laporan tugas besar rekayasa jalan
DESCRIPTION
Perancangan Jalan Antar KotaTRANSCRIPT
PERANCANGAN JALAN ANTARKOTA
LAPORAN PRAKTIKUM
Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah SI-2241 Rekayasa Jalan
pada Semester II Tahun Akademik 2011-2012
oleh
Achmat Nasrulloh 15010076
Sofia Fadillah 15010077
Asisten:
Aulia Qiranawangsih, S.T
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2012
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, karunia,
rahmat, dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan laporan “Tugas Besar Perancangan
Jalan Antarkota”. Laporan ini dibuat sebagai syarat kelulusan mata kuliah Rekayasa Jalan
di Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung.
Laporan ini memberikan gambaran mengenai tahapan-tahapan dalam perencanaan dan
perancangan jalan antarkota. Pembuatan laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para
pembaca terutama bagi mahasiswa Teknik Sipil yang ingin mempelajari lebih dalam
tentang tahap perancangan jalan. Dengan membaca dan memahami isi laporan ini,
pembaca diharapkan dapat memulai untuk mebuat sketsa umum tentang perancangan jalan.
Dalam proses pembuatan laporan ini, berbagai upaya telah kami lakukan untuk
menyelesaikannya tepat waktu dan dengan hasil yang maksimal. Selama pembuatan
laporan ini, kami menemukan beberapa kesulitan untuk memahami prinsip perancangan
geometrik jalan maupun perkerasan jalan. Namun demikian, hal ini dapat diatasi setelah
kami melakukan beberapa kali asistensi bersama asisten praktikum Rekayasa Jalan.
Dalam menyelesaikan laporan ini, dari awal hingga tahap penyelesaian penulisan laporan,
kami banyak mendapat bimbingan, masukan, pengarahan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami bermaksud menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
Ir. Titi Liliani Soedirdjo, M.Sc. selaku dosen pengajar mata kuliah Rekayasa Jalan,
pengkhususan pada Desain Geometrik Jalan
Prof. Dr. Ir. Bambang Sugeng Subagio, DEA selaku dosen pengajar mata kuliah
Rekayasa Jalan, pengkhususan pada Desain Tebal Perkerasan
Aulia Qiranawangsih, S.T, selaku asisten pembimbing dan asisten praktikum untuk
mata kuliah Rekayasa Jalan
Rekan-rekan kuliah dan semua pihak yang telah turut serta membantu pembuatan
laporan ini.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
ii
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Kami menyadari adanya keterbatasan kemampuan dan kendala dari berbagai hal sehingga
laporan ini tidaklah sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari semua pihak, terutama dari pembaca.
Bandung, Mei 2012
Penulis
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
iii
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
DAFTAR ISI
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Maksud dan Tujuan 2
1.3 Tahap Pernacangan Jalan 2
BAB II PERHITUNGAN AWAL 4
2.1 Penetapan Titik Awal dan Akhir beserta Koridor Jalan 4
2.2 Penentuan Trase Alinyemen Horizontal 4
2.3 Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimuth, dan Sudut Tikungan 5
2.3.1 Perhitungan Koordinat 5
2.3.2 Perhitungan Jarak 5
2.3.3 Perhitungan Azimuth 5
2.3.4 Perhitungan Sudut Tikungan 6
2.4 Penentuan Klasifikasi Medan 7
2.5 Penentuan Kecepatan Rencana, Jarak Pandang Henti dan Menyusul 9
2.5.1 Penentuan Kecepatan Rencana 9
2.5.2 Penentuan Jarak Pandang Henti 9
2.5.3 Penentuan Jarak Pandang Meyusul 10
BAB III ALINYEMEN HORIZONTAL 12
3.1 Pemilihan Tikungan 12
3.2 Perhitungan Tikungan 14
3.2.1 Spiral-Circle-Spiral 14
3.2.2 Full Circle 17
3.3 Sketsa Tikungan 20
3.4 Stationing 21
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
iv
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
3.5 Diagram Superelevasi 23
BAB IV ALINYEMEN VERTIKAL 25
4.1 Profil Tanah Asli 25
4.2 Perhitungan Alinyemen Vertikal 26
4.3 Kelandaian pada Alinyemen Vertikal 27
4.4 Penentuan Trase Alinyemen Vertikal 28
4.5 Lengkung Vertikal 29
4.5.1 Lengkung Vertikal Cembung untuk PVI1 30
4.5.2 Lengkung Vertikal Cembung untuk PVI2 32
4.6 Elevasi Lengkung Vertikal 35
4.7 Koordinasi antar Lengkung Vertikal dengan Lengkung Horizontal 38
BAB V PERKERASAN 39
5.1 Metode Perkerasan 39
5.2 Data Komposisi Kendaraan 40
5.3 Data Tanah Dasar dalam CBR 41
5.4 Angka Ekivalen 43
5.5 Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) dan Lintas Ekivalen 46
5.6 Indeks Tebal Perkerasan (ITP) 48
5.7 Tebal Setiap Lapisan Perkerasan 49
BAB VI POTONGAN MELINTANG JALAN 51
6.1 Potongan Melintang Jalan 51
DAFTAR PUSTAKA viii
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
v
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 2.1 : Perhitungan Koordinat 5
2.2 : Klasifikasi medan berdasarkan AASHTO, 2001 7
2.3 : Perhitungan Kemiringan Medan Jalan 8
2.4 : Kriteria desain menurut UU no. 38/2004 dan PP No. 34/2006 9
2.5 : Jarak pandang henti, AASHTO 2001 10
2.6 : Jarak pandang menyusul, AASHTO 2001 11
3.1 : Kombinasi jari-jari tikungan dan panjang lengkung spiral untuk
superelevasi maksimum 10 %, AASHTO 2001 14
3.2 : Tikungan SCS 15
3.3 : Tikungan Full Circle 18
3.4 : Stationing 22
3.5 : Diagram Superelevasi 23
4.1 : Kelandaian Maksimum Untuk Klasifikasi Medan dan Kecepatan
Rencana Tertentu 27
4.2 : Perhitungan Elevasi Lengkung Cembung 35
4.3 : Perhitungan Elevasi Lengkung Cekung 36
5.1 : Data Komposisi Kendaraan 40
5.2 : Data Tanah Dasar Dalam CBR 41
5.3 : DDT di Segmen Awal, Tengah dan Akhir 42
5.4 : Beban Tiap Sumbu 44
5.5 : Perhitungan Angka Ekivalen 45
5.6 : Pertumbuhan Lalu Lintas (i) 46
5.7 : Lalu Lintas Harian Tahun 2008, 2011 dan 2026 46
5.8 : Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA) 47
5.9 : Faktor Regional 48
6.1 : Kriteria desain menurut UU no. 38/2004 dan PP No. 34/2006 53
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
vi
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 2.1 : Sketsa Awal Trase Alinyemen Horizontal 4
2.2 : Sketsa Jarak, Azimuth dan Sudut Tikungan 7
3.1 : Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle) 12
3.2 : Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral (SCS) 13
3.3 : Tikungan Spiral Penuh (SS) 13
3.4 : Grafik Tikunagn 22
3.5 : Diagram Superelevasi 24
4.1 : Profil Tanah Asli 25
4.2 : Profil Tanah Asli dan Rencana Jalan 28
4.3 : Sketsa Lengkung Vertikal 29
4.4 : Sketsa Lengkung Vertikal 37
5.1 : Distribusi Beban Lalu Lintas 39
5.2 : Grafik CBR vs Persentase Banyaknya CBR yang > atau =
di Segmen Awal, Tengah dan Akhir 43
6.1 : Potongan Melintang di Tikungan1 (a). STA 0 + 120,61,
(b).STA 0 + 135,98; (c). STA 0 + 151,34;
(d). STA 0 + 198,98 54
6.2 : Potongan Melintang di Tikungan 2 (a). STA 0 + 353,75,
(b).STA 0 + 396,12; (c). STA 0 + 384,48;
(d). STA 0 + 411,12; (e).STA 0 + 432,12 55
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
vii
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu sistem dan
transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel
dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan transportasi adalah suatu
usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan orang ataupun
barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih berguna
atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu.
Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem transportasi adalah
suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan
atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang atau
barang dari satu tempat ke tempat lain secara terstruktur untuk tujuan tertentu.
Adapun yang menjadi tujuan perencanaan sistem transportasi adalah :
a. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa
yang akan datang (tindakan preventif).
b. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving).
c. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan
seseimbang mungkin.
d. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggapan pada keadaan di masa
depan.
e. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang juga
mencakup penggunaan dan yang terbatas seoptimal mungkin, demi mencapai
tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna yang tinggi).
