lapsus letak sungsang docx

83
Laporan Kasus LETAK SUNGSANG Oleh Hernita Indriyani I1A0040 Pembimbing dr. Samuel Tobing, Sp.OG(K) 1

Upload: jimmy-anwar

Post on 05-Dec-2014

184 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Letak Sungsang Docx

Laporan Kasus

LETAK SUNGSANG

Oleh

Hernita IndriyaniI1A0040

Pembimbing

dr. Samuel Tobing, Sp.OG(K)

BAGIAN/UPF ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM / RSUD ULIN

BANJARMASIN

Juni, 2010

1

Page 2: Lapsus Letak Sungsang Docx

BAB I

PENDAHULUAN

Proses persalinan merupakan proses mekanik dimana janin didorong melalui

suatu ruangan (pelvis) oleh tenaga (his) yang mempunyai fungsi membuka serviks

dan mendorong janin keluar. Normalnya persalinan dilakukan secara pervaginam.

Namun demikian pada kondisi tertentu kelahiran pervaginam ini sulit dilakukan.

Kematian maternal dan neonatal merupakan masalah yang besar di negara-

negara miskin dan berkembang. Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di

Indonesia tercatat sekitar 334 per 100.000 kelahiran hidup dan 21,8 per 1.000

kelahiran hidup. Angka ini tergolong masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan

negara-negara Asia Tenggara lainnya. Salah satu faktor penting dalam upaya

penurunan angka kematian tersebut yaitu penyediaan pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal yang berkualitas.1

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan

indikator yang paling peka untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan

anak.1 Malpresentasi dapat mengakibatkan timbulnya penyebab kematian perinatal

termasuk diantaranya adalah kelainan presentasi bokong (letak sungsang), kejadian

hipoksia dan trauma lahir pada perinatal sering ditemui pada kasus persalinan

dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong.2

Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi

bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada

persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan

persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam

2

Page 3: Lapsus Letak Sungsang Docx

tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha

untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya

persalinan.

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe letak

sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi ; Complete breech

(5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling (10-30%)

yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.1,2

Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki

risiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Frekuensi dari letak

sungsang ditemukan kira-kira 4,4 % di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan 4,6 %

di

Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Banyak faktor yang dapat menyebabkan

kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu.

Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka

kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding pada

primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian

presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala

janin yang tidak baik pada Pintu Atas Panggul 2-6

Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 31 tahun yang masuk kamar

bersalin RSU Ulin dengan G2P1A0, hamil 38-39 minggu, inpartu kala I fase laten +

Janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi bokong + taksiran berat janin 3150 gram.

3

Page 4: Lapsus Letak Sungsang Docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri 2

Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:1,4

Presentasi bokong (frank breech) (50-70%).

Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki

terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin.

Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya dapat diraba bokong.

Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) ( 5-10%).

Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat diraba kaki.

Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or

footling) (10-30%).

Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di

samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi

kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.

4

Page 5: Lapsus Letak Sungsang Docx

Gambar 1. Macam-macam presentasi bokong6

2. PREVALENSI

Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan

tunggal.(1-3) Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada letak janin memanjang

dimana presentasi bokong dengan atau tanpa kaki merupakan bagian terendahnya.

Angka kejadiannya adalah 3-4% dari seluruh kehamilan. 1,6

Beberapa peneliti lain seperti Greenhill melaporkan kejadian persalinan

presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.1 Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256

persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang1

Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-

2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.4

5

Page 6: Lapsus Letak Sungsang Docx

Mortalitas perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada

kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal : 5-7 kali lebih tinggi

daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan

jenis presentasi bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong :

hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital. Kelainan

kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada

presentasi kepala. 1,6,7

Kejadian letak sungsang berkurang dengan bertambahnya usia kehamilan.

Letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada

kehamilan 32 minggu 7% dan, 1- 3% pada kehamilan aterm. 7

3. PATOFISIOLOGI

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap

ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air

ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.

Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak

sungsang atau letak lintang.4

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air

ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar

daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di

fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah

uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup

bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,

6

Page 7: Lapsus Letak Sungsang Docx

janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala Sayangnya, beberapa fetus

tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.4

4. ETIOLOGI

Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas

uterus (malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher,

aneploid), overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan

berkurangnya kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma,

tumor pelvis lain). Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan

USG bahwa prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-

fundal. 1 Lebih dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya

letak sungsang. 1,4,6

5. TANDA DAN GEJALA

Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa

kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh

dibagian atas dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama

kalinya mungkin belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat

kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.1-6

Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa

Leopold I difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II

teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong

dibagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi

kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.

7

Page 8: Lapsus Letak Sungsang Docx

Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih

tinggi daripada umbilicus.1,7

Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis

dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus

berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya

bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila

dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,

sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari

lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada

persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk

membedakan bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan

bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami

rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang

rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk

segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi

bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada

presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong.

Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis

posisi.1,7

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam,

sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau

MRI (Ma g n e t i c Re s o n a n c e Ima g i n g ) . Pemeriksaan ultrasonografik

8

Page 9: Lapsus Letak Sungsang Docx

diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila pemeriksaan fisik belum jelas,

menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat bawaan. Pada foto

rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin

serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.1,2,7

7. DIAGNOSIS

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah

dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa

penuh dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibagian bawah rahim. Dari

riwayat kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang. Sedangkan dari

pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I ifundus akan teraba bagian

bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba punggung dan bagian kecil pada sisi

samping perut ibu, Leopold III-IV teraba bokong di segmen bawah rahim. Dari

pemeriksaan dalam akan teraba bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan

teraba os sakrum, kedua tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan penunjang juga dapat

digunakan untuk menegakkan diagnosis seperti ultrasonografik atau rontgen .1,2,7

8. DIAGNOSIS BANDING

Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan

dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold 6 masih

ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni padaletak

sungsang akan didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan

otot dan anus dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk

mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan tulang

9

Page 10: Lapsus Letak Sungsang Docx

pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen sangatlah dapat

dibedakan.1,7

9. PENATALAKSANAAN

1. Dalam Kehamilan

Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak

sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,

kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka

dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada

kontraindikasi).1

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada

umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena

kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah

minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air

ketuban relatif telah berkurang. Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak

janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.

Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit, perdarahan

antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. 1,6,7

Gambar 2. Versi luar7

10

Page 11: Lapsus Letak Sungsang Docx

Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan keberhasilan

terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman

membuat prediksi keberhasilan versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop

skor (Bhisop-like score).7

Tabel 1. Skor Bishop6

Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,

penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:

narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan

digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari

pada versi luar.7

2. Dalam Persalinan

Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan

kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya

ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti

kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.7

11

Page 12: Lapsus Letak Sungsang Docx

Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka

penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat

dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika

tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan

pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni

(frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada

riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. 1,7

Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu 1-7:

Persalinan bokong

a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.

b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam

sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.

c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia

bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.

d. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.

e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan

trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.

f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.

g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

Persalinan bahu

a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.

b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.

