karina lbm 1 saraf 22

45
1 STEP 7 1. Fisiologi, histologi, anatomi otak ? File pdf ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYADALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA Sumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/06001194.pd f ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF Sumber : http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/11/ANATO MI-FISIOLOGI-SISTEM-SARAF.pdf 2. Bagaimana mekanisme pengaturan kesadaran ? otak dipengaruhi kesadarannya oleh aras dan kortex sesuai dengan hukum monro kellie 3. Mengapa ditemukan penurunan kesadaran pada pasien setelah kecelakaan

Upload: diaii

Post on 05-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

saraf

TRANSCRIPT

Page 1: Karina Lbm 1 Saraf 22

1

STEP 7

1. Fisiologi, histologi, anatomi otak ?File pdf

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYADALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKASumber : http://library.usu.ac.id/download/fk/06001194.pdfANATOMI FISIOLOGI SISTEM SARAF

Sumber : http://staff.unila.ac.id/gnugroho/files/2012/11/ANATOMI-FISIOLOGI-SISTEM-SARAF.pdf

2. Bagaimana mekanisme pengaturan kesadaran ?

otak dipengaruhi kesadarannya oleh aras dan kortex

sesuai dengan hukum monro kellie

3. Mengapa ditemukan penurunan kesadaran pada pasien setelah kecelakaan

Page 2: Karina Lbm 1 Saraf 22

2

- Kecelakaan lalu lintas bisa menyebabkan trauma keadaan yg disebabkan oleh luka atau cidera

- Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak ( Lombardo, 2003 ).

- Hilangnya kesadaran 5-10 detik karena penghentian total aliran darah ke otak karena tidak adanya pengiriman O2 ke sel otak dan akan menghentikan sebagian besar metabolism

Respons metabolic terhadap trauma

- Akibat trauma aktivitas hipotalamus dipacu sehingga terjadi rangsangan neuroendokrin

- Sekresi neurohumoral yang meningkat menyebabkan lipolisis perifer yang menyebabkan naikknya glukosa , asam amino dan limbah metabolism berupa asam laktat dalam plasma

- Hati bereaksi dengan meningkatkan produksi glukosa melalui glikogenlisis dan glukoneogenesis

- Produksi glukosa meningkat , sementara penggunaan jaringan perifer menurun sehingga terjadi intoleransi glukosa akibat trauma

Sumber : Guyton and Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Ed 11.EGC

Dan Sjamsuhidajat dan de Jong .2011.Buku Ajar ilmu Bedah,ed. 3.EGC

4. Kenapa pasien mengeluh nyeri kepala dan muntah beberapa kali sebelum dia pingsan lagi ?

Sadar penurunan kesadaran impuls afferent tidak sampai ke otak

Cedera mengakibatkan hilangnya kemampuan sirkulasi otak untuk mengatur volume darah sirkulasi yang tersedia, menyebabkan iskemia pada beberapa daerah tertentu dalam otak ( Lombardo, 2003 ).

Page 3: Karina Lbm 1 Saraf 22

3

Hilangnya kesadaran 5-10 detik karena penghentian total aliran darah ke otak karena tidak adanya pengiriman O2 ke sel otak dan akan menghentikan sebagian besar metabolism

Nyeri kepala

Nyeri kepala merupakan suatu jenis nyeri alih permukaan kepala yang berasal dari struktur bagian dalam

Beberapa nyeri kepala disebabkan oleh stimulus nyeri yang berasal dari cranium, tapi yg lainya mungkin juga dari luar cranium , misalnya sinus nasalis

Ada kecendrungan sebagian nyeri kepala berasal dari dalam otak itu sendiri

Tegangan pada sinus venosus sekitar otak , kerusakan tentorium atau regangan duramatris di basis otak dapat menimbulkan rasa nyeri hebat pada kepala

Atau setiap cidera . trauma atau stimulus regangan terhadap pembuluh darah selaput otak dapat menimbulkan nyeri kepala

Struktur yang sensitive adalah arteri meningea media

Daerah kepala tempat pengalihan nyeri kepala intarkranial

Perangsangan reseptor rasa nyeri kepala pada tempurung serebri di atas tentorium akan menimbulkan impuls nyeri saraf kelima sehingga timbul nyeri alih di separuh bagian depan kepala di daerah somatosensorik yang diinervasi oleh nervus cranialis kelima

Sebaliknya impuls nyeri yg berasal dari bagian bawah tentorium akan memasuki system saraf pusat terutama melalui system saraf servikal kedua, saraf glosofaringeal dan saraf vagus menimbulkan nyeri kepala occipital yg akandialihkan ke bagian posterior kepala

Muntah

Perangsanga n. vagus oleh impuls nyeri yg berasal dari bagaian bawah tentorium gaster persyarafan n. vagus perngsangan n. vagus mengakibatikan kenaikan produksi HCL oleh lambung asam lambung meningkat mntah

Page 4: Karina Lbm 1 Saraf 22

4

Sumber : Guyton and Hall.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,Ed 11.EGC

Nyeri kepala- (n II) Papiladema ? pupil ?

