laporan tutorial blok 8 modul 1

Upload: jimmie-shelton

Post on 07-Jan-2016

95 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

laporan tutorial manifestasi penyakit sistemik di mulut

TRANSCRIPT

LAPORAN TUTORIALBLOK 8 MODUL 1"PENYAKIT SISTEMIK YANG BERMANIFESTASI DI ORAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS ANDALAS

MODUL 1

Skenario 1

Keluhan Pak UdinPak Udin (49 tahun) kurang lebih 2 bulan belakangan ini mengeluh luka di gusi mandibula yang tidak sembuh-sembuh. Luka tersebut terasa sakit bila ditekan, mudah berdarah dan pak Udin merasa mulutnya berbau tidak sedap sejak ada luka di gusinya. Banyak obat yang telah di minum, juga obat kumur dan obat yang dioleskan.Siang itu Pak Udin datang ke Poliklinik gigi dan mulut RSUD Kota Baru untuk memeriksakan diri. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan adanya lesi nekrosis yang tersebar pada interdental papilla, terasa sakit bila di palpasi, gingivitis hampir semua gigi, kalkulus subgingival anterior atas dan bawah. Dokter menawarkan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya keganasan pada gusi Pak Udin. Disamping itu Pak Udin menderita penyakit gula yang tidak terkontrol sehingga dokter juga merujuk Pak Udin ke dokter intern.Pak Udin menyetujui meskipun ia juga bingung dengan luka yang dideritanya, karena ia mengira luka itu disebabkan karena infeksi biasa. Bagaimana saudara menjelaskan apa yang dialami pak Udin ?

Langkah Seven Jumps :A. Mengklarifikasi terminologi yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang dapat menimbulkan kesalahan interpretasiB. Menentukan masalah C. Menganalisa masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledgeD. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara terintegrasi E. Memformulasikan tujuan pembelajaran/ learning objectivesF. Mengumpulkan informasi di perpustakaan, internet, dan lain-lainG. Sintesa dan uji informasi yang telah diperoleh

Uraian:A. TERMINOLOGI1. Pemeriksaan Intraoral Pemeriksaan yang dilakukan didalam rongga mulut yang meliputi pemeriksaan jaringan lunak (Mukosa oral, palatum, gingiva, lidah, dan otot-otot) dan pemeriksaan gigi.2. Palpasi Seni menggunakan sentuhan jari atau tangan untuk mendeteksi kelainan maupun keadaan normal suatu jaringan.3. Kalkulus Suatu massa terklasifikasi yang terbentuk dan melekat pada permukaan gigi. 4. Interdental Papilla Papilla gingiva yang terletak di ruang interdental (terletak antara aproksimal gigi-gigi yang berdekatan)

5. Lesi Istilah luas yang menggambarkan zona jaringan yang fungsinya terganggu akibat penyakit atau trauma.

B. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana cara Anamnesa dan Pemeriksaan Objektif pada pasien ?2. Apa tujuan Anamnesa dan Pemeriksaan Objektif pada pasien ?3. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan laboratorium? 4. Mengapa Drg merujuk pasien ke dokter intern?5. Bagaimana prosedur dari rujukan? 6. Apakah hubungan antara luka yang tak kunjung sembuh dengan penyakit gula yang tidak terkontrol pada pasien?7. Apa penyebab bau mulut yang dialami oleh pasien?

C. ANALISA MASALAH, MELALUI BRAIN STORMING MENGGUNAKAN PRIOR KNOWLEADGE

1. Bagaimana cara Anamnesa dan Pemeriksaan Objektif pada pasien ? Anamnesis merupakan percakapan professional antara dokter dengan pasien untuk mendapatkan data/riwayat penyakit yang dikeluhkan pasien.

Ada dua macam tipe anamnesis untuk mendiagnosis penyakit yaitu sebagai berikut : Auto anamnesis yaitu anamnesis atau Tanya jawab yang ditujukan langsung kepada pasien atau penderita. Syarat-syarat dapat terjadinya auto anamnesis sehingga anamnesis dalam penentuan diagnose penyakit dapat akurat, valid dan hasil diagnosis pasti adalah pasien dalam keadaan sadar, pasien sudah dewasa dan pasien komunikatif [mampu berkomunikasi dengan baik].

