tugas pengganti tutorial modul 1 blok 17

21
RIWAYAT PEMBENTUKAN NASION INDONESIA, PANCASILA, DAN KONSTITUSI NKRI Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia. Karena Pancasila sebagai dasar negara Indonesia maka semua sendi kehidupan bangsa harus sesuai dengan Pancasila. Sejak akhir tahun 1944 dalam perang Asia Timur Raya (Perang Dunia ke II) Jepang mulai mengalami kekalahan dari sekutu, untuk menarik simpati rakyat Indonesia Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia agar bangsa Indonesia tidak melawan dan mau membantu Jepang. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai dibentuk oleh Jepang dan diumumkan oleh Jenderal Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945. Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 untuk membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah Pancasila. Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A. Maramis. Panitia Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang- undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang- Undang

Upload: bontor-daniel-sinaga

Post on 02-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

blok 17 fk ukdw

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

RIWAYAT PEMBENTUKAN NASION INDONESIA, PANCASILA, DAN KONSTITUSI NKRI

Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila bersumber pada kepribadian bangsa Indonesia. Karena Pancasila sebagai dasar negara Indonesia maka semua sendi kehidupan bangsa harus sesuai dengan Pancasila.

Sejak akhir tahun 1944 dalam perang Asia Timur Raya (Perang Dunia ke II) Jepang mulai mengalami kekalahan dari sekutu, untuk menarik simpati rakyat Indonesia Jepang menjanjikan kemerdekaan Indonesia agar bangsa Indonesia tidak melawan dan mau membantu Jepang.

Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai dibentuk oleh Jepang dan diumumkan oleh Jenderal Kumakichi Harada pada tanggal 1 Maret 1945.

Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni 1945 untuk membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno.Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari Lahir Istilah Pancasila.

Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara untuk Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses (istirahat) satu bulan penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia perumus dasar negara yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang pembentukan dasar negara Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri atas Ir. Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno Cokrosuryo, dan A. A. Maramis. Panitia Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh. Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter.

Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang- Undang Dasar yang diketuai Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Ir. Sukarno melaporkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang tubuh).

Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17 Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno BPUPKI.

Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya Ahmad Subarjo.

Page 2: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia. Pada sidang pertama PPKI rancangan UUD hasil kerja BPUPKI dibahas kembali. Pada pembahasannya terdapat usul perubahan yang dilontarkan kelompok Hatta.

Rancangan hukum dasar yang diterima BPUPKI pada tanggal 17 Juli 1945 setelah disempurnakan oleh PPKI disahkan sebagai Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. UUD itu kemudian dikenal sebagai UUD 1945.

GOOD GOVERNANCE

Good governance adalah tindakan atau tingkah laku yang didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan atau mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan dan kehidupan keseharian. Indikator pemerintahan yang baik adalah jika produktif dan memperlihatkan hasil dengan indikator kemampuan ekonomi rakyat meningkat dalam aspek produktifitas maupun dalam daya belinya, kesejahteraan spiritualitasnya terus meningkat dengan indikator rasa aman, tenang dan bahagia serta sense of nationality yang baik.

Prinsip-prinsip Good Governance

1. Partisipasi (Participation) Semua warga berhak terlibat dalam pengambilan keputusan.

2. Penegakan Hukum (Rule of law) Partisipasi masyarakat dalam proses politik dan perumusan-perumusan kebijakan publik memerlukan sistem dan aturan-aturan hukum.

3. Transparansi Salah satu yang menjadi persoalan bangsa di akhir masa orde baru adalah merebaknya kasus-kasus korupsi karena manajemen pemerintahan yang tidak transparan. Aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara transparan. Setidaknya ada 8 aspek yaitu: penetapan posisi, jabatan atau kedudukan; Kekayaan pejabat publik; Pemberian penghargaan; dan lain-lain

4. Responsif (Responsiveness) Pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap persoalan-persoalan masyarakat.

5. Orientasi Kesepakatan (Consencus Orientation) Pengambilan putusan melalui proses musyawarah dan semaksimal mungkin berdasar kesepakatan bersama.

