laptut kelompok 1

59
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya. Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Hadian Rahman sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini. Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar- besarnya atas kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari. 1

Upload: yolanda

Post on 09-Dec-2015

243 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laptut adik tingkat

TRANSCRIPT

Page 1: laptut kelompok 1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan

lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Hadian

Rahman sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan

diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut

berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini.

Kami juga ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas

kekurangan-kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-

mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami

lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian

hari.

Mataram, 28 September 2012

Penyusun

1

Page 2: laptut kelompok 1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………. 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………….. 2

Skenario………………………………………………………………………….3

Mind Map………………………………………………………………………. 4

Learning Objective (LO)……………..…………………………………………. 5

BAB I : Pendahuluan…………………..……………………………………….. 6

BAB II : Pembahasan LO...……………………………………………………...10

1. Kapan sistem keseimbangan terbentu………………………..…..……... 10

2. Peran penglihatan dalam keseimbangan……………………………...… 10

3. Histologi cerebellum…………………..………………………………... 11

4. Organ-organ yang berperan dalam regulasi keseimbangan………...…... 16

5. Uji keseimbangan……………………………………………………..

6. Mekanisme keseimbangan statis dan dinamis……………………….

BAB III : PENUTUP ……………………………………………………………44

Kesimpulan…………………………………………………………………..44

Daftar Pustaka…………………………………………………………………... 45

2

Page 3: laptut kelompok 1

SKENARIO 4

MENARI BALET YUKKK…

Seorang mahasiswi fakultas kedokteran tampak sedang asyik menonton

acara pertunjukan tarian balet di televisi. Mahasiswi tersebut sangat kagum

dengan penari tersebut karena mampu mempertunjukkan gerakan yang indah

tanpa mengalami gangguan keseimbangan. Penari tersebut mampu melakukan

gerakan berdiri diatas ujung jari kakinya sambil berjalan dan melakukan gerakan

berputar tanpa terjatuh. Penari balet tersebut mampu mengatur posisi kepala,

badan, tangan, dan kakinya sedemikian rupa sehingga mampu menjaga

keseimbangannya. Karena tertarik dengan gerakan-gerakan yang dilakukan penari

balet tersebut, tiba-tiba mahasiswi tersebut melakukan gerakan seperti yang

dilakukan oleh penari tersebut dengan melakukan gerakan berputar beberapa kali.

Namun, saat tiba-tiba berhenti, mahasiswi tersebut tampak mengalami gangguan

keseimbangan dan terlihat akan jatuh. Apa lagi saat dia berdiri dengan menutup

mata dan bergerak ke depan. Saat hampir terjatuh, mahasiswi tersebut secara

refleks tampak merentangkan tangan dan sedikit membungkuk sehingga posisi

badannya lebih stabil dan seimbang. Beberapa saat kemudian, mahasiswi tersebut

mampu berdiri dengan baik kembali. Karena penasaran dengan apa yang

dialaminya tadi, dia bertanya-tanya kenapa dia mengalami gangguan

keseimbangan dan apa saja yang berperan dalam menjaga keseimbangan

badannya.

3

Page 4: laptut kelompok 1

MIND MAP

4

Page 5: laptut kelompok 1

LEARNING OBJECTIVES

1. Kapan sistem keseimbangan terbentuk

2. Peran penglihatan dalam keseimbangan

3. Histologi cerebellum

4. Organ-organ yang berperan dalam regulasi keseimbangan

5. Uji keseimbangan

6. Mekanisme keseimbangan statis dan dinamis

5

Page 6: laptut kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

ANATOMI

1. Cerebellum

6

Page 7: laptut kelompok 1

Cerebellum merupakan suatu bagian suprasegmental otak dan terletak di

dalam fossa cranialis posterior. Atap fossa cranialis posterior berupa suatu sekat

dura mater yang dikenal sebagai tentorium cerebelli, yang memisahkan

cerebellum dari lobus occipitalis cerebri. Cerebellum terletak di sebelah dorsal

batang otak dan dihubungkan dengan komponen-komponen batang otak melalui

tiga pasang berkas yang padat, yaitu pedunculi cerebellares. Pada satu sisi

pedunculi cerebellares terdiri atas pedunculus cerebellares caudalis (corpus

restiforme), pedunculus cerebellares medius (brachium conjunctivum). Pedunculi

cerebellares ini terdiri atas serat-serat ekstrinsik cerebellum yang menghubungkan

cerebellum dengan daerah-daerah otak yang lain.

Apabila ditinjau dari sudut evolusi, embriologi dan fungsional maka

cerebellum dapat dibagi menjadi tiga bagian yang jelas sebagai berikut:

Archeocerebellum (archicerebellum)

Terdiri atas nodulus dan kedua flocculi atau seluruhnya disebut lobus

flocculonodularis. Archeocerebellum merupakan bagian cerebellum yang

paling tua dan mempunyai hubungan fungsional dengan nervus dan nuclei

vestibulares.

Paleoverebellum

Terdiri atas semua bagian cerebellum (bagian vermis dan hemispherium

cerebelli) di sebelah caranial fissure prima. Bagian ini lazim pula dikenal

sebagai lobus cranialis (anterior) cerebelli. Paleocerebellum menerima

impuls-impuls dari medulla spinalis melalui tractus spinocerebellares

(ventralis dan dorsalis) dan fibrae arcuate externae (tractus cuneocerebellaris)

yang menghantarkan impuls-impuls ini tertuma berasal dari reseptor-reseptor

regang. Oleh karena itu bagian cerebellum ini terutana bersangkutan dengan

pengendalian tonus otot.

Neocerebellum

Merupakan bagian paing muda dalam arti filogenetik dan juga

merupakan bagian yang paling besar pada cerebellum manusia.

7

Page 8: laptut kelompok 1

Neocerebellum merupakan bagian cerebellum yang terletak antara fissure

prima dan fissure dorsolateralis (fissure posterolateralis). Sebenarnya fissure

dosrsolatteralis merupakan fissure paling dini terbentuk pada embrio dan

bukan fissure prima. Neocerebellum terdiri atas bagian-bagian vermis dan

hemispherium dan juga dikenal sebagai lobus caudalais (posterior) cerebelli

dan bersangkutan dengan penerimaan impuls-impuls dari cortex cerebri

melalui nuclei pontis melalui susunan fibrae corticopontocerebellaris.

2. Ganglia Basalis

Ganglia basalis membantu merencanakan dan mengendalikan pola gerakan

otot yang kompleks, mengendalikan intensitas relatif dari gerakan paralel yang

multipel dan berturut turut untuk mencapai tujuan motorik spesifik yang rumit.

Ganglia basalis membentuk sistem asesori motorik lain yang biasanya

berfungsi tidak melalui diri sendiri tetapi berkaitan erat dengan korteks serebri

dan sistem pengatur motorik kortikospinal. Ganglia basalis menerima sebagian

besar sinyal input dari korteks serebri itu sendiri dan juga mengembalikan hampir

seluruh sinyal outputnya ke korteks juga.

Pada setiap sisi otak, ganglia ini terdiri dari nukleus kaudatus, putamen,

globus palidus, substansia nigra, dan nukleus subtalamikus. Semuanya terutama

terletak di sebelah lateral ke, dan mengelilingi talamus, menempati daerah yang

luas dari regio inferior pada kedua hemisferium serebri. Hampir semua serabut

saraf motorik dan sensorik yang menghubungkan korteks serebri dan medula

spinalis berjalan melalui ruang yang terletak di antara bagian utama ganglia

basalis, yaitu nukleus kaudatus dan putamen. Ruang ini disebut kapsula interna

dari otak.

