score poedji rochjati

Upload: dio-alip

Post on 29-Oct-2015

1.854 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

skore kehamilan resiko tinggi

TRANSCRIPT

  • BAB II

    KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN PENCEGAHANNYA

    II.I. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

    Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan

    atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan

    atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998)

    II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi

    Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,

    namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.

    A. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:

    B.1. Risiko

    Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya

    suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti

    kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan

    bayi.

    Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan

    angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk

    membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor

    kehamilan dibagi tiga kelompok:

    1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

    Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh

    persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

    2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

    Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang

    memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko

    kegawatan tetapi tidak darurat.

    3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12

    Kehamilan dengan faktor risiko:

  • Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau

    banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan

    adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

    Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang

    membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,

    2003).

    B.2 Batasan Faktor Risiko / Masalah

    a. Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO

    (kehamilan yang perlu diwaspadai)

    1. Primi muda

    Ibu hamil pertama pada umur 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai

    ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.

    Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.

    Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:

    Bayi lahir belum cukup umur

    Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir

    Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

    2. Primi tua

    Lama perkawinan 4 tahun

    Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:

    Suami istri tinggal serumah

    Suami atau istri tidak sering keluar kota

    Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

    Bahaya yang terjadi pada primi tua:

    Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya

    pre-eklamsia.

    Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).

    Pada umur ibu 35 tahun

    Ibu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit

    pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada

  • kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan

    perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:

    Hipertensi / tekanan darah tinggi

    Pre-eklamsia

    Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan

    Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir

    dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

    Perdarahan setelah bayi lahir

    Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).

    Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:

    Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur

    relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.

    Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya

    lebih dari 45 tahun

    Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin

    mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.

    Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase

    dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang

    menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai

    selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat

    dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir

    dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)

    3. Anak terkecil < 2 tahun

    Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan

    rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu

    anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:

    Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah

    Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu

    Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).

    4. Primi tua sekunder

  • Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan

    persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi.Kehamilan ini bisa

    terjadi pada:

    Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi

    Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Persalinan dapat berjalan tidak lancar

    Perdarahan pasca persalinan

    Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati,

    2003).

    5. Grande multi

    Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka

    kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:

    Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi

    Kekendoran pada dinding perut

    Tampak ibu dengan perut menggantung

    Kekendoran dinding rahim

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Kelainan letak, persalinan letak lintang

    Robekan rahim pada kelainan letak lintang

    Persalinan lama

    Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

    Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau

    mati. (Rustam M., 1998)

    Pada grandemultipara bisa menyebabkan:

    Solusio plasenta

    Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)

    6. Umur 35 tahun atau lebih

  • Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada

    jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan

    didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:

    Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia

    Ketuban pecah dini

    Persalinan tidak lancar / macet

    Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

    7. Tinggi badan 145 cm atau kurang

    Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:

    Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar

    kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:

    Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.

    Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

    Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu

    (umur bayi) 7 hari atau kurang.

    Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan

    lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi

    sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar. (Poedji

    Rochjati, 2003).

    8. Riwayat obstetric jelek (ROJ)

    Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:

    Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:

    Keguguran

    Lahir belum cukup bulan

    Lahir mati

    Lahir hidup lalu mati umur 7 hari

    Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran 2 kali

    Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan

    Bahaya yang dapat terjadi:

  • Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran

    buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.

    Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus,

    radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

    9. Persalinan yang lalu dengan tindakan

    Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:

    Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:

    Robekan / perlukaan jalan lahir

    Perdarahan pasca persalinan

    Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan

    tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:

    Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri

    Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Radang, bila tangan penolong tidak steril

    Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim

    Perdarahan

    Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan

    pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan

    membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).

    10. Bekas operasi sesar

    Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding

    rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin

    dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).

    b. Ada Gawat Obstetri / AGO

    (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)

    1. Penyakit pada ibu hamil

    a. Anemia (kurang darah)

    Keluhan yang dirasakan ibu hamil:

  • Lemah badan, lesu, lekas lelah

    Mata berkunang-kunang

    Jantung berdebar

    Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:

    Pucat pada muka

    Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.

