pemeriksaan bbl neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

33
Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir, Refleks BBL, APGAR Score, dan Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Dosen : Sudiyati, SST,MKes Tingkat II A Disusun Oleh : KELOMPOK 1 1. Amanda Putri 7. Muharrum Zulfa 2. Anisa Tiasari 8. Nur Azizah Laksono 3. Dwi Putri C 9. Piala Kharisma W 4. Firda Isfiandari 10. Retno Budiyanti 5. Intan Rosyanti 11. Tina Wahyuning 6. Luli Nursyafitri 12. Yulia Nurlistiani JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I Jl. RS Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan, 12430, Telp./Fax 021-756536 TAHUN 2013

Upload: retnobudiyanti

Post on 13-Jul-2015

1.636 views

Category:

Health & Medicine


26 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir, Refleks BBL,

APGAR Score, dan Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita

dan Anak Pra Sekolah

Dosen : Sudiyati, SST,MKes

Tingkat II A

Disusun Oleh : KELOMPOK 1

1. Amanda Putri 7. Muharrum Zulfa

2. Anisa Tiasari 8. Nur Azizah Laksono

3. Dwi Putri C 9. Piala Kharisma W

4. Firda Isfiandari 10. Retno Budiyanti

5. Intan Rosyanti 11. Tina Wahyuning

6. Luli Nursyafitri 12. Yulia Nurlistiani

JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I

Jl. RS Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan, 12430, Telp./Fax 021-756536

TAHUN 2013

Page 2: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau perawat yang

bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.

Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian

terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya

harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi

rendah atau bayi tampak tidak sehat.

Waktu pemeriksaan BBL

Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)

Pada usia 6 – 48 jam (kunjungan neonatal 1)

Pada usia 3 – 7 hari (kunjungan neonatal 2)

Pada usia 8 – 28 hari (kunjungan neonatal 3)

Persiapan alat dan tempat

Alat :

1. Lampu

2. Air bersih

3. Sarung tangan bersih

4. Kain bersih

5. Stetoskop

6. Jam

7. Thermometer

8. Timbangan

9. Pengukur panjang bayi

10. Pengukur lingkar kepala

Tempat: datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang

Langkah-langkah pemeriksaan :

1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.

2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan.

3. Pastikan pencahayaan baik.

Page 3: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa

(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera

selimuti kembali dengan cepat.

5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.

PEMERIKSAAN PADA BAYI BARU LAHIR

A. ANAMNESA

Keluhan tentang bayinya

Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD

> 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat)

Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada

Warna air ketuban

Riwayat bayi buang air kecil dan besar

Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Melihat keadaan umum

a. Ukuran secara keseluruhan

Penimbangan berat badan

Berat badan bayi baru lahir yang normal yaitu berkisar antara 2500-4000

gram. Diukur dengan keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan

pemeriksaan berat badan pada bayi baru lahir tetap harus dibungkus dan

hasilnya dikurangkan dari berat bungkus bayi.

Pengukuran panjang badan

Rentangkan bayi dengan lembut, dengan pita pengukur, ukurlah dari ujung

kepala sampai ujung tumitnya, normal panjang bayi baru lahir berkisar antara 48-

53 cm.

Page 4: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Ukur lingkar kepala

Dengan menggunakan pita ukur kita dapat mengukur kepala bayi baru lahir

yaitu normal adalah 31-35,5 cm. Diukur dari bagian depan kepala dan area

occipital yang merupakan diameter terbesar.

Ukur lingkar dada

Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada

(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu). Bayi baru lahir normal

biasanya berukuran 30,5-33 cm.

b. Jenis kelamin

Laki-laki atau perempuan

c. Menangis kuat

Bayi lahir menangis kuat menandakan janin tumbuh sehat dan bayi lahir

sehat.

Apabila bayi lahir tidak menangis, bayi memerlukan perhatian dan

perawatan khusus dirumah karena kemungkinan ada gangguan dalam

pertumbuhan dan perkembangannya.

Ibu perlu memperhatikan atau menanyakan kepada penolong persalinan,

bayi lahir langsung menangis atau tidak.

d. Warna kulit dan bibir

Warna kulit dada, wajah, selaput lendir, bibir harus berwarna merah muda

tanpa adanya kemerahan atau bisul.

Page 5: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

e. Mengukur TTV

Temperatur

Temperatur tubuh internal bayi yang normal adalah 36,5-37,5 derajat

celcius. Lebih baik pemeriksaan di aksila.

Pernapasan

Denyut pernapasan pada bayi baru lahir adalah 30-60 kali permenit.

Normalnya pernapasan bayi baru lahir itu tenang, cepat dan melambat.