6. Keadilan (Equity) Kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan

7. Efektifitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Efficiency) Agar pemerintahan efektif dan efisisen, maka para pejabat perancang dan pelaksana tugas-tugas pemerintahan harus mampu menyusun perencanaan-perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata dari masyarakat, secara rasional dan terukur.

8. Akuntabilitas (Accountability) Pertanggungjawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang memberinya delegasi dan kewenangan untuk mengurusi berbagai urusan dan

Page 3: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

kepentingan mereka, setiap pejabat publik dituntut untuk mempertanggungjawabkan semua kebijakan, perbuatan, moral, maupun netralitas sikapnya terhadap masyarakat.

9. Visi Strategis (Syrategic Vision) Pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang. Kualifikasi ini menjadi penting dalam kerangka perwujudan good governance, karena perubahan dunia dengan kemajuan teknologinya yang begitu cepat.

Langkah-langkah perwujudan Good Governance

1. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan

2. Kemandirian Lembaga Peradilan

3. Aparatur Pemerintahan yang Profesional dan Penuh Integritas

4. Masyarakat Madani (Civil Society) yang Kuat dan Partisipatif

5. Penguatan Upaya Otonomi Daerah

HAM DAN OTONOMI DAERAH

Pengertian, Perkembangan, dan Macam-Macam Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam kandungan. HAM berlaku secara universal. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1

Macam-Macam HAM:

1. Hak asasi pribadi (personal rights) misal: beragama, beribadat

2. Hak asasi ekonomi (property rights) misal: hak pemilikan sesuatu, membeli atau menjual

3. Hak asasi dalam kesamaan hukum mendaparkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan (Rights of Legal Equality)

4. Hak asasi politik (political right) ikut serta dalam pemerintahan, hak memilih dandipilih dalam pemilu

5. Hak asasi dalam perlindungan hukum (procedural rights) mendapatkan perlakuan tatacara dan perlindungan hukum

6. Hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture rights) memperoleh pendidikan, mengembangkan kebudayaan

Upaya Pemerintah dalam Menegakan Hak Asasi Manusia

Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Page 4: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

Pembentukan produk hukum yang mengatur mengenai HAM

Pembentukan Pengadilan HAM

Instrumen Nasional HAM

Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia); Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan; Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak Asasi Manusia Indonesia; Inpres No, 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan Kebijakan, Perencanaan Pro-gram, ataupun Pelaksanaan Kegiatan Penyelenggaraan Pemenintahan; UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia; Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A — 28J mengatur secara eksplisit Pengakuan dan Jaminan Perlindungan Terhadap Hak Asasi Manusia.

4.Pelanggaran Hak Asasi ManusiaPelanggaran HAM yang sering muncul biasanya terjadi dalam dua bentuk, yaitu sebagai berikut:a. Diskriminasi, yaitu pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara yang langsung maupun yang tidak langsung berdasarkan pembedaan manusia atas dasar agama,suku, ras, etnik, kelompok, golongan, jenis kelamin, bahasa, keyakinan, dan politik yang berakibat pengurangan, penyimpangan, atau penghapusan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan, baik secara individual maupun kolektif dala, semua spek kehidupanb. Penyiksaan, adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja sehingga menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat

Berdasarkan sifatnya, pelanggaran HAM dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:a. Pelanggaran HAM berat, yaitu pelanggraan HAM yang berbahay dan mengancam nyawa manusia seperti pembunuhan, penganiayaan, perampokan, dsb. Penanganan kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAMb. Pelanggaran HAM ringan, yaitu pelanggaran HAM yang tidak mengancam keselamtan jiwa manusia, akan tetapi dapat berbahaya jika tidak segera ditanggulangi

