laptut 2

51
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya. Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Muthia Cenderadewi sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini. Kami juga ingin meminta maaf atas kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari. Mataram, 14 September 2013 1

Upload: pitaloka-yuniartiningtyas

Post on 23-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

iii

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah-Nyalah kami dapat melakukan diskusi tutorial dengan lancar dan menyusun laporan hasil diskusi tutorial ini dengan tepat waktunya.Kami mengucapkan terima kasih secara khusus kepada dr. Muthia Cenderadewi sebagai tutor atas bimbingan beliau pada kami dalam melaksanakan diskusi ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada teman-teman yang ikut berpartisipasi dan membantu kami dalam proses tutorial ini.Kami juga ingin meminta maaf atas kekurangan yang ada dalam laporan ini. Hal ini adalah semata-mata karena kurangnya pengetahuan kami. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun yang harus kami lakukan untuk dapat menyusun laporan yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Mataram, 14 September 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar1Daftar Isi2I.Pendahuluan1.1 Skenario2 Blok 731.2 Mind Map41.3 Learning Objective5II.Pembahasan2.1 Anatomi Tulang, Sendi, dan Otot62.2 Histologi Tulang dan Sendi272.3 Proses Regenerasi Tulang34III. PenutupKesimpulan................................................................................................38Daftar Pustaka39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Skenario 2

Kecelakaan Lalu LintasSeorang laki-laki berusia 21 tahun dibawa ke rumah sakit setelah mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Pada saat terjadinya kecelakaan ia sedang mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi, tiba-tiba dari arah samping kanan jalan ada seorang anak yang akan menyebrang jalan. Untuk menghindari menabrak anak tersebut, pengendara motor mengerem mendadak, kemudian ia terjatuh dan motornya ikut terjatuh menimpa diri pengendara motor pada sisi tubuh bagian kiri. Warga sekitar yang menyaksikan kejadian tersebut segera menolong korban. Korban dalam kondisi sadar dan mengeluhkan nyeri hebat pada bagian tengah kaki kirinya sehingga sangat susah untuk digerakkan dan tampak kemerahan. Key words : nyeri hebat pada bagian tengah kaki kirinya, susah digerakkan, tampak kemerahan

1.2. MIND MAP

1.3. LEARNING OBJECTIVES1.Bagaimana anatomi tulang, sendi, dan otot dari extermitas inferior?.2. Bagaimana histologi dari tulang dan sendi?.3. Bagaimana regenerasi tulang?.

BAB II PEMBAHASAN2.1. Anatomi Tulang, Sendi, dan Otot Extremitas InferiorA. Anatomi Tulang.

Lower Limbs and Pelvic girdles

Pelvic girdles

Regio Femoris

Regio Cruris

Rego Pedis

B. Anatomi Sendi

1. Persendian Fibrosaa. SuturaTerdapat tiga bentuk sutura : Serratus suturaPersendian berbentuk gelombang di sepanjang penghubung antar tulang.Contohnya: coronal sutura, sagittal sutura, lambdoid sutura Squamos suturaPersendian antara dua tulang yang saling tumpang tindih. Contohnya squamos sutura yang terdapat antara os parietalis dengan os temporalis. Plane suturaPertemuan antara dua tulang yang memiliki cabang, tetapi tidak terjadi tumpang tindih.Contohnya suura yang terdapat antara prosessus palatine dari os maxilla.

b. GomposisPersendian yang bukan merupakan pertamuan antara dua tulang, akan tetapi antara gigi dan alveolar mandibular maupun maksila dan diperkuat oleh ligament periodontal.c. SinkondrosisPertemuan antara dua tulang yang hanya diperkuat oleh ligament yang membentuk membrane interooseus.

