laptut skenario2 dmf1.docx
DESCRIPTION
sknr2TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit pada jaringan periodontal yang diderita manusia hampir di
seluruh dunia mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Menurut hasil survey
kesehatan gigi dan mulut di Jatim tahun 1995, penyakit periodontal terjadi pada
459 orang diantara 1000 penduduk. Di Asia dan Afrika prevalensi dan intensitas
penyakit periodontal lebih tinggi daripada di Eropa, Amerika dan Australia. Di
Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan ke dua utama yang masih
menjadi masalah di masyarakat.
Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab
utama penyakit periodontal. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis, yang
bila tidak terawat bisa berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis adalah
peradangan pada gingiva yang menyebabkan pendarahan disertai pembengkakan,
kemerahan, eksudat, dan perubahan kontur normal. Penyakit ini berupa suatu
inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh akumulasi plak. Menurut
profil kesehatan Indonesia tahun 2001 kelainan periodontal pada tahun 2001
terjadi sebesar 61%. Gingivitis sering terjadi dan bisa timbul kapan saja.
Peradangan pada gingiva tidak hanya dapat terjadi pada satu atau dua gigi, tetapi
juga dapat terjadi pada seluruh gigi. Gingiva menjadi mudah berdarah karena
rangsangan yang kecil seperti saat menyikat gigi, atau bahkan tanpa rangsangan.
1
BAB II
STEP I
1. Probing Depth : Kedalaman dari pengukuran poket
periodontal yang ujungnya tumpul diukur dari margin gingiva ke ujung
probe periodontal
2. Bleeding on Probing : Pemeriksaan apakah ada perdarahan atau
tidak saat probe periodontal dimasukkan dalam poket gingiva
3. Stippling : Bentukan normal seperti kulit jeruk dan
cekungan pada gingiva
4. Gingivitis Marginalis Kronis: Peradanagn gingival pada daerah margin
dan telah berlangsung lama yang sering terjadi pada anak-anak
ditandai dengan perubahan warna, konsistensi, dan permukaan gingiva
5. Gingivitis Hiperplasia : Pertambahan ukuran gingiva karena
peningkatan jumlah sel penyangganya yang terjadi karena inflamasi,
induksi obat-obatan dan pembentukan neoplastik
6. Debris : Kotoran yang terdapat pada gigi karena
adanya sisa-sisa makanan dan sisa-sisa jaringan yang sudah mati
STEP II
1. Bagaimana etiologi terjadinya gingivitis ?
2. Bagaimana pathogenesis terjadinya gingivitis ?
3. Bagaimana tanda-tanda klinis / gambaran klinis terjadinya gingivitis ?
4. Bagaimana klasifikasi gingivitis?
STEP III
1. Etiologi gingivitis :
a. Kebersihan oral hygiene yang buruk,sehingga sisa-sisa makanan yang
tidak dibersihkan akan terakumulasi dan terbentuk plak
b. Penumpukan karang gigi
c. Obat-obatan tertentu yang dikonsumsi tiap hari
2
d. Penyakit sistemik seperti leukemia, diabetes HIV
e. Kehamilan
f. Sikat gigi yang bisa menimbulkan perdarahan
g. Malnutrisi dan defisiensi nutrisi,misal defisiensi vitamin C
h. Gigi berjejal ( malposisi ), overjet atau overbite (maloklusi)
i. Faktor social ekonomi, budaya, pendapatan
j. Kebiasaan merokok, mempermudah terjadinya resesi gingival karena
kandungan nikotin pada rokok
k. Plak
l. Peran dari bakteri
m. Respon host
n. Luka pada gingival
o. Faktor Psikosomatik
p. Faktor Penuaan, saliva menurun sehingga bakteri mudah melekat dan
terjadi penumpukan plak
q. Faktor Iatrogenik seperti perawatan alat orhodontik
r. Eksodonsia
s. Gigi tiruan lepasan yang menekan jaringan
t. Restorasi yang tepinya overhanging
u. Bernafas lewat mulut sehingga gusi kering dan mudah iritasi
2. Patogenesis terjadinya gingivitis
Ada empat tahap dalam patogenesa terjadinya gingivitis, yaitu :
1. Lesi awal (Initial lesion), ditandai dengan :
plak terkumpul ( cocci gram negative dan filament )
Belum terlihat adanya gejala klinis
Peningkatan PMN ke Pembuluh darah
Peningkatan GCF
2. Lesi dini ( Early Lesion ) , ditandai dengan :
Eritema dan proliferasi kapiler
Epitel tipis/ ulserasi
70% kolagen rusak
3
Pemeriksaan BOP positif
3. Lesi mapan ( Estabilished lesion ), ditandai dengan warna kebiruan,
aliran darah terhambat, sel darah merah terikat, warna menjadi lebih
gelap
4. Lesi lanjut ( Advanced lesion ) ditandai dengan perluasan lesi ke
tulang alveolar, fibrosis gingival
Interaksi antara mikroba dengan host, yaitu :
1. Perjalanan
2. Penyebaran, secara langsung dengan toksin maupun tidak langsung
dengan faktor-faktor tertentu
Respon host berupa perlindungan maupun prevensi infeksi local agar
tidak jadi infeksi sistemik. Cara bakteri menyerang host ada empat
poin, yaitu :
1. Kolonisasi
Bakteri berkoloni (melekat antara yang satu dengan yang lain )
karena adanya adhesion (fimbriae, outermembran protein).
Perlekatannya bissa ke akar, jaringan, maupun plak.
2. Invasi
Terjadi ulseratif di epithelium sulcular ( poket). Terdapat dua jenis
poket yaitu :
1. Poket gingiva
2. Poket Periodontal
Pada tahap ini, mikroba berpenetrasi ke jaringan ikat.
3. Upaya pertahanan host
Dapat dilakukan dengan adanya antibodi yang merangsang
protease untuk mendekstruksi Immunoglobulin milik mikroba.
4. Kerusakan jaringan
1. Langsung
Produk bakteri mengubah metabolisme dari host
4
2. Tidak langsung
Bakteri memicu respon host untuk muncul. Kemudian Matriks
Metalloproteinase mendegradasi matriks. Sehingga akan
mengubah keseimbangan system imun
3. Tanda-tanda Klinis gingivitis
a. Warna gingiva
Menjadi merah tua sampai merah kebiruan karena vaskularisasi yang
meningkat dan pigmentasi.
b. Halus, stippling mulai menghilang, lebih mengkilat
c. Kontur mulai membulat pada daerah margin gingiva dan interdental
papil datar
d. Konsistensi lunak
e. Resesi gingiva
f. Perdarahan saat BOP karena ada lesi inflamatori pada epitel dan
jaringan ikat
g. Perubahan pada gingiva
h. Pembengkakan
i. Terdapat vesikel
4. Klasifikasi Gingivitis :
1. Gingivitis marginalis ditandai dengan margin gingival merah tua dan
sering terjadi pada remaja
2. Gingivitis Atropican ditandai dengan gingiva mengecil, poket
membengkak
3. Gingivitis hipertropikan ditandai dengan kronis, sakit, gingival
bengkak,
4. Gingivitis Gravidarum yang terjadi pada wanita hamil
5. Gingivitis Plaunvinsent ditandai dengan demam, busuk, nekrosis,
ulser, sakit, limfe membesara, gingival merah, perdarahan, gigi goyang
6. Gingivitis Herpetica ditandai dengan demam, bibir bengkak dan
kering, gingival merah dan bengkak
7. Gingivitis desquamatif terjadi pada wanita menopause
5
8. Eruption Gingivitis yang terjadi pada anak-anak umur 6-7 tahun
yang mengalami keradangan pada gingiva karena gigi erupsi
9. Gingivitis artefacta yang terjadi karena perilaku mencederai gusi.
Ada dua macam yaitu:
a. Minor, seperti karena menggosok gigi
b. Mayor
10. Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) ditandai oleh
demam, limfadenopati, malaise, gusi merah padam, sakit mulut yang
hebat, hipersalivasi, dan bau mulut yang khas. Papilla-papilla
interdental terdorong ke luar, berulcerasi dan tertutup dengan
pseudomembran yang keabu-abuan.
11. Gingivitis scorbutic terjadi karena defisiensi vitamin c, oral hygiene
jelek, peradangan terjadi menyeluruh dari interdental papill sampai
dengan attached gingival, warna merah terang atau merah menyala
atau hiperplasi dan mudah berdarah
Berdasarkan penyebarannya gingivitis diklasifikasikan atas lima jenis yaitu:
1. localized gingivitis (membatasi gusi pada satu daerah gigi atau beberapa
daerah gigi),
2. generalized gingivitis (meliputi gusi di dalam rongga mulut secara
menyeluruh),
3. marginal gingivitis (meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian
batas gusi cekat),
4. papillary gingivitis (meliputi papila interdental, sering meluas sampai
batas margin gusi, dan gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila,
5. diffuse gingivitis (meliputi margin gusi, gusi cekat, dan papila interdental).