MuntahTrias clasic peningkatan tekanan intrakranial

Lusid intervalAda ketrkaitan gak dengan gangguan kesadaran

5. Mengapa di dapatkan GCSnya menurun? Derajatnya?

Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah; 1. Proses membuka mata (Eye Opening) 2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response) 3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)

Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma kepala disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale).

Page 5: Karina Lbm 1 Saraf 22

5

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas; 1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15 2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13 3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8

a) Trauma Kepala Ringan Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan, tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000). Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-

Page 6: Karina Lbm 1 Saraf 22

6

rata pada penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004). b) Trauma Kepala Sedang Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L (Parenrengi, 2004). c) Trauma Kepala Berat Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis otak (DeSalles et al., 1986). Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004)

Hematom epidural dan subduralPerdarahan Epidural

Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral.

Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari.

Perdarahan SubduralPerdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian iaitu:

Page 7: Karina Lbm 1 Saraf 22

7

a) Perdarahan subdural akut

Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah.

Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak.

b) Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat.

Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

c) Perdarahan subdural kronis Terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar

membran vaskuler dan secara pelan-pelan ia meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu

atau beberapa bulan. Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi

pupil dan motorik.Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf

Page 8: Karina Lbm 1 Saraf 22

8

6. Mengapa terjadi Echymosis periorbital bilateral ??

7. Apa yang menyebabkan epistaksis dan mekanisme?Traumalesi primerpada tulang tengkorak tjd fraktur linierrobekanmenimbulkan aneurisma arteri carotis interna jika fraktur mengenai lamina cribriform dan daerah telinga tengah perdarahan lewat hidung, mulut dan telingaNeurology Klinik Dasar. Prof. DR. Mahar mardjono. Dian Rakyat

Epistaksis

DEFINISIPerdarahan Hidung (Epistaksis, Mimisan) adalah pardarahan yang berasal dari hidung.

PENYEBABPenyebab epistaksis:

Page 9: Karina Lbm 1 Saraf 22

9

1. Infeksi lokal - Vestibulitis - Sinusitis

2. Selaput lendir yang kering pada hidung yang mengalami cedera - Trauma, misalnya mengorek hidung, terjatuh, terpukul, adanya benda asing di hidung, trauma pembedahan atau iritasi oleh gas yang merangsang - Patah tulang hidung

Nosebleeds are due to the rupture of a blood vessel within the richly perfused nasal mucosa. Rupture may be spontaneous or initiated by trauma. Nosebleeds are reported in up to 60% of the population with peak incidences in those under the age of ten and over the age of 50 and appear to occur in males more than females.[3

3. Penyakit kardiovaskuler - Penyempitan arteri (arteriosklerosis) - Tekanan darah tinggi

4. Infeksi sistemik - Demam berdarah - Influenza - Morbili - Demam tifoid

5. Kelainan darah - Anemia aplastik - Leukemia - Trombositopenia - Hemofilia) - Telangiektasi hemoragik herediter

6. Tumor pada hidung, sinus atau nasofaring, baik jinak maupun ganas

7. Gangguan endokrin, seperti pada kehamilan, menars dan menopause

8. Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir mendadak (seperti pada penerbang dan penyelam/penyakit Caisson) atau lingkungan yang udaranya sangat dingin

9. Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan mimisan ringan disertai ingus berbau busuk

10. Idiopatik, biasanya merupakan mimisan yang ringan dan berulang pada anak dan remaja.

Page 10: Karina Lbm 1 Saraf 22

10

GEJALAEpistaksis dibagi menjadi 2 kelompok: Epistaksis anterior : perdarahan berasal dari septum (pemisah lubang hidung kiri dan kanan) bagian depan, yaitu dari pleksus Kiesselbach atau arteri etmoidalis anterior. Biasanya perdarahan tidak begitu hebat dan bila pasien duduk, darah akan keluar dari salah satu lubang hidung. Seringkali dapat berhenti spontan dan mudah diatasi.

Epistaksis posterior : perdarahan berasal dari bagian hidung yang paling dalam, yaitu dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada usia lanjut, penderita hipertensi, arteriosklerosis atau penyakit kardiovaskular. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan. Darah mengalir ke belakang, yaitu ke mulut dan tenggorokan.

Page 11: Karina Lbm 1 Saraf 22

11

PENGOBATANEpistaksis anterior Penderita sebaiknya duduk tegak agar tekanan vaskular berkurang dan mudah membatukkan darah dari tenggorokan Epistaksis anterior yang ringan biasanya bisa dihentikan dengan cara menekan cuping hidung selama 5-10 menit Jika tindakan diatas tidak mampu menghentikan perdarahan, maka dipasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidocain atau pantocain untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri Setelah perdarahan berhenti, dilakukan penyumbatan sumber perdarahan dengan menyemprotkan larutan perak nitrat 20-30% (atau asam trichloracetat 10%) atau dengan elektrokauter Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi vaselin atau salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang pada saat tampon dilepaskan. Tampon anterior dimasukkan melalui lubang hidung depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon dipasang selama 1-2 hari.

Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, penderita tidak perlu dirawat dan diminta lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. Penderita lanjut usia harus dirawat.

Page 12: Karina Lbm 1 Saraf 22

12

Epistaksis posterior Pada epistaksis posterior, sebagian besar darah masuk ke dalam mulut sehingga pemasangan tampon anterior tidak dapat menghentikan perdarahan. Perdarahan posterior lebih sukar diatasi karena perdarahan biasanya hebat dan sulit melihat bagian belakang dari rongga hidung. Dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq), yaitu tampon yang mempunyai tiga helai benang, 1 helai di setiap ujungnya dan 1helai di tengah. Tampon dipasang selama 2-3 hari disertai dengan pemberian antibiotik per-oral untuk mencegah infeksi pada sinus ataupun telinga tengah.

Pada epistaksis yang berat dan berulang, yang tak dapat diatasi dengan pemasangan tampon, perlu dilakukan pengikatan arteri etmoidalis anterior dan posterior atau arteri maksilaris interna.

Epistaksis akibat patah tulang atau septum hidung biasanya berlangsung singkat dan berhenti secara spontan, kadang-kadang timbul kembali beberapa jam atau beberapa hari kemudian setelah pembengkakan berkurang. Jika hal ini terjadi mungkin perlu dilakukan pembedahan terhadap patah tulang atau pengikatan arteri.

Pada penderita telangiektasi hemoragik herediter (kelainan bentuk pembuluh darah), epistaksis yang hebat bisa menyebabkan anemia berat yang tidak mudah dikoreksi dengan pemberian zat besi tambahan.

Page 13: Karina Lbm 1 Saraf 22

13

Untuk mengatasi anemia, dilakukan pencangkokan kulit ke dalam septum hidung.

Sumber : dr. Ofi Dwi Antoro,

8. Mengapa bisa terjadi ottorhea? kenapa cairannya beda2?Traumalesi primerpada tulang tengkorak tjd fraktur linierrobekanmenimbulkan aneurisma arteri carotis interna jika fraktur mengenai lamina cribriform dan daerah telinga tengah perdarahan lewat hidung, mulut dan telingaNeurology Klinik Dasar. Prof. DR. Mahar mardjono. Dian Rakyat

9. Mengapa ditemukan battle ‘s sign?Traumalesi primerpada tulang tengkorak tjd fraktur linierrobekanmenimbulkan aneurisma arteri carotis interna jika fraktur mengenai lamina cribriform dan daerah telinga tengah perdarahan lewat hidung, mulut dan telingaNeurology Klinik Dasar. Prof. DR. Mahar mardjono. Dian Rakyat

10. Mekanisme terjadinya cedera kepala?

Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.

Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka dikatakan fraktur maksilofasial (Sastrodiningrat, 2009).Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf

11. Cara penegakan diagnosis untuk trauma kepala?

Diagnosis ditegakkan berdasarkan :1. Anamnesis

Trauma kapitis dengan atau tanpa gangguan kesadaran atau dengan interval lucid

Perdarahan / otorrhea / rhinorrhea Amnesia traumatika (retrograde / anterograde)

Page 14: Karina Lbm 1 Saraf 22

14

2. Hasil pemeriksaan klinis neurologis3. Foto kepala polos, posisi AP, lateral, tangensial4. Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto servikal

Dari hasil foto, perlu diperhatikan kemungkinan adanya fraktur :

Linier Impresi Terbuka/tertutup

5. CT-Scan otak : untuk melihat kelainan yg mungkin tjd berupa

Gambaran kontusio Gambaran edema otak Gambaran perdarahan Hematoma epidural Hematoma subdural Perdarahan subarakhnoid Hematoma intraserebral

(Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal, PERDOSSI)

Gejala Klinis Trauma KepalaMenurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:

Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah:

a. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)

b. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)

c. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)

d. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung) e. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan;

a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.

b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. c. Mual atau dan muntah. d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. e. Perubahan keperibadian diri.

Page 15: Karina Lbm 1 Saraf 22

15

f. Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;

a. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.

b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria). c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi,

depresi pernafasan). Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas.

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf

12. Jenis2 fraktur pada tulang kepala?

Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:

Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan ‘splintering’. Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak. Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).

Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat (Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoon’s eye (penumpukan darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan

Page 16: Karina Lbm 1 Saraf 22

16

pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004).

Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari (Garg, 2004).Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf

13. Kemungkinan yang terjadi kalau terkena cedera kepala dan MK?Trauma Murni atau Multipel

Menurut Barell, Heruti, Abargel dan Ziv (1999), sebanyak 1465 korban mengalami trauma kepala, sedangkan 1795 korban mengalami trauma yang multipel dalam penelitian di Israel. Kecederaan multipel berkaitan dengan keparahan dan ia adalah asas dalam mendiagnosa gambaran keseluruhan kecederaan. Dengan merekam seluruh kecederaan yang dialami oleh korban, ia dapat membantu dalam mengidentifikasi kecederaan yang sering mengikut penyebab trauma pada korban.

Trauma MurniTrauma Murni adalah apabila korban didiagnosa

dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor (Barell, Heruti, Abargel dan Ziv, 1999).Trauma Multipel

Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans Health Administration Transmittal Sheet). 1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta pada aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada

Page 17: Karina Lbm 1 Saraf 22

17

beberapa bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa timbul adalah seperti berikut: Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada

C3 bisa menyebabkan pasien apnu. Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang otak.

Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral pada tapak tulang servikal C2.

Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan cedera dislokasi.

Spondilosis servikal juga dapat terjadi.

Cedera ekstensi yaitu cedera ‘Whiplash’ terjadi apabila berlaku ekstensi pada tulang servikal.

2. Trauma toraks Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru. a) Cedera dinding torak seperti berikut:

Patah tulang rusuk.

Cedera pada sternum atau ‘steering wheel’.

Flail chest.

Open ‘sucking’ pneumothorax.

b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:

Pneumotoraks.

hematorak.

Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema.

Kontusio pulmonal.

Hematom pulmonal.

Emboli paru.

3. Trauma abdominal Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan bagian luar abdominal yaitu seperti berikut: Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kanan

abdomen adalah seperti cedera pada organ hati, pundi empedu, traktus biliar, duodenum dan ginjal kanan.

Page 18: Karina Lbm 1 Saraf 22

18

Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kiri abdomen adalah seperti cedera pada organ limpa, lambung dan ginjal kiri.

Kecederaan pada kuadran bawah abdomen adalah cedera pada salur ureter, salur uretral anterior dan posterior, kolon dan rektum.

Kecederaan juga bisa terjadi pada organ genital yang terbagi dua yaitu cedera penis dan skrotum.

4. Tungkai atas Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera dan putus ekstrimitas. Cedera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, jari-jari tangan serta ibu jari. 5. Tungkai bawah

Kecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pelvik. Cedera pada bagian lain ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki (James, Corry dan Perry, 2000).

Konkusio

- Konkusio adalah hilangnya kesadaran (dan kadang

ingatan) sekejap, setelah terajdinya cedera pada otak

yang tidak menyebabkan kerusakan fisik yang nyata.

- Konkusio menyebabkan kelainan fungsi otak tetapi tidak

menyebabkan kerusakan struktural yang nyata. Hal ini

bahkan bisa terjadi setelah cedera kepala yang ringan,

tergantung kepada goncangan yang menimpa otak

didalam tulang tengkorak.

- Konkusio bisa menyebabkan kebingungan, sakit kepala

dan rasa mengantuk yang abnormal; sebagian besar

penderita mengalami penyembuhan total dalam

beberapa jam atau hari.

Gegar otak ( kontusio serebri )

- merupakan memar pada otak, yang biasanya

disebabkan oleh pukulan langsung dan kuat ke kepala.

Page 19: Karina Lbm 1 Saraf 22

19

- Robekan otak adalah robekan pada jaringan otak, yang

seringkali disertai oleh luka di kepala yang nyata dan

patah tulang tengkorak.

Gegar otak dan robekan otak lebih serius daripada

konkusio.

MRI menunjukkan kerusakan fisik pada otak yang bisa

ringan atau bisa menyebabkan kelemahan pada satu

sisi tubuh yang diserati dengan kebingungan atau

bahkan koma.

- Jika otak membengkak, maka bisa terjadi kerusakan

lebih lanjut pada jaringan otak; pembengkakan yang

sangat hebat bisa menyebabkan herniasi otak.

- Pengobatan akan lebih rumit jika cedera otak disertai

oleh cedera lainnya, terutama cedera dada.

Perdarahan Intrakranial

- Perdarahan intrakranial (hematoma intrakranial) adalah

penimbunan darah di dalam otak atau diantara otak

dengan tulang tengkorak.

- Hematoma intrakranial bisa terjadi karena cedera atau

stroke

Hematoma epidural berasal dari perdarahan di arteri yang

terletak diantara meningens dan tulang tengkorak. Hal ini

terjadi karena patah tulang tengkorak telah merobek

arteri. Darah di dalam arteri memiliki tekanan lebih tinggi

sehingga lebih cepat memancar.

Hematoma subdural berasal dari perdarahan pada vena di

sekeliling otak. Perdarahan bisa terjadi segera setelah

terjadinya cedera kepala berat atau beberapa saat

kemudian setelah terjadinya cedera kepala yang lebih

Page 20: Karina Lbm 1 Saraf 22

20

ringan. Hematoma subdural yang kecil pada dewasa

seringkali diserap secara spontan.

