 83:415-19.
TERAPI
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
23/52
Status epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan pengobatanyang
tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun kematian . Definisi dari status
epileptikus yaitu serangan lebih dari 30 menit, akan tetapi untuk penanganannya dilakukan bila
sudah lebih dari 5-10 menit
Algoritme
manajemen status
epileptikus
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
24/52
Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien. Prinsip terapi
farmakologi epilepsi yakni:
OAE mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat minimal dua kali bangkitandalam setahun, pasien dan keluarga telah mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan efek
sampingnya.
Terapi dimulai dengan monoterapi Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau
timbul efek samping; kadar obat dalam plasma ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan
dosis efektif.
Bila dengan pengguanaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan, ditambahkan OAEkedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap
perlahan-lahan.
Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi denganpengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila kemungkinan
kekambuhan tinggi , yaitu bila: dijumpai fokus epilepsi yang jelas pada EEG, terdapat riwayat epilepsi
saudara sekandung, riwayat trauma kepala disertai penurunan kesadaran, bangkitan pertama
merupakan status epileptikus.16
Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi :
Meningkatkan neurotransmiter inhibisi (GABA)
Menurunkan eksitasi: melalui modifikasi kponduksi ion: Na
+
, Ca
2+
, K
+
, dan Cl
-
atau aktivitasneurotransmiter.
Penghentian pemberian OAE
Pada anak-anak penghentian OAE secara bertahap dapat dipertimbangkan setelah 2 tahun
bebas serangan .
Syarat umum menghentikan OAE adalah sebagai berikut:
Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau keluarganya setelah minimal 2 tahun bebasbangkitan
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
25/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
26/52
Obat epilepsi untuk anak
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
27/52
Sumber :
http://www.medscape.com/viewarticle/726809
Kliegman. Treatment of Epilepsy.Nelson Textbook of Pediatrics. Philadelphia: Saundres Elsevier. 2008.
593(6)
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
28/52
18.DD?2. ?
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
29/52
Silbernagl S. Color Atlas of Pathophysiology. New York: Thieme. 2000
Diagnosis Banding
SinkopeSinkope ialah keadaan kehilangan kesadaran sepintas akibat kekurangan aliran darah ke dalamotak dan anoksia. Sebabnya adalah tensi darah yang menurun mendadak, biasanya ketika penderita
sedang berdiri. Pada fase permulaan, penderita menjadi gelisah, tampak pucat, berkeringat, merasa
pusing, pandangan mengelam. Kesadaran menurun secara berangsur, nadi melemah, tekanan darah
rendah. Dengan dibaringkan horizontal penderita segera membaik.
Gangguan jantungGangguan fungsi dan irama jantung dapat timbul dalam serangan-serangan yangmungkin timbul dalam serangan-serangan yang mungkin pula mengakibatkan pingsan. Keadaan ini
biasanya terjadi pada penderita-penderita jantung.
Gangguan sepintas peredaran darah otakGangguan sepintas peredaran darah dalam batang otak denganmacam-macam sebab dapat mengakibatkan timbulnya serangan pingsan. Pada keadaan ini dijumpai
kelainan-kelainan neurologis seperti diplopia, disartria, ataksia dan lain-lain.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
30/52
Hipoglikemia Hipoglikemia didahului rasa lapar, berkeringat, palpitasi, tremor, mulut kering. Kesadarandapat menurun perlahan-lahan.
KeracunanKeracunan alcohol, obat tidur, penenang, menyebabkan kesadaran menurun. Pada keadaan inipenurunan kesadaran berlangsung lama yang mungkin pula didapati pada epilepsi.
Serangan hetang dan sianotik (Breath holding spells) Serangan hetang atau somoron ada dua bentuk yaitu
bentuk sianotik dan bentuk palida. Bentuk sianotik disebabkan oleh henti sementara pernafasan dan
bentuk palida oleh henti jantung sementara.
HisteriaKejang fungsional atau psikologis sering terdapat pada wanita 7-15 tahun. Serangan biasanyaterjadi di hadapan orang-orang yang hadir karena ingin menarik perhatian. Jarang terjadi luka-luka
akibat jatuh, mengompol, atau perubahan pasca serangan seperti terdapat pada epilepsy. Gerakan-
gerakan yang terjadi tidak menyerupai kejang tonik klonik, tetapi bias menyerupai sindroma
hiperventilasi. Timbulnya serangan sering berhubungan dengan stress.