Salah satu komponen transportasi adalah jalan. Dalam perancangan jalan, ada dua aspek
yang perlu ditinjau, yaitu aspek geometrik jalan, dan aspek perkerasan jalan. Bentuk
geometrik jalan harus ditetapkan sedemikian rupa, sehingga jalan yang akan dibangun
dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi pengguna jalan. Beberapa kriteria
perancangan geometrik jalan adalah kendaraan rencana, kecepatan rencana, volume lalu
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
1
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
lintas dan kapasitas jalan. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
perencana, sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak kendaraan yang
memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan
1.2 Maksud dan Tujuan
Perencanaan ini dimaksudkan untuk mendesain jalan agar dapat memberikan pelayanan
bagi pengguna jalan tersebut. Banyak sekali aspek yang harus direncanakan secara matang,
seperti jari jari tikungan, lebar jalan, tanjakan, turunan. Tujuan dari erencanaan ini adalah :
a. Mendesain jalan dengan jarak terpendek
b. Mendesain jalan untuk sedatar mungkijn dan semudah mungkin untuk dilewati
1.3 Tahap Perancangan Jalan
Secara garis besar tahapan-tahapan perancangan desain suatu jalan raya setelah dilakukan
survey di lapangan dan pemetaan pada peta dibagi menjadi empat tahap yaitu:
TAHAP 1: PERHITUNGAN AWAL
Penentuan Trase Alinemen Horizintal
Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimut, dan Sudut Tikungan
Klasifikasi Medan
Klasifikasi Jalan dan Kecepatan Rencana
Penentuan Jarak Pandang Henti dan Jarak Pandang Mendahului
TAHAP 2: PERENCANAAN ALINEMEN
Alinemen Horizontal
a. Panjang Trase jalan
b. Penentuan Jenis Tikungan dan perhitungan tikungan
c. Stasioning
d. Pelebaran Samping
e. Diagram Superelevasi
Alinemen Vertikal
a. Profil Tanah Asli (end ground)
b. Kelandaian pada Alinemen Vertikal Jalan
c. Panjang Kritis Suatu Kelandaian
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
2
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
d. Penentuan Trase Alinemen Vertikal (finishing ground)
e. Lengkung Vertikal
TAHAP 3: PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN
Metode Perkerasan
Perhitungan
TAHAP 4: POTONGAN MELINTANG
Potongan Melintang Jalan
Tipikal Potongan Melintang
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
3
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
BAB II
PERHITUNGAN AWAL
2.1 Penetapan Titik Awal dan Akhir beserta Koridor Jalan
Titik Awal (A) = (453808, 9864328)
Titik Akhir (B) = (454478, 9864148)
Titik Belok 1 (PI1) = (454000, 9864185)
Titik Belok 2 (PI2) = (454200, 9864350)
2.2 Penentuan Trase Alinyemen Horizontal
Gambar 2.1 Sketsa Awal Trase Alinyemen Horizontal
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
4
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
2.3 Perhitungan Koordinat, Jarak, Azimuth dan Sudut Tikungan
2.3.1 Perhitungan Koordinat
Tabel 2.1 Perhitungan Koordinat
Nama Titik X Y
A 453808 9864328
PI1 454000 9864185
PI2 454200 9864350
B 454478 9864148
2.3.2 Perhitungan Jarak
d A−PI 1=√ (X PI 1−X A )2+(Y PI 1−Y A )2
d A−PI 1=√ (454000−453808 )2+ (9864185−9864328 )2
d A−PI 1=239.4013 meter
d PI 1−PI 2=√ (X PI 2−X PI1 )2+(Y PI 2−Y PI 1)2
d PI 1−PI 2=√ (454200−454000 )2+(9864350−9864185 )2
d PI 1−PI 2=259.2778 meter
d PI 2−B=√ (X B−XPI 2 )2+(Y B−Y PI 2 )2
d A−PI 1=√ (454478−454200 )2+ (9864148−9864350 )2
d A−PI 1=343.6393 meter
2.3.3 Perhitungan Azimuth
∝A−PI 1=tan−1( XPI 1−X A
Y PI 1−Y A)
¿ tan−1( 454000−4538089864185−9864328 )
¿ tan−1( 192−143 )
¿126.6784o
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
5
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
∝PI 1−PI 2=tan−1( X PI 2−X PI 1
Y PI 2−Y PI 1)
¿ tan−1( 454200−4540009864350−9864185 )
¿ tan−1( 200165 )
¿50.4774o
∝PI 2−B=tan−1( XB−X PI 2
Y B−Y PI 2)
¿ tan−1( 454478−4542009864148−9864350 )
¿ tan−1( 278−202 )
¿126.0029o
2.3.4 Perhitungan Sudut tikungan
Sudut Tikungan1 ( β1 )=∝A−PI 1−∝PI 1−PI2
Sudut Tikungan1 ( β1 )=126.6784o−50.4774o
Sudut Tikungan1(β 1)=76.2010o
Sudut Tikungan2 ( β2 )=∝PI 2−B−∝PI 1−PI 2
Sudut Tikungan2(β 2)=126.0029o−50.4774o
Sudut Tikungan2(β 2)=75.5255o
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
6
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Gambar 2.2 Sketsa Jarak, Azimuth dan Sudut Tikungan
2.4 Penentuan Klasifikasi Medan
Dalam penentuan klasifikasi medan, dibuat segmen-segmen pada baseline jalan setiap 30
meter pada peta. Dari setiap segmen tersebut ditarik garis 50 meter tegak lurus ke kiri dan
ke kanan dari baseline jalan. Selanjutnya, ketinggian (kontur) di kedua ujung garis tadi
dibaca sehingga didapat z1 dan z2. Kemiringan pada tiap segmen tersebut adalah
z2−z 1100
∗100 % .
Kemiringan medan adalah nilai rata-rata kemiringan tiap segmen sepanjang trase jalan.
Tabel 2.2 Klasifikasi medan berdasarkan AASHTO,2001
Jenis Medan Notasi Kemiringan Medan (%)
Datar D <10%
Perbukitan B 10%-25%
Pegunungan G >25%
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
7
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Tabel 2.3 Perhitungan Kemiringan Medan Jalan
Nama Titik
Kontur di Jarak Kiri-kanan
Kemiringan
Kiri KananA=1 187.5 192.5 100 5
2 185 192 100 73 179 189 100 104 172.5 186.5 100 145 166.3 184.5 100 18.26 162 182.5 100 20.57 160 182.5 100 22.58 157.5 178.5 100 219 155.5 179.5 100 24
10 153.5 179 100 25.511 153 180 100 27
PI1=12 153.5 177.5 100 24
13 173.5 174.5 100 114 183 182 100 115 190 188.5 100 1.516 189.5 188 100 1.517 184.5 187 100 2.518 177.5 184 100 6.519 168.5 180 100 11.520 161.5 175 100 13.5
PI2=21 166 162.5 100 3.5
22 166.5 156 100 10.523 166.5 153 100 13.524 167.5 152 100 15.525 170 152 100 1826 172 153.5 100 18.527 175.5 156 100 19.528 179.5 157 100 22.529 183.5 160 100 23.530 187 162.5 100 24.531 188 162.5 100 25.532 186 165 100 21
B=33 184.5 166 100 18.5Kemiringan rata-rata 14.92
Berdasarkan tabel 2.1, jalan tersebut termasuk memiliki medan perbukitan (B).
2.5 Penentuan Kecepatan Rencana, Jarak Pandang Henti dan Menyusul
2.5.1 Penentuan Kecepatan Rencana
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
8
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Berikut ini adalah tabel kriteria desain untuk geometrik jalan antarkota
Tabel 2.4 Kriteria desain menurut UU no. 38/2004 dan PP No. 34/2006
Medan D B G GLebar RUMIJAminimum (m)Kecepatan Rencana AP KP AP KP AP KP(km/jam) 120 100 80 100 80 80 60 60 40 80 60 60 40 40Lebar Jalur 2x 2x 2xminimum (m) 2x3,6 2x3,6 2x3,5Lebar Medianminimum (m)Lebar Bahu Luarminimum (m)Landai maksimum (%)Jari-jari Tikunganminimum (m)
G D B
210
Kelas Jalan
Fungsi Jalan
D B
595 360 210 360 210 45 45
11108
115 115
86
11545 210 115
2 3 2 2
8 4 87 -10 654
3,5 3 2 3,5 3
2x2x3,5
2x3,5
5,5 3 5,5 3 2 tanpa median
2x 2x3,6
2x2x3,5
Kolektor Primer Kolektor PrimerKolektor Primer
>36 >35 30 >17 1525 >19>28>32
Jalan Bebas Hambatan
Arteri Primer
Jalan Raya Jalan Sedang
Arteri Primer(freeway) (highways) (roads)
Maka, berdasarkan tabel tersebut, untuk kelas jalan raya (highway) dan fungsi jalan
kolektor
primer dengan klasifikasi medan bukit memiliki kriteria desainnya sebagai berikut:
a. Lebar RUMIJA minimum : 17 meter
b. Kecepatan rencana : 40 km/jam
c. Lebar jalur minimum : 2 x 3,5 meter
d. Lebar median minimum : tanpa median
e. Lebar bahu luar minimum : 2 meter
f. Kelandaian maksimum yang diizinkan : 10 %
g. Jari-jari tikungan minimum : 90 meter
2.5.2 Penentuan Jarak Pandang Henti
Jarak pandang henti (Jh) adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya dengan aman saat melihat adanya halangan di depan
mata. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jh.
