laporan tutorial

12
LAPORAN TUTORIAL “ Infeksi dan Inflamasi ” BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit, semuanya terjadi secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas, saluran cerna, membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam. Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan kimia, panas, atau fenomena lainnya maka maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan yang tidak mengalami cedera. Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana Kedokteran telah mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang perkembangan, pencegahan dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang berhubungan dengan infeksi. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang didapatkan dari pembelajaran ini antara lain: 1. Apa yang dimaksud dengan infeksi? 2. Bagaimana mekanisme terjadinya infeksi?

Upload: bagus-kurniawan

Post on 29-Dec-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Tutorial

LAPORAN TUTORIAL “ Infeksi dan Inflamasi ”

BAB IPENDAHULUAN

A.   Latar BelakangTubuh kita sepanjang waktu terpapar dengan bakteri, virus, jamur, dan parasit, semuanya terjadi

secara normal dan dalam berbagai tingkatan pada kulit, mulut, jalan napas, saluran cerna,

membran yang melapisi mata, dan bahkan saluran kemih. Banyak dari agen infeksius ini mampu

menyebabkan kelainan fungsi fisiologis yang serius atau bahkan kematian bila agen infeksius

tersebut masuk ke jaringan yang lebih dalam.

Tubuh manusia telah diciptakan dengan berbagai macam sistem yang berfungsi sebagai

pertahanan tubuh. Selain itu juga terdapat respon-respon tubuh terhadap benda asing yang

bersifat merugikan. Apabila terjadi cedera jaringan yang dikarenakan oleh bakteri, trauma, bahan

kimia, panas, atau fenomena lainnya maka maka jaringan yang cedera itu akan melepaskan

berbagai zat yang menimbulkan perubahan sekunder yang sangat dramatis disekeliling jaringan

yang tidak mengalami cedera.

Dewasa ini penyakit infeksi sudah merupakan penyakit dimana para sarjana Kedokteran telah

mengembangkan, baik terapi maupun penelitian-penelitian tentang perkembangan, pencegahan

dan pengobatan infeksi maupun penyakit-penyakit, yang berhubungan dengan infeksi.

B.   Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang didapatkan dari pembelajaran ini antara lain:

1.      Apa yang dimaksud dengan infeksi?

2.      Bagaimana mekanisme terjadinya infeksi?

3.      Apa saja jenis-jenis infeksi?

4.      Apa definisi inflamasi?

5.      Apa saja ciri-ciri inflamasi?

6.      Apa penyebab terjadinya radang akut?

7.      Bagaimana proses terjadinya peradangan?

8.      Bagaimana proses pembentukan pus?

9.      Apa saja efek yang berguna dan merugikan dari radang akut?

C.   Tujuan

Page 2: Laporan Tutorial

Tujuan-tujuan yang didapatkan antara lain:

1.      Agar dapat mengetahui definisi infeksi dan radang

2.      Agar dapat memahami penyebab terjadinya infeksi dan inflamasi

3.      Agar mengetahui mekanisme terjadinya infeksi dan inflamasi

4.      Agar mengetahui ciri-ciri inflamasi

5.      Agar mengetahui proses pembentukan pus

6.      Agar mengetahui efek-efek dari radang akut

D.   ManfaatManfaat-manfaat yang diperoleh yaitu:

1.      Mengetahui definisi infeksi dan radang

2.      Memahami penyebab terjadinya infeksi dan inflamasi

3.      Mengetahui mekanisme terjadinya infeksi dan inflamasi

4.      Mengetahui ciri-ciri inflamasi

5.      Mengetahui proses pembentukan pus

6.      Mengetahui efek-efek dari radang akut

BAB IIPEMBAHASAN

A.   Tinjauan PustakaPengertian

Infeksi yaitu invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh, secara klinis tidak tampak

atau timbul cedera selular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin, replikasi intrasel, atau

respon antigen-antibodi. (Dorland, 2002)

Radang atau inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau

kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurunng (sekuester)

baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu. (Dorland, 2002)

Infeksi

Infeksi menembus permukaan kulit atau berasal dari dalam tubuh. Gambaran klinisnya

tergantung pada:

1.      Letaknya di dalam kulit

2.      Sifat alami organisme

3.      Sifat respon tubuh terhadap organisme

Sebagian besar infeksi melalui jalan eksternal dengan menembus barier kulit yang dapat

menyebabkan lesi kulit saat organisme menginfeksi tubuh lainnya dan menimbulkan bercak-

bercak kulit. Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme, seperti fungi, virus,

bakteri, protozoa dan virus metazoa. Banyak organisme yang hidup atau bahkan tumbuh di

Page 3: Laporan Tutorial

dalam kulit tetapi tidak menimbulkan kerugian terhadap inang yang disebut komensal, atau

apabila organisme ini mengkonsumsi bahan-bahan yang mati maka mereka disebut saprofit.

