buku ajar rekayasa jalan 2 bab 5 agregat

36
68 POKOK BAHASAN V AGREGAT 5.1 Pendahuluan Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah, slag atau material lain dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat merupakan bagian terbesar dari campuran aspal. Material agregat yang digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan utamanya untuk menahan beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga didapatkan ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar dapat digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos dari berbagai uji yang telah ditetapkan. 5.1.1 Deskripsi Singkat Pokok bahasan mengenai agregat berisi tentang: 1. Definisi agregat 2. Asal agregat 3. Pengujian terhadap agregat 4. Mencampur agregat 5. Specific Gravity agregat 6. Agregat untuk lapisan base dan sub-base 5.1.2 Relevansi Agregat merupakan material yang terbanyak digunakan dalam pekerjaan konstruksi jalan. Dapat memilih agregat yang baik untuk bahan konstruksi berarti mengerti akan cara menguji dan mengerti akan hasil uji agregat. Agregat juga merupakan bahan yang berbutir dengan ukuran yang bermacam-macam, untuk itu diperlukan ketrampilan untuk mencampurnya sehingga didapat gradasi yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh spesifikasi. Dengan mengerti proses memilih, menguji

Upload: domenico-castelnuovo-tedesco

Post on 27-Jun-2015

1.543 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

68

POKOK BAHASAN V

AGREGAT

5.1 Pendahuluan

Agregat merupakan campuran dari pasir, gravel, batu pecah, slag

atau material lain dari bahan mineral alami atau buatan. Agregat

merupakan bagian terbesar dari campuran aspal. Material agregat yang

digunakan untuk konstruksi perkerasan jalan utamanya untuk menahan

beban lalu lintas. Agregat dari bahan batuan pada umumnya masih

diolah lagi dengan mesin pemecah batu (stone crusher) sehingga

didapatkan ukuran sebagaimana dikehendaki dalam campuran. Agar

dapat digunakan sebagai campuran aspal, agregat harus lolos dari

berbagai uji yang telah ditetapkan.

5.1.1 Deskripsi Singkat

Pokok bahasan mengenai agregat berisi tentang:

1. Definisi agregat

2. Asal agregat

3. Pengujian terhadap agregat

4. Mencampur agregat

5. Specific Gravity agregat

6. Agregat untuk lapisan base dan sub-base

5.1.2 Relevansi

Agregat merupakan material yang terbanyak digunakan dalam

pekerjaan konstruksi jalan. Dapat memilih agregat yang baik untuk

bahan konstruksi berarti mengerti akan cara menguji dan mengerti akan

hasil uji agregat. Agregat juga merupakan bahan yang berbutir dengan

ukuran yang bermacam-macam, untuk itu diperlukan ketrampilan untuk

mencampurnya sehingga didapat gradasi yang sesuai dengan yang

disyaratkan oleh spesifikasi. Dengan mengerti proses memilih, menguji

Page 2: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

69

dan mencampur agregat diharapkan setelah selesai mempelajari

agregat, mahasiswa dapat melakukan ketiga hal tersebut dengan baik.

5.1.3.1 Standar Kompetensi

Dengan mempelajari agregat, maka diharapkan kelak mahasiswa

setelah menyelesaikan studinya dapat memilih, menguji dan mencampur

agregat dengan baik. Dengan demikian ia kelak akan menjadi ahli dalam

pekerjaan yang memakai bahan agregat sebagai material utamanya.

Agregat banyak dipakai untuk pembuatan prasarana transportasi,

sehingga diharapkan ia kelak dapat melakukan perhitungan,

melaksanakan maupun mengawasi pekerjaan yang menggunakan

agregat.

5.1.3.2 Kompetensi Dasar

Bila diberikan penjelasan mengenai agregat, maka diharapkan

mahasiswa Program Diploma III Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Universitas Diponegoro dapat memilih, menguji dan mencampur agregat

dengan 95% benar.

5.2 Penyajian

5.2.1 Definisi Agregat

Agregat adalah suatu bahan yang keras dan kaku yang digunakan

sebagai bahan campuran dan berupa berbagai jenis butiran atau

pecahan, termasuk didalamnya antara lain: pasir, kerikil, agregat pecah,

terak dapur tinggi dan debu agregat. Banyaknya agregat dalam

campuran aspal pada umumnya berkisar antara 90% sampai dengan

95% terhadap total berat campuran atau 70% sampai dengan 85%

terhadap volume campuran aspal. Mineral agregat utamanya untuk

menahan beban yang bekerja pada perkerasan.

Page 3: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

70

Asal Agregat

Asal agregat dapat digolongkan dalam 3 kategori:

1. Agregat dari batuan beku (volcanic rock): agregat ini terjadi akibat

pendinginan dan pembekuan dari bahan-bahan yang meleleh akibat

panas (magma bumi). Agregat ini digolongkan dalam 2 jenis pokok:

a. Agregat dari batuan ekstrusif: terjadinya akibat dilempar ke udara dan

mendingin secara cepat. Jenis pokoknya: pyolite, andesite dan basalt.

Sifat utamanya: berbutir halus, keras dan cenderung rapuh.

b. Agregat dari batuan intrusif: terjadinya akibat batuan yang mendingin

secara lambat dan diperoleh sebagai singkapan. Jenis pokoknya: granit,

diorit dan gabro. Sifat utamanya: berbutir kasar, keras dan kaku.

2. Agregat dari batuan endapan (sedimentary rock): agregat terjadi dari

hasil endapan halus dari hasil pelapukan batuan bebas, tumbuh-

tumbuhan, binatang. Dengan mengalami proses pelekatan dan

penekanan oleh alam maka menjadi agregat/batuan endapan. Jenis

agregat dari batuan endapan antara lain: batuan kapur, batuan silika dan

batuan pasir.

3. Agregat dari batuan methamorphik: agregat terjadi dari hasil

modifikasi oleh alam (perubahan fisik dan kimia dari batuan endapan

dan beku sebagai hasil dari tekanan yang kuat, akibat gesekan bumi dan

panas yang berlebihan). Sebagai contoh: batuan kapur menjadi marmer

dan batuan pasir menjadi kwarsa.

Agregat untuk campuran perkerasan jalan juga diklasifikasikan

berdasarkan sumbernya:

1. Pit atau bank run materials (pit-run), biasanya gravel dari ukuran 75

mm (3 in) sampai ukuran 4.75 mm (No. 4). Pasir yang terdiri partikel

ukuran 4.75 mm (No. 4) hingga partikel berukuran 0.075 mm (No. 200).

Ada juga silt yang berukuran 0.075 mm kebawah. Batu-batuan tersebut

tersingkap dan ter-degradasi oleh alam baik secara fisik maupun

Page 4: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

71

kimiawi. Produk proses degradasi ini kemudian diangkut oleh angin, air

atau es (gletser yang bergerak) dan diendapkan disuatu lahan.

