layang dan sekait benang

6
Layang Dan Sekait Benang Masih ingatkah dengan ajakan, “Yuk kita main layangan?” Seberapa rutinkah kita memainkannya sewaktu kecil ? Ada yang lupa ? Miris memang, sekarang ini adik-adik kita mulai enggan memainkannya. Khususnya yang berdomisili di wilayah perkotaan. Serbuan gadget berteknologi tinggi membuat adik-adik bahkan kita sendiri menjadi terlena dan ikut terbuai. Masih ingatkah, layang-layang yang dulunya dijual seharga seribu perak sekarang entah dijual berapa, atau bahkan penjualnya mulai hilang entah kemana. Sebenarnya tak ada masalah dengan harga layang-layangnya, yang jadi masalah adalah harga kait benangya, ehehe betul bukan. Saat itu berbagai macam kualitas kait benang semakin memanjakan mata. Tapi tunggu dulu, berapa sih uang saku kita saat itu, ehehe. Seingatku harga kait benang sangat mahal dibandingkan dengan harga satu layang-layangnya.

Upload: kukuhcadiputra

Post on 17-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Karya sastra

TRANSCRIPT

Layang Dan Sekait Benang

Masih ingatkah dengan ajakan, Yuk kita main layangan? Seberapa rutinkah kita memainkannya sewaktu kecil ? Ada yang lupa ? Miris memang, sekarang ini adik-adik kita mulai enggan memainkannya. Khususnya yang berdomisili di wilayah perkotaan. Serbuan gadget berteknologi tinggi membuat adik-adik bahkan kita sendiri menjadi terlena dan ikut terbuai.

Masih ingatkah, layang-layang yang dulunya dijual seharga seribu perak sekarang entah dijual berapa, atau bahkan penjualnya mulai hilang entah kemana. Sebenarnya tak ada masalah dengan harga layang-layangnya, yang jadi masalah adalah harga kait benangya, ehehe betul bukan. Saat itu berbagai macam kualitas kait benang semakin memanjakan mata. Tapi tunggu dulu, berapa sih uang saku kita saat itu, ehehe. Seingatku harga kait benang sangat mahal dibandingkan dengan harga satu layang-layangnya.Kualitas kait benang sangat kentara sekali dampaknya saat duel layang-layang terjadi. Terlihat keren sekali saat layang-layang bermanuver, menukik, berbenturan dan melilit layang-layang lawan dengan gerakan lincahnya. Saat itu siapa yang benangnya terputus duluan, dia yang kalah. Semua itu tergantung taktik kita dalam memainkannya, ditambah kualitas benang yang turut pula menentukan. Seru sekali bukan.Aku pun larut dalam ingatan itu. Larut dalam ingatan akan keceriaanku saat melihat sebuah layang putus terombang-ambing di angkasa. Jantungku berdegup dengan kencang. Kala itu banyak yang berebut untuk mendapatkannya. Semua teman-temanku nampak serius mengejarnya. Lucu sekali, tak nampak raut wajah lelah disana, sekalipun berpuluh-puluh meter jauhnya, mereka tetap kuat berlari. Sekali lagi, seru sekali bukan.Kuhentikan ingatan itu. Dari sini aku mulai merenung, mendapati rasa yang mungkin akan kujumpai suatu saat nanti. Dulu kukagumi dan kumainkan selembar layanglayang yang tak pernah kuduga akan menginspirasiku hari ini. Dari layang layang aku belajar inti perjalanan dari sebuah keluarga ? Bagaimana bisa ? Memang benar diriku belum berkeluarga, namun mengapa dengan sombongnya mengaku tahu akan sebuah perjalanannya ? Tidak, bukan itu maksudnya. Pikiran ini seakan-akan melayang bebas berimajinasi. Apa itu ? Bolehlah sedikit kuceritakan.Kala kulihat layanglayang mengangkasa, kuumpamakan diriku disana terbang bebas di udara. Menggapai asa meraih cita, tapi tunggu . . setelah kuputar otak, sang layanglayang tak sepenuhnya bebas, ada yang mengaitnya. Tapi tunggu sebentar, kait itu tak sekalipun mengekang sang layang. Dia mengijinkan sang layang bergerak dengan bebas di udara.