2. Persendian KartilaginosaPersendian kartialginosa, dimana dua tulang dihubungkan oleh kartilago. Terdapat dua jenis persendian kartialginosa, yaitu sinkondrosis dan simpisis.a. SinkondrosisPersendian yang diperkuat oleh kartilago hialin. Contohnya lempeng epipseal yang terdapat pada tulang anak anak yang merupakan penghubung antara epifisis dengan diafisis tulang dan perlekatan costa ke sternum juga diperkuat oleh kartilago hialin.b. Simpisis Persendian yang diperkuat oleh fibrokartilago. Contohnya pada simpisis pubis serta pada diskus intervertebralis.Gambar a. sinkondrosis b. simpisis c. simpisis3. Persendian Sinovial

Sendi synovial adalah pertemuan antara dua tulang yang dipisahkan oleh suatu rongga yang disebut dengan cavum articulasio yang mengandung cairan synovial. Adapun macam dari persendian synovial ini berdasarkan bentuknya adalah1. Sendi peluru ( gliding atau plane joint )Pertemuan antra dua tulang yang permukaannya berbentuk lempeng dan memliki ukuran yang sama sehingga menimbulkan pergerakan tulang yang bergeser. Contohnya prosessus artikular pada vertebrae.

2. Sendi Pelana ( saddle joint )Pertemuan antara dua tulang dimana permukaan tulang yang satu berbentuk cekung dan yang lainnyaberbentuk cembung dan menghasilkan gerakan yang biaksial. Contohnya sendi karpometakarpal

3. Sendi engsel ( Hinge Joint )Pertemuan antara dua tulang dimana tulang yang satu membentuk silinder cekung dan yang satu membentuk silinder cembung. Contohnya sendi siku ( humeroulnaris ) dan sendi lutut.

4. Sendi kondiloid ( ellipsoid atau condyloid joint )Merupakan modifikasi dari sendi sferoidal ( ball and socket ). Contohnya sendi atlantooccipitalis.

5. Sendi kisar ( pivot joint )Merupakan persendian monoaksial dimana gerakan satu tulang berotasi pada satu aksis. Contohnya atlas.

6. Sendi sferoidal ( ball and socket joint )Pertemuan antar dua tulang dimana tulang yang satu membentuk lengkungan yang dalam dan yang lainnya membentuk seperti bola atau kepala. Contohnya pada sendi humeroscapular.

