leopod apgar score djj

26
Pemeriksaan DJJ dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu : 120-60x / menit Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ: a. Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/mnt b. Takikardi ringan: antara 160-180x/mnt c. Normal: antara 120-160x/mnt d. Bradikardia ringan: antara 100-119x/mnt e. Bradikardia sedang: antara 80-100x/mnt f. Bradikardia berat: kurang dari 80x/mnt Alat-alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam pemeriksaan DJJ: 1. Stetoskop Laennec Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu Cara pemeriksaan menggunakan leanec: a. Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang b. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung janin c. Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin d. Hitung total detak jantung janin e. Catat hasil dan beritahu hasil pada klien Doppler

Upload: rossi-redevil

Post on 02-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

pemeriksaan pada ibu hamil yang baik dan benar

TRANSCRIPT

Page 1: Leopod Apgar Score DJJ

Pemeriksaan DJJ dilakukan sebagai acuan untuk mengetahui kesehatan ibu dan perkembangan janin khususnya denyut jantung janin dalam rahim. Detak jantung janin normal permenit yaitu : 120-60x / menit Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:

a. Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/mnt

b. Takikardi ringan: antara 160-180x/mnt

c. Normal: antara 120-160x/mnt

d. Bradikardia ringan: antara 100-119x/mnt

e. Bradikardia sedang: antara 80-100x/mnt

f. Bradikardia berat: kurang dari 80x/mnt

Alat-alat yang dapat digunakan sebagai alat dalam pemeriksaan DJJ:

1. Stetoskop Laennec

Stetoskop yang dirancang khusus untuk dapat mendengarkan detak jantung janin secara manual oleh pemeriksa dapat digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu

Cara pemeriksaan menggunakan leanec:

a. Baringkan Ibu hamil dengan posisi telentang

b. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk mencari posisi punggung janin

c. Letakkan stetoskop pada daerah sekitar punggung janin

d. Hitung total detak jantung janin

e. Catat hasil dan beritahu hasil pada klien

Doppler

Fetal Doppler adalah alat dalam biomedik yang sering digunakan untuk mendeteksi detak jantung janin pada ibu hamil. Fetal Doppler menggunakan sensor Ultrasound dengan frekuensi 2 MHz untuk mendeteksi detak jantung janin berdasarkan prinsip doppler, yaitu memanfaatkan prinsip pemantulan gelombang yang dipancarkan oleh sensor ultrasound.

Cara pemeriksaan menggunakan Doppler:

Alat dan bahan

- Doppler

Page 2: Leopod Apgar Score DJJ

- Jelly

Langkah-langkah pemeriksaan

a. Baringkan ibu hamil dengan posisi terlentang

b. Beri jelly pada doppler /lineac yang akan digunakan

c. Tempelkan doppler pada perut ibu hamil didaerah punggung janin.

d. Hitung detak jantung janin :

i. Dengar detak jantung janin selama 1 menit, normal detak jantung janin 120-140 / menit.

ii. Beri penjelasan pada pasien hasil pemeriksaan detak jantung janin

e. Jika pada pemeriksaan detak jantung janin, tidak terdengar ataupun tidak ada pergerakan bayi, maka pasien diberi penjelasan dan pasien dirujuk ke RS.

f. Pasien dipersilahkan bangun

g. Catat hasil pemeriksaan jantung janin pada buku Kart Ibu dan Buku KIA

(kuliah Obstetri Penerbis buku Kedokteran ECG)

Page 3: Leopod Apgar Score DJJ

Pemeriksaan Leopold

PENGERTIAN

Adalah pemeriksaan palpasi yang dilakukan pada ibu hamil  untuk mengetahui posisi janin dalam uterus.TUJUANPemeriksaan Leopold untuk menentukan :1. Besarnya rahim dan konsistensinya2. Bagian-bagian janin, letak dan presentasi.3. Gerakan janin4. Kontraksi Braxton-hicks dan HisDILAKUKAN PADAIbu hamil pada Trimester I s/d IIIPROSEDUR• Ibu hamil berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal.• Pemeriksa berdiri disebelah kanan ibu hamil dengan bersikap hormat melakukan palpasi bimanual  ( Leopold I, II, III  dan IV ) pada daerah abdomen.Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding perut tebal) dan yang mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat menjadi tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan santai dan diposisikan secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan pemeriksaan, maka persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan adalah:

1. Instruksikan ibu hamil untuk mengosongkan kandung kemihnya2. Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil di

bawah kepala untuk kenyamanan

3. Menjaga privasi

4. Menjelaskan prosedur pemeriksaan

5. Menghangatkan tangan dengan menggosok bersama-sama (tangan dingin dapat merangsang kontraksi rahim)

6. Gunakan telapak tangan untuk palpasi bukan jari.

Page 4: Leopod Apgar Score DJJ

Gambar 1: Pemeriksaan Palpasi Leopold 1 s.d. 4A. Pemeriksaan Leopold ITujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian janin apa yang terdapat di fundus uteri (bagian atas perut ibu).

 Gambar 2: Palpasi Leopold 1

Teknik:

Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu

Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilical

Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU

Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan bagian janin.

Hasil: Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan

melenting (seperti mudah digerakkan)

Page 5: Leopod Apgar Score DJJ

Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang bundar, dan kurang melenting

Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.B. Pemeriksaan Leopold IITujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak lintang tentukan di mana kepala janin.

Gambar 3: Palpasi Leopold 2Teknik: Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan

kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak

tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).

Hasil: Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan

menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.C. Pemeriksaan Leopold IIITujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).

Gambar 4: Palpasi Leopold 3

Page 6: Leopod Apgar Score DJJ

Teknik: Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan

kanan bawah perut ibu Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah

bayi Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang

bagian terbawah janin.Hasil: Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak

dan kurang simetris adalah bokong Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah

digoyang, sudah tidak bias (seperti ada tahanan).D. Pemeriksaan Leopold IVTujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.

Gambar 5: Palpasi Leopold 4Teknik: Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan uterus

bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari tangan

yang meraba dinding bawah uterus. Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak

bertemu (divergen) Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi

(bila presentasi kepala upayakan memegang  bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)

Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.

Page 7: Leopod Apgar Score DJJ

Hasil: Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah

janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) mka bagian terendah janin sudah memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)

Penurunan kepala dinilai dengan: 5/5 (seluruh bagian jari masih meraba kepala, kepala belum masuk PAP), 1/5 (teraba kepala 1 jari dari lima jari, bagian kepala yang sudah masuk 4 bagian), dan seterusnya sampai 0/5 (seluruh kepala sudah masuk PAP)

Menentukan usia kehamilan :

   Gambar 6-7: Gambaran Tinggi Fundus Uteri (TFU) Dikonversikan dengan Usia Kehamilan (UK)Keterangan:

Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simpisis Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat

Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat

Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat

Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat

Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus Xipoideus dan pusat

Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus Xipoideus

Page 8: Leopod Apgar Score DJJ

Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus Xipoideus dan pusat. (Lakukan konfirmasi dengan wawancara dengan pasien untuk membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu).

 Daftar Tilik Pemeriksaan Palpasi Leopold: Daftar Tilik Px Leopold – UploadReferensi:Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri; Obstetri Fisiologi-Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.Rachmawati, I.N., Budiati, T., & Rahmawati, C. 2008. Panduan Praktikum Prosedur Pemeriksaan Fisik Antenatal. Depok: UI.http://en.wikipedia.org/wiki/Leopold’s_maneuvershttp://labspace.open.ac.uk/mod/oucontent/view.php?id=452288&section=1.5.2http://nursingcrib.com/nursing-notes-reviewer/maternal-child-health/how-to-perform-leopolds-maneuver/