(Underwood, 1999)

Mekanisme kerusakan jaringan yang diakibatkan organisme infeksius beraneka ragam, karena

produk atau sekresi yang berbahaya dari bakteri-bakteri. Jadi, sel hospes menerima rangsangan

bahan kimia yang mungkin bersifat toksik terhadap metabolisme atau terhadap keutuhan

membran sel. Sebagai tambahan, sering timbul respon peradangan dari hospes yang dapat

menyebabkan kerusakan kimiawi terhadap sel. Agen intraseluler misalnya virus sering

menyebabkan ruptura sel yang terinfeksi. Selanjutnya terjadi kerusakan jaringan lokal.

(Underwood, 1999)

Infeksi kronik adalah infeksi  yang virusnya secara kontinu dapat dideteksi, sering pada kadar

rendah, gejala klinis dapat ringan atau tidak terlihat. Terjadi akibat sejumlah virus hewan, dan

persistensi pada keadaan tertentu bergantung pada usia orang saat terinfeksi. Pada infeksi kronik

oleh virus RNA, populasi virus sering mengalami banyak perubahan genetik dan antigenik.

Infeksi laten adalah infeksi yang virusnya kebanyakan menetap dalam bentuk samar atau kriptik.

Penyakit klinis dapat timbul serangan akut intermiten; virus infeksius dapat ditemukan selama

timbulnya serangan tersebut.

Infeksi subklinik (tidak tampak) adalah infeksi yang tidak memperlihatkan tanda jelas adanya

infeksi.

(Brooks, 2007)

Radang

Peradangan ditandai oleh:

1.      Vasodilatasi pembuluh darah lokal yang mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang

berlebihan

2.      Peningkatan permeabilitas kapiler, memungkinkan kebocoran banyak sekali cairan ke dalam

ruang intersisiel

3.      Seringkali terjadi pembekuan cairan di dalam ruang intersisiel yang disebabkan oleh fibrinogen

dan protein yang lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah besar

4.      Migrasi sejumlah besar granulosit dan monosit ke dalam jaringan

5.      Pembengkakan sel jaringan

(Guyton, 2007)

Biasanya diklasifikasikan berdasarkan waktu kejadiannya, antara lain:

1.      Radang akut

Yaitu reaksi jaringan yang segera dan hanya dalam waktu yang tidak lama

2.      Radang kronis

Yaitu reaksi jaringan selanjutnya yang diperlama mengikuti respon awal

Penyebab utama radang akut adalah:

         Infeksi mikrobial

Page 4: Laporan Tutorial

Merupakan penyebab yang paling sering ditemukan. Virus menyebabkan kematian sel dengan

cara multiplikasi intraseluler. Bakteri melepaskan endotoksin yang spesifik atau melepaskan

endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel. Di samping itu, beberapa macam

organisme, melalui reaksi hipersensitivitas, dapat menyebabkan radang yang diperantarai

imunologi.

         Reaksi hipersensitivitas

Terjadi bila perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau

berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan.

         Agen fisik

Kerusakan jaringan yang terrjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik, ultraviolet atau

radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebihan (fostbite).

         Bahan kimia iritan dan korosif

Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan merusak jaringan,

yang kemudian akan memprovokasi terjadinya proses radang. Di samping itu, agen penyebab

infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang mengiritasi, dan langsung mengakibatkan

radang.

         Jaringan nekrosis

Aliran darah yang tidak mencukupi akan menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen dan

makanan pada daerah bersangkutan, yang akan mengakibatkan terjadinya kematian jaringan.

Kematian jaringan sendiri merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi

daerah infark sering memperlihatkan suatu respon radang akut.

(Underwood, 1999)

Proses peradangan

Salah satu efek pertama dari peradangan adalah pembatasan (wall of) area yang cedera dari sisa

jaringan yang tidak mengalami radang. Ruang jaringan dan cairan limfatik di daerah yang

meradang dihalangi oleh bekuan fibrinogen, sehingga untuk sementara waktu hampir tidak ada

cairan yang melintasi ruangan. Proses pembatasan akan menunda penyebaran bakteri atau

produk toksik.