1. Klasifikasi SendiDalam kamus kedokteran Dorland, Sendi atau articulatio merupakan tempat persambungan antara dua object atau bagian yang terpisah . secara umum , sendi merupakan suatu tempat persambungan antara dua atau lebih komponen keras, misalnya tulang. Beberapa jenis sendi memungkinkan untuk terjadinya pergerakan (movable ) pada persendian tersebut, namun beberapa yang lain malah tidak memungkinkan untuk terjadinya pergerakan sedikitpun ( immovable ) pada persendiannya. System persendian atau articular system, dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan beberapa katagori. Pengklasifikasian sendi tersebut antara lain adalah sebagai berikut : A. Secara fungsional, yang didasari pada kemudahannya dalam melakukan pergerakan, sendi dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Diarthrosis, merupakan movable joint yang dapat menghasilkan jenis-jenis pergerakan yang luas ( great movement ). Contoh sendinya adalah articulation cubiti. 2. Amphiarthrosis, merupakan sendi yang memungkinkan dapat terjadinya gerakan yang terbatas atau pergerakan yang sedikit ( slight movement ). Contoh sendinya adalah intervertebralis joint atau intercarpal joint. 3. Synarthrosis, sendi yang hanya memungkinkan pergerakan kecil yang minimal atau bahkan tidak ada pergerakan sama sekali ( none/minimal movement ). Contohnya adalah sutura pada os.cranium. B. Secara structural, yang didasari pada struktur penyusun sendi tersebut, sendi dapat diklasifikasikan menjadi : a. Fibrous jointPada sendi fibrosa, serat-serat fibrosa timbul dari matrix tulang kemudian akan merembes ke matrix tulang lainnya. Ciri khas dari sendi fibrosa antara lain adalah: tidak memiliki cavum articulare diantara tulang-tulang yang membentuk persendian terdapat jaringan ikat fibrosa pergerakannya minimal atau bahkan tidak ada pada orang dewasa Terdapat 3 jenis sendi fibrosa yaitu sutures, gomphoses, dan syndesmoses. Pada sutures dan gomphoses, serat-serat kolagennya sangat pendek dan mengizinkan sedikit pergerakan. Pada syndesmoses, serat-seratnya lebih panjang dan lebih movable atau lebih memungkinkan pergerakan. 1. SuturaMerupakan sendi fibrosa yang immovable atau terkadang dapat terjadi pergerakan kecil. Hal penting yang terdapat pada sutura adalah bahwa pergerakan sutura masih dapat terlihat pada fetus dan bayi, sedangkan pada orang dewasa, jaringan ikat yang terdapat diantara tulang berganti menjadu jaringan tulang sehingga tulang menjadi tersambung permanen sehingga pergerakan tidak terjadi lagi. Sutura mengikat tulang-tulang antar cranium. Sutura dapat diklasifikasikan menjadi serrate, lap (squamous), dan plane(butt) sutures. Serrate sutures, terlihat seperti garis bergelombang sepanjang tulang dimana antar tulang tersebut saling menyambung kuat. Termasuk didalamnya sutura coronal, sagittal, dan lambdoidea yang membatasi os. Parietal. Lap (squamous) sutures berada dimana dua tulang memiliki tepi miring yang tumpang tindih. Misalnya pada sutura squamosa antara os.temporal dan parietal. Plane (butt) sutures terdapat pada dua tulang yang memiliki tepi lurus dan tidak saling tumpang tindih. Jenis sutura ini terlihat pada processus palatine dari maxillae pada langit-langit mulut. 2. GomphosesMeskipun gigi bukanlah tulang, namun perlekatannya dengan rongganya diklasifikasikan sebagai sendi gomphosis. Gigi tetap berada pada tempatnya dengan kuat karena adanya ligamentum periodontal, yang terdiri dari serat-serat kolagen yang memanjang dari matriks tulang rahang (jaw) ke dalam jaringan gigi. 3. Syndesmoses Sindesmosis adalah sendi dimana 2 tulang diikat hanya oleh suatu ligament. Pada sindesmosis, kedua tulang berdekatan tetapi tidak saling bersentuhan dan dilekatkan oleh serat-serat kolagen dan ligamentum interosseum. Pergerakan yang terjadi pada sindesmosis tergantung pada jarak antara tulang yang bersendi dan fleksibilitas jaringan ikat kolagen yang menghubungkan kedua tulang tersebut.Syndesmoses merupakan sendi yang paling movable pada fibrous joint. Salah satu contohnya adalah os.ulna dan radius yang saling terikat oleh sebentuk ligament yang disebut membrana interosseus.

b. Cartilagonius Joint / Sendi Kartilaginosa Pada sendi kartilaginosa, antar tulang saling terikat oleh kartilago. Ada 2 jenis dari sendi ini yaitu Synchondroses dan symphyses, yang melibatkan kartilago hyaline serta fibrokartilago. 1. Synchondrosis Pada sendi ini, tulang dihubungkan oleh kartilago hyaline. Pada anak-anak, kartilago hyaline pada episial plate membentuk synchondrosis yang mengikat atau menghubungkan bersama-sama epifisis dan diafisis tulang panjang.

2. Symphyses Pada simfisis, dua tulang dihubungkan oleh fibrokartilago. Salah satu contoh adalah simfisis pubis dimana antara os.pubic dextra dan sinistra dihubungkan oleh discus atau interpubic disc.