2. Agregat hasil proses, merupakan hasil proses pemecahan batu-

batuan dengan stone-crusher machine (mesin pemecah batu) dan

disaring. Agregat alam biasanya dipecah agar dapat digunakan sebagai

campuran aspal. Agregat yang dipecah tersebut kualitasnya

kemungkinan bertambah, dimana pemecahan akan merubah tekstur

permukaan, merubah bentuk agregat dari bulat ke bersudut, menambah

distribusi dan jangkauan ukuran partikel agregat. Pemecahan batu bisa

dari ukuran bedrocks atau batu yang sangat besar. Pada ukuran

bedrocks sebelum masuk mesin stone-crusher maka pengambilannya

melalui blasting (peledakan dengan dinamit).

3. Agregat sintetis/buatan (synthetic/artificial aggregates), sebagai hasil

modifikasi, baik secara fisik atau kimiawi. Agregat demikian merupakan

hasil tambahan pada proses pemurnian biji tambang besi atau yang

spesial diproduksi atau diproses dari bahan mentah yang dipakai

sebagai agregat. Terak dapur tinggi (blast-furnace slag) adalah yang

paling umum digunakan sebagai agregat buatan. Terak yang

mengapung pada besi cair adalah bukan bahan logam (non-metallic),

kemudian ukurannya diperkecil dan didinginkan dengan udara.

Pemakaian agregat sintetis untuk pelapisan lantai jembatan, karena

agregat sintetis lebih tahan lama dan lebih tahan terhadap geseran dari

pada agregat alam.

Pengujian Terhadap Agregat

Pemilihan terhadap bahan agregat yang akan digunakan untuk

bahan perkerasan jalan tergantung pada ketersediaan (volume) agregat

yang ada di-lokasi, kualitasnya dan harga yang layak. Evaluasi mutu

agregat agar layak dipakai untuk bahan perkerasan antara lain:

1. Ukuran dan gradasi

Page 5: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

72

2. Kebersihan

3. Kekerasan/keausan

4. Tekstur dari partikel

5. Bentuk butiran agregat

6. Penyerapan (absorption)

7. Daya lekat untuk aspal

Ukuran dan gradasi. Ukuran butiran yang maksimum dari agregat

ditunjukkan dengan saringan terkecil dimana agregat tersebut masih

bisa lolos 100%. Ukuran nominal maksimum agregat adalah ukuran

saringan yang terbesar dimana diatas saringan tersebut terdapat

sebagian agregat yang tertahan. Ukuran butiran maksimum dan gradasi

agregat dikontrol oleh spesifikasi. Agregat sering kali dikontrol oleh

gradasinya. Sebagai contoh gradasi: agregat bergradasi rapat (dense

graded), bergradasi terbuka (open graded), bergradasi seragam (single

size), bergradasi senjang (gap graded), bergradasi kasar (coarse

graded) dan bergradasi halus (fine graded). Gambar 5.1 merupakan

contoh kurva gradasi campuran agregat untuk aspal beton surface

course.

Page 6: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

73

Gambar 5.1 Kurva gradasi campuran agregat untuk aspal beton surface

course

Kebersihan. Kadangkala dijumpai agregat yang mengandung

kotoran (lumpur, tumbuh-tumbuhan dan partikel lunak), kotoran ini

sangat berpengaruh terhadap keawetan perkerasan jalan. Kandungan

kotoran tersebut oleh spesifikasi dibatasi. Kebersihan agregat dapat

dilihat secara visual, tetapi lebih pasti lagi hasilnya bila kita lakukan

analisa saringan basah. Test sand-equivalent (AASHTO T-176)

merupakan salah satu cara untuk menentukan bagian dari material

berbutir halus atau lempung (clay) yang ada pada agregat yang lolos

saringan No. 4 (4.75 mm).

Kekerasan. Agregat harus tahan terhadap gaya-gaya abrasi selama

agregat tersebut dalam masa produksi. Proses pelaksanaan pekerjaan

jalan meliputi: penempatan, pemadatan dan dipakai untuk lalu lintas

sementara maupun tetap sesudah jalan dalam masa pelayanan

mengharuskan agregat harus kuat menahan gaya abrasi. Untuk agregat

yang ditempatkan pada permukaan jalan (surface layer) maka

kekerasannya harus lebih besar dari pada lapisan dibawahnya.

Page 7: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

74

Kekerasan tersebut diukur dengan mesin abrasi Los-Angeles, hasilnya

berupa abrasi atau ketahanan dari mineral agregat. Peralatan dan tata

cara pengujian ada pada spesifikasi AASHTO T-96 dan ASTM C-131.

Gradasi agregat yang akan diperiksa ditimbang beratnya dan dipisah

pada saringan No. 12 (1.70 mm). Bagian yang tertahan saringan No. 12

ditimbang kemudian keseluruhannya (yang tertahan maupun yang lolos)

dimasukkan ke drum mesin abrasi Los Angeles yang berisi bola-bola

baja. Mesin kemudian diputar 500 kali putaran. Setelah itu agregat

dikeluarkan dan di-ayak lagi. Bagian yang tertahan saringan No. 12

ditimbang. Perbedaan antara berat awal dan berat akhir dibagi berat

keseluruhan dihitung sebagai persentase dari berat awal. Harga ini

menyatakan persentase dari pemakaian (kekerasan). Gambar 5.2

memperlihatkan mesin abrasi Los Angeles.

Gambar 5.2 Mesin abrasi Los Angeles

Page 8: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

75

Dari pengujian keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

dapat diambil suatu batasan untuk penggolongan kekerasan agregat,

yaitu:

1. Agregat keras mempunyai nilai abrasi ≤ 20 %

2. Agregat lunak mempunyai nilai abrasi > 50 %

Disamping hal diatas maka pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi jalan

penggunaan agregat berdasarkan kekerasannya sebagai berikut:

1. Untuk lapisan sub-base dan base, agregat harus mempunyai nilai

abrasi maksimum 40 % setelah 500 kali putaran mesin Los Angeles.

2. Untuk campuran aspal (aspal beton), nilai abrasi maksimum 40 %.

Untuk lapisan permukaan (wearing course) nilai abrasi maksimum 30 %.

Tekstur permukaan. Sebagaimana halnya tekstur dari partikel,

tekstur permukaan mempengaruhi kemudahan untuk dikerjakan dan

kekuatan campuran agregat aspal (hotmix). Tekstur permukaan

dipandang lebih penting dari pada tekstur dari partikel. Tekstur

permukaan yang kasar seperti kertas amplas cenderung menambah

kekuatan dari campuran aspal agregat dan memerlukan penambahan

aspal untuk menjaga kehilangan workability nya. Batuan alam seperti

batu-batu sungai sering dijumpai mempunyai permukaan halus dan

berbentuk bulat. Dengan memecah batuan tersebut akan didapat

permukaan yang kasar dan bentuk yang tidak bulat lagi. Permukaan

yang halus mudah untuk diselimuti oleh film aspal, tetapi permukaan

yang kasar film aspal cenderung lebih mempunyai daya lekat yang

tinggi.