Jh terdiri atas dua elemen jarak, yaitu:
a. Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat adanya halangan sampai saat pengemudi menginjak rem.
b. Jarak pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan
sejak pengemudi menginjak rem sampai dengan kendaraan berhenti.
Kedua jenis jarak henti tersebut dapat dilihat pada tabel AASHTO berikut.
Tabel 2.5 Jarak pandang henti, AASHTO 2001
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
9
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Berdasarkan tabel peraturan diatas, dengan kecepatan rencana 40 km/jam diperoleh:
Jarak tanggap (Jht) = 27.8 meter
Jarak pengereman (Jhr) = 18.4 meter
Jarak pandang henti (Jh) berdasarkan hitungan = 46.2 meter
Jarak pandang henti (Jh) rencana = 50 meter
2.5.3 Penentuan Jarak Pandang Menyusul
Jarak pandang menyusul (Jd) adalah jarak minimum yang diperlukan suatu kendaraan
untuk mendahului kendaraan di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali
ke lajur semula.
Jadi diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi (di dalam kendaraan) adalah
105 cm, dan tinggi halangan adalah 15 cm diukur dari permukaan jalan.
Jd ditentukan dengan rumus berikut.
Jd=d1+d2+d3+d4
Dimana:
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali lagi ke lajur
semula
d3 = jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah
berlawanan setelah proses mendahului selesai
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, besarnya
diambil sekitar 2/3 d2
Berikut ini adalah tabel penentuan jarak pandang menyusul.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
10
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Tabel 2.6 Jarak pandang menyusul, AASHTO 2001
Berdasarkan tabel diatas, jarak pandang mendahului untuk kecepatan rencana 40 km/jam
adalah 270 meter.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
11
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
BAB III
ALINYEMEN HORIZONTAL
3.1 Pemilihan Tikungan
Jenis tikungan jalan bermacam macam. Secara umum, jenis tikungan jalan dapat terbagi atas :
Full circle (FC), spiral-circle-spiral (SCS) dan spiral-spiral (SS). Dari ketiga jenis tikungan
ini, SCS lebih disarankan karena tikungan ini lebih nyaman dan aman jika dilewati.Hal ini
dikarenakan terdapat fase peralihan dimana perubahan arah terjadi sedikit demi sedikit
sehingga pengguna tidak menimbulkan gaya sentrifugal yang terlalu besar. Untuk tikungan
yang lebih tidak tajam disarankan memakai jenis tikungan FC, sebaliknya untuk tikungan
yang lebih tajam disarankan memakai jenis tikungan SCS. Dalam kehidupan nyata, jenis
tikungan SS sebaiknya dihindari karena terlalu tajam sehingga cenderung lebih berbahaya
bagi pengendara.
Tiga Jenis Tikungan:
1. Tikungan Lingkaran Penuh
Tc=R . tan ½ Δ
Lc= Δ360°
.2πR
Ec= R
cos∆2
−R, atau Ec=Tc . tan ¼∆
Gambar 3.1 Tikungan Lingkaran Penuh (Full Circle)
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
12
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
13
Gambar 3.2 Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral (SCS)
Gambar 3.3 Tikungan Spiral Penuh (SS)
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
2. Tikungan Spiral-Lingkaran-Spiral
3. Tikungan Spiral Penuh
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
14
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
3.2 Perhitungan Tikungan
3.2.1 Spiral-Circle-Spiral
Syarat tikungan yang harus dipenuhi:
a. Panjang Ts untuk tikungan pertama kurang dari panjang dA-PI1
b. Panjang Tc untuk tikungan kedua harus kurang dari panjang dPI2-B
c. Penjumlahan dari panjang Ts pada tikungan1 dan Tc pada tikungan 2 harus lebih
besar daripada jarak antartikungan ditambah sisipan bagian lurus minimal 50 m
untuk daerah peralihan.
Tabel 3.1 Kombinasi jari-jari tikungan dan panjang lengkung spiral untuk superelevasi
maksimum 10 %, AASHTO 2001
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
15
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Spiral-Circle-Spiral
Tabel 3.2 Tikungan SCS
R e Ls θS ΔC Lc Xc Yc k P Ts Es L
7000 NC 0 0 76,201 9309,708 0 0 0 0 5488,8
1895,33
2
9309,70
8
5000 NC 0 0 76,201 6649,792 0 0 0 0
3920,57
1
1353,80
8
6649,79
2
3000 NC 0 0 76,201 3989,875 0 0 0 0
2352,34
3
812,284
9
3989,87
5
2500 NC 0 0 76,201 3324,896 0 0 0 0
1960,28
6
676,904
1
3324,89
6
2000 NC 0 0 76,201 2659,917 0 0 0 0
1568,22
9
541,523
3
2659,91
7
1500 NC 0 0 76,201 1994,938 0 0 0 0
1176,17
1
406,142
5
1994,93
8
1400 NC 0 0 76,201 1861,942 0 0 0 0 1097,76
379,066
3
1861,94
2
1300 NC 0 0 76,201 1728,946 0 0 0 0
1019,34
9
351,990
1
1728,94
6
1200 NC 0 0 76,201 1595,95 0 0 0 0 940,937 324,914 1595,95Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
16
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
1
1000 NC 0 0 76,201 1329,958 0 0 0 0
784,114
3
270,761
6
1329,95
8
900 NC 0 0 76,201 1196,963 0 0 0 0
705,702
8
243,685
5
1196,96
3
800 NC 0 0 76,201 1063,967 0 0 0 0
627,291
4
216,609
3
1063,96
7
700 RC 33
1,35054
3
73,4999
1 897,9708
32,9981
7
0,25928
6
16,4996943
7 0,06483
565,430
5
189,615
5
963,970
8
600 RC 33
1,57563
4
73,0497
3 764,975 32,9975 0,3025
16,4995839
8
0,07563
9
487,027
4
162,553
1 830,975
500 2,3 33
1,89076
1
72,4194
8 631,9792
32,9964
1 0,363
16,4994008
9
0,09077
5
408,627
7
135,496
2
697,979
2
400 2,8 33
2,36345
1 71,4741 498,9833
32,9943
8 0,45375
16,4990637
4
0,11348
6
330,233
7
108,448
9
564,983
3
300 3,6 33
3,15126
8
69,8984
6 365,9875
32,9900
2 0,605
16,4983349
9
0,15136
4
251,851
3
81,4208
4
431,987
5
250 4,2 33
3,78152
1
68,6379
6 299,4896
32,9856
3 0,726
16,4976015
9
0,18169
8
212,668
6
67,9213
1
365,489
6
200 50 39
5,58633
9
65,0283
2 226,9917
38,9629
3 1,2675
19,4938062
6
0,31762
8
176,565
7
54,5559
6
304,991
7
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
17
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
175 5,6 43
7,03919
6
62,1226
1 189,7427 42,9351
1,76095
2
21,4891419
2
0,44189
8
159,055
6
47,9448
4
275,742
7
150 6,2 48
9,16732
5
57,8663
5 151,4938
47,8771
2 2,56
23,9793890
1
0,64409
3
142,101
6
41,4327
3
247,493
8
140 6,4 49
10,0267
6
56,1474
8 137,1942
48,8499
4
2,85833
3
24,4747982
4
0,72004
9
134,815
4
38,8216
4
235,194
2
130 6,7 52
11,4591
6
53,2826
9 120,8946 51,792
3,46666
7 25,964987
0,87532
2
128,586
2
36,3113
4
224,894
6
120 7 54
12,8915
5 50,4179 105,595
53,7266
3 4,05
26,9538615
4
1,02529
3
121,851
5 33,7943 213,595
110 7,4 57
14,8448
2
46,5113
7 89,29542
56,6173
7
4,92272
7 28,4351598
1,25128
9
115,668
9
31,3738
7
203,295
4
100 7,7 59
16,9022
5
42,3964
9 73,99583
58,4865
5
5,80166
7
29,4125674
9
1,48188
1 108,986
28,9592
8
191,995
8
90 8,2 63
20,0535
2
36,0939
5 56,69625
62,2282
5 7,35
31,3674473
3
1,89354
4
103,422
5
26,7747
9
182,696
3
80 8,6 66
23,6345
1
28,9319
8 40,39667
64,8769
7 9,075
32,8048981
9
2,36471
5
97,3882
4
24,6659
2
172,396
7
70 9,1 70
28,6478
9
18,9052
2 23,09708 68,25
11,6666
7 34,6902123
3,09744
6
92,0069
6
22,8894
3
163,097
1
60 9,6 74 35,33245,53620
5,79750171,1859 15,2111 36,4868038 4,15975 86,7953 21,5317 153,797
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
18
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
5 4 1 8 4 8 5 5
50 10 77
44,1177
5 -12,0345 -10,5021