Dalam waktu beberapa menit setelah peradangan dimulai, makrofag telah ada di dalam jaringan

dan segera memulai kerja fagositiknya. Bila diaktifkan oleh produk infeksi dan peradangan, efek

yang mula-mula terjadi adalah pembengkakan setiap sel-sel ini dengan cepat. Selanjutnya,

banyak makrofag yang sebelumnya terikat kemudian lepas dari perlekatannya dan menjauh

mobil, membentuk lini pertama pertahanan tubuh terhadap infeksi selama beberapa jam pertama.

Dalam beberapa jam setelah peradangan dimulai, sejumlah besar netrofil dari darah mulai

menginvasi daerah yang meradang. Hal ini disebabkan oleh produk yang berasal dari jaringan

yang meradang akan memicu reaksi berikut:

Page 5: Laporan Tutorial

1.      Produk tersebut mengubah permukaan bagian dalam endotel kapiler, menyebabkan netrofil

melekat pada dinding kapiler di area yang meradang. Efek ini disebut marginasi.

2.      Produk ini menyebabkan longgarnya perlekatan interseluler antara sel endotel kapiler dan sel

endotel vanula kecil sehingga terbuka cukup lebar, dan memungkinkan netrofil untuk

melewatinya dengan cara diapedesis langsung dari darah ke dalam ruang jaringan.

3.      Produk peradangan lainnya akan menyebabkan kemotaksis netrofil menuju jaringan yang

cedera.

Jadi, dalam waktu beberapa jam setelah dimulainya kerusakan jaringan, tempat tersebut akan

diisi oleh netrofil. Karena netrofil darah telah berbentuk sel matur, maka sel-sel tersebut sudah

siap untuk segera memulai fungsinya untuk membunuh bakteri dan menyingkirkan bahan-bahan

asing.

Dalam waktu beberapa jam sesudah dimulainya radang akkut yang berat, jumlah netrofil di

dalam darah kadang-kadang menigkat sebanyak 4-5 kali lipat menjadi 15.000-25.000 netrofil per

mikroliter. Keadaan ini disebut netrofilia. Netrofilia disebabkan oleh produk peradangan yang

memasuki aliran darah, kemudian diangkut ke sumsum tulang, dan disitu bekerja pada netrofil

yang tersimpan dalam semsum untuk menggerakkan netrofil-netrofil ini ke sirkulasi darah. Hal

ini membuat lebih banyak lagi netrofil yang tersedia di area jaringan yanng meradang.

Bersama dengan invasi netrofil, monosit dari darah akan memasuki jaringan yang meradang dan

membesar menjadi makrofag. Setelah menginvasi jaringan yang meradang, monosit masih

merupakan sel imatur, dan memerlukan waktu 8 jam atau lebih untuk membengkak ke ukuran

yang jauh lebih besar dan membentuk lisosom dalam jumlah yang sangat banyak, barulah

kemudian mencapai kapasitas penuh sebagai makrofag jaringan untuk proses fagositosis.

Ternyata setelah beberapa hari hingga minggu, makrofag akhirnya datang dan mendominasi sel-

sel fagositik di area yang meradang, karena produksi monosit baru yang sangat meningkat dalam

sumsum tulang.

Pertahanan tubuh yang keempat adalah peningkatan hebat produksi granulosit dan monosit oleh

sumsum tulang. Hal ini disebabkan oleh perangsangan sel-sel progenitor granulositik dan

monositik di sumsum. Namun hal tersebut memerlukan waktu 3-4 hari sebelum granulosit dan

monosit yang baru terbentuk ini mencapai tahap meninggalkan sumsum tulang. (Guyton, 2007)

Pembentukan pus

Bila netrofil dan makrofag menelan sejumlah besar bakteri dan jaringan nekrotik, pada dasarnya

semua netrofil dan sebagian besar makrofag akhirnya akan mati. Sesudah beberapa hari, di

dalam jaringan yang meradang akan terbentuk rongga yang mengandung berbagai bagian

jaringan nekrotik, netrofil mati, makrofag mati, dan cairan jaringan. Campuran seperti ini

biasanya disebut pus. Setelah proses infeksi dapat ditekan, sel-sel mati dan jaringan nekrotik

yang terdapat dalam pus secara bertahap akan mengalami autokatalisis dalam waktu beberapa

hari, dan kemudian produk akhirnya akan diabsorpsi ke dalam jaringan sekitar dan cairan limfe

hingga sebagian besar tanda kerusakan jaringan telah hilang.