c. Synovial Joint / Sendi Sinovial Tulang-tulang pada sendi sinovial dipisahkan oleh articular cavity yang mengandung cairan sinovial. Cairan synovial kaya akan albumin dan asam hyaluronat yang memberikannya viskositas. Cairan ini memberi nutrisi dan menghilangkan zat sisa. Selain itu, cairan sinovial mengandung fagosit yang membersihkan jaringan. Fibrous joint capsule menutupi joint cavity dan menahan cairan. Pada sendi sinovial terdapat membrane fibrousa bagian luar dan membrane sinovial bagian dalam yang mensekresikan cairan. Pada sendi rahang, sternoclavicular, dan knee joint, kartilago bertumbuh meniscus diantara tulang yang bersendi. Meniscus menyerap guncangan dan tekanan, mengurangi kemungkinan terjadinya dislokasi, dll. Struktur tambahan yang sangat penting dari sendi sinovial adalah tendon, ligament, dan bursae. Bursae merupakan suatu kantong fibrosa yang terisi dengan cairan sinovial, terletak antara otot yang berdekatan atau dimana tendon melintasi tulang. Sendi sinovial terbagi menjadi 6 jenis sendi. Pergerakan tulang pada sendi dapat dijelaskan melalui 3 bidang sumbu tegaklurus x, y, dan z. Apabila tulang dapat bergerak hanya pada 1 bidang, maka sendinya dikatakan monaxial. Jika pada dua bidang, sendi biaxial, dan jika pada 3 bidang maka disebut multiaxial. 1. Ball-and-socket joints. Termasuk di dalamnya adalah shoulder dan hip joint. Selain itu, juga sendi dimana caput femoris bertemu acetabulum dari os.coxae, caput humeri dengan cavitas glenoidalis. Hanya sendi-sendi tersebut yang merupakan sendi multiaxial dalam kerangka tubuh manusia. 2. Hinge joint. Merupakan sendi monoaxial yaitu hanya mampu bergerak pada satu bidang sumbu. Contohnya adalah elbow joint, knee joint, dan interphalangeal joints. 3. Saddle joint. Satu-satunya saddle joint adalah sendi trapeziometacarpal. Merupakan sendi biaxial. 4. Pivot joints. Sendi monaxial. Contohnya adalah sendi atlantoaxial dan sendi radioulnar proximal. 5. Gliding (plane) joint. Contohnya adalah antara processus articularis vertebrae, dan pada artikulatio sternoclaviculare.

C. Anatomi OtotLower limba. Regio Gluteal M. gluteus (maximus, medius, minimus) sebagai otot ekstensor dan abductor paha pada articulation coxae Sekelompok otot kecil (m.piriformis, m.obturator internus, 2 m. gamelli, m. quadratus femoris) sebagai otot eksorotator paha articulation coxae

b. Regio Femoris Terbagi dalam 3 kompartemen oleh septum intermuscular dari fascia lata.1. Kompartemen Anterior M. iliapsoas: terdiri dari musculus psoas mayor dan m.iliacus M. tensor fascia latae: sebuah otot fusiform (berbentuk kumparan) yang menyerupai tali pegangan (straplike) dan terdapat pada sisi lateral paha, terbungkus dalam lembar ganda fascia latae M.pectineus: berbentuk segiempat, pipih, berperan dalam aduksi paha M. sartorius: otot paling superficial pada paha anterior

M. quadriceps femoris: otot ekstensor tungkai bawah pada articulation genue yang menutupi bagian femur anterior, medial, dan lateral. Terdiri dari musculus rectus femoris (anterior), m.vastus lateralis (lateral), m.vastus medialis (medial), dan m.vastus intermedius (di sebelah dalam m.rectus femoris, antara m.vastus medialis dan m.vastus lateralis)2. Kompartemen Medial M. adductor longus: paling anterior M. adductor brevis M. adductor magnus M. gracilis M. obturator externus

Trigonum Femorale Ligamentum inguinal (proksimal) M. adductor longus (medial) M. sartorius (medial)

3. Kompartemen Posterior (hamstring muscle) M. bicepsfemoris M. femitendineus M. semimembranosus

c. Regio Cruris

Kompartemen anterior (dorsofleksor sendi pergelangan kaki dan fleksor jari-jari kaki) M. tibialis anterior M. extensor hallucis longus M. extensor digitalis longus M. fibularis (peroneus) tertiusKompertemen Lateral M. fibularis (peroneus) longus M. fibularis (peroneus) brevisKompartemen Posterior1. pars superficialis m. gastrocnemius dan m. soleus membentuk triceps surae, memiliki tendon lekat bersama pada calcaneus (tentdon calcaneus Acholes) m.Plantaris2. pars profunda m. popliteus m.fleksor hallucis longus m.fleksor digitorum longus m.tibialis posterior

d. Regio Pedis

Terdapat 4 lapis otot Terdapat dua bidang neurovskular (sebuah bidang superficial antara lapis otot pertama dan lapis otot kedua, dan sebuah bidang profunda antara lapis otot ketiga dan lapis otot keempat) Pada dorsum pedis terdapat m. ekstensor digitorum brevis dan m. ekstensor hallucis brevis