Tidak ada cara untuk mengukur tekstur permukaan dari agregat,

tetapi seperti bentuk partikel agregat, karakter ini terefleksi pada

pengujian kekuatan campuran aspal dan workability-nya.

Bentuk partikel agregat. Bentuk dari partikel akan berpengaruh

terhadap kemudahan untuk dikerjakan (workability), demikian juga untuk

Page 9: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

76

usaha pemadatan agar dapat dicapai kepadatan yang disyaratkan.

Bentuk dari partikel juga mempunyai pengaruh terhadap kekuatan

campuran aspal. Bentuk-bentuk yang tidak teratur, menyudut, akan

menghasilkan keadaan saling mengunci sehingga kestabilan dari

campuran tinggi. Sebaliknya bentuk-bentuk bulat menjadikan campuran

kurang stabil. Agar didapat bentuk yang tidak teratur, menyudut, maka

agregat yang awalnya berbentuk bulat harus dipecah dulu dimesin

pemecah batu (stone crusher).

Beberapa campuran aspal mempunyai agregat dengan bentuk

campuran antara agregat bersudut dan bulat. Agregat yang bersudut

didapat dari pemecahan batu (coarse aggregate) dan agregat yang bulat

didapat dari pasir (rounded particles) yang merupakan fine aggregate.

Kekuatan utama dari campuran aspal ini datang dari coarse aggregate

nya, dan pasir untuk workability nya dan kemudahannya untuk

dipadatkan.

Penyerapan (absorption). Porositas dari agregat diindikasikan

sebagai banyaknya air yang diserap ketika agregat tersebut direndam

dalam air. Agregat yang porous akan menyerap aspal, sehingga

campuran cenderung kering atau kurang daya lekat (cohesive). Pada

campuran agregat aspal (hotmix) ada sedikit penambahan kadar aspal

untuk memenuhi penyerapan aspal oleh agregat. Agregat yang sangat

porous bila dipakai dalam campuran harus ditambah aspal cukup

banyak. Agregat dengan porositas yang sangat tinggi tidak digunakan

dalam campuran agregat aspal, kecuali agregat tersebut mempunyai

sifat yang sangat bagus.

Blast furnace slag dan beberapa agregat buatan maupun agregat

sintetis merupakan material ringan tetapi dengan porositas tinggi. Bobot

yang ringan dan mempunyai ketahanan pemakaian yang tinggi

menyebabkan agregat jenis ini sering digunakan dalam campuran

agregat-aspal.

Page 10: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

77

Untuk menentukan penyerapan aspal oleh agregat digunakan uji

penyerapan air oleh agregat yang distandarisir dalam spesifikasi

AASHTO T 84-88 atau ASTM C 128-84 untuk agregat halus dan

AASHTO T 85-88 atau ASTM C 127-84 untuk agregat kasar.

Daya lekat untuk aspal. Penglepasan (pengelupasan) lapisan aspal

(asphalt film) dari agregat oleh air membuat agregat tersebut tidak cocok

untuk campuran aspal. Material agregat yang demikian dinamakan

hydrophilic (suka air). Batuan silika seperti quartzite dan beberapa jenis

granit merupakan agregat yang perlu diwaspadai terhadap bahaya

penglepasan oleh air.

Agregat yang menunjukkan ketahanan terhadap gaya penglepasan

oleh air sangat cocok untuk campuran aspal. Agregat yang demikian

dinamakan hydrophobic (tidak suka air). Jenis agregat ini adalah batuan

kapur (limestone), dolomite dan batuan yang diendapkan.

Metoda pengujian untuk menentukan pelapisan dan penglepasan

campuran agregat-aspal menggunakan ASTM D 1664. Dimana

campuran yang tidak dipadatkan direndam dalam air, kemudian material

yang masih diselimuti oleh lapisan aspal dilihat secara visual. Uji lain

yang menunjukkan pengaruh air terhadap campuran agregat-aspal

adalah immersion-compression test ASTM D 1075 dan AASHTO T 165,

dimana kekuatan campuran agregat-aspal yang dipadatkan, setelah

direndam dalam air dibandingkan dengan kekuatan campuran yang

sama tetapi tidak direndam dalam air. Pengurangan kekuatan yang

terjadi merupakan indikasi dari kualitas agregat yang dipakai dari sudut

pandang ketahanan terhadap penglupasan oleh air.

Bila agregat yang tidak sesuai atau dalam tanda tanya kualitasnya

harus dipergunakan, agregat tersebut seringkali masih memberikan hasil

yang memuaskan apabila hubungan kepadatan-rongga (density-voids

relationship) dapat ditingkatkan dengan penyesuaian terhadap gradasi

dan kadar aspalnya. Gradasi agregat tersebut disesuaikan dengan

mencampur dengan agregat lain. Kemudian dengan memilih kecukupan

Page 11: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

78

kadar aspal untuk mengurangi rongga, maka campuran agregat-aspal

yang dipadatkan akan sulit ditembus oleh air (impermeable). Perkerasan

demikian akan tahan terhadap efek perusakan oleh air.

Mencampur Agregat

Mencampur agregat (aggregat blending) adalah untuk mendapatkan

gradasi agregat yang sesuai dengan gradasi yang ditentukan dalam

spesifikasi. Sedangkan spesifikasi gradasi agregat dibuat dengan tujuan:

1. Untuk menkontrol material konstruksi sehubungan dengan kualitas

perkerasan yang diinginkan.

2. Untuk menemukan penggunaan yang optimum terhadap material

setempat yang tersedia.

3. Untuk mengurangi biaya dengan melalui standarisasi biaya.

Gradasi agregat dinyatakan sebagai:

a. Persen total lolos

b. Persen total tertahan, dan

c. Persen lolos-tertahan.

Persen total lolos adalah yang umum digunakan.

Untuk Indonesia maka spesifikasi gradasi ditentukan oleh: Direktorat

Jenderal Bina Marga, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

Di Amerika Serikat maka AASHTO dan ASTM, mempunyai gradasi yang

dibentuk tersendiri dan di Inggris oleh BS (British Standard). Agregat

disamping digolongkan sesuai ukurannya masing-masing, maka ada

penggolongan agregat berdasarkan tema untuk tujuan campuran

agregat-aspal, yakni:

a. Agregat kasar adalah fraksi material yang tertahan saringan No. 8

(2.36 mm).

b. Agregat halus adalah fraksi material yang lolos saringan No. 8 (2.36

mm) dan tertahan saringan No. 200 (0.075 mm).

c. Bahan pengisi (filler) adalah fraksi material yang lolos saringan No.

200 (0.075 mm).

Page 12: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

79

Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran partikelnya dan

dinyatakan dalam persentase terhadap total beratnya. Gradasi

ditentukan dengan melewatkan sejumlah material melalui serangkaian

saringan dari ukuran besar ke ukuran kecil dan menimbang berat

material yang tertahan pada masing-masing saringan. Tabel 5.1 berikut

merupakan ukuran saringan standar Amerika Serikat.