Page 6: Laporan Tutorial

(Guyton, 2007)

Efek radang akut

Cairan dan eksudat seluler, keduanya dapat mempunyai efek yang berguna. Manfaat cairan

eksudat adalah sebagai berikut:

         Mengencerkan toksin

Pengenceran toksin yang diproduksi oleh bakteria akan memungkinkan pembuangannya melalui

saluran limfatik

         Masuknya antibodi

Akibat naiknya permeabilitas vaskuler, memugkinkan antibodi masuk ke dalam rongga

ekstravaskuler. Antibodi dapat mengakibatkan lisisnya mikro-organisme dengan

mengikutsertakan komplemen, atau mengakibat-kan   fagositosis melalui opsonisasi. Antibodi

juga penting untuk menetralisir toksin.

         Transpor obat

Seperti antibiotik ke tempat bakteri berkembang biak.

         Pembentukan fibrin

Dari eksudat fibrinogen dapat menghalangi gerakan mikro-organsme, menangkapnya dan

memberikan fasilitas terjadinya fagositosis.

         Mengirim nutrisi dan oksigen

Yang sangat penting untuk sel seperti neutrofil yang mempunyai aktivitas metabolisme yang

tinggi, yang dibantu dengan menaikkan aliran cairan melalui daerah tersebut

         Merangsang respon imun

Dengan cara menyalurkan cairan eksudat ke dalam saluran limfatik yang memungkinkan partikel

dari larutan antigen mencapai limfonodus regionalnya, dimana partikel dapat merangsang respon

imun.

Pembebasan enzim-enzim lisosom oleh sel radang dapat pula mempunyai efek yang merugikan,

yaitu:

         Mencerna jaringan normal

Enzim-enzim seperti kolagenase, protease dapat mencerna jaringan normal, yang menyebabkan

kerusakan. Kondisi ini mungkin terutama sebagai hasil kerusakan vaskuler, misalnya pada reaksi

hipersensitivitas tipe III.

         Pembengkakan

Pembengkakan jaringan yang mengalami radang akut dapat merugikan. Pembengkakan karena

radang akan berbahaya apabila terjadi di dalam ruang yang tertutup seperti rongga kepala.

         Respon radang yang tidak sesuai

Kadang-kadang respon radang akut tampak tidak sesuai, seperti yang terjadi pada reaksi

hipersensitivitas tipe I, dimana antigen di sekitarnya berkemampuan menyebabkan reaksi yang

Page 7: Laporan Tutorial

tidak mengancam dan merugikan individu. Pada respon radang karena alergi mungkin dapat

mengancam hidupnya, misalnya asma ekstrinsik.

B.   Analisis SkenarioAkibat cedera

Warna kemerahan (rubor)

Diakibatkan oleh adanya dilatasi pembuluh darah kecil dalam daerah yang mengalami

kerusakan.

Panas (kalor)

Peningkatan suhu hanya tampak pada bagian perifer tubuh (kulit). Peningkatan suhu ini

diakibatkan karena meningkatnya aliran darah sehingga sistem vaskuler dilatasi dan mengalirkan

darah yang hangat pada daerah tersebut.

Bengkak (tumor)

Pembengkakan sebagai hasil adanya edema dan kelompok sel radang dalam jumlah sedikit yang

masuk ke dalam daerah tersebut.

Nyeri (dolor)

Rasa nyeri diakibatkan oleh regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan terutama karena

tekanan pus di dalam rongga abses.

Demam

Demam merupakan manifestasi sistemik yang paling sering terjadi pada respon radang dan

merupakan gejala utama penyakit infeksi. Dalam kasus, Amir terkena demam setelah 3 hari, hal

itu dapat terjadi dikarenakan selama 3 hari tersebut terjadi infeksi pada luka yang dialaminya.

Tubuh memerlukan rentan waktu untuk melawan masuknya mikroorganisme patogen yang

dinamakan masa inkubasi. Zat-zat yang dapat menimbulkan demam, yaitu:

-          Endotoksin bakteri gram negatif

-          Sitokin yang dilepaskan dari sel-sel limfoid

Mekanisme demam antara lain:

Aktivator (mikroba, toksin, kompleks antigen-antibodi, proses radang; dll) → menginduksi

fagosit MN dan sel lain → melepaskan interleukin-1 → pusat pengatur suhu (hipotalamus)

melalui darah → respon fisiologik → demam

Vulnus excoriatum

Vulnus Amir tidak berbau karena tidak adanya pembusukan protein. Berbau atau tidaknya luka

dipengaruhi oleh bakteri piogenik yang dapat mengeluarkan gas. Selain itu bakteri piogenik juga

menimbulkan pus dan menyebabkan pus berwarna kehijauan.