    Dari hasil Laboratorium:

    Kadar Hb < 11 gr%

    Pengaruh anemia pada kehamilan:

    Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit

    Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah

    Persalinan premature

    Baha ya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):

    Kematian janin mati

    Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu

    Persalinan lama

    Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

    Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada

    trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat

    menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi

    perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang

    baik, seperti:

    kematian mudigah

    kematian perinatal

    prematuritas

    dapat terjadi cacat bawaan

    cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)

    b. Malaria

    Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:

    Panas tinggi

  • Menggigil, keluar keringat

    Sakit kepala

    Muntah-muntah

    Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan

    mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Abortus

    IUFD

    Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).

    c. Tuberculosa paru

    Keluhan yang dirasakan:

    Batuk lama tak sembuh-sembuh

    Tidak suka makan

    Badan lemah dan semakin kurus

    Batuk darah

    Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah

    dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Keguguran

    Bayi lahir belum cukup umur

    Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

    d. Payah jantung

    Keluhan yang dirasakan:

    Sesak napas

    Jantung berdebar

    Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri

    Nadi cepat

    Kaki bengkak

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Payah jantung bertambah berat

    Kelahiran prematur

  • Dalam persalinan:

    BBLR

    Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).

    Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam

    kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita

    pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)

    e. Diabetes mellitus

    Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:

    Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar

    Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir

    Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Persalinan prematur

    Hydramnion

    Kelainan bawaan

    Makrosomia

    Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36

    Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati, 2003).

    Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:

    pre-eklamsia

    kelainan letak janin

    insufisiensi plasenta

    Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:

    inersia uteri dan atonia uteri

    distosia bahu karena anak besar

    lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea

    lebih mudah terjadi infeksi

    angka kematian maternal lebih tinggi

    Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat

    penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi. (Hanifa

    Wiknjosastro, 1999)

  • f. HIV / AIDS

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi

    Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan

    intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur

    Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati, 2003).

    g. Toksoplasmosis

    Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar

    kotoran kucing yang terinfeksi.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus

    Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji

    Rochjati, 2003).

    2. Pre-Eklamsia ringan

    Tanda-tanda:

    Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh

    Tekanan darah tinggi

    Dalam urin terdapat Proteinuria

    Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin

    masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi

    bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-

    Eklamsia ringan.

    Bahaya bagi janin dan ibu:

    Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin

    Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

    3. Hamil kembar

    Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim

    ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:

    Sesak napas

  • Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai

    Varises

    Hemorrhoid

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Keracunan kehamilan

    Hidramnion

    Anemia

    Persalinan prematur

    Kelainan letak

    Persalinan sukar

    Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

    Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan

    membawa risiko bagi janin dan ibu.

    Pengaruh terhadap ibu: Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi

    zat-zat lainnya. Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat edema

    dan varises pada tungkai dan vulva Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak

    pertama lahir.Pengaruh terhadap Janin:

    Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.

    Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.

    Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin.(Hanifa Wiknjosastro, 1999)

    4. Hidramnion / Hamil kembar air

  • Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada

    trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.

    Keluhan-keluhan yang dirasakan:

    Sesak napas

    Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter

    Edema labia mayor, dan tungkai

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Keracunan kehamilan

    Cacat bawaan pada bayi

    Kelainan letak

    Persalinan prematur

    Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

    Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal,

    biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang

    dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:

    penyakit jantung

    nefritis

    edema umum (anasarka)

    anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur

    esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)

    5. Janin mati dalam rahim

    Keluhan-keluhan yang dirasakan:

    Tidak terasa gerakan janin

    Perut terasa mengecil

    Payudara mengecil

    Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila

    gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,

    kehidupan janin mungkin terancam.

    Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:

    DJJ tidak terdengar

    Hasil tes kehamilan negatif

  • Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:

    Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke

    dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).

    6. Hamil serotinus / Hamil lebih bulan

    Ibu dengan umur kehamilan 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan

    pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:

    Janin mengecil

    Kulit janin mengkerut

    Lahir dengan berat badan rendah

    Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).

    7. Letak sungsang

    Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan

    kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat

    Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).

    8. Letak lintang

    Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala

    ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui

    jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.

    Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan

    alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati

    masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.

    Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani

    dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:

    Bahaya bagi ibu

    Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat

    Infeksi

    Ibu syok dan dapat mati

    Bahaya bagi janin

    Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).

  • c. Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO

    (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)

    1. Perdarahan antepartum

    (Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)

    Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut

    perdarahan antepartum.

    Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya

    yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:

    Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat

    Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.

    Perdarahan dapat terjadi pada:

    Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut

    rahim.

    Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya

    disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka

    terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan

    adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan

    Dapat membahayakan ibu:

    Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok

    Ibu dapat meninggal

    Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).

    2. Pre-Eklamsia berat / Eklamsia

  • Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani

    dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-

    kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu

    diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.