12

Page 13: Lapsus Letak Sungsang Docx

c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah simpisis dan

bertindak sebagai hipomoklion.

d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.

e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga

seluruh bahu janin lahir.

f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau miring.

g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

Persalinan kepala janin

a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan posisi

dagu berada dibagian posterior.

b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang tertahan

oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan suboksiput

sebagai hipomiklion.

c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan

muka seluruhnya.9

d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh kepala bayi

dapat lahir.

e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir

dan mekoneum untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti

biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.

13

Page 14: Lapsus Letak Sungsang Docx

Jenis-jenis persalinan sungsang:

1. Persalinan Pervaginam

Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam, persalinan

pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:

a) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan dan

tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht. 8,9

b) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin

dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi

dengan tenaga penolong.

c) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan

memakai tenaga, penolong.

2. Persalinan perabdominam (seksio sesaria).

Prosedur pertolongan persalinan spontan1,6,7

Tahapan :

1. Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong sampai pusat (skapula

depan).

2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai lahirnya mulut.

3. Tahap ketiga: fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir.

Teknik :

1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus memperhatikan sekali

lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun penolong. Pada persiapan kelahiran.janin

harus selalu disediakan cunam Piper.

14

Page 15: Lapsus Letak Sungsang Docx

2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong berada didepan vulva. Ketika

timbul his ibu disuruh mengejan dan merangkul kedua pangkal paha. Pada saat

bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin

intramuskuler.

3. Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah bokong lahir,

bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu

panjang paha, sedangkan jani-jari lain memegang panggul.

4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali pusat lahir dan tampak

teregang, tali pusat dikendorkan. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis

pada badan janin guna mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin

didekatkan ke punggung ibu. Penolong hanya 13 mengikuti gerakan ini tanpa

melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan gaya berat

badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya hiferlordossis, seorang asisten

melakukan ekspresi Kristeller pada fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul.

Dengan gerakan hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan,

dagu, mulut dan akhirnya kepala.

Gambar 3.Hiperlordosis badan bayi (Bracht)8

15

Page 16: Lapsus Letak Sungsang Docx

5. Janin yang baru lahir segera diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat

tali pusat.

Keuntungan :

Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong

tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling mendekati

persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.

Kerugian :

Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang

dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin

besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan menjungkit atau

menunjuk.

Prosedur Manual Aid 8,9

Indikasi :

Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami kegagalan,

misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Dan memang dari awal

sudah direncanakan untuk manual aid.

Tahapan :

1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan

dan tenaga ibu sendiri.

2. Tahap kedua : lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong.

Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara : 8,9

a) Klasik (Deventer)

b) Mueller

16

Page 17: Lapsus Letak Sungsang Docx

c) Lovset

d) Bickenbach.

3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara

a) Mauriceau (Veit-Smellie)

b) Najouks

c) Wigand Martin-Winckel

d) Parague terbalik

e) Cunam piper

Tehnik :

Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir. Tahap kedua melahirkan

bahu dan langan oleh penolong:

1. Cara klasik

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan

belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas (sacrum),

kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah simpisis. Kedua kaki janin

dipegang dengan tangan kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke

atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu

tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan

telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah

dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. Untuk

melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan

penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung

ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.

17

Page 18: Lapsus Letak Sungsang Docx

Gambar 4.Melahirkan bahu dan lengan (klasik/Deventer)8

Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua

persalinan letak sungsang tetapikerugiannya lengan janin relative tinggi didalam

panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir yang dapat

manimbulkan infeksi.8,9

2. Cara Mueller8,9

Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu dan

lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan

lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuropelvik yaitu kedua ibu jari

penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka

dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik ke curam ke

bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah simpisis dan lengan

depan dilahirkan dengan mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan

lahir, tarik badan janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak

masuk ke dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.

18

Page 19: Lapsus Letak Sungsang Docx

Gambar 5.Melahirkan bahu dan lengan (Mueller)8

3. Cara lovset

Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin dalam

setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke bawah sehingga

bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir dibawah simpisis dan

lengan dapat dilahirkan.

Gambar 6. Melahirkan bahu (Loevset)8

Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan pada

semua letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan

pada sungsang dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.

4. Cara Bickhenbach

Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan cara

klasik. 1,7-9

Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)

19

Page 20: Lapsus Letak Sungsang Docx

1. Cara Mauriceau

Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalan

lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari keempat

mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher. Badan anak

diletakkan diatas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari

telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung.

Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten

Melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang

mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah

simpisis, kepala dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga

berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya

lahirnya seluruh kepala janin.

Gambar 7. Melairkan kepala (Mauriceau-Veit-Smeille)8

2. Cara Naujoks

Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong tidak

dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang mencengkeram leher

janin menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu seorang asisten

mendorong kepala janin kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena

menimbulkan trauma yang berat.

20

Page 21: Lapsus Letak Sungsang Docx

3. Cara Prague Terbalik

Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang

dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong

mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada telapak tangan

penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua pergelangan kaki, kemudian

ditarik keatas bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin

mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat

dilahirkan.

Gambar 8.Melahirkan kepala (Prague terbalik)8

4. Cara Cunam Piper

Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan

janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas sehingga

punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam piper sama prinsipnya

dengan pemasangan pada letak belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari

arah bawah sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak dibawah

simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion

berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

21

Page 22: Lapsus Letak Sungsang Docx

Gambar 9. Melahirkan kepala (cunam piper)8

Prosedur Ekstraksi Sungsang7,8,9

1. Teknik ekstraksi kaki

Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan

menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut,kemudian melakukan abduksi dan

fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi. Tangan yang diluar

mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki

dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas

lutut. Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah sampai

pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik curam ke bawah

trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama

dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong pun lahir. Setelah

bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan

femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat lahir. Selanjutnya

untuk melahirkan badan janin yang lainnya dilakukan cara persalinan yang sama

seperti pada manual aid.

2. Teknik ekstraksi bokong

Dilakukan pada letak bokong murni (frank breech) dan bokong sudah berada

di dasar panggul sehingga sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolongyang

22

Page 23: Lapsus Letak Sungsang Docx

searah bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan

paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan

ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak dibawah simpisis, maka jari

telunjuk penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah

sampai bokong lahir. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks

kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid.

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam

Persalinan letak sungsang dengan seksio sesaria sudah tentu merupakan yang

terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang

pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal ini tidak

berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan perabdominam. Persalinan

diakhiri dengan seksio sesaria bila: 1. Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan

berbahaya (disproporsi feto pelvic atau skor Zachtuchni Andros ≤ 3).1-7,9

Skor Zachtuchni Andros

Arti nilai:≤ 3 : persalinan perabdominam4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.>5 : dilahirkan pervaginam.

2. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.

23

Page 24: Lapsus Letak Sungsang Docx

3. Didapatkan distosia

4. Umur kehamilan:19

Prematur (EFBW=2000 gram)

Post date (umur kehamilan ≥ 42 minggu)

5. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)

Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, nilai social janin tinggi.

6. Komplikasi kehamilan dan persalinan:

Hipertensi dalam persalinan

Ketuban pecah dini

Kriteria persalinan Pervaginam pada presentasi bokong:6,7,8

1.       Presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki

2.       Tafsiran berat janin pada primi : < 3500g, pada multigravida <4000g

3.       Panggul luas

4.       Zatuchni Andros > 4

5.       Plasenta tidak dibawah

Kriteria section cesarean pada bokong:6,7,8

1.       Panggul sempit, DKP

2.       Janin besar

3.       Preterm sudah inpartu

4.       Ketuban pecah > 12 Jam

5.       Zatuchni Andros <4

6.       Cacat rahim (bekas SC)

7.       Tafsiran berat janin pada primi > 3500g, pada multi >4000g

24

Page 25: Lapsus Letak Sungsang Docx

8.       Plasenta previa

9.       Presentasi lutut/kaki

10.   Kepala dalam posisi hiperekstensi

11.   IUGR

10. KOMPLIKASI

Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain 1,7,9:

1. Dari faktor ibu:

Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.

Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.

2. Dari faktor bayi:

Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan

alat-alat vital intra-abdominal.

Infeksi karena manipulasi

Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian

leher,rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan

fasialis, kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat

vital (mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati.

11. PROGNOSIS

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan letak kepala. Di RS Karjadi Semarang, RS Umum Dr. Pringadi

Medan dan RS Hasan Sadikin Bandung didapatkan angka kematian perinatal masing-

25

Page 26: Lapsus Letak Sungsang Docx

masing 38,5%, 29,4% dan 16,8%. Eastmen melaporkan angka kematian perinatal

antara 12-14%. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat terjepitnya tali pusat

antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat

retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya placenta sebelum kepala lahir.

Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus dilahirkan akan

membahayakan kehidupan janin.1,5-7

Selain itu bila janin berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat

membahayakan karena mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya

asfiksia janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering Dijumpai pada

presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki tidak sempurna , tetapi jarang

dijumpai pada presentasi bokong.5,7

12. GAWAT JANIN

1. Definisi

Gawat janin adalah keadaan / reaksi ketika janin tidak memperoleh oksigen

yang cukup (hipoksia). Hipoksia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan oksigen

didalam jaringan. Hipoksia janin terjadi karena gangguan pertukaran gas serta

transport oksigen dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan

oksigen dan dalam menghilangkan karbondioksida. Gangguan ini dapat berlangsung

secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara

mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.10,11

Dari banyak penelitian didapatkan bahwa sebagian besar mortalitas janin

terutama disebabkan oleh keadaan hipoksia intraurine, sepertiga terjadi dalam periode

intrapartum. Neonatus yang pernah mengalami asfiksia dalam kehidupan selanjutnya

26

Page 27: Lapsus Letak Sungsang Docx

dapat terancam oleh gangguan akibat efek neurology. Data di Rumah Sakit Dr Cipto

Mangunkusumo (RSCM) didapatkan 81,6% kematian perinatal berasal dari ibu-ibu

dengan resiko tinggi yang meliputi 30% kasus yang datang di bagian kebidanan

RSCM. Mortalitas perinatal terutamadisebabkan oleh keadaan hipoksia intrauterine

(60% faktor kontribusi kematianperinatal), berat badan lahir rendah dan cacat bawaan

(10%-20%).12

Faktor resiko hipoksia janin intrauterin diantaranya adalah: hipertensi dalam

kehamilan, pertumbuhan janin terhambat, solusio plasenta, postmaturitas,

malpresentasi termasuk vasa previa. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan

bersifat lebih mendadak dan hampir selalu mengakibatkan hipoksia janin, diantaranya

adalah : gangguan aliran darah dalam tali pusat, penggunaan obatobat

anestesia/analgetika pada ibu, gangguan his (hipertoni dan tetani), hipotensi

mendadak pada ibu karena perdarahan, misalnya pada plasenta previa.11

2. Deteksi Dini Hipoksia Janin Intrauterin

Ada banyak cara untuk dapat mendeteksi adanya hipoksia janin intrauterin

baik secara sederhana maupun dengan menggunakan alat bantu yang lebih canggih.

Cara sederhana yaitu dengan perkiraan berat janin dan penentuan tinggi fundus uteri

dibandingkan dengan usia kehamilan, auskultasi denyut jantung janin (normal 120 –

160 dpm), pengamatan gerakan janin (minimal 10 gerakan dalam 12 jam atau 2

gerakan dalam 4 jam), pengamatan cairan amnion.11,13

Dengan kemajuan teknologi, keadaan hipoksia pada janin dapat dideteksi

lebih dini yaitu dengan menggunakan kardiotokografi, velosimetri Doppler

arteriumbilikalis, pemeriksaan pH darah janin, biofisik profil dan juga oksimetri

27

Page 28: Lapsus Letak Sungsang Docx

denyut janin (fetal pulse oximetry).

A. Kardiotokografi (CTG)

Kardiotokografi merupakan pemeriksaan denyut jantung janin dan perubahan-

perubahannya yang terjadi akibat adanya aktivitas uterus dan /atau gerakan janin

selama masa kehamilan dan persalinan.14

1. Penilaian denyut jantung janin

a. Frekuensi dasar denyut jantung janin

Gambaran denyut jantung janin dalam pemeriksaan kardiotokografi ada dua

macam, yaitu :

· Denyut jantung janin basal (basal fetal heart rate), yakni frekuensi dasar

(baseline rate) dan variabilitas (variability) denyut jantung janin saat uterus

dalam keadaan istirahat (relaksasi).

· Perubahan periodik (reactivity), merupakan perubahan denyut jantung janin yang

terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus.

Untuk menentukan frekuensi denyut jantung janin basal dilakukan selama 10

menit.15-18

Tabel 1. Frekuensi denyut jantung janin18

Takikardia dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin yang ringan (kronik).

Biasanya gambaran takikardi tidak berdiri sendiri. Bila takikardi disertai gambaran

28

Page 29: Lapsus Letak Sungsang Docx

vaiabilitas denyut jantung janin yang masih normal biasanya janin masih dalam

kondisi baik. 15-16,19-20

Bradikardia dapat terjadi pada keadaan hipoksia janin yang berat (akut).