Berdasarkan perjalanan dan lamanya diklasifikasikan atas empat jenis yaitu :
1. gingivitis akut (rasa sakittimbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu
pendek),
6
2. gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut),
3. gingivitis rekuren (peradangan gusi yang dapat timbul kembali setelah
dibersihkan dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul
kembali,
4. gingivitis kronis (peradangan gusi yang paling umum ditemukan, timbul
secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama, dan tidak terasa sakit
apabila tidak ada komplikasi dari gingivitis akut dan subakut yang
semakin parah).
STEP IV
STEP V
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui, memahami, dan menjelaskan:
1. Gambaran makroskopis dan mikroskopis gingiva normal
7
Etiologi
Patogenesis
GINGIVITIS
Klasifikasi
2. Mekanisme pertahanan gingiva
3. Inflamasi secara umum
4. Patogenesis gingivitis hiperplasia dan gingivitis marginalis
5. Gambaran makroskopis dan HPA gingivitis hiperplasia dan gingivitis
marginalis
STEP VII
1. GINGIVA NORMAL
Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi
processus alveolaris dan leher gigi. Secara klinis gingival mempunyai beberapa
baguan yaitu,
Marginal Gingiva
Marginal gingiva yang biasa juga disebut juga unattached gingival
( gingival bebas ), merupakan ujung ginggiva yang mengelilingi gigi yang
berbentuk collar like fashion (seperti kerah baju). Mempunyai lebar 1mm
dan dipisahkan oleh free gingival groove. Marginal gingival ini nantinya
yang membentuk dinding sulkus gingival.
Attached Gingiva
Merupakan bagian dari ginggiva yang melekat erat pada sementum dan
periosteum tulang alveolar. Berbatasan dengan mukosa alveolar pada
Mucogingival junction (MGJ). Lebarnya mulai dari dasar sulkus sampai
Mucogingival junction. Mempunyai Lebar bervariasi pada setiap gigi.
Pada insisiv rahang atas 3,5-4,5 mm, pada insisiv rahang bawah 3,3-3,9
mm. Pada posterior rahang bawah 1,8 mm.
Interdental Papilla
Mengisi gingival embrasure (ruang interproksimal). Berbentuk piramida
pada gigi anterior atau “col” pada gigi posterior. Bentuknya tergantung
titik kontak, ada atau tidaknya resesi gingival. Pada gigi dengan diastema
tidak terdapat interdental papilla, ginggiva cekat pada tulang interdental.
Sulcus Gingiva
8
Merupakan suatu Celah berbentuk “v” dibatasi oleh permukaan gigi pada
satu sisinya dan margin gingiva pada sisi lainnya. Secara histologis
kedalamannya adalah 1,8 mm. sedangkan secara klinis, diperiksa dengan
Probe periodontal (probing depth) mempunyai kedalaman ormal : 2 – 3
mm
Gambaran Mikroskopis Gingiva Normal
I. Jaringan Ikat
Gingiva diikat oleh jaringan ikat sebagai inti yang diikat oleh sel epitel
pipih berlapis
(Stratified Squomous Epitel).
Komponen seluler
Fibroblas
Sel mast
Makrofag
Limfosit, Sel plasma
Komponen ekstraseluler
Serabut gingiva : kolagen, reticular, elastin
Bahan dasar : mengisi ruang antara sel dan serabut gingiva
(proteoglican, glikoprotein)
Pembuluh darah, limfe dan saraf
II. Jaringan Epitel
Oral/Outher Epithelium
Meliputi crest dan permukaan luar dari marginal gongiva dan
permukaan pada attached gingival. Tebalnya sekitar 0,2 mm hingga 0,3
mm. Outher epithelium merupakan epitel berlapis pipih berkeratin
(parakeratinisasi) dan mengandung retepeg. Derajat keratinisasi gingival
menurun dengan bertambahnya usia dan onset menopause. Tetapi tidak
selalu berhubungan dengan fase menstruasi. Keratinisasi pada mukosa
mulut berbeda pada tiap daerah, seperti palatum mempunyai tingkat
keratinisasi lebih tinggi dibandingkan gingival, ventral lidah, dan pipi.
Sulcular Epitelium
9
Meliputi sulcus gingiva tipis terdiri dari stratified squomous
epitelium . Tidak berkeratin dan tidak mengandung retepeg, tetapi bila ada
iritasi plak maka dapat berkeratin. Sulcular epithelium meluas dari batas
koronal epitel junctional ke puncak margin gingival. Seperti epitel
nonkeratin lainnya, epitel sulcular memiliki granulosum dan strata
korneum.
Epitel sulcular ini sangat penting karena dapat bertindak sebagai
membrane semipermiabel di mana produk bakteri pathogen yang masuk
merembes ke dalam sulkus gingival. Berbeda dengan epitel junctional,
epitel junctional tidak banyak disusupi oleh leukosit PMN dan menjadi
kurang permiabel
Junctional Epitelium
Terdiri dari stratified squomous berepitel, berkeratin, dan tidak
mempunyai retepeg. Pada awal perkembangan terdapat 3-4 lapis sel, tetapi
dengan bertambahnya usia meningkat 10-20 lapis sel.
Sel ini dapat dikelompokkan menjadi dua lapisan :
- Lapisan basal
- Lapisan suprabasal
Panjang epitel junctional ini sekitar 0,25 mm hingga 1,35 mm dan
melekat pada jaringan ikat gingival oleh lamina basal eksterna. Junctional
epitelium atau functional epithelium terdiri dari 3 zona, yaitu apikal,
tengah, dan koronal
Gambaran Klinis Gingiva Normal
I. Warna
Warna gingiva yang normal adalah merah jambu (coral pink).
Warna gingiva adalah dipengaruhi oleh pasok vaskular, ketebalan dan
derajat keratinisasi epitel, dan keberadaan sel-sel yang mengandung
pikmen (pikmen melanin). Warna gingiva bervariasi antar individu, dan
tampaknya berkorelasi dengan pikmentasi pada kulit. Artinya warna
gingiva lebih gelap pada individu yang warna kulitnya gelap. Mukosa
alveolar yang berbatasan dengan attached gingiva berbeda sekali warnanya
10
dari gingiva karena warnanya lebih merah. Hal ini disebabkan perbedaan
struktur mikroskopisnya. Epitel mukosa alveolar adalah lebih tipis, tidak
berkeratin, dan tidak mengandung rete-peg. Disamping itu jaringan ikat
mukosa alveolar tersusun lebih longgar dan mengandung lebih banyak
pembuluh darah.
II. Kontur
Kontur atau bentuk gingiva dipengaruhi oleh bentuk gigi geligi dan
susunan gigi geligi pada lengkung rahang, lokasi dan besar area kontak
proksimal, dan dimensi embrasur gingiva pada vestibular dan sisi oral.
Margin gingiva mengelilingi gigi seperti kerah baju dengan mengikuti
pola seperti busur pada permukaan vestibular dan oral. Polanya menjadi
seperti garis lurus apabila permukaan giginya relatif datar. Apabila gigi
sangat konveks dalam arah mesio-distal (misalnya kaninus maksila atau
gigi yang posisinya labio-versi), pola yang seperti busur akan semakin
nyata dan posisi tepi margin gingiva berada lebih ke apikal. Sebaliknya
bila posisi gigi linguo-versi, tepi margin gingiva menjadi datar dan
menebal. Bentuk gingiva interdental dipengaruhi oleh kontur permukaan
proksimal gigi serta lokasi dan bentuk embrasur gingiva. Bila permukaan
proksimal mahkota gigi relatif datar dalam arah vestibular-oral, akar gigi
rapat satu sama lain dan tulang interdental tipis dalam mesio-distal.
Sebaliknya, bila permukaan proksimal gigi cembung, diameter gingival
interdental bertambah lebar. Tinggi gingiva interdental bervariasi
tergantung pada lokasi dari kontak proksimal.
III. Konsistensi
Konsistensi gingival yang normal adalah kenyal. Konsistensi
attached gingiva yang kenyal adalah disebabkan oleh lamina proprianya
yang mengandung banyak serat kolagen dan melekat ke mukoperiosteum
tulang alveolar. Margin gingiva meskipun tidak melekat ke tulang alveolar
berkonsistensi kenyal karena mengandung serat-serat gingiva.
11
IV. Tekstur Permukaan
Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit
jeruk (stippled/stippling), sedangkan tekstur permukaan margin gingiva
adalah licin. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur
seperti kulit jeruk, sedangkan bagian tepinya licin. Pola dan perluasan
stippling adalah bervariasi antar individu dan antar sisi pada satu individu.
Stippling tidak begitu jelas pada permukaan oral, dan pada beberapa orang
bisa tidak dijumpai. Stippling timbul sebagai akibat adaptasi gingiva untuk
menerima fungsi, yang secara mikroskopis disebabkan oleh adanya
protuberansia (penonjolan) dan depresi pada permukaan gingiva.
V. Posisi Ginggiva
Posisi gingival pada awal erupsi, tepi ginggiva dan sulkus gingival
berada pada puncak mahkota gigi. Semakin lama semakin menuju ke
koronal. Pada saat mengalami kelainan (gingivitis) ginggiva mengalami
resesi dan semakin ke apical.
VI. Ukuran Ginggiva
Ukuran gingival tergantung pada banyaknya elemen seluler dan
interseluler serta vaskularisasinya. Bertambahnya besar gingival akibat
adanya pertambahan elemen seluler, interseluler, vaskularisasi merupakan
gambaran umum pada gingival yang inflamasi.
VII. Bleeding On Probing
Pada gingival yang normal tidak terdapat perdarahan pada saat
dilakukan pemeriksaan dengan probe periodontal.
VIII. Probing Depth
Pada gingival yang normal mempunyai kedalaman antara 2-3 mm
saat diperiksa dengan probe periodontal.
2. Mekanisme Pertahanan Gingiva
Mekanisme pertahanan gingival terdiri dari empat komponen yaitu :
1. Deskuamasi epitel dan keratinisasi
2. Cairan sulkular
3. Leukosit pada daerah Dentogingival
12
4. Saliva
2.1 Deskuamasi Epitel dan Keratinisasi
Secara kontinyu pada epitel berlangsung proses pembaharuan
epitel, yang dimulai dari daerah basal menuju ke superfisial. Proses ini
diikuti oleh deskuamasi epitel yang paling superfisial. Di samping itu,
dengan proses keratinisasi terjadi pembentukan lapisan keratin atau
parakeratin pada lapisan superfisial dari epitel gingiva. Deskuamasi epitel
dalam rangka pembaharuan sel sedangkan pembentukan keratin tersebut
merupakan mekanisme pertahanan gingiva yang paling sederhana.
2.2 Cairan Sulkular
Cairan sulkular atau Gingiva Crevicular Fluid (GCF) merupakan
salah satu komponen dalam mekanisme pertahanan gingival. Cairan
Sulkular memiliki banyak komponen yang terkandung didalamnya.
Komponen-komponen tersebut antara lain :
Komponen GCF :
a. Elemen seluler
Elemen seluler GCF meliputi bakteri, sel epitel yang
terdeskuamasi, Leukosit ( PMN, Limfosit,monosit/makrofag) yang keluar
melalui epitelium sulcular karena sifat epitel sulkular yang memiliki
permeabilitas tinggi.
b. Elektrolit
Elektrolit yang ditemukan terdapat pada GCF yaitu potasium,
sodium, dan kalsium. Adanya sodium dan kalsium menunjukkan adanya
korelasi positif dengan inflamasi .
c. Senyawa Organik
Senyawa organik yang ditemukan di GCF yaitu Karbohidrat
(Heksosamin glukosa dan asam heksuronat) dan protein. Konsentrasi
glukosa di GCF lebih tinggi daripada di serum. Hal ini menunjukkan
hasil aktivitas metabolisme jaringan & fungsi dari flora mikroba lokal.
13
Sedangkan total protein di GCF lebih rendah daripada serum. Sehingga
karbohidrat lebih berperan terhadap inflamasi
d. Produk metabolik dan produk bakterial
Juga ditemukan adanya produk metabolik maupun produk bakteri
dalam GCF seperti asam laktat, urea, hidroksiprolin, endotoksin,
substansi sitotoksik, hidrogen sulfida, dan faktor antibakterial. Faktor
antibacterial inilah yang berperan penting dalam mekanisme pertahanan
gingiva terhadap adanya jejas terutama bakteri yang pathogen.
e. Enzim
β glukuronidase, yang merupakan enzim lisosomal;
dehidrogenase asam laktat yang merupakan enzim sitoplasmik;
kolagenase, yang bisa diproduksi oleh fibroblas atau LPN, atau
diekskresi oleh bakteri; posfolipas, suatu enzim lisosomal tetapi yang
bisa juga diproduksi oleh bakteri.
2.2.1 Aktivitas Seluler dan Humoral GCF
IL-1α dan IL-1β dalam sitokin mempunyai peranan :
- Meningkatkan ikatan PMN dan monosit/makrofag ke sel
endotel
- Stimulasi produksi prostaglandin E2
- Pelepasan enzim lisosomal
- Stimulasi resorpsi tulang alveolar
Resorpsi tulang yang diakibatkan oleh IL-1β ini akan
dihambat oleh adanya Interferon- α dalam GCF yang berfungsi
untuk proteksi terhadap penyakit periodontal.
2.2.2 Peranan cairan sulkus sebagai mekanisme pertahanan ada 3
yaitu :
1. Aksi membilas
2. Kandungan sel protektif
3. Memproduksi enzim
14
2.2.3 Arti Klinis GCF
Jumlah GCF bertambah saat terjadinya inflamasi .
Jumlahnya tidak meningkat pada trauma oklusi namun
meningkat karena :
1. Pengunyahan makanan yang kasar
2. Sikat gigi dan pemijatan gingiva
3. Ovulasi
4. Kontrasepsi hormonal
5. Merokok
6. Periode sirkadian
7. Terapi periodontal
2.3 Leukosit pada daerah Dentogingival
Komposisi leukosit pada sulkus gingiva yang sehat adalah :
91,2 % LPN (Leukosit Polimorphonuclear)
8,5-8,8 % sel mononukleus terdiri dari: 58% limfosit B, 24 % limfosit
T, dan 18 % fagosit mononukleus
Dijumpai pada sulkus gingiva yang secara klinis sehat, meskipun
dalam jumlah yang sedikit. Leukosit tersebut berada ekstravaskular di
jaringan dekat ke dasar sulkus. Leukosit yang dijumpai dalam keadaan
hidup, memiliki kemampuan memfagosit dan membunuh. Leukosit pada
dentogingival ini merupakan mekanisme protektif utama melawan
serangan plak ke sulkus gingiva. LPN jumlahnya bervariasi antar
individu, antar waktu dalam sehari dan meningkat jumlahnya pada
keadaan gingivitis.
2.4 Saliva
Sekresi saliva bersifat protektif karena jaringan mulut dalam
keadaan yang fisiologis. Pengaruh saliva terhadap plak adalah:
Aksi pembersihan mekanis terhadap permukaan oral
15
Menjadi buffer bagi asam yang diproduksi bakteri
Mengontrol aktivitas bakterial
Faktor – faktor antibakterial Saliva
Saliva mengandung berbagai bahan anorganik dan organic.
Bahan – bahan organicnya meliputi; ion, gas, bikarbonat, natrium,
kalium, posfat, kalsium, fluor, ammonia, dan karbondioksida.
Kandungan organiknya antara lain adalah lisosim, laktoferin,
mieloperoksidase, laktoperoksidase, aglutinin (seperti glikoprotein,
mucin, β2-makroglobulin, fibronektin) dan antibody.
1. Lisosim: memutus ikatan antara komponen-komponen struktural
dinding sel bakteri yang mengandung glikopeptida asam muramat
seperti spesies Veilonella dan Actinobacillus
actinomycetemcomitans.
2. Sistem laktoperoksidase-tiosianat: bakterisid terhadap strein
Lactobacillus dan Streptococcus dengan jalan menghalangi
akumulasi lisin dan asam glutamat yang dibutuhkan bakteri.
3. Laktoferin: efektif terhadap strein Actinobacillus.
4. Mieloperoksidase adalah ensim mirip peroksidase yang dilepas
lekosit dan bakterisid terhadap Actinobacillus.
Antibodi saliva
Saliva mengandung banyak antibody, terutama immunoglobulin A.
Antibody saliva disintesis secara local terbukti dari tidak bereaksinya
antibody saliva terhadap strein bakteri yang khas pada usus. Banyak
bakteri yang terdapat dalam saliva yang dibalut oleh IgA, dan deposit
bacterial pada permukaan gigi mengandung IgA dan IgG.
Immunoglobulin yang ada pada saliva dapat menghambat perlekatan
spesies streptococcus ke sel-sel epitel dan menghambat kemampuan
bakteri melekat ke permukaan mukosa dan gigi.