Tabel 5,1 Dimensi Nominal Saringan Standar Amerika Serikat Penandaan Saringan Ukuran Lubang Saringan

Standar Alternatif Mm In

38.1 mm 1 ½ in 38.1 1.50 25.4 mm 1 in 25.0 1.00 19.0 mm ¾ in 19 0.750 12.5 mm ½ in 12.5 0.500

9.5 mm 3/8 in 9.5 0.375 4.75 mm No. 4 4.75 0.187 2.36 mm No.8 2.36 0.0937 1.18 mm No. 16 1.18 0.0469

600 µm No. 30 0.600 0.0234

300 µm No. 50 0.300 0.0117

150 µm No. 150 0.150 0.0059

75µm N0. 200 0.075 0.0029

Sebagai contoh kita ambil agregat campuran seberat 1135 gram,

kemudian kita lewatkan pada serangkaian saringan standar Amerika

Serikat seperti diatas dan diamati jumlah: persen lolos total, persen

tertahan total dan persen lolos-tertahan. Hasilnya dapat dilihat pada

Tabel 5.2 dibawah. Diharapkan anda mengerti cara mengisi kolom

persen lolos total, persen tertahan total dan persen lolos-tertahan.

Page 13: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

80

Tabel 5.2 Contoh analisa saringan yang digunakan untuk menentukan gradasi Standar Ukuran

Saringan (mm)

Tertahan Saringan (gram)

Lolos Saringan (gram)

Persen Lolos Total

Persen Tertahan

Total

Persen Lolos-

Tertahan

19 mm ¾ in 0 1135 100 0 5 12.5mm ½ in 56 1079 95 5 15 9.5 mm 3/8 in 171 908 80 20 23 4.75mm No.4 262 646 57 43 18

2.36mm No.8 203 443 39 61 16

600µm No.30 182 261 23 77 6

300µm No.50 68 193 17 83 5

150µm No. 100 57 136 12 88 4.5

75 µm No. 200 51 85 7.5 92.5 7.5

Pan Pan 85

Total = 1135

Mencampur (blending) dua macam atau lebih agregat yang

mempunyai gradasi yang berbeda sehingga gradasi campurannya

memenuhi spesifikasi yang ditentukan adalah pekerjaan yang biasa

dilakukan dibidang pembangunan konstruksi jalan raya. Tanpa

memandang jumlah agregat yang akan dicampur maka rumus dasar

yang menyatakan campuran agregat adalah:

P = Aa + Bb + Cc + dan seterusnya

Dimana:

P = persentase material yang lolos suatu saringan untuk agregat

terkombinasi A, B, C dan seterusnya.

A, B, C dan seterusnya = persentase dari material yang lolos suatu

saringan untuk agregat A, B, C dan seterusnya.

a, b, c dan seterusnya = proporsi dari agregat A, B, C dan seterusnya

yang terpakai dalam kombinasi dan total = 1.

Persentase terkombinasi P harus cocok dengan persentase yang

diinginkan untuk setiap ukuran saringan pada spesifikasi.

Page 14: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

81

Untuk mencampur 2 agregat, maka rumus dasar diatas menjadi:

P = Aa + Bb

Karena, a + b = 1 maka a = 1 – b, disubtitusikan ke persamaan diatas

menjadi:

AB

APb

−= juga,

BA

BPa

−=

Contoh1: Agregat A akan dicampur dengan agregat B untuk memenuhi

spesifikasi yang ditentukan. Hasil analisa saringan agregat A maupun

agregat B dan gradasi yang dibutuhkan oleh spesifikasi dapat dilihat

pada Tabel 5.3 berikut ini.

Tabel 5.3 Gradasi agregat A, B dan Spesifikasi Persen lolos Ukuran

Saringan Agregat A Agregat B Spesifikasi Ttk tengah * 19 mm 100 100 100 100

12.5 mm 90 100 80 – 100 90

9.5 mm 59 100 70 – 90 80 No. 4 16 96 50 – 70 60

No. 8 3.2 82 35 – 50 42.5 No. 30 1.1 51 18 - 29 23.5 No. 50 0 36 13 – 23 18 No. 100 0 21 8 – 16 12 No. 200 0 9.2 4 – 16 10

* Titik tengah spesifikasi

Berdasarkan saringan No. 8 maka:

50.02.382

2.35.42=

−=

−=

AB

APb

sehingga a = 1 – b = 0.50

Selanjutnya Tabel 5. 4 merupakan hasil kombinasi agregat A dan B.

Diatas perhitungan didasarkan saringan No. 8, hal ini selalu diambil

demikian karena saringan No. 8 merupakan batas antara agregat kasar

dan halus.

Page 15: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

82

Tabel 5.4 Hasil kombinasi agregat A & B Persen lolos Ukuran

Saringan 50% Agr A 50% Agr B Total Spesifikasi 19 mm 50 50 100 100

12.5 mm 45.5 50 95.5 80 – 100

9.5 mm 29.5 50 79.5 70 – 90 No. 4 8 48 56 50 – 70 No. 8 1.6 41 42.6 35 – 50

No. 30 0.6 25 25.6 18 - 29 No. 50 0 18 18 13 – 23 No. 100 0 10.5 10.5 8 – 16 No. 200 0 4.6 4.6 4 - 10

Terlihat bahwa untuk saringan No. 200 pada Tabel 5.4 diatas hasilnya

masih terlalu rendah. Untuk itu kita naikkan untuk % agregat B nya

menjadi 52 %. Hasil akhir bisa kita lihat pada tabel 5.5 dibawah.

Tabel 5.5 Hasil penyesuaian kombinasi agregat A & B Persen lolos Ukuran

Saringan 48% Agr A 52% Agr B Total Spesifikasi

19 mm 48 52 100 100 12.5 mm 43.2 52 95.2 80 – 100 9.5 mm 28.3 52 80.3 70 – 90 No. 4 7.7 50 57.7 50 – 70 No. 8 1.5 42.6 44.1 35 – 50

No. 30 0.5 26.5 27 18 - 29 No. 50 0 18.7 18.7 13 – 23

No. 100 0 10.9 10.9 8 – 16 No. 200 0 4.8 4.8 4 - 10

Dari Tabel 5.5 dapat dilihat hasil penyesuaian telah memenuhi

spesifikasi. Selanjutnya kombinasi 2 agregat seperti Tabel 5.3 diatas

dapat pula dikerjakan secara grafis seperti Gambar 5.3 dibawah.

Contoh 2: Kerjakan campuran agregat Tabel 5.3 diatas secara grafis

Page 16: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

83

Gambar 5.3 Mencampur 2 gradasi agregat secara grafis

Langkah-langkah mencampur 2 agregat secara grafis sebagai berikut:

1. Persen lolos untuk agregat A digambar disebelah kanan (100 persen

lolos untuk agregat A)

2. Persen lolos untuk agregat B digambar disebelah kiri (100 persen

lolos untuk agregat B).