Allo anamnesis, yaitu anamnesis tanya jawab yang ditujukan kepada keluarga pasien misalnya orang tua penderita, teman, kerabat, sahabat. Umumnya anamnesis tipe ini dilakukan ketika : pasien atau penderita masih anak-anak, pasien dalam keadaan tidak sadar, pasien tidak komunkatif, dan pasein yang mengalami gangguan ingatan.

Yang menjadi catatan utama dan terpenting ketika melakukan anamnesis untuk keberhasilan diagnosis penyakit adalah usahakan untuk menanyakan tentang keluhan utama yang menjadi sebab atau penyebab si pasien berobat atau masuk ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.

Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan secara langsung kepada pasien untuk membuktikan kecurigaan saat melakukan pemeriksaan subjektif. Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.A. Pemeriksaan ekstra oralMerupakan pemeriksaan bagian tubuh diluar mulut, yang bertujuan untuk melihat penampilan secara umum dari pasien. Dapat dilakukan dengan pemeriksaan limfonodi, pemeriksaan otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ.

B. Pemeriksaan Intra OralMerupakan pemeriksaan yang dilakukan didalam rongga mulut pasien. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras).

2. Apa tujuan Anamnesa dan Pemeriksaan Objektif pada pasien ? Anamnesa pasien sangatlah penting, sebab anamnesa bertujuan untuk menunjang ditegakannya diagnosis, karena anamnesa memuat seluruh informasi tentang penyakit pasien. Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan fisik secara langsung kepada pasien, yang bertujuan untuk membuktikan kecurigaan-kecurigaan pada saat melakukan pemeriksaan subjektif.

3. Apa tujuan dilakukannya pemeriksaan laboratorium? Pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang bertujuan membantu tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan mengobati pasien berupa tindakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah pemeriksaan fisik/klinis, menggunakan alat bantu tertentu.

4. Mengapa Drg merujuk pasien ke dokter intern? Sebab setelah dilakukan pemeriksaan terhadap pasien, Drg memiliki beberapa kecurigaan terhadap penyakit pasien, dan untuk memastikannya Drg merujuk pasien ke Dokter intern, karena dokter intern lebih berkompeten dalam memutuskan diagnosis pasien.

5. Bagaimana prosedur dari rujukan? Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun Kriteria pasien yang dirujuk adalah apabila memenuhi salah satu dari :1.Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.2.Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.3.Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.4.Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :1.prosedur standar merujuk pasien2.prosedur standar menerima rujukan pasien3.prosedur standar memberi rujukan balik pasien4. prosedur standar menerima rujukan balik pasien

6. Apakah hubungan antara luka yang tak kunjung sembuh dengan penyakit gula yang tidak terkontrol pada pasien? Luka yang tak kunjung sembuh pada pasien disebabkan karena kadar gula pasien yang meningkat di dalam darah, sehingga fungsi pankreas untuk menghasilkan hormon insulin terganggu, yang nantinya menyebabkan gangguan pada pembuluh darah dan saraf. Gangguan tsb lah yang menyebabkan luka tak kunjung sembuh.

7. Apa penyebab bau mulut yang dialami oleh pasien? Bau mulut yang dialami oleh pasien diakibatkan karena pasien tidak menjaga kebersihan mulutnya, dapat dilihat dengan adanya kalkulus subgingival anterior atas dan bawah, bau mulut pasien juga disebabkan karena adanya luka pada gingiva yang terinfeksi oleh bakteri anaerob.

D. SKEMAKeluhan pada pasien

Prosedur Oral Diagnostik

Pemeriksaan Objektif - Ekstra Oral - Intra Oral

Pemeriksaan Subjektif - Anamnesa - Keluhan Utama ( CC ) - Perjalanan Penyakit ( PI ) - Riwayat Medis ( PMH ) - Riwayat Dental (PDH ) - Riwayat Keluarga ( FH ) - Riwayat Sosial (SH )

Diagnosis Bandingi

Diagnosis Kerja

RujukanPemeriksan Penunjang

Diagnosis Akhir

Rencana Perawatan

Prognosis

E. TUJUAN PEMBELAJARAN / learning objects

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan Subjektif2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan Objektif3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Diagnosis Banding dan Diagnosis Kerja4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan Penunjang5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Rujukan6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Diagnosis Akhir7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Rencana Perawatan8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Prognosis

F. MENGUMPULKAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN, INTERNET, DAN LAIN-LAIN

G. SINTESA DAN UJI INFORMASI YANG TELAH DIPEROLEH1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan SubjektifPemeriksaan subjektif yaitu pemeriksaan dengan cara menanyakan segala sesuatu terhadap pasien untuk memperoleh data mengenai informasi penyakit. Anamnesa sangat penting untuk menegakan diagnosa, karena memuat seluruh informasi mengenai penyakit yang diderita oleh pasien.