Pada waktu berjangkitnya penyakit periodontal, ada peningkatan
konsentrasi enzim saliva. Enzim dimaksud adalah hialuronidase, lipase,
16
β-gluronidase, kondroitin sulfatase, dekarboksilase asam amino, katalase,
peroksidase, dan kolagenase. Enzim proteolitik yang ada dalam saliva
dihasilkan oleh bakteri. Enzim-enzim tersebut berperan dalam memulai
dan berkembangnya penyakit periodontal.
Untuk melawan enzim tersebut, saliva mengandung :
Antiprotease yang menghambat protease sistein seperti katepsin
Antileukoprotease yang menghambat elastase
3. Inflamasi
Inflamasi adalah suatu respons protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik
yang diakibatkan oleh kerusakan asal.
Inflamasi melaksanakan tugas pertahanannya dengan mengencerkan,
menghancurkan dan menetralkan agen berbahaya misalnya mikroba, dan toksin.
Inflamasi kemudian kemudian menggerakkan berbagai kejadian yang akhirnya
menyembuhkan dan menyusun kembali tampat terjadinya jejas. Dengan demikian,
inflamasi juga saling terkaiterat dengan pro, dan atauyes perbaikan, yang
mengganti jaringan yang rusak dengan regenerasi sel parenkim, dan atau dengan
pengisian setiap defek yang tersisa dengan jaringan parut fibrosa. Walaupun
inflamasi membantu membersihkan infeksi dan, bersama-sama dengan proses
perbaikan memungkinkan terjadinya penyembuhan luka, baik inflamasi ataupun
proses perbaikan sangat potensial menimbulkan bahaya. Oleh karena itu respon
radang merupakan dasar terjadinya reaksi anafilaktik yang mengancam nyawa
seseorang misalnya adalah akibat gigitan serangga dan konsumsi obat.
A. Inflamasi Akut
Inflamasi Akut merupakan Respons segera dan dini terhadap jejas
yang dirancang untuk mengirimkan leukosit ke tempat jejas. Sampai di
tempat jejas, leukosit akan membersihkan setiap mikroba yang menginvasi
dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik.
Proses ini memiliki dua komponen utama :
17
1. Perubahan Vaskular. Perubahan dalamkaliber pembuluh darah
yang mengakibatkan peningkatan alikran darah (vasodilatasi) dan
perubahan struktural yang memungkinkan protein plasma untuk
meninggalkan sirkulasi (Peningkatan permeabilitas vascular)
2. Berbagai kejadian yang terjadi pada sel : Emigrasi leukost dari
mikro sirkulasi dan akumulasinya di focus jejas (rekrutmen dan
aktivasi selular).
Perubahan Vaskular
Perubahan pada caliber dan aliran pembuluh dara. Perubahan ini
dimulai relative lebih cepat setelah jejas terjadi, tetapi dapat
berkembang dengan kecepatan yang beragam, bergantung pada
sifat dan keparahan jejas asalnya.
Setelah vaasokontriksi sementara (beberapa detik saja),
terjadilah vasodilatasi arteriole, yang mengakibatkan
peningkatan aliran darah, dan penyumbatan lokal
(hiperemia) pada aliran darah kapiler selanjutnya. Pelebaran
pembuluh darah ini merupakan penyebab timbulnya warna
merah (eritema) dan hangat yang secara khas terlihat pada
inflamasi akut.
Selanjutnya, mikrosirkulasi menjadi lebih permeable,
mengakibatkan masuknya cairan kaya protein ke dalam
jaringan ekstra vascular. Hal ini menyebabkan sel darah
merah menjadi lebih terkonsentrasi dengan baik sehingga
meningkatkan viskositas darah dan memperlambat
sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini digambarkan
oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh darah kecil yang
dipadati oleh eritrosit. Proses tersebut dinamakan dengan
stasis.
Saat terjadinya stasis, leukosit (terutama neutrophil) mulai
keluar dari aliran darah dan berakumulasi di sepanjang
18
permukaan endotel pembuluh darah. Proses ini dinamakan
dengan marginasi. Setelah melekat pada sel endotel,
leukosit menyelip di antara sel endotel tersebut dan
bermigrasi melewati dinding pembuluh darah menuju ke
jaringan interstisial.
Gambar Peristiwa menyelinapnya leukosit di antara sel-sel
endotel
Peningkatan Permeabilitas Vaskular.
Pada tahap awal inflamasi, vasodilatasi arteriole dan aliran
darah yang bertambah meingkatkan tekanan hidrostatik
intravaskuler dan pergerakan cairan dari kapiler. Cairan ini
dinamakan dengan transudate pada dasarnya merupakan ultrafiltrat
plasma darah dan mengandung sedikit protein. Namun demikian,
transudasi segera menghilang dengan meningkatnya permeabilitas
vascular yang memungkinkan pergerakan cairan kaya protein,
bahkan sel ke dalam interstisium disebut (eksudat). Hilangnya
19
cairan kaya protein kedalam ruang perivaskular menurunkan
tekanan osmotic intravascular dan meningkatkan tekanan osmotic
cairan interstisial. Hasilnya adalah mengalirnya air dan ion ke
dalam jaringan ekstra vascular, akumulasi dari cairan ini disebut
dengan edema.
Gambaran sel Endotel pembuluh darah saat normal dan saat
terdapat celah (interendothelial space)
Berbagai Peristiwa yang Terjadi Pada Sel
Urutan kejadian ekstravasasi leukosit dari lumen pembuluh
darah ke ruang ekstravaskular dibagi menjadi (1) Marginasi dan
Rolling (2) Adhesi dan transmigrasi antarsel endothel , dan (3)
Migrasi pada jaringan interstisial terhadap suatu rangsangan
kemotaktik. Rolling dan adhesi diperantarai oleh ikatan molekul
adhesi komplementer pada leukosit dan permukaan endothel.
Mediator kimiawi-kemoatraktan dan sitokin tertantu memengaruhi
proses ini dengan mengatur ekspresi permukaan atau aviditas
molekul adhesi.
20
Gambar Urutan Emigrasi Leukosit Pada Inflamasi
Kemotaksis dan Aktivasi
Setelah terjadi ekstravasasi dari darah, leukosit
bermigrasi menuju tempat jejas mendekati gradient
kimiawi pada suatu proses yang disebut kemotaksis. Kedua
zat ini eksogen dan endogen dapat bersifat kemotaktik
terhadap leukosit, meliputi (1) Produk Bakteri yang dapat
larut khususny peptide dengan N-formil-metionin termini,
(2) Komponen system komplemen terutama C 5a (3)
Produk metabolisme asam arakhidonat (AA) jalur
lipoksigenase, terutama leukotrien B4 dan Sitokin terutama
kelompok kemokin misalnya Inter Leukin-8.
Fagositosis dan Degranulasi
Fagositosis dan elaborasi enzim degradatif merupakan
dua manfaat utana dari adanaya leukosit yang direkrut pada
tempat inflamasi. Fagositosis terdiri atas tiga langkah
21
berbeda tetapi saling terkait. (1) Pengenalan dan perlekatan
partikel pada leukosit yang menelan, (2) penelanan, dengan
pembentukan vakuola fagositik selanjutnya, dan (3)
pembunuhan dan degradasi material yang ditelan.
B. Inflamasi Kronik
Inflamasi Kronik dapat dianggap sebagai inflamasi memanjang
(berminggu-minggu, bulan bahkan tahun), dan terjadi inflamasi aktif ,
jejas jaringan, dan penyembuhan secara serentak.
Berlawanan dengan inflamasi akut yang dibedakan dengan
perubahan vascular, edema dan infiltrate neutrofilik yang sangat banyak,
inflamasi kronik ditandai dengan hal-hal berikut :
Infiltasi Sel Mononuklear (rdang kronik) yang mencakup
makrofag limfosit, dan sel plasma.
Destruksi jaringan, sebgaian besar diatur oleh sel radang.
Repair (perbaikan) melibatkan proliferasi pembuluh darah
baru (angiogenesis) dan fibrosis.
4. Inflamasi Gingiva
Perubahan patologis pada gingivitis dihubungkan dengan jumlah
mikrorganisme dalam sulkus gusi. Organisme ini memiliki kemampuan untuk
mensintesis produk (kolagenase, hialuronidase, protease, kondrotin sulfatase, atau
emdotoksin) yang menyebabkan kerusakan pada epithelial dan jaringan ikat, juga
kandungan interselular seperti kolagen, substansi dasar, dan glikokaliks (cell
coat). Hal ini mengakibatkan perluasan ruang antara sel-sel epithelial junction
selama gingivitis awal yang memungkinkan agen infeksi diperoleh dari bakteri
untuk mendapat jalan masuk ke jaringan ikat. Meskipun penelitian luas, kita
masih tidak dapat membedakan secara tepat antara jaringan gusi normal dengan
initial stage dari gingivitis. Kebanyakan biopsi dari gingival normal manusia
secara klinis mengandung sel-sel inflamasi yang predominan terdiri dari sel-sel T,
22
dengan sangat sedikit sel B atau plasma sel. Sel-sel ini tidak merusak jaringan,
tetapi mereka akan menjadi penting pada saat merespon bakteri atau substansi lain
yang mengganggu gingival. Dibawah kondisi normal, karena itu, aliran konstan
neutrofil bermigrasi dari pembuluh darah flexus gingival melewati epitel junction,
ke margin gingival, dan kedalam sulkus gingival kavitas oral.
