rekayasa jalan

83

Upload: aloysius-gregorius-lake

Post on 05-Jul-2015

9.547 views

Category:

Travel


6 download

DESCRIPTION

was made by Aloysius Gregorius Lake

TRANSCRIPT

Page 1: Rekayasa Jalan
Page 2: Rekayasa Jalan

MANUSIA SELALU BERHASRAT MENCARI KEBUTUHAN HIDUP DAN BERKOMUNIKASI

Page 3: Rekayasa Jalan

• JEJAK MANUSIA UNTUK MENCARI KEBUTUHAN HIDUP

• ALAT TRANSPORTASI, HEWAN, KERETA, MULAI DIBUAT JALAN RATA

Page 4: Rekayasa Jalan

Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM, telah membuat jalan dengan perkerasan ukuran tebal 3 feet — 5 feet (1,0 m — 1,7 m) dan lebarnya 35 feet (± 12 m).

Page 5: Rekayasa Jalan
Page 6: Rekayasa Jalan

Jalan Daendles ± 1000 kmpada zaman Belanda, yang dibangun dari anyer di Banten sampai Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur.

Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa pada akhir abad 18.

Tujuan pembangunan pada saat itu terutama untuk kepentingan strategi dan dimasa tanam paksa untuk memudahkan pengangkutan hasil bumi

Page 7: Rekayasa Jalan

Pada akhir abad 18, Thomas Telford  dari Skotlandia (1757-1834) menciptakan konstruksi perkerasan jalan

“ Prinsip desak-desakan dengan menggunakan batu-batu belah yang dipasang berdiri dengan tangan “.

Page 8: Rekayasa Jalan

John Mc Adam (1756 – 1836), memperkenalkan kontruksi perkerasan dengan prinsip “tumpang-tindih” dengan menggunakan batu-batu pecah dengan ukuran terbesar (± 3“).

Page 9: Rekayasa Jalan

Sampai sekarang ini kedua sistem perkerasan tersebut masih dipergunakan

Page 10: Rekayasa Jalan

Jalan raya adalah merupakan suatu lintasan yang bertujuan untuk melewatkan lalu-lintas orang / barang dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Page 11: Rekayasa Jalan

Lintasan menyangkut jalur tanah yang diperkuat (diperkeras) maupun jalur tanah tanpa perkerasan

Page 12: Rekayasa Jalan

Lalu lintas menyangkut kegiatan lalu lalang atau gerak semua benda dan makhluk yang melewati jalur tersebut baik kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor seperti (Sepeda, Gerobak, dll) manusia maupun hewan.

Page 13: Rekayasa Jalan

SARANA TRANSPORTASI DARAT YANG MELIPUTI SEGALA BAGIAN JALAN TERMASUK BANGUNAN PELENGKAP DAN PERLENGKAPANNYA YANG DIPERUNTUKKAN BAGI LALULINTAS.

Page 14: Rekayasa Jalan

JALAN KHUSUSJALAN KHUSUS JALAN YANG

DIBANGUN OLEH INSTANSI, BADAN USAHA, PERSEORANGAN ATAU KELOMPOK MASYARAKAT

Page 15: Rekayasa Jalan

JALAN UMUM

JALAN YANG DIPERUNTUKKAN BAGI KEPENTINGAN UMUM

Page 16: Rekayasa Jalan

JALAN TOL JALAN UMUM YANG MERUPAKAN BAGIAN SISTEM JARINGAN JALAN

DAN SEBAGAI JALAN NASIONAL YANG PENGGUNANYA DIWAJIBKAN MEMBAYAR TOL

Page 17: Rekayasa Jalan

PRASARANA TRANSPORTASI EKSOSBUDHANKAM

Page 18: Rekayasa Jalan

PRASARANA DISTRIBUSI BARANG DAN JASA

Page 19: Rekayasa Jalan

MENGHUBUNGKAN DAN MENGIKAT SELURUH NKRI

Page 20: Rekayasa Jalan

JARINGAN JALAN PRIMERSistem jaringan jalan, dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional.

Page 21: Rekayasa Jalan

JARINGAN JALAN SEKUNDERSistem jaringan jalan, dengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan untuk masyarakat di kawasan perkotaan

Page 22: Rekayasa Jalan

ARTERIJalan yang berfungsi melayani angkutan utama,

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi.

Page 23: Rekayasa Jalan

KOLEKTORJalan yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi, dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang.

Page 24: Rekayasa Jalan

LOKAL

Jalan yang berfungsi melayani angkutan setempat, dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.

Page 25: Rekayasa Jalan

JALAN LINGKUNGAN

Jalan yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi, dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.

Page 26: Rekayasa Jalan

JALAN NASIONALJalan Arteri dan Jalan Kolektor dalam sistem

jaringan jalan Primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi.

• JALAN PROVINSIJalan Kolektor dalam sistem jaringan jalan

Primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota

Page 27: Rekayasa Jalan

JALAN KABUPATENMerupakan jalan lokal dalam sistem jaringan

jalan primer yang bukan jalan nasional dan jalan provinsi yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar ibu kota kecamatan.

Jaringan Jalan Sekunder dalam wilayah Kabupaten

Page 28: Rekayasa Jalan

JALAN KOTAJalan dalam sistem jaringan jalan sekunder

yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota dan antar pusat pemukiman dalam kota

JALAN DESAJalan umum yang menghubungkan

kawasan dan atau antarpemukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan

Page 29: Rekayasa Jalan

KELAS JALAN TEKANAN GANDARI

IIIIIAIIIBIV

7 ton5 ton3,50

2, 75 ton1, 50 ton

Page 30: Rekayasa Jalan

Tipe I Klas I Jalan dengan standar tinggi untuk melayani antar wilayah atau antar kota untuk kecepatan tinggi dengan pembatasan jalan masuk

Klas II Jalan dengan standar tinggi untuk melayani antar wilayah atau di dalam metropolitan untuk kecepatan tinggi dengan pembatasan jalan masuk

Page 31: Rekayasa Jalan

Tipe II Klas I Jalan dengan standar tinggi, 4 lajur atau lebih untuk antar kota atau dalam kota, kecepatan tinggi, volume lalulintas tinggi, dengan masih ada pembatasan beberapa jalan masuk

Page 32: Rekayasa Jalan

Tipe II Klas II Jalan dengan standar tinggi, 2 lajur atau lebih untuk melayani antar/dalam kota, kecepatan tinggi, volume lalulintas sedang, dengan/ tanpa pembatasan jalan masuk

Page 33: Rekayasa Jalan

Tipe II Klas III

Jalan dengan standar menengah, 2 jalur atau lebih melayani antar distrik, kecepatan sedang, volume lalulintas tinggi tanpa pembatasan jalan masuk

Tipe II Klas IV

Jalan dengan standar rendah, 1 jalur dua arah sebagai jalan penghubung

Page 34: Rekayasa Jalan

Potongan suatu jalan tegak lurus pada as atau sumbu jalan, yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan dalam arah melintang

Page 35: Rekayasa Jalan
Page 36: Rekayasa Jalan

Umumnya 3,5m Untuk jalan-jalan kurang penting 2,5-3,0 m Untuk bebas hambatan 3,75m Lebar lajur berhubungan dengan kenyamanan

dan keamanan.

Page 37: Rekayasa Jalan

Klasifikasi Klas Jalan Lebar Lajur (m)

Tipe I Klas I 3,5Klas II 3,5

Klas II 3,25

Tipe II Klas I 3,5

Klas III 3,25-3,0

Page 38: Rekayasa Jalan
Page 39: Rekayasa Jalan
Page 40: Rekayasa Jalan
Page 41: Rekayasa Jalan

Jalan Tidak Terbagi (TB), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya berupa marka jalan (terputus-putus atau menerus/solid).