Nadi

Nadi normal pada bayi baru lahir 100-180 kali permenit, jika kondisi bayi

telah stabil, menjadi 120-140 kali permenit.

2. Memeriksa kepala

Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya

normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding

yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering

terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut

moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari

sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.

Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat

prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada

mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan

intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi.

Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal

hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.

Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,

kraniotabes dan sebagainya.

Page 6: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Temuan Biasa Variasi umum/ abnormailtas

minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Fontanel anterior—bentuk

berlian, 2,5-4,0 cm

Fontanel posterior—bentuk

segitiga 0,5-1 cm

Fontanel harus datar, lunak

dan padat

Bagian terlebar dari fontanel

diukur dari tulang ke tulang,

bukan dari sutura ke sutura.

Molding setelah persalinan vagina

Sagital ketiga (parietal) fontanel

Penonjolan fontanel karena

nangis atau batuk

Kaput suksedaneum—edema

jaringan kulit kepal yang lunak

yang melewati garis sutura

Sefalhematoma (tidak rumit)—

diantara periosteum dan tulang

tengkorak yang dibatasi dengan

batas khusus dan tidak melewati

garis sutura.

Sutura menyatu

Penonjolan atau depresi

fontanel ketika bayi

tenang

Pelebaran sutura dan

fontanel

Kraniotabes—sensasi

tajam sepanjang sutura

lambdoidal yang mirip

lekukan bola pingpong.

3. Wajah

Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini

dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti

sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat

trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.

4. Mata

Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.

a. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.

b. Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.

c. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai

pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.

d. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil

harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci

(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.

Page 7: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

e. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.

f. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus

dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.

g. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami

sindrom down

Temuan Biasa Variasi umum/ abnormailtas

minor

Tanda potensial kegawatan/

abnormalitas utama

Kelopak biasanya edema

Mata biasanya tertutup

Warna—agak abu-abu, biru

gelap, coklat

Tidak ada air mata

Adanya refleks merah

Refleks kornea sebagai

respons terhadap sentuhan

Refleks pupil sebagai respons

terhadap cahaya

Refleks berkedip sebagai

respons terhadap cahaya atau

sentuhan

Fiksasi rudimenter pada objek

dan kemampuan untuk

mengikuti ke garis tengah

Hemoragi subkonjungtiva

(skleral)—Kapiler ruptur,

biasanya pada limbus

(penghubung iris dan sklera)

Oriental

Hipertelorisme (3 cm atau

lebih besar)

Hipotelorisme

Katarak kongenital

Pupil konstriksi atau dilatasi

Tidak ada refleks merah

Tidak ada refleks pupil atau

kornea

Ketidakmampuan mengikuti

objek atau cahaya terang ke

garis tengah

Sklera biru

Sklere kuning

Page 8: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

5. Telinga

a. Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.

b. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.

c. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas

dibagian atas.

d. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)

terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).

e. Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan

dengan abnormalitas ginjal.

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Posisi—puncak pinna

berada pada garis

horizontal bersama

bagian luar kantus mata

Refleks moro atau

refleks terkejut

ditimbulkan oleh bunyi

keras, dan tiba-tiba

Pina lentur, adanya

kartilago

Ketidakmampuan untuk

melihat membran timpani

karena verniks kaseosa

yang ada dalam kanal

Pina datar sejajar kepala

Bentuk atau ukuran tidak

teratur

Bercak atau bintik kulit

Sinus preaurikuler

Penempatan telinga

terlalu rendah

Tidak adanya refleks

kejut (moro) sebagai

respons terhadap bunyi

keras

Abnormalitas pinna

minor dapat menjadi

tanda dari berbagai

sindrom

6. Hidung

a. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari

2,5 cm.

b. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan

kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur

tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.

c. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini

kemungkinan adanya sifilis kongenital.

Page 9: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

d. Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang

menunjukkan adanya gangguan pernapasan.

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/ abnormalitas

utama

Patensi nasal

Rabas nasal—mukus

putih encer

Bersin

Datar dan memar Kanal tidak paten

Raba nasal kental dan

berdarah

Pelebaran cuping hidung

(alae nasi)

Sekresi nasal berlebihan

atau tersumbat

Tidak ada septum

Batang hidung datar

7. Mulut

a. Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir

menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.

b. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal

dari dasar mulut).

c. Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum

keras dan lunak.

d. Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi

akibat Epistein’s pearl atau gigi.

e. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak

atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda

foote).