Stage I Gingivitis: Inisial Lesion
Manifestasi pertama dari inflamasi gingiva adalah perubahan vaskularisasi
yaitu dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan inflamasi awal ini
terjadi dalam respon terhadap aktivasi mikroba dari resident leukosit dan stimulasi
dari sel endothelial. Secara klinis, respon awal ginggiva terhadap bakteri plak ini
tidak kelihatan.
Secara mikroskopik, beberapa ciri klasik inflamasi akut dapat dilihat pada
jaringan ikat dibawah epithelial junction. Ciri morfologi perubahan pembuluh
darah (pelebaran kapiler dan venula) dan adheren dari neutofil terhadap dinding
pembuluh (marginasi) terjadi dalam 1 minggu dan kadang-kadang lebih cepat 2
hari setelah plak dapat terakumulasi. Leukosit, Polymorphonuclear Neutrophils
(PMN`s) utama, meninggalkan pembuluh darah kapiler dengan bermigrasi
melewati dinding ( diapedesis, emigrasi ). Mereka dapat terlihat dalam jumlah
banyak pada jaringan ikat, epithelial junction, dan sulkus gusi. Eksudat dari cairan
sulkus ginggiva dan protein serum ekstravaskular terdapat disini. Bagaimanapun,
penemuan ini tidak diiringi dengan manifestasi dari kejelasan kerusakan jaringan
pada lampu mikroskop atau level ultrastruktural; mereka tidak membentuk sebuah
rembesan (infiltrate ); dan kehadirannnya tidak dipertimbangkan dalam perubahan
patologi.
Perubahan juga dapat terdeteksi dalam epithelial junction dan jaringan ikat
perivaskuler pada tahap awal ini. Limfosit segera terakumulasi. Peningkatan pada
migrasi leukosit dan akumulasinya sampai sulkus gusi dapat dikorelasikan dengan
peningkatan aliran cairan ginggiva dalam sulkus. Karakter dan intensitas respon
host menentukan apakah lesi inisial dapat dipecahkan secara cepat, dengan
23
restorasi jaringan kembali ke keadaan normal, atauperlahan-lahan berkembang
menjadi lesi inflamasi kronik. Jika hal ini terjadi, infiltrasi makrofag dan sel
limfoid muncul dalam beberapa hari.
Stage II Gingivitis : The Early Lesion
The early lesion berkembang dari initial lesion dalam 1 minggu setelah
permulaan akumulasi plak. Secara klinis, early lesion mugkin tampak seperti
gingivitis awal, yang berkembang dari inisial lesion. Seiring berjalannya waktu,
tanda-tanda klinis eritema dapat terlihat, terutama proliferasi kapiler dan
peningkatan formasi loop kapiler antara rete pegs atau ridges. Perdarahan pada
pemeriksaan mungkin juga terjadi. Aliran cairan gingiva dan jumlah dari leukosit
yang bertransmigrasi mencapai jumlah maksimum antara 6 sampai 12 hari setelah
onset dari gingivitis klinik.
Pemeriksaan mikroskopik gusi memperlihatkan infiltrasi leukosit pada
jaringan ikat dibawah epithelial junction terdiri dari limfosit utama ( 75% dengan
sel T mayor ), tetapi juga membuat beberapa migrasi neutrofil, seperti makrofag,
sel plasma, dan mast sel. Semua perubahan terlihat dalam lesi inisial berlanjut ke
intensitas dengan early lesion. Epithelium junction menjadi infiltrasi padat dengan
neutrofil, seperti sulkus ginggiva, dan epithelium junction mulai menunjukkan
perkembangan rete pegs atau ridges.
Terdapat peningkatan jumlah destruksi kolagen; 70% kolagen dihancurkan
disekitar infiltrasi selular. Kelompok serat utama mengakibatkan kolagen terlihat
berbentuk sirkuler dan kumpulan-kumpulan serat dentoginggiva.Perubahan pada
ciri morfologi pembuluh darah juga dapat dilihat.
PMN`s yang telah meninggalkan pembuluh darah karena respon terhadap
stimuli kemotaktik dari komponen plak yang berjalan ke epithelium, menyebrangi
lamina basalis,dan ditemukan pada epithelium dan muncul di daerah poket..
PMNs menarik bakteri dan terjadi fagositosis. PMN`s mengeluarkan lisosom
berhubungan dengan ingesti bakteri. Fibroblast menunjukkan perubahan
sitotoksik dengan penurunan kapasitas produksi kolagen.
24
Stage III Gingivitis : The Established Lesion
Established lesion karakteristiknya berupa predominan sel plasma dan
limfosit B dan kemungkinan berhubungan dengan pembentukan batas poket
gingival kecil dengan poket epithelial. Sel B yang ditemukan dalam established
lesion predominan oleh imunoglobin G1 (IgG1) dan G3 (IgG3).
Pada gingivitis kronis (stage III), yang terjadi 2 atau 3 minggu setelah
permulaan akumulasi plak, pembuluh darah menjadi engorged dan padat, vena
kembali dirusak, dan aliran darah menjadi lambat. Hasilnya adalah anoxemia
ginggiva local, yang ditandai dengan adanya corak kebiru-biruan pada gusi yang
merah. Ekstravasasi dari sel darah merah kedalam jaringan ikat dan terganggunya
25
haemoglobin dalam komponen pigmen dapat juga memperdalam warna
kekronisan inflamasi ginggiva. Established lesion dapat dijelaskan secara klinis
selayaknya inflamasi ginggiva pada umumnya.
Secara histology, reaksi inflamasi kronik dapat diobservasi. Beberapa
penelitian menunjukkan inflamasi gingival kronik. Ciri kunci yang membedakan
established lesion adalah peningkatan jumlah sel plasma. Sel plasma menyerbu
jaringan ikat tidak hanya dibawah epithelial junction, tetapi juga jauh didalam
jaringan ikat, sekitar pembuluh darah, dan antara kelompok-kelompok serat
kolagen. Epithelial junction menyingkap ruangan interselular diisi dengan debris
granular sel, termasuk lisosom diperoleh dari neutrofil, limfosit, dan monosit yang
terganggu. Lisosom mengandung asam hidrolase yang dapat menghancurkan
komponen jaringan. Epithelial junction berkembang menjadi rete pegs atau ridges
yang menonjol dalam jaringan ikat, dan lamina basalis dihancurkan pada beberapa
area.Pada jaringan ikat, serat kolagen dihancurkan disekitar perembesan dari
plasma sel yang intact dan terganggu.
Predomonan dari sel plasma menjadi karakteristik utama dari established
lesion.Bagaimanapun, beberapa penelitian dari eksperimen gingivitis pada
manusia telah gagal mendemonstrasikan predominansi sel plasma dalam
mempengaruhi jaringan ikat, termasuk satu penelitian dalam durasi 6 bulan.
Peningkatan dari proporsi sel plasma diperjelas dengan gingivitis yang tahan
lama, tetapi waktu untuk perkembangan established lesion mungkin melebihi 6
bulan.
Stage ini terlihat adanya hubungan terbalik antara jumlah kelompok
kolagen intact dan jumlah sel-sel inflamasi. Aktivitas kolagenolitik ditingkatkan
dalam jaringan gusi yang mengalami inflamasi melalui enzim kolagenase.
Kolagenase secara normal berada pada jaringan gusi dan dihasilkan melalui
beberapa bakteri oral dan PMN`s.
Penelitian menunjukkan bahwa inflamasi ginggiva kronik mengalami
peningkatan level asam dan alkaline fosfat, β- glukuronidase, β -glukosidase, β-
galaktosidase, esterase, aminopeptida,sitokrom oksidase, elastase, laktat
dehidrogenase, dan aril sulfatase, semuanya dihasilkan dari bakteri dan
26
penghancuran jaringan. Tingkat mukopolisakarida netral diturunkan, agaknya
merupakan hasil dari degradasi substansi dasar.
Established lesion terdapat 2 tipe: beberapa tetap stabil dan tidak
mengalami progress untuk beberapa bulan atau tahun dan yang lain menjadi lebih
aktif dan berubah untuk penghancuran lesi secara progresif. Established lesion
juga tampak reversible. Flora kembali dari karakteristik yang mendukung
kerusakan lesi menjadi asosiasi dengan kesehatan periodontal. Persentase sel
plasma menurun drastis, dan jumlah limfosit meningkat secara proporsional.