Hematoma subdural yang besar, yang menyebabkan

gejala-gejala neurologis biasanya dikeluarkan melalui

pembedahan. Petunjuk dilakukannya pengaliran

perdarahan ini adalah:

- sakit kepala yang menetap

- rasa mengantuk yang hilang-timbul

- linglung

- perubahan ingatan

- kelumpuhan ringan pada sisi tubuh yang berlawanan.

Epilepsi Pasca Trauma

- Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan dimana

kejang terjadi beberapa waktu setelah otak mengalami

cedera karena benturan di kepala.

Afasia

- Afasia adalah hilangnya kemampuan untuk

menggunakan bahasa karena terjadinya cedera pada

area bahasa di otak.

Apraksia

- Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan

tugas yang memerlukan ingatan atau serangkaian

gerakan.

Agnosia

- Agnosia merupakan suatu kelainan dimana penderita

dapat melihat dan merasakan sebuah benda tetapi

tidak dapat menghubungkannya dengan peran atau

fungsi normal dari benda tersebut.

Page 21: Karina Lbm 1 Saraf 22

21

- Penderita tidak dapat mengenali wajah-wajah yang dulu

dikenalnya dengan baik atau benda-benda umum

(misalnya sendok atau pensil), meskipun mereka dapat

melihat dan menggambarkan benda-benda tersebut.

Amnesia

- Amnesia adalah hilangnya sebagian atau seluruh

kemampuan untuk mengingat peristiwa yang baru saja

terjadi atau peristiwa yang sudah lama berlalu.

(www.medicastore.com)

14. Pemeriksaan penunjang dan interpretasinya?

X-ray Tengkorak

Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur dari dasar tengkoraK atau rongga tengkorak. CT scan lebih dipilih bila dicurigai terjadi fraktur karena CT scan bisa mengidentifikasi fraktur dan adanya kontusio atau perdarahan. X-Ray tengkorak dapat digunakan bila CT scan tidak ada ( State of Colorado Department of Labor and Employment, 2006).

b. CT-Scan

Penemuan awal computed tomography scanner ( CT Scan ) penting dalam memperkirakan prognosa cedera kepala berat (Alberico dkk, 1987 dalam Sastrodiningrat,, 2007). Suatu CT scan yang normal pada waktu masuk dirawat pada penderita-penderita cedera kepala berat berhubungan dengan mortalitas yang lebih rendah dan penyembuhan fungsional yang lebih baik bila dibandingkan dengan penderita-penderita yang mempunyai CT scan abnormal.

Hal di atas tidaklah berarti bahwa semua penderita dengan CT scan yang relatif normal akan menjadi lebih baik, selanjutnya mungkin terjadi peningkata TIK dan dapat berkembang lesi baru pada 40% dari penderita (Roberson dkk, 1997 dalam

Page 22: Karina Lbm 1 Saraf 22

22

Sastrodiningrat, 2007). Di samping itu pemeriksaan CT scan tidak sensitif untuk lesi di batang otak karena kecilnya struktur area yang cedera dan dekatnya struktur tersebut dengan tulang di sekitarnya. Lesi seperti ini sering berhubungan dengan outcome yang buruk (Sastrodiningrat, 2007 ).

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga sangat berguna di dalam menilai prognosa.

MRI mampu menunjukkan lesi di substantia alba dan batang otak yang sering luput pada pemeriksaan CT Scan. Ditemukan bahwa penderita dengan lesi yang luas pada hemisfer, atau terdapat lesi batang otak pada pemeriksaan MRI, mempunyai prognosa yang buruk untuk pemulihan kesadaran, walaupun hasil pemeriksaan CT Scan awal normal dan tekanan intrakranial terkontrol baik (Wilberger dkk., 1983 dalam Sastrodiningrat, 2007).

Pemeriksaan Proton Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS) menambah dimensi baru pada MRI dan telah terbukti merupakan metode yang sensitif untuk mendeteksi Cedera Akson Difus (CAD). Mayoritas penderita dengan cedera kepala ringan sebagaimana halnya dengan penderita cedera kepala yang lebih berat, pada pemeriksaan MRS ditemukan adanya CAD di korpus kalosum dan substantia alba.

Kepentingan yang nyata dari MRS di dalam menjajaki prognosa cedera kepala berat masih harus ditentukan, tetapi hasilnya sampai saat ini dapat menolong menjelaskan berlangsungnya defisit neurologik dan gangguan kognitif pada penderita cedera kepala ringan ( Cecil dkk, 1998 dalam Sastrodiningrat, 2007 ).