    Bahaya yang dapat terjadi:

    Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal

    Bahaya bagi janin:

    Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil

    Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

    II.3 Langkah-langkah Pencegahan

    Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga

    kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan

  • skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama

    kehamilan:

    1. Satu kali pada triwulan I (K1)

    2. Satu kali pada Triwulan II

    3. Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).

    Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi

    KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang

    kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).

    Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa

    kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan

    ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:

    1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan

    janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.

    2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan

    rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan

    Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan

    secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas,

    suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.

    3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong

    dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan

    komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi

    untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).

    Tujuan perawatan antenatal:

    Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:

    1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik

    meupun mental yang merugikan.

    2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental

    3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya

    4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana

    setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).

    Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil

  • Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting

    dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi

    (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan

    persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).

    Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat

    dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh

    karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara

    dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati,

    2003).

    Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan

    Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati

    Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis

    keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya

    terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi

    obtetrik pada saat persalinan dengan Kartu Skor Poedji Rachjati.

    Manfaat KSPR untuk :

    1. Menemukan faktor resiko Bumil

    2. Menentukan Kelompok Resiko Bumil

    3. Alat pencatat Kondisi Bumil

    Setiap ibu hamil mempunyai :

    1. Satu Kartu Skor / Buku KIA

    2. Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan.(Poedji Rochjati, 2003).

    Alat Skrining Ibu Hamil

    Kartu Skor Poedji Rochjati ( KSPR)

    Kartu skor mempunyai fungsi:

    Skrining antenatal / deteksi dini factor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi

    Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan

    Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi

    Pedoman untuk memberikan penyuluhan

    Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. (Poedji Rochjati, 2003).

  • Sistem SKOR

    Cara Pemberian SKOR:

    1. Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)

    Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal

    2. Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)

    Untuk tiap faktor risiko

    3. Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)

    Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-

    eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003).

    Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :

    Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati

    Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor.

    Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun

    non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat

    menggunakan dan mengisinya. (Poedji Rochjati, 2003).

    Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang

    (Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI)

    Ibu hamil dengan SKOR 6 atau lebih, dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan:

  • Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003).

    Kartu Prakiraan Persalinan Soedarto (KPPS)

    Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara persalinan

    yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat

    memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum perswalinan

    dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan

    persalinan yang dikembangkan oleh soedarto.

    Grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah:

    1. Daerah Hijau tua menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di rumah

    masih bisa dilakukan dengan aman.

  • 2. Daerah hijau muda menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di rimah dapat

    dilakukan tetapi harus dengan pengawasan.

    3. Daerah kuning menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani tenaga

    kesehatan atau harus dirujuk

    4. Daerah merah menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di lakukan.

    (Poedji Rochjati, 2003).

    Halaman Depan KPPS

    Halaman Belakang KPPS

  • (Poedji Rochjati, 2004).Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan

    yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dalam perkembangan janin. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan trismester terakhir sebanyak dua kali.

    Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat

    persalinan, dan kala nifas.2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,

    laktasi, dan aspek keluarga berencana.4. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.5. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

    bayi6. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi7. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya

    dengan trauma seminimal mungkin.8. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.9. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

    kembang secara normal. (Sarwono P, 2002)

  • Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal. Maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut:Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.

    Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)

    Satu kali pada triwulan kedua (antara 14 28 minggu)

    Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36)

    Jadwal kunjungan ulang :

    1. Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :

    Penapisan dan pengobatan anemia

    Perencanaan persalinan

    Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

    2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :

    Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

    Penapisan preeklampsia, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP

    Mengulang perencanaan persalinan

    3. Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir

    Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

    Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

    Memantapkan rencana persalinan

    Mengenali tanda tanda persalinan

    Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 7T :

    (Timbang) berat badan

    Ukur (Tekanan) darah

    Ukur (Tinggi) fundus uteri

    Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap

    Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

    Tes terhadap Penyakit Menular Seksual

    Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

    Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan

    tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Sarwono P, 2002)

    Asuhan Antenatal

  • 1. AnamnesisRiwayat kehamilan ini Riwayat obstetri lalu Riwayat penyakit Riwayat sosial ekonomi

    Usia ibu hamil Hari pertama haid

    terakhir, siklus haid Perdarahan per

    vagina Keputihan Mual dan muntah Masalah / kelainan

    pada kehamilan sekarang

    Pemakaian obat obat (termasuk jamu jamuan)

    Jumlah kehamilan Jumlah persalinan Jumlah persalinan

    cukup bulan Jumah persalinan

    prematur Jumlah anak hidup Jumlah keguguran Jumlah aborsi Perdarahan pada

    kehamilan, persalinan, nifas terdahulu.

    Adanta hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu

    Berat bayi

  • Ekstermitas : edema, varises, reflesk patella

    Costrovertebral Angle Tenderness (CVAT)

    Kulit : kebersihan/ penyakit kulitKunjungan berikut:

    Tekanan darah Berat badan Edema Masalah dari

    kunjungan pertama

    Adneksa* Bartholin Skene Uretra*bila usia kehamilan

  • Manuver palpasi menurut Leopold:

    Leopold I :

    pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil

    menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus

    konsistensi uterus

    Variasi menurut Knebel:

    menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas

    simfisis

    Leopolld II :

    menentukan batas samping rahim kana-kiri

    menentukan letak punggung janin

    pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

    Variasi menurut Budin:

    menentukan batas letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus

  • Leopold III :

    menentukan bagian terbawah janin

    apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang

    Variasi menurut Ahlfeld:

    menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut

    Leopold IV:

    pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil

    bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas

    panggul

    Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus,

    gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl. (Rustam M,

    1998)

    Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundlus uteri.Akhirbulan Besar uterus Tinggi fundus uteri

    123456789

    Lebih besar dari biasaTelur bebekTelur angsaKepala bayiKepala dewasaKepala dewasaKepala dewasaKepala dewasa

    Belum teraba (palpalasi)Di belakang simfisis1-2 jari diatas simfisisPertengahan simfisis-pusat2-3 jari di bawah pusatKira-kira setinggi pusat2-3 jari di atas pusatPertengahan pusat-proc. Xyphoideus3 jari di bawah Px atau sampai

  • 10Kepala dewasa

    Kepala dewasa

    setinggi PxSama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar ke samping

    Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam

    kandungan:

    (1) Dihitung dari tunggal haid terakhir

    (2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup felling life(quickening)

    (3) Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm

    dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.

    (4) Menurut Ahlfeld : Ukuran kepala-bokong= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak

    kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.

    (5) Rumus Johnson Tausak:BB =(mD - 12) x 155

    Auskultasi

    Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obterik) untuk menedengarkan denyut jantung

    janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:

    (1) dari janin :

    djj pada bulan ke 4-5

    bising tali pusat

    gerakan dan tendangan janin

    (2) dari ibu:

    bising rahim (uterine souffle)

    bising aorta

    peristaltic usus

    Cara menghitung djj:

    setiap menit misalnya 140 kali per menit

    dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui teratur tidaknya djj,

    contoh:

    11 12 11

  • djj = 4x(11+1213) = 136 permenit teratur

    10 14 9

    djj = 4x(10+14+9) = 132 permenit tidak teratur

    (Rustam M, 1998)

    Pemeriksaan Dalam

    Vaginal toucher (VT)

    Rectal toucher (RT)

    Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :

    (1) Bagian terbawah janin

    (2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk. uub, dagu, hidung,

    orbita, mulut, dan sebagainya.

    (3) Kalau letak

    sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber ischii

    (4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dan sebagainya

    (5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul

    Perlvimetri klinik :

    Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba

    promontorium. Bila teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk

    dikeluarkan dan diukur (lihat Gambar 9-5). Akan diperoleh konyugata diagonal, bila

    dikurangi 1,5 cm diperoleh konyugata vera (CV)

    Indikasi pemeriksaan dalam :

    (1) Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan sebelum ditinggalkan

    oleh penolong

  • (2) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan

    (3) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD

    (4) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju maju

    (5) Jika akan diambil tindakan obstetri operatif

    (6) Menentukan nilai skor pelvis

    Pada kehamilan triwulan pertama :

    Pembesaran rahim dan konsistensinya

    Tanda Hegar, tanda Piscaseck, dan tanda Chadwick

    Pada kehamilan lanjut dapat dinilai :

    Pembukaan serviks: berapa cm atau berapa jari hampir lengkap dan sudah lengkap

    Bagian anak paling bawah : kepala, bokong, serta posisinya.

    Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge.

    Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak

    Sacrum cekung atau bentuk lain

    Spina ischiadika menonjol atau tidak

    Arkus pubis cukup lebar atau tidak

    Serviks : effacement, tipis atau tebal

    Apakah pada kepala janin ada kaput atau tudak

    Dan lain lain

    (Rustam M, 1998)

    Pemeriksaan Rontgenologik

    Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang diagnostic bila terdapat

    keragu raguan pada pemeriksaan obstetrik. Misalnya, pada wanita yang selalu gemuk

    (obesitas), penderita yang tidak tenang (nervous), dan dinding perut yang tegang.