Hal-hal yang ditanyakan dalam melakukan anamnesa adalah:a. Identitas PasienIdentitas pasien diperlukan bila sewaktu-waktu dokter gigi perlu menghubungi pasien pasca tindakan, dan dapat pula sebagai data ante mortem (Dental Forensic). Data identitas pasien meliputi: Nama lengkap- Pekerjaan Tempat dan tanggal lahir- Pendidikan Alamat tinggal- Kewarganegaraan Golongan darah- Status pernikahanb. Keluhan Utama (CC) Merupakan informasi pertama yang dapat diperoleh, yang berkaitan dengan apa yang dikeluhkan pasien dan alasan pasien datang kedokter gigi. Keluhan utama berupa pernyataan pasien dalam bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi pasien.

c. Perjalanan Penyakit (PI)Merupakan informasi mengenai seluruh materi yang relevan dengan keluhan pasien dan dapat dijabarkan tentang riwayat yang dikeluhkan dari awal sampai dengan penderita datang ke dokter gigi. Present Illnes juga menjelaskan tentang perjalan penyakit yang sekarang dirasakan, kapan mulai dirasakan, sudah berapa kali dirasakan, apakah itu sakit yang pertama dan sebagainya.Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Present Illnes : Lokasi - Faktor pemicu Symptom- Tingkat keparahan Durasi- Penyebaran Kondisi/gambaran klinis Sifat/karakter Pengobatan yang telah dilakukan

d. Riwayat Medis (PMH)Merupakan riwayat mengenai diri pasien yang mungkin dapat berpengaruh terhadap perawatan dan kesehatan giginya. Riwayat medis berisikan apakah ada riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita oleh pasien. Yang mana tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap. Dengan begitu dokter gigi dapat mengetahui ada tidaknya kelainan medis yang merupakan kontraindikasi bagi prosedur perawatan/tindakan.

Beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan seperti : Adanya alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu Riwayar rawat inap pasien Penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya Problem medis spesifik seperti : kortokosteroid, diabetes, kecendrungan pendarahan, penyakit jantung, dan sebagainya. Adakah saat ini gejala umum yang dirasakan , seperti : demam, penurunan berat badan, dan gejalan lainnya.

e. Riwayat Dental (PDH)Merupakan ringkasan dari riwayat penyakit gigi yang pernah diderita dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien. Hal ini sangat penting sebagai informasi tentang sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta perawatan giginya. Informasi ini juga berperan dalam penentuan rencana perawatan. Beberapa riwayat dental yang dapat ditanyakan seperti : Pasien rutin ke dokter gigi/tidak Apa problem gigi terakhir yang dialami pasien Kapan pasien terakhir kali melakukan pencabutan Dll.

f. Riwayat keluarga (FH)Merupakan ringkasan riwayat penyakit keluarga yang herediter, seperti : hemofili, diabetes , dan sebagainya. Hal ini bertujuan ketika nanti dilakukan perawatan tidak menimbulkan komplikasi atau keadaan yang justru lebih mempersulit perawatan pasien.

g. Riwayat sosial (SH)Hal ini berkaitan dengan lingkungan sosial pasien , adapun pertanyaan yang dapat di ajukan seperti : Apakah pasien masih memiliki keluarga Keadaan sosial ekonomi pasien Kebiaasan pasien, seperti merokok, mengkonsumsi alkohol/tidak, pengguna obat-obatan, dll Informasi tentang diet makan pasien. Apakah pasien bepergian keluar negeri (berkaitan dengan beberapa penyakit infeksi / wabah penyakit di suatu negara )