Komposisi vulnus yaitu:

1.      Fibrin

2.      Darah

Page 8: Laporan Tutorial

3.      Jaringan nekrosis

4.      Dll

Penanganan luka

Prinsipnya adalah pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka kotor maka

perlu diberikan antibiotik. Tindakan penanganan luka harus dilakukan sesuai teknik aseptik

(steril).

1.      Bersihkan tepi luka menggunakan alkohol

2.      Lanjutkan dengan pemakaian desinfektan seperti betadine pada luka

3.      Balut luka agar tidak terjadi infeksi lebih lanjut

Pemeriksaan mikroskopis dan kultur kuman

Tujuannya adalah memberikan indikasi awal dan penting berkenaan dengan sifat organisme

penginfeksi sehingga membantu pemilihan obat antimikroba.

Kultur kuman yaitu pemiaraan kuman, sehingga sewaktu-waktu perlu, kuman atau bakteri itu

selalu tersedia. Jika mengambil bahan dari salah satu koloni, kemudian bahan itu ditanam pada

medium baru yang steril, maka bahan itu akan tumbuh menjadi koloni yang murni asalkan

pekerjaan pemindahan itu dilakukan dengan cermat menurut teknik aseptik.

Pengambilan sampel jaringan

Eksudat yang terkumpul harus diaspirasi dengan teknik aseptik. Jika materi secara jelas terlihat

purulen, apusan dan biakan dibuat secara langsung. Jika cairan jernih, dapat disentrifugasi pada

kecepatan tinggi selama 10 menit dan sedimen digunakan untuk apusan selama 10 menit dan

sedimen digunakan untuk apusan dan biakan yang diwarnai. Metode biakan yang digunakan

harus cocok untuk pertumbuhan organisme yang dicurigai berdasarkan gejala dan tanda klinis

demikian juga bakteri pirogen yang sering ditemukan.

Presentase sel PMN dalam darah

Total jumlah sel darah putih pada orang dewasa adalah 7000 sel/mikroliter.

Netrofil           : 62,0%                        Monosit           : 5,3%

Eosinofil          : 2,3 %                         Limfosit          : 30,0 %

Basofil             : 0,4%

(Guyton, 2007)

Perbedaan radang akut dan kronis

Radang akut Radang kronis

        Respon terhadap gangguan bersifat

cepat dan langsung

        Terjadi 2-3 hari

        Jumlah sel darah putih (PMN)

meningkat

        Respon bersifat lama

        Hitungan dalam minggu-bulan

        Terdapat sel MN

Page 9: Laporan Tutorial

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A.   KesimpulanInfeksi merupakan proses invasi mikroba atau parasit ke dalam jaringan yang mengakibatkan

perubahan setempat dan sistemik di dalam tubuh. Sedangkan radang adalah reaksi jaringan

terhadap cedera, secara khas terdiri dari respon vaskular dan seluler, yang secara bersama

berusaha menghancurkan substansi yang dikenal sebagai benda asing dalam tubuh. Adapun

tanda pokok radang akut yaitu nyeri (dolor), kemerahan (rubor), panas (kalor), bengkak (tumor),

dan gangguan fungsi (functiolaesa).B.   Saran1.      Jika terjadi luka lecet, maka segera bersihkan luka tersebut agar tidak terjadi infeksi

2.      Untuk luka yang sudah lama dan mengeluarkan eksudat dan pus maka luka perlu dikompres

untuk mengeluarkan cairan abnormal tersebut

3.      Usahakan untuk selalu menjaga ketahanan tubuh melalui makanan yang bergizi seimbang

4.      Segera periksakan ke pihak kesehatan jika ada reaksi infeksi atau peradangan yang semakin

memburuk

DAFTAR PUSTAKABrooks, Geo F. 2007. Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, dan Adelberg.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Underwood, J. C. E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

http://library.usu.ac.id/index.php/component/journals/index.php?

option=com_journal_review&id=3866&task=view

http://rac.uii.ac.id/index.php/record/view/77246

http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf