mandiri respirasi skn 1

27
Bayu Adhitya Wicaksana 1102013053 SASARAN BELAJAR 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas 1.1 Makroskopis 1.2 Mikroskopis 2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pertahanan Saluran Pernafasan Atas 2.1 Fisiologi 3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi 3.1 Definisi 3.2 Klasifikasi 3.3 Etiologi 3.4 Patofisiologi 3.5 Manifestasi klinis 3.6 Pemeriksaan 3.7 Diagnosis dan diagnosis banding 3.8 Penatalaksanaan 3.9 Komplikasi 3.10 Pencegahan 3.11 Prognosis 4. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pernafasan Menurut Islam

Upload: bayu-adhitya

Post on 16-Nov-2015

242 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bagus

TRANSCRIPT

Bayu Adhitya Wicaksana1102013053

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas

1.1 Makroskopis1.2 Mikroskopis

2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pertahanan Saluran Pernafasan Atas2.1 Fisiologi3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

3.1 Definisi3.2 Klasifikasi3.3 Etiologi3.4 Patofisiologi3.5 Manifestasi klinis3.6 Pemeriksaan3.7 Diagnosis dan diagnosis banding3.8 Penatalaksanaan3.9 Komplikasi3.10 Pencegahan3.11 Prognosis

4. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pernafasan Menurut Islam

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Saluran Pernafasan Atas

1.1 Makroskopis

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:

a. Lubang hidung (cavum nasalis) Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago). Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius).Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara.

Gambar 2-1: Anatomi hidung dan sinus Sumber: www.ghorayeb.com

b. Sinus paranasalisSinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus berfungsi untuk:

1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi2. Meringankan berat tulang tengkorak3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi

c. Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kabrtilago) krikoid. Faring digunakan pada saat digestion (menelan) seperti pada saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring (laringo- faring).

Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara tube eustachius. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.

Oro-faring berfungsi untuk menampung udara dari naso-faring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili platina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).

d. Laring

Laring sering disebut dengan voice box dibentuk oleh struktur epitelium lined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring.Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas:

1. Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka selama menelan. 2. Glotis; lubang antara pita suara dan laring. 3. Kartilago tiroid; kartilago yang terbesar pada trakhea, terdapat bagian yang membentuk jakun. 4. Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di bawah kartilago tiroid). 5. Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan kartilago tiroid. 6. Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring

Gambar 2-2: LaringSumber: www.dtc.prima.edu/~biology

1.2 Mikroskopis

a. Rongga hidungVestibulum: bagian paling anterior dan paling lebar dari rongga hidung. Di sekitar permukaan dalam nares terdapat banyak kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Di dalam vestibulum, epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menjadi epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.Fosa nasalis (Cavum Nasi): dari masing-masing dinding lateral terdapat concha. Concha media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi sedangkan concha superior ditutupi epitel olfaktorius khusus. Di dalam lamina propria concha terdapat plexus vena besar yang dikenal sebagai badan pengembang (swell bodies).

b. Mukosa OlfaktoriusEpitel respiratoris yang melapisi cavum nasi adalah epitel bertingkat silindris bersilia dan bersel goblet. Epitel olfaktoris dikhususkan sebagai reseptor penghidu yang epitelnya bertingkat silindris tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktoris dijumpai pada atap setiap cavum nasi, pada masing-masing sisi septum dan pada concha nasal superior.Epitel Olfaktorius adalah epitel bertingkat silindris tinggi ,terdiri atas tiga jenis sel berbeda :

Sel Penyokong :sel sustentakular (3)itu panjang dengan inti lonjongnya yang terletak lenih ke apikalatau superficial pada epitel.permukaan apeksnya yang lebar mengandung mikrivili halus yang menonjol ke dalam lapisan mucus permukaan(2);bagian basal sel-sel ini lebih langsing.

Sel Olfaktoris : adalah neuron bipolar sensoris(4).inti bulat atau lonjongnya menempati daerah pada epitel yang terletak diantara inti sel penyokong(3)dan sel basal(5).Apeks olfaktorius itu langsing selalu mengarah ke permukaan epitel.Memancar dari apeks ini adalah silia olfaktoris non-motil dan panjang yang terletakparalel tarhadap permukaan epitel dalam mucus diata epitel(2);silia ini berfungsi sebagai reseptor untuk bau.terjulur keluar dari basis selyang langsing terhadap akson yang masukkedalam jaringan ikat lamina propria di bawahnya(6),tempat mereka bergabung dalam berkas-berkas kecil nervus olfaktorius tanpa myelin,yaitu fila olfaktoria(14).saraf ini akhirnya keluar dari cavum nasidan berjalan ke dalam bulbus olfaktorius otak. Sel Basal(5) : sel kecil pendek terletak di basis epiteldan diantara basis sel-sel penyokong dan sel olfaktoris.

c. LaringDaerah yang dimulai dari adytus laryngis sampai batas bawah cartilago krikoid. Laring juga menghubungkan faring dan trakhea.Di dalam lamina propria terdapat sejumlah tulang rawan laring. Tulang rawan lebih besar (thyroid, krikoid dan kebanyakan arytenoid) merupakan tulang rawan hialin. Tulang rawan lebih kecil (epiglotis, kuneiform, kornikulatum, ujung aritenoid) merupakan tulang rawan elastin.

d. FaringEpitel yang membatasi nasofaring merupakan epitel bertingkat silindris bersilia atau epitel berlapis gepeng yang mengalami pergesekan yaitu tepi belakang pallatum molle dan dinding belakang faring tempat kedua permukaan tersebut mengalami kontak langsung sewaktu menelan

2. Memahami dan Menjelaskan Mekanisme Pertahanan Saluran Pernafasan Atas

2.1 Fisiologi

Menjelaskan Mekanisme BatukInspirasi dalam, diikuti ekspirasi kuat melawan glotis yang tertutup. Peningkatan tekanan intrapleura 100mmHg atau lebih. Glotis tiba-tiba terbuka mengakibatkan redakan aliran udara ke luar dengan kecepatan 965km atau (600mil)/jam.

Menjelaskan Mekanisme BersinReflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran pernapasan bagian bawah. Rangsangan awal menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls saraf aferen berjalan dalam nervus ke lima menuju medulla tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk tetapi uvula ditekan, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing.

Proses Sistem Pernapasan/Respirasi Pada Manusia

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :1. Respirasi Luar yang merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.2. Respirasi Dalam yang merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-seltubuh.Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan dua cara pernapasan, yaitu :1. Respirasi / Pernapasan Dada Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut Tulang rusuk terangkat ke atas Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehinggaudara masuk ke dalam badan.2. Respirasi / Pernapasan Perut Otot difragma pada perut mengalami kontraksi Diafragma datar Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dadamengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida /CO2. CO2 yang dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paruparu dengan bantuan darah.Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia :1. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO22. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO23. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O24. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2 + H2O ---> H2 + CO2

3. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

3.1 Definisi

Rhinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidung terpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal pada hidung dan hidung tersumbat.

3.2 Klasifikasi

Ada 2 jenis rhinitis alergika:1. Rhinitis alergika perennial 2. Rhinitis alergika seasonal

Rhinitis Alergika Perennial Alergi terjadi sepanjang tahun Alergen yang memicu terutama debu, bulu binatang, tungau, bau bahan-bahan kimia. Alergen ini ditemui sepanjang tahun

Rhinitis Alergika Seasonal Alergi terjadi pada musim-musim tertentu Alergen berupa serbuk sari bunga, kayu, rumput dll

Berdasarkan frekuensi serangan, WHO Initiative Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma 2000 membagi rinitis alergi menjadi 2 jenis :1. Yaitu intermiten, bila gejala 4 minggu.

3.3 Epidemiologi

Laporan menunjukkan sekitar 14% penduduk di Amerika Serikat mengalami penyakit ini. Dua faktor utama yang dapat menimbulkan manifestasi RA adalah sensitivitas terhadap alergen dan keberadaan alergen di lingkungan. RA dapat bersifat musiman dan tahunan. Alergen inhalan merupakan alasan utama untuk kedua hal tersebut. Sekitar 20% kasus musiman, 40% sepanjang tahun, dan 40% campuran keduanya. Penyebab RA tersebut adalah serbuk sari di udara (biasa terjadi di musim semi), rumput (di awal dan akhir musim panas). Sedangkan pada RA yang bersifat sepanjang tahun dapat dikarenakan tungau debu rumah, jamur, dan bulu hewan.

3.4 Etiologi

Rhinitis alergi disebabkan alergen dari luar seperti pollen, tungau debu, binayang pengerat, kecoa, jamur(misalnya Alternaria, Cladosporium, Aspergillus, Penicillium), binatang peliharaan , rumput, pohon(misalnya chedar, elm, oak, olive, maple, dan birch). Jika orangtua memiliki alergi serupa, maka berkemungkinan memiliki alergi juga secara genetik.

3.5 Patofisiologi

Kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses antigen akan membentuk fragmen pendek peptida dan bergabung dengan HLA II membentuk kompleks peptoda MHC II yang dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC akan melepas interleukin 1 yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi T helper 1 dan T helper 2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL 3, IL 4, IL 5, IL 13. IL 4 dan IL 13 diikat reseptornya di permukaan limfosit B sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi Ig E. Ig E di sirkulasi darah masuk ke jaringan dan diikat reseptor Ig E di permukaan sel mastosit atau basofil sehingga kedua sel ini aktif. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar alergen yang sama, kedua rantai Ig E mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi mastosit dan basofil dengan terlepasnya mediator kimia terutama histamin. Selain histamin juga dikeluarkan prostaglandin, leukostrin D4, leukotrin C4, bradikinin, PAF dan berbagai sitokin. Terjadilah reaksi alergi fase cepat.Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamin menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga rinore.3.6 Manifestasi Klinis

Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :

Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin. Rinore. Ingus yang keluar. Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak. Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi). Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung. Allergic salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat kebiasaan menggosok hidung

Gejala yang tampak pada rhinitis alergi musiman adalah mata merah, gatal, lakrimasi.

Gejala yang tampak pada rhinitis alergi perennial adalah urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perennial lebih ringan dibandingkan dengan yang musiman tapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan.

3.7 Pemeriksaan

a. Pemeriksaan fisikPada rinoskopi anterior terdapat mukosa, edema, basah, berwarna pucat atau livid dengan sekret encer banyak. Jika gejala persisten, mukosa inferior tanpak hipertrofi. Gejala lain pada anak yang spesifik yaitu ada bayangan gelap di bawah mata yang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Disebut juga allergic shiner. Karena gatal, dengan punggung tangan mengosok-gosok hidung. Disebut juga allergic salute. Keadaan menggosok hidung akan mengakibatkan garis melintang di dorsum nasi bagia sepertiga bawah yang disbut allergic crease. Dinding posterior faring tanpak granuler dan edema (cobblestone appearance). Dinding lateral faring menebal.

b. Pemeriksaan penunjang

1. In vitro Hitung eosinofil dalam darah tepi bisa normal atau meningkat. Lebih bermakna adalah pemeriksaan IgE spesifik dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test). Pemeriksaan sitologi hidung walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Jika basofil >5 sel/lap mungkin karena alergi makanan. Jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.2. In vivoAlergen penyebab bisa dicari dengan pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (Skin End point Titration/SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. Keuntungan SET adalah selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui. Pada alergi makanan, uji kulit yang akhir ini banyak digunakan adalah intracutaneus provocative dilutional food test (IPDFT), tapi sebagai baku emas bisa dilakukan diet eleminasi dan Challenge test.Alergen ingestan akan lenyap dalam 5 hari secara tuntas. Pada challenge test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis menu makanan dihilangkan, gejala juga menghilang.

Serum IgE total

Meningkatnya serum IgE total menyokong adanya penyakit alergi, tetapi hanya didapatkan pada sekitar 60-80% pasien.

IgE Spesifik

Dilakukan untuk mengukur IgE terhadap alergen tertentu secara in vitro dengan cara RAST (radio allergo sorbent test) atau ELISA ( enzym linked immuno sorbent assay). Keuntungan pemeriksaan IgE spesifik dibandingkan tes kulit adalah resiko pasien tidak ada dan hasilnya kuantitatif, tidak dipengaruhi obat atau keadaan kulit, alergen lebih stabil.

Tes Kulit

Tes kulit sebagai sarana penunjang diagnosis penyakit alergi, telah dilakukan sejak lebih 100 tahun yang lalu, karena cara pelaksanaannya cukup sederhana dan terbukti mempenyai koralasi yang baik dengan kadar IgE spesifik atau dengan tes provokasi.

Tes tusuk (prick test)

Pembacaan dilakukan setelah 15-20 menit dengan mengukur diameter bentol dan eritema yang timbul, juga pseupoda yang terjadi. Hasil negatif, didapatkan bila hasil tes sama dengan kontrol negatif. Hasil positif dinilai berdasarkan bantol atau eritema dengan penilaian sebagai berikut :

Hasil negatif= sama dengan kontrol negatif.Hasil +1= 25% dari kontrol positif.Hasil +2= 50% dari kontrol positif.Hasil +3= 100% dari kontrol positif.Hasil +4= 200% dari kontrol positif.

Tes tempel (patch test)Dilakukan dengan cara menempelkan suatu bahan yang dicurigai sebagai penebab dermatitis alergi kontak. Jika pada penempelan bahan kulit menunjukkan reaksi, mungkin pasien alergi terhadap bahan tersebut, ataupun bahan atau benda lain yang mengandung unsur tersebut.Pembacaan dilakukan setelah 48 jam. Kemudian menunggu selama - 1 jam. Reaksi alergi lebih jelas sesudah 96 jam.

0= tidak ada reaksi+/-= eritema riingan, meragukan1+= reaksi ringan ( eritema dengan edema ringan)2+= reaksi kuat (papular eritema dengan edema)3+= reaksi sangat kuat (vesikel atau bula)

Tes Provokasi Tes provokasi adalah tes alergi dengan cara memberikan alergen secara langsung kepada pasien sehingga timbul gejala.

Tes provokasi nasal Pada tes ini diberikan pada mukosa hidung baik dengan disemprotkan atau menghisap alergen yang kering melalui satu lubang hidung sedang hidung yang lain di tutup. Tes dianggap positif bila dalam beberapa menit timbul bersin-bersin, pilek, hidung tersumbat, batuk, atau pada kasus berat menjadi gejala yang sama. Pada pemeriksaan hidung tampak bengkak sehingga menyumbat rongga hidung.

Tes provokasi bronkialDigunakan untuk tes pada pasien dengan asma dengan rangsangan yang bersifat alergen maupun non alergen.

3.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjangPada anamnesis umumnya ditanyakan hal-hal seperti berikut :a. Kapan gejala timbul dan apakah mulainya mendadak atau berangsur. Umur permulaan timbulnya gejala dapan menuntun kita untuk membedakan apakah kondisi tersebut diperantarai IgE atau tidak. Sebagai contoh, lebih dari 90% pasien dengan gejala rinitis yang mucul sebelum umur 10 tahun menunjukkan tes kulit yang positif, sedangkan pada pasien yang gejalanya timbul setelah 40 tahun kurang dari 40% yang menunjukkan sensitivitas terhadap alergen.b. Karakter, lama. Frequensi dan beratnya gejala. Utrikaria akut lebih mungkin disebabkan oleh alergen dibandingkan untikaria yang kronik. Frequensi dan beratnya gejala diperlukan untuk menentukan apakah diperlukan untuk menentukan apakah diperlukan pengobatan terus menerus atau hanya saat timbulnya gejala.c. Saat timbulnya gejala. Apakah keluhan paling hebat di waktu pagi, atau tidak menentu. Alergi dapat intermiten, setiap tahun, atau berhubungan dengan musim. Di Indonesia, karena tidak ada musim gugur, semi, dingin atau panas, keluhan lebih banyak menetap sepenjang tahun. Gejala yang menetap sepanjang tahun biasanya di hubungkan dengan aeroalergen seperti tungau debu rumah, kecoa, jamur, atau serpihan kulit binatang peliharaan.d. Pekerjaan dan hobi. Keluhan pasien dapat saja timbul saat berada di rumah, di sekolah, atau di tempat kerja. Sekitar 5% kasus asma berhubungan dengan tempat kerja. Demikian juga dengan kejadian pajanan lateks, binatang percobaan, atau produk kimia di tempat kerja.e. Bagaimana perjalanan penyakit dari permulaan sampai sekarang, apakah bertambah baik, tidak berubah, atau bertambah berat. Bagaimana pengaruh pengobatan sebelumnya.f. Adakah jangka waktu palinglama tanpa serangan, bagaimana dan dimana.g. Apakah timbul keluhan setelah mengeluarkan tenaga. h. Faktor-faktor yang memperngaruhi serangan penting ditanyakan dalam rangka penanganan pasien, misalnya faktor musim, faktor tempat, faktor hewan, faktor kelelahan, kurang tidur, penghentian cuaca, hawa dingin, debu, makanan, obat, emosi, kehamilan asap bau-bauan, dan lain-lain.i. Kebiasaan merokok, dan beberapa batang sehari.j. Dalam usaha mencari alergen, hubungan antara alergi dengan waktu dan tempat sangat penting. Dengan mengenal timbulnya gejala pada waktu tertentu, kecurigaan akan penyakit alergi lebih dipertegas. Begitu juga halnya dengan faktor tempat. Dalam hal ini kita harus mempunyai pengetahuan dengan alergen sekeliling pasien.untuk itu yang ditanyakan adalah tentang : Keadaan rumah, apakah sudah tua, masih baru, dan kelembabannya. Kamar tidur, karena di tempat ini banyak dijumpai D, pteronyssinus. Keadaan sekeliling pasien, apakah banyak hewan peliharaan seperti anjing, kucing, burung, dan sebagainya.k. Pada pasien asama atau alergi saluran nafas lain ditanyakan juga tentang dahak : jumlahnya (banyak, sedang, sedikit), warnanya ( putih, kuning, hijau), kekentalan (encer, kental).l. Pengaruh terhadap kualitas hidup. Apakah keluhan tersebut mempengaruhi pekerjaan, absensi sekolah, menganggu aktivitas olahraga atau hobi lainnya, atau mengganggu tidur.m. Perlu juga ditanyakan riwayat alergi pada keluarga, apakah ada keluarga sedarah yang menderita asma, rinitis, eksim, alergi makanan, atau alergi obat.Diagnosis Banding

Rinitis alergika harus dibedakan dengan: Rinitis vasomotor Rhinitis bacterial Rinitis virus Influenza (Flu) Rinitis nonalergi rhinitis infeksi common cold.

3.9 Penatalaksanaan

1. Pengobatan yang paling baik adalah menghindari alergen.2. Antihistamin yang dipakai adalah antagonis H1 yang bekerja inhibitor kompetitif pada reseptor H1 sel target. Merupakan lini pertama yang sering dipakai pada rhinitos alergi. Antihistamin terbagi menjadi 2 : generasi 1 dan generasi 2. Generasi 1 bersifat lipofilik sehingga bisa menembus sawar darah ota dan plasenta. Contohnya adalah difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin, yang bisa diberikan secara topikal adalah azelastin. Antihistamin generasi 2 bersifat lipofobik sulit memembus sawar darah otak. Tidak punya efek kolinergik seperti pada generasi 1, non sedati dan antiadrenergik. Antihistamin secara oral diabsorpsi cepat untuk mengatasi gejala pada respon fase cepat seperti rinore, bersin, gatal tapi tidak efektif untuk mengatasi obstruksi hidung pada fase lambat. Antihistamin non sedatif terbagi menjadi 2 menurut keamanannya. Kelompok pertama adalah astemisol dan terfenadin. Dapat menyebabkan aritmia ventrikel, henti jantung dan kematian mendadak. Kelompok kedua adalah loratadin, setirisin, fexofenadin, desloratadin, levosetirisinPreparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai sebagai dekongestan hidung oral dengan atau tanpa kombinasi antihistamin atau topikal. Pemakaian secara topikal hanya boleh beberapa hari karena bisa menyebabkan rhinistis medikamentosa.

Kortikosteroid (nasal corticosteroid spray) paling efektif untuk rhinitis alergi. 3. Tidakan operatif. Tindakan konkotomi parsial (pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti, inferior turbinoplasty perlu dipikirkan jika konka inferior hipertrofi berat dan tidak bisa dikecilkan dengan kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.4. ImunoterapiTujuan : penurunan Ig E dan pembentukan IgG blockin antibody. Yang umum digunakan adalah intradermal dan sublingual.

OperatifKonkotomi parsial ( pemotongan sebagian konka inferior), konkoplasti atau multiple outfractured, inferior turbinoplasty bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dgn kauterisasi menggunakan AgNO3 25% atau triklor asetat.

ImunoterapiDilakukan pada alergi inhalan dengan gejala berat dan sudah berlangsung lama serta dengan pengobatan lain tidak memberikan hasil yang memuaskan. Bertujuan untuk membentuk IgG Blocking antibody dan penurunan IgE.

3.10 Komplikasi

Komplikasi rinithis alergi yang sering adalah Polip HidungAlergi hidung merupakan salah satu factor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung. Otitis MediaEfusi yang sering residif terutama pada anak. Sinusitis Paranasal

3.11 Pencegahan

Ada 3 tipepencegahan yaitu primer, sekunder dan tersier.Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah terjadinya tahap sensitisasi. Halyang dapat dilakukan adalah menghindari paparan terhadap alergen inhalanmaupun ingestan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan makananpadat sehingga pemberian ASI lebih lama. Pencegahan sekunder adalah mencegahgejala timbul dengan cara menghindari alergen dan terapi medikamentosa.Sedangkan pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasiatau berlanjutnya penyakit.

3.12 Prognosis

Terjadi pada kebanyakan diusia muda 50%-70% dapat menyebabkan iritasi Pada umum nya baik apabila ditangani dengan cepat dan memburuk jika dibiarkan berlanjut.

4. Anatomi Pernafasan Menurut Islam

Al-Maidah:45 Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (attaurat) bahwasanya jiwa dibalas dengan jiwa, mata dengfan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka pun ada qisasnya.Penyebutan beberapa anggota tubuh yang penting di atas dan penyamaannya dengan jiwa itu sendiri menunjukkan adanya kesamaan kepentingan dan fungsi yang esensial bagi seseorang, sehingga jika terjadi kekerasan atau penganiayaan terhadap salah satu anggota tubuh tersebut diharuskan untuk memberlakukan hukum qisas (selain jiwa).Kesehatan rohani mempengaruhi kesehatan jasmani. Islam memberikan jawaban bagi kehausan jiwa manusia terhadap ketenangan batin yaitu mengukuhkan iman dan taqwa dengan mendekatkan diri kepada. Jika iman dan taqwa kita kukuh maka menjalankan perintah Allah akan terasa sangat mudah, kita akan semakin dekat kepada Allah dan kita akan dianugrahi rohani yang kuat dan jasmani yang sehat.Karena itu mengamalkan iman dan taqwa kita merupakan solusi pemeliharaan kesehatan yang paling jitu. Adapun pengamalan itu dapat kita lakukan dengan :

a. Menjaga kebersihan,1. Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.2. Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah makan ", dan " Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana tangannya berada di saat tidur."3. Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.4. Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW sersabda: "Tutuplah bejana air dan tempat minummu "5. Rumah: "Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu" sebagaimana dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan: "Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah."6. Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.

Dalam islam diantaranya dengan mandi, wudzu, menjaga kebersihan pakaian. Adapun wudhu merupakan upaya membersihkan diri dari hadast besar maupun hadast kecil sebelum melaksanakan sholat.Karena seseorang yang akan menjalankan sholat harus bersih dari hadast kecil maupun hadast besar, sehingga apabila ia berhadas kecil ia harus berwudlu, namun jika ia berhadast besar (junub) maka ia harus mandi. Sebagaimana firman-firman Allah :

Jika kamu junub maka mandilah. (QS.Al-maidah:6)

Wahai orang-orang yang beriman ! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. (Q.S Al-maidah:6)

Dan bersihkanlah pakaianmu.(QS.Al-Muddatsir:4)

Berwudhu dapat melindungi seseorang dari kuman penyakit. Penelitian membukatikan bahwa jumlah kuman pada orang yang berwudhu lebih sedikit dibanding orang yang tidak berwudhu. Para ilmuwan membuktikan bahwa wudhu dapat mencegah lebih dari 17 penyakit seperti influenza, batuk rejan, radang amandel, penyakit- penyakit telinga, penyakit-penyakit kulit.

Dalam berwudhu ada istilah istinsyaq dan istintsar. Istinsyaq adalah menghirup air ke dalam hidung sedangkan istintsar adalah mengeluarkan air nafasnya. Rasulullah sangat menyempuranakan kedua perbuatan tersebut.

Jumlah kuman di dalam hidung akan berkurang setengahnya setelah istinsyaq pertama lalu berkurang menjadi seperempatnya setelah istinsyaq kedua dan menjadi sangat sedikit setelah istinsyaq ketiga. Penelitian menyebutkan, hidung manusia setelah bersih dari kuman setelah istinsyaq akan tetap bersih selama 5 jam sebelum akhirnya tercemar lagi. Oleh karena itu manusia perlu membersihkannya lagi dengan cara wudhu yang disertai istinsyaq. Istinsyaq berulang kali setiap akan sholat adalah cara efektif untuk membersihkan, mensterilkan, dan mengurangi kuman-kuman yang bersembunyi di dalamnya.

Rasulullah SAW bersabda, Sempurnakanlah wudhu, ratakanlah air di antara jarijemari, bersunguhlah dalam istinsyaq kecuali kamu berpuasa (HR Bukhari dan Muslim).