2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan ObjektifPemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan secara langsung kepada pasien untuk membuktikan kecurigaan saat melakukan pemeriksaan subjektif. Pemeriksaan objektif yang dilakukan secara umum ada dua macam, yaitu pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral.Pemeriksaan objektif dapat dilakukan dengan beberapa cara, anata lain: Inspeksi : memeriksa dengan mengamati objek (gigi) bagaimana dengan warna, ukuran, bentuk, anatomis, permukaan jaringan, permukaan karies, abrasi dan resesi. Sondasi : dengan menggunakan sonde atau eksplorer dapat diketahui kedalaman kavitas, dan reaksi pasien. Juga dapat mengetahui rasa sakit yang dirasakan pasien apakah menetap atau sebentar serta rasa ngilu yang timbul. Perkusi : dilakukan dengan cara mengetuk dengan jari atau dengan instrumen ke arah objek. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya peradangan pada jaringan periodontal atau tidak. Palpasi : merupakan seni menggunakan sentuhan untuk mendeteksi kelainan maupun keadaan normal jaringan. Dapat dilakukan dengan bimanual ataupun bidigital. Tes suhu : merupakan teknik pengujian vitalitas gigi dengan iritan dingin atau panas (chlor ethyl disemprotkan pada kapas kemudian ditempelkan pada bagian servikal gigi) ,untuk menunjukan fungsi metabolik, dan menandakan ada tidaknya respon syaraf. Auskultasi : merupakan interpretasi suara yang terdengar dari dalam tubuh.

A. Pemeriksaan ekstra oralMerupakan pemeriksaan bagian tubuh diluar mulut, yang bertujuan untuk melihat penampilan secara umum dari pasien. Dapat dilakukan dengan pemeriksaan limfonodi, pemeriksaan otot-otot mastikasi dan pemeriksaan TMJ. Pemeriksaan Limfonodi : dilakukan dengan cara palpasi pada bagian leher. Yang meliputi : submental, submaxillary, parotid, preauriculer, subdigastric, nodi lymphaticy cervicales, nodi lymphaticy supra claviculares, dan nodi lymphaticy post auriculares. Pemeriksaan otot-otot mastikasi : dalam keadaan normal biasanya otot-otot mastikasi tidak akan terasa nyeri. Pemeriksaan otot-otot- mastikasi dapat dilakukan dengan palpasi .Otot/MusculusPalpasi

MasseterPalpasi dilakukan secara bimanual.

TemporalisPalpasi langsung pada regio temporal dan meminta pasien untuk mengoklusikan giginya.

Pterygoid LateralDengan menempatkan sedikit jari dibelakang tuberositas maksila

Pterygoid medialPalpasi secara intraoral pada bagian lingual ramus mandibula

Pemeriksaan Temporo Mandibular Joint (TMJ)Pemeriksaan TMJ dapat dilakukan oleh dokter gigi dengan cara palpasi pada bagian pre aurikuler pasien dengan menggunakan jari telunjuk atau menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi kliking.

B. Pemeriksaan Intra OralMerupakan pemeriksaan yang dilakukan didalam rongga mulut pasien. Pemeriksaan intra oral berkaitan dengan gigi dan jaringan sekitar (jaringan lunak maupun jaringan keras). Meliputi gingiva, palatum, lidah, mukosa oral, serta pemeriksaan gigi geligi untuk mengetahui perubahan warna, fraktur, abrasi, erosi, karies, dan abnormalities lainnya.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang diagnosis banding dan diagnosis kerja.a. Diagnosis Banding Diagnosis banding/diferensial digunakan untuk menentukan diagnosis suatu penyakit dengan cara membandingkan dua atau lebih penyakit yang mempunyai beberapa tanda dan gejala yang sama. Secara konsepsual dan prosedural diagnosis banding dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut: Tahap 1, Klasifikasi abnormalities Tahap 2, Menentukan ciri-ciri klinis sekunder Tahap 3, Membuat daftar berbagai kondisi penyebab manifestasi primer. Tahap 4, Mengesampingkan beberapa kondisi yang tidak mungkin sebagai penyebab. Tahap 5, Menyusun beberapa kemungkinan penyebab. Tahap 6, Menentukan diagnosis kerja.

b. Diagnosis Kerja Sebelum mendapatkan diagnosis kerja kita terlebih dalulu harus menentukan diagnosis banding. Yang mana dari sekumpulan diagnosis banding tadi diambillah satu kemungkinan terbesar. Kemungkinan terbesar lah disebut sebagai diagnosis kerja.

