laporan titrasi oksidimetri

26
I. JUDUL : Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya II. TUJUAN : 1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan Na 2 S 2 O 3 (iodometri). 2. Menentukan kadar Cl 2 dalam pemutih merk So Klin III. DASAR TEORI Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi reduksi antara zat pernitrasi dan zat yang dititrasi. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I 2 sebagai penitar. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron), jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini, analat dioksidasikan oleh I 2 , sehingga I 2 tereduksi menjadi ion iodida : A ( Reduktor ) + I 2 A ( Teroksidasi ) + 2 I - Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran . Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai pereaksi

Upload: vaneshadewia

Post on 17-Jan-2016

255 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Kimia Analitik II

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Titrasi Oksidimetri

I. JUDUL : Titrasi Oksidimetri dan Aplikasinya

II. TUJUAN :

1. Membuat dan menentukan (standarisasi) larutan Na2S2O3 (iodometri).

2. Menentukan kadar Cl2 dalam pemutih merk So Klin

III. DASAR TEORI

Dasar reaksi titrasi oksidimetri ialah reaksi reduksi antara zat pernitrasi dan zat

yang dititrasi. Iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai penitar. Dalam reaksi

redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah

bilangan oksidasinya (melepaskan electron ), maka harus ada suatu unsur yang

bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap electron), jadi tidak mungkin

hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini, analat

dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodida :

A ( Reduktor ) + I2 → A ( Teroksidasi ) + 2 I-

Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah), sehingga hanya zat-

zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan

adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir penitaran .

Iodium merupakan oksidator lemah. Sebaliknya ion iodida merupakan suatu

pereaksi reduksi yang cukup kuat. Dalam proses analitik iodium digunakan sebagai

pereaksi oksidasi (iodimetri) dan ion iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi

(iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk

dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah

sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna

dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan

ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan, dengan

pembebasan iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium thiosulfat.

Reaksi-reaksi :

2 e- + I2  → 2 I-

Oksidator   reduktor

1 mol I2 = 2 ekivalen (1 mol I2 mengikat 2 e-)

2 S2O32- → S4O6

2-

Page 2: Laporan Titrasi Oksidimetri

1 mol Na2S2O3 = 1 ekivalen

(1 mol Na2S2O3 mengikat 1 e)

Pada titik ekivalen :

jumlah ekivalen I2 = jumlah ekivalen S2O32-

Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya

pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi

dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi

iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi

berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan

oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga

direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka

dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.

Indikator

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak

mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk

kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak

boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat

larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-

tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan

menjadi bening.

Page 3: Laporan Titrasi Oksidimetri

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Penentuan (standarisasi) larutan Na2S2O3 ± 0,1 N dengan KIO3 sebagai baku

Alat :

1. Botol timbang 8. Corong

2. labu ukur 100 ml 9. Statif

3. buret 50 ml 10. Klem

4. erlenmeyer 100 ml 11. Gelas Ukur 10 mL

5. erlenmeyer 250 ml 12. Gilas Kimia 500 mL

6. pipet tetes 13. Neraca analitik

7. pipet seukuran 10 ml

Bahan :

1 KIO3 0,3003 gram 5. Larutan KI 20 %

2 Indikator K2CrO4 6. HCL 4 N

3 Larutan KIO3 7. Air suling

4 Larutan Na2S2O3

2. Aplikasi Titrasi Iodo – Iodimetri “Menentukan Kadar Cl2 dalam Pemutih

Alat:

1. Botol timbang 8. Corong

2. labu ukur 100 ml 9. Statif

3. buret 50 ml 10. Klem

4. erlenmeyer 100 ml 11. Gelas Ukur 10 mL

5. erlenmeyer 250 ml 12. Gilas Kimia 500 mL

6. pipet tetes 13. Neraca analitik

7. pipet seukuran 10 ml 14. Piknometer

Bahan :

1. Pemutih merk SoKlin 5. Amonium Molibdat 3 %

2. Larutan KIO3 6. Larutan kanji (Amilum)

3. Larutan Na2S2O3 7. Air suling

4. H2SO4 1 : 6

Page 4: Laporan Titrasi Oksidimetri

V. LANGKAH KERJA

Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N dengan KIO 3 baku

Pembuatan larutan baku kalium iodidat ±0,1 N : Kalium iodidat ditimbang

dengan teliti sebanyak ± 0,35 gram dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL.

Kemudian dilarutkan dengan air suling dan diencerkan sampai tanda batas. Larutan

dikocok dengan baik agar tercampur sempurna.

Standarisasi : Buret dibilas dan diisi dengan larutan natrium tiosulfat ±0,1 N.