Page 10: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/ abnormalitas

utama

Utuh, palatum arkus-tinggi

Uvula di garis tengah

Frenulum lidah

Frenulum bibir atas

Refleks menghisap—kuat dan

terkoordinasi

Refleks rooting

Refleks gag

Refleks ekstrusi

Salivasi minimal atau tidak ada

Menangis keras

Gigi natal (benigna

tetapi mungkin

terinspirasi)

Epstein pearls—kista

epitel kecil dan putih

sepanjang garis tengah

palatum keras

Frenulum di bawah lidah

meluas sampai ke ujung

lidah

Bibir sumbing

Palatum terbelah

Lidah besar, menjulur atau

kesalahan posisi posterior

lidah

Salivasi berlebihan atau

meneteskan air liur,

terutama dengan tersedak

dan sianosis

Kandidiasis atau

moniliasis (sariawan)—

bercak putih, melekat pada

lidah, palatum, dan

permukaan dinding mulut

Ketidakmapuan untuk

menelan selang nasogastrik

Tangisan keras, bernada

tinggi, tangisan lemah, tidak

ada tangisan, atau

abnormalitas lain

Page 11: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

8. Leher

a. Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.

Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan

ada kelainan tulang leher.

b. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus

brakhialis.

c. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa

adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.

d. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan

adanya kemungkinan trisomi 21.

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Pendek, gemuk,

biasanya dikelilingi oleh

lipatan kulit

Refleks leher tonik

Refleks neck-righting

Refleks otolith-righting

Tortikolis (leher

miring)—kepala

menengok ke salah satu

sisi dengan dagu

mengarah ke sisi yang

berlawanan

Lipatan kulit yang

berlebihan atau

berselaput

Tahanan terhadap fleksi

Tidak adanya leher tonik,

neck-righting, atau

otolith-righting

Klavikula fraktur

9. Klavikula, Lengan dan Tangan

Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi

yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan

adanya fraktur.

a. Meluruskan kedua lengan kebawah apakah lengan sama panjang

b. Memeriksa gerakan lengan apakah bebas bergerak dan ada gerakan

spontan

c. Hitung jumlah jari apakah ada sindaktil atau polidaktil

d. Telapak tangan harus dapat terbuka

Page 12: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

e. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut

sehingga menimbulkan luka dan perdarahan

10. Dada

a. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris

kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia

diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen

bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat

bernapas perlu diperhatikan.

b. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan

tampak simetris.

c. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Diameter anteroposterior

dan lateral sama

Retraksi sternal sedikit

terlihat selama inspirasi

Terlihat prosesus xifoideus

Pembesaran dada

Dada corong (pektus

ekskavatun) (kecuali jika

parah)

Dada burung (pektus

karinatum)

Puting supernumerari

Sekresi seperti senyawa

susu dari payudara

(”witch’s milk”)

Depresi sternum

Retraksi dada dan ruang

interkostal selama

pernapasan

Ekspansi dada asimetrik

atau ekspansi berlebihan

Kemerahan dan keras

disekitar puting

Puting berjarak jauh

11. Abdomen

a. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan

gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan.

b. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.

c. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau

tumor lainnya.

d. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel

atau ductus omfaloentriskus persisten.

Page 13: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Bentuk silindris

Hepar—dapat diraba 2-3

cm dibawah marjin kostal

kanan

Limpa—puncak dapat

diraba pada akhir minggu

pertama

Ginjal—dapat diraba 1-2

cm di atas umbilikus

Pusat umbilikus—putih

kebiruan pada saat lahir

dengan dua arteri dan

satu vena

Nadi femoral bilateral

sama

Hernia umbilikus

Diastasis rektil—

kesenjangan garis tengah

antara otot-otot rektum

Distensi abdomen

Penonjolan setempat

Distensi vena

Bising usus tidak ada

Pembesaran hepar dan

limpa

Asites

Gelombang peristaltik

dapat dilihat

Abdomen skafoid atau

cekung

Tali umbilikus hijau

Ada satu arteri dalam tali

pusat

Urine atau feses bocor

dari tali pusat

Distensi kandung kemih

dapat diraba setelah

berkemih

Nadi femoral tidak ada

12. Genetalia laki-laki dan perempuan

a. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi

lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan

fimosis.

b. Periksa adanya hipospadia dan epispadia.

c. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.

d. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.

e. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.

Page 14: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

f. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini

disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.