B.Instumen Hukum dan Peradilan Internasional Hak Asasi Manusia1. Instrumen HAM Internasionala. Periode sebelum berdirinya PBB• Magna Charta dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang prinsip dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada kedaulatan raja.• Petition of Rights• Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679 di Britania Raya• Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima parlemen Inggris• Declaration des Droits de L’homme et Du Citoyen di Perancis tahun 1789 yaitu pernyataan

Page 5: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

mengenai hak-hak manusia dan warga negara.• Declaration of Indenpendence di Amerika Serikat tahun 1776

b. Periode setelah berdirinya PBB• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights).• Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights)• Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)• Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the Crime of Genocide)• Konvensi Menentang Penyiksaan (Convention against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)• Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial (International Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination)• Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women)• Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)• Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention relating to the Status of Refugees )

2.Kasus-Kasus Pelanggaran HAM internasionala. Kejahatan Genosida (The crime of genocide)• Pembantaian My Lai• Pembantaian Sabra dan Shatilab. Kejahatan melawan kemanusiaan (Crime againts humanity)c. Kejahatan perang (War crimes)d. Invasi atau agresi suatu negara ke negara lain (The crime of aggression)• Invasi Irak ke Iran• Invasi Amerika Serikat beserta sekutunya kepada Irak

3.Sanksi Internasional atas Pelanggaran HAM1.Di berlakukannya travel warning terhadap warga negaranya2.pengalihan investasi atau penanaman modal asing3.Pemutusan hubungan diplomatik4.Pengurangan bantuan ekonomi5.Pengurangan tingkat kerjasama6.Pemboikotan produk eksport7.Embargo Ekonomi

BAB 7

Hak Asasi Manusia

Page 6: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

A. Pengertian Hak Asasi Manusia

Menurut Tilaar (2001), hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak manusia pada dasarnya bersifat umum atau universal, karena diyakini bahwa beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras, atau jenis kelamin.

Hak asasi manusia juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada Negara atau undang-undang dasar, dan kekuasaan pemerintah, bahkan HAM memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu Tuhan.

Beberapa pokok kakikat HAM yaitu:

a. HAM tidak perlu d’berikan, dibeli, ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, pandangan politik, atau asal-usul sosial bangsa.

c. HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansour Fakih, 2003).

Ruang lingkup HAM meliputi: (1) hak sosial politik (hak alamiah), yang dibawa oleh manusia sejak ia dilahirkan, contohnya: hak hidup, hak milik, dan hak untuk mengusahkan kebahagiaan, (2) hak sosial ekonomi-sosial budaya, yaitu hak yang diperolehmanusia dari masyarakat, contohnya; hak mendapatkan pekerjaan, hak menerima upah yang layak, dan sebagainya.

B. Tujuan hak Asasi Manusia

Tujuan pelaksanaan hak asasi manusia adalah untuk mempertahankan hak-hak warga Negara dari tindakan sewenang-wenang aparat negara, dan mendorong tumbuh serta berkembangnya pribadi manusia yang multi-dimensional.

C. Perkembangan Pemikiran HAM

1. Perkembangan HAM di Dunia

Piagam mengenai perkembangan pemikiran dan perjuangan HAM adalah sebagai berikut:

a. Magna Charta (Piagam Agung 1215)

Piagam Magna Charta ini adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan perjuangan HAM yang dilakukan oleh rakyat Inggris kepada Raja John yang berkuasa pada tahun 1215. Piagam

Page 7: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

magna charta berisi perlakuan adil, hukuman, bertanggungjawab, dan penegakkan hak dan keadilan bagi rakyat.

b. Bill of Rights (UU Hak 1689)

Bill of Rights adalah piagam penghargaan atas pemikiran dan perjuangan HAM oleh rakyat kepada penguasa negara atau pemerintah di Inggris pada tahun 1689. Inti dari tuntutan yang diperjuangkannya adalah “rakyat Inggris menuntut agar rakyat diperlakukan sama di muka hukum (equality before the law), sehingga tercapai kebebasan”.

c. Declaration Des Droits de L’homme et du Citoyen (Deklarasi Hk Asasi Manusia dan Warga Prancis Tahun 1789)

Isi Deklarasi ini adalah sebagai berikut:

1) Manusia dilahirkan merdeka

2) Hak milik dianggap suci dan tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun

3) Tidak boleh ada penangkapan dan penahanan dengan semena-mena atau tanpa alasan yang sah serta surat izin dari pejabat yang berwenang.

d. Bill of Rights (UU Hak Virginia 1789)

Undang-Undang Hak Virginia Tahun 1776, yang dimasukkan ke dalam UUD Amerika Serikat Tahun 1791. Dikenal juga sebagai The Bill of Rights ini UU HAM Amerika Serikat, merupakan Amandemen tambahan terhadap konstitusi Amerika Serikat yang diatur secara tersendiri dalam 10 pasal tambahan, meskipun secara prinsip hal mengenai HAM telah termuat dalam deklarasi kemerdekaan (declaration of inpedence) Amerika Serikat.

e. Declarations of Human Rights PBB

Piagam PBB lahir tanggal 12 Desember 1948, di Jenewa yang merupakan usul serta kesepakatan seluruh anggota PBB.isi pembukaan Piagam Declarations of Human Rights, PBB yang mencakup 20 hak yang diperoleh manusia seperti hak hidup, kebebasan, dan keamanan pribadi, hak atas benda, dan lain-lain.

Maksud dan tujuan PBB mendeklarasi HAM seperti tertuang dalam piagam Mukadimahnya:

1) Hendak menyelamatkan keturunan manusia yang ada dan yang akan datang dari bencana perang

2) Meneguhkan sikap dan keyakinan tentang HAM yang asasi, tentang harkat dan derajat manusia, dan tentang persamaan kedudukan antara laki-laki dan perempuan, juga antara bangsa yang besar dan yang kecil.

Page 8: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

3) Menimbulkan suasanan di mana keadilan dan penghargaan atas berbagai kewajiban yang muncul dari segala perjanjian dal lain-lain sumber hukum internasional menjadi dapat dipelihara

4) Memajukan masyarakat dan tingkat hidup yang lebih baik dalam suasana kebebasan yang lebih leluasa.

f. Piagam Atlantic Charter

Piagam ini merupakan kesepakatan antara F.D. Roosevelt dan Churchil pada tanggal 14 agustus 1941. Isinya adalah “Bahwa selenyapnya kekuasaan Nazi yang zalim itu akan tercapai suatu keadaan damai yang memungkinkan tiap-tiap negara hidup dan bekerja dengan aman menurut batas-batas wilayahnya masing-masing serta jaminan kepada setiap manusiasuatu kehidupan yang bebas dari rasa takut dan kesengsaraan”.

Pada bulan juli 1940, F.D. Roosevelt menyebutkan lima kebebasan dasar manusia, yakni;

1) Freedom from fear (bebas dari rasa takut)

2) Freedom of religion (bebas memeluk agama)

3) Freedom of expression (bebas menyatakan pendapat/perasaan)

4) Freedom of information (bebas dalam hal pemberitaan)

5) Freedom from want (bebas dari kekurangan/kemelaratan).

2. Perkembangan Pemikiran HAM di Indonesia

a. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)

Perkembangan pemikiran HAM dalam periode ini dapat dijumpai dalam organisasi pergerakan sebagai berikut:

1) Budi Oetomo, pemikirannya, “Hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat”.

2) Perhimpunan Indonesia, pemikirannya “Hak untuk menentukan nasip sendiri (the right of self determination)”.

3) Sarekat Islam, pemikirannya “Hak untuk penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan diskriminasi rasial”.

4) Partai Komunitas Indonesia, pemikirannya, “Hak sosial dan berkaitan dengan alat-alat produksi”.