Stage IV Gingivitis : The Advanced Lesion
Perluasan lesi kedalam tulang alveolar merupakan karakter dari stage ke
empat yang disebut advanced lesion. Secara mikroskopik, terdapat fibrosis pada
gingival dan manifestasi inflamasi yang menyebar dan kerusakan jaringan
imunopatologi. Pada dasarnya,dalam advanced lesion, sel plasma berlanjut
mendominasi jaringan ikat, dan neutrofil berlanjut mendominasi epithelial
junction dan celah gingival.Gingivitis akan mengalami progress menjadi
periodontitis hanya pada individu yang rentan.
27
5. Gingivitis Marginalis Kronis dan Hiperplasia Gingiva
1. Gingivitis Marginalis Kronis
Gingivitis Marginalis Kronis merupakan penyakit peradangan gingiva
bagian marginal yang tanpa disertai rasa sakit dan merupakan stadium paling awal
dari penyakit periodontal. Penyakit ini paling banyak diderita oleh anak – anak.
Karena anak – anak memiliki oral hygiene yang buruk, dan tidak mampu untuk
membersihkan sisa – sisa makanan secara sempurna, sehingga peluang untuk
terdapatnya plak adalah lebih tinggi.Pembentukan plak pada anak- anak berusia
8-12 tahun adalah lebih cepatdaripada orang dewasa.
Peradangan gusi pada anak – anak sendiri sebagian besar disebabkan oleh
penimbunan bakteri plak, selain itu juga kebersihan mulut yang kurang baik,
terdapatnya materi alba, dan kalkulus. Materi alba merupakan deposit lunak yang
berwana kuning atau putih keabu-abuan yang biasanya melekat pada permukaan
gigi, gingiva, kalkulus, maupun restorasi, dimana proses pembersihannya lebih
mudah daripada plak. Selain hal diatas, iritasi lain dapat ditimbulkan karena
adanya pinggiran karies atau adanya tepi tambalan yang berlebih.
Pada penderita gingivitis marginalis kronis, terdapat beberapa perubahan
jika dibandingkan dengan gingiva normal, antara lain adanya perubahan pada
warna, ukuran, konsistensi, dan tekstur permukaannya. Pada penderita gingivitis
marginalis kronis, terlihat penampakan warna gingiva menjadi kemerahan.Hal ini
dapat disebabkan karena pembuluh darah yang mengalami vasodilatasi sehingga
ketika pembuluh darah membesar, aliran darah juga ikut meningkat sehingga
membuat warna gingiva menjadi merah.ketika pembuluh darah membesar, lapisan
28
endotel yang menyelimutinya menjadi renggang, sehingga memungkinkan
leukosit untuk diapedesis dan keluar ke jaringan yang mengalami peradangan.
Eksudasi juga dapat terjadi dan menyebabkan aliran darah terhambat, termasuk
aliran darah balik.Sehingga eritrosit dapat rusak atau pecah dan mengeluarkan Hb
yang menyebabkan warna merah pada gingiva.Pada respon inflamasi kronis,
selain yang telah dijelaskan di atas terjadi pula proliferasi berupa angiogenesis dan
meningkatnya fibroblast.
Ketika pembuluh darah mengalami vasodilatasi, ukurannya juga semakin
membesar, sehingga gingiva juga terlihat membengkak, dan pada akhirnya
menyebabkan konsistensinya menjadi lunak karena jaringan kolagennya banyak
yang rusak dan teksturnya menjadi halus dan mengkilap.
2. Hiperplasia Gingiva
Perbesaran gigiva dibagi menjadi dua macam, yaitu hiperplasia gingiva
dan hipertropi gingiva.Hipertropi gingiva yaitu suatu keadaan yang disebabkan
pertambahan ukuran sel pada jaringan gingival. Hiperplasia gingival merupakan
suatu keadaan yang disebabkan karena proliferasi berlebihan pada fibroblast dan
pertambahan sintesis kolagen.
29
Gambar Hiperplasia gingival pada mandibula
Gambar hyperplasia gingival pada maksila
Patogenesis hyperplasia diawali dengan adanya bahaya pada jaringan.
Bahaya dapat disebabkan akumulasi bakteri plak, iritasi, trauma alergi, dan
sebagainya. Bahaya atau jejas menstimulus respon jaringan, selanjutnya dasar
jaringan ikat akan menstimulus untuk jaringan berproliferasi. Proliferasi sel akan
mengakibatkan bertambahnya jumlah sel sehingga aktivitas fungsional untuk
pertahanan juga meningkat. Bertambahnya sel akibat proliferasi mengakibatkan
terjadinya hyperplasia. Hiperlasia bisa terjadi pada satu area atau tersebar, bahkan
bisa sampai menutupi mahkota gigi. Hiperplasi yang terbentuk disertai dengan
oral higien yang rendah akan menyebabkan akumulasi plak sehingga dapat
menimbulkan peradangan skunder.
Faktor – faktor hyperplasia gingival yaitu:
1. Perbesaran karena inflamasi
Perbesaran karena inflamasi dibedakan menjadi dua , yaitu karena
peradangan kronis dan karena peradangan akut. Pada peradangan akut, hiperplasi
terjadi setempat, local, atau menyeluruh yang diawali pembesaran pada margin
gingival atau interdental papil. Hiperplasia biasanya menyebar sampai bagian
bukal atau lingual yang dapat membesar hingga menutupi sebagian mahkota. Ciri
30
–ciri dari hyperplasia keradangan kronis yaitu perbesaran, warna gingival merah
pekatatau merah kebiruan, permukaan tipis, dan mudah mengalami pendarahan.
Etiologi hiperplasi disebabkan iritasi local yang berlangsung lama, oral higien
buruk, akumulasi bakteri plak, alat ortodontik, kavitas di servikal, sisa makanan,
plat protesa lepasan, serta bernafas melalui mulut yang akan menyebabkan
dehidrasi permukaan gingival dan berakibat pada iritasi jaringan.
Pada keradangan akut dapat ditandai dengan adanya abses gingival,
kadang sampai menimbulkan ulserasi, timbul mendadak, sakit yang terlokalisir,
persebaran terbatas pada margin gingival atau interdental papil. Etiologi hiperplasi
keradangan akut disebabkan akumulasi bakteri karena iritasi benda asing yang di
timbulkan dari cara menyikat gigi yang salah,penggunaan tusuk gigi yang tidak
sesuai,serta makanan keras yang member tekanan atau iritasi.
2. Hiperlasia gingival karena konsumsi obat-obatan
Konsumsi obat dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan dari
hyperplasia gingival. Konsumsi obat dapat menyebabkan inflamasi serta fibrosis,
namun efek yang ditimbulkan bergantung pada durasi konsumsi obat, dosis obat
yang dikonsumsi, identitas obat, kualitas oral higien, genetic, serta lingkungan.
Semua faktor bervariasi dan menimbulkan efek yang bervariasi juga.
3. Hiperplasia gingival karena kondisi tertentu
a. Hereditas ( Terjadi pada down syndrome, klinifelter, dan beberapa
syndrome hereditas lainnya)
b. Ketidak seimbangan Hormon yang sering terjadi di dalam tubuh ketika
pubertas, hamil, dan beberapa kondisi tertentu lain. Sebagian besar
ketidak seimbangan hormon menyebabkan imunitas menurun sehingga
berpotensi meningkatkan proliferasi jaringan gingiva sebagai respon
iritasi dan bahaya lainnya.
c. Defisiensi Vitamin C mempengaruhi sintesis kolagen, sehingga
sintesis kolagen berkurang yang menyebabkan degenerasi
kolage ,edema, serta perdarahan spontan.
31
d. Hiperplasi gingival karena penyakit sistemik, seperti terjadi pada
penderita leukemia. Pada penderita leukima terjadi kerusakan pada
fungsi sumsum tulang yang menyebabkan kerentanan infeksi.
Kerentangan tersebut memicu infiltrasi sel-sel ganan ke gingival
sehingga menyebabkan stimulus proliferasi dan hyperplasia pada
gingival.
6. Gambaran Klinis, dan HPA dari Gingivitis Hiperplasia dan Gingivitis Marginalis
Kronis
6.1 Gingivitis Hiperplasia
Gingivitis hiperplasia merupakan peningkatan ukuran gingiva karena terjadi
peningkatan jumlah sel. Berdasarkan faktor etiologi dan patologinya, dibedakan
menjadi:
a. Inflammatory enlargement
b. Drug-induced enlargement
c. Enlargement associated with systemic disease
d. Neoplastic enlargement
e. False enlargement
a. Inflammatory Enlargement
Gingival enlargement ini dapat dihasilkan dari inflamasi kronis atau
perubahan akut. Selain itu, inflammatory enlargement biasanya adalah komplikasi
sekunder ke salah satu jenis lain dari pembesaran, membentuk pembesaran
gingiva gabungan.