4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Pemeriksaan PenunjangIlmu terapan yang berguna membantu tenaga kesehatan dalam mendiagnosa dan mengobati pasien berupa tindakan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan setelah pemeriksaan fisik/klinis, menggunakan alat bantu tertentuFungsi Pemeriksaan Penunjang : Skrining adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu beresiko tinggi. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis. Menyediakan informasi prognosis, yaitu prediksi perjalanan penyakit berkaitan dengan terapi dan pengelolaan pasien selanjutnya. Memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial membahayakan. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.Jenis-jenis pemeriksaan Penunjang :A. Pemeriksaan Laboratorium, meliputi Mikrobiologi, spesimen berupa usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen Parasitologi, untuk mengamati parasit Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. Kimia klinik, biasanya menerima serum Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain. Imunologi, menguji antibodi. Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV Patologi Anatomi, bedah menguji organ dan jaringan lain yang dibiopsi Sitologi,menguji usapan sel.

B. Pemeriksaan RadiologiPemeriksaan Radiologi di bidang kedokteran gigi ada dua macam : Radiografi Intra Oral dan Radiografi Ekstra Oral. Radiologi Intraoral, adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur disekitarnya, dengan cara menempatkan filmnya di dalam rongga mulut Jenis-jenis radiografi intraoral :1. Radiografi PeriapikalIndikasi radiografi periapikal adalah: Untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi periapikal. Penilaian status periodontal. Pasca trauma gigi dan melibatkan tulang alveolar. Dugaan adanya gigi yang tidak erupsi dan letaknya. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi. Perawatan endodontik. Penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal. Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar. Evaluasi pasca pemasangan implant. Radiografi Periapikal2. Radiografi Interproksimal (Bitewing)Teknik radiografi bitewing bertujuan untuk memeriksa crown, crest alveolar di maksila dan mandibula dalam satu film. Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan crown gigi-gigi di maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh menggigit bite tab atau bitewing film holder dan sinar diarahkan menembus kontak gigi.

Radiografi Interproksimal (Bitewing)3. Radiografi Oklusal(Foto Oklusal)Radiografi oklusal bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Film yang digunakan adalah film khusus.

Radiografi EkstraOral1. Radiografi PanoramikRadiografi panoramik digunakan untuk melihat perluasan suatu lesi/tumor, fraktur rahang, fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah yang lebih luas dibandingkan intraoral yaitu rahang bawah rahang atas dalam satu film.

2. Lateral jaw Radiografi Digunakan untuk melihat keadaan disekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.

3. Lateral cephalometric Digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma suatu penyakit, serta kelainan pertumbuhan dan perkembangan.

4. Proyeksi postero-anterior Digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Teknik ini juga memberikan gambaran struktur wajah antara lain yaitu sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanalis, dan orbita.

5. Proyeksi Waters ( waters view) Digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sutura zigomatikum frontalis, dan rongga nasal.

C. Pemeriksaan BiopsiDalam rongga mulut, pemeriksaan biopsi digunakan untuk mengukuhkan diagnosis dari keganasan kelainan klinis yang dicurigai. Macam-macam pemeriksaan biopsi dalam rongga mulut yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut,: Eksisi : Eksisi dilakukan dengan cara mengambil seluruh lesi yang dicurigai. Dilakukan untuk lesi-lesi kecil dan mudah dilakukan, bertujuan untuk pemeriksaan histopatologi lebih lanjut. Insisi : Insisi dilakukan untuk lesi yang besar atau bila diduga adanya keganasan. Yang mana hanya sebagian kecil dari lesi yang diambil beserta jaringan sehat disekitarnya. Pengambilan lesi dapat menggunakan scalpel, alat punch, dan jarum suntik. Apirasi jarum halus ; dilakukan untuk mengambil jaringan pada daerah tertutup dimaksyd untuk melihat sel-sel atau jaringan yang dicurigai. Usapan : Usapan dilakukan untuk mengambil jaringan lesi terutama yang diduga adanya keganasan.