72,4346
7
19,7633
3
37,6279080
7
5,65886
7
81,2708
2
20,7291
5
143,497
9
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
19
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Ambil R = 90 m ; Δ1 = 76.20100 ; Δ2 = 75.2555 ; Ls = 63 m⁰
θS=Ls2R
.360 ⁰2π
= 632.110
.360 ⁰2π
=20,053 ⁰
ΔC=Δ1−2θS=76,20100−2(20,053)=36,09395 ⁰
LC=ΔC 1
360.2 πR=36,09395
360.2 π .90=56,69625m
Y C=Ls2
6 R= 632
6.90=7,35m
XC=Ls− Ls3
40R2=63− 633
40. 902 =62,22825m
k=XC−R .sin θS=62,22825−90. sin 20,053 ⁰=31,36744 m
p=Y C−R . ( 1−cosθS )=7,35−90 (1−cos20,053 ⁰ )=1,893m
T S= (R+p ) . tanΔ1
2+k=(90+1,893 ) . tan
76.20100
2+31,36744=103,4225m
ES=R+ p
cosΔ1
2
−R= 90+1,893
cos76,2010
2
−90=26,7747m
L total = Lc1 + 2Ls = 56,69625+ 2. 63 = 203,2954 m
3.2.2 Full Circle
V R=40km / jam
R=90m
∆=75,5255o
Ls = 63
Tabel 3.2 Full Circle
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
17
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
R E Ls Tc Ic Ec7000 NC 0 5422,471 9227,181 1854,5585000 NC 0 3873,194 6590,843 1324,6843000 NC 0 2323,916 3954,506 794,81052500 NC 0 1936,597 3295,422 662,34212000 NC 0 1549,277 2636,337 529,87361500 NC 0 1161,958 1977,253 397,40521400 NC 0 1084,494 1845,436 370,91151300 NC 0 1007,03 1713,619 344,41791200 NC 0 929,5665 1581,802 317,92421000 NC 0 774,6387 1318,169 264,9368900 NC 0 697,1749 1186,352 238,4431800 NC 0 619,711 1054,535 211,9495700 RC 33 542,2471 922,7181 185,4558600 RC 33 464,7832 790,9012 158,9621500 2,3 33 387,3194 659,0843 132,4684400 2,8 33 309,8555 527,2675 105,9747300 3,6 33 232,3916 395,4506 79,48105250 4,2 33 193,6597 329,5422 66,23421200 50 39 154,9277 263,6337 52,98736175 5,6 43 135,5618 230,6795 46,36394150 6,2 48 116,1958 197,7253 39,74052140 6,4 49 108,4494 184,5436 37,09115130 6,7 52 100,703 171,3619 34,44179120 7 54 92,95665 158,1802 31,79242110 7,4 57 85,21026 144,9986 29,14305100 7,7 59 77,46387 131,8169 26,4936890 8,2 63 69,71749 118,6352 23,8443180 8,6 66 61,9711 105,4535 21,1949570 9,1 70 54,22471 92,27181 18,5455860 9,6 74 46,47832 79,09012 15,89621
T s=R tan12∆=90 tan (1
275.5255o)=69,71749m
Lc=∆
360 °2πR=75.5255o
360°2π (90 )=118,6352m
Ec=R
cos∆2
−R= 90
cos75.5255o
2
−90=23,8443m
Ltotal=Lc=118,6352meter
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
18
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Syarat Keberlakuan :
Tikungan 1
TS1 < dAPI1
d API 1=239.4013m
T S1=103,4225m
Memenuhi syarat
Tikungan 2
TS2 < dpI2D
Ts2 = 69,71749 m
dPI2B = 343,6393
Memenuhi syarat
TS1 + TS2 < dCD – 50
TS1 + TS2 = 103,4225+ 69,7174969
= 173,14
dCD – 50 = 259,2778- 50
= 209,2778
Memenuhi syarat
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
19
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
3.3 Sketsa Tikungan
Nama Titik X YA 453808 9864328PI1 454000 9864185PI2 454200 9864350B 454478 9864148
453600 453800 454000 454200 454400 4546009864000
9864050
9864100
9864150
9864200
9864250
9864300
9864350
9864400
traseTikungan 1Tikungan 2
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
20
Perhitungan Jarak A-PI1 239,4013PI1-PI2 259,2778PI2-B 343,6393Total 842,3185
Tikungan 1 x yTS 453917,1 9864247ES 454000 9864212CT 454079,8 9864251
Tikungan 2 x yTC 454146,2 9864306ES 454200 9864326CT 454256,4 9864309
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
453600 453800 454000 454200 454400 4546009864000
9864050
9864100
9864150
9864200
9864250
9864300
9864350
9864400
traseTikungan 1Tikungan 2
Gambar 3.4 Grafik Tikungan
3.4 Stationing
Stationing diperlukan pada setiap bagian penting dari tikungan . Stationing dimulai dari
titik A dimana yang merupakan station +000,000. Station –station tikungan pada jalan
ini adalah sebagai berikut:
a. Stationing pada A = 0+000,000
b. Stationing pada TS1
TS1 = 239,4013- 103,4225
= 135,9789
Station TS1 = 0+ 135,9789
c. Stationing pada SC1
SC1 = 135,9789+63
= 198,9789
Station SC1 = 0+198,9789
d. Stationing pada CS1
CS1 =198,9789+ 56,69625
= 261,9789
Station CS1 = 0+ 261,9789
e. Stationing pada ST1
ST1 =261,9789+63
= 324,9789
Station ST1 = 0+324,9789
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
21
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
f. Stationing pada TC
TC =324,9789+(259,2778-103,4225-69,71749)
= 411,1167
Station TC = 0+411,1167
g. Stationing pada CT
CT =411,1167+118,6352
= 529,7519
Station TC = 0+529,7519
h. Stationing pada B
B =529,7519+(343,6393-69,71749)
= 803,6738
Station B = 0+803,6738
Tabel 3.4 Stationing
Stationin
g Jarak (m)
A
0
+ 0
TS
0
+ 135,9789
SC
0
+ 198,9789
CS
0
+ 261,9789
ST
0
+ 324,9789
TC
0
+ 411,1167
CT
0
+ 529,7519
B 0 803,6738
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
22
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
+
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
23
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
3.5 Diagram Superelevasi
Dalam merancang sebuah tikungan harus diperhatikan kemiringan potongna melintang
jalan. Hal ini diperlukan untuk menjamin keselamatan bagi penggina. Kemiringan
penampang jalan digunakan untuk melawan gaya sentripetal yang diakibatkan oleh sebuah
tikungan. Data dan diagram superelevasi dari tikungan yang direncanakan adalah sebagai
berikut
Tabel 3.5 Diagram Superelevasi
elemen Bagian
Stationin
g e (%) bagian stationing e (%)
A
KANAN
0 -2
KIRI
0 -2
120,613 -2 120,613 -2
TS 135,9789 0 135,9789 -2
151,3447 2 151,3447 -2
SC 198,9789 8,2 198,9789 -8,2
CS 261,9789 8,2 261,9789 -8,2
309,613 2 309,613 -2
ST 324,9789 0 324,9789 -2
340,3447 -2 340,3447 -2
353,7509 -2 353,7509 -2
369,1167 -2 369,1167 0
384,4826 -2 384,4826 2
TC 411,1167 -5,46667 411,1167 5,466667
432,1167 -8,2 432,1167 8,2
508,7519 -8,2 508,7519 8,2
CT 529,7519 -5,46667 529,7519 5,466667
556,386 -2 556,386 2
571,7519 -2 571,7519 0
587,1178 -2 587,1178 -2
B 803,6738 -2 803,6738 -2
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
24
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
-10
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
KANANKIRI
Gambar 3.5 Diagram Superelevasi
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
25
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
BAB IV
ALINYEMEN VERTIKAL
4.1 Profil Tanah Asli
Profil tanah asli diperlukan untuk pembuatan alinemen vertikal. Profil tanah asli yang
digambarkan adalah profil tanah asli pada alinemen horizontal akan dibuat. Dengan adanya
profil tanah asli dapat diperkirakan trase-trase yang akan di rancang dengan mengikuti
ketentuan yang sudah ada dan juga dengan menentukan perhitungan galian timbunan yang
paling ekonomis.
Data profil tanah asli ini didapat setelah alinemen horizontal yang direncanakan di gambar
pada peta berkontur. Dengan skala yang sudah ditentukan yaitu skala horizontal 1:2000
dan skala vertikal 1:200, maka setiap titik titik pada garis alinemen horizontal yang
memotong kontur diplot pada milimeter blok. Setelah titik-titik tersebut diplot, maka
kemudian dihubungkan dengan garis-garis.
Cara menghubungkan garis-garis yang baik adalah dengan melihat apakah antara selang
titik-titik tersebut konturnya membentuk cekungan atau cembung. Dengan begitu profil
tanah asli yang kita gambarkan diharapkan dapat mendekati profil yang sebenarnya.
Berikut merupakan gambaran secara sederhana profil tanah asli.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000140
150
160
170
180
190
200
profil tanah asliPI1PI2
Stationing (0+...) meter
Elev
asi (
met
er)
Gambar 4.1 Profil Tanah Asli
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
26
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
4.2 Perhitungan Alinyemen Vertikal
Alinemen vertikal merupakan proyeksi penampang memanjang sumbu jalan tegak lurus
terhadap bidang horizontal jalan. Alinemen vertikal ini merupakan potongan bidang
vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan.
Perencanaan alinemen vertikal dipengaruhi oleh besarnya biaya pembangunan yang
tersedia. Alinemen vertikal yang mengikuti muka tanah asli akan mengurangi pekerjaan
tanah, tetapi mungkin saja akan mengakibatkan jalan itu terlalu banyak mempunyai
tikungan. Tentu saja hal ini belum tentu sesuai dengan persyaratan yang diberikan
sehubungan dengan fungsi jalannya. Muka jalan sebaiknya diletakkan sedikit di atas muka
tanah asli sehingga memudahkan dalam pembuatan drainase jalannya, terutama di daerah
yang datar.
Pada daerah yang seringkali dilanda banjir sebaiknya penampang memanjang jalan
diletakkan di atas elevasi muka banjir. Di daerah perbukitan atau pegunungan diusahakan
banyaknya pekerjaan galian seimbang dengan pekerjaan timbunan. Dengan demikian
penarikan alinemen vertikal sangat dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan seperti :
kondisi tanah dasar
keadaan medan
fungsi jalan
muka air banjir dan muka air tanah
kelandaian yang masih memungkinkan
Perlu pula diperhatikan bahwa alinemen vertikal yang direncanakan itu akan berlaku untuk
masa panjang, sehingga sebaiknya alinemen vertikal yang dipilih tersebut dapat dengan
mudah mengikuti perkembangan lingkungan.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
27
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
4.3 Kelandaian pada Alinyemen Vertikal
Berdasarkan kepentingan lalu lintas, landai ideal adalah landai datar (0%). Sebaliknya
ditinjau dari kepentingan drainase jalan, jalan berlandailah yang ideal. Walaupun hampir
semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 8% sampai 9% tanpa kehilangan
kecepatan yang berarti, tetapi pengaruh kelandaian maksimum, kemampuan menajak
sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi harus diperhitungkan.
Terdapat suatu batas panjang kelandaian yang melebihi maksimum standar, yaitu ditandai
dengan kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah dari separuh kecepatan
rencana atau jika transmisi “rendah” terpaksa dipakai. Keadaan kritis demikian tidak boleh
berlangsung terlalu lama.
Kelandaian maksimum adalah pertimbangan atas kemampuan truk agar selama menanjak
tidak mengalami kehilangan kecepatan yang berarti. Jalan yang dirancang adalah jalan
kolektor, maka gunakan tabel berikut.
Tabel 4.1 Kelandaian Maksimum Untuk Klasifikasi Medan dan Kecepatan Rencana
Tertentu
Berdasarkan tabel, kelandaian maksimum untuk klasifikasi medan bukit dan kecepatan
rencana 60 km/jam adalah 8%. Hal ini menunjukkan bahwa trase alinemen vertikal yang
akan dibuat tidak boleh memiliki kelandaian di atas 8%.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
28
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
4.4 Penentuan Trase Alinyemen Vertikal
Alinemen vertikal atau penampang memanjang jalan yang merupakan perpotongan bidang
vertikal dengan bidang permukaan perkerasan jalan melalui sumbu jalan, digambarkan
sebagai garis-garis lurus dan garis-garis lengkung. Garis lurus tersebut dapat datar,
mendaki atau menurun yang biasa disebut berlandai. Landai jalan dinyatakan dengan
persen.
Pada umunya gambar rencana suatu jalan dibaca dari kiri ke kanan, maka landai jalan
diberi tanda positif untuk pendakian dari kiri ke kanan, dan landai negatif untuk penurunan
dari kiri. Pendakian dan penurunan memberi efek yang berarti terhadap gerak kendaraan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan trasi alinemen vertkal diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Pekerjaan galian diusahakan seimbang dengan pekerjaan timbunan sehingga secara
keseluruhan biaya yang dibutuhkan tetap dapat dipertanggungjawabkan.
2. Batas kemiringan atau kelandaian yang telah dibahas pada bagian sebelumnya.
3. Koordinasi antara alinemen vertikal dan alinemen horizontal yang akan dibahas pada
bagian selanjutnya.
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
profil tanah asliPI1PI2rencana jalan
Gambar 4.2 Profil Tanah Asli dan Rencana Jalan
4.5 Lengkung Vertikal
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
29
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Lengkung vertikal dipergunakan untuk merubah secara bertahap perubahan dari dua
macam kelandaian. Lengkung vertikal harus sederhana dalam penggunaannya dan
menghasilkan suatu design yang aman, enak dijalani/dilalui, dan baik dilihat/appearance.
Bentuk lengkung vertikal yang umum digunakan adalah berbentuk lengkung parabola
sederhana.
Gambar 4.3 Sketsa Lengkung Vertikal
Keterangan :
PVI1 adalah titik perpotongan Kelandaian
g1% dan g2% adalah kelandaian jalan
(g2-g1) adalah perbedaan kelandaian, A(%)
Ev adalah nilai y pada x = 0.5 Lv
Lv adalah panjang lengkung
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
30
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Jenis lengkung vertikal dilihat dari letak titik perpotongan kedua bagian lurus (tangen),
adalah:
a. Lengkung vertikal cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangen berada di bawah permukaan jalan.
b. Lengkung vertikal cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangen berada di atas permukaan jalan yang bersangkutan.
Panjang minimum lengkung vertikal cembung yang didasarkan pada jarak pandangan
biasanya memenuhi syarat keamanan, kenyamanan dan penampilan.
4.5.1 Lengkung Vertikal Cembung untuk PVI1
Ada empat hal yang menjadi pertimbangan dalam mendesain lengkung vertikal cembung,
yaitu:
Jarak pandang henti
Jarak pandang mendahului
Panjang minimum
Panjang maksimum
Masing-masing perhitungannya akan dijelaskan berikut.
a. Pertimbangan jarak pandang henti (Jh)
Jika Jh < L, maka : L=A Jh
2
100 (√2h1+√2h2 )2=(6.25 )¿¿ meter
Jika Jh > L, maka: L=2 Jh−200 (√h1+√h2 )2
A=2 (50 )−200 (√1.08+√0.6 )2
6.25=5.27 meter
Dimana:
L = panjang lengkung vertikal (meter)
Jh = jarak pandang henti = 50 meter
A = absolut perbedaan aljabar kelandaian dalam persen (A=g2−g1) = 6.25%
h1 = tinggi mata (1,08 meter untuk AASTHO)
h2 = tinggi benda (0,6 meter untuk standar AASTHO)
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
31
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Karena Jh>L, maka nilai L yang digunakan adalah 23.75 meter.
b. Pertimbangan jarak pandang mendahului (Jd)
Jika Jd < L, maka: L=AJ d
2
100 (√2h1+√2h2 )2=(6.25 )¿¿ meter
Jika Jd>L, maka: L=2 Jd−200 (√h1+√h2 )2
A=2(270)−
200 (√1.08+√1.08 )2
7=401.76 m
Dimana:
L = panjang lengkung vertikal (meter)
Jd = jarak pandang mendahului = 270 meter
A = absolut perbedaan aljabar kelandaian dalam persen (A=g2−g1) = 6.25%
h1 = tinggi mata (1,08m untuk AASTHO)
h2 = tinggi benda (1,08m untuk AASTHO)
(h1 dan h2 sama, karena benda disini adalah mata pengemudi di arah berlawanan)
Karena Jd < L, maka nilai L yang digunakan adalah 1216 meter.
c. Pertimbangan panjang minimum
L=0,6V (V adalah kecepatan rencana dalam km/jam)
L=0,6×40=24 meter
d. Pertimbangan panjang maksimum
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
32
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Panjang maksimum, dihitung terkait dengan drainase, dimana maksimum drainase
diperhitungkan dengan nilai K = 51, sehingga
L=K A=51×6.25=318.75 meter
Berdasarkan 4 L yang telah dihitung diatas maka kami menyimpulkan batas L adalah
5.27 meter < L < 318.75 meter
Nilai L dari perhitungan Jd diabaikan karena nilainya terlalu besar sehingga membuat
perancangan menjadi boros.
Jadi kami memilih nilai L untuk lengkung vertikal cembung sebesar 275 meter.