8

Page 9: laptut kelompok 1

9

Page 10: laptut kelompok 1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Kapan Sistem Keseimbangan Terbentuk

Sistem keseimbangan terbentuk bersamaan dengan sistem saraf yang lainnya

yaitu sejak embrional. Perkembangannya dapat terlihat mulai usia belasan bulan

(kurang lebih 15 bulan). Namun tidak semua anak sama waktu perkembangannya,

hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor pada tubuh dan lingkungan.

2. Peran Penglihatan dalam Keseimbangan

Salah satu komponen pengontrol dalam sitem keseimbangan adalah sistem

informasi sensorik yang meliputi visual, vestibular, dan somatosensorik.

a.  Visual

Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. bahwa keseimbangan

akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada

titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh

selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga merupakan sumber

utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita berada, penglihatan

memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai

lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar

yang berasal dari obyek sesuai jarak pandang.

Dengan informasi visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi

terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja

otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.

Proses Visual Mata

Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada retina dan

menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika dilatasi maksimal,

pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika

10

Page 11: laptut kelompok 1

sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen

kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler

dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah

termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.

Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan melebarkan

pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata. Kontraksi dan dilatasi

pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya berubah dan ketika kita

memindahkan arah pandangan kita ke benda atau objek yang dekat atau jauh.

Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan

pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata.

Beberapa media refraksi mata yaitu kornea (n=1.38), aqueous humour

(n=1.33), dan lensa (n=1.40). Kornea merefraksi cahaya lebih banyak

dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang

ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya

mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, tahap terakhir dalam

proses visual adalah perubahan energi cahaya menjadi aksi potensial yang dapat

diteruskan ke korteks serebri.

Proses perubahan ini terjadi pada retina .

Retina memiliki dua komponen utama yakni pigmented retina dan sensory

retina. Pada pigmented retina, terdapat selapis sel-sel yang berisi pigmen melanin

yang bersama-sama dengan pigmen pada koroid membentuk suatu matriks hitam

yang mempertajam penglihatan dengan mengurangi penyebaran cahaya dan

mengisolasi fotoreseptor-fotoreseptor yang ada. Pada sensory retina, terdapat tiga

lapis neuron yaitu lapisan fotoreseptor, bipolar dan ganglionic. Badan sel dari

setiap neuron ini dipisahkan oleh plexiform layer dimana neuron dari berbagai

lapisan bersatu. Lapisan pleksiform luar berada diantara lapisan sel bipolar dan

ganglionic sedangkan lapisan pleksiformis dalam terletak diantara lapisan sel

bipolar dan ganglionic.

11

Page 12: laptut kelompok 1

Setelah aksi potensial dibentuk pada lapisan sensori retina, sinyal yang

terbentuk akan diteruskan ke nervus optikus, optic chiasm, optic tract, lateral

geniculate dari thalamus, superior colliculi, dan korteks serebri.

b. Sistem vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting

dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor  sensoris

vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular meliputi

kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini

disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan

posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular,

mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak.

Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang

berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi

ke cerebellum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri.

Nukleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth,

retikular formasi, dan cerebellum. Keluaran (output) dari nukleus vestibular

menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang

menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot

punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga

membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot

postural.

c. Somatosensoris

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsi-

kognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis

medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju

cerebellum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus

medialis dan talamus.

Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian

bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat

indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan

12

Page 13: laptut kelompok 1

ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain ,

serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang.

3. Histologi Cerebellum

Cerebellum terletak di fossa cranii posterior dan di bagian superior ditutupi

oleh tentorium cerebelli yang merupakan bagian terbesar otak belakang

(rhombencephalon) dan terletak di posterior ventriculus quartus, pons, dan

medulla oblongata. Cerebellum berbentuk agak lonjuong dan menyempit pada

bagian tengahnya serta terdiri dari dua hemispherium cerebelli yang dihubungkan

oleh bagian tengah yang sempit,yaitu vermis. Cerebellum berhubungan dengan

aspek posterior batang otak melalui tiga berkas serabut saraf yang simetris yang

disebut pendiculus cerebellaris superior, medius dan inferior.

Cerebellum terbagi menjadi tiga lobus utama: lobus anterior, lobus medius

dan lobus flucculonodularis. Lobus anterior dapat dilihat pada permukaan superior

cerebellum dan dipisahkan dari lobus medius oleh fissura yang berbentuk huruf-V

yang disebut fissura prima. Lobus medius (lobus posterior) merupakan bagian dari

cerebellum yang paling besar terletak diantara fissura prima dan fissura

uvulonodularis. Lobus flocculonodularis terletak di posterior fissura

uvulonodularis. Fissura horizontalis yang dalam ditemukan disepanjang pinggir

cerebellum dan memisahkan permukaan superior dari permukaan inferior.

Cerebellum terdiri dari lapisan substantia grisea dibagian luar yang disebut

korteks dan lapisan substantia alba dibagian dalam. Setiap hemispherium terdapat

tiga masa substantia grisea yang membentuk nuclei intracerebellaris didalam

sunstantia alba.

Struktur Korteks Cerebelli

13

Page 14: laptut kelompok 1

Korteks cerebelli dapat diumpamakan sebagai sebuah gambaran besar yang

berlipat-lipat dan terletak pada bidang koronal atau transversal. Setiap lipatan atau

folium terdiri dari inti substantia alba dan diatasnya ditutupi oleh substatia grisea.

Potongan yang dibuat melalui cerebellum yang sejajar dengan bidang median

membagi folia menjadi bagian-bagian yang bagus untuk dipelajari dan bentuk

permukaan potongan bercabang-cabang disebut arbor vitae.

Substantia grisea korteks diseluruh cerebellum memiliki struktur yang sama.

Substantia ini terbagi menjadi tiga lapisan: (1) lapisan luar, lapisan molekular;

(2) lapisan tengah, lapisan sel Purkinje; dan (3) lapisan dalam, lapisan granular.

Lapisan Molekular

Lapisan molekular terdiri dari dua tipe neuron: sel stellatum yang terletak di

sebelah luar dan sel basket yang terletak disebelah dalam. Neuron-neuron ini

tersebar diantara percabangan dendrit-dendrit dan akson-akson halus yang

berjalan sejajar dengan sumbu panjang folia. Sel-sel neuroglia ditemukan di

antara struktur-struktur ini.

Lapisan Sel Purkinje

Sel Purkinje adalah neuron Golgi tipe I yang besar. Berbentuk seperti botol

dan tersusun dalam satu lapis. Pada bidang transversa folium, dendrit-dendrit

sel Purkinje terlihat masuk kedalam lapisan molekular tempat sel ini

bercabang. Cabang-cabang pertama dan kedua halus, sedangkan cabang-

cabang sisanya dilapisi oleh spina dendritik yang tebal dan pendek. Spina-

spina ini membentuk kontak sinaptik dengan serabut-serabut paralel yang

berasal dari akson sel-sel granular.

Didasar sel Purkinje, akson keluar dan berjalan melewati lapisan granular

untuk masuk ke substantia alba. Saat memasuki substantia alba,akson

mendapatkan selubung mielin dan berakhir serta bersinaps dengan sel pada

salah satu nuclei intracerebellaris. Cabang-cabang kolateral akson Purkinje

14

Page 15: laptut kelompok 1

membuat kontak sinaptik dengan dendrit sel-sel basket dan sel-sel stellatum

lapisan molekular pada lapisan yang sama atau folia yang berjauhan. Beberapa

akson sel Purkinje langsung berjalan dan berakhir pada nucleus vestibularis di

batang otak.

Lapisan Granular

Lapisan granular dipadati oleh sel-sel kecil dengan inti yang berwarna gelap

serta sedikit sitoplasma. Masing-masing sel mempunyai empat atau lima

dendrit yang membuat ujung-ujungnya terlihat seperti cakar dan memiliki

kontak sinaptik dengan input serabut yang tampak seperti lumut. Akson

masing-masing sel granular berjalan kedalam lapisan molekular disini akson

bercabang membentuk T-Junction, cabang-cabang ini kemudian berjalan

sejajar dengan sumbu panjang folium cerebellaris. Serabut-serabut ini disebut

serabut paralel berjalan dengan sudut yang tepat menuju processus dendrit sel-

sel Purkinje. Sebagian besar serabut paralel ini membentuk kontak sinaptik

dengan processus spinosus pada dendrit sel-sel Purkinje. Sel-sel neuroglia

ditemukan diseluruh lapisan ini. Diseluruh lapisan granular tersebar sel-sel

Golgi. Dendritnya bercabang-cabang dilapisan molekular dan akson-aksonnya

berakhir dengan membentuk cabang yang bersinaps dengan dendrit sel

granular.

4. Organ-organ yang Berperan dalam Regulasi Keseimbangan

Organ-organ Keseimbangan:

1. Organ Vestibuler

2. Serebellum

3. Ganglia Basalis

4. Sistem Ekstrapiramidal

15

Page 16: laptut kelompok 1

SISTEM VESTIBULARIS

Telinga Dalam

Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars

petrosum tulang temporalis, labirin oseosa (labirin tulang), di dalamnya terdapat

labirin membranosa yang juga merupakan suatu rangkaian saluran dan rongga-

rongga. Labirin membranosa berisi cairan, endolimf, dinding labirin membranosa

memisahkan endolimf dan labirin perilimf, yang mengisi labirin tulang sisanya.

Labirin Oseosa

Yang di tengah adalah vestibulum, terletak di sebelah medial terhadap rongga

timpani, dengan tingkap oval (fenestra ovalis) pada dinding di antaranya.

Posterior terhadap vestibulum dan bermuara ke dalamnya ada tiga buah saluran

kanalis semisirkularis. Berdasarkan letaknya, saluran semisirkularis itu disebut

saluran anterior, posterior, dan lateral, yang masing-masing saling tegak lurus.

Kedua saluran lateral pada telinga kanan dan kiri letaknya lebih kurang letaknya

pada bidang yang sama, dan saluran anterior pada satu sisi sejajar dengan saluran

posterior sisi yang lain. Setiap saluran mempunyai pelebaran, atau ampula, yaitu

saluran yang anterior dan lateral letaknya berdekatan di atas fenestra ovalis dan

milik saluran posterior membuka ke bagian posterior vestibulum. Walaupun

terdapat tiga saluran, hanya ada lima muara pada vestibulum, sedangkan ujung

posterior saluran posterior yang tidak berampula menyatu dengan ujung medial

saluran anterior yang tidak berampula dan bermuara ke dalam bagian medial

vestibulum oleh kroskomune. Ujung tidak berampula saluran lateral bermuara

secara terpisah ke dalam bagian atas vestibulum. Dari dinding medial vestibulum

terjulur saluran sempit ke arah inferoposterior untuk mencapai permukaan

posterior tulang temporal pars petrosus dalam fosa kranial posterior.

Ke arah anterior rongga vestibulum berhubungan dengan koklea tulang,

berupa tabung berpilin yang mirip dengan rumah siput. Bentuk Keseluruhannya

mirip kerucut, dengan dasar berdiameter 9 mm dan tinggi dari dasarnya sampai

16

Page 17: laptut kelompok 1

puncak 5 mm, dengan 2-3 putaran. Sumbu tulang koklea, modiolus, tersusun

melintang terhadap sumbu panjang tulang temporal pars petrosus dengan dasar

mengarah ke arah fosa kranial posterior dan puncaknya mengarah ke depan dan

lateral. Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk tabung spiral,

lamina spiral, mirip alur sekrup.

Labirin Membranosa

Di dalam labirin tulang terdapat labirin membranosa, suatu sistem yang

terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dilapisi epitel dan

mengandung endolimf. Pada beberapa daerah, dinding labirin membranosa

melekat pada periosteum yang melapisi labirin tulang, tetapi sebagian besar bebas

dan dipisahkan dari dinding labirin tulang oleh perilimf. Akan tetapi terdapat

lembar-lembar tipis jaringan ikat mengandung pembuluh darah yang mengandung

pembuluh darah yang melintasi ruang perilimf untuk menggantung labirin

membranosa dalam labirin tulang.

Bentuk labirin membranosa serupa dengan labirin tulang, hanya saja

vestibulum tidak hanya berisi satu ruangan melainkan dua buah ruangan dan

saluran-saluran penghubung. Di bagian posterior utrikulus dihubungkan dengan

tiga buah saluran semisirkularis membranosa melalui lima buah lubang, ketiga

saluran ini seperti juga saluran semisirkularis tulang, mempunyai saluran

gabungan antara saluran-saluran anterior dan posterior. Ampula saluran

semisirkularis membranosa lebar. Di anterior, sakulus yang bentuknya hampir

sferis dihubungkan dengan utrikulus oleh suatu tabung/ saluran ramping yang

berbentuk huruf Y, yang cabang-cabang pendeknya merupakan duktus utrikularis

dan duktus sakularis. Saluran-saluran ini bergabung dan membentuk duktus

endolimfatikus, yang berjalan posteroinfeerior ke permukaan posterior pars

petrosus tulang temporal, dan di sini berakhir sebagai kantung (sakus) yang buntu,

sakus endolimfatikus. Di sebelah anterior, bagian bawah kantung ini berhubungan

dengan duktus koklearis melalui saluran yang pendek dan sempit duktus reuniens.

17

Page 18: laptut kelompok 1

Terdapat badan-badan akhir saraf sensorik dalam ampula saluran

semisirkularis (krista ampularis) dan dalam utrikulus dan sakulus (makula utrikuli

dan sakuli) yang berfungsi sebagai indera statik dan kinetik. Organ pendengaran

adalah organ corti yang terdapat di sepanjang duktus koklearis.

Aparatus Vestibuler

Aparatus vestibular merupakan organ yang mendeteksi keseimbangan.

System ini terdiri dari suatu system tabung tulang dan ruangan-ruangan yang

terletak dalam bagian Labirin Oseosa, dan Labirin Membranosa.