NarkolepsiPada narkolepsi terjadi serangan-serangan perasaan mengantuk yang tidak dapat dikendalikan.Pavor nokturnus, lindur, kekauPavor noktornus merupakan gangguan tidur yang paroksismal, yang terjadi
bila terbangun pada tidur tingkat empat. Anak marah-marah, menangis, ketakutan, dan kadang-
kadang disertai halusinasi visual atau auditoris yang berlangsung cepat disertai meningkatnya
frekeuensi jantung dan pernafasan. Setelah itu ia tidur lagi dan keesokan harinya ia tidak ingat sama
sekali apa yang terjadi semalam.. EEG biasanya normal
10. Paralisis tidurBiasanya terjadi menjelang tiduratau bangun dan sering didahului halusinasi visual danauditoris. Serangan ini sering menakutkan penderita karena ia dapat bernafas, menggerakan mata,
namun tidak dapat bergerak. Sentuhan ringan atau rangsangan auditoris dapat mengakhiri paralisi
tersebut yang biasanya berlangsung hanya beberapa detik.
11. MigrenPada migren gejala-gejala juga timbul mendadak dalam serangan-serangan. Pada fasevasokontriksi dapat timbul nausea, muntah, mulas, gangguan penglihatan, atau gejala- gejala
neurologis sesisi. Biasanya gejala-gejala ini reversible, tetapi pada anak pulihnya agak lambat.
SUmber : Markam, Soemarmo. Penuntun Neurologi. Jakarta: Binarupa Aksara
Definisi
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat yang dicirikan oleh terjadinya serangan (seizure,fit,
attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala.Serangan dapat diartikan sebagai
modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar sel
selotak, bersifat sinkron dan berirama.Serangan dapat berupa gangguan motorik, sensorik, kognitif
atau psikis. Istilah epilepsi tidak boleh digunakan untuk serangan yang terjadi hanya sekali saja,
serangan yang terjadi selama penyakit akut berlangsung danoccasional provokes seizures misalnya
kejang atau serangan pada hipoglikemia (Prasad et al, 1999)
Epilepsi didefinisikan sebagai gangguan kronis yang ditandai adanya bangkitan epileptik berulang
akibat gangguan fungsi otak secara intermiten yang terjadi oleh karena lepas muatan listrik abnormalneuron-neuron secara paroksismal akibat berbagai etiologi. Bangkitan epilepsi adalah manifestasi
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
31/52
klinis dari bangkitan serupa (stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung secara
mendadak dan sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktifitas
listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut
(unprovoked). Sindrom epilepsi adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang terjadi
bersama-sama meliputi berbagai etiologi, umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus, kronisitas
(Pallgreno, 1996)
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/10/jhptump-a-siskaanggi-468-2-babii.pdf
Etiologi
Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu :11
Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi 50% dari penderita epilepsi
anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik, awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya alatalat diagnostik yang canggih kelompok ini
makin kecil
Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat. Misalnya : post
trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP), gangguan metabolik, malformasi otak kongenital,
asphyxia neonatorum, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat),
kelainan neurodegeneratif.
Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, termasuk disini
adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut dan epilepsi mioklonik
1. Shorvon SD. HANDBOOK OF Epilepsy Treatment Forms, Causes and Therapy in Children and Adults. 2nded. America: Blackwell Publishing Ltd. 2005
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
32/52
Patofisiologi
Serangan epilepsi terjadi apabila proses eksitasi di dalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.
Perubahan-perubahan di dalam eksitasiaferen, disinhibisi, pergeseran konsentrasi ion ekstraseluler,
voltage-gated ion channel opening, dan menguatnya sinkronisasi neuron sangat penting artinya dalam
hal inisiasi dan perambatan aktivitas serangan epileptik. Aktivitas neuron diatur oleh konsentrasi ion
di dalam ruang ekstraseluler dan intraseluler, dan oleh gerakan keluar-masuk ion-ion menerobos
membran neuron (Prasad et al, 1999)
Lima buah elemen fisiologi sel dari neuronneuron tertentu pada korteks serebri penting dalam
mendatangkan kecurigaan terhadap adanya epilepsi:
- Kemampuan neuron kortikal untuk bekerja pada frekuensi tinggi dalam merespon depolarisasidiperpanjang akan menyebabkan eksitasi sinaps dan inaktivasi konduksi Ca2+ secara perlahan.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
33/52
- Adanya koneksi eksitatorik rekuren (recurrent excitatory connection), yang memungkinkan adanyaumpan balik positif yang membangkitkan dan menyebarkan aktivitas kejang.