4.5.2 Lengkung Vertikal Cekung untuk PVI2
Ada empat hal yang menjadi pertimbangan dalam mendesain lengkung vertikal cekung,
yaitu:
Jarak pandang lampu
Kenyaman pengendara
Panjang minimum
Panjang maksimum
Masing-masing perhitungannya akan dijelaskan berikut.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
33
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
a. Pertimbangan jarak pandang lampu
Dalam merancang lengkung vertikal, kita mempertimbangkan kondisi pencahayaan
lampu kendaraan di malam hari, dengan asumsi, lampu kendaraan membentuk sudut
1 ke atas. Agar tercapai kondisi keamanan yang maksimum, jarak pencapaian lampu⁰
kendaraan diasumsikan sama dengan jarak pandang henti. Panjang minimum lengkung
untuk pertimbangan ini dirumuskan sebagai berikut:
Jika Jh < L, maka : L=AJ h
2
120+3,5J h
=3.5× (50 )2
120+(3,5×85)=29.66 meter
Jika Jh > L, maka : L=2 Jh−( 120+3,5J h
A )=2×50−( 120+3,5×503.5 )=15.71 meter
Dimana:
L = panjang lengkung vertikal (meter)
Jh = jarak pandang henti = 85 meter
A = absolut perbedaan aljabar kelandaian dalam persen (A=g2−g1) = 3.5%
Karena Jh>L, maka nilai L yang digunakan adalah 15.71 meter.
b. Pertimbangan kenyaman pengendara
Untuk kenyamanan pengendara, kita mempertimbangkan efek gaya sentripetal yg
berlawanan dengan gaya gravitasi pada kondisi lengkung vertikal cekung.
Kenyamanan diukur dengan ketentuan bahwa percepatan sentripetal tidak lebih dari
0,3m/s2. Persamaannya adalah:
L= AV 2
395=3.5×402
395=14.18 meter
Dimana:
L = panjang lengkung vertikal (m)
V = kecepatan rencana = 40 km/jam
A = absolut perbedaan aljabar kelandaian dalam persen (A=g2−g1) = 3.5%
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
34
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
c. Panjang minimum
L=0,6V (V dalam km/jam)
L=0,6×40=24 meter
d. Panjang maksimum
Panjang maksimum, dihitung terkait dengan drainase, dimana maksimum drainase
diperhitungkan dengan nilai K = 51, sehingga
L=K A=51×3.5=178.5 meter
Berdasarkan 4 L yang telah dihitung diatas maka kami menyimpulkan batas L adalah:
15.71 meter < L < 178.5 meter
Jadi kami memilih nilai L untuk lengkung vertikal cekung sebesar 175 meter.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
35
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
4.6 Elevasi Lengkung Vertikal
Persamaan umum dirumuskan sbb:
y= A x2
2 L
Dimana:
y = selisih ketinggian FG rencana dengan lengkung vertikal desain (m)
x = jarak relatif terhadap titik PVI (m)
L = panjang lengkung vertikal (m)
a. Lengkung Vertikal 1 (Lengkung Cembung)
y= A x2
2 L=0,0625 x2
2x 275
Tabel 4.2 Perhitungan Elevasi Lengkung Cembung
X FG Y Elevasi Lengkung171.5 171.86 0 171.86
184 172.36 0.017756 172.3422443196.5 172.86 0.071023 172.7889773
209 173.36 0.159801 173.2001989221.5 173.86 0.284091 173.5759091
234 174.36 0.443892 173.916108246.5 174.86 0.639205 174.2207955
259 175.36 0.870028 174.4899716271.5 175.86 1.136364 174.7236364
284 176.36 1.43821 174.9217898296.5 176.86 1.775568 175.0844318
309 177.36 2.148438 175.2115625321.5 176.7406 1.775568 174.9650252
334 176.1212 1.43821 174.6829765346.5 175.5018 1.136364 174.3654165
359 174.8824 0.870028 174.0123451371.5 174.263 0.639205 173.6237624
384 173.6436 0.443892 173.1996683396.5 173.0242 0.284091 172.7400628
409 172.4047 0.159801 172.2449459421.5 171.7853 0.071023 171.7143177
434 171.1659 0.017756 171.1481782
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
36
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
446.5 170.5465 0 170.5465272
b. Lengkung Vertikal 2
y= A x2
2 L=0,035 x2
2x 175
Tabel 4.3 Perhitungan Elevasi Lengkung Cekung
x FG Y elevasi lengkung478.5 168.9608 0 168.9608463
491 168.3414 0.015625 168.3570647503.5 167.722 0.0625 167.7845331
516 167.1026 0.140625 167.2432515528.5 166.4832 0.25 166.7332198
541 165.8638 0.390625 166.2544382553.5 165.2444 0.5625 165.8069066
566 164.625 0.765625 165.390625578.5 165.0398 0.390625 165.4304642
591 165.4547 0.25 165.7046784603.5 165.8695 0.140625 166.0101425
616 166.2844 0.0625 166.3468567628.5 166.6992 0.015625 166.7148209
641 167.114 0 167.1140351
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
37
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000150
155
160
165
170
175
180
185
190
195
rencana jalanprofil tanah asliPI1PI2cembungcekung
Gambar 4.4 Sketsa Lengkung Vertikal
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
38
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
4.7 Koordinasi antara Lengkung Vertikal dengan Lengkung Horizontal
Desain geometrik jalan merupakan desain bentuk fisik jalan berupa tiga dimensi. Untuk
mempermudah dalam menggambarkan bagian-bagian perencanaan, bentuk fisik jalan
tersebut digambarkan dalam bentuk alinemen horizontal, alinemen vertikal dan potongan
melintang jalan.
Penampilan bentuk fisik jalan yang baik dan menjamin keamanan dari pemakai jalan
merupakan hasil dari penggabungan bentuk alinemen vertikal dan alinemen horizontal
yang baik pula. Letak tikungan haruslah pada lokasi yang serasi dengan adanya tanjakan
maupun penuruan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam koordinasi alinemen vertikal dan alinemen
horizontal adalah sebagai berikut:
1. Alinemen mendatar dan vertkial terletak pada satu fase sehingga tikungan tampak
alami dan pengemudi dapat memperkirakan bentuk alenemen berikutnya. Jika tikungan
horizontal dan vertikal tidak terletak pada satu fase, maka pengemudi sukar
memperkirakan bentuk jalan selanjutnya, dan bentuk jalan terkesan patah.
2. Tikungan yang tajam sebaiknya tidak diadakan di bagian atas lengkung vertikal
cembung atau di bagian bawah lengkung vertikal cekung. Kombinasi yang seperti ini
akan memberikan kesat terputusnya jalan, yang sangat membahayakan pengemudi.
3. Pada jalan yang lurus dan panjang sebaiknya tidak dibuatkan lengkung vertikal cekung.
Kelandaian yang landai dan pendek sebaiknya tidak diletakkan diantara dua landaian
yang curam sehingga mengurangi jarak pandang pengemudi.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
39
Perkerasan TebalPerkerasan
Roda Kendaraan
P0
P1
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
BAB V
PERKERASAN
5.1 Metode Perkerasan
Pada saat tanah dibebani, maka beban tersebut akan menyebar ke dalam tanah dalam
bentuk tegangan tanah. Tegangan ini menyebar sedemikian sehingga dapat menyebabkan
lendutan dan akhirnya keruntuhan tanah. Pada gambar di bawah ini akan diperlihatkan
visualisasi bagaimana beban lalu lintas didistribusikan ke tanah dasar (subgrade) melalui
perkerasan (pavement).
Gambar 5.1 Distribusi Beban Lalu Lintas
Sumber : Clarkson H. Oglesby
P0 adalah beban kendaraan dan P1 adalah beban yang diterima oleh tanah dasar. Secara
teoritis, besaran P1 yang diterima tanah dasar tergantung pada kualitas dan tebal lapis
perkerasan. Kualitas material yang baik dan atau tebal perkerasan yang besar akan
memberikan nilai P1 yang rendah. Jika meterial yang diberikan baik dan kondisi tanah
dasarnya pun baik, maka untuk beban yang sama akan menghasilkan perkerasan yang
lebih tipis.
Untuk lebih memahami konsep ini maka dapat dipelajari melalui pendekatan Multilayered
ElasticSystem. Asumsi penting dalam sistem ini adalah karakteristik material pada setiap
lapisan adalah homogen, setiap lapisan memiliki tebal yang terbatas kecuali terbawah dan
memiliki tebal tidak berhingga pada arah lateralnya, setiap lapisan merupakan lapisan
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
39
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
isotropik, geseran samping pada permukaan perkerasan, seperti akibat putaran ban dengan
permukaan perkerasan, tidak perhitungkan, analisa tegangan dan regangan didasarkan pada
nilai modulus elastisitas, E dan nilai poisson rasio, μ.