Jalan Terbagi (B), yaitu ruas jalan yang pembatas jalurnya berupa bangunan, yang disebut median, secara teknis berupa bangunan yang dilengkapi dengan taman atau sekedar pasangan kerb beton.

Page 42: Rekayasa Jalan
Page 43: Rekayasa Jalan
Page 44: Rekayasa Jalan
Page 45: Rekayasa Jalan

Standar Perencanaan 1) Direktorat Jendral Bina Marga, Departemen

Pekerjaan Umum 2) American Association Of State Highway

and Transportation Oficial (AASHTO)

Page 46: Rekayasa Jalan

Disiplin Ilmu Terkait 1) Geologi - Mekanika Tanah & Pondasi 2) Hidrologi 3) Hidrolika 4) Geodesi 5) Teknologi & Struktur Beton 6) Struktur Baja 7) Ekonomi Teknik

Page 47: Rekayasa Jalan

Prosedur Perencanaan Untuk mendapatkan jalan raya yang ‘baik’

(biaya konstruksi murah, biaya pemeliharaan rendah, pelayanan

optimum, nilai ekonomis bagi masyarakat maksimum),

maka prosedur perencanaanya harus difahami dengan baik oleh perencana jalan

Page 48: Rekayasa Jalan
Page 49: Rekayasa Jalan
Page 50: Rekayasa Jalan

Gambar SituasiSkala 1:1000

Penentuan Trace Jalan

Penentuan Koordinat PI & PV

Perencanaan Alinyemen Horisontal

Coba Tikungan Full Circle

R > Rmin

Coba TikunganSpiral – Circle - Spiral

Lc > 20

Pilih TikunganSpiral - Spiral

Pakai TikunganFull Circle

Pakai TikunganSpiral – Circle - Spiral

Perencanaan Alinyemen Vertikal

Perencanaan Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan

Perencanaan Super Elevasi

Perencanaan Kebebasan Samping

Gambar Penampang Melintang

No

No

Yes

Yes

Yes

No

Gambar Perencanaan:• Plan• Profil Memanjang• Penampang Melintang

Page 51: Rekayasa Jalan

Perencanaan Geometrik Jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan,

yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan raya.

Tujuan dari perencanaan geometrik jalan adalah untuk memenuhi fungsi dasar jalan,

yaitu memberikan pelayanan kepada pergerakan arus lalu lintas (kendaraan) secara optimum

Page 52: Rekayasa Jalan

Sasaran perencanaan geometrik jalan adalah untuk menghasilkan

design infrastruktur jalan raya yang aman, efisien dalam pelayanan arus lalu lintas dan

memaksimumkan ratio tingkat penggunaan / biaya pelaksanaan.

Page 53: Rekayasa Jalan

Elemen daalam perencanaan geometrik jalan, yaitu :

Penampang melintang, menjelaskan bagian-bagian dari (konstruksi) jalan

Alinyemen horisontal/tikungan (trase jalan), memperlihatkan kondisi jalan yang lurus, menikung ke kiri - menikung ke kanan;

Page 54: Rekayasa Jalan

Alinyemen vertikal (penampang memanjang), memperlihatkan kondisi

jalan yang datar (0 %), mendaki (+ g%) atau menurun (- g%); dimana kondisi ini berkait erat terhadap sifat operasi kendaraan, keamanan, jarak pandang dan fungsi jalan

selanjutnya aspek ini berkaitan pula terhadap terhadap estimasi volume galian dan

timbunan yang harus dilakukan untuk mendapatkan jalan yang ‘baik’.