3. Hubungkan titik-titik yang mempunyai ukuran sama dengan garis lurus

dan beri tanda.

4. Untuk setiap garis yang telah diberi tanda dengan ukurannya,

potongkan spesifikasi (garis horisontal) dengan garis tersebut. Misal

pada garis 9.5 mm, spesifikasinya 70% – 90%.

5. Bagian antara 2 titik potong (tanda > dan <) adalah spesifikasinya

yang tak boleh dilampaui.

6. Bagian antara 2 garis vertikal adalah hasil campurannya: 43% hingga

54% agregat A dan 46% hingga 57% agregat B.

Page 17: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

84

7. Biasanya diambil garis tengah antara 2 garis vertikal tersebut sebagai

hasil akhirnya, yaitu 48% agregat A dan 52 % agregat B.

Contoh 3: Dalam contoh berikut akan dicampur 3 macam agregat, yaitu:

agregat kasar, agregat halus dan filler (bahan pengisi). Hal ini sering

dijumpai bila dalam AMP mempunyai 3 coldbin. Tabel 5.6 dibawah

merupakan hasil gradasi dari ketiga macam agregat diatas.

Tabel 5.6 Gradasi agregat kasar, halus, filler dan spesifikasi Persen Lolos Ukuran

Saringan Ag. Kasar Ag. Halus Filler Spesifikasi Ttk Tengah ¾ in 100 100 100 100 100 ½ in 85 100 100 80 – 100 90 3/8 in 58 100 100 70 – 90 80

No. 4 29 100 100 50 – 70 60 No. 8 2.4 95 100 35 – 50 42.5

No. 30 0.5 47 100 18 – 29 33.5 No. 100 0.3 23 95 8 – 16 12 No. 200 0.1 8.8 74 4 – 10 7

Langkah pertama yaitu menentukan persentase agregat kasar dan

agregat halus sehingga dihasilkan butir-butir yang lewat saringan No. 8

sebesar 42.5% (titik tengah spesifikasi).

Persentase butir kasar yang lewat saringan No. 8 yang diperlukan

dihitung dengan rumus:

57.0954.2

955.42=

−=

−=

BA

BPa

dimana:

a = proporsi agregat kasar yang dicari

P = persentase material yang diinginkan lolos saringan No. 8

A = persentase dari agregat kasar yang lolos saringan No.8

B = persentase dari agregat halus yang lolos saringan No.8

Jadi proporsi agregat kasarnya 57% dan agregat halusnya 43%.

Sehingga jumlah agregat halus yang lewat saringan No. 200 menjadi:

0.43 x 8.8 = 0.38 = 3.8%.

Page 18: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

85

Harga titik tengah spesifikasi untuk saringan No. 200 adalah 7%

sehingga masih ada kekurangan 3.2%. Kekurangan ini akan diambil dari

filler.

Filler yang diperlukan= 3.410074

2.3=× % diambil 4%

Jadi susunan gabungan:

57% agregat kasar

39% agregat halus

4% filler.

Hasil akhir diatas dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Gradasi gabungan agregat kasar, halus, filler dan spesifikasi Persen Lolos Ukuran

Saringan 57% AK* 39% AH** 4%F*** Gabungan Spesifikasi

¾ in 57 39 4 100 100

½ in 48.4 39 4 91.4 80 - 100 3/8 in 33.1 3.9 4 76.1 70 - 90 No. 4 16.5 3.9 4 59.5 50 – 70 No. 8 1.4 37.1 4 42.5 35 – 50

No. 30 0.3 18.3 4 22.6 18 - 29 No. 100 0.2 9 3.8 13 8 – 16

No. 200 0.1 3.4 3.8 6.5 4 - 10 * AK = Agregat Kasar ** AH = Agregat Halus *** F = Filler

Contoh 4: Tabel 5.8 dibawah merupakan bahan agregat yang terdiri dari

agregat kasar, sedang dan halus. Ketiga bahan tersebut mempunyai

pembagian butir yang ”overlapping”. Untuk penggabungan ketiga butiran

agregat tersebut agar dapat memenuhi spesifikasi yang ditentukan maka

lebih mudah dilakukan secara grafis.

Page 19: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

86

Tabel 5.8 Gradasi agregat kasar, sedang, halus dan spesifikasi Persen Lolos Ukuran

Saringan Kasar Sedang Halus Spesifikasi Ttk Tengah ¾ in 100 100 100 100 100

½ in 74 100 100 80 – 100 90

3/8 in 12 90 100 70 – 90 80 No. 4 3.0 52 100 55 – 75 65 No. 8 2.5 18 98 40 – 55 42.5

No. 30 2.0 4.0 55 20 – 30 25 No. 100 1.8 3.2 30 10 – 18 14 No. 200 1.5 2.0 15 4 – 10 7

Kerjakan penggabungan ketiga jenis agregat yaitu agregat kasar, halus

dan halus pada Tabel 5.8 diatas secara grafis.

Gambar 5.4 merupakan hasil penggabungan ketiga jenis agregat

tersebut. Untuk bisa sampai pada hasil seperti Gambar 5.4 dibawah,

maka langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Kerjakan dulu penggabungan agregat sedang dengan halus mengikuti

langkah-langkah seperti pada contoh 2.

2. Hasil penggabungan agregat sedang dan halus kemudian dipindah ke

garis paling kiri (lihat garis putus-putus). Hasil ini merupakan agregat

sedang + halus (sedang 60% dan halus 40%)

3. Gabungkan lagi hasil penggabungan pertama dengan agregat kasar.

Hasil akhirnya dapat dilihat agregat kasar 8% dan agregat sedang+halus

92%, hasil tersebut dapat diurai sebagai berikut:

Agregat kasar = 8%

Agregat sedang = 60% x 92 = 55%

Agregat halus = 40% x 92 = 37%

Total = 100%

4. Hasil akhir tersebut harus dibuat tabelnya seperti Tabel 5.9.

Page 20: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

87

Tabel 5.9 Hasil akhir gabungan agregat kasar, sedang dan halus Persen Lolos Ukuran

Saringan 8% Ksr 55% Sdg 37% Hls Total Spesifikasi ¾ in 8 55 37 100 100

½ in 5.9 55 37 97.9 80 – 100

3/8 in 1 49.5 37 87.5 70 – 90 No. 4 0.2 28.6 37 65.8 55 – 75 No. 8 0.2 9.9 36.3 46.4 40 – 55

No. 30 0.2 2.2 20.4 22.8 20 – 30 No. 100 0.1 1.8 11.1 13.1 10 – 18 No. 200 0.1 1.1 5.6 6.8 4 – 10

Page 21: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

88

Gambar 5.4 Hasil penggabungan agregat kasar, sedang dan halus

secara grafis

Page 22: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

89

Contoh 5: Gradasi agregat kasar, sedang dan halus terlihat seperti pada

Tabel 5.10 dibawah. Diminta untuk mencampur ketiga macam agregat

tersebut sesuai dengan spesifikasi yang diminta.