2.2. Histologi Tulang dan Sendi A. Histologi Tulang1. OSTEOBLASOsteoblas bertanggung jawab atas sintesis komponen organik matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikan dan glikoprotein). Deposisi komponen anorganik dari tulang juga bergantung pada adanya osteoblas aktif. Osteoblas hanya terdapat pada permukaan tulang, dan letaknya bersebelahan, mirip epitel selapis. Bila osteoblas aktif mensintesis matriks, osteoblas memiliki bentuk kuboid sampai silindris dengan sitoplasma basofilik. Bila aktifitas sinetesisnya menurun, sel tersebut menjadi gepeng dan sifat basofilik pada sitoplasmanya akan berkurang. Beberapa osteoblas secara berangsur dikelilingi oleh matriks yang abru terbentuk dan menjadi osteosit. Selama proses ini, terbentuk rongga yang disebut lakuna. Lakuna dihuni osteosit beserta juluran-juluranya, bersama sedikit matriks ekstra sel yang tidak mengapur. Selama sintesis matriks berlangsung, osteoblas memilki struktur yang secara aktif menyintesis protein untuk dikeluarkan. Osteoblas merupakan sel yang terpolarisasi. Komponen matriks disekresi pada permukaan sel, yang berkontak dengan matriks tulang yang lebih tua dan mengahsilkan lapisanmatriks baru (namun belum berkapur), yang disebut osteoid, diantara lapian osteoblas dan tulang yang baru dibentuk . Proses ini, yaitu aposisi tulang, dituntaskan dengan pengendapan garam-garam kalsium kedalam matriks yang baru tebentuk.

2. OSTEOSIT Osteosit yang berasal dari osteoblas, terletak didalam lakuna yang teeletak didalam lamela matriks ( L. dari lamina, daun). Hanya ada satu osteosit didalam satu lakuna. Kanalikuli matriks silindris yang tipis, mengandung tonjolan-tonjolan sitoplasma osteosit. Tonjolan dari sel-sel yang berdekatan saling berkontak melalui taut rekah (gap junction) dan molekul- molekul berjalan melalui struktur ini dari sel ke sel. Sejumlah molekul bertukar tempat dari dari osteosit dan pembuluh darah melalui sejumlah kecil substansi ekstra sel yang terletak diantara osteosit(dengan tonjolan-tonjolannya) dan matriks tulang. Pertukaran ini menyediakan nutrien kira-kira untuk 15 sel yang sederet.Bila dibandingkan dengan osteoblas, osteosit yang gepeng dan berbentuk kenari tersebut memiliki sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi serta kromatin inti yang lebih padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang, dan kematiaanya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut.