5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang RujukanRujukan adalah penyerahan tanggung jawab atas masalah kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara vertical maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, dan rujukan bahan pemeriksaan laboratorium . ( Permenkes 922/2008 )Dinegara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Permenkes No. 01 tahun 2002.Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggara pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara vertical maupun horizontal.Rujukan biasanya dapat berupa surat , yang mana ditujukan ke spesialis ataupun administrasinya. Menurut pasal 15 surat pengantar rujukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c sekurang-kurangnya memuat :a. Identitas pasien;b. Hasil pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang) yang telah dilakukan;c. Diagnosis kerja;d. Terapi dan/atau tindakan yang telah diberikan;e. Tujuan rujukan; danf. Nama dan tanda tangan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

Di dalam pasal 12 memuat :(1) Rujukan harus mendapatkan persetujuan dari pasien dan/atau keluarganya.(2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan yang berwenang.(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya meliputi:a. diagnosis dan terapi dan/atau tindakan medis yang diperlukan;b. alasan dan tujuan dilakukan rujukan;c. risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan;d. transportasi rujukan; dane. risiko atau penyulit yang dapat timbul selama dalam perjalanan.

Tata Cara Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk dirujuk. Adapun Kriteria pasien yang dirujuk adalah apabila memenuhi salah satu dari :1.Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi.2.Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata tidak mampu diatasi.3.Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan.4.Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana kesehatan yang lebih mampu.

Dalam prosedur merujuk dan menerima rujukan pasien ada dua pihak yang terlibat yaitu pihak yang merujuk dan pihak yang menerima rujukan dengan rincian beberapa prosedur sebagai berikut :1.prosedur standar merujuk pasien2.prosedur standar menerima rujukan pasien3.prosedur standar memberi rujukan balik pasien4. prosedur standar menerima rujukan balik pasien

Didalam BAB II pasal 2 terdapat kegiatan rujukan , antara lain :Kegiatan rujukan meliputi pengiriman:a. rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap;b. rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya;c. rujukan bahan pemeriksaan laboratorium; dan/ataud. rujukan pengetahuan dan ketrampilan.

6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Diagnosis Akhir Suatu diagnosis disebut sebagai diagnosis akhir bila kemudian ada hasil pemeriksaan lain yang didapatkan menunjukan bahwa diagnosis bandinglah yang lebih tepat untuk pasien, maka dokter akan merubah diagnosis kerjanya dari yang pertama ditegakan kepada diagnosis banding yang telah di dukung oleh data yang ada kemudian.

7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Rencana PerawatanRencana perawatan adalah formulasi strategi untuk memberi jalan keluar berbagai masalah kesehatan yang sedang dihadapi pasien. Rencana perawatan diperlukan oleh seorang dokter gigi untuk membuat jadwal kerta dan prioritas perawatan.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rencana perawatan : Pasien : Dilihat dari riwayat kesehatan pasien yang mendukung atau tidak Dokter gigi : Kemampuan seorang dokter gigi untuk melakukan perawatan. Biaya : Harus melihat keadaan sosial ekonomi pasien. Faktor lain : kesediaan alat, bahan , fasilitas , dll.

Prosedur Penyusunan Rencana Perawatan :1. Membuat daftar masalah sesuai dengan prioritas kebutuhan atau kegawatannya. 2. Membuat daftar berbagai kemungkinan solusi dan implikasinya untuk setiap masalah. 3. Memilih kemungkinan solusi terbaik untuk setiap masalah tersebut dengan tetap mempertimbangkan kepentingan pasien, pertimbangan teknis, dan kebutuhan perawatan dental yang lain. 4. Menyusun solusi masalah pasien tersebut berdasarkan skala prioritasnya mulai dari perawatan simptomatik, pengendalian penyakit, diikuti dengan perawatan aktif dengan prosedur restoratif.5. Memilih cara pendekatan perencanaan perawatan yang tepat sesuai dengan yang dikehendaki pasien

Tindakan yang harus segera dilakukan untuk solusi masalah yang terkait dengan keluhan utama dapat berupa : Perawatan paliataif ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala yang berkembang Perawatan kuratif ditujukan untuk menghilangkan masalah. Sebagai contoh misalnya pada kasus infeksi periapikal Paliatif analgetik dan antibiotik,Kuratif ekstraksi gigi atau perawatan endodontik.

8. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang PrognosisPrognosis merupakan prediksi dari kemungkinan perjalanan penyakit, lama (durasi), dan hasil akhir dari penyakit berdasarkan pengetahuan tentang patogenesis dan keberadaan faktor risiko dari suatu penyakit. Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit. Prognosis sering rancu dengan risiko. Pada beberapa kasus, faktor prognosis dan faktor risiko sama. Misalnya pasien dengan diabetes atau perokok berisiko lebih tinggi menderita penyakit periodontal, dan setelah mereka terinfeksi maka secara umum mereka memiliki prognosis yang lebih buruk.Penentuan Prognosis dapat ditetapkan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : Apakah perawatan harus dilakukan ? Apakah mungkin akan berhasil ? Apakah gigi-gigi yang masih ada dapat mendukung beban tambahan dari gigi tiruan ?

Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat menentukan prognosisA. Faktor klinis keseluruhan 1. Umur pasien Prognosis dua pasien dengan dengan sisa tingkat perlekatan jaringan ikat dan tulang alveolar yang sama lebih baik pada pasien yang lebih tua. Pasien yang lebih muda memiliki jangka waktu kemunculan destruksi periodontal yang lebih pendek sehingga proses perbaikan periodontal yang mungkin muncul secara alami akan terlampaui. 2. Tingkat keparahan penyakit periodontal sebelumnya yang harus diperhatikan kedalaman poket, tingkat perlekatan, tingkat kehilangan tulang, dan tipe defek tulang.3. Kontrol plak Plak merupakan faktor etiologi utama dari penyakit periodontal.4. Kooperasi pasien Prognosis pasien dengan penyakit gingival dan periodontal bergantung dari sikap pasien, keinginan untuk mempertahankan gigi asli, kemauan dan kemampuan untuk merawat OH yang baik.

B. Faktorsistemik / lingkungan :1. Merokok2. Penyakit/kondisi sistemik : DM tipe I dan II, parkinsons,dll. Pasien dengan well-controlled diabetes dan slight to moderate periodontitis berprognosis baik.3. Faktorgenetik4. StressC. Faktor lokal 1. Plak kalkulus 2. Restorasi subgingival. margin subgingival dapat meningkatkan akumulasi plak, inflamasi dan kehilangan tulang yang berdampak buruk bagi periodontium. jumlah kerusakan periodontal yang muncul dipengaruhi oleh ukuran dan waktu restorasi ada di dalam mulut 3. Faktor anatomik seperti akar yang pendek dan runcing,bifurcation ridges, kecekungan akar,, kedekatan akar, keterlibatan furkasi, mobilitas gigi

D. Faktor protesa restoratif 1. Pilihan abutment. gigi yang telah mendapat perawatan endodontik dengan pasak lebih mungkinfraktur jika berperan sebagai distal abutment yang menyokong gigi tiruan sebagian. 2. Karies. gigi dengan karies ekstensif harus direstorasi dan dirawat endodontik dahulu sebelum dilakukan perawatan periodontal. 3. Gigi non-vital. Gigi vital dan non-vital memiliki prognosis periodontal yang sama karena perlekatan baru dapat muncul pada sementum baik di gigi vital maupun non-vital. 4. Resorpsi akarJenis Prognosis :1. Sanam (sembuh)2. Bonam (baik)3. Malam (buruk/jelek)4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu) : 1. Dubia ad sanam/bonam (ragu-ragu, cenderung sembuh/baik) 2. Dubia ad malam (agu-ragu,cenderung buruk)

Prognosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :0. Prognosis keseluruhan (overall prognosis) Faktor yang mempengaruhi: seperti faktor klinis keseluruhan, faktor sistemik/lingkungandan kemungkinan protesa.Prognosis ini menjawab pertanyaan: apakah perawatan harus dilakukan? Apakah akan berhasil? Jika dibutuhkan protesa, apakah gigi yang tersisa dapat mendukung beban tambahan dari protesa? 0. Prognosis masing-masing gigi (individual tooth prognosis) Prognosis ini ditentukan setelah prognosis keseluruhan dipengaruhi olehnya.Faktor yang mempengaruhi: seperti faktor lokal dan faktor protesa/restoratif.