5.2 Data Komposisi Kendaraan
Tabel 5.1 Data Komposisi Kendaraan
Tipe Nama Kendaraan Total Beban (ton) Komposisi (%)
1 Kendaraan Penumpang 2 45
2 Truk kecil (T1.2L) 8 6
2 Truk 2 as (T1.2H) 20 10
3 Truk 3 as (T1.22) 20 6
4 Truk 4 as (T1.222) 20 1
6 Truk Gandengan (T1.2+22) 25 5
6 Truk Gandengan (T1.22+22) 30 5
7 Trailer (T1.2-1) 32 4
8 Trailer (T1.2-22) 32 5
9 Trailer (T1.2-222) 32 1
10 Trailer (T1.22-22) 42 5
11 Trailer (T1.22-222) 42 1
12 Bus 7 5
12 Bus 12 1
*mengacu pada WIM (Weight in Motion) form survey
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
40
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
5.3 Data Tanah Dasar Dalam CBR
Tabel 5.2 Data Tanah Dasar Dalam CBR
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT)
Metode penentuan nilai DDT yang mewakili suatu ruas jalan:
a. Menentukan harga CBR terendah. Diurutkan dari terkecil hingga terbesar.
b. Menentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-
masing nilai CBR.
c. Angka dengan jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%. Jumlah lainnya
merupakan presentase dari 100%.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
41
Data CBR Awal Tengah Akhir
Data CBR titik1 3.4 4 3.6
Data CBR titik2 2.9 3.3 3.5
Data CBR titik3 3.6 3.1 3
Data CBR titik4 3.8 2.8 2.9
Data CBR titik5 3.4 2.7 3.3
Data CBR titik6 2.9 3.3 2.9
Data CBR titik7 3.4 3.7 2.5
Data CBR titik8 3.7 3.9 2.8
Data CBR titik9 3.4 3.5 3.4
Data CBR titik10 3.2 3.6 3
Data CBR titik11 3.2 2.9 3.5
Data CBR titik12 3.8 3.7 3.9
Data CBR titik13 4 2.7 3.2
Data CBR titik14 3.7 3.2 3.5
Data CBR titik15 2.6 2.9 3
Data CBR titik16 3.2 2.7 3
Data CBR titik17 3.7 2.9 3.2
Data CBR titik18 3 2.6 2.7
Data CBR titik19 3.8 3.8 2.7
Data CBR titik20 2.5 3.2 3.6
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
d. Membuat grafik hubungan antara harga CBR dengan presentase jumlah sebelumnya.
e. Nilai CBR yang mewakili adalah nilai CBR pada presentase 90%.
f. Nilai DDT dihitung dengan rumus DDT = 4,3 log(CBR90%) + 1,7
Tabel 5.3 DDT di Segmen Awal, Tengah dan Akhir
CBR
Segmen Awal Segmen Tengah Segmen Akhir
Banyakny
a CBR
yang >
atau =
Persentas
e (%)
Banyakny
a CBR
yang >
atau =
Persentas
e (%)
Banyakny
a CBR
yang >
atau =
Persentas
e (%)
2.5 20 100 20 100 20 100
2.6 19 95 20 100 19 95
2.7 18 90 19 95 19 95
2.8 18 90 16 80 17 85
2.9 18 90 15 75 16 80
3 16 80 12 60 14 70
3.1 15 75 12 60 10 50
3.2 15 75 11 55 10 50
3.3 12 60 9 45 8 40
3.4 12 60 7 35 7 35
3.5 8 40 7 35 6 30
3.6 8 40 6 30 3 15
3.7 7 35 5 25 1 5
3.8 4 20 3 15 1 5
3.9 1 5 2 10 1 5
4 1 5 1 5 0 0
90% 2.7 2.72 2.74
DDT 3.554864186 3.568646287 3.58232742
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
42
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
2 2.5 3 3.5 4 4.50
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Segmen AwalSegmen TengahSegmen Akhir
Gambar 5.2 Grafik CBR vs Persentase Banyaknya CBR yang > atau = di Segmen Awal,
Tengah dan Akhir
5.4 Angka Ekivalen
Angka ekivalen menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh
lintasan beban gandar sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang
ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18000 lb).
Untuk Angka Ekivalen digunakan rumus-rumus sebagai berikut
Angka Ekivalen untuk STRT ¿k ( beban sumbu(ton)5.40 )
4
Angka Ekivalen untuk STRG ¿k ( beban sumbu(ton)8.16 )
4
Angka Ekivalen untuk STdRG ¿k ( beban sumbu(ton)13.76 )
4
Angka Ekivalen untuk STrRT ¿k ( beban sumbu(ton)18.45 )
4
Dimana:
ESAL: Ekivalensi Standard Axle Load
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
43
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
L : Beban per sumbu kendaraan (ton)
k : 1 untuk sumbu tunggal; 0,086 untuk sumbu tandem; 0,021 untuk sumbu triple
Tabel 5.4 Beban Tiap Sumbu
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
44
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Tabel 5.5 Perhitungan Angka Ekivalen
tipe
nama kendaraan
total beba
n (ton)
STRT STRG S TdRG STrRG Angka Ekivalen
AE totalBeban (ton
Jumlah
Beban (ton
Jumlah
Beban (ton
Jumlah
Beban (ton
Jumlah
STRT STRG STdRG STrRG
1Kendaraan Penumpang 2 2 2
0.000451 0 0 0
0.000451
2 Truk kecil 8 3 1 5 1 0.01826
90.14096
8 0 00.15923
7
2 Truk 2 as 20 5 1 15 1 0.14096
811.4183
8 0 011.5593
5
3 Truk 3 as 20 5 1 15 1 0.14096
8 0 0.98198 01.12294
8
4 Truk 4 as 20 5 1 15 10.14096
8 0 00.23978
60.38075
4
5Truk Gandengan 25 5 1 20 3
0.140968
1.336582 0 0 1.47755
6Truk Gandengan 30 5 1 15 2 10 1
0.140968
1.427297
0.193971 0
1.762236
7 Trailer 32 5 1 27 2 0.14096
8 14.9832 0 015.1241
6
8 Trailer 32 5 1 10 1 17 1 0.14096
82.25548
21.62006
9 04.01651
9
9 Trailer 32 5 1 10 1 17 10.14096
82.25548
2 00.39559
82.79204
8
10 Trailer 42 5 1 37 2 0.14096
8 04.54417
2 04.68513
911 Trailer 42 5 1 12 1 25 1 0.14096 0 0.40221 1.8502 2.39338
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
45
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
8 9 7
12 Bus 7 3 1 4 1 0.01826
9 0.05774 0 0 0.07601
12 Bus 12 5 1 7 1 0.14096
8 00.04657
3 0 0.18754
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
46
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
5.5 Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) dan Lintas Ekivalen
Tabel 5.6 Pertumbuhan Lalu Lintas (i)
tahun 2013 2028i (%) 4 6
(1+i)n1.21665
32.39655
8
Dengann2013 = 5n2028 = 15
Tabel 5.7 Lalu Lintas Harian Tahun 2008, 2011 dan 2026
Tipe Nama kendaraanAngka
EkivalenKomposisi
(%)LHR 2008
LHR 2013
LHR 2028
1Kendaraan Penumpang
0.0004 45 14850 18067.30 43299.33
2 Truk kecil (T1.2L) 0.1593 6 1980 2408.97 5773.242 Truk 2 as (T1.2H) 11.5594 10 3300 4014.95 9622.073 Truk 3 as (T1.22) 1.123 6 1980 2408.97 5773.244 Truk 4 as (T1.222) 0.3807 1 330 401.50 962.21
6Truk Gandengan (T1.2+22)
1.4776 5 1650 2007.48 4811.04
6Truk Gandengan (T1.22+22)
1.7623 5 1650 2007.48 4811.04
7 Trailer (T1.2-1) 15.1242 4 1320 1605.98 3848.838 Trailer (T1.2-22) 4.0166 5 1650 2007.48 4811.049 Trailer (T1.2-222) 2.7921 1 330 401.50 962.21
10 Trailer (T1.22-22) 4.6852 5 1650 2007.48 4811.0411 Trailer (T1.22-222) 2.3934 1 330 401.50 962.2112 Bus 0.076 5 1650 2007.48 4811.0412 Bus 0.1876 1 330 401.50 962.21
TOTAL 45.7378 100 33000 40149.55 96220.72
Jalan ini direncanakan 4 lajur 2 arah (terbagi) dengan nilai C untuk kendaraan ringan (< 5 ton)
= 0,3 ; C untuk kendaraan berat (> 5 ton) = 0,45.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
47
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Tabel 5.8 Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dan Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
Tipe Nama KendaraanAngka
EkivalenC LEP LEA
1 Kendaraan Penumpang 0.0004511 0.3 2.45 5.86
2 Truk kecil (T1.2L)0.1592370
3 0.45 172.62 413.69
2 Truk 2 as (T1.2H)11.559345
2 0.4520884.6
1 50051.183 Truk 3 as (T1.22) 1.1229481 0.45 1217.32 2917.37
4 Truk 4 as (T1.222)0.3807535
5 0.45 68.79 164.86
6Truk Gandengan (T1.2+22)
1.47754955 0.45 1334.77 3198.84
6Truk Gandengan (T1.22+22)
1.76223628 0.45 1591.94 3815.18
7 Trailer (T1.2-1)15.124162
7 0.4510930.1
1 26194.64
8 Trailer (T1.2-22)4.0165185
8 0.45 3628.38 8695.63
9 Trailer (T1.2-222)2.7920478
6 0.45 504.45 1208.94
10 Trailer (T1.22-22)4.6851392
5 0.45 4232.39 10143.1711 Trailer (T1.22-222) 2.3933869 0.45 432.42 1036.32
12 Bus0.0760097
4 0.45 68.66 164.56
12 Bus0.1875401
7 0.45 33.88 81.20
TOTAL45102.7
9108091.4
6
Lintas EkivalenTengah ( LET )=LEPtotal+LEAtotal
2
Lintas EkivalenTengah ( LET )=45103+108091.862
=76597.48
Lintas Ekivalen Rencana ( LER )=LET .Umur Rencana
10
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
48
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Lintas Ekivalen Rencana ( LER )=76597.48 .1510
=114896.22
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
49
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
5.6 Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
Nilai ITP bisa didapat dengan data DDT, LER, dan FR melalui nomogram.