Gambaran bradikardi ini pun biasanya tidak berdiri sendiri, sering disertai dengan

gejala yang lain. Bila bradikardia antara 100-120 disertai dengan variabilitas yang

masih normal biasanya menunjukkan keadaan hipoksia. Bila hipoksia janin

menjadi lebih berat lagi, akan terjadi penurunan frekuensi yang makin rendah

(<100 dpm) disertai dengan perubahan variabilitas yang jelas (penurunan

variabilitas yang abnormal). 15-16,19-20

b. Variabilitas denyut jantung janin

Variabilitas denyut jantung janin adalah gambaran osilasi yang tak teratur,

yang tampak pada rekaman denyut jantung janin. Variabilitas denyut jantung janin

diduga terjadi akibat keseimbangan interaksi dari sistem simpatis (kardioselektor)

dan parasimpatis (kardiodeselerator).Akan tetapi ada pendapat lain mengatakan

bahwa variabilitas terjadi akibat rangsangan di daerah kortek otak besar (serebri)

yang diteruskan ke pusat pengatur denyut jantung di bagian batang otak dengan

perantaraan n.vagus. 21-24

Pada keadaan hipoksia otak, terjadi gangguan mekanisme kompensasi

hemodinamik untuk mempertahankan oksigenasi otak, dalam rekaman

kardiotokografi akan tampak adanya perubahan variabilitas yang makin lama akan

makin rendah sampai menghilang (bila janin tidak mampu lagi mempertahankan

mekanisme hemodinamik diatas). 15-20

29

Page 30: Lapsus Letak Sungsang Docx

Pada umumnya variabilitas jangka panjang lebih sering digunakan dalam

penilaian kesejahteraan janin. Bila terjadi hipoksia otak, maka akan terjadi perubahan

variabilitas jangka panjang, tergantung derajat hipoksianya. Sebaliknya bila

gambaran ini masih normal biasanya janin belum terkena dampak dari hipoksia

tersebut.24-25

Gambar 1. Pengaruh sistem saraf otonom pada denyut jantung.Dikutip dari Kean 25

c. Perubahan periodik denyut jantung janin

Bila terjadi peningkatan frekuensi yang berlangsung cepat (> 1-2 menit)

disebut suatu akselerasi (acceleration). Peningkatan denyut jantung janin pada

keadaan akselerasi ini paling sedikit 15 dpm diatas frekuensi dasar dalam waktu 15

detik. Bila terjadi penurunan frekuensi yang berlangsung cepat (< 1-2 menit)

disebut deselerasi (deceleration).15-21

· Akselerasi

Merupakan respon simpatis, dimana terjadi peningkatan frekuensi denyut

jantung janin, suatu respon fisiologik yang baik (reaktif). Ciri-ciri akselerasi

yang normal adalah dengan amplitudo > 15 dpm dari gambaran denyut jantung,

lamanya sekitar 15 detik dan terjadi paling tidak 2 kali dalam waktu rekaman 20

menit. 15-21

30

Page 31: Lapsus Letak Sungsang Docx

· Deselerasi

Deselerasi denyut jantung janin adalah penurunan frekuensi denyut

jantung janin secara periodik berhubungan dengan adanya kontraksi uterus

(uniform) atau yang tidak berhubungan dengan kontraksi uterus (non-uniform).

1. Deselerasi dini (Early deceleration)

Deselerasi dini sering terjadi pada persalinan normal/fisiologis dimana

terjadi kontraksi uterus yang periodik dan normal. Deselerasi saat ini

disebabkan oleh penekanan kepala janin oleh jalan lahir yang

mengakibatkan hipoksia dan merangsang reflek vagus. Deselerasi dini

ditandai dengan: penurunan amplitudo tidak lebih dari 20 dpm, lamanya

deselerasi < 90 detik, frekuensi dasar dan variabilitas masih normal, timbul

dan menghilangnya bersamaan/sesuai dengan kontraksi uterus.15-22

2. Deselerasi variabel (Variable deceleration)

Deselerasi variabel ditandai dengan gambaran deselerasi yang

bervariasi, baik saat timbulnya, lamanya, amplitudo dan bentuknya.

Biasanya terjadi akselerasi sebelum (akselerasi pra deselerasi) atau sesudah

(akselerasi pasca deselerasi) terjadinya deselerasi. Deselerasi variabel

dianggap berat apabila memenuhi rule of sixty yaitu deselerasi mencapai 60

dpm atau lebih dibawah frekuensi dasar denyut jantung janin dan lamanya

deselerasi lebih dari 60 detik. Bila terjadi deselerasi variabel yang berulang

terlalu sering atau deselerasi variabel yang memanjang (prolonged) harus

waspada terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia janin yang berlanjut.

Deselerasi variabel ini terjadi akibat penekanan tali pusat pada masa hamil

31

Page 32: Lapsus Letak Sungsang Docx

atau kala I. Penekanan tali pusat ini dapat terjadi karena lilitan tali pusat,

tali pusat menumbung atau jumlah air ketuban berkurang

(oligohidramnion). Selama variabilitas denyut jantung janin masih baik,

biasanya janin tidak mengalami hipoksia yang berarti. 15,16,20,21

3. Deselerasi lambat

Deselerasi lambat ditandai dengan waktu timbulnya sekitar 20 – 30 detik

setelah kontraksi uterus dimulai, berakhirnya sekitar 20 – 30 detik setelah

kontraksi uterus menghilang, lamanya kurang dari 90 detik, timbulnya berulang

pada setiap kontraksi dan beratnya sesuai dengan intensitas kontraksi uterus,

frekuensi dasar denyut jantung janin biasanya normal atau takikardi ringan,

tetapi pada keadaan hipokia yang berat bisa terjadi bradikardi. Deselerasi

lambat dapat terjadi pada beberapa keadaan yang pada dasarnya semua bersifat

patologis. Penurunan aliran darah pada sirkulasi ibu akan menyebabkan janin

mengalami hipoksia. Apabila janin masih mempunyai cadangan O2 yang

mencukupi dan masih mampu mengadakan kompensasi keadaan tersebut maka

tidak tampak adanya gangguan pada gambaran kardiotokografi selama tidak ada

stress yang lain.15-17

Gambar 2. Deselerasi denyut jantung janinDikutip dari Kean L25

32

Page 33: Lapsus Letak Sungsang Docx

2. Non Stress Test (NST)

Freeman (1975) serta Lee dkk (1975) memperkenalkan uji nonstress untuk

menjelaskan akselerasi denyut jantung janin dalam respons terhadap gerakan janin

sebagai salah satu penanda kesehatan janin.15

Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantungjanin

dalam hubungannya dengan gerakan/aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan

terhadap frekuensi dasar denyut jantung janin (baseline), variabilitas dan timbulnya

akselerasi yang sesuai dengan gerakan/aktivitas janin. Interpretasinya :15-20

1. Reaktif yaitu bila :

a. terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin dalam 20 menit pemeriksaan yang

disertai adanya akselerasi paling sedikit 10 – 15 dpm

b. frekuensi dasar Djj diluar gerakan janin antara 120 - 160 dpm

c. variabilitas denyut jantung janin antara 6 – 25 dpm

2. Non Reaktif

a. tidak didapatkan gerakan janin selama 20 menit pemeriksaan atau tidak

ditemukan adanya akselerasi pada setiap gerakan janin

b. variabilitas denyut jantung janin mungkin masih normal atau berkurang sampai

menghilang.

3. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila

ditemukan :

a. Bradikardi

b. Deselerasi 40 atau lebih dibawah (baseline) atau denyut jantung janin mencapai

90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih.

33

Page 34: Lapsus Letak Sungsang Docx

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik

sampai 1 minggu kemudian sehingga pemeriksaan ulang 1 minggu kemudian. Namun

bila terdapat faktor resiko seperti hipertensi, diabetes melitus, perdarahan atau

oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan

tetap baik sampai 1 minggu kemudian. Hasil pada pemeriksaan yang meragukan

hendaknya dilakukan pemeriksaan ulang 24 jam atau dilanjutkan dengan pemeriksaan

CST.7,13

3. Contraction Stress Test (CST)

Pemeriksaan CST dimaksudkan untuk menilai gambaran denyut jantung janin

dalam hubungannya dengan kontraksi uterus. Interpretasi CST :

1. Negatif :

· Frekuensi dasar denyut jantung janin normal

· Variabilitas denyut jantung janin normal

· Tidak didapatkan adanya deselerasi lambat

· Mungkin ditemukan akselerasi atau deselerasi dini

2. Positif :

· Terdapat deselerasi lambat yang berulang pada sedikitnya 50% dari jumlah

kontraksi

· Terdapat deselerasi lambat yang berulang, meskipun kontraksi tidak adekuat

· Variabilitas denyut jantung janin berkurang atau menghilang

3. Mencurigakan :

· Terdapat deselerasi lambat yang kurang dari 50% dari jumlah kontraksi

· Terdapat deselerasi variabel

34

Page 35: Lapsus Letak Sungsang Docx

· Frekuensi dasar denyut jantung janin abnormal. Bila hasil CST yang

mencurigakan, maka pemeriksaan harus diulangi dalam 24 jam.

4. Tidak memuaskan (unsatisfactory)

· Hasil rekaman tidak representatif misalnya oleh karena ibu gemuk, gelisah atau

gerakan janin berlebihan

· Tidak terjadi kontraksi uterus yang adekuat. Dalam keadaan ini pemeriksaan

harus diulangi dalam 24 jam

5. Hiperstimulasi

· Kontraksi uterus lebih dari 5 kali dalam 10 menit

· Kontraksi uterus lamanya lebih dari 90 detik (tetania uteri)

· Seringkali terjadi deselerasi lambat atau bradikardi.14-17

Dalam keadaan ini, harus waspada kemungkinan terjadinya hipoksia janin

yang berlanjut sehingga bukan tidak mungkin terjadi asfiksia janin. Hal yang perlu

dilakukan adalah segera menghentikan pemeriksaan dan berikan obat-obat

penghalang kontraksi uterus(tokolitik), diberikan oksigen pada ibu dan tidur

miring untuk memperbaiki sirkulasi utero-plasenta.14-17

Hasil CST yang negatif menggambarkan keadaan janin yang masih baik

sampai 1 minggu kemudian (spesifitas 99%). Sedangkan hasil CST yang positif

biasanya disertai outcome perinatal yang tidak baik dengan nilai prediksi positif 50%,

kontra indikasi pada pemeriksaan CST :14-16

1. Absolut : resiko ruptur uteri, perdarahan antepartum, tali pusat terkemuka

2. Relatif : ketuban pecah prematur, kehamilan kurang bulan, kehamilan ganda,

inkompetensia servik, disproporsi sefalo-pelvik.

35

Page 36: Lapsus Letak Sungsang Docx

B. Velosimetri Doppler arteri umbilikalis

C. Pemeriksaan pH darah janin

D. Profil Biofisik

E. Oksimetri denyut janin (Fetal pulse oximetry)

3. Resusitasi Intrauterin

Apabila ditemukan bukti klinis terjadinya hipoksia pada janin, maka resusitasi

intrauterin perlu dilakukan. Bila kriteria pengamatan janin secaraelektronik disebut

tidak meyakinkan, perlu dilakukan upaya pemeriksaan yang lebih spesifik atau segera

dilakukan resusitasi intrauterin.26

Menurut ACOG tahun 1995 kriteria tersebut adalah bila didapatkan satu atau

lebih gambaran sebagai berikut: 26

· DJJ basal 100 – 110 x/menit tanpa akselerasi

· DJJ basal < 100 dengan akselerasi

· Peningkatan variabilitas: > 25 x/menit selama > 30 menit

· Deselerasi lambat (sedikitnya 1 dalam 30 menit)

· Variabilitas berkurang: < 5x/menit selama > 30 menit

· Deselerasi lambat persisten (>50% kontraksi) selama > 15 menit

· Takikardia > 160x/menit dengan variabilitas jangka panjang < 5x/menit

· Saturasi oksigen janin < 30% bila diukur menggunakan oksimetri denyut

Pada keadaan gawat janin, persalinan harus segera diakhiri. Sambil menunggu

tindakan yang sesuai dalam melahirkan janin, maka hendaknya dilakukan resusitasi

intrauterin. Langkah-langkah resusitasi intrauterin secara umum dimaksudkan untuk

membuat kondisi janin menjadi stabil dalam waktu sesingkat mungkin agar

36

Page 37: Lapsus Letak Sungsang Docx

kehamilan dapat berjalan terus atau setidaknya kehamilan tersebut dapat dikontrol

dan persalinan yang aman dapat dilakukanpada keadaan yang tidak gawat darurat. 26

Beberapa teknik resusitasi intrauterin diantaranya adalah : 26

1. Memperbaiki sirkulasi darah di dalam rahim

Deselerasi lambat biasanya berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah

intervili. Tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki keadaan ini

diantaranya :

a. Posisi ibu : Semua pasien dengan dugaan gawat janin harus dibaringkan pada

posisi miring.

b. Pemberian cairan: Tidak jarang wanita dalam persalinan kurang intake per oral

dalam waktu lama. Keadaan ini mengakibatkan kekurangan cairan tubuhsecara

total. Walaupun demikian keadaan pasien masih dapat dalam keadaan baik, nadi

dan tekanan darah stabil. Stabilnya fungsi alatvital ibu ini mungkin dengan

mengorbankan sirkulasi darah arteri uterina yang mengakibatkan gangguan

sirkulasi janin. Bila ada tanda-tanda gawat janin, ibu perlu diberi cairan melalui

infus. Bila infus sudah diberikan, perlu tetesan dipercepat. Pada janin dengan

gambaran deselerasi lambat perlu diberi cairan substitusi seperti Ringer Laktat

atau NaCl fisiologis untuk mengganti cairan intravaskuler yang hilang. Kadang-

kadang cara ini dapat membantu memperbaiki sirkulasi uteroplasenter.

c. Relaksasi rahim: Bila sedang dalam pemberian oksitosin drip, tindakannya

adalah hentikan oksitosin drip, kemudian beri obat-obat tokolitik seperti :

Ritodrin intravena atau terbutalin subkutan. Dengan mengurangi atau

menghilangkan stress yang mungkin ditimbulkan oleh kontraksi rahim,

37

Page 38: Lapsus Letak Sungsang Docx

diharapkan janin akan kembali ke keadaan normal. Kadangkadang frekuensi

kontraksi rahim terlalu banyak (lebih dari 5 kali kontraksi per 10 menit)

sehingga sedikit waktu untuk janin mendapatkan oksigen dari sirkulasi

uteroplasenter.