- Kepadatan komponen dan keutuhan dari pandangan umum terhadap sel-sel piramidal pada daerahtertentu di korteks, termasuk pada hippocampus, yang bisa dikatakan sebagai tempat paling rawan
untuk terkena aktivitas kejang. Hal ini menghasilkan daerah-daerah potensial luas, yang kemudian
memicu aktifitas penyebaran nonsinaptik dan aktifitas elektrik.
- Bentuk siap dari frekuensi terjadinya potensiasi (termasuk juga merekrut respon NMDA) menjadi cirikhas dari jaras sinaptik di korteks.
- Efek berlawanan yang jelas (contohnya depresi) dari sinaps inhibitor rekuren dihasilkan dari frekuensitinggi peristiwa aktifasi. Serangan epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron abnormal
mengalami depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan cetusan potensial aksi secara tepat
dan berulang-ulang. Cetusan listrik abnormal ini kemudian membawa neuron-neuron yang terkait di
dalam proses. Secara klinis serangan epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar
neuron abnormal muncul secara bersamasama, membentuk suatu badai aktivitas listrik di dalam otak
(Selzer &Dichter, 1992)
Badai listrik tadi menimbulkan bermacam-macam serangan epilepsi yang berbeda (lebih dari 20
macam), bergantung pada daerah dan fungsi otak yang terkena dan terlibat. Dengan demikian dapat
dimengerti apabila epilepsi tampil dengan manifestasi yang sangat bervariasi (Prasad et al, 1999)
Sebagai penyebab dasar terjadinya epilepsi terdiri dari 3 katagori yaitu (Meliala, 1999) :
1. Non Spesifik Predispossing Factor (NPF) yang membedakan seseorang peka tidaknya terhadap
serangan epilepsi dibanding orang lain. Setiap orang sebetulnya dapat dimunculkan bangkitan epilepsi
hanya dengan dosis rangsangan berbeda- beda.
2. Specific Epileptogenic Disturbances (SED). Kelainan epileptogenik ini dapat diwariskan maupun
didapat dan inilah yang bertanggung jawab atas timbulnya epileptiform activity di otak. Timbulnya
bangkitan epilepsi merupakan kerja sama SED dan NPF.
3. Presipitating Factor (PF). Merupakan faktor pencetus terjadinya bangkitan epilepsi pada penderitaepilepsi yang kronis. Penderita dengan nilai ambang yang rendah, PF dapat membangkitkan reactive
seizure dimana SED tidak ada.Hipotesis secara seluler dan molekuler yang banyak dianut sekarangadalah : Membran neuron dalam keadaan normal mudah dilalui oleh ion kalium dan ionklorida, tetapi
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan ion kalsium. Dengan demikian konsentrasi yang tinggi ion
kalium dalam sel (intraseluler), dan konsentrasi ion natrium dan kalsium ekstraseluler tinggi. Sesuai
dengan teori dari Dean (Sodium pump), sel hidup mendorong ion natrium keluar sel, bila natrium ini
memasuki sel, keadaan ini sama halnya dengan ion kalsium.
Bangkitan epilepsi karena transmisi impuls yang berlebihan di dalam otak yang tidak mengikuti pola
yang normal, sehingga terjadi sinkronisasi dari impuls. Sinkronisasi ini dapat terjadi pada sekelompok
atau seluruh neuron di otak secara serentak, secara teori sinkronisasi ini dapat terjadi (Widiastuti,
2001)1. Fungsi jaringan neuron penghambat (neurotransmitter GABA dan Glisin) kurang optimal hingga
terjadi pelepasan impuls epileptik secara berlebihan.2. Keadaan dimana fungsi jaringan neuron eksitatorik (Glutamat dan Aspartat)berlebihan hingga
terjadi pelepasan impuls epileptik berlebiha juga.