Tabel 5.9 Faktor Regional
FR yang dipakai = 1.0
Nomogram
Nilai ITP bisa didapatkan dari nomogram. Akan tetapi nomogram memiliki keterbatasan yakni
nilai LER hanya sampai dengan 10000. Nilai LER yang kami dapat adalah 110477.13. Oleh
karena itu, digunakan sebuah rumus untuk mendapatkan nilai ITP.
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
50
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
log ( LER x3560 )=9,36 log( ITP2,54
+1)−0,20+log (
IP0−IP t
4,2−1,5)
0,40+ 1904
( ITP2,54
+1)5,19
+ log( 1FR )+0,372(DDT−3)
Dari perhitungan sebelumnya, didapat data sebagai berikut.
LER = 114895.69
IP0 (Indeks Permukaan Awal) = 4
IPt (Indeks Permukaan Akhir)= 2,5
FR = 1.0
DDT = 3.55 ; 3.57 ; 3.58
Dengan menggunakan fasilitas GoalSeek pada Microsoft Excel, didapat nilai ITP untuk
masing-masing DDT.
ITP1 = 22.01
ITP2 = 21.98
ITP3 = 21.95
Diambil nilai ITP sebesar 21.98.
5.7 Tebal Setiap Lapisan Perkerasan
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
Dimana:
ITP = Indeks Tebal Perkerasan
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif material yang digunakan
D1, D2, D3 = tebal masing-masing lapisan
1, 2, 3 = nomor yang menunjukkan lapis permukaan, lapis pondasi, dan lapis pondasi
bawah
Lalu lapisan yang kami gunakan untuk perkerasan ini adalah
Lapis permukaan menggunakan laston dengan nilai a1 = 0,35
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
51
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Lapis Pondasi menggunakan Batu Pecah Kelas A dengan nilai a2 = 0,14
Lapis Pondasi Bawah menggunakan Sirtu Pitrun Kelas A dengan nilai a3 = 0,13
ITP=a1 D1+a2 D 2+a3 D 3
21.98=0.35 D1+ (0.14×20 )+(0.13×10)
Dengan menggunakan tebal minimum 20 cm untuk Batu Pecah Kelas A dan 10 cm untuk Sirtu
Pitrun Kelas A, maka diperoleh tebal Laston sebesar 51.08 cm.
D1 = 51.08 cm dengan bahan Laston
D2 = 20 cm dengan bahan Batu Pecah kelas A
D3 = 10 cm dengan bahan Sirtu Pitrun kelas A
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
52
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
BAB VI
POTONGAN MELINTANG JALAN
6.1 Potongan Melintang Jalan
Dalam Potongan jalan, terdapat berbagai komponen jalan yang saling berkaitan. Komponen
komponen tersebut adalah sebagai berikut :
a. Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan
yang secara fisik merupakan perkerasan jalan
b. Bahu jalan
Bahu jalan adalah bagian dari daerah manfaat jalan yang berdampingan dengan jalur
lalu lintas untuk penumpang untuk kendaraan yang berhenti, keperluan darurat, dan
untuk pendukung samping bagi lapis pondasi bawah,lapis pondasi dan lapis
permukaan.
c. Trotoar
Trotoar adalah bagian jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki.
d. Median jalan
Bagian jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah.
Median merupakan bagian penting dari penampang jalan yaitu sebagai berikut :
memisahkan dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah;
uang lapak tunggu penyeberang jalan;
penempatan fasilitas jalan;
tempat prasarana kerja sementara;
penghijauan;
tempat berhenti darurat (jika cukup luas);
cadangan lajur (jika cukup luas); dan
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
53
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan.
e. Fasilitas Pejalan kaki
Fasilitas ini berfungsi sebagai pemisah jalur pejalan kaki dari jalur lalu lintas
kendaraan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu lintas.
f. Selokan
Saluran untuk menyalurkan air pembuangan atau air hujan untuk dibawa ke suatu
tempat agar tidak menjadi masalah bagi komponen jalan yang lainnya.Komponen ini
mencegah terjadinya penggenangan air di jalan yang sering mempercepat kerusakan
jalan. Besarnya selokan dihitung atas dasar curah hujan tertinggi,besarnya aliran air
buangan ataupun air tanah.
g. Lereng
Selain itu jala juga terbagi atas berbagai bagian, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) merupakan daerah yang meliputi seluruh badan
jalan, saluran. Damaja dibatasi oleh :
tepi jalan dan ambang pengaman.lebar antara batas ambang pengaman konstruksi
jalan di kedua sisi jalan,
tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan
kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.
b. Ruang milik jalan (Rumija)
Ruang milik jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar,
kedalaman dan tinggi tertentu yang meliputi ruang manfaat jalan dan ambang
pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter.
Rumija berfungsi untuk ruang manfaat jalan, pelebaran jalan dan penambahan jalur
lalu lintas di masa yang akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan
c. Ruang Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) merupakan ruang sepanjang jalan di luar
ruang milik jalan yang dibatasi lebar dan tinggi tertentu. Ruwasja berfungsi untuk
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
54
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan
fungsi jalan.
jalan Arteri minimum 20 meter,
jalan Kolektor minimum 15 meter,
jalan Lokal minimum 10 meter.
Tabel 6.1 Kriteria desain menurut UU no. 38/2004 dan PP No. 34/2006
Medan D B G GLebar RUMIJAminimum (m)Kecepatan Rencana AP KP AP KP AP KP(km/jam) 120 100 80 100 80 80 60 60 40 80 60 60 40 40Lebar Jalur 2x 2x 2xminimum (m) 2x3,6 2x3,6 2x3,5Lebar Medianminimum (m)Lebar Bahu Luarminimum (m)Landai maksimum (%)Jari-jari Tikunganminimum (m)
G D B
210
Kelas Jalan
Fungsi Jalan
D B
595 360 210 360 210 45 45
11108
115 115
86
11545 210 115
2 3 2 2
8 4 87 -10 654
3,5 3 2 3,5 3
2x2x3,5
2x3,5
5,5 3 5,5 3 2 tanpa median
2x 2x3,6
2x2x3,5
Kolektor Primer Kolektor PrimerKolektor Primer
>36 >35 30 >17 1525 >19>28>32
Jalan Bebas Hambatan
Arteri Primer
Jalan Raya Jalan Sedang
Arteri Primer(freeway) (highways) (roads)
Perancangan jalan ini merupakan jalan Kolektor primer. Desain perancangan penampang jalan
ini adalah sebagi berikut :
a. Lebar RUMIJA : 18 meter
b. Kecepatan rencana : 40 km/jam
c. Lebar jalur : 2 x 3,6 meter
d. Lebar median : tanpa median
e. Lebar bahu luar : 2 meter
f. Jalan terdiri atas 2 jalur 4 lajur (masing-masing lajur memiliki lebar 3,6 meter)
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
55
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Gambar 6.1 Potongan Melintang di Tikungan1 (a). STA 0 + 120,61, (b).STA 0 + 135,98; (c).
STA 0 + 151,34; (d). STA 0 + 198,98
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
56
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
Gambar 6.2 Potongan Melintang di Tikungan 2 (a). STA 0 + 353,75, (b).STA 0 + 396,12; (c).
STA 0 + 384,48; (d). STA 0 + 411,12; (e).STA 0 + 432,12
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
57
Tugas Besar Rekayasa Jalan (SI-2241) 2012
DAFTAR PUSTAKA
Perencanaan Geometrik Jalan Metode Bina Marga Tahun 1992
A Policy on Geometric Design of Highways and Street (AASHTO, 2001)
UU No. 38 tahun 2004 tentang Jalan;
PP No. 34 tahun 2006 tentang Jalan
Metoda Analisis Komponen (MAK) untuk Perkerasan Lentur
Achmat Nasrulloh (15010076)Sofia Fadillah (15010077)
viii