Page 55: Rekayasa Jalan

KENDARAAN RENCANA KECEPATAN RENCANA VOLUME DAN KAPASITAS JALAN TINGKAT PELAYANAN YANG DIBERIKAN OLEH

JALAN TERSEBUT

Page 56: Rekayasa Jalan
Page 57: Rekayasa Jalan
Page 58: Rekayasa Jalan
Page 59: Rekayasa Jalan
Page 60: Rekayasa Jalan
Page 61: Rekayasa Jalan
Page 62: Rekayasa Jalan

KECEPATAN RENCANA (Vr)

Kecepatan: Besaran yang menunjukkan jarak

ditempuh dibagi waktu tempuh Kecepatan rencana Kecepatan yang dipilih untuk keperluan

perencanaan setiap bagian jalan dan biaya untuk pelaksanaan jalan tersebut

Page 63: Rekayasa Jalan

KECEPATAN RENCANA (Vr)Fungsi Kecepatan Rencana, Vr, Km/jam

Datar Bukit Pegunungan

Arteri 70-120 60-80 40-70

Kolektor 60-90 50-60 30-50

Lokal 40-70 30-50 20-30

Catatan:Untuk kondisi yang sulit, Vr suatu segmen jalan dapat diturunkan, dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20km/j am

Page 64: Rekayasa Jalan

VOLUME LALULINTAS

Pengukur jumlah arus lalulintas Menunjukkan jumlah kendaraan yang

melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit)

Fungsi Data Volume Lalulintas Menentukan jumlah dan lebar lajur

Page 65: Rekayasa Jalan

VOLUME LALULINTAS

Volume lalulintas (LL) tinggi, membutuhkan jalan yang lebih lebar, agar nyaman dan aman

Apabila jalan terlalu lebar, volume LL rendah berbahaya, karena pengemudi cenderung ngebut.

Jalan lebar, biaya pembangunan jalan makin tinggi.

Page 66: Rekayasa Jalan

KAPASITAS (C)

Kemampuan suatu jalan dalam menampung arus LL dalam satuan waktu.

Dipengaruhi oleh sifat lalulintas dan faktor fisik jalan.

Kapasitas menunjukkan besaran kuantitas jumlah kendaraan

Page 67: Rekayasa Jalan

KAPASITAS (C) Faktor LL yang mempengaruhi Prosentase kendaraan bus dan truk Pembagian jalur lalulintas Variasi dalam arus lalulintas Faktor Fisik Jalan Lebar perkerasan jalan Lebar bahu jalan Tikungan dan kelandaian jalan Kondisi permukaan perkerasan jalan

Page 68: Rekayasa Jalan

KAPASITAS (C) Kapasitas Dasar Adalah jumlah kendaraan maksimum

yang melewati suatu jalan selama satu jam, dalam keadaan jalan dan lalulints yang ideal yang dapat dicapai

Kapasitas yang mungkin Adalah jumlah kendaraan maksimum

yang melewati suatu jalan selama satu jam dalam keadaan jalan dan lalulintas yang mungkin dapat dicapai

Page 69: Rekayasa Jalan

KAPASITAS (C) Kapasitas Praktis Adalah jumlah kendaraan maksimum

yang melewati suatu jalan selama satu jam, pada kondisi lalulintas yang dipertahankan sesuai tingkat pelayanan tertentu.

Page 70: Rekayasa Jalan

TINGKAT PELAYANAN JALAN

Adalah tolak ukur yang digunakan untuk menyatakan kualitas pelayanan suatu jalan

Indikator pelayanannya adalah kecepatan.

Makin cepat berarti pelayanan jalan makin baik, dan atau sebaliknya

Page 71: Rekayasa Jalan

TINGKAT PELAYANAN JALAN Highway Capacity Manual membagi

tingkat pelayanan jalan, menjadi:

Page 72: Rekayasa Jalan

Levels of Service

LOS A Arus Lalulintas Bebas tanpa

hambatan Volume dan kepadatan

lalulintas rendah Kecepatan kendaraan

merupakan pilihan pengemudi

LOS B Arus Lalulintas Stabil Kecepatan mulai dipengaruhi

oleh keadaan Lalulintas, tetapi masih sesuai dengan keinginan pengemudistill easily absorbed