Fungsi neuron penghambat bisa kurang optimal antara lain bila konsentrasi GABA (gamma
aminobutyric acid) tidak normal. Pada otak manusia yang menderita epilepsi ternyata kandungan
GABA rendah.Hambatan oleh GABA dalam bentuk inhibisi potensial postsinaptik (IPSPs = inhibitory
post synaptic potentials) adalah lewat reseptor GABA.Suatu hipotesis mengatakan bahwa aktifitas
epileptik disebabkan oleh hilang atau kurangnya inhibisi oleh GABA, zat yang merupakanneurotransmitter inhibitorik utama pada otak. Ternyata pada GABA ini sama sekali tidak sesederhana
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
34/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
35/52
convulsions
Kanal Kalsium CACNA1A, CACNB4 Episodic ataxia tipe 2
CACNA1H Childhood absence epilepsy
Kanal Klorida CLCN2 Juvenile myoclonic epilepsy
Juvenile absence epilepsy
Epilepsy with grand mal
seizure on awakening
Ligand-gated
Reseptor asetilkolin CHRNB2, CHRNA4 Autosomal dominant frontal
lobe epilepsi
Reseptor GABA GABRA1, GABRD Juvenile myoclonic epilepsy
Pada kanal ion yang normal terjadi keseimbangan antara masuknya ion natrium (natrium
influks) dan keluarnya ion kalium (kalium efluks) sehingga terjadi aktivitas depolarisasi dan
repolarisasi yang normal pada sel neuron (gambar 1A). Jika terjadi mutasi pada kanal Na seperti yang
terdapat pada generalized epilepsy with febrile seizures plus, maka terjadi natrium influks yang
berlebihan sedangkan kalium refluks tetap seperti semula sehingga terjadi depolarisasi dan
repolarisasi yang berlangsung berkali-kali dan cepat atau terjadi hipereksitasi pada neuron
(gambar1B). Hal yang sama terjadi pada benign familial neonatal convulsion dimana terdapat mutasi
kanal kalium sehingga terjadi efluks kalium yang berlebihan dan menyebabkan hipereksitasi pada sel
neuron (gambar 1C)
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
36/52
Gambar 1. Mutasi kanal ion3
2. Patofisiologi Epilepsi Parsial
Patofisiologi epilepsi parsial yang dapat diterangkan secara jelas adalah epilepsi lobus
temporal yang disebabkan oleh sklerosis hipokampus. Pada sklerosis hippokampus terjadi hilangnya
neuron di hilus dentatus dan sel piramidal hipokampus. Pada keadaan normal terjadi input eksitatori
dari korteks entorhinal ke hippokampus di sel granula dentatus dan input inhibitori dari interneuron di
lapisan molekular dalam (inner layer molecular) (gambar 2). Sel granula dentatus relatif resisten
terhadap aktivitas hipersinkroni, dan dapat menginhibisi propagasi bangkitan yang berasal dari
korteks entorhinal,
Gambar 2. Hippokampus3
Pada sklerosis hippocampus terjadi sprouting akson mossy-fiber balik ke lapisan molekular
dalam (karena sel pyramidalis berkurang). Mossy fibers yang aberant ini menyebabkan sirkuit
eksitatori yang rekuren dengan cara membentuk sinaps pada dendrit sel granula dentatus
sekelilingnya. Di samping itu interneuron eksitatori yang berada di gyrus dentatus berkurang (yang
secara normal mengaktivasi interneuron inhibitori), sehingga terjadi hipereksitabilitas (gambar 3).
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
37/52
Gambar 3. Sel granula dentatus3
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi neurogenesis postnatal di hippocampus.
Suatu bangkitan mencetuskan peningkatan aktivitas mitosis di daerah proliferatif gyrus dentatus
sehingga terjadi diferensiasi sel granula dentatus baru dan pada akhirnya terjadi ketidakseimbangan
eksitasi dan inhibisi. Teori patofisiologi yang lain adalah terjadi perubahan komposisi dan ekspresi
reseptor GABAa. Pada keadaan normal, reseptor GABAa terdiri dari 5 subunit yang berfungsi sebagai
inhibitori dan menyebabkan hiperpolarisasi neuron dengan cara mengalirkan ion klorida. Pada
epilepsy lobus temporal, terjadi perubahan ekspresi reseptor GABAa di sel granula dentatus berubah
sehingga menyebabkan sensitivitas terhadap ion Zinc meningkat dan akhirnya menghambatmekanisme inhibisi.3,4 Mekanisme epilepsi lain yang dapat diterangkan adalah terjadinya epilepsi
pada cedera otak. Jika terjadi suatu mekanisme cedera di otak maka akan terjadi eksitotoksisitas
glutamat dan menigkatkan aktivitas NMDA reseptor dan terjadi influx ion calsium yang berlebihan dan
berujung pada kematian sel. Pada plastisitas maka influx ion calsium lebih sedikit dibandingkan pada
sel yang mati sehingga tidak terjadi kematian sel namun terjadi hipereksitabilitas neuron.