Pengkajian Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas

minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas

utama

GENITALIA

WANITA

Labia dan klitoris

biasanya edema

Labia minora lebih

besar dari labia mayora

Meatus uretral

dibelakang klitoris

Verniks kaseosa

diantara labia

Berkemih dalam 24 jam

Rabas berbercak

darah atau mukoid

(pseudomenstruasi)

Selaput himen

Genetalia ganda

Pembesaran klitoris

dengan meatus

uretral pada bagian

ujung

Labia menyatu

Tidak ada lubang

vagina

Rabas fekal dari

lubang vagina

Tidak berkemih

dalam 24 jam

Massa pada labia

GENITALIA

PRIA

Lubang uretra pada

puncak glen penis

Testis dapat diraba

didalam setiap skrotum

Skrotum biasanya besar,

pendulus dan tertutup

dengan rugae; biasanya

pigmentasi lebih gelap

pada kulit kelompok etnik

Smegma

Berkemih dalam 24 jam

Lubang uretral

tertutup prepusium

Ketidakmampuan

meretraksi

prepusium

Mutiara epitelial

Ereksi atau

priapisme

Testis dapat diraba

pada kanal

inguinalis

Hipospadia

Epispadia

Chordee

Testis tidak dapat

diraba dalam

skrotum atau

kanalis inguinalis

Tidak ada urinasi

dalam 24 jam

Hernia inguinalis

Skrotum hipoplastik

Page 15: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Skrotum kecil Hidrokel

Massa dalam

skrotum

Genitalia ganda

13. Ekstremitas

a. Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan

meluruskan keduanya dan bandingkan.

b. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan

dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.

c. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/ abnormalitas

utama

Sepuluh jari tangan dan

jari kaki

Rentang gerak penuh

Punggung kuku merah

muda, dengan sianosis

sementara segera setelah

lahir

Fleksi ekstremitas atas

dan bawah

Telapak biasanya datar

Ekstremitas simetris

Tonus otot sama secara

bilateral, terutama

tahanan pada fleksi

berlawanan

Nadi brakialis bilateral

sama

Sindaktili parsial antara

jari kaki kedua dan ketiga

Jari kaki kedua tumpang

tindih dengan jari kaki

ketiga

Kesenjangan lebar antara

ibu jari kaki dan jari kaki

kedua

Lipatan dalam pada

permukaan plantar telapak

kaki antara jari pertama

dan kedua

Panjang jari kaki asimetris

Dorsifleksi dan

Polidaktili—jari tambahan

Sindaktili—jari bersatu

atau berselaput

Fokomelia—tangan atau

kaki melekat ke batang

tubuh

Hemimelia—bagian distal

ekstremitas tidak ada

Hiperfleksibilitas sendi

Lipatan transpalmar

Fraktur

Tidak ada klavikula

Gerakan unilateral

ekstremitas (petunjuk yang

mungkin adanya brakial

palsi)

Abnormalitas bagian distal

ekstremitas

Dislokasi atau subluksasi

Page 16: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

pemendekan haluks (jari

besar)

panggul

Keterbatasan abduksi

panggul

Lipatan gluteal atau lipatan

kaki tidak sama

Tinggi lutut tidak sama

(tanda Allis atau Galeazzi)

Bunyi klik pada abduksi

(Tanda Ortolani)

Ekstremitas asimetri

Tonus otot atau rentang

gerak tidak sama

14. Tulang Belakang dan Rektum

Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda

abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil

berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau

kolumna vertebra. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya.

Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam

belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau

obstruksi saluran pencernaan.

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Spina utuh, tidak ada

lubang, massa atau kurva

menonjol

Refleks melengkung

batang tubuh

Fase cair hijau pada bayi

dibawah fototerapi

Fisura anal atau fistula

Anus imperforata

Tidak ada wink anal

Tidak ada mekonium

dalam 36 jam

Page 17: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Wink anal

Lubang anal paten

Lintasan mekonium dalam

36 jam

Kista pilonidal atau sinus

Rambut di sepanjang

medula spinalis

Spina bifida (berbagai

derajat)

15. Memeriksa Kulit

Perhatikan kondisi kuli bayi:

a. Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir.

b. Periksa adanya pembekakan.

c. Perhatinan adanya vernik kaseosa.

d. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang

bulan.

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/

abnormalitas utama

Pada saat lahir, merah

terang, menggembung,

halus

Hari kedua sampai hari

ketiga, merah muda,

mengelupas, kering

Verniks kaseosa

Lanugo

Edema disekitar mata,

wajah, kaki, punggung

tangan, telapak, dan

skrotum atau labia

Perubahan warna normal :

Akrosianosis—sianosis

tangan dan kaki

Kutis marmorata—

Ikterik neonatus setelah 48

jam pertama

Ekimosis atau petekie

karena trauma kelahiran

Milia—kelenjar sebasea

terdistensi tampak sebagai

papula putih kecil pada

pipi, dagu dan hidung.