2. Memperbaiki sirkulasi darah tali pusat

Untuk memperbaiki deselerasi variabel yang berat perlu dikerjakan seluruh

tindakan resusitasi pada kasus seperti gangguan sirkulasi darah uterus. Perlu perhatian

khusus pada masalah:

1. Posisi ibu : Merubah posisi ibu dari tidur miring menjadi posisi Trendelenburg

atau knee-chest

2. Posisi kepala janin : Bila sudah terjadi prolaps tali pusat, dapat diperbaiki dengan

menekan kepala janin agar tidak menekan tali pusat, sampai saat operasi

dilakukan. Beberapa kepustakaan tidak menganjurkannya, dengan alasan karena

tali pusat dan kepala itu licin sehingga hasilnya diragukan dan tidak etis.

3. Memperbaiki oksigenasi janin

Meningkatkan oksigen yang dihisap ibu akan meningkatkan sedikit tekanan

O2 darah janin. Mungkin hal ini menguntungkan bagi janinkarena dengan sedikit

peningkatan oksigen akan menghasilkan kadar oksigen darah janin yang relatif

tinggi karena daya afinitas darah janin tinggi terhadap oksigen.

4. Memberikan infus cairan amnion

Dengan memberikan infus cairan melalui kanalis servikalis akan

mengembangkan rongga rahim, dan akan mengurangi kompresi rahim terhadap tali

pusat. 26

38

Page 39: Lapsus Letak Sungsang Docx

Hasil resusitasi intrauterin dinilai berdasarkan perubahan-perubahan atas

parameter yang sebelumnya dipakai untuk memutuskan dilakukannya resusitasi

intrauterin. Belum ada kesepakatan mengenai berapa lama resusitasi intrauterin dapat

dilakukan, tetapi pada kasus-kasus gawat janin sebaiknyawaktu antara ditegakkannya

diagnosis gawat janin hingga dilakukannya operasi (decision to incision time) tidak

melebihi 30 menit.26

Tabel 2. Beberapa macam tindakan untuk meningkatkan oksigenasi janin menurut est dkk, 1993 dan Flake & Harrison, 199426

39

Page 40: Lapsus Letak Sungsang Docx

BAB III

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Ny. Jamilah Nama suami : Tn. Abd.Gafur

Umur : 31 tahun Umur : 35 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Banjar Suku : Banjar

Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS

Alamat : Jl. Cempaka Putih Ujung No.72 Banjarmasin

MRS tanggal : 03 – 06 – 2010 (Pukul 02.30 Wita)

Anamnesa

Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa tanggal 03-06-2010 pukul 02.30

WITA.

1. Keluhan utama :

Ingin melahirkan

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Os merasa mules-mules sejak tanggal 02-06-2010 pukul 16.00 WITA,

disertai keluar air-air dan lendir serta darah. Pukul 17.00 WITA diperiksa

bidan dan dikatakan sudah pembukaan 1 sentimeter. Ibu rajin ANC ke

dokter/poliklinik RS 1 bulan sekali. Saat hamil ibu tidak pernah menderita

tekanan darah tinggi, pandangan mata kabur, kaki bengkak maupun kejang.

40

Page 41: Lapsus Letak Sungsang Docx

Ibu sering USG dan hasil USG terakhir dikatakan letak janin sungsang. Ibu

merasa terasa penuh pada perut bagian atas dan mulai merasa gerak janin

pada hamil 20 minggu dan lebih terasa di perut bagian bawah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Os mengaku tidak pernah menderita darah tinggi, asma maupun kencing

manis.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Os mengatakan tidak ada anggota keluarga yang lain yang menderita tekanan

darah tinggi, kencing manis maupun asma.

5. Riwayat Haid

Menarche umur 12 tahun, siklus haid 28 hari, teratur, lama 7 hari, tidak ada

keluhan selama haid, HPHT 14-09-2009.

7. Riwayat Perkawinan:

Os menikah 1 kali dan sudah 5 tahun lamanya.

8. Riwayat Obstetri:

G2P1A0

2005/laki-laki/2500 gr/Spontan BK/RS Ulin/hidup

2010/saat ini

Pemeriksaan

A. Pemeriksaan Fisik Umum

1. Keadaan umum : Tampak sakit ringan

2. Kesadaran : Kompos mentis

41

Page 42: Lapsus Letak Sungsang Docx

3. Tanda Vital

Tensi :100/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 36,5 oC

Pernapasan : 24 x/menit

BB : 52 kg TB: 157 cm

4. Kepala dan leher

Kepala : Bentuk normal

Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, palpebrae tidak

edem, pupil isokor, refleks cahaya +/+.

Telinga : Bentuk normal, tidak ada cairan yang keluar dari telinga, tidak

ada ganguan pendengaran.

Hidung : Bentuk normal, tidak tampak defiasi septum, tidak ada sekret,

tidak ada epistaksis, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut : Bibir dan mukosa tidak anemis, perdarahan gusi tidak ada,

tidak ada trismus, tidak ada pembesaran atau radang pada

tonsil, lidah tidak ada kelainan, tidak ada gigi palsu.

Leher : Tidak ada kaku kuduk, tidak tampak pembesaran kelenjar

getah bening dan tiroid, tidak ada pembesaran JVP.

5. Thoraks

Paru

42

Page 43: Lapsus Letak Sungsang Docx

Inspeksi : bentuk normal, gerakan simetris dan ICS tidak melebar.

Palpasi : fremitus raba +/+ simetris, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : sonor +/+, tidak ada nyeri ketuk.

Auskultasi : Vesikuler, tidak ada ronkhi atau wheezing.

Jantung

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : tidak teraba thrill.

Perkusi : batas jantung normal, ICS V LMK kiri dan ICS II LPS

kanan.

Auskultasi : S1 dan S2 tunggal, bising jantung tidak ada.

6. Abdomen : Lihat Status Obstetri

7. Ekstremitas atas dan bawah :

Atas : Edema (-/-), gerak normal, nyeri gerak (-/-).

Bawah : Edema (-/-), gerak normal, nyeri gerak (-/-).

B. Pemeriksaan Obstetri :

1. Inspeksi : Perut tampak membuncit asimetris

2. Palpasi : Leopold I : fundus uteri teraba 3 jari di bawah

processus xyphoideus (TFU = 29 cm), teraba bundar

keras dan melenting

Leopold II : memanjang, punggung kanan.