Tabel 5.10 Gradasi agregat kasar, sedang, halus dan spesifikasi Persen Lolos Ukuran

Saringan Kasar Sedang Halus Spesifikasi Ttk Tengah ¾ in 100 100 100 100 100 ½ in 74 100 100 80 – 100 90 3/8 in 12 90 100 70 – 90 80

No. 4 3.0 52 100 55 – 75 65 No. 8 2.5 18 98 40 – 55 42.5

No. 30 2.0 4.0 55 20 – 30 25

No. 100 1.8 3.2 30 10 – 18 14 No. 200 1.5 2.0 15 4 – 10 7

Untuk contoh 5 ini kita coba cara grafis lain yaitu dengan membuat

grafik gradasi ketiga macam agregat tersebut. Cara membuat grafik

gradasinya sebagai berikut:

1. Buat persegi panjang ABCD dengan perbandingan sisi pendek

dengan sisi panjang 1: 2. Jadi AD : AB = 1 : 2. lihat Gambar 5.5.

2. Pada sisi panjang tentukan nomor (ukuran) saringan dan beri garis

tegak pada nomor saringan tersebut.

3. Gambar pembagian butir (gradasi) dari masing-masing agregat.

4. Tariklah garis tegak lurus yang memotong grafik gradasi tersebut

pada panjang bagian yang sama. Garis tegak 1, memotong bagian yang

sama antara grafik gradasi halus dan sedang. Garis tegak 2, memotong

bagian yang sama antara grafik gradasi sedang dan kasar.

5. Hasil pembagian tersebut diatas adalah sebagai berikut:

agregat kasar = 21%

agregat sedang = 37%

agregat halus = 42%

6. Hasil gabungannya bisa dilihat pada Tabel 5.11

Page 23: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

90

Gambar 5.5 Hasil grafis pencampuran agregat kasar, sedang dan halus

Page 24: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

91

Tabel 5.11 Hasil akhir gabungan agregat kasar, sedang dan halus Persen Lolos Ukuran

Saringan 21% Ksr 37% Sdg 42% Hls Total Spesifikasi ¾ in 21 37 42 100 100

½ in 15.5 37 42 94.5 80 – 100

3/8 in 2.5 33 42 77.5 70 – 90 No. 4 0.6 19 42 61.5 55 – 75 No. 8 0.5 6.6 41 48.1 40 – 55

No. 30 0.4 1.5 23 24.9 20 – 30 No. 100 0.2 1.1 12.6 14.1 10 – 18 No. 200 0.3 0.7 6.3 7.3 4 – 10

Specific Gravity Agregat

Specific gravity dari agregat adalah perbandingan berat antara 1 unit

volume agregat dengan berat air pada suhu 200 C hingga 250 C dengan

volume yang sama dengan agregat. Ada 3 macam specific gravity

agregat:

1. Apparent specific gravity (berat jenis semu).

2. Bulk specific gravity (berat jenis butiran)

3. Effective specific gravity (berat jenis efektif)

Untuk menjelaskan ketiga macam specific gravity, marilah kita lihat

gambar butir agregat pada Gambar 5.6.

Page 25: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

92

Dari Gambar 5.6 maka bagian-bagian dari volume butiran agregat

sebagai berikut:

1. Volume of solids (Vs), ini merupakan volume bagian paling dalam

(inti) dari batu agregat.

2. Volume of impermeable pores (Vip), bagian disebelah luar dari inti

(lapisan kedua dari dalam). Merupakan lapisan yang mempunyai pori

tetapi tidak dapat ditembus oleh air.

3. Volume of water permeable pores (Vpp), bagian yang terdiri dari dua

lapis dari luar. Merupakan volume pori yang dapat ditembus oleh air.

4. Volume of pores absorbing asphalt (Vap), yang merupakan bagian

paling luar yang mana pori yang ada dibagian ini adalah yang menyerap

bahan aspal.

5. Volume of water permeable pores not absorbing asphalt (Vpp – Vap),

yang merupakan lapisan ketiga dari sebelah dalam. Di lapisan ini yang

bisa diserap oleh pori adalah air, sedangkan aspal tidak bisa.

Volume of solids (Vs)

Volume of impermeable pores

(Vip)

Volume of water permeable

pores (Vpp)

Volume of pores absorbing

asphalt (Vap)

Volume of water permeable pores not absorbing asphalt

(Vpp – Vap)

Gambar 5.6 Hubungan antara berbagai volume pada butiran agregat

Page 26: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

93

Untuk menentukan specific gravity, maka ada caranya yaitu di

spesifikasikan pada AASHTO T - 85 dan ASTM C – 127 untuk agregat

kasar dan AASHTO T - 84 dan ASTM C – 128 untuk agregat halus.

Apparent specific gravity (berat jenis semu) memandang volume sebagai

seluruh volume agregat diluar volume pori yang akan terisi air bila

direndam dalam air selama 24 jam. Bulk specific gravity (berat jenis

butiran) memandang keseluruhan volume dari partikel agregat, termasuk

pori yang akan terisi air bila direndam selama 24 jam dalam air. Effectif

specific gravity (berat jenis efektif) memandang keseluruhan volume

agregat diluar volume yang menyerap aspal.

Akhirnya perumusan specific gravity menjadi:

Apparent specific gravity = Gsa = wVipVs

Ws

γ×+ )(

Bulk specific gravity = Gsb = wVppVipVs

Ws

γ×++ )(

Effective specific gravity = Gse = wVapVppVipVs

Ws

γ×−++ )(

Dimana:

Ws = berat agregat kering oven

=wγ berat jenis air, 1 gr/ml

Selanjutnya secara ringkas prosedur menentukan specific gravity

agregat kasar sebagai berikut:

1. Agregat yang tertahan pada saringan No. 4 (4.75 mm) dicuci dan

dikeringkan dalam oven hingga beratnya konstan (ambil sampel ± 5 kg).

2. Agregat yang telah kering oven direndam dalam air selama 24 jam.

3. Agregat kemudian diambil dan permukaannya dikeringkan dengan

lap, sehingga terdapat kondisi kering permukaan tapi jenuh air (kondisi

ssd = saturated surface dry).

Page 27: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

94

4. Dalam kondisi seperti No.3 tersebut, agregat kemudian ditimbang,

catat beratnya.

5. Tempatkan agregat dalam keranjang (basket), dan timbang beratnya

dalam air, catat berat dalam air.

6. Agregat kemudian dikeringkan dalam oven dan beratnya ditimbang

hingga konstan.

7. Jika A = berat agregat kering oven, gr

B = berat agregat kering permukaan tetapi jenuh air (ssd), gr

C = berat agregat dalam air, gr.