Fro

m H

ighw

ay C

apac

ity M

anua

l, 20

00

Page 73: Rekayasa Jalan

Levels of Service

Fro

m H

ighw

ay C

apac

ity M

anua

l, 20

00

LOS C Arus Lalulintas masih stabil Kecepatan perjalanan dan

kebebasan brgerak sudah dipengaruhi oleh besarnya volume lalulintas, sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih kecepatan yang diinginkan

LOS D Arus lalulintas sudah mulai tidak

stabil Perubahan volume lalulintas

sangat mempengaruhi besarnya kecepatan perjalanan

Page 74: Rekayasa Jalan

Levels of Service

Fro

m H

ighw

ay C

apac

ity M

anua

l, 20

00

LOS E Arus lalulintas sudah tidak stabil Volume kira-kira sama dengan

kapasitas Sering terjadi kemacetan

LOS F Arus lalulintas tertahan pada

kecepatan rendah Seringkali terjadi kemacetan Arus lalulintas rendah

Page 75: Rekayasa Jalan

JARAK PANDANG

Fro

m H

ighw

ay C

apac

ity M

anua

l, 20

00

Page 76: Rekayasa Jalan

JARAK PANDANG

Adalah panjang jalan di depan kendaraan yang masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi.

Page 77: Rekayasa Jalan

JARAK PANDANGAN

Jarak pandangan dibedakan atas Jarak pandangan henti yaitu jarak

pandangan yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraannya.

jarak pandangan menyiap yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan lajur untuk arah yang berlawanan.

Page 78: Rekayasa Jalan

JARAK PANDANG HENTI (Jh)

Diukur dengan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105cm, dan tinggi halangan adalah 15cm.

Terdiri dari: Jarak tanggap (Jht) Jarak yang ditempuh, lihat→rem Jarak Pengereman (Jhr) Jarak yang ditempuh, rem→berhenti

Page 79: Rekayasa Jalan

JARAK PANDANG HENTI

• Untuk jalan datar

f

VrTVrJh

254*278,0

2

+=

• Untuk jalan dengan kelandaian tertentu

)(*254*278,0

2

lf

VrTVrJh

±+=

)(*254*278,0

2

lf

VrTVrJh

±+=

Page 80: Rekayasa Jalan

JARAK PANDANG HENTI (Jh)Vr, km/jam

120 100 80 60 50 40 30 20

Jh 250 175 120 75 55 40 27 16

Page 81: Rekayasa Jalan

Elemen dan Total Jarak Pandangan Menyiap – Jalan Dua Jalur

Page 82: Rekayasa Jalan

Jarak tempuh d1 selama perioda pergerakan awal dihitung dari rumus

berikut:

+−=

2278,0 1

11

atmvtd

dimana:t1 = waktu pergerakan awal (detik)

a = percepatan (km/j/detik)v = kecepatan kendaraan yang menyiap (kpj)m = perbedaan kecepatan kendaraan yang disusul dan yang menyusul (kpj)

Jarak selama berada di jalur lawan (d2) dapat dihitung dengan rumus:

22 278,0 vtd =

dimana:t2 = waktu menyiap selama berada di jalur lawan (detik)

v = kecepatan kendaraan yang menyiap (kpj)

Page 83: Rekayasa Jalan

d3 = Jarak bebas, adalah jarak bebas antara

kendaraan berlawanan dan kendaraan yang menyiap pada akhir gerakan menyiap, nilainya adalah antara 30 sampai 90 m.

d4 = Jarak yang ditempuh kendaraan lawan pada waktu melakukan gerakan menyiap untuk memperkecil kemungkinan berhadapan dengan kendaraan lawan selama kendaraan menyiap berada di jalur lawan. Dengan asumsi kecepatan kendaraan lawan sama dengan kendaraan menyiap maka dapat dianggap:

24 3

2dd =