3. OSTEOKLASOsteoklas adalah sel motil bercabang yang sangat besar . Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50n inti. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas terdapat didlam lekukan yyang terbentuk akibat kerja enzim pada matriks, yang dikenal sebagai lakuna Howship. Osteoklas berasal dari penggabungan sel-sel sum-sum tulang. Pada osteoklas yang aktif, matriks tulang menghadap permukaan terlipat secara tak teratur, seringkali berupa tonjolan-tonjolan yang terbag lagi., dan memebentuk batas bergelombang. Batas bergelombang ini dikelilingi oleh zona sitoplasma-zona terang- yang tidak mengandung organel, namun kaya akan filamen aktin. Zona ini adalah tempat adhesi osteoklas pada matriks tulang dan menciptakan lingkungan mikro tempat terjadinya resorpsi tulang.Osteoklas menyekresi kolagenase dan enzim lain dan memompa proton kedalam kantung sub selluler (lingkungan mikro yang disebut sebelumnya), yang memudahkan pencernaan kolagen setempat dan melarutkan kristal garam kalsium. Aktivitas osteoklas dikendalikan oleh sitokin (protein pemberi sinyal kecil yang bekerja sebagai mediator setempat). Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitonin, yakni suatu hormon tiroid namun bukan untuk hormon paratiroid. Akan tetapi, osteoblas memiliki reseptor runtuk untuk hormon paratiroid dan begitu teraktivasi oleh hormon ini, osteoblas akan memperoduksi suatu sitokin yang disebut faktor prrangsang osteoklas. Batas bergelombang berhubugaN dengan aktivitas osteoklas.MATRIKS TULANGKira-kira 50% dari berat kering matriks tulang adalah bahan anorganik. Yang teristimewa banyak dijumpai adalah kalsium dan fosfor, namun bikarbonat, sitrat,magnesium, kalium dan natrium juga ditemukan. Pada pemeriksaan dengan sinar X dapat ditemukan bahwa kalsium dan fosfor memebntuk kristal hidroksiapatit dengan komposisi Ca10(PO4)6(OH)2. Meskipun begitu, kristal-kristal ini menunjukkan ketidak sempurnaan dan tidak identik dengan hiroksiapatit yang ditemukan dalam mineral karang. Kalsium amorf (nonkristal) juga ckup banyak dijumpai. Pada mikrograf elektron, kristal hidroksiapatit tulang tampak sebagai lempengan yang terletak disamping serabut kolagen, namun dikelilingi oleh sunstansi dasar. Ion permukaan hidroksiapatit berhidrasi dan ion terbentuk disekitar kristal. Lapian ini , yaitu lapisan hidrasi, membantu pertukaran ion antara kristal dan cairan tubuh.Bahan organik dalam matriks tulangadalah kolagen tipe 1 dan substansi dasar, yang mengandung agregat proteoglikan dan beberapa glikoprotein struktural spesifik. Glikoprotein tulang mungkin bertanggung jawab atas kelancaran kalsifikasi matriks tulang. Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I biasanya tidak mengapur dan tidak mengandung glikoprotein tersebut. Karena kandungan kolagennya yang tinggi, matriks tulang yang terdekalsifikasi terikat kuat dengan pewarna serta kolagen. Gabungan mineral dengan serat kolagen memberikan sifat keras dan ketahanan pada jaringan tulang. Setelah tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetap terjaga, namun menjadi fleksibel mirip tendon. Dengan menghilangkan bagian organik dari matriks yang terutama berupa kolagen bentuk tulang juga masih terjaga, namun kini menjadi rapuh, mudah patah dan hancur bila dipegang.PERIOSTEUM DAN ENDOOSTEUMPermukaan dalam dan luar dari tulang ditutupi oleh lapisan sel-sel pembentuk tulang dan jaringan ikat yang disebut periosteum dan endoosteum.Periosteum terdiri atsa lapisan luar serat-serat kolagen dan fibroblas. Berkas-berkas serat kolgen periosteum , yang disebut serat sharpey, memasuki matriks tulang dan mengikat periosteum pada tulang. Lapisan dalam periosteum yang lebih banyak mengandung sel , terdiri atasa sel-sel mirip fibroblas yang disebut sel osteoprogenitor, yang erpotensi membelah melalui mitosis dan berkembang menjadi osteoblas . Studi autoradiografimemperlihatkan bahwa sel-sel ini menangkap timidin-3H, yang kemudian ditemukan didalam osteoblas. Sel osteoprogenitor berperan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan tulang.Endoosteum melapisi semua rongga dalam didalam tulang dan terdiri atsa elpais sel osteoprogenitor gepeng dan sejumlah kecil jaringan ikat. Karenanya, endosteum lebih tipis daripada periosteum.Fungsi utama periosteum adalah memeberi nutrisi kepada jaringan tulang dan menyediakan osteoblas baru secara kontinyu untuk perbaikan atau pertumbuhan tulang.