Maka:

Apparent specific gravity = Gsa = CA

A

Bulk specific gravity = Gsb = CB

A

Effective specific gravity = Gse = 2

GsbGsa +

Penyerapan air = A

AB 100)( ×−

Untuk menentukan specific gravity agregat halus secara ringkas

prosedurnya sebagai berikut:

1. Ambil kira-kira 1000 gram agregat halus (lolos saringan No. 8 tertahan

saringan No. 200), keringkan dalam oven hingga beratnya konstan.

2. Agregat kemudian direndam dalam air selama 24 jam.

3. Agregat kemudian diletakkan secara menyebar pada bidang datar

hingga air tersisa bisa keluar.

4. Kondisi agregat jenuh air tapi kering permukaan (ssd) tercapai bila

agregat dapat dicetak dengan cetakkan kerucut.

5. Sampel agregat jenuh air tapi kering permukaan (ssd) diambil 500

gram dan ditempatkan ditabung, kemudian diisi air dan ditimbang

beratnya.

6. Agregat halus kemudian dikeluarkan dari tabung kemudian ditimbang

beratnya.

Page 28: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

95

Jika:

A = Berat agregat kering oven, gram

V = Volume dalam tabung, ml

W = berat atau volume air yang ditambahkan pada tabung yang berisi

agregat.

Maka:

Apparent specific gravity, Gsa = )500()( AWV

A

−−−

Bulk specific gravity, Gsb = WV

A

Effective specific gravity, Gse = 2

GsbGsa +

Penyerapan = A

A 100)500( ×−

Hal penting yang perlu diingat adalah: Volume x Specific Gravity = Berat

Agregat Untuk Lapisan Base Dan Sub-base

Untuk yang pertama kita bahas adalah agregat untuk lapisan base.

Lapisan base terletak diatas lapisan sub-base dan dibawah lapisan

campuran aspal agregat. Syarat-syarat material untuk agregat base

kelas A dan kelas B oleh Bina Marga ditetapkan sebagai berikut: Semua

agregat yang akan dipakai untuk lapisan base harus bersih, keras, awet,

bersudut, tidak pipih, tidak bulat dan bebas bahan organis. Bahan dari

pemecahan batu blondos atau pemecahan dari gunung batu. Bila bahan

dari pemecahan batu blondos maka 80% dari berat mempunyai satu

bidang pecah. Syarat-syarat fisik agregat untuk base course:

1. Kekerasan (toughness), ASTM D – 3 min 6

2. Kelarutan dalam sodium sulfat, AASHTO T - 104 maks. 10%

3. Kelarutan dalam magnesium sulfat, AASHTO T – 104 maks 12%

4. Abrasi setelah100 putaran, AASHTO T – 96 maks. 10%

5. Abrasi setelah 500 putaran, AASHTO T – 96 maks. 40%

Page 29: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

96

6. Bagian berbutir pipih dan lonjong, terhadap berat

(bagian yang lebih besar dari 1” dengan ketebalan

kurang dari 1/5 panjang) maks. 5%

7. Soft fragments, ASTM C – 235 maks. 5%

8. Clay lumps, AASHTO T – 112 maks. 0.25%

9. Indeks Plastisitas, AASHTO T - 91 maks. 6%

10. Sand Equivalent, AASHTO T – 176 min. 30%

Material base kelas A harus dihasilkan dari pemecahan batu, dengan

gradasi sebagai berikut:

Ukuran saringan (ASTM) % berat lolos

2 ½ in 100

2 in 90 – 100

1 ½ in 35 – 75

1 in 0 – 15

½ in 0 – 5

Untuk material base kelas B, boleh berupa campuran batu pecah

dan batuan blondos dengan harga specific gravity yang seragam dengan

sand, silt dan clay dengan gradasi sebagai berikut.

Ukuran saringan ASTM % berat lolos

1 ½ in 100

1 in 60 – 100

¾ 55 – 85

No. 4 35 - 60

No. 10 25 – 50

No. 40 15 – 30

No. 200 8 – 15

Page 30: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

97

Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0.02 mm tidak boleh

melebihi 3 % dari keseluruhan berat total dari sampel yang diuji. Syarat-

syarat berikut harus dipenuhi oleh agregat base kelas B

1. Liquid limit (batas cair), AASHTO, T – 89 maks. 25%

2. Indeks Plastisitas, AASHTO T – 91 4% – 8%

3. Sand Equivalent min 50%

Sekarang yang kedua kita bahas adalah agregat untuk lapisan sub-

base. Perlu diketahui apabila CBR subgrade nilainya lebih besar dari

25% maka lapisan ini tidak ada. Di Bab I telah dijelaskan bahwa material

untuk sub-base harus mempunyai CBR ≥ 20% dan PI ≤ 10%. Bina

Marga menetapkan gradasi untuk lapisan sub-nase kelas A sebagai

berikut: Agregat untuk sub-base kelas A harus dihasilkan dari

pemecahan batu blondos atau gunung batu dan memenuhi yarat

AASHTO M – 147.Gradasinya sebagai berikut:

Ukuran saringan ASTM % Berat lolos

3 in 100

1 ½ in 60 – 90

1 in 46 – 78

¾ in 40 – 70

3/8 in 24 – 56

No. 4 13 – 45

No. 8 6 – 36

No. 30 2 – 22

No. 40 2 – 18

No. 200 0 – 10

Dengan sifat fisik sebagai berikut:

Sand equivalent, AASHTO T – 176 min. 25%

Kehilangan berat akibat abrasi pada partikel yang

Tertahan saringan ASTM No. 12, AASHTO T 176 maks. 40%

Page 31: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

98

Bila crushed gravel (batu pecah) yang digunakan sekurang-kurangnya

50% dari beratnya adalah partikel yang tertahan saringan No. 4 dan

sekurang-kurangnya mempunyai 1 bidang pecah. Apabila tidak ada

ketentuan lain maka partikel yang lolos saringan No. 200 tidak boleh

lebih dari 2/3 partikel yang lolos saringan No. 40.

Untuk agregat sub-base kelas B, maka campuran partikel pada

gradasinya berupa gravel dengan specific gravity yang seragam dengan

butiran sand, silt dan clay dan gradasinya sebagai berikut:

Ukuran saringan ASTM % Berat lolos

2 in 100

1 ½ in 70 – 100

1 in 55 – 85

¾ in 50 – 80

3/8 in 40 – 70

No. 4 30 – 60

No. 10 20 – 50

No. 40 10 – 30

No. 200 5 – 15

Dengan sifat fisik sebagai berikut:

Liquid limit, AASHTO T – 89 maks. 25%

Plasticity Index, AASHTO T – 91 maks. 6%

Sand Equivalent, AASHTO T – 176 min. 25%

Kehilangan berat akibat abrasi pada partikel

yang tertahan saringan ASTM No. 12, AASHTO T – 96 maks. 40%

Untuk gradasi material sub-base kelas C, adalah sebagai berikut:

Ukuran saringan ASTM % Berat lolos

1 1/2 in 100

No. 10 maks. 80

No. 200 maks. 15

Page 32: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

99

5.2.2 Latihan

1. Apakah agregat itu?

2. Sebutkan asal agregat?

3. Bagaimana cara mengevaluasi mutu agregat?

4. Apa tujuan kita dalam mencampur agregat?

5. Tunjukkan bagaimana mencari specific gravity agregat kasar?

6. Tunjukkan bagaimana mencari specific gravity agregat halus?

7. Bagaimana menggolongkan agregat kasar, halus dan filler?

8. Apa syarat agregat untuk lapisan base?

9. Apa syarat agregat untuk lapisan sub-base?

10. Mengapa jumlah butiran yang lolos saringan No. 200 pada gradasi

dibatasi?