1. Chronic Inflammatory Enlargement
Klinis
Chronic inflammatory enlargement tampak seperti balon pada papilla
interdental dan marginal gingiva. Pada tahap awal, akan membentuk
tonjolan di sekitar gigi yang terlibat. Tonjolan ini ukurannya dapat
meningkat sampai menutupi bagian dari mahkota. Pembesaran
berlangsung perlahan-lahan dan tanpa rasa sakit, kecuali karena infeksi
akut atau trauma. Kadang-kadang, Chronic Inflammatory Enlargement
32
berupa discrete sessile atau massa yang menyerupai tumor. Hal ini terjadi
di bagian interproksimal atau pada marginal gingiva atau attached gingiva.
Histopatologi
Menunjukkan gambaran inflamasi kronis yang eksudatif dan proliferasi.
Lesi yang secara klinis berwarna merah atau merah kebiruan yang lembut
dengan permukaan halus, mengkilap, dan mudah berdarah. Lesi relatif
kuat, dan memiliki komponen fibrosis yang lebih besar yaitu fibroblas dan
serat kolagen.
Etiologi.
Chronic inflammatory enlargement disebabkan oleh akumulasi plak gigi.
Faktor-faktor yang mendukung akumulasi plak dan retensi termasuk oral
hygiene yang buruk, kelainan anatomi, restorasi yang tidak layak, dan
peralatan ortodontik.
2. Acute Inflammatory Enlargement
a. Gingival Abcess
Klinis
Gingival abcess bersifat lokal, terasa sakit, dan lesi berkembang pesat. Hal
ini umumnya terbatas pada gingiva marginal atau interdental papilla. Pada
tahap awal, tampak sebagai pembengkakan merah dengan permukaan halus
dan mengkilap. Dalam waktu 24 sampai 48 jam, lesi biasanya menjadi
berfluktuasi dengan purulent eksudat. Gigi yang berdekatan sering sensitif
terhadap perkusi dan dapat pecah secara spontan.
Histopatologi
Gingival abcess terdiri dari purulent dalam jaringan ikat, dikelilingi oleh
infiltrasi difus leukosit polimorfonuklear (PMN), pembengkakan jaringan,
dan pembengkakan pembuluh darah. Epitel permukaan memiliki berbagai
tingkat intraseluler dan ekstraseluler, invasi edema oleh leukosit, dan
kadang-kadang ulserasi.
33
Etiologi
Hasil acute inflammatory enlargement dari bakteri dibawa ke dalam
jaringan, ketika zat asing (misalnya, bulu sikat gigi, atau fragmen lobster
shell) tertanam dalam gingiva. Lesi hanya terbatas pada gingiva.
b. Periodontal Abcess
Lesi pada periodontal abcess sudah melibatkan jaringan periodontal.
Secara umum periodontal abcess memproduksi enlargement pada gingiva.
2. Drug-Induced Enlargement
Penyakit gingiva akibat obat semakin lazim karena peningkatan
penggunaan obat diketahui menyebabkan pembesaran gingiva (misalnya,
antikonvulsan obat-obatan seperti phenytoin, obat-obatan imunosupresif seperti
cyclosporine, dan kalsium channel blockers seperti nifedipine, verapamil,
diltiazem, dan natrium valproate). Keparahan pembesaran gingiva pasien dalam
merespon obat yang spesifik dapat dipengaruhi oleh akumulasi plak yang tidak
terkendali, serta peningkatan level hormon.
Peningkatan penggunaan kontrasepsi oral oleh wanita premenopause telah
dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi pada peradangan gingiva dan
pengembangan pembesaran gingiva, dan dapat dihentikan dengan penghentian
kontrasepsi oral.
Gambar: Pembesaran Gingiva
1. Antikonvulsi
Phenytoin
34
Obat antikonvulsi ini digunakan untuk penderita epilepsi. Insiden
terjadinya 3% sampai 84,5% pada usia muda. Phenytoin dapat merangsang
proliferasi sel fibroblast dan epithelium. Fibroblas dari phenytoin-induced
gingival overgrowth menunjukkan peningkatan sintesis glikosaminoglikan
sulfat di vitro. Phenytoin dapat menyebabkan penurunan degradasi kolagen
sebagai hasil dari produksi dari fibroblastik aktif kolagenase.
2. Immunosupressan
Siklosporin
Siklosporin adalah imunosupresif yang ampuh digunakan untuk mencegah
penolakan organ transplantasi dan untuk mengobati beberapa penyakit
autoimun. Mekanisme yang tepat secara selektif dan reversibel
menghambat sel T helper, yang berperan dalam respon imun seluler dan
humoral. Siklosporin A (Sandimmune, Neoral) diberikan intravena atau
melalui per-oral, dan dosis yang lebih besar dari 500 mg/hari telah
dilaporkan untuk menginduksi pembesaran gingiva.
3. Calcium Channel Blockers
Calcium channel blockers adalah obat yang dikembangkan untuk
pengobatan kondisi kardiovaskular seperti hipertensi, angina pektoris, dan
aritmia jantung. Bekerja dengan menghambat masuknya ion kalsium yang
melintasi membran sel jantung dan sel otot halus, menghalangi mobilisasi
kalsium intraseluler. Calcium channel blockers menginduksi dilatasi dari
arteri koroner dan arteriola, meningkatkan suplai oksigen ke otot jantung,
tetapi juga mengurangi hipertensi dengan melebarkan pembuluh darah
perifer.
3. Enlargement Associated with Systemic Disease
Penyakit sistemik dapat mengembangkan manifestasi oral yang mungkin
termasuk pembesaran gingiva. Penyakit-penyakit dan kondisi dapat
mempengaruhi periodonsium oleh dua mekanisme yang berbeda, sebagai berikut:
1. Pembesaran dari peradangan yang ada karena plak gigi (Conditioned
Enlargement). Kelompok penyakit ini, termasuk beberapa kondisi
35
hormonal (misalnya, kehamilan dan pubertas), penyakit gizi seperti
defisiensi vitamin C, dan beberapa kasus dimana pengaruh sistemik tidak
teridentifikasi (nonspesifik conditioned enlargement).
2. Manifestasi dari penyakit sistemik terlepas dari status inflamasi gingiva.
Kelompok ini dibagi menjadi penyakit sistemik yang menyebabkan
pembesaran gingiva dan neoplastik enlargement (Tumor gingiva).
1. Conditioned Enlargement
Conditioned enlargement terjadi ketika ada faktor lokal, dan memperparah
respon gingiva terhadap plak. Conditioned enlargement berbeda dari
gingivitis kronis tergantung pada sifat dari pengaruh sistemik. Bakteri plak
diperlukan untuk inisiasi dari jenis pembesaran. Namun, plak bukanlah
penentu tunggal dari sifat gambaran klinis. Conditioned enlargement
dibedakan menjadi tiga jenis yaitu hormonal (kehamilan, pubertas), gizi
(terkait dengan defisiensi vitamin C), dan alergi.
Enlargement di Kehamilan
Enlargement di kehamilan dapat terletak di marginal, dapat tampak
umum atau tunggal (tumor like masses). Selama kehamilan, ada
peningkatan kadar progesteron danestrogen, pada akhir trimester ketiga
mencapai tingkat 10 dan 30 kali tingkat saat siklus menstruasi. Perubahan
hormonal menyebabkan perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah,
menyebabkan edema gingiva, dan meningkatkan respon inflamasi
terhadap plak gigi. Mikrobiota subgingival mungkin juga mengalami
perubahan, termasuk peningkatan Prevotella intermedia.
Gambaran klinisnya bervariasi. Pembesaran padat dan cenderung
menonjol secara interproksimal dari gingival margin atau interproksimal
space. Gingiva berwarna merah terang atau magenta, halus, dan
permukaan halus mengkilap. Perdarahan terjadi secara spontan.
Lesi muncul sebagai discrete, mushroomlike, flattened spherical
mass yang menonjol dari margin gingiva atau interproksimal space dan
melekat oleh sessile atau pedunculated base. Umumnya berwarna merah
36
kehitaman atau magenta, memiliki permukaan halus mengkilat, dan
merupakan lesi superfisial.
Enlargement pada Masa Pubertas
Pembesaran gingiva ini muncul pada saat pubertas, pada remaja
pria maupun wanita, terutama
untuk area yang mempunyai
akumulasi plak. Secara klinis
dapat ditemukan pembesaran
karena faktor local. Pada
marginal dan interdental
terdapat gambaran bulbous di
interproksimal papilla.