Miliaria atau Sudamina—

kelenjar keringat

terdistensi (ekrin) yang

tampak sebgai vesikel

menit, khususnya pada

wajah.

Ikterik berlanjut,

khususnya pada 24 jam

pertama

Kulit memucat

Sianosis umum

Pucat

Keabu-abuan

Pletora (darah dalam

jumlah berlebihan)

Mottling—umum dan

menetap

Hemoragi, ekimosis, atau

petekie yang menetap

Sklerema—kulit keras

dan kaku

Page 18: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

mottling sementara ketika

bayi terpapar suhu rendah

Eritema toksikum—ruam

papular merah muda

dengan vesikel yang

tumpang tindih pada dada,

punggung, bokong dan

abdomen; dapat tampak

dalam 24 - 48 jam dan

hilang setelah beberapa

hari.

Perubahan warna

Harlequin—perubahan

warna jelas terlihat saat

bayi berbaring miring;

setengah bawah dari

tubuh menjadi merah

muda dan setengah pucat.

Nevus flammeus—merah

kebiruan gelap (port-wine

stain) biasanya pada leher

dan wajah.

Mongolian spots—area

ireguler pigmentasi biru

tua, biasanya pda bagian

sakral dan gluteal; terlihat

terutama pada bayi baru

lahir dari orang asli

Amerika, Afrika, Asia, atau

keturunan Hispanik

.

Telangiektatik nevi

(”gigitan bangau” )—area

Turgor kulit buruk

Ruam, pustula, atau lepuh

Bercak café au lait—

bercak coklat terang

Page 19: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

terlokalisir merah muda

dalam, datar biasanya

terdapt di bagian belakang

leher.

16. Memeriksa Saraf

Refleks Moro

Bayi akan melakukan gerakan ekstensi dan abduksi pada ekstremitasnya

saat dikagetkan atau dibaringkan secara tiba-tiba. Pada bulan 3-4 refleks ini akan

hilang.

Refleks Rooting

Bayi menoleh saat ada jari yang ditempelkan ke pipinya. Refleks ini akan

hilang pada usia 3-12 bulan.

Refleks Isap (Sucking)

Bayi menunjukkan refleks menghisap saat ada jari yang ditempelkan ke

bibirnya.

Refleks Menggenggam (palmar grasp reflex)

Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-

benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang

setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan

jari telunjuk kepadanya.

Refleks Berjalan dan Melangkah (walking)

Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dantelapak

kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akanmelihat refleks

berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan.

Refleks Leher (tonic neck reflex)

Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi

ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi. Disebut juga posisi menengadah,

muncul pada usia satu bulan danakan menghilang pada sekitar usia lima bulan.

Page 20: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

17. Ekstremitas

Temuan Biasa Variasi umum/

abnormailtas minor

Tanda potensial

kegawatan/ abnormalitas

utama

Ekstremitas biasanya

mempertahankan derajat

fleksi

Ekstensi ekstremitas diikuti

dengan posisi fleksi

sebelumnya

Kelambatan kepala saat

duduk, tetapi mampu

menahan kepala agar tetap

tegak walaupun sementara

Mampu memutar kepala

dari satu sisi ke sisi lain

ketika tengkurap

Mampu menahan kepala

dalam garis horizontal

dengan punggung bila

tengkurap

Tremor atau gemetar

sebentar

Hipotonia—kontrol kepala

yang buruk, terkulai,

ekstremitas pincang

Hipertonia—gelisah,

lengan dan tangan fleksi

sangat kencang, kaki kuku

terekstensi, mudah

tetrkejut

Postur asimetris (kecuali

refleks leher toni)

Postur opistotonik—

punggung melengkung

Tanda paralisis

Tremor, kedutan, dan

sentakan miklonik

Kepala terkulai nyata pada

semua posisi

Page 21: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Pemeriksaan Refleks pada Bayi Baru Lahir

REFLEKS NORMAL

Refleks yang lazim terjadi pada organ bayi akan dijelaskan melalui uraian berikut:

a. Mata

Refleks Kornea

Dapat dilakukan dengan menyentuhkan kapas pada limbus konea.

Menunjukkan hasil positif bila mata mampu mengedip (Nervus IV dan VI).

Refleks Pupil

Pengujian ini dapat dilakukan dengan memberikan cahaya (lampu senter) ke

mata. Menunjukkan hasil positif bila mata berkedip.

Refleks Iddol

Ditunjukkan dengan kemampuan bayi untuk menolehkan kepalanya ke kanan

diikuti dengan pergerakan badannya. Refleks ini akan hilang pada minggu ke-1

atau ke-2.

b. Telinga

Refleks Startel

Bayi mampu menoleh saat telinganya disentuh dengan jari.

c. Mulut

Refleks Isap (Sucking)

Bayi menunjukkan refleks menghisap saat ada jari yang ditempelkan ke bibirnya.