Leopold III : presentasi bokong

Leopold IV: sudah masuk PAP

His : 3x/10’/30”

43

Page 44: Lapsus Letak Sungsang Docx

TBJ : 2635 gram

3. Auskultasi : DJJ 156 x/menit.Terdengar di atas perut sebelah kanan pusat.

4. Pemeriksaan Dalam :

Vaginal Touche : portio teraba tebal, arah posterior, ketuban (+), pembukaan

2 sentimeter, konsistensi tebal lunak bagian terbawah

bokong di Hodge I dan penunjuk sacrum kanan depan

Kesan Panggul : luas

C. Pemeriksaan Penunjang

Hb Sahli 11 gr %.

Laboratorium 3 Juni 2010

Pemeriksaan 3-6-2010

Hb 12,5

RBC (juta/mm3) 3,98 juta

WBC (/mm3) 11.600

HCT (%) 35

PLT ( /mm3) 225.000

MCV 87,3

MCH 31,4

MCHC 33,5

Hitung jenisNeutrofil % 79,6

Monosit % 16,2

Neutrofil # 9,20

Monosit # 2,00

PT/APTTPT 14,7

APTT 30,2

IV. Diagnosa

G2P1A0, hamil 38-39 minggu, inpartu kala I fase laten + Janin tunggal, hidup, intra

uterin, presentasi bokong + taksiran berat janin 2635 gram

44

Page 45: Lapsus Letak Sungsang Docx

V. Penatalaksanaan

- IVFD RL

- Cek CTG

- Observasi DJJ, HIS, kemajuan persalinan

- Pro spontan Breech

VI. Hasil CTG (Cardiotokografi)

Variabel deselerasi berulang sampai dengan 105 kali per menit pukul 10.30 wita

VI. Laporan SC

Diagnosa Pre operasi : G2P1A0, hamil 37-38 minggu, inpartu kala I fase laten

+ Janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi bokong +

taksiran berat janin 3150 gram +fetal distress

Macam Operasi : LSCS

Tanggal operasi : 03 Januari 2010 (Pukul 11.00 s/d 12.15 WITA)

Jenis Anestesi : Spinal Anestesi

Operator : dr. Wisnu (residen)

Laporan Operasi :

- Informed concent, pasang infuse dan berikan antibiotik profilaksis

- Pasien terlentang diatas meja operasi, dan disiapkan untuk anestesi spinal

- Mula-mula dilakukan desinfeksi pada dinding perut dan lapangan pandang

dipersempit dengan kain duk steril.

- Pada dinding perut dilakukan insisi mediana mulai dari atas simfisis sampai di

bawah umbilicus lapis demi lapis sehingga cavum peritoneum terbuka.

45

Page 46: Lapsus Letak Sungsang Docx

- Dibuat bladder flap, yaitu dengan menggunting peritoneum kandung kemih

(plica vesica uterine) didepan segmen bawah rahim secara melintang. Plica

vesicouterina disisihkan secara tumpul kearah samping dan bawah. Kandung

kemih yang telah disisihkan ke arah bawah dan samping dilindungi dengan

speculum kandung kemih.

- Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim 1 sentimeter dibawah irisan plica

vesicouterina tadi secaraa tajam dengan pisau bedah + 2 sentimeter, kemudian

diperlebar melintang secara tumpul dengan kedua jari telunjuk operator.

- Setelah cavum uteri terbuka, selaput ketuban dipecahkan, janin dilahirkan

dengan mengekstraksi bokongnya.

- Lahir bayi perempuan, tidak segera menangis, AS 4-6-7, BB 2400 gram, PB

49 cm, anus (+), kelainan congenital (-).

- Badan janin dilahirkan dengan mengait kedua pahanya, tali pusat dijepit dan

dipotong. Plasenta dilahirkan secara manual.

- Luka insisi segmen bawah rahim dijahit 2 lapis.

- Setelah dinding rahim selesai dijahit, kedua adneksa di eksplorasi.

- Dilakukan retroperitonealisasi dan perdarahan dirawat

- Pencucian cavum abdomen dengan NaCl 0,9 %

- Luka operasi dijahit lapis demi lapis

- Operasi selesai

Diagnosa Post Op : P2A0 post SC a.i letak sungsang dengan presentasi

bokong + fetal distress

46

Page 47: Lapsus Letak Sungsang Docx

Terapi post operasi

o IVFD RL : D5% = 2 : 2

o Injeksi vitamin C 3 x1 ampul (IV)

o Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gram (IV)

o Injeksi Alinamin F 3 x 1 ampul (IV)

o Injeksi Antrain 3x1 ampul (IV)

VII. Observasi Post Operasi

Jam TD (mmHG) Nadi (x/’) RR (x/’) T (oC) Urine (cc)13.15 100/70 80 16 36,1 10013.30 100/80 72 20 35,2 150

VIII. Follow Up

Perawatan dari tanggal 03 Juni 2010

Tgl

SOAP

4 5 6 7 8 9 10

Juni 2010

Subjektif

Nyeri

Perdarahan

Mobilisasi

<

<

-

<

<

duduk

<

<

duduk

-

<

berdiri

-

-

+

Objektif

TD (mmHg)

Nadi (x/menit)

RR (x/menit)

Temperatur (oC)

100/80

72

20

35,2

100/70

80

18

36.1

110/70

82

18

36,0

110/80

78

20

36,3

100/70

82

18

36,2

Assesment P2A0 Post SC a/i letak sungsang dengan presentasi bokong +

fetal distress

Penatalaksanaan

IVFD Rl:D5% = 2:2

Inj. Cefotaxim 3 x 1 (IV)

Injeksi Alinamin F 3 x 1

ampul (IV)

+

+

+

+

+

+

+

-

+

Obat

oral

-

47

Page 48: Lapsus Letak Sungsang Docx

Injeksi vitamin C 3x1 amp

(IV)

Injeksi Antrain 3 x 1 ampul

(IV)

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

48

Page 49: Lapsus Letak Sungsang Docx

BAB IV

DISKUSI

Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi merupakan kehamilan dengan letak

sungsang, dimana keadaan janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri

dan bokong dibagian bawah kavum uteri. Dalam penegakan diagnosis pada kasus ini

juga didukung pemeriksaan USG untuk konfirmasi terhadap presentasi bagian janin

yang terdapat di bagian terbawah rahim.

Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan

keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan. Dari

anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian

atas dan gerakan anak lebih banyak di bagian bawah rahim. Pada pemeriksaan luar

berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I difundus akan teraba

bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung disatu sisi dan

bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.

Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah

kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin

pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada

umbilikus. Dalam hal ini, setelah pemeriksaan abdomen dilakukan ternyata hasil

pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan teori yang ada.

Pada kasus ini, pemeriksaan dalam menguatkan diagnosis letak sungsang

yaitu dengan terabanya bokong sebagai bagian terbawah demikian juga

denominatornya dicapai sacrum kanan depan . Pada kasus ini kulit ketuban masih

utuh.