B. Histologi SendiBerdasarkan strukturnya, kita juga dapat melihat bagaimana struktur histologi dari sendi itu sendiri. Misalnya saja Fibrous Joint, yang berarti bahwa secara histologi penyusunnya berupa jaringan ikat fibrosa. Hal ini pun berlaku pula pada Cartilaginosa Joint. Khusus untuk Synovial Joint akan sedikit berbeda, sehingga struktur histologi yang akan dibahas di sini hanya histologi dari sendi synovial saja. Sendi sinovial adalah sendi-sendi tubuh yang dapat digerakkan. Sendi-sendi ini memiliki rongga sendi dan permukaan sendi dilapisi rawan hialin. Kapsul sendi terdiri dari suatu selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalam yang terbentuk dari jaringan ikat dengan pembukuh darah yang banyak, dan sinovium, yang membentuk suatu kantung yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi. Sinovium (synovial membrane) tidak meluas melampuai permukaan sendi, tetapi terlipat sehingga memungkinkan pergerakan sendi secara penuh. Lapisan-lapisan bursa diselurh persendian membentuk sinovium, sedangkan periosteum tidak melewati kapsul sendi. Pada sinovium terdapat dua tipe sel, yaitu sel tipe A, yang menyerupai makofag. Sel ini kaya akan lisosom dan aparatus golgi namun sedikit retikulum endoplasma. Sel ini bertanggung jawab pada pemindahan unsur-unsur sampah pada sendi. Sel yang kedua adalah sel tipe B, yang menyerupai fibroblast, yang tersusun atas banyak retikulum endoplasma dan berperan dalam menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan. Jumlah yang ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai 3 ml). hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari 200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuklear. Asam hialuronat adalah senyawa yang bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan sintesis oleh sel-sel pembungkus sinovial. Bagian cair dari cairan sinovial diperkirakan berasal dari transudat plasma. Cairan sinovial juga berperan sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Struktur Sendi

Kartilago hialin menutupi bagian tulang yang menaggung beban pada sendi sinovial. Rawan ini mempunyai peran pentung dalam membagi beban tubuh. Rawan sendi terdiri dari sedikit sel dan sejumlah besar zat-zat dasar. Zat-zat dasar ini terdiri dari kolagen tipe II dan proteoglikan yang dihasilkan oleh sel-sel rawan. Proteoglikan yang ditemukan pada rawan sendi sangan hidrofilik, sehingga memungkinkan rawan tersebut mampu menahan kerusakan sewaktu sendi menerima beban yang berat.

Histologi Sendi/

Kartilago sendi pada orang dewasa tidak mendapat aliran darah, limfe dan persarafan. Oksigen dan bahan-bahan lain untuk metabolisme dibawa oleh cairan sendi yang membasahi rawan tersebut. Perubahan susunan kolagen dan pembentukan proteoglikan dapat terjadi saat cedera atau saat pertambahan usia. Beberapa kolagen baru pada tahap ini mulai membentuk kolagen tipe satu yang lebih fibrosa. Proteoglikan dapat kehilangan kemampuan hidrofiliknya. Perubahan-perubahan ini berarti rawan kehilangan kemampuannya untuk menahan kerusakan bila diberi beban berat.2.3. Regenerasi Tulang

1. Fase Hematoma, yaitu perdarahan di sekitar patahan tulang, 2-3 minggu.2. Fase Proliferasi, proliferasi sel-sel periosteum dan endoesteum untuk membentuk osteoblast, 5 hari.3. Fase Pembentukan Kalus, sel osteoblast membentuk matriks intraselular dan mulai terjadi pengendapan kalsium (tulang immature), 3-8 minggu. 4. Fase osifikasi, terjadi pembentukan tulang mature, mulai terbentuk lamela dan pembentukan primary bone menjadi secondary bone, minggu ke 8-12.5. Fase remodeling, terbentuk tulang yang seperti aslinya melalui tarikan dan tekanan mekanis, 4-6 bulan. Pembentukan tulang terdiri atas 3 fase yaitu fase reaktif, fase reparative dan fase remodeling

1. FASE REAKTIFA. HematomSetelah terjadi patah tulang, pembuluh darah robek lalu terbentuklah hematom disekitar dan sela-sela patahan tulang baik dibagian proximal maupun bagian distal. Vaskularnya rusak sehingga mengalami kematian 1-2 milimeter