Refleks Rooting

Bayi menoleh saat ada jari yang ditempelkan ke pipinya. Refleks ini akan hilang

pada usia 3-12 bulan.

Page 22: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Refleks Gawn

Merupakan kebiasaan menguap yang sering dilakukan oleh bayi. Hal ini normal

terjadi pada bayi.

Refleks Ekstruction

Bayi akan mendorong jari yang didorongkan ke mulutnya.

d. Hidung

Refleks Grabella

Bayi akan mengedipkan matanya saat pangkal hidung atau antara kedua

matanya disentuh.

e. Leher

Refleks Tonic Neck

Dapat dilakukan dengan cara memfleksikan kepala ke dada. Hasil positif bila

tidak ada tahanan.

Refleks Gag/ Faring

Diuji dengan menggoreskan spatel ke faring. Hasil positif bila ada reaksi muntah

(Nervus IX dan X)

f. Abdomen

Refleks Abdominal

Menggujinya dengan cara menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilikus.

Hasil positif bila ada reaksi otot.

g. Punggung

Refleks Peres

Dilakukan dengan menggoreskan punggung tengah dari bawah ke atas. Hasil

akan positif jika bayi menggeliat.

Page 23: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

h. Lengan

Refleks Moro

Bayi akanmelakukan gerakan ekstensi dan abduksi pada ekstremitasnya saat

dikagetkan atau dibaringkan secara tiba-tiba. Pada bulan 3-4 refleks ini akan

hilang.

Refleks Bisep

Bayi melakukan gerakan fleksi pada siku saat tendon bisep diketuk dengan

hammer.

Refleks Trisep

Bayi melakukan gerakan ekstensi pada siku saat tendon trisep diketuk dengan

hammer.

i. Tangan

Refleks Grasping

Gerakan menggemnggam yang terjadi saat jari kita ditempelkan ditempelkan ke

telapak tangan bayi. Refleks ini akan hilang pada usia 3 bulan.

j. Tungkai dan Kaki

Refleks Achiles

Gerakan plantar fleksi pada kaki saat tendon achiles diketuk dengan hammer.

Refleks Patela

Gerakan ekstensi dari tungkai bawah saat tendon patella diketuk dengan

hammer.

Refleks Menari

Gerakan kaki menyentuh permukaan datar (seperti lantai) saat bayi didirikan

tegak lurus. Refleks ini akan hilang saat bayi berusia 3-4 minggu.

Page 24: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

k. Genitalia

Refleks Kremaster

Gerakan skrotum yang terangkat saat paha medial digores dari bawah ke atas.

l. Anus

Refleks Anal

Berkontraksinya sfingter ani saat kulit anal digores.

REFLEKS ABNORMAL

Refleks abnormal merupakan refleks yang seharusnya tidak terjadi pada bayi. Berikut ini

akan dijelaskan mengenai refleks-refleks tersebut.

Refleks Babinsky

Gerakan meregang atau ekstensi telapak kaki ke arah ibu jari saat bagian lateral

telapak kaki digoreskan dengan hammer.

Refleks Brudzinski’s Neck Sign (Brudzinski’s I)

Gerakan fleksi kepala pasif yang diikuti dengan gerakan fleksi sendi lutut dan

panggul. Gerakan ini terjadi saat pemeriksa memfleksikan kepala anak sampai

dagunya menyentuh dada dengan kedua tangan pemeriksa menahan dada anak

agar tidak ikut terangkat.

Refleks Brudzinski’s Contralaterl Sign (Brudzinski’s II)

Tes ini dilakukan dengan memposisikan anak pada posisi tidur terlentang

dengan salah satu tungkai diangkat, fleksi sendi panggul dan ekstensi sendi

lutut. Didapatkan hasil positif bila terjadi fleksi refleks toris di sendi lutut dan

panggul tungkai kontralateral. Bila respon yang terjadi sebaliknya, yaitu ekstensi

sendi lutut dan panggul kontralateral maka disebut Brudzinski’s Resiprocal

Contralatteral Leg Sign.

Refleks Brudzinski’s Check Sign (Brudzinski’s III)

Gerakan fleksi reflekstoris kedua siku keatas sejenak ketika pemeriksa menekan

pipi kiri dan kanan.

Page 25: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Refleks Brudzinski’s Sympisis Sign (Brudzinski’s IV)

Anak diperiksa dengan posisi tidur terlentang. Pemeriksa menekan sympisis

pubis dengan kedua ibu jari. Hasil tes positif bila timbul fleksi reflekstoris pada

kedua sendi lutut dan panggul.