15. Penangana trauma kepala?

SURVEY PRIMER Airway (jalan nafas)

Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan mengeluarkan darah, gigi yg patah, muntahan, dsb. Bila

Page 23: Karina Lbm 1 Saraf 22

23

perlu lakukan intubasi (waspadai kemungkinan adanya fraktur tulang leher)

Breathing (pernafasan)Pastikan pernafasan adekuat. Perhatikan frekuensi, pola nafas dan pernafasan dada atau perut dan kesetaraan pengembangan dada kanandan kiri (simetris). Bila ada gangguan pernafasan, cari penyebab apakah terdapat gangguan pada sentral (otak dan batang otak) atau perifer (otot pernafasan atau paru2). Bila perlu berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan dng target saturasi O2

>92%. Circulation (sirkulasi)

Pertahankan BP sistolik >90mmHg. Berikan cairan IV NaCl 0,9% atau Ringer. Hindari cairan hipotonis. Bila perlu berikan obat vasopresor dan atau inotropik.

Disability (utk mengetahui lateralisasi dan kondisi umum dng pemeriksaan cepat status umum dan neurologi)- Tanda vital : BP, RR, nadi, suhu- GCS- Pupil : ukuran, bentuk, dan reflek cahaya- Pemeriksaan neurology cepat : hemiparesis, refleks

patologis- Luka2- Anamnesa : AMPLE (Allergies, Medications, Past

illness, Last meal, Events/Environment related to the injury)

SURVEY SEKUNDER, meliputi pemeriksaan dan tindakan lanjutan setelah kondisi pasien stabil Laboratorium

- Darah : Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, GDS, analisa gas darah dan elektrolit

- Urine : perdarahan (+) / (-)- Radiologi : foto polos kepala (AP, lateral, tangensial),

CT scan otak, foto lainnya sesuai indikasi. Manajemen Terapi

- Siapkan untuk operasi pada pasien yang mempunyai indikasi

- Siapkan untuk masuk ruang rawat- Penanganan luka2- Pemberian terapi obat2an sesuai kebutuhan

(Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal, PERDOSSI)

A. Kritikal GCS 3-4

Page 24: Karina Lbm 1 Saraf 22

24

Perawatan di Unit Intensif Neurologi (Neurological ICU / ICU)B. Trauma Kapitis Sedang – Berat (GCS 5 - 12)

1. Lanjutkan penanganan ABC2. Pantau tanda vital (suhu, RR, BP), pupil, GCS, gerakan

ekstremitas sampai pasien sadar.3. Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi

intracranial4. Atasi komplikasi5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat6. Roboransia, neuroprotektan, nootropik sesuai indikasi.

C. Trauma Kapitis Ringan (Komosio Serebri)1. Dirawat 2x24jam2. Tidur dng posisi kepala ditinggikan 30 derajat

3. Obat2 simptomatis spt analgetik, anti emetik, dll sesuai indikasi(Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal, PERDOSSI)

o ABCDo Penanganan pingsan : resusitasi cairan, dexametasono Edem otak : diberi cairan hipertonik(manitol)o Operasi : jika ada epidural hematom, intraserebral

hematom, fraktur terbuka,fraktur dengan laserasi.Komplikasi :

i. kebocoran cairan cerebrospinal dapat disebabkan oleh

rusaknyaleptomeningen dan terjadi pada 2-6 % pasien

dengan cedera kepala tertutup.

ii. Fistel karotis – kavernasus ditandai oleh trias gejala:

eksolftalmos,kemosis,dan bruit orbita,dapat timbul segera

atau beberapa hari setelah cedera.

iii. Diabetes insipidus dapat disebabkan oleh kerusakan

traumatic pada tangkai hipofisis,menyebabkan penghantian

sekresi hormon antidiuretik.

iv. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam

pertama),dini (minggu pertama) atau lanjut (setelah satu

minggu).

KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN.jilid 2.FKUI

Page 25: Karina Lbm 1 Saraf 22

25

PR :

kerusakan primer

Kerusakan sekunder

Apakah hanya perlu kerusakan primer aja yang menyebabkan penurunan kesadaran apakah perlu menjadi yang sekunder dulu baru terjadi penurunan kesadaran ???????

TRAUMA KEPALA

Pengertian Trauma KepalaTrauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda

paksa (trauma) yang menimpa struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).Kareteristik Penderita Trauma Kepala

Jenis Kelamin

Pada populasi secara keseluruhan, laki-laki dua kali ganda lebih banyak mengalami trauma kepala dari perempuan. Namun, pada usia lebih tua perbandingan hampir sama. Hal ini dapat terjadi pada usia yang lebih tua disebabkan karena terjatuh. Mortalitas laki-laki dan perempuan terhadap trauma kepala adalah 3,4:1 (Jagger, Levine, Jane et al., 1984).

Menurut Brain Injury Association of America, laki-laki cenderung mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan (CDC, 2006). Umur

Resiko trauma kepala adalah dari umur 15-30 tahun, hal ini disebabkan karena pada kelompok umur ini banyak terpengaruh dengan alkohol, narkoba dan kehidupan sosial yang tidak bertanggungjawab (Jagger, Levine, Jane et al., 1984). Menurut Brain Injury Association of America, dua kelompok umur mengalami

Page 26: Karina Lbm 1 Saraf 22

26

risiko yang tertinggi adalah dari umur 0 sampai 4 tahun dan 15 sampai 19 tahun (CDC, 2006).