5) Indische Party, pemikirannya, “Hak untuk mendapatkan kemerdekaan dan perlakuan yang sama”.

Page 9: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

6) Partai Nasional Indonesia, pemikirannya, “Hak untuk memperoleh kemerdekaan (the right of self determination)”.

7) Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, pemikirannya, meliputi:

a. Hak untuk menentukan nasib sendiri

b. Hak untuk mengeluarkan pendapat

c. Hak untuk berserikat dan berkumpul

d. Hak persamaan di muka hukum

e. Hak untuk turut dalam penyelenggaraan Negara

b. Periode Sesudah Kemerdekaan (1945-sekarang)

1) Periode 1945-1950. Pemikiran HAM pada periode ini menekankan pada hak-hak mengenai:

a. Hak untuk merdeka (self determination)

b. Hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik yang didirikan.

c. Hak kebebasan untuk menyampaikan pendapat terutama di parlemen.

2) Periode 1950-1959. Pemikiran HAM dalam periode ini lebih menekankan pada semangat kebebasan demokrasi liberal yang berintikan kebebasan individu.

3) Periode 1959-1966. Pada periode ini pemikiran HAM tidak mendapatkan ruang kebebasan dari pemerintah atau dengan kata lain pemerintah melakukan pemasungan HAM, yaitu hak sipil, seperti hak untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dengan tulisan.

4) Periode 1966-1998. Dalam periode ini, pemikiran HAM dapat dilihat dalam tiga kurun waktu yang berbeda. Kurun waktu yang pertama tahun 1967 (awal pemerintahan presiden soeharto). Kedua, kurun waktu tahun 1970-1980. Ketiga, kurun waktu tahun 1990-an.

5) Periode 1998-sekarang. Pada periode ini, HAM mendapatkan perhatian yang resmi dari pemerintah dengan melakukan amandemen UUD 1945 guna menjamin HAM dan menetapkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia.

D. HAM pada Tatanan Global dan di Indonesia

Page 10: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

Sebelum konsep HAM diratifikasi PBB, terdapat beberapa konsep utama mengenai HAM yang telah berkembang sebelumnya, yaitu:

1. HAM menurut konsep Negara-negara Barat/liberalism

2. HAM menurut konsep sosialis

3. HAM menurut konsep bangsa-bangsa Asia dan Afrika

4. HAM menurut konsep PBB.

E. HAM Indonesia:Permasalahan dan Penegakannya

HAM di Indonesia didasarkan pada Konstitusi NKRI, yaitu: pembukaan UUD 1945 (alinea I), Pancasila sila keempat, Batang Tubuh UUD 1945 (pasal 27, 29 dan 30), UU Nomor 39/1999 tentang HAM dan UU Nomor 26/2000tentang Pengadilan HAM.

F. Lembaga Penegak HAM

a. Komnas HAM

Komnas HAM adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga Negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.

b. Pengadilan HAM

Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan pemanggilan sanksi, dan pihak kejaksaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut Pasal 104 UU HAM, untuk mengadili pelanggaran hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan HAM di lingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan negeri dan pengadilan tinggi. Proses pengadilan berjalan sesuai fungsi badan peradilan.

c. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam penegakan HAM diatur dalam Pasal 100-103 UU tentang HAM. Partisipasi masyarakat dapat berbentuk sebagai berikut:

Page 11: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

1. Setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM), atau lembaga kemasyarakatan lainnya, berhak berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

2. Masyarakat juga berhak menyampaikan laporan atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lain yang berwenang dalam rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.

3. Masyarakat berhak mengajukan usulan mengenai perumusan dan kebi-jakan yang berkaitan dengan hak asasi manusia kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.

4. Masyarakat dapat bekerja sama dengan Komnas HAM melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia.

G. Mengembangkan Pendidikan HAM

Pengajaran HAM sejak dini dilaksanakan tidak hanya bertujuan sebagai pengetahuan (knowledge) tentang HAM tetapi juga mengembangkan sikap (attitude) dan keterampilan (skills).

a) Pengetahuan tentang HAM mencakup hak dan kewajiban setiap manusia, hak-hak anak,hak-hak perempuan, masalah keadilan, dan pluralism

b) Pendidikan HAM juga mengembangkan keterampilan mahasiswa yang dilakukan dengan meningkatkan keterampilan mendengarkan orang lain, bekerja sama, berkomunikasi, memecahkan masalah, membuat analisis moral, dan bagaimana mengajukan kritik dengan baik.

c) Tahap selanjutnya dari pendidikan HAM diharapkan mempunyai sikap yang baik. Mahasiswa harus menyadari bahwa hak asasi setiap manusia adalah inheren dimiliki orang lain.

BAB 10

OTONOMI DAERAH

A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi secara sempit diartikan sebagai ‘mandiri’, sedangkan dalam arti luas adalah “berdaya”. Jadi otonomi daerah yang dimaksud di sini adalah pemberian kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri atau berdaya membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya sendiri.

B. Latar Belakang Otonomi Daerah

Otonomi daerah dianggap dapat menjawab tuntutan pemerataan pembangunan sosial ekonomi, penyelenggaraan pemerintahan, dan pembangunan kehidupan berpolitik yang efektif.

Page 12: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

Sebab dapat menjamin penanganan tuntutan masyarakat secara variatif dan cepat. Ada beberapa alasn mengapa kebutuhan terhadap otonomi daerah di Indonesia saat itu disarankan mendesak.

1. Kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di Jakarta (jakarta centris). Sementara itu, pembangunan di beberapa wilayah lain dilalaikan. Hal ini bisa terlihat bahwa hampir 60% lebih perputaran uang berada di jakrta, sedangkan 40% digunakan untuk luar Jakarta.

2. Pembagian kekayaan dirasakan tidak adil dan tidak merata. Daerah-daerah yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah berupa minyak, hasil tambang, dan hasil hutan, seperti Aceh, Riau, Irian Jaya (Papua), Kalimantan, dan Sulawesi ternyata tidak menerima perolehan dana yang layak dari pemerintah pusat, bibandingkan dengan daerah yang relative tidak memiliki banyak sumber daya alam.

3. Kesenjangan sosial (dalam makna seluas-luasnya) antara satu daerah dengan daerah lain sangat terasa. Pembangunan fisik di satu daerah terutama Jawa, berkembang pesat sekali, sedangkan pembangunan di banyak daerah masih lamban, dan bahkan terbangkalai. Kesenjangan sosial ini juga meliputi tingkat pendidikan dan kesehatan keluarga.

C. Tujuan Dan Prinsip Otonomi Daerah

Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun masyarakat yang demokratis, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan, dan melatih diri dari dalam menggunakan hak-hak demokrasi.

2. Dilihat dari pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk mencapai pemerintahan yang efisien.

3. Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaraan otonomi daerah diperlakukan agarperhatian lebih focus kepada daerah.

4. Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.

Sebagian para ahli pemerintahan juga mengemukakan pendapat lain tentang alasan perlunya otonomi-desentralisasi, yaitu:

1. Untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.

2. Sebagai sarana pendidikan politik.

E. Model Desentralisasi

Page 13: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

Model desentralisasi adalah pola penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintahan kepada daerah otonomi untuk mengatur dan menangani urus-an pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Rondinelli, model desentralisasi ada empat macam, yaitu:

1. Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gebernur sebagai wakil pemerintah, dan atau kepada instansi vertical di wilayah tertentu.

2. Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenang an manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi, yang tidak secara langsung berada di bawah pengawasan pemerintah pusat.

3. Devolusi adalah transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan, dan manajemen kepada unit otonomi pemerintahan daerah.