49

Page 50: Lapsus Letak Sungsang Docx

Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari

yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang

dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada

hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan

tuberosis iskii membentuk garis lurus.

Dalam kasus ini sudah ada tanda-tanda persalinan. Hal ini menandakan bahwa

janin yang berada dalam kandungan penderita tidak dapat lagi dilakukan versi luar

untuk memutar posisi janin selain itu setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan

karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.

Dari hasil pemeriksaan fisik dan evaluasi awal pada penderita ini didapatkan

hal-hal sebagai berikut:

1. Persentasi bokong murni

2. Perkiraan berat janin yang masih dalam batas normal (2635 g)

3. Tidak ada kelainan letak pada tali pusat

4. Tidak ada riwayat seksio sesaria

5. Dari pengukuran dengan ZA skor didapatkan skor = 4 (setelah dievaluasi 5)

ZA skore = 4evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin, bila

nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.

o Paritas: (multi) = 1

o Pernah letak sungsang: (tidak) = 0

o TBJ : (< 3176 g) = 2

o Usia Kehamilan: (38 mgg) = 1

o Stasion ( < -3) = 0

50

Page 51: Lapsus Letak Sungsang Docx

o Pembukaan serviks (2 cm) = 0

6. Penderita tidak ada riwayat obstetric yang buruk

7. His yang adekuat yaitu 3x/10 menit dengan durasi selama 30 detik

8. Denyut jantung janin yang baik yaitu 156 x/menit (regular)

9. Ditunggu kemajuan persalinan

Dengan adanya tanda-tanda diatas, penderita ini diusahakan lahir dengan cara

pervaginam, karena dengan lahirnya pervaginam dapat dihindari risiko-risiko pada

ibu dan janinnya. Namun pada pukul 11.00 wita (4 Juni 2010) didapatkan hasil NST

deselerasi variable berulang sampai dengan 106 bpm. Keadaan ini mengindikasikan

adanya hipoksia janin intrauterin. Deselerasi variabel dianggap berat apabila

memenuhi rule of sixty yaitu deselerasi mencapai 60 dpm atau lebih dibawah

frekuensi dasar denyut jantung janin dan lamanya deselerasi lebih dari 60 detik. Bila

terjadi deselerasi variabel yang berulang terlalu sering atau deselerasi variabel yang

memanjang (prolonged) harus waspada terhadap kemungkinan terjadinya hipoksia

janin yang berlanjut. Deselerasi variabel ini terjadi akibat penekanan tali pusat pada

masa hamil atau kala I. Penekanan tali pusat ini dapat terjadi karena lilitan tali pusat,

tali pusat menumbung atau jumlah air ketuban berkurang (oligohidramnion). Pada

kasus ini hasil NST abnormal yaitu mencapai 105 bpm. NST dikatakan abnormal

jika deselerasi 40 atau lebih dibawah (baseline) atau denyut jantung janin mencapai

90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih.

Faktor risiko terjadinya hipoksia intrauterine pada kasus ini kemungkinan

besar adalah keadaan malpresentasi (letak sungsang). Penyebab kematian pada letak

sungsang adalah hipoksia. Hipoksia yang mendadak yang timbul dalam persalinan ini

51

Page 52: Lapsus Letak Sungsang Docx

mungkin disebabkan gangguan aliran darah dalam tali pusat, karenatidak terdapat

gangguan lain seperti penggunaan obatobat anestesia/analgetika pada ibu, gangguan

his (hipertoni dan tetani), hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, misalnya

pada plasenta previa.2 Pada letak sungsang sering diikuti dengaan gangguan aliran

darah dalam tali pusat.

Adanya hipoksia intrauterine ini menunjukkan adanya gawat janin yang

mengindikasikan untuk mengambil tindakan segera demi menurunkan mortalitas dan

morbiditas perinatal. Pada keadaan gawat janin, persalinan harus segera diakhiri.

Pada kasus diambil tindakan SC cito. Sambil menunggu tindakan yang sesuai dalam

melahirkan janin, maka dilakukan resusitasi intrauterine. Pada kasus ini resusitasi

dilakukan dengan pemberian oksigen pada ibu, pemberian cairan dan memposisikan

ibu dengan posisi miring. Tindakan resusitasi dilakukan selama 30 menit sebelum SC

dimulai. Belum ada kesepakatan mengenai berapa lama resusitasi intrauterin dapat

dilakukan, tetapi pada kasus-kasus gawat janin sebaiknya waktu antara ditegakkannya

diagnosis gawat janin hingga dilakukannya operasi (decision to incision time) tidak

melebihi 30 menit.

Dari pembukaan dinding abdomen dan uterus dilakukan dengan teknik LSCS

(Low Segmen Cesaerean Section) atau SCTP. Keuntungan teknik ini adalah

penjahitan lebih mudah dan perdarahan kurang serta risiko rupture uteri lebih kecil

disbanding cara corporal. Namun pada keadaan kasus gawat janin, teknik corporal

lebih untung karena dapat mengluarkan janin lebih cepat. Pemilihan teknik ini juga

tergantung dari keterampilan operator. Dari SC ini juga dibuktikan adanya letak

sungsang yaitu mengeluarkan janin dengan mengekstraksi bokongnya juga bukti

52

Page 53: Lapsus Letak Sungsang Docx

terjadinya hipoksia intrauterine adalah bayi yang tidak menangis dengan APGAR

skor 4-6-7 termasuk asfiksia ringan.

Dari penemuan letak placenta, maka kemungkinan yang menjadi factor

penyebab terjadinya letak sungsang pada kasus ini adalah letak placenta yang ada di

fundus bagian kornu posterior. Sesuai teori yang ada bahwa plasenta yang terletak

didaerah kornu fundus uteri dapat menyebabkan letak sungsang, karena plasenta

mengurangi luas ruangan didaerah fundus sehingga kepala berada diruang yang lebih

kecil dan bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas yaitu di segmen

bawah rahim.

Setelah SC, kondisi pasien membaik, luka operasi baik sehingga setelah tujuh

hari perawatan pasien dipulangkan. Ibu dan bayi pulang dalam kondisi baik.

53

Page 54: Lapsus Letak Sungsang Docx

BAB V

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus wanita umur 31 tahun dengan diagnosis

G2P1A0, hamil 38-39 minggu, inpartu kala I fase laten + Janin tunggal, hidup, intra

uterin, presentasi bokong + taksiran berat janin 2635 gram. Dari anamnesis dan

pemeriksaan fisik didapatkan presentasi bokong dan didukung oleh pemeriksaan

dalam serta USG. Berdasarkan skor Zatuchni Andros, pasien ini ditatalaksana dengan

persalinan spontan Breech. Namun dalam perjalanan observasi kemajuan persalinan

didapatkan tanda gawat janin yaitu NST berupa deselerasi variable yang berulang

mencapai 105 bpm sehingga dilakukan persalinan perabdominam dengan secsio

cesarea cito. Setelah operasi kondisi pasien membaik dan diperbolehkan pulang 7 hari

setelah operasi.

54