    Untuk diagnosa kehamilan positif, boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan dan

    akan tampak tulang tulang janin.

    Pemeriksaan rontgenologi dapat pula memberikan informasi tentang keadaan janin

    dalam kandungan :

    Letak dan posisi janin

    Tanda tanda kematian janin dalam kandungan (KJDK)

    Pemeriksaan Laboratorium

  • Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang kurangnya 2 x

    selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya.

    Ultrasonografi

    Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin,

    karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda.

    Pada layer dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin. (Rustam M, 1998)

    3. Diagnosis

    Diagnosis dibuat untuk menentukan hal hal sebagai berikut :Kategori Gambaran

    Kehamilan normal

    Kehamilan dengan masalah khusus

    Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerja sama penanganannya

    Kehamilan dengan kondisi kegawat daruratan yang membutuhkan rujukan segara

    Ibu sehatTidak ada riwayat obstetri burukUkuran uterus sama / sesuai usia kehamilanPemeriksaan fisik dan laboratorium normal

    Seperti masalah keluarga atau psiko sosial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dll.

    Seperti hipertensi, anemia berat, preeklampsia, pertumbuhan janin terlambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dan kondisi lain lain yang dapat memburuk selama kehamilan

    Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini, atau kondisi kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi.

    4. PenatalaksanaanKategori Gambaran

    Kehamilan normal 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal awal.

    Lihat bagian penilaian

    2. Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan kehamilan.

    Tekanan darah di bawah 140/90 Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan

    Edema hanya pada ekstremitas Tinggi fundus cm atau menggunakan jari jari tanggan dapat disamakan dengan usia kehamilan

  • Detak jantung janin 120 sampai 160 setak per menit Gerakan janin + setelah 18-20 minggu hingga melahirkan

    3. Memberikan zat besi (lihat jadwal)4. Memberikan imunisasi TT (lihat jadwal)5. Memberikan konseling Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300

    kalori per hari, mgnkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)

    Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah Perubahan fisiologi : tambah berat badan, perubahan

    pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan/atau varises, hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).

    Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan lanjutan kehamilan

    Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda tanda bahaya berikut :

    Perdarahan per vaginam,Sakit kepala lebih dari biasaGangguan penglihatanPembengkakan pada wajah / tanganNyeri abdomen (epigastrik)Janin tidak bergerak sebanyak bisanya

    Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di rumah (untuk tingkat desa) :

    Sabun dan air Handuk dan selimut bersih untuk bayi Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan Mendiskusikan praktek praktek tradisional, posisi melahirkan, dan harapan harapan

    Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan selama persalinan di rumah.

    Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan

    Petunjuk dini : untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk :

    Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya biaya perawatan kegawatdaruratan.

    Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada ibu yang mempunyai puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu diajarkan cara mengeluarkan puting susu

  • dengan menggunakan kedua ibu jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.

    Kehamilan normal dengan kebutuhan khusus

    1. Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas

    2. Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan masalah masalahnya

    Ibu hamil dengan masalah kesehatan/komplikasi yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau kerja sama penanganann

    Merujuk ke dokter untuk konsultasi. Menolong ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter, puskesmas, dokter obgin dsb)

    Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan.

    Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat dengan hasil dari rujukan

    Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan

    Memberikan layanan / asuhan antenatal Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah :

    Menyepakati di antara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran (terutama suami dan ibu atau ibu mertua).

    Persiapan/pengaturan transportasi untuk ke tempat persalinan dengan aman, terutama pada malam hari atau selama musim hujan.

    Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di tempat persalinan yang aman. Apakah ibu hamil dapat menabung cukup uang, atau dapatkah ia meminta dana masyarakat ?

    Persiapan asuhan anak jika dibutuhkan selama persalinan

    Kegawatdaruratan Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayananan kegawatdaruratan obstetrik yang sesuai.

    Sambil menunggu transportasi, Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu

  • berikan pengobatan Mulai memberikan cairan infus (IV) Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya Membawa obat dan kebutuhan kebutuhan lain Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu hamil dan surat rujukan

    (Sarwono P, 2002)Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama

    hamil. Keuntungan antenatal care sangat besarkarena dapat mengetahui berbagai resiko dini komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumahsakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan par-tograf menurut WHO, sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dapat dirujuk ke rumah sakit. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998)

    Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998)