B. Inflamasi dan proliferasiReaksi inflamsi timbul dengan dilepaskannya berbagai mediator oleh trombosit, sel-sel yang mati dan mengalami kerusakan. Pada fase ini juga terjadi vasodilatasi pembuluh darah, eksudasi cairan plasma yang berisi sel-sel inflamasi yang masuk ke bagian yang mengalami fraktur tersebut. Sel-sel tersebut adalah PMN ( 24 jam pertama), makrofag, limfosit sel-sel mesenkim yang berasal dari periosteum dan endoesteum. Eksudat yang terbentuk berperan dalam migrasi, mitosis dan diferensiasi sel-sel karena didalamnya terdapat senyawa hyaluronat dan fibronectin yang merangsang migrasi dan proliferasi sel. Pada saat ini lingkungan disekitar fraktur bersifat asam yang memepengaruhi aktivitas sel-sel didalamnya. Tekanan O2 ditempat hematom menurun dan aliran darah juga menurun menyebebabkan kedaan hipoksia, keadaan ini menurut penelitian secra invitro baik bagi proses pembentukan tulang.Mediator-mediator yang berperan dalam proses inflamasi a. Cytokine yang dilepaskan oleh trombositDari jenis ini terdapat platelet drived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor B (TGF beta) yang berfungsi merangsang sel-sel mesenkim yang terdapat pada periosteum untuk berdiferensiasi menjadi fibroblast, osteoblas dan kondrosit.b. Prostaglandin Berfungsi memepercepat proses penyembuhan tulang dan menstimulasi sel mesenkim untuk berdiferensiasi menjadi osteoblas.

C.Jaringan granulasiBersamaan dengan tahap ini, sel-sel nekrotik dan eksudat diresopsi dan diganti oleh sel-sel osteoprogenitor sperti fibroblast, fibrosit, sel-sel mononuclear dan endotil pembuluh drah)Pada tahap ini terjadi proses neurovaskularisasi dengan bantuan angiogenetic hormone sel-sel endotel pembuluh darah didaerah fraktur jaringan otot dan lunak akan mengalami penonjolan sitoplasma sehingga pembuluh darah baru terbentuk dengan cara migrasi dan reduplikasi. Laminin (protein yang terdapat didalam pembuluh darah) berperan dalam pembentukan jaringan granulasi.

D. Jaringan ikatSeiring dengan terjadinya regenerasi tulang yang terus-menerus jaringan granulasi mengalami transformasi menjadi jaringan ikat yang terdiri dari serabut-serabut kolagen. Jaringan ini lebih kuat dari jaringan granulasi

2. FASE REPARATIFJaringan fibrokartilagoTerbentuk jaringan kolagen yang matur dan sel-sel osteoid yang membentuk jaringan kalus. Kalus mengalami mineralisasi, dimulai dengan dilepaskannya kalsium oleh mitokondria. Selama proses mineralisasi terbentuk tulang yang disebut dengan woven bone. Ujung-ujung fragmen tulang secara berangsur-angsur diselimuti oleh masa kalus yang fusiform. Semakin banyak mineral yang telah dideposisi semakin keras pula kalus yang terbentuk. Pada tahap ini stabilitas fragmen fraktur mulai meningkat, bagian yang fraktur tidak nyeri lagi dan tampak tulang yang menghubungkan fragmen-fragmen fraktur secara radiologis.

3. FASE REMODELINGPada tahap ini kalus yang mengeras akan diresorpsi. Terjadi pembentukan tulang sesuai dengan garis gaya yang bekerja. Kanal medulla mulai terbentuk kembali dan osteoblas berubah menjadi osteocyt. Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung. Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi keseimbangan yang negative.

BAB III PENUTUPKESIMPULANSistema skeletale, sistema articulare dan sistema musculare memiliki fungsi yang penting dalam pergerakan tubuh. Sistem-sistem ini memiliki klasifikasi yang berbeda sesuai dengan jenis dan fungsinya. Sistem tersebut juga dapat mengalami gangguan dan dapat dideteksi dengan beberapa prosedur pemeriksaan ssuai hasil yang dibutuhkan untuh pemeriksaan selanutnya. Kerusakan dapat ditangani oeh tubuh maka tubuh memiliki pengaturan tersendiri untuk melakukan regenerasi sistem alat gerak tersebut hingga dapat kembali ke kondisi semula.

DAFTAR PUSTAKAKeith L. Moore, Athur F. Dalley. 2006.Clinically Oriented Anatomy 5thEd. Philadelphia: Lippincott William & WilkinsPrice & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGCSherwood & Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: EGCSaladin. 2007. Anatomy and Physiology: Unity of Form and Function 4th edition. New York: McGraw Hill CoSobotta. 2005. Atlas Anatomi Manusia edisi 25. Jakarta: EGC

39