HUBUNGAN ANTARA BESARNYA UTERUS DAN TINGGI FUNDUS UTERI TERHADAP USIA KEHAMILAN

USIA KEHAMILAN BESARNYA UTERUS TINGGI FUNDUS UTERI

Akhir Bulan 1

Akhir Bulan  2

Akhir Bulan 3

Akhir Bulan 4

Akhir Bulan 5

Akhir Bulan 6

Akhir Bulan 7

Akhir Bulan 8

Akhir Bulan 9

Akhir Bulan 10

Lebih besar dari biasanya

Sebesar telur bebek

Sebesar telur anggsa

Sebesar kepala bayi

Sebesar kepala dewasa

Sebesar kepala dewasa / >

Sebesar kepala dewasa / >

Sebesar kepala dewasa / >

Sebesar kepala dewasa / >

Sebesar kepala dewasa / >

Belum teraba

Dibelakang simphisis

1- 2 jari diatas simphisis

Pertengahan simp- pusat

2- 3 jari dibawah pusat

Setinggi  pusat

2-3 jari di atas pusat

Pertengahan pusat Px

3 jari dibawah Px / Setinggi Px

Sama dengan 8 bulan tetapi lebih lebar..

TUA KEHAMILAN  TERHADAP TINGGI FUNDUS UTERI MENURUTSPIEGELBERG

Page 9: Leopod Apgar Score DJJ

 22 – 28 Minggu =  24 – 25 cm di atas simphisis

28 Mgg                 =  26,5 cm di atas simphisis

30 Mgg                 =  29,5 - 30 cm di atas simphisis

32 Mgg                 =  29,5 - 30 cm di atas simphisis

34 Mgg                 =  31  cm di atas simphisis

36 Mgg                 =  32 cm di atas simphisis

38 Mgg                 =  33 cm di atas simphisis

40 Mgg                 =  37,7 cm di atas simphisis

 TUA KEHAMILAN  TERHADAP TINGGI FUNDUS UTERI MENURUT

Mc. DONAL

Kombinasi rumus Spiegelberg kemudian hasil dalam cm dibagi 3,5  hasilnya akan di dapat usia kehamilan dalan bulan.

STANDART OPERATING PROCEDURE (SOP) PEMERIKSAAN LEOPOLD

sumber:

materi keperawatan Akper Purworejo

Page 10: Leopod Apgar Score DJJ

APGAR SCORE

2.1. PENGERTIAN APGARApgar score  adalah suatu metode penilaian yang digunakan untuk mengkaji kesehatan neonatus dalam menit pertama  setelah lahir sampai 5 menit setelah lahir , serta dapat diulang pada menit ke 10 – 15 . Nilai apgar merupakan standart evaluasi neonatus dan dapat dijadikan sebagai data dasar untuk evaluasi di kemudian hari . (Adelle , 2002) .Kata APGAR             dipublikasikan pertama kali pada tahun 1952 . Lalutahun 1962 , Joseph membuat akronim dari kata APGAR tersebut , yaituAppearance (colour = warna kulit) , Pulse (heart rate = denyut nadi) , Grimace(refleks terhadap rangsangan) , Activity (tonus otot) , dan Respiration (usaha bernapas) .(Sujiyatini , 2011) .

2.2. TUJUAN DILAKUKANNYA APGARHal yang penting diketahui , bahwa penilaian skor ini dibuat untuk menolong tenaga kesehatan dalam mengkaji kondisi bayi baru lahir secara umum dan memutuskan untuk melakukan tindakan darurat atau tidak . Penilaian ini bukan sebagai prediksi terhadap kesehatan bayi atau intelegensi bayi dimasa mendatang .  Beberapa bayi dapat mencapai angka 10 , dan tidak jarang , bayi yang sehat mempunyai skor yang lebih rendah dari biasanya , terutama pada menit pertama saat baru lahir . Sampai saat ini , skor apgar masih tetap digunakan , karena , selain ketepatannya , juga karena cara penerapannya yang sederhana , cepat , dan ringkas . Dan yang terpenting dalam penentuan skor apgar ini adalah untuk menetukan bayi tersebut asfiksia atau tidak . (Sujiyatini , 2011) .

Page 11: Leopod Apgar Score DJJ

2.1. KRITERIALima kriteria Skor Apgar :Kriteria Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appearance(warna kulit)

seluruhnya biru atau pucat

warna kulit tubuh normal merah muda ,tetapi kepala dan ekstermitas kebiruan (akrosianosis)

warna kulit tubuh , tangan , dan kakinormal merah muda , tidak ada sianosis

Pulse(denyut jantung)

tidak teraba <100 kali/menit >100 kali/menit

Grimace(respons refleks)

tidak ada respons terhadap stimulasi

meringis/menangis lemah ketika di stimulasi

meringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas

Activity(tonus otot)

lemah/tidak ada sedikit gerakan bergerak aktif

Respiration(pernapasan)

tidak ada Lemah,  tidak teratur menangis kuat, pernapasan baik dan teratur

2.1.         CARA PENILAIAN APGARSkor Apgar dinilai pada menit pertama , menit kelima , dan menit kesepuluh setelah bayi lahir , untuk mengetahui perkembangan keadaan bayi tersebut . Namun dalam situasi tertentu , Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10 , 15 , dan 20 , hingga total skor 10 . (Sujiyatini , 2011).1.     Appearance (warna kulit) :Menilai kulit bayi . Nilai 2 jika warna kulit seluruh tubuh bayi kemerahan , nilai 1 jika kulit bayi pucat pada bagian ekstremitas , dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada seluruh badan (Biru atau putih semua) .2.      Pulse (denyut jantung) :Untuk mengetahui denyut jantung bayi , dapat dilakukan dengan meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks dengan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop pada dada bayi . Denyut jantung dihitung dalam satu menit , caranya dihitung 15 detik , lalu hasilnya dikalikan 4 , sehingga didapat hasil total dalam 60 detik . Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 kali per menit dan diberi nilai 2 . Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut jantungnya di bawah 100 kali per menit . Sementara bila denyut jantung tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0 .

Page 12: Leopod Apgar Score DJJ

3.     Grimace (respon reflek) :Ketika selang suction dimasukkan ke dalam lubang hidung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya , akan terlihat bagaimana reaksi bayi . Jika ia menarik , batuk , ataupun bersin saat di stimulasi , itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus dan mendapat nilai 2 . Tapi jika bayi hanya meringis ketika di stimulasi , itu berarti hanya mendapat nilai 1 . Dan jika bayi tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0 .4.     Activity (tonus otot) :Hal ini dinilai dari gerakan bayi . Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif dan spontan begitu lahir , artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2 . Tapi jika bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk , nilainya hanya 1 . Bayi yang lahir dalam keadaan lunglai atau terkulai dinilai 0 .5.     Respiration (pernapasan) :Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi . Jika ia langsung menangis dengan kuat begitu lahir , itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik . Berarti nilainya 2 . Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih , nilainya 1 . Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam) .Dan kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :1.      Hasil skor 7-10 pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi baik atau dinyatakan bayi normal.2.      Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang , sehingga memerlukan bersihan jalan napas dengan resusitasi dan pemberian oksigen tambahan sampai bayi dapat bernafas normal .3.      Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat , sehingga memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen secara terkendali .

Ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab nilai APGAR yang rendah pada bayi baru lahir, di antaranya adalah:Persalinan yang terlalu cepat. Hipoksia (kekurangan oksigen) dapat terjadi pada persalinan yang terlalu cepat oleh karena kontraksi yang terlalu kuat atau trauma pada kepala bayi.Terjerat tali pusat. Umum dikenal dengan “nuchal cord”, di mana tali pusat (plasenta/ari-ari) melilit pada leher janin (baik sekali waktu atau beberapa kali) dan mengganggu aliran darah, maka hipoksia bisa terjadi karena lilitan ini.Prolaps tali pusat. Kondisi yang terjadi ketika tali pusat mendahului fetus keluar dari rahim. Kondisi ini adalah kedarutan obstetri yang membahayakan kehidupan janin. Namun prolaps tali pusat adalah kasus yang jarang. Ketika fetus juga akan ikut lahir, sering kali menekan tali pusat dan menimbulkan hipoksia.Plasenta previa (placenta preavia). Merupakan kondisi kelainan obstretri di mana tali pusat terhubung pada dinding rahim yang letaknya dekat atau menutup leher rahim. Hal ini meningkatkan risiko perdarahan antepartum(vaginal), yang berujung juga pada hipoksia bagi janin.Aspirasi mekonium. Jika mekonium di ada dalam paru-paru fetus, maka bisa terjadi per-masalahan pernapasan. Hal ini dikenal juga sebagai “Sin drom Aspirasi Mekonium ”.