Refleks Snout

Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk pertengahan bibir atas. Hasil positif

bila saliva menetes dari mulut bayi.

Refleks Rosolimo

Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk telapak kaki depan. Hasilnya akan

positif bila jari kaki ventrofleksi.

Page 26: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

APGAR SCORE

Skor Apgar digunakan untuk menggambarkan kondisi bayi selama beberapa menit

pertama kehidupan. Skor ini dinilai pada menit pertama dan kelima kehidupan. Jika skor masih

di bawah 7 atau bayi memerlukan resusitasi maka penilaian ini diteruskan setiap 5 menit

sampai normal atau sampai 20 menit.

Tabel 1. Skor Apgar

Nilai

Tanda 0 1 2

Denyut

jantung(pulse) Tidak ada Lambat < 100 >100

Usaha

nafas(respisration) Tidak ada

Lambat, tidak

teratur

Menangis dengan

keras

Tonus otot(activity) Lemah Fleksi pada

ekstremitas Gerakan aktif

Kepekaan

reflek(gremace) Tidak ada Merintih Menangis kuat

Warna(apperence) Biru

pucat

Tubuh merah

muda,

ekstremitas biru

Seluruhnya merah

muda

Atas dasar pengalaman klinis, skor Apgar dapat dibagi dalam beberapa rentang untuk

menilai asfiksia neonatorum :

1. Vigarous baby

Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan

istimewa.

Page 27: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

2. Mild-moderate asphyxia

Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung >100x/menit,

tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.

3. Severe asphyxia

Skor Apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100x/menit,

tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak

ada.

Skor Apgar dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan resusitasi pada

neonatus. Skor Apgar pada menit 15 dan 20 lebih bernilai dalam prognosis neonatus

dibandingkan skor Apgar pada menit 1 dan 5.

Tindakan resusitasi berdasarkan skor Apgar :

Skor Apgar Resusitasi

8,9,10 Tidak ada

5,6,7 Hanya masker O2

2,3,4 Bagging dan masker O2

0 Akselerasi jantung (RJP)

Penilaian Skor Apgar

1. Skor Apgar berguna dalam menilai kondisi bayi saat lahir

2. Skor Apgar saja tidak dapat dijadikan bukti adanya kerusakan neurologis yang

disebabkan oleh hipoksia

3. Bayi yang lahir dengan asfiksia yang cukup berat sehingga dapat menyebabkan

kerusakan neurologis akut harus menunjukan semua tanda di bawah ini:

a. Ditemukan acidemia metabolik atau campuran (pH 7.00) pada contoh arteri

umbilicus.

b. Skor Apgar 0-3 selama lebih dari 5 menit

c. Manifestasi neurologi seperti kejang, koma, atau hipotonik

d. Bukti adanya disfungsi multiorgan

Page 28: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Kita membedakan antara penggunaan terminologi depresi neonatus dengan asfiksia

neonatorum. Depresi neonatus merupakan suatu kondisi dimana neonatus itu memiliki skor

Apgar yang rendah, kurang dari 5 dalam menit pertama atau kurang dari 7 dalam menit ke-5.

Bayi yang menunjukkan tanda-tanda tonus yang lemah, warna yang jelek, respons yang buruk,

dan depresi. Asfiksia perinatal adalah kondisi dimana bayi memiliki manifestasi abnormalitas

gas darah, dan pH lebih rendah dari 7,1 pada arteri dan 7,2 pada vena. Jadi asfiksia hanya

dapat dinyatakan apabila benar-benar telah ditemui abnormalitas pada gas darah, karena

asfiksia berarti interupsi dari respirasi. Mayoritas bayi-bayi dengan skor APGAR yang rendah

tidak memiliki pH darah yang rendah.

Kekurangan skor Apgar

Apgar skor tidak menunjukan prognosis jangka panjang dari bayi. Skor ini hanyalah

suatu perkiraan semikuantitatif dari pemeriksaan fisik dan respon bayi saat dilakukan

pemeriksaan. Untuk mendiagnosa depresi neonatus sebagai suatu asfiksia dan hipoksikiskemia

encephalopati, selain skor Apgar yang rendah, juga diperlukan bukti adanya asidosis metabolik,

kerusakan multisistem organ, dan mungkin kejang.