Aparatus Vestibuler terbagi secara struktural dan fungsional menjadi :

1. Static Labyrinth :

a. Utrikulus

b. Sakulus

2. Kinetic Labyrinth, yaitu Kanalis semisirkularis.

Utrikulus dan Sakulus

Utrikulus dan sakulus mempunyai dinding dengan lapisan jaringan ikat

halus yang mengandung sejumlah fibroblas dan melanosit. Trabekula halus

menjulur dari permukaan luarnya dan melintasi ruang perilimf menuju

permukaan dalam periosteum yang melapisi vestiubulum. Trabekula terdiri

dari sumbu jaringan ikat diliputi mesotel. Di antara lapisan jaringan ikat

18

Page 19: laptut kelompok 1

dinding utrikulus dan sakulus epitel selapis gepeng yang melapisi terdapat

suatu lamina basal yang tipis.

Makula utrikuli terdapat pada dinding lateral berbentuk ovoid, dengan

ukuran 2-3 mm dan makula sakuli terdapat pada dinding medial sakulus

dengan bentuk dan ukuran yang sama. Tiga jenis sel terdapat dalam makula.

Sel penyokong (sustenkular) adalah sel berbentuk silindris tinggi, terletak

pada lamina basalis, dan mempunyai mikrovili pada permukaan apikal dengan

beberapa granula sekretorik. Sel-sel ini membentuk matriks membran otot

litik. Terdapat dua tipe sel rambut (sensorik). Sel rambut tipe I berbentuk

piriformis (seperti kerucut) denga bagian basis yang membulat berisi inti dan

leher yang pendek. Sel ini dikelilingi suatu jala yang terdiri dari badan akhir

saraf dengan beberapa saraf eferen, mungkin bersifat inhibitorik/ penghambat.

Sel rambut tipe II berbentuk silindrik dengan badan akhir saraf aferen maupun

eferen menempel pada bagian bawahnya. Pada kedua tipe sel, di bagian apikal

terdapat berkas rambut sensorik yang tediri dari 30 sampai 100 stereosilia,

filamen inti yang berukuran 6 nm. Pada bagian tepi stereosilia terdapat sebuah

kinosilia dengan nikrotubuli berpola 9+2, tetapi kemungkinan nonmotil. Pada

permukaan makula terdapat suatu lapisan gelatin dengan ketebalan 22 μm.

Membran ini disebut membran otolitik, dan mengandung banyak badan-badan

kristal yang kecil, disebut otokonia atau otolit, terdiri dari kalsium karbonat

dan suatu protein. Mikrovili pada sel penyokong dan stereosilia serta kinosilia

sel rambut terbenam dalam membran otolitik. Perubahan posisi kepala

mengakibatkan perubahan dalam tekanan atau tegangan dalam membran

otolitik yang akibatnya terjadi rangsangan pada sel rambut. Rangsangan ini

diterima oleh badan akhir saraf yang terletak antara sel-sel rambut.

19

Page 20: laptut kelompok 1

Kanalis Semisirkularis

Semua saluran semisirkularis mempunyai penampang yang oval, dengan

bagian yang paling cembung berdampingan erat dengan periosteum. Akan

tetapi setiap saluran ini lebih kecil dibanding dengan saluran semisirkularis

tulang, pada permukaan luarnya terdapat suatu ruang perilimf yang lebar

dilalui trabekula.

Sebuah krista ditemukan pada setiap ampula. Tiap krista terletak

menyilang sumbu panjang saluran dan dibetuk oleh sel-sel penyokong dan dua

tipe sel rambut yang serupa dengan sel rambut pada makula. Mikrovili,

stereosilia dan kinosilanya terbenam dalam suatu massa gelatinosa yang

disebut kupula, serupa dengan membran otolitik tetapi tanpa otokonia.

Dalam krista ampularis, sel-sel rambut dirangsang oleh gerakan endolimf

akibat percepatan sudut kepala. Gerakan endolimf ini mengakibatkan

20

Page 21: laptut kelompok 1

tergeraknya stereosilia dan kinosilia. Dalam makula, sel-sel rambut juga

terangsang tetapi perubahan posisi kepala dalam ruang mengakibatkan suatu

peningkatan atau penurunan tekanan pada sel-sel rambut oleh membran

otolitik.

Reseptor sistem ini adalah sel rambut yang terletak dalam krista kanalis

semisirkularis dan makula dari otot otolit. Sel-sel pada kanalis semisirkularis

peka terhadap rotasi khususnya terhadap percepatan sudut (yaitu perubahan

pada kecepatan sudut), sedangkan sel-sel pada organ otolit peka terhadap

gerak linier, khususnya percepatan linear dan terhadap perubahan posisi

kepala relative terhadap gravitasi. Perbedaan kepekaan terhadap percepatan

sudut dan linear ini disebabkan oleh geometri dari kanalis dan organ otolit

serta ciri-ciri fisik dari struktur-struktur yang menutupi sel-sel rambut.

Sel Rambut

21

Page 22: laptut kelompok 1

Masing-masing sel memiliki polarisasi struktural yang dijelaskan oleh posisi

dari stereosilia relatif terhadap kinosilium. Melengkapi kondisi tersbut, terdapat

pula suatu polarisasi fungsional sebagai respons sel-sel rambut. Jika suatu gerakan

menyebabkan stereosilia membengkok ke arah kinosilium, maka sel-sel rambut

akan tereksitasi. Jika gerakan adalah dalam arah yang berlawanan sehingga

stereosilia menjauh dari kinosilium, maka sel-sel rambut terinhibisi. Jika tidak ada

gerakan, maka sebagian transmiter akan dilepaskan dari sel rambut yang

menyebabkan serabut-serabut saraf aferen mengalami laju tembakan spontan

ataupun istirahat. Hal ini memungkinkan serabut-serabut aferen menjadi

tereksitasi ataupun terinhibisi tergantung dari arah gerak.

Polarisasi adalah sama pada seluruh sel rambut pada tiap kanalis, dan pada

rotasi sel-sel dapat tereksitasi atupun terinhibisi. Ketiga kanalis hampir tegak lurus

satu dengan lainnya, dan masing-masing kanalis dari satu telinga terletak hampir

pada bidang yang sama dengan kanalis telinga satunya. Dengan demikian terdapat

tiga pasang kanalis: horisontal kiri – horisontal kanan, anterior kiri – posterior

kanan, dan posterior kiri – anterior kanan. Pada waktu rotasi salah satu dari

pasangankanalis akan tereksitasi sementara yang lainnya akan terinhibisi.

Misalnya, bila kepala pada posisi lurus normal dan terdapat percepatan dalam

bidang horizontal yang menimbulkan rotasi ke kanan, maka serabut-serabut aferen

dari kanalis horizontalis kanan akan tereksitasi, sementara serabut-serabut yang

kiri akan terinhibisi. Jika rotasi pada bidang vertikal misalnya rotasi kedepan,

maka kanalis anterior kiri dan kanan kedua sisi akan tereksitasi, sementara kanalis

posterior akan terinhibisi.

Percepatan sudut merupakan rangsangan yang adekuat untuk serabut aferen

kanalis semisirkularis. Suatu kecepatan rotasi yang konstan tidak akan

mengeksitasi serabut-serabut tersebut. Namun, tentunya dalam mencapai suatu

kecepatan tertentu harus ada akselerasi, dan pengaruh akselerasi ini akan terus

berkurang hingga nol setelah bebrapa saat hingga beberapa menit. Keterlambatan

ini disebabkan oleh proses pengolahan aktivitas aferen di SSP dan inersia kupula

serta viskositas endolimfe yang menyebabkan pergeseran kupula tertinggal

22

Page 23: laptut kelompok 1

dibelakang perubahan kecepatan sudut kepala. Sebagai contoh, pertimbangkanlah

efek dari penghentian mendadak setelah suatu rotasi ke kanan searah jarum jam.