5.3 Penutup

5.3.1 Tes Formatif

1. Dari mana asal agregat untuk bahan perkerasan jalan?

2. Apakah ”gradasi agregat” dan ”specific gravity agregat”?

3. Evaluasi apa saja yang dikenakan pada agregat sebelum digunakan?

4. Apakah tujuan diadakan ”spesifikasi gradasi”?

5. Untuk tujuan apa agregat harus dicampur?

5.3.2 Umpan Balik

Agar anda dapat menilai sendiri hasil tes formatif diatas, maka setiap

butir jawaban anda, anda beri skor 20 bila benar. Bila jawaban anda

benar semua maka skor total yang anda dapatkan 100. Untuk skor 100

nilai yang diperoleh A. Apabila terdapat 1 buah jawaban anda yang

salah, maka nilai yang anda peroleh B. Apabila terdapat 2 buah jawaban

anda yang salah maka nilai yang anda peroleh C. Tes formatif diatas

mempunyai waktu pengerjaan 15 menit.

Page 33: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

100

5.3.3 Tindak Lanjut

Apabila jawaban tes formatif anda masih terdapat kesalahan 2 buah

atau lebih, maka sebaiknya anda mengulang membaca Bab IV

keseluruhan sekali lagi dan coba jawab tes formatif lagi.

5.3.4 Rangkuman

Agregat merupakan salah satu material untuk konstruksi jalan.

Kebutuhan akan agregat untuk konstruksi sangat banyak, untuk

campuran aspal 90% - 95% terhadap berat campuran atau 70% - 85%

terhadap volume campuran. Kebutuhan untuk lapisan base dan sub-

base adalah 100% dari agregat. Asal agregat dari batuan beku, endapan

dan methamorphik, juga dikenal adanya agregat sintetik (buatan).

Evaluasi terhadap agregat agar memenuhi persyaratan konstruksi

adalah: ukuran dan gradasi, kebersihan, kekerasan, tekstur partikel,

tekstur permukaan, daya serap dan daya lekat terhadap aspal.

Untuk memenuhi spesifikasi maka agregat harus dicampur, karena

gradasi agregat satu dengan lainnya berbeda. Pencampuran agregat

dapat dikerjakan secara analitis maupun grafis. Untuk bahan

perhitungan campuran maka perlu diketahui ”specific gravity” (berat

jenis) dari agregat. Ada 3 macam specific gravity agregat yaitu:

apparent, bulk dan effective. Untuk lapisan base dan sub-base maka

diperlukan grading dan sifat teknis agregat tertentu agar memenuhi

persyaratan. Pada grading (gradasi) maka untuk partikel yang lolos

saringan No. 200 perlu pengaturan yang ketat. Hal tersebut untuk

mendapatkan kestabilan dan kekuatan. Sedangkan pada campuran

aspal partikel yang lolos saringan No. 200 akan banyak menyerap aspal.

5.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Asal agregat dari batuan beku, endapan dan methamorphik. Ada juga

yang berasal dari agregat sintetis (buatan).

2. Gradasi agregat adalah distribusi dari ukuran partikel dan dinyatakan

dalam persentase terhadap total berat. Sedangkan specific gravity dari

Page 34: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

101

agregat adalah perbandingan berat antara satu unit volume agregat

dengan berat air pada suhu 200 C hingga 250C dengan volume yang

sama.

3. Evaluasi yang dilakukan terhadap agregat sebelum digunakan: ukuran

dan gradasi, kebersihan, kekerasan, tekstur partikel, tekstur permukaan,

penyerapan dan daya lekat terhadap aspal.

4. Tujuan diadakan spesifikasi gradasi: untuk menkontrol material

konstruksi sehubungan dengan adanya kualitas perkerasan yang

diinginkan, menemukan penggunaan yang optimum material setempat

yang tersedia dan untuk mengurangi biaya dengan melalui standarisasi

biaya.

5. Agregat dicampur untuk memenuhi spesifikasi yang ditentukan karena

tidak mungkin hasil produk agregat dapat langsung sama dengan

spesifikasi.

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, (1990), Standard Specifications For Transportation

Materials And Methods Of Sampling And Testing, Part II Tests, 15th

edition, AASHTO Publication, Washington.

AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIALS, (1990),

Manual Book Of ASTM Standards, Section 4 Road and Paving

Materials, Pavement Management Technologies, Volume 04.03, ASTM

Publication Philadelphia, USA.

ASPHALT INSTITUTE, (1983), Asphalt Technology And Construction

Practices (ES-1), 2nd edition, Maryland, USA.

DIDIK PURWADI, (1995), Optimum Design Of Asphalt Concrete

Mixes Based On Analytical Approach, Magister Thesis, Program

Magister Sistem dan Teknik Jalan Raya, Program Pascasarjana Institut

Teknologi Bandung.

Page 35: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

102

DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA, (1976), Manual

Pemeriksaan Bahan Jalan, No. 01/MN/BM/1976, Jakarta.

KREBS, R.D., AND WALKER, R. D., (1971), Highway Materials,

McGraw-Hill Book Company, New York, USA.

McELVANEY, J., (1986), Properties Of Road Making Materials, ITB

and University College London Publication, Bandung.

YODER, E.J., AND WITCZAK, M.W., (1975), Priciples Of Pavement

Design, 2nd edition, John Wiley & Sons, New York, USA.

SENARAI

Absorption

Aggregate blending

Andesite

Apparent Specific Gravity

Artificial aggregates

Basalt

Base

Bedrocks

Blast Furnace Slag

Blasting

British Standard

Bulk specific gravity

Coarse aggregate

Coarse graded

Clay

Cohesive

Coldbin

Density-voids relationship

Diorit

Page 36: Buku Ajar Rekayasa Jalan 2 Bab 5 Agregat

103

Effective specific gravity

Fine aggregates

Fine graded

Gabro

Gap graded

Hotmix

Hydrophilic

Hydrophobic

Impermeable

Non-metallic

Open graded

Pit bank run

Pyolite

Rounded particles

Sand equivalent

Sedimentary rocks

Silt

Single size

Specific gravity

Stone crusher machine

Sub-base

Surface layer

Synthetic aggregates

Toughness

Volcanic rocks

Volume of solids

Volume of impermeable pores

Volume of pores absorbing asphalt

Volume of water permeable pores

Volume of water permeable pores not absorbing asphalt