Kulihat kait yang berupa benang itu senantiasa ikhlas memanjang maupun memendekkan sulurnya. Aku tahu, hal itu dilakukannya agar sang layang mampu mencapai ketinggian yang dikehendaki. Sungguh harmonisasi yang mengesankan. Setelah 23 tahun lamanya, aku merasa layang layang telah menunjukkanku sesuatu yang hebat, namun terkadang diriku sendiri lupa serta enggan untuk memaknainya. Pun sebagian orang menganggap sepele pula hal di atas. Layang dan kait benang tak lebih dari sebuah perlengkapan untuk sebuah permainan. Kenapa terkesan mendramatisir sekali ? Toh memang benar semua itu hanyalah sepasang perlengkapan yang rutin kita mainkan sewaktu kecil. Betul, tidak ada yang salah. Marilah kita renungkan sejenak kawanku. Bagaimana kalau layanglayang dan kait benang di atas kuanalogikan sebagai sepasang suami istri. Kok bisa ? Dari mana ? Sebentar jangan terburu-buru, anggap saja imajinasiku yang terlalu liar. Ibarat kata sang layang adalah suaminya maka sang kait benang adalah istrinya. Sudah tergambar sedikit kan maksudnya ? Belum ? Baiklah ijinkan kuperjelas kembali.

Kombinasi atau bisa dibilang harmonisasi sang layang dan seikat benang mirip dengan perjalanan hidup sebuah keluarga. Ya tepat sekali, tanpa sang kait benang (istri) sang layang (suami) tidak akan bisa mencapai kesuksesannnya (ketinggiannya). Sang Istri memang mengikat, tapi ia senantiasa tahu manakala harus bersikap (memanjang maupun memendekkan sulurnya).

Derasnya angin dengan terpaan kencang kerap ditemui sang layang dalam tujuannya mencari jalannya (citacita), namun tak sedikitpun jua sang kait benang ragu untuk memanjangkan sulurnya. Meskipun dilanda kekhawatiran yang tak terkira, sang kait benang percaya akan ikatannya serta kemampuan sang layang dalam mengudara. Sekali lagi sungguh luar biasa, bisakah keluarga kita semua kelak seperti itu ?

Singkat cerita kelak di akhir perjalanan nanti, akan kusampaikan kisah ini kepada putra/putriku saat mereka ingin berkeluarga. Saat tubuh renta ini sudah tak bertenaga, akan kupastikan suara kokoh bapaknya terdengar oleh jelas mereka. Aku berkata,

Wahai putra/putriku ingatlah bahwa perjalanan hidup kalian bak layang layang yang bapak mainkan dulu. Ibarat kata, layang itu adalah laki laki, kait benangnya adalah perempuan. Dan ingatlah kau wahai putraku, seberapapun tingginya engkau mengangkasa ketahuilah bahwa ada sosok wanita hebat yang mendampingimu, janganlah kau lupakan dia.

Dan engkau wahai putriku, ketahuilah dan berusahalah untuk menjadi sosok yang terbaik bagi pendampingmu, andaikata dibilang jadilah benang yang berkualitas terbaik. Buatlah layang layangmu kelak terbang setinggi yang dikehendaki. Karena kemanapun ia akan terbang, ia selalu terikat denganmu dan selalu bergantung kepadamu. Jagalah dia agar tidak putus dan hilang arah. Dan ketahuilah bahwa layang layang selalu ingin terbang lebih tinggi.Terima kasih sudah menemani imajinasiku ini kawan, ucapkan hal yang sama untuk putra/putimu kelak, jangan lupa bumbui kisahkisah lainnya sesuai imajinasi dan perjalanan hebat hidupmu. Terima kasih sudah mampir. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi. Aamiin. Aamiin Yra. (ku2h)

BIODATA DIRI

Kukuh C. Adi Putra, lahir di Semarang 2 April 1992. Pria yang hobi menulis ini telah merilis 4 buah karya diantaranya buku berseri Seni Memahami Manusia dan Memorandum, penulis juga aktif sebagai Blogger dengan akun :

https://kukuhcadiputra.wordpress.comKukuh C. Adi Putra dapat dihubungi melalui E-mail :

[email protected]. Atau facebook : https://www.facebook.com/kukuh.c.adiputra