Perlambatan menuju kecepatan nol ini ekuivalen dengan percepatan ke arah yang

berlawanan, yaitu kekiri. Dengan demikian, serabut aferen dari kanalis kiri akan

tereksitasi sedangkan serabut yang kanan akan terinhibisi. Bila ini dilakukan

dalam ruang yang gelap, maka subjek akan merasa bahwa ia sedang berotasi

kekiri. Setelah kupula kembali ke posisi istirahat, subjek akan merasa berhenti

berputar.

Organ Otolitik

Ada dua organ otolitik: utrikulus yang terletak pada bidang kepala yang

hampir horizontal, dan sakulus yang terletak pada bidang hampir vertikal.

Berbeda dengan sel rambut kanalis semisirkularis, maka polarisasi sel rambut

pada organ otolit tidak semuanya sama. Pada makula utrikulus, kinosilium terletak

di bagian samping sel rambut yang terdekat dengan daerah sentral yaitu striola.

Maka pada saat kepala miring atau mengalami percepatan linear, sebagian serabut

aferen akan tereksitasi sementara yang lainnya terinhibisi. Serabut vestibularis dan

dapat melakukan fungsi-fungsi berbeda pula.

Ganglia Basalis

Ganglia basalis membantu merencanakan dan mengendalikan pola gerakan

otot yang kompleks, mengendalikan intensitas relatif dari gerakan paralel yang

multipel dan berturut turut untuk mencapai tujuan motorik spesifik yang rumit.

Ganglia basalis membentuk sistem asesori motorik lain yang biasanya

berfungsi tidak melalui diri sendiri tetapi berkaitan erat dengan korteks serebri

dan sistem pengatur motorik kortikospinal. Ganglia basalis menerima sebagian

besar sinyal input dari koprteks serebri itu sendiri dan juga mengembalikan

hampir seluruh sinyal outputnya ke korteks juga.

Pada setiap sisi otak, ganglia ini terdiri dari nukleus kaudatus, putamen,

globus palidus, substansia nigra, dan nukleus subtalamikus. Semuanya terutama

23

Page 24: laptut kelompok 1

terletak di sebelah lateral ke, dan mengelilingi talamus, menempati daerah yang

luas dari regio inferior pada kedua hemisferium serebri. Hampir semua serabut

saraf motorik dan sensorik yang menghubungkan korteks serebri dan medula

spinalis berjalan melalui ruang yang terletak di antara bagian utama ganglia

basalis, yaitu nukleus kaudatus dan putamen. Ruang ini disebut kapsula interna

dari otak.

CEREBELLUM

Cerebellum merupakan suatu bagian suprasegmental otak dan terletak di

dalam fossa cranialis posterior. Atap fossa cranialis posterior berupa suatu sekat

dura mater yang dikenal sebagai tentorium cerebelli, yang memisahkan

cerebellum dari lobus occipitalis cerebri. Serebellum terletak di sebelah dorsal

batang otak dan dihubungkan dengan komponen-komponen batang otak melalui

tiga pasang berkas yang padat, yaitu pedunculi cerebellares. Pada satu sisi

pedunculi cerebellares terdiri atas pedunculus cerebellares caudalis (corpus

restiforme), pedunculus cerebellares medius (brachium conjunctivum). Pedunculi

cerebellares ini terdiri atas serat-serat ekstrinsik cerebellum yang menghubungkan

cerebellum dengan daerah-daerah otak yang lain.

24

Page 25: laptut kelompok 1

Fungsi Cerebellum

Cerebellum menerima informasi aferen yang berkaitan dengan gerakan

voluntary dari korteks cerebri dan dari otot, tendon, dan sendi. Cerebellum juga

menerima informasi keseimbangan dari nervus vestibularis dan mungkin juga

informasi penglihatan dari tractus tectocerebellaris. Semua informasi ini

diteruskan ke korteks cerebelli oleh serabut seperti lumut dan serabut asendens,

kemudian menyatu pada sel-sel Purkinje. Akson sel-sel Purkinje menuju ke nuclei

cerebellaris profunda dengan beberapa pengecualian. Output vermis menuju

nuclei fastigii, area intermediate menuju nucleus globosus dan emboliformis, dan

output dari bagian lateral hemispherium cerebri menuju ke nucleus dentatus.

Beberapa akson sel-sel Purkinje langsung keluar darai cerebellum dan berakhir

pada nucleus vestibularis lateralis di batang otak. Secara umum, saat ini diketahui

bahwa akson sel Purkinje memberikan pengaruh inhibitorik pada neuron-neuron

di nuclei cerebellaris dan nuclei vestibularis lateralis.

Output cerebellaris dihantarkan ke pangkal jaras desendens yang

memengaruhi aktivitas motorik di tingkat segmen medulla spinalis. Pada keadaan

ini, cerebellum tidak berhubungan langsung dengan lower motor neuron, tetapi

memberikan pengaruh tidak langsung melalui korteks cerebri dan batang otak.

Secara fungsional dapatlah dikatakan bahwa cerebellum sebenarnya

merupakan suatu mekenisme umpan balik yang bertujuan untuk mengendalikan

pergerakan-pergerakan, selagi pergerakan-pergerakan tersebut sedang

berlangsung. Hal ini berlaku baik bagi pergerakan-pergerakan yang dimulai oleh

sistem piramidal maupun sistem eksrapiramidal. Apabila ada suatu impuls timbul

di korteks motorik, maka pada saat itu pula korteks cerebri tersebut

memberitahukan tentang hal itu kepada cerebellum, sehingga cerebellum,

selanjutnya dapat mengadakan pengendalian terhadap pergerakan yang terjadi.

Begitu pergerakan otot terjadi, maka segera impuls-impuls proprioseptif

diantarkan ke korteks cerebelli dengan kecepatan yang tinggi melalui tractus

25

Page 26: laptut kelompok 1

spinocerebellaris dan fibrae arcuate externa. Melalui jalur-jalur ini cerebellum

menerime banyak impuls dari reseptor-reseptor regang.

Secara umum telah diketahui bahwa reseptor-reseptor regang barangkali

tidak memegang peranan dalam hal persepsi rasa posisi. Fungsi utama reseptor

regang tampaknya bersangkutan dengan pengendalian tonus otot di luar

kesadaran, baik sewaktu terjadi pergerakan maupun sewaktu kontraksi sedang

berlangsung. Dengan demikian cerebellum tampaknya merupakan bagian dari

suatu mekanisme saraf yang mempunyai pengaruh pengaturan dan pengendalian

terhadap:

Perubahan-perubahan ketegangan di dalam otot untuk mempertahankan

kesseimbangan dan sikap tubuh

Jaminan terjadinya kontraksi dengan lancer dan terratur pada kelompok-

kelompok otot yang berhubungan dengan pergerakan-pergerakan yang ada di

bawah pengendalian kemauan yang mempuntai aspek-aspek ketrampilan.