4. Privatisasi adalah tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat.

F. Pembagian Urusan Pemerintahan

Pembagian urusan pemerintahan tersebut meliputi:

1. Urusan Pemerintahan Pusat, meliputi 6 bidang, yaitu:

a. Politik Luar Negeri

b. Pertahanan

c. Keamanan

d. Yustisi

e. Moneter dan Fiskal Nasional

f. Agama

2. Urusan Wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi, meliputi 16 bidang, yaitu:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang kesehatan

f. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial

Page 14: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

g. Penanggulan masalah sosial lintas kabupaten/kota

h. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota

i. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah, termasuk lintas kabupaten/kota

j. Pengadilan lingkungan hidup

k. Pelayanan pertahanan termasuk lintas kabupaten/kota

l. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil

m. Pelayanan administrasi umum pemerintah

n. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota

o. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota

p. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

3. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota, meliputi 15 bidang, yaitu:

a. Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c. Penyelenggaraan, ketertiban umum, dan ketentraman masyarakat

d. Penyediaan sarana dan prasarana umum

e. Penanganan bidang pendidikan

f. Penanggulangan masalah sosial

g. Pelayanan bidang ketenagakerjaan

h. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah

i. Pengadilan lingkungan hidup

j. Pelayanan pertahanan

k. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil

l. Pelayanan administrasi umum pemerintah

m. Pelayanan administrasi penanaman modal

n. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya

o. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Page 15: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

G. Otonomi Daerah dan Demokrasi

Otonomi daerah merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem demokrasi yang berintikan kebebasan kepada individu, kelompok, daerah untuk mengatur mengendalikan, serta menyelenggarakan pemerintahan sendiri.

Tujuan utama adanya kebijakan otonomi daerah adalah sebagai upaya mewujudkan:

a. Kesetaraan politik (political equality).

b. Tanggung jawab daerah (local accountability).

c. Kesadaran Daerah (local responsiveness).

Sedangkan prasyarat yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan dari kebijakan otonomi daerah adalah :

a. Memiliki territorial kekuasaan yang jelas (legal territorial of power).

b. Memiliki pendapat daerah sendiri (legal territorial of power).

c. Memiliki badan perwakilan (local reperesantative body).

d. Memiliki kepala daerah yang dipilih sendiri melalui pemilu (local leader executive by election).

H. Implementasi Otonomi Daerah

1. Implementasi otonomi daerah dalam pembinaan wilayah

a. Pelaksanaan otonomi daerah tidak secara otomatis menghilangkan tugas, peran, dan tanggung jawab pemerintah pusat, karena otonomi yang dijalankan bukan otonomi tanpa batas.

b. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan tugas-tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dilaksanakan, dan dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah.

c. Tugas dan fungsi pembinaanwilayah meliputi prinsip pemerintahan umum, yaitu penyelenggaraan pemerintahan pusat di daerah, memfasilitasi dan mengakomodasi kebijakan daerah, menjaga selarasan pemerintah pusat dan daerah, menciptakan ketentraman dan ketertiban umum, menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan kepastian batas wilayah, menyelenggarakan kewenangan daerah, dan menjelaskan kewenangan lain.

Page 16: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

d. Pejabat Pembina wilayah dilaksanakan oleh kepala daerah yang men-jalankan dua macam urusan pemerintahan, yaitu urusan daerah dan urusan pemerintahan umum.

2. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Sumber Daya Manusia

a. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan sumber daya manusia kepada daerah.

b. Dalam era otonomi, daerah harus mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dengan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.

c. Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerja sama antar-daerah dan pusat, Pemda membutuhkan SDM yang mempunyai kemampuan mengembangkan jaringan dan kerja sama tim, dan mempunyai kualitas kerja yang tinggi.

d. Untuk pembinaan SDM, Pemda diharapkan: (1) membuat struktur organisasi yang terbuka, (2) menyediakan media untuk PNS berkreatif dan membuat terobosan baru, (3) mendorong PNS berani mengambil resiko, (4) memberikan penghargaan bagi yang berhasil, (5) mengembangkan pola komunikasi yang efektif antarPNS, (6) membangun suasana kerja di PNS yang inovatif, (7) menguragi hambatan birokrasi, (8) mencegah tindakan intervensi yang mengganggu proses kerja proferional; dan (9) mendelegasikan tanggung jawab dengan baik.

e. Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan, membuat perencanaan, melaksanakan kerja dengan pengawasan yang memadai, menentukan prioritas, memecahkan masalah dengan inovatif, melakukan komunikasi lisan dan tertulis, melakukan hubungan antarpribadi, dan memerhatikan waktu kehadiran dan kreatifitas.

f. Mengurangi penyimpangan pelayanan birokrasi.

3. Implementasi Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. Masalah kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah daerah.

b. Pengentasan kemiskinan menjadi tugas penting dari UU Nomor 25 Tahun 1999, dimana pemda mempunyai wewenang luas, dan didukung dana yang cukup dari APBN.

c. Program penanggulangan kemiskinan harus dilakuakan terpadu berdasarkan karakter penduduk dan wilayah, dengan melakukan koordinasi antar-instansi yang terkait.

d. Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan harus mengedepankan peran masyarakat dan sektor swasta, dengan melakukan investasi yang dapat menyerap tenaga kerja dan pasar bagi penduduk miskin.

e. Membangun paradigma baru tentang peranan pemda, yaitu dari pelaksana menjadi fasilisator, memberikan intruksi menjadi melayani, mengatur menjadi memberdayakan masyarakat, bekerja memenuhi aturan menjadi bekerja untuk mencapai misi pembangunan.

Page 17: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

f. Dalam pemberdayaan masyarakat, peranan pemda adalah memberikan legimitasi kepada LSM dan masyarakat penerima bantuan, menjadi penengah apabila terjadi konflik, mendorong peningkatan kemampuan keluarga miskin, turut mengendalikan pembangunan fisik, dan memberikan sosialisasi gerakan terpadu pengentasan kemiskinan.

g. Pemda dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dapat mengambil kebijakan keluarga.

4. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional Eksekutif dan Legislatif

a. Hubungan eksekutif (pemda) dan legislative (DPRD) dalam era otonomi mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan antara pemda dan DPRD.

b. Ketidakharmonisan harus dipecahkan dengan semangat otonomi.

c. Asas dalam otonomi menurut UU No. 22 Tahun 1999.

d. Kepala daerah mempunyai wewenang.

e. DPRD dalam era otonomi mempunyai wewenang dan tugas.

f. Kepala daerah dan DPRD dalam melakuakn tugasnya dapat melakukan komunikasi yang intensif, baik untuk tukar-menukar informasi, dan pengembangan regulasi maupun klarifikasi suatu masalah.

g. Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dan kepala Daerah.

5. Implementasi Otonomi Daerah dalam Membangun Kerja Sama Tim

a. Koordinasi merupakan masalah yang serius dalam pemerintahan daerah.

b. Dalam rangka otonomi, di mana pemda mempunyai wewenang mengatur koordinasi sektor riil seperti transportasi.

c. Lemahnya koordinasi selama otonomi daerah telah menimbulkan dampak negatif

d. Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah di pemda.

e. Dalam rangka meningkatkan koordinasi, maka pemerintahan daerah harus menciptakan kerja sama tim.

Page 18: Tugas Pengganti Tutorial Modul 1 Blok 17

Terkait dengan implementasi otonomi daerah, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan otonomi daerah, yaitu:

1. Meningkatkan kualitas SDM.

2. Menindaklanjuti ketentuan undang-undang tentang otonomi dengan per-aturan daerah yang terkait dengan kelembagaan, kewenangan, tanggung jawab, pembiayaan, SDM, dan sarana penunjang terhadap penugasan wewenang yang dilimpahkan pemerintah pusat.

3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan hankum.

4. Mengembangkan sistem menajemen pemerintahan yang efektif, objektif, rasional, dan modern.