Trauma Kepala Jenis TraumaLuka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi

(area) dimana terjadi trauma (Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak. Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater. (Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti berikut; a) Fraktur

Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4 jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai berikut:

Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa depresi, distorsi dan ‘splintering’. Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak. Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural (Duldner, 2008).

Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien yang mengalami trauma kepala berat (Graham and Gennareli, 2000; Orlando Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejala raccoon’s eye (penumpukan

Page 27: Karina Lbm 1 Saraf 22

27

darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004). Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada

tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari (Garg, 2004). b) Luka memar (kontosio)

Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau MRI (Magnetic Resonance Imaging) seperti luka besar. Pada kontusio dapat terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema. Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran (Corrigan, 2004). c) Laserasi (luka robek atau koyak)

Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya pada proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat menimbulkan jaringan parut. d) Abrasi

Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-ujung saraf yang rusak. e) Avulsi

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan dengan

Page 28: Karina Lbm 1 Saraf 22

28

tulang kranial. Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan (Mansjoer, 2000).

Perdarahan Intrakranial Perdarahan Epidural

Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater. Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan mungkin terjadi hemiparese kontralateral.

Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya somnolen) yang membaik setelah beberapa hari.

Perdarahan SubduralPerdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan araknoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian iaitu: a) Perdarahan subdural akut

Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah.

Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.

Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak besar dan cedera batang otak.

b) Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak berat.

Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

c) Perdarahan subdural kronis Terjadi karena luka ringan. Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural. Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar

membran vaskuler dan secara pelan-pelan ia meluas. Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu

atau beberapa bulan. Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi

pupil dan motorik.

Page 29: Karina Lbm 1 Saraf 22

29

Perdarahan SubaraknoidPerdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan lapisan otak yaitu yang dikenal sebagai ruang subaraknoid (Ausiello, 2007).Perdarahan IntraventrikularPerdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi perdarahan intraserebral.Perdarahan IntraserebralPerdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan otak. Di mana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar dengan hentaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon. (Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008).

Trauma Murni atau MultipelMenurut Barell, Heruti, Abargel dan Ziv (1999), sebanyak

1465 korban mengalami trauma kepala, sedangkan 1795 korban mengalami trauma yang multipel dalam penelitian di Israel. Kecederaan multipel berkaitan dengan keparahan dan ia adalah asas dalam mendiagnosa gambaran keseluruhan kecederaan. Dengan merekam seluruh kecederaan yang dialami oleh korban, ia dapat membantu dalam mengidentifikasi kecederaan yang sering mengikut penyebab trauma pada korban.

Trauma MurniTrauma Murni adalah apabila korban didiagnosa

dengan satu kecederaan pada salah satu regio atau bagian anatomis yang mayor (Barell, Heruti, Abargel dan Ziv, 1999).Trauma Multipel

Trauma multipel atau politrauma adalah apabila terdapat 2 atau lebih kecederaan secara fisikal pada regio atau organ tertentu, dimana salah satunya bisa menyebabkan kematian dan memberi impak pada fisikal, kognitif, psikologik atau kelainan psikososial dan disabilitas fungsional. Trauma kepala paling banyak dicatat pada pasien politrauma dengan kombinasi dari kondisi yang cacat seperti amputasi, kelainan pendengaran dan penglihatan, post-traumatic stress syndrome dan kondisi kelainan jiwa yang lain (Veterans Health Administration Transmittal Sheet).

Page 30: Karina Lbm 1 Saraf 22

30

1. Trauma servikal, batang otak dan tulang belakang Trauma yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas, jatuh dari tempat yang tinggi serta pada aktivitas olahraga yang berbahaya boleh menyebabkan cedera pada beberapa bagian ini. Antara kemungkinan kecederaan yang bisa timbul adalah seperti berikut: Kerusakan pada tulang servikal C1-C7; cedera pada

C3 bisa menyebabkan pasien apnu. Cedera dari C4-C6 bisa menyebabkan pasien kuadriplegi, paralisis hipotonus tungkai atas dan bawah serta syok batang otak.

Fraktur Hangman terjadi apabila terdapat fraktur hiperekstensi yang bilateral pada tapak tulang servikal C2.

Tulang belakang torak dan lumbar bisa diakibatkan oleh cedera kompresi dan cedera dislokasi.

Spondilosis servikal juga dapat terjadi.

Cedera ekstensi yaitu cedera ‘Whiplash’ terjadi apabila berlaku ekstensi pada tulang servikal.

2. Trauma toraks Trauma toraks bisa terbagi kepada dua yaitu cedera dinding toraks dan cedera paru. a) Cedera dinding torak seperti berikut:

Patah tulang rusuk.

Cedera pada sternum atau ‘steering wheel’.

Flail chest.

Open ‘sucking’ pneumothorax.

b) Cedera pada paru adalah seperti berikut:

Pneumotoraks.

hematorak.