Setiap pergerakan memerlukan suatu koordinasi dalam kegiatan sejumlah

otot, yaitu otot-otot agonis, yang menimbulkan pergerakan yang sesungguhnya

pada bagian tubuh yang bersangkutan dan otot-otot antagonis yang harus

mengalami relaksasi secara teratur untuk memungkinkan terjadinya pergerakan-

pergerakan yang ditimbulkan oleh otot-otot agonis. Otot-otot sinergik atau otot-

otot fiksasi lainnya yang berusaha memfiksasi sendi-sendi yang berdekatan atau

berjauhan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh macam pergerakan yang

ditimbulkan.

26

Page 27: laptut kelompok 1

Perintah untuk melakukan gerakan volunter berasal dari daerah

assosiasi korteks.

Kemudian gerakan akan direncanakan di ganglia basalis dan

bagian lateral hemisfer serebelum.

Ganglia basalis dan hemisfer lateral serebelum akan

menyalurkan infomasi ke korteks premotor dan motor melalui thalamus.

perintah motorik dari korteks motorik akan sebagian besar

dipancarkan melalui traktus kortikospinalis ke medula spnalis dan sebagian

lagi melalui traktus kortikobulbaris yang sesuai ke neuron motorik di batang

otak.

Kolateral dari jalur di atas dan beberapa hubungan langsung dari

korteks motorik berakhir di batang otak yang juga berproyeksi ke saraf

motorikdi batang otak dan medulla spinalis dehingga dapat juga

memperantarai gerakan volunter.

Gerakan menimbulkan perubahan masukkan sensorik dari indra

dan dari otot, tendon, sendi, dan kulit.

Umpan balik di atas akan dipancarkan secara langsung ke

korteks motorik dan spinoserbelum dan diproyeksikan ke batang otak untuk

menyesuaikan dan memuluskan gerakan.

Fungsi Cerebellum dalam Mekanisme Koordinasi Tubuh

27

Perencanaan

ide Area asosiasi korteks

Ganglia basalis

Serebelum lateral

Korteks premotor dan

motor

Serebelum intermediet

gerakan

pelaksanaan

Page 28: laptut kelompok 1

Cerebellum berperan penting dalam menetukan saat aktivitas motorik dan

pengalihan yang cepat dari satu gerakan ke gerakan berikutnya. Cerebellum juga

membantu mengatur intensitas kontraksi otot bila beban otot berubah, seperti juga

mengendalikan kontraksi kelompok otot agonis dan antagonis agar sesuai dan

berlangsung dengan segera.

Cerebellum menerima informasi aferen yang berkaitan dengan gerakan

volunter dari korteks cerebri dan dari otot, tendon dan sendi. Cerebellum juga

menerima informasi keseimbangan dari nervus vestibularis dan mungkin juga

informasi penglihatan dari tractus tectocerebellaris. Semua informasi ini

diteruskan ke korteks cerebelli oleh serabut seperti lumut dan serabut asendens,

kemudian menyatu pada sel-sel purkinje.

Area Fungsional Korteks Cerebelli

Korteks daerah vermis mempengaruhi gerakan-gerakan sumbu panjang

tubuh, yaitu leher, bahu, thoraks, abdomen dan panggul. Tepat di lateral vermis

disebut area intermediate hemispherium cerebelli. Area ini berfungsi

mengendalikan otot-otot ekstremitas bagian distal, terutama tangan dan kaki.

Daerah lateral masing-masing hemispherium cerebelli tampaknya berhubungan

dengan perencanaan serangkaian gerakan di seluruh tubuh dan terlibat dalam

penilaian sadar terhdaap gangguan pergerakan.

Hubungan Cerebellum dan struktur lain dalam mekanisme koordinasi :

a. Bersama medulla spinalis28

Cerebellum

Alat Pembanding

Umpan BalikOTOTKorteks Cerebri

Pusat Perintah

Umpan Balik

Page 29: laptut kelompok 1

Menguatkan refleks regang, sehingga bila otot berkontraksi lalau mendapat

beban berlebih sinyal refleks regang dijalarkan ke cerebellum kembali

ke medulla memepermudah efek penahan beban pada refleks regang dasar

b. Bersama batang otak

Untuk membuat gerakan sikap tubuh, terutama gerakan cepat yang

dibutuhkan oleh sistem keseimbangan untuk kelancaran gerakan yang

berlangsung terus-menerus

c. Bersama korteks

Menghasilkan banyak perintah motorik asesorius untuk menimbulkan tenaga

motorik extra yang lalu mengkontraksikan otot secara cepat dan kuat saat

dimulainya suatu gerakan serta untuk perencanaan pengaturan motorik

d. Bersama traktus kortikospinal

Untuk mencapai gerakan yang diinginkan dan terkontrol baik menuju sasaran

tertentu atau terutama untuk kelancaran perpindahan dari 1 gerakan ke

gerakan berikutnya.

GANGLIA BASALIS

Ganglia Basalis terdiri dari nucleus kaudatus, putamen, globus palidus,

substansia nigra, dan nukleus subtalamikus. Semuanya terletak di sebelah lateral

dari thalamus.

Serat saraf motorik dan sensorik yang menghubungkan korteks serebri dan

medulla spinalis yang disebut kapsula interna otak berjalan di antara bagian utama

ganglia basalis yaitu nucleus kaudatus dan nucleus putamen.

Fungsi ganglia basalis :

Penghambatan tonus otot seluruh tubuh.

29

Page 30: laptut kelompok 1

Putamen dan nukleus kaudatus berfungsi mengatur gerakan kasar dari

tubuh yang diinginkan yang dalam keadaan normal dilakukan secara tak

sadar.

Globus palidus membantu gerakan aksial, sehingga fungsi motorik tangan

& kaki lebih leluasa dan stabil.

5. Uji Keseimbangan

Sejumlah uji klinis dapat

dilakukan untuk menentukan apakah sistem vestibularis berfungsi normal atau

tidak, jika tidak, terdapat pula uji untuk menentukan di mana letak permasalahan

(BOIES). Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari

pemeriksaan yang sederhana yaitu uji Romberg dan uji berjalan (Stepping test)

sampai dengan pemeriksaan secara obyektif yaitu dengan posturografi dan ENG

(elektronistagmografi).

Beberapa uji dirancang untuk merangsang suatu organ akhir khusus,

misalnya pengujian sepasang kanalis semisirkularis atau organ otolit pada saat

rotasi seluruh badan dalam ruangan gelap. Uji yang lain dirancang untuk melihat

interaksi antara beberapa masukan sensorik seperti propioseptif otot, masukan

visual dan vestibularis, yang semuanya dapat terjadi dengan perubahan postur

tubuh atau kepala.

Salah satu tujuan penting dari dokter THT adalah menentukan apakah

penyebab vertigo (sensasi bumi berputar relatif terhadap subyek) adalah suatu

30

Page 31: laptut kelompok 1

problem telinga dalam dan atau saraf kedelapan, ataukah gangguan pada sistem

saraf pusat. Contoh-contoh gangguan sistem saraf pusat antara lain sklerosis

multipel dan penyakit demielinasi lainnya, tumor, penyakit vaskular dan stroke,

serta toksisitas obat. Contoh-contoh gangguan perifer termasuk penyakit Menier,

labirintis, ototoksisitas akibat antibiotik dan neuroma akustik.