Page 29: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang

Pelayanan kebidanan sebelum ibu dan bayi pulang mencakup upaya pencegahan

penyakit (preventif), pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif) , penyembuhan (

kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kegiatan Penyuluhan sebelum bayi

pulang meliputi :

1. Perawatan sehari-hari ibu nifas dan bayi

2. Pemelihaaan kesehatan ibu

3. Pemeliharaan kesehatan bayi, salah satunya dengan cara menjaga kehangatan bayi.

Adapun tujuan menjaga kehangatan bayi, yaitu :

a. Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh

b. Membuat bayi merasa aman dan hangat

c. Membuat bayi tidur lebih nyenyak (Mueser, 2007)

Kehilangan panas tubuh bayi dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini :

a. Keringkan bayi secara seksama.

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.

c. Tutupi kepala bayi.

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.

e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan

Normal).

4. Perawatan tali pusat

a. membiarkan tali pusat tetap terbuka, bersih dan selalu kering

b. membersihkan tali pusat setiap hari dengan sabun dan air bersih

Page 30: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

c. Ketika mengganti popok pastikan memasang popok di bagian bawah tali pusat

d. Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali pusat,

sampai tali pusat puput.

e. Jangan pernah menarik-narik tali pusat, walaupun seakan-akan tampak sudah

terlepas.

f. Mandikan bayi dengan menggunakan washlap atau sponge bath dan air hangat

sampai tali pusat puput.

g. Bersihkan tali pusat setiap hari secara teratur dengan mengeringkan tali pusat

dengan kasa steril/ bersih

h. Jangan pernah meletakkan ramuan atau bubuk apa pun kebagian pangkal tali pusat

bayi.

i. Ketika tati pusat sudah puput, biarkan area pusar sembuh dalam beberapa hari.

Tidak perlu menggunakan plester untuk menutupinya, tapi biarkan kering secara

alamiah untuk mencegah infeksi. Teruskan menggunakan popok dibawah perut

untuk memberi tempat bagi pusat yang belum sembuh.

5. Memastikan ibu paham cara memandikan bayi

6. ASI Eksklusif

7. Cara menyusui yang baik dan benar

8. Pentingnya bounding attachment

9. Pengobatan sederhana bagi ibu dan bayi

10. Pemenuhan gizi ibu dan bayi

11. Imunisasi

12. Tanda-tanda bahaya ibu nifas dan bayi

Tanda bahaya ibu nifas :

a. Tanda-tanda vital : TD > 140/90 mmHg, suhu > 38 C, nadi > 100 x/menit.

b. Fundus : lembek, diatas ketinggian fundus saat masa pasca salin.

c. Perdarahan berat

d. Lochea (darah nifas) yang berbau busuk

e. Sub-Involusi Uterus (proses kembalinya rahim yang terganggu)

f. Pusing dan lemas yang berlebihan

Page 31: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

g. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C

h. Nyeri pada perut dan pelvis

i. Kandung kemih : tidak bisa buang air kecil

j. Payudara : pembendungan air susu payudara panas serta keras pada perabaan dan

nyeri, suhu badan tidak naik

k. Mastitis : rasa panas dingin disertai kenaikan suhu badan, merasa lesu, tidak ada nafsu

makan.

Tanda bahaya bayi :

a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum

b. Bayi kejang

c. Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang.

d. Mata bernanah banyak.

e. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, turgor kulit buruk tandanya jika kulit perut

dicubit akan kembali lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat, bisa

menyebabkan kematian.

f. Pernafasan sulit/ lebih dari 60 dan < 40 kali/ menit

g. Suhu terlalu panas ( > 38o C) atau terlalu dingin ( < 36o C )

h. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan,

i. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah,

j. Tidak BAB dalam 2 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, sering

berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah,

k. Mengigil, rewel, lemas.mengantuk, kejang,tidak bisa tenang, dan menangis terus -

menerus

l. Bayi kulit kering ( terutama 24 jam pertama ) berwarna biru , pucat atau memar.

m. Bagian putih mata menjadi kuning atau warna kulit tampak kuning

n. Kulit bayi terlihat kuning, adapun kuning yang patologis yaitu :

– Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir

– Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari

– Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki

Page 32: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

– Tinja berwarna pucat

13. Upaya pencegahan infeksi

14. Upaya pencegahan kecelakaan

15. Pelayanan KB

Page 33: Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang

Daftar Pustaka

Ns. AnikMaryani, S.Kep ETN, Nurhayati, SKp.2008.Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal

(Asuhan Neonatal). Jakarta: TIM

Sri Rahayu, Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba Medika

Beth Hasselquist, Mary. 2006. Tata Laksana Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta: Prestasi

Pustaka

Eisenberg, Arlene, dkk. 1997. Bayi pada Tahun Pertama: Apa yang Anda Hadapi Bulan per

Bulan. Jakarta: Arcan