Gambar: Gingivitis Terkait dengan Pubertas
Enlargement pada Defisiensi Vitamin C
Defisiensi vitamin C tidak menyebabkan pembesaran gingiva,
namun menyebabkan pendarahan, degenerasi kolagen, dan edema pada
jaringan ikat gingiva. Kombinasi defisiensi vitamin C dengan keradangan
pembesaran gingiva disebut scurvy.
Nonspesifik Conditioned Enlargement
Merupakan pembesaran gingival mirip tumor karena trauma.
Gambaran klinisnya bervariasi, berupa massa tumor yang berdungkul,
berwarna merah terang atau magenta, permukannya ulserasi dan purulen.
2. Penyakit Sistemik yang Mempengaruhi Gingival Enlargement
Leukimia
Secara klinis terdapat pembesaran diffus, marginal, seperti tumor pada
interproksimal. Berwarna merah kebiruan, memliki permukaan yang
mengkilat, dan konsistensi yang lunak serta mudah berdarah.
Granulomatous Disease
Merupakan suatu lesi akut granulomatous necrotizing pada saluran
pernafasan, dan jarang ditemukan. Berwarna ungu kemerahan, dan mudah
berdarah.
37
4. Neoplastic Enlargement
1. Tumor Jinak
Tumor yang berhubungan seperti epulis, fibroma, papilloma, peripheral
giant cell granuloma, central giant cell granuloma, leukoplakia, serta
gingival cyst.
2. Tumor Maligna
Frekuensinya rata-rata jarang ditemukan. Tumor yang berhubungan yaitu
karsinoma, melanoma maligna, sarkoma, dan metastasis tumor.
5. False Enlargement
Gingiva tidak mengalami pembesaran, namun tampak seperti mengalami
pembesaran. Pembesarannya berasal dari jaringan di bawahnya yaitu tulang/gigi.
6.2 Gingivitis Marginalis Kronis
Gambaran Klinis
1. Perubahan bentuk gingiva. Gingiva penderita gingivitis marginalis kronis
mengalami perubahan warna dari yang awalnya pink coral atau pink pucat
menjadi kemerah-merahan. Selain itu, gingiva penderita gingivitis marginalis
kronis memiliki kontur yang membesar atau membengkak sehingga tampak tidak
ramping dan sluice way menghilang, serta bentukan margin gingiva yang
seharusnya semakin knife-edge ke koronal juga menghilang. Apabila gingivitis
ini menyebar sampai ke attached gingiva, maka stippling pada permukaan
gingiva akan menghilang.
2. Perdarahan pada gingiva. Perdarahan pada gingiva seringkali terjadi saat
penderita menyikat gigi. Hal ini juga dapat disebabkan karena penderita
memakan makanan yang keras seperti apel. Namun, apabila penyakit ini sudah
terlalu parah, maka perdarahan dapat terjadi secara spontan karena gingiva yang
menjadi sangat lunak dan spongi.
3. Nyeri dan sakit. Rasa nyeri dan sakit merupakan gambaran klinis yang sangat
langka pada penyakit ini. Biasanya, penderita sama sekali tidak merasakan sakit
saat mengalami gingivitis marginalis kronis. Namun, pada beberapa kasus
gambaran klinis ini dapat ditemukan. Rasa nyeri dan sakit dapat dirasakan saat
38
penderita menyikat giginya. Seringkali, hal ini menyebabkan penderita menyikat
giginya dengan lebih lembut dan lebih jarang sehingga membuat plak semakin
terakumulasi dan memperparah penyakitnya.
4. Rasa tidak enak. Rasa tidak enak ini dirasakan penderita karena adanya
pedarahan pada daerah sulkus gingiva yang keluar hingga ke interdental papila.
Darah yang keluar ini pasti akan terhisap oleh penderita sehingga penderita
merasakan rasa tidak enak, yaitu darah, pada rongga mulutnya.
Gambaran Histopatologi
Gingiva penderita gingivitis
marginalis kronis yang mengalami
perubahan warna menjadi kemerah-
merahan disebabkan karena pembuluh
darah yang mengalami dilatasi.
Pembuluh darah yang mengalami
pembesaran ukuran akan menekan epitel
di atasnya sehingga lapisan epitel
menjadi tipis dan kehilangan
keratinisasinya, sehingga warna
pembuluh darah semakin terlihat dari
luar. Pembuluh darah yang mengalami
pembesaran menyebabkan jarak antarsel
endotelnya melebar sehingga
39
Gambar 1. Gingiva normal. Gambar 2. Gingiva yang mengalami gingivitis marginalis kronis.
permeabilitasnya menjadi berkurang. Permeabilitas yang berkurang menyebabkan cairan
keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan. Karena pembuluh darah
semakin membesar dan jarak antarsel endotelnya semakin melebar, maka sel-sel yang
seharusnya diam di dalam pembuluh darah terbawa cairan keluar dari pembuluh darah
dan memasuki jaringan, termasuk eritrosit. Hal ini membuat gingiva tampak kemerahan
dari luar. Cairan dan sel-sel yang mengisi jaringan menyebabkan jaringan semakin
membesar sehingga terjadi pembengkakan. Epitel yang menipis akibat tertekan oleh
pembuluh darah membuat fungsi protektif dari epitel menurun, sehingga apabila terjadi
rangsangan sekecil apapun, seperti sikat gigi, akan menyebabkan terlukanya permukaan
epitel dan menimbulkan perdarahan pada gingiva.
40
Gambar 3. Proses terjadinya gingivitis marginalis kronis secara mikroskopis.
BAB III
KESIMPULAN
Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi
processus alveolaris dan leher gigi. Secara klinis gingival mempunyai beberapa
bagian, yaitu Marginal Gingiva, Attached Gingiva, Interdental Papilla, dan Sulcus
Gingiva. Secara klinis, gambaran dari gingiva normal adalah warna gingiva yang
normal adalah merah jambu (coral pink), konturnya mengikuti bentuk CEJ,
konsistensinya adalah kenyal, tekstur permukaan attached gingiva adalah stippling
(seperti kulit jeruk) sedangkan untuk margin gingivanya adalah licin. Gingiva
memiliki mekanisme pertahanan yang terdiri dari empat komponen, yaitu
Deskuamasi epitel dan keratinisasi, Cairan sulkular, Leukosit pada daerah
Dentogingival, dan Saliva.
Inflamasi Gingiva terdiri atas stage 1: Inisial Lesion yang ditandai dengan
perubahan vaskularisasi yaitu dilatasi kapiler dan peningkatan aliran darah, stage
2: The early lesion yang ditandai dengan tanda klinis eritema, terutama proliferasi
kapiler dan peningkatan formasi loop kapiler antara rete pegs atau ridges, stage 3
The Established Lesion ditandai dengan anoxemia ginggiva local , dan stage 4 The
Advanced Lesion dimana terdapat fibrosis pada gingival dan manifestasi inflamasi
yang menyebar dan kerusakan jaringan imunopatologi.
Gingivitis marginalis kronis merupakan penyakit peradangan gingiva
bagian marginal yang tanpa disertai rasa sakit dan merupakan stadium paling awal
dari penyakit periodontal. Gambaran klinisnya antara lain adalah warna gingiva
yang memerah, BOP +, muncul rasa tidak enak.
Sedangkan Hiperplasia gingival adalah suatu keadaan yang disebabkan karena
proliferasi berlebihan pada fibroblast dan pertambahan sintesis kolagen. Gingivitis
hiperplasia merupakan peningkatan ukuran gingiva karena terjadi peningkatan
jumlah sel. Berdasarkan faktor etiologi dan patologinya, Hiperplasia gingiva
dibedakan menjadi Inflammatory enlargement, Drug-induced enlargement,
Enlargement associated with systemic disease, Neoplastic enlargement, False
enlargement.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Caranza, F.A. 2002. Clinical Periodontology.9th edition. Philadelphia:
W.B. Saunders Company.
2. Greenberg,Glick & Ship. 2008. Oral Medicine.India:BC DECKER
3. Kerr,Donald & Major.1960.Oral Pathology.Philadelphia: QUAE
PROSUNT OMNIBUS
4. Newman G.Michael, Henry H. Takei, Fermin A.Carranza. 2002.
Carranza’s Clinical Periodontology 10th edition. Philadelphia. Sounders
Company.
5. Purkait, Swapan Kumar. 2011.Essential of oral pathology. New
Delhi:JAYPEE
6. Reichart,P.A &Philipsen,Hans P.,2000. Color Atlas of Dental
Medicine :Oral Phatology.Germany: Georg Thieme Verlag
7. Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta:EGC
8. Sari, Desi Sandra.2006.Gingival Enlargement.Jember :FKG UJ
42