Pada berbagai uji fungsi vestibularis, dilakukan pengukuran gerakan mata

(respon RVO). Untuk itu, sebelumnya perlu dilakukan evaluasi sistem

okulomotorik. Ini dapat dilakukan dengan memeriksa gerakan mata spontan

dalam keadaan terang dan gelap, gerakan terhadap target visual, saccade dan

pursuit tracking.

Pada beberapa uji vestibularis perlu pencegahan fiksasi visual dan rangsang

optokinetik (gerakan penglihatan sekeliling relatif terhadap subyek). Untuk tujuan

ini, rangsangan dapat diberikan dalam ruangan yang sangat gelap, atau dengan

mata tertutup, atau meminta subyek mengenakan kacamata +20 dioptri (kacamata

Frenzel). Pada dua kondisi terakhir, gangguan RVO dapat dikurangi ; kondisi

optimum adalah kegelapan total dengan mata terbuka.

Gerakan dapat diukur dengan menempatkan elektroda pada kantus eksterna

kedua mata pada gerakan horisontal, atau di atas dan di bawah mata pada gerakan

vertikal. Terdapat beda potensial listrik antara retina dan kornea masing-masing

mata, yang berfungsi sebagai listrik dua kutub. Gerakan mata mengubah orientasi

kedua kutub dan kejadian ini mengubah pula beda potensial antara kedua

elektroda di permukaan kulit.

Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan

yang sederhana yaitu:

a) Uji Romberg

Penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua

mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama 20-30

detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan posisinya

(misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu). Pada kelainan

vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan bergoyang menjauhi

31

Page 32: laptut kelompok 1

garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap

tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang

baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup. Tentang gangguan

keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu

dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di

atas tumpuan yang tidak stabil.

b) Uji Berjalan (Stepping Test)

Berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter

dan badan berputar lebih dari 30 derajat berarti sudah terdapat gangguan.

c) Tes Unterberger

Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di tempat

dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan

vestibuler posisi penderita akan menyimpang atau berputar ke arah lesi dengan

gerakan seperti orang melempar cakram, kepala dan badan berputar ke arah

lesi, kedua tangan bergerak ke arah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan

yang lainnya naik. Keadaan ini disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah

lesi.

d) Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)

Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita disuruh

mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai menyentuh

telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata

terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat penyimpangan

lengan penderita ke arah lesi.

e) Rangsangan Kalori

Rangsangan kalori adalah suatu tes yang menggunakan perbedaan

temperatur untuk mendiagnosa adanya kerusakan saraf ke delapan yang

menyebabkan vertigo. Dengan tes ini dapat ditentukan adanya kanal paresis

atau directional preponderance ke kiri atau ke kanan. Kanal paresis ialah jika

abnormalitas ditemukan di satu telinga, baik setelah rangsang air hangat

maupun air dingin, sedangkan directional preponderance ialah jika

abnormalitas pada arah nistagmus yang sama di masing-masing telinga. Kanal

32

Page 33: laptut kelompok 1

paresis menunjukkan lesi perifer di labirin atau N.VIII, sedangkan directional

preponderance menunjukkan lesi sentral. Pada tes ini, subyek ditempatkan

sedemikian rupa sehingga bidang salah satu kanalis semisirkularis (biasanya

horisontal) menjadi sejajar dengan suatu bidang yang vertikal terhadap bumi

yaitu dengan cara posisi pasien tidur terlentang, dengan kepala fleksi 30º, atau

duduk dengan kepala ekstensi 60º. Tes ini terdiri dari dua cara, yaitu tes kalori

cara Kobrak dan tes Kalori bitermal.

I. Tes Kobrak

Digunakan spuit 5 atau 10 mL, ujung jarum disambung dengan

kateter.Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es (0ºC), sebanyak 5

mL selama 20 detik ke dalam liang telinga.Sebagai akibatnya terjadi transfer

panas dari telinga dalam yang menimbulkan suatu arus konveksi dalam

endolimfe. Hal ini menyebabkan defleksi kupula dalam kanalis yang sebanding

dengan gravitasi, dan rangsangan serabutserabut aferennya.Suatu cairan dingin

yang dialirkan ke liang telinga kanan akan menimbulkan nistagmus dengan

fase lambat ke kanan. Kecepatan maksimum dari komponen lambat dan

lamanya nistagmus diukur bila tidak timbul penglihatan. Nilai dihitung dengan

mengukur lama nistagmus, sejak air mulai dialirkan sampai nistagmus berhenti.

Harga normal 120-150 detik. Harga yang kurang dari 120 detik merupakan

bukti defisit perifer atau adanya suatu paresis kanal.

II. Tes Kalori Bitermal

Pada cara ini dipakai 2 macam air, dingin dan panas.Suhu air dingin

adalah 30ºC, sedangkan suhu air panas adalah 44ºC. Volume air yang dialirkan

ke dalam liang telinga masing-masing 250 mL, dalam waktu 40 detik. Setelah

air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah liang telinga kiri

diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air dingin juga

kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga kanan. Pada tiap-tiap

selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas)

pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).

f) Tes Nistagmus Spontan

33

Page 34: laptut kelompok 1

Bila nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah

dengan nistagmusnya, maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1.

Bila nistagmus timbul sewaktu mata melihat ke depan, maka disebut Nylen 2,

dan bila nistagmus tetap ada meskipun mata melirik berlawanan arah

nistagmus, maka kekuatannya disebut Nylen 3. Bila terdapat nistagmus

spontan, maka harus dilakukan tes hiperventilasi. Caranya ialah pasien

diminta mengambil nafas cepat dan dalam selama satu menit, dan sejak mulai

setengah menit terakhir direkam. Bila terdapat perbedaan 7º per detik maka

berarti tes hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah dengan menahan

nafas selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan

interpretasi sama dengan hiperventilasi.

g) Tes Nistagmus Posisi

Caranya adalah, mula-mula pasien duduk, kemudian tidur terlentang

sampai kepala menggantung di pinggir meja periksa, lalu kepala diputar ke

kiri, dan setelah itu kepala diputar ke kanan. Pada setiap posisi nistagmus

diperhatikan, terutama pada posisi akhir. Nistagmus yang terjadi dicatat masa

laten, dan intensitasnya. Juga ditanyakan kekuatan vertigonya secara

subyektif. Tes posisi ini dilakukan berkali-kali dan diperhatikan ada tidaknya

kelelahan. Dengan tes posisi ini dapat diketahui kelainan sentral atau perifer.

Pada kelainan perifer akan ditemukan masa laten dan terdapat kelelahan dan

vertigo biasanya tersasa berat.

Pada kelainan sentral sebaliknya, yaitu tidak ada masa laten, tidak ada

kelelahan dan vertigo ringan saja. Nistagmus posisi yang berasal dari perifer

dapat dibedakan dari nistagmus yang disebabkan oleh debris (nistagmus

paroksismal tipe jinak), atau oleh kelainan servikal, atau kedua-duanya

(kombinasi). Tes nistagmus posisi dengan bantuan ENG menjadi sederhana.