Page 13: Leopod Apgar Score DJJ

2.2.   PENATALAKSANAAN PADA BAYI BARU LAHIR1.      Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) :-          Kolaborasi dalam pemberian suction .-          Kolaborasi dalam pemberian O2 .-          Berikan kehangatan pada bayi .-          Observasi denyut jantung , warna kulit , respirasi .-          Berikan injeksi vit K , bila ada indikasi perdarahan .2.      Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6) :-          Kolaborasi dalam pemberian suction .-          Kolaborasi dalam pemberian O2 .-          Observasi respirasi bayi .-          Beri kehangatan pada bayi .2.      Bayi normal (nilai APGAR 7-10) :-          Berikan kehangatan pada bayi .-          Observasi denyut jantung , warna kulit , serta respirasi pada menit selanjutnya sampai nilai Apgar menjadi 10 .

Page 14: Leopod Apgar Score DJJ

CARA PEMASANGAN DAN PELEPASAN IMPLANT

Pemasangan dan pelepasan Implant Prosedur pemasangan:1) Terhadap calon akseptor dilakukan konseling dan KIE yang selengkap mungkin mengenai Inplant ini sehingga calon akseptor betul-betul mengetahui , mengerti dan menerimanya sebagai cara kontrasepsi yang akan dipakai.2) Pemasangan implant di lakukan pada bagian dalam lengan atas atau lengan bawah. Kira-kira 6-8cm diatas atau dibawah siku, melalui insisi tunggal. Dalam bentuk kipas dan di masukkan tepat dibawah kulit.3) Persiapan alat-alat yang di perlukan:• Sabun antiseptic• Kasa steril• Cairan antiseptic (Betadhine)• Kain steril yang mempunyai lubang• Obat anestesi local• Seprit dan jarum suntik• Troika no.10• Sepasang handscoon steril• Satu set kapsul inplant (6buah).• Scalpel yang tajam4) Teknik pemasangan Pasien dibaringakan di tempat tidur dan lengan kiri diletakkan di atas meja kecil di samping tempat tidur pasien. Daerah tempat pemasangan (lengan kiri atas) dicuci denagan sabun antiseptic kemudian diberi cairan antiseptic Daerah tempat pemasangan inplant di tutup dengan kain steril yang berlubang. Lakukan injeksi obat anastesi kira-kira 6-10cm di atas lipatan siku  Setelah itu dibuat insisi lebih kurang sepanjang 0,5cm dengan scalpel yang tajam. Troika dimasukkan melalui lubang insisi sehingga sampai pada jaringan bawah kulit, Kemudian kapsul dimasukan kedalam troikar dan didorong dengan plunger sampaim kapsul terletak dibawah kulit. Kemudian dilakukan secara berturut-turut sampai kapsul keenam. Keenam kapsul dibawah kulit diletakkan sedemikian rupa sehingga susunanya seperti kipas. Setelah semua kapsul berada dibawh kulit, troikar ditarik pelan-pelan keluar. Control luka apakah ada perdarahan atau tidak. Jika tidak ada perdarahan tutup luka dengan kasa steril, kemudian diplester , umumnya tidak diperlukan jahitan. Nasehati pasien agar luka jangan basah selama lebih kurang 4hari dan datang kembali jika ada keluhan-keluhan yang mengganggu. Pengangkatan atau ekstraksiTeknik pengeluaran implant umumnya lebih sulit dari pada insersi. Persoalannya timbul apabila implant dipasang terlalu dalam atau bila timbul jaringan fibrous sekeliling implant.