3. Patofisiologi Anatomi Seluler
Secara etiopatologik, bangkitan epilepsi bisa diakibatkan oleh cedera kepala, stroke, tumor
otak, infeksi otak, keracunan, atau juga pertumbuhan jarigan saraf yang tidak normal
(neurodevelopmental problems), pengaruh genetik yang mengakibatkan mutasi. Mutasi genetik
maupun kerusakan sel secara fisik pada cedera maupun stroke ataupun tumor akan mengakibatkan
perubahan dalam mekanisme regulasi fungsi dan struktur neuron yang mengarah pada gangguan
pertumbuhan ataupun plastisitas di sinapsis. Perubahan (fokus) inilah yang bisa menimbulkan
bangkitan listrik di otak. Bangkitan epilepsi bisa juga terjadi tanpa ditemukan kerusakan anatomi
(focus) di otak. Disisi lain epilepsi juga akan bisa mengakibatkan kelainan jaringan otak sehingga bisa
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
38/52
menyebabkan disfungsi fisik dan retardasi mental.1 Dari sudut pandang biologi molekuler, bangkitan
epilepsi disebabkan oleh ketidakseimbangan sekresi maupun fungsi neurotransmiter eksitatorik dan
inhibitorik di otak. Keadaan ini bisa disebabkan sekresi neurotransmiter dari presinaptik tidak
terkontrol ke sinaptik yang selanjutnya berperan pada reseptor NMDA atau AMPA di post-sinaptik.6
Keterlibatan reseptor NMDA subtipe dari reseptor glutamat (NMDAR) disebutsebut sebagai patologi
terjadinya kejang dan epilepsi.6-8 Secara farmakologik, inhibisi terhadap NMDAR ini merupan prinsip
kerja dari obat antiepilepsi.7 Beberapa penelitian neurogenetik membuktikan adanya beberapa faktor
yang bertanggungjawab atas bangkitan epilepsi antara lain kelainan pada ligand-gate (sub unit dari
reseptor nikotinik) begitu juga halnya dengan voltage-gate (kanal natrium dan kalium). Hal ini terbukti
pada epilepsi lobus frontalis yang ternyata ada hubungannya dengan terjadinya mutasi dari resepot
nikotinik subunit alfa 4.9 Berbicara mengenai kanal ion maka peran natrium, kalium dan kalsium
merupakan ion-ion yang berperan dalam sistem komunikasi neuron lewat reseptor. Masuk dan
keluarnya ion-ion ini menghasilkan bangkitan listrik yang dibutuhkan dalam komunikasi sesame
neuron.9 Jika terjadi kerusakan atau kelainan pada kanal ion-ion tersebut maka bangkitan listrik akan
juga terganggu sebagaimana pada penderita epilepsi. Kanal ion ini berperan dalam kerja reseptor
neurotransmiter tertentu. Dalam hal epilepsi dikenal beberapa neurotransmiter seperti gamma
aminobutyric acid (GABA) yang dikenal sebagai inhibitorik, glutamat (eksitatorik), serotonin (yang
sampai sekarang masih tetap dalam penelitian kaitan dengan epilepsi, asetilkholin yang di
hipokampus dikenal sebagai yang bertanggungjawab terhadap memori dan proses belajar.
Fitri Octaviana. 2008. Epilepsi.http://www.dexa-
medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.p
df . Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo.
Jakarta.
Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan transmisi pada
sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter eksitasi yang memudahkan
depolarisasi atau lepas muatan listrik dan neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap penyaluran
aktivitas listrik saraf dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih stabil
dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara neurotransmitter-neurotransmitter eksitasi dapat
disebut glutamate, aspartat, norepinefrin dan asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang
terkenal ialah gamma amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas
muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Dalam keadaan istirahat, membran neuron
mempunyai potensial listrik tertentu dan berada dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan
mencetuskan depolarisasi membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.
Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah atau mengganggu
fungsi membran neuron sehingga membran mudah dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra
ke intra seluler. Influks Ca akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik
berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron
http://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdf -
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
39/52
secara sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah
bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah
pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca
sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang
peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan
neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.13
Aminoff MJ dkk. Clinical Neurology. 6th
ed. New York: McGraw-Hill.
MANIFESTASI KLINIS
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
40/52
1. Epilepsi Umum
a. Major
Grand mal (meliputi 75% kasus epilepsi) meliputi tipe primer dan sekunder Epilesi grand mal
ditandai dengan hilang kesadaran dan bangkitan tonik-tonik. Manifestasi klinik kedua golongan
epilepsi grand mal tersebut sama, perbedaan terletak pada ada tidaknya aura yaitu gejala pendahulu
atau preiktal sebelum serangan kejang-kejang. Pada epilepsi grand mal simtomatik selalu didahului
aura yang memberi manifestasi sesuai dengan letak focus epileptogen pada permukaan otak. Aura
dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tak enak, mendengar suara
gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya. Bangkitan sendiri dimulai dengan hilang
kesadaran sehingga aktivitas penderita terhenti. Kemudian penderita mengalami kejang tonik. otot-
otot berkontraksi sangat hebat, penderita terjatuh, lengan fleksi dan tungkai ekstensi. Udara paru-
paru terdorong keluar dengan deras sehingga terdengar jeritan yang dinamakan jeritan epilepsi.