Subcutaneous(SQ) dan mediastinal emphysema.

Kontusio pulmonal.

Hematom pulmonal.

Emboli paru.

3. Trauma abdominal Trauma abdominal terjadi apabila berlaku cedera pada bagian organ dalam dan bagian luar abdominal yaitu seperti berikut: Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kanan

abdomen adalah seperti cedera pada organ hati,

Page 31: Karina Lbm 1 Saraf 22

31

pundi empedu, traktus biliar, duodenum dan ginjal kanan.

Kecederaan yang bisa berlaku pada kuadran kiri abdomen adalah seperti cedera pada organ limpa, lambung dan ginjal kiri.

Kecederaan pada kuadran bawah abdomen adalah cedera pada salur ureter, salur uretral anterior dan posterior, kolon dan rektum.

Kecederaan juga bisa terjadi pada organ genital yang terbagi dua yaitu cedera penis dan skrotum.

4. Tungkai atas Trauma tungkai atas adalah apabila berlaku benturan hingga menyebabkan cedera dan putus ekstrimitas. Cedera bisa terjadi dari tulang bahu, lengan atas, siku, lengan bawah, pergelangan tangan, jari-jari tangan serta ibu jari. 5. Tungkai bawah Kecederaan yang paling sering adalah fraktur tulang pelvik. Cedera pada bagian lain ekstrimitas bawah seperti patah tulang femur, lutut atau patella, ke arah distal lagi yaitu fraktur tibia, fraktur fibula, tumit dan telapak kaki (James, Corry dan Perry, 2000).

Tingkat Keparahan Trauma Kepala dengan Skor Koma Glasgow (SKG)Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah; 1. Proses membuka mata (Eye Opening) 2. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response) 3. Reaksi bicara (Best Verbal Response)

Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma kepala disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma Glasgow (Glasgow Coma Scale).

Page 32: Karina Lbm 1 Saraf 22

32

Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas; 1. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15 2. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13 3. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8

a) Trauma Kepala Ringan Dengan Skala Koma Glasgow >12, tidak ada kelainan dalam CT-scan, tiada lesi operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan lainnya (Smeltzer, 2001). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000). Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin, 2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-

Page 33: Karina Lbm 1 Saraf 22

33

rata pada penderita cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004). b) Trauma Kepala Sedang Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes, 1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15 mmol/L (Parenrengi, 2004). c) Trauma Kepala Berat Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan peningkatan titer asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini mencerminkan kondisi asidosis otak (DeSalles et al., 1986). Penderita cedera kepala berat, penelitian menunjukkan kadar rata-rata asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004).

Gejala Klinis Trauma KepalaMenurut Reissner (2009), gejala klinis trauma kepala adalah seperti berikut:

Tanda-tanda klinis yang dapat membantu mendiagnosa adalah:

f. Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os mastoid)

g. Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga)

h. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)

i. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung) j. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan;

Page 34: Karina Lbm 1 Saraf 22

34

g. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat kemudian sembuh.

h. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan. i. Mual atau dan muntah. j. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun. k. Perubahan keperibadian diri. l. Letargik.

Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat;

d. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat.

e. Perubahan ukuran pupil (anisokoria). f. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi,

depresi pernafasan). g. Apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat

pergerakan atau posisi abnormal ekstrimitas.

Penyebab Trauma KepalaMekanisme Terjadinya Kecederaan

Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.

Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi adalah apabila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka dikatakan fraktur maksilofasial (Sastrodiningrat, 2009).Penyebab Trauma Kepala

Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Rutland-Brown, Thomas, 2006).

Page 35: Karina Lbm 1 Saraf 22

35

Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000 populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala mencatat sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat ( Coronado, Thomas, 2007). Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:a) Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995). b) Jatuh Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah. c) Kekerasan Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).

Indikasi CT –Scan pada Trauma KepalaCT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu

objek dalam sudut 360 derajat melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak sebagai penampang-penampang melintang dari objeknya.

Dengan CT-Scan isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas. Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas baik bentuk maupun ukurannya (Sastrodiningrat, 2009). Indikasi pemeriksaan CT-scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut:

a. Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi trauma kepala sedang dan berat.

b. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak. c. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis

kranii. d. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan

gangguan kesadaran. e. Sakit kepala yang hebat. f. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

atau herniasi jaringan otak.

Page 36: Karina Lbm 1 Saraf 22

36

g. Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral (Irwan, 2009).

Perdarahan subaraknoid terbukti sebanyak 98% yang mengalami trauma kepala jika dilakukan CT-Scan dalam waktu 48 jam paska trauma. Indikasi untuk melakukan CT-Scan adalah jika pasien mengeluh sakit kepala akut yang diikuti dengan kelainan neurologis seperti mual, muntah atau dengan SKG (Skor Koma Glasgow) <14 (Haydel, Preston, Mills, et al., 2000).

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25734/3/Chapter%20II.pdf