Page 15: Leopod Apgar Score DJJ

Pengangkatan inplant dilakukan atas indikasi sebagai berikut:• Atas permintaan pasien ( seperti jika ingin hamil lagi)• Timbulnya efek samping yang sangat mengganggu dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa.• Sudah habis masa pakainya• Terjadi kehamilanProsedur pengangkatan:a) Alat-alat yang diperlukan Selain dari alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul inplant diperlukan satu forceps lurus dan satu forceps bengkok.b) Tentukan letak posisi kapsul inplant (kapsul 1-6) kalau perlu kapsul didorong kea rah tempat insisi akan di lakukan. Daerah insisi didisinfeksi, kemudian ditutup dengan kain steril yang berlubang. Lakukan anastesi local, jangan menyuntikkan anastesi local di atas Implant karena pembengkakan kulit dapat menghalangi pandangan dari letak implannya. Kemudian lakukan insisi selebar lebih kurang 5-7mm ditempat yang paling dekat dengan kapsul inplant. Forsep dimasukkan melalui lubang insisi dan kapsul didorong dengan jari tangan ke arah ujung forceps. Forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps Kapsul yang sudah dijepit kemudian ditarik pelan-pelan. Kalau perlu dapat dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan disekitarnya. Dalam hal ini lakkukanlah insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya keluar. Lakukanlah prosedur ini berturut-turut untuk mengeluarkan kapsul lainnya. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul inplant terjadi perdarahan, hentikanlah perdarahan terlebih dahulu umpama dengan menekan daerah yang berdarah tersebut dengan kain kasa steril. Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak di jumpai lagi perdarahan, tutuplah luka insisi dengan kasa steril, kemudian diplester. Umumnya tidak diperlukan jahitan pada kulit, apabila akseptor ingin dipasang implant yang baru ini dapat segera dilakukan. Nasehati pasien agar luka tidak basah dan selalu dalam keadaan bersih selama lebih kurang 4hari.(Sumber: Sarwono Prawirohardjo, 2008 dan KB dan dr.Hanafi Hartanto.2004)Sampai saat ini dikenal 4cara pelepasan implant, yaitu sebagai berikut: 

Cara POP-OUT. (Darney, Klaise dan Walker)

Merupakan teknis pilihan bila memungkinkan karena tidak traumatis, sekalipun tidak selalu mudah untuk mengerjakanya. Dorong ujung proksimal “kapsul”(arah bahu) kearah distal dengan ibu jari sehingga mendekati lubang insisi, sementara jari telunjuk menahan bagian tengah “kapsul”, sehingga ujung distal “kapsul” menekan kulit.

Page 16: Leopod Apgar Score DJJ

Bila perlu, bebaskan jaringan yang menyelubungi ujung “kapsul” dengan scalpel/bisturi. Tekan dengan lembut ujunng kapsul melalui lubang insisi sehingga ujung tesebut akan menyembul/pop-out melalui lubang insisi.

Cara STANDART

Bila cara “POP-OUT” tidak berhasil atau tidak mungkin dikerjakan, maka dipakai cara standart.  Jepit ujung distal “kapsul” dengan klem Mosquito, sampai kira-kira 0,5-1cm dari ujung klemnya masuk dibawah kulit melalui lubang insisi. Putar pegangan klem pada posisi 180◦ disekitar sumbu utamanya mengarah ke bahu akseptor. Bersihkan jaringan-jaringan yang menempel di sekeliling klem dan “kapsul” dengan skalpet atau kasa steril sampai kapsul terlihat dengan jelas. Tangkap ujung kapsul yang sudah terlihat dengan klem Crile, lepaskan klem Mosquito, dan keluarkan kapsul dengan klem Crile. Cabut/keluarkan “kapsul-kapsul” lainnya dengan cara yang sama.

Cara “U”

Teknik ini dikembangkan oleh Dr. Untung Prawirohardjo dari Semarang. Dibuat insisi memanjang selebar 4mm, kira-kira 5mm proksimal dari ujung distal “kapsul”, diantara kapsul ke-3 dan ke-4. “kapsul” yang akan dicabut difiksasi dengan meletakkan jari telunjuk tangan kiri sejajar di samping”kapsul”.Kapsul di pegang dengan klem atau forcep kurang lebih 5 menit dari ujung distalnya. Kemudian klem di putar ke arah pangkal lengan atas/bahu akseptor sehingga kapsul terlihat dibawah lubang insisi dan dapat di bersihkan dari jaringan-jaringan yang menyelubunginya dengan memakai scalpel. Untuk seterusnya dicabut keluar.