Kejang tonik ini kemudian disusul dengan kejang klonik yang seolah-olah mengguncang-guncang dan
membanting-banting tubuh si sakit ke tanah. Kejang tonik-klonik berlangsung 2 -- 3 menit. Selain
kejang-kejang terlihat aktivitas vegetatif seperti berkeringat, midriasis pupil, refleks cahaya negatif,
mulut berbuih dan sianosis. Kejang berhenti secara berangsur-angsur dan penderita dalam keadaan
stupor sampai koma. Kira-kira 45 menit kemudian penderita bangun, termenung dan kalau tak
diganggu akan tidur beberapa jam. Frekuensi bangkitan dapat setiap jam sampai setahun sekali.
b. Minor :
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
41/52
Elipesi petit mal yang sering disebut pykno epilepsi ialah epilepsi umum yang idiopatik.
Meliputi kira-kira 3 -- 4% dari kasus epilepsi. Umumnya timbul pada anak sebelum pubertas (4 --
5tahun). Bangkitan berupa kehilangan kesadaran yang berlangsung tak lebih dari 10 detik. Sikap
berdiri atau duduk sering kali masih dapat dipertahankan Kadang-kadang terlihat gerakan alis, kelopak
dan bola mata. Setelah sadar biasanya penderita dapat melanjutkan aktivitas semula. Bangkitan dapat
berlangsung beberapa ratus kali dalam sehari. Bangkitan petit mal yang tak ditanggulangi 50% akan
menjadi grand mal. Petit mal yang tidak akan timbul lagi pada usia dewasa dapat diramalkan
berdasarkan 4 ciri : Timbul pada usia 4 -- 5 tahun dengan taraf kecerdasan yang normal, harus murni
dan hilang kesadaran hanya beberapa detik, mudah ditanggulangi hanya dengan satu macam obat,
Pola EEG khas berupa gelombang runcing dan lambat dengan frekuensi 3 per detik. Bangkitan
mioklonus Bangkitan berupa gerakan involunter misalnya anggukan kepala, fleksi lengan yang teijadi
berulang-ulang. Bangkitan terjadi demikian cepatnya sehingga sukar diketahui apakah ada kehilangan
kesadaran atau tidak. Bangkitan ini sangat peka terhadap rangsang sensorik. Bangkitan akinetik.
Bangkitan berupa kehilangan kelola sikap tubuh karena menurunnya tonus otot dengan tiba-tiba dan
cepat sehingga penderita jatuh atau mencari pegangan dan kemudian
dapat berdiri kembali. Ketiga jenis bangkitan ini (petit mal, mioklonus dan akinetik) dapat terjadi pada
seorang penderita dan disebut trias Lennox-Gastaut. Spasme infantil. Jenis epilepsi ini juga dikenal
sebagai salaamspasm atau sindroma West. Timbul pada bayi 3 -- 6 bulan dan lebih sering pada anak
laki-laki. Penyebab yang pasti belum diketahui, namun selalu dihubungkan dengan kerusakan otak
yang luas seperti proses degeneratif, gangguan akibat trauma, infeksi dan gangguan pertumbuhan.
Bangkitan dapat berupa gerakan kepala kedepan atau keatas, lengan ekstensi, tungkai tertarik ke
atas, kadang-kadang disertai teriakan atau tangisan, miosis atau midriasis pupil, sianosis dan
berkeringat. Bangkitan motorik. Fokus epileptogen terletak di korteks motorik. Bangkitan kejang pada
salah satu atau sebagian anggota badan tanpa disertai dengan hilang kesadaran. Penderita seringkali
dapat melihat sendiri gerakan otot yang misalnya dimulai pada ujung jari tangan, kemudian ke otot
lengan bawah dan akhirnya seluruh lengan. Manifestasi klinik ini disebut Jacksonian marche
2. Epilepsi parsial ( 20% dari seluruh kasus epilepsi).
a. Bangkitan sensorik
Bangkitan sensorik adalah bangkitan yang terjadi tergantung dari letak fokus epileptogen
pada koteks sensorik. Bangkitan somato sensorik dengan fokus terletak di gyrus post centralis
memberi gejala kesemutan, nyeri pada salah satu bagian tubuh, perasaan posisi abnormal atau
perasaan kehilangan salah satu anggota badan. Aktivitas listrik pada bangkitan ini dapat menyebar ke
neron sekitarnya dan dapat mencapai korteks motorik sehingga terjadi kejang-kejang.
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
42/52
b.Epilepsi lobus temporalis.
Jarang terlihat pada usia sebelum 10 tahun. Memperlihatkan gejala fokalitas yang khas
sekali. Manifestasi klinik fokalitas ini sangat kompleks karena fokus epileptogennya terletak di lobus
temporalis dan bagian otak ini meliputi kawasan pengecap, pendengar, penghidu dan kawasan
asosiatif antara ketiga indra tersebut dengan kawasan penglihatan. Manifestasi yang kompleks ini
bersifat psikomotorik, dan oleh karena itu epilepsi jenis ini dulu disebut epilepsi psikomotor.
Bangkitan psikik berupa halusinasi dan bangkitan motorik la-zimnya berupa automatisme. Manifestasi
klinik ialah sebagai berikut: Kesadaran hilang sejenak, dalam keadaan hilang kesadaran ini penderita
masuk ke alam pikiran antara sadar dan mimpi (twilight state), dalam keadaan ini timbul gejala
fokalisasi yang terdiri dari halusinasi dan automatisme yang berlangsung beberapa detik sampai
beberapa jam. Halusinasi dan automatisme yang mungkin timbul : Halusinasi dengan automatisme
pengecap, halusinasi dengan automatisme membaca, halusinasi dengan automatisme penglihatan,
pendengaran atau perasaan aneh.
Fitri Octaviana. 2008. Epilepsi.http://www.dexa-
medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.p
df . Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo.
Jakarta.
Diagnosis
DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan hasil
pemeriksaan EEG dan radiologis.15
1. Anamnesis
Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh. Anamnesis menanyakan
tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan
metabolik, malformasi vaskuler dan penggunaan obat-obatan tertentu.
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:
- Pola / bentuk serangan
- Lama serangan
- Gejala sebelum, selama dan paska serangan
- Frekueensi serangan
- Faktor pencetus
http://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdfhttp://www.dexa-medica.com/images/publication_upload090109170636001231472906MEDICINUS_NOV_DES%2708.pdf -
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
43/52
- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
- Usia saat serangan terjadinya pertama
- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan
- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya
- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi,seperti
trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus.
Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan
riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus memperhatikan adanya
keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat
menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.
Pemerikasaan fisik
- Pada bayi Pada pemeriksaan diselidiki apakah adanya kelainan bawaan, asimetri pada
badan, ekstrimitas, dicatat besarnya dan bentuk kepala, diukur kelilingnya, keadaan fontanel.
Auskultasi dan transluminasi kepala. Kelainan yang mungkin ditemukan ialah makrosefali, miktosefali,
hidrosefalis. Fontanel akan menonjol bila tekanan dalam rongga kepala meningkat. Pada
pemeriksaan neurologis harus diperiksa refleks Moro, refleks hisap, refleks pegang, dan refleks tonik
leher.
- Pada anak dan orang dewasaPemeriksaan umum dan neurologis dilakukan seperti biasa.Pada kulit dicari adanya tanda neurofibromatosis berupa bercak-bercak coklat, bercak-bercak putih,
dan adenoma seboseum pada muka pada skelrosi tuberose. Hemangioma pada muka dapat menjadi
tanda adanya penyakit Sturge-Weber. Pada toksoplasmosis, fundus okuli mungkin menunjukkan
tanda-tanda korio renitis. Mencari kelainan bawaan, asimetri pada kepala, muka, tubuh,ekstrimitas.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Elektro ensefalografi (EEG)
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
44/52
Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan pemeriksaan
penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi. Akan tetapi epilepsi
bukanlah gold standard untuk diagnosis. Hasil EEG dikatakan bermakna jika didukung oleh klinis.
Adanya kelainan fokal pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan
adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau
metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal.
1) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua hemisfer otak.
2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding seharusnya misal
gelombang delta.
3) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya
gelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara paroksimal.
b. Rekaman video EEG
Rekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita yang sedang mengalami serangandapat meningkatkan ketepatan diagnosis dan lokasi sumber serangan. Rekaman video EEG
memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis dan EEG, serta memberi kesempatan untuk
mengulang kembali gambaran klinis yang ada. Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk
penderita yang penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk kasus
epilepsi refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan prosedur ini sangat diperlukan pada
persiapan operasi.
c. Pemeriksaan Radiologis
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
45/52
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk melihat struktur otak
dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan maka MRl lebih sensitif dan secara
anatomik akan tampak lebih rinci. MRI bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri
serta untuk membantu terapi pembedahan.
d. Pemeriksaan Laboratorium Perlu diperiksa kadar glukosa, kalsium, magnesium, natrium, bilirubin,ureum dalam darah. Yang memudahkan timbulnya kejang ialah keadaan hipoglikemia, hipokalemia,
hipomagnesemia, hiponatremia, hipernatremia, hiperbilirubinemia, uremia. Penting pula diperiksa pH
darah karena alkalosis mungkin pula disertai kejang.
Pemeriksaan cairan otak dapat mengungkapkan adanya radang pada otak atau selaputnya, toksoplasmosis
susunan saraf sentral, leukemia yang menyerang otak, metastasis tumor ganas, adanya perdarahan
otak atau perdarahan subaraknoid.
e. Pemeriksaan psikologis atau psikiatrisUntuk diagnosis bila diperlukan uji coba yang dapat menunjukkannaik turunnya kesadaran, misalnya test Bourdon-Wiersma.
Sumber : PERDOSSI. Pedoman Tatalaksana Epilepsi. Ed. 3. Jakarta. 2008
Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi :a. Kejang umum(generalized seizure) jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otaksecara bersama-
sama. Kejang umum terbagi atas:
a. Tonic-clonic convulsion = grand mal Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh,kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala.
b. Abscense attacks = petit malJenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atauawal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala terkulai
kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari.
c. Myoclonic seizureBiasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yangtiba-tiba jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal.
d. Atonic seizureJarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered.b. Kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak.
Kejang parsial terbagi menjadi :1. Simple partial seizures
Pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu daritubuh
2. Complex partial seizuresPasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah,meringis, dll tanpa kesadaran (Ali, 2001).
http://digilib.ump.ac.id/files/disk1/10/jhptump-a-siskaanggi-468-2-babii.pdf
KLASIFIKASI
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
46/52
Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League Against Epilepsy (ILAE)
1981:12
I . Kejang Parsial (fokal)
A. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)
1. Dengan gejala motorik
2. Dengan gejala sensorik
3. Dengan gejala otonomik
4. Dengan gejala psikik
B. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)
1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran
a. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran
b. Dengan automatisme
2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejang
a. Dengan gangguan kesadaran saja
b. Dengan automatisme
C. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-klonik, tonik atau klonik)
1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum
2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum
3. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks, dan berkembang menjadi kejang
umum
II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)
A. lena/ absens
B. mioklonik
C. tonik
D. atonik
E. klonik
F. tonik-klonik
III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan
Klasifikasi Epilepsi berdasarkan Sindroma menurut ILAE 1989 :
I. Berkaitan dengan letak fokus
A. Idiopatik
Benign childhood epilepsy with centrotemporal spikes
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
47/52
Childhood epilepsy with occipital paroxysm
B. Simptomatik
o Lobus temporaliso Lobus frontaliso Lobus parietaliso Lobus oksipitalis
II. Epilepsi Umum
A. Idiopatik
Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal convulsions
Benign myoclonic epilepsy in infancy
Childhood absence epilepsy
Juvenile absence epilepsy
Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)
Epilepsy with grand mal seizures upon awakening
Other generalized idiopathic epilepsies
B. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik
Wests syndrome (infantile spasms)
Lennox gastaut syndrome
Epilepsy with myoclonic astatic seizures
Epilepsy with myoclonic absences
C. Simtomatik
Etiologi non spesifik
Early myoclonic encephalopathy
Specific disease states presenting with seizures
Sumber :Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6. Jakarta: EGC
Penatalaksanaan
Non farmakologi
1) Amati faktor pemicu
2) Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya: stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol,
perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
Farmakologi Menggunakan obat-obat antiepilepsi yaitu :
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
48/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
49/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
50/52
Terapi Kejang
Penanganan kejang secara modern bermula dari tahun 1850 dengan pemberian Bromida, dengan
dasar teori bahwa epilepsi disebabkan oleh suatu dorongan sex yang berlebih. Pada tahun 1910,
kemudian digunakan Fenobarbital yang awalnya dipakai untuk menginduksi tidur, kemudian diketahui
mempunyai efek antikonvulsan dan menjadi obat pilihan selama bertahun-tahun. Sejumlah obat lain
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
51/52
-
8/12/2019 Lbm 5 Saraf Aria Tri
52/52