Pada pemeriksaan, kita hanya memerlukan dua posisi, yaitu HL / HR dan BL /

BR. Posisi HL adalah tidur terlentang dengan leher diputar, sehingga posisi

kepala dengan telinga kiri ada di bawah, atau bila HR maka dilakukan hal

yang sama sehingga telinga kanan berada di bawah. Posisi BL adalah tidur

miring ke kiri dengan leher tetap lurus, dan posisi BR ialah tidur miring ke

34

Page 35: laptut kelompok 1

kanan. Pada posisi HL mungkin terjadi dua macam rangsangan, yaitu

rangsangan yang berasal dari debris (kotoran yang menempel pada kupula

kss), kita sebut saja nistagmus yang timbul adalah nistagmus debris (ND), dan

nistagmus lain mungkin disebabkan oleh putaran servikal, kita sebut saja

nistagmus servikal (NS).

h) Tes Rotasi

Penderita didudukkan di atas kursi yang diletakkan pada pusat aksis rotasi

dari suatu motor torque dan mempunyai perlengkapan untuk menjaga kepala

dan kaki.Kursi khusus ini dikenal dengan kursi Barany, yang khusus

dibuatuntuk tes ini. Bila subyek duduk tegak dengan memiringkan kepala 30º

ke bawah, maka kanalis horisontalis dapat dirangsang secara maksimum.

Gerakan leher dicegah sehingga rotasi akan menggerakkan tubuh dan kepala

bersamaan. Rotasi dilakukan dengan mata tertutup, dalam satu arah dengan

percepatan konstan dalam waktu singkat (mis. 20 detik) atau secara osilatorik

(mis. Sinusoid). Untuk percepatan konstan dilakukan pengukuran amplitudo

dan lamanya respon, sedangkan untuk rotasi sinusoid diukur fase serta hasil

yang didapat.

Pada akhir putaran (rotasi) dihentikan mendadak dan penderita langsung

disuruh melihat jari pemeriksa yang dilakukan di depan penderita dan

terhadap telinga yang diperiksa. Pada tes ini dicatat waktu dalam detik, lama

pasca nistagmus, dan pada orang normal akan hilang kurang lebih 25 sampai

35-40 detik.

i) Posturografi

Alat pemeriksaan keseimbangan dapat menilai secara obyektif dan

kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan

gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan

vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input

proprioseptif dihilangkan dengan berdiri di atas tumpuan yang tidak stabil.

Ada 3 macam tes posturografi yaitu :

a. Sensory Organization Test (SOT)

35

Page 36: laptut kelompok 1

Secara obyektif mengidentifikasikan problem pengontrolan posisi

dengan mengukur kemampuan pasien untuk mengefektifkan informasi

penglihatan, vestibuler dan proprioseptif.

1. Eyes open, fixed surface and visual surround.

2. Eyes closed, fixed surface.

3. Eyes open, fixed surface, sway referenced visual surround.

4. Eyes open, sway referenced surface, fixed visual surround.

5. Eyes closed, sway referenced surface.

6. Eyes open, sway referenced surface and visual surround.

b. Motor Control Test (MCT)

Mengukur kemampuan pasien untuk secara cepat dan otomatis pulih

dari provokasi eksternal yang tidak terduga.

c. Tes Adaptasi

Mengukur kemapuan pasien untuk memodifikasi reaksi motorik.

j) Elektronigtagmogram

Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk

merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut

dapat dianalisis secara kuantitatif. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menetukan

apakah gangguan keseimbangan tersebut disebabkan oleh penyakit di telinga

dalam atau tidak. Ada empat bagian utama tes dari elektronistagmografi:

1. Tes kalibrasi berguna untuk mengevaluasi rapid eye movements.

2. Tracking test mengevaluasi pergerakan dari mata selama mengikuti gerakan

dari benda target.

3. Tes posisi mengukur nistagmus yang diukur posisi kepala.

4. Tes kalori mengukur respon terhadap air panas dan dingin yang dimasukkan

ke dalam liang telinga.

Tes ENG merupakan gold standar untuk mendiagnosis gangguan telinga

yang mengenai satu telinga pada suatu waktu. Sebagai contoh, ENG sangat

bagus untuk mendiagnosis vestibular neuritis. ENG juga berguna untuk

36

Page 37: laptut kelompok 1

mendiagnosis BPPV dan gangguan keseimbangan bilateral. ENG juga

berguna untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya sederhana saja, yaitu

bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan positif ini sifatnya sama

dengan muatan positif listrik atau magnit yang selalu mengimbas daerah

sekitarnya. Begitu pula muatan positif kornea ini mengimbas kulit sekitar bola

mata. Dengan meletakkan elektroda pada kulit kantus lateral mata kanan dan

kiri, maka kekuatan muatan kornea kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman

muatan ini disalurkan pada sebuah galvanometer. Bila muatan kornea mata

kanan dan kiri sama, maka galvanometer akan meninjukkan angka nol (di

tengah). Bila mata bergerak ke kanan, maka elektroda kanan akan bertambah

muatannya, sedangkan elektroda kiri akan berkurang, jarum galvanometer

akan bergerak ke satu arah. Jadi kesimpulannya, jarum galvanometer akan

bergerak sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian nistagmus yang

terjadi bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum galvanometer diperkuat,

maka akan mampu menggerakkan sebuah tuas, dan gerakan tuas ini akan

membentuk grafik pada kertas, yang disebut elektronistagmografi (ENG).

6. Mekanisme Keseimbangan Statis dan Dinamis

Fungsi utriikulus dan sakulus dalam menjaga kesembangan statis

Penempatan bermacam macam sel rambut pada bermacam macam arah

dalam makula dan utrikulus dan sakulus merupakan hal yang penting sehingga

pada berbagai posisi kepala akan terangsang bermacam macam sel rambut.

Pola perangsangan bermacam macam sel rambut akan mengabarkan pada otak

tentang posisi kepala sehubungan dengan daya tarik gravitasi. Selanjutnya

sistem saraf motoriik vestibular serebelar dan reticular otak merangsang otot

otot yang menjaga keseimbangan.

Keseimbangan dinamis

Ketika tubuh mengalami percepatan, massa yang lebih besar dari cairan

di sekelilingnya jatuh ke belakang, yakni ke silia-silia sel rambut. Kemudian

mekanisme ketidakseimbangan dikabarkan ke pusat-pusat saraf sehingga

37

Page 38: laptut kelompok 1

orang merasa seperti terjatuh ke belakang. Otomatis orang akan

mencondongkan badannya ke depan sampai pergeseran resultane statokonia

ke anterior tadi sama dengan kecenderungan resultante statokonia(percepatan)

untuk atuh ke belakang karena akselerasi tersebut. Pada titik ini sistem saraf

akan dapat merasakan keadaan keseimbangan yang sebenarnya.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Tubuh manusia memiliki mekanisme tersendiri dalam menjaga dan

mengatur keseimbangan, dimana terdapat berbagai organ yang berperan

dalam hal ini baik sebagai organ sensorik, interpretasi maupun motorik.

Organ-organ ini saling bekerjasama dalam menjalankan fungsinya untuk

membentuk sistem keseimbangan. Namun, organ-organ ini juga dapat

mengalami gangguan sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan.

38

Page 39: laptut kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, P. V. 2007. Atlas Histologi diFiore, ed.11. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC

Junqueira, L . C, 2007. Histologi Dasar, eds 10. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran ECG

Sherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6.

Jakarta: EGC

Saladin. 2007. Anatomy and Physiology: Unity of Form and Function 4th edition.

New York: McGraw Hill Co

Seloane, E. 2002. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: EGC

39

Page 40: laptut kelompok 1

Snell, Richard. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:

EGC

40