Cara tusuk “Ma”

Dikembangkan oleh Dr. IBG Manuaba dari Denpasar memakai alat bantu kawat atau jari roda sepeda. Satu ujung dilengkungkan sepanjang 0,5-0,75cm dengan sudut 90◦ dan diperkecil serta di runcingkan. Sedangkan ujung yang lain dilengkungkan dalam satu bidang dengan lengkungan runcing tadi dan dipakai untuk pegangan operator. Setelah kapsul dijepit dengan klem arteri, jaringan ikat dibersikan dengn pisau sampai kapsul tampak putih. Kemudian alat tusuk “Ma” ditusukkan pada kapsul serta terus dikait keluar.Atau setelah kapsul di jepit dengan pinset klem arteri alat tusuk “Ma” ditusukkan kedalam kapsul sambil diungkit kea rah luka insisi. Lalu pinset atau klem arteri dilepaskan dan dengan pisau kapsul dibebaskan dari jaringan lain lalu di ungkit keluar dari luka insisi.(Sumber: dr.Hanafi Hartanto. 2004)

Page 17: Leopod Apgar Score DJJ

Prosedur Kerja Pemasangan IUD

Kebijaksanaan :1.     Petugas harus siap ditempat.2.     Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.3.     Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.4.     Alat-alat yang tersedia :a.     Gyn bedb.     Timbangan berat badanc.      Tensimeter dan stetoskopd.     IUD set sterile.      Bengkokf.       Lampug.     Kartu KB (kl, K IV)h.     Buku-buku administrasi dan registrasi KBi.       Meja dengan duk steril.j.       Sym speculumk.     Sonde rahiml.       Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.m.  Busi / dilatator hegarn.     Kogel tango.     Pincet dan gunting

Langkah-langkah :1.     Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,efek samping dan cara

menanggulangi efek samping.2.     Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.3.     Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,mengukur tensimeter.4.     Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung kemih.5.     Siapkan alat-alat yang diperlukan.6.     Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithotomi.7.     Petugas cuci tangan8.     Pakai sarung tangan kanan dan kiri9.     Bersihkan vagina dengan kapas first aid10.   Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan posisi uterus.11.   Pasang speculum sym.12.   Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.13.   Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi dan bentuk rahim.14.   Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke dalam rongga rahim,

kemudian plugger di dorong sehingga AKDR masuk ke dalam inserter dikeluarkan.15.   Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm16.    Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping mulut rahim.17.     Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit18.     Alat-alat dibersihkan

Page 18: Leopod Apgar Score DJJ

19.    Petugas cuci tangan20.    Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah

pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol21.    Membuat nota pelayanan22.    Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke bagian administrasi

pelayanan.23.    Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk dilaporkan ke bagian Rekam

Medik.

Catatan :a.     Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa (hentikan) konsultasi

dengan dokter.b.     Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan terjadi

perforasi, keluarkan sonde, dan konsultasikan ke dokter.c.      Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah panjang rongga uterus.

Ukuran normal 6 – 7 cm.d.     Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan dipasang.

B.   Prosedur Pencabutan IUDTujuan umum :Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.Tujuan khusus :Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping dilepaskan AKDR.Kebijaksanaan :

1.     Petugas harus siap ditempat2.     Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.3.     Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.4.     Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang ditentukan :a.     Meja dengan alas duk steril.b.     Sarung tangan kanan dan kiric.      Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.d.     Cocor bebek / speculume.      Tampon tang.f.       Tutup duk sterilg.     Bengkokh.     Lampui.       Timbangan berat badanj.       Tensimeter dank.     Stetoskop

Page 19: Leopod Apgar Score DJJ

Langkah-langkah :1.     Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan, efek samping dan cara

menanggulangi efek samping.2.     Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.3.     Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan, mengukur tensimeter.4.     Siapkan alat-alat yang diperlukan.5.     Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi dengan posisi Lithomi.6.     Bersihkan vagina dengan lysol7.     Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.8.     Pasang speculum sym.9.     Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang10.  Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.11.   Pasien dirapikan kembali12.   Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin terjadi / dialami setelah

AKDR dilepas dan kapan harus kontrol13.    Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai dengan nota14.    Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register KB untuk dilaporkan ke

bagian Rekam Medik.