Larutan baku KIO3 dalam labu ukur diambil dengan pipet seukuran (pipet gondok) 10

mL dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahkan 10 mL larutan

KI 20% dan 2,5 mL HCl 4N. Iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan natrium

tiosulfat sampai warna menjadi kuning muda, kemudian ditambah larutan kanji 2 mL

dan dititrasi kembali sampai warna biru hilang. Angka pada buret dicatat saat awal

dan akhir titrasi. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali menggunakan volume larutan

natrium tiosulfat yang sama sehingga dapat ditentukan konsentrasi larutan natrium

tiosulfat rata-rata.

Penentuan kadar Cl2 dalam pemutih

Berat jenis pemutih diukur dengan meggunakan piknometer. Sampel (so klin

pemutih) diambil 2 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian

ditambah dengan aquades 75 ml, 3 gram KI, 8 ml asam sulfat 1:6, dan 3 tetes larutan

ammonium molibdat 3%. Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 0,1M

sampai warna coklat iodida hampir hilang. Kemudian ditambahkan 5 mL larutan kanji

dan titrasi dilanjutkan sampai warna biru hilang. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali

sehingga dapat ditemukan kadar Cl2 dalam sampel.

Page 5: Laporan Titrasi Oksidimetri

VI. ALUR KERJA

Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N dengan KIO 3 baku

- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL

- Dilarutkan dengan air suling

- Diencerkan sampai tanda batas

- Dikocok dengan baik agar tercampur sempurna

- Diambil dengan pipet seukuran (pipet gondok) 10 mL

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL

- Ditambah 10 mL larutan KI 20%

- Ditambah 2,5 mL HCl 4N

- Dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat

- Ditambah larutan kanji 2 mL

- Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1M sampai warna biru hilang

- Dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat

- Diulangi titrasi sebanyak 3 kali menggunakan volume larutan

natrium tiosulfat yang sama

KIO3 0,35 gram

Larutan baku kalium iodidat ± 0,1 N

Konsentrasi larutan natrium tiosulfat rata-rata

Larutan berwarna kuning muda

Page 6: Laporan Titrasi Oksidimetri

Penentuan kadar Cl 2 dalam pemutih

- Diambil 2 ml dengan pipet tetes

- Dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml

- Ditambah dengan aquades 75 ml

- Ditambah 3 gram KI

- Ditambah 8 ml asam sulfat 1:6

- Ditambah 3 tetes larutan ammonium molibdat 3%

- Dititrasi dengan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1M

- Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 0,1M sampai warna biru hilang

- Dilakukan sebanyak 3 kali

Sampel pemutih (so klin pemutih)

Warna coklat iodida hampir hilang

Kadar Cl2 dalam sampel

Page 7: Laporan Titrasi Oksidimetri

VII. HASIL PENGAMATAN

a. Penentuan (standarisasi) larutan natrium tiosulfat ± 0,1 N dengan KIO 3 baku

Perlakuan Hasil pengamatan Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah

- KIO3 ditimbang 0,35 gram

- dipindahkan dalam labu ukur 100 mL

- dilarutkan dengan air suling dan diencerkan sampai tanda batas.

- Larutan baku KIO3 dipipet 10 mL dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL

- ditambah 2 mL larutan KI 20%

- ditambah 2,5 mL larutan HCl 4 N

- dititrasi dengan Na2SO3 (hingga kuning muda)

- ditambah 3 tetes kanji

- dititrasi lagi dengan Na2SO3

KIO3 = serbuk putih

Larutan KIO3

= tak berwarna

Larutan KI 20% = tak berwarna

Larutan HCl 4N = tak berwarna

Larutan Na2SO3 = tak

berwarna

Larutan kanji = biru

kehitaman

Larutan KIO3

= tidak berwarna

Warna larutan KIO3

setelah ditambah larutan KI

20% = tidak berwarna

Warna larutan KIO3

+ KI 20% + HCl 4N =

coklat oranye

Setelah dititrasi dengan

Na2S2O3 = kuning +

Setelah ditambah

kanji = biru pekat

Larutan dititrasi lagi

dengan Na2S2O3 =

tidak berwarna

- V1 Na2S2O3

= 11,1 mL

- V2 Na2S2O3

= 9,3 mL

- Melarutkan

KIO3(s) + H2O(l) →

KIO3(aq)

- Penambahan KI

20%

10e- + 12H+ +

2IO3- → I2 + 6H2O

2I- → I2 + 2e-

+

6H+ + IO3- + 5I-

→ 3I2 + 3H2O

- Pada titik akhir

ekivalen

2S2O32- → S4O6

2- + 2e-

2e- + I2 → 2I-

+

2S2O32- + I2 → S4O6

2- +

2I-

Konsentrasi rata

– rata Na2S2O3

adalah sebesar

0,0987 N.

Page 8: Laporan Titrasi Oksidimetri

- V3 Na2S2O3

= 9,6 mL

b. Penentuan kadar Cl 2 dalam pemutih

Perlakuan Hasil pengamatan Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah

- Pemutih diukur berat jenisnya dengan piknometer

- diambil 2 mL

- dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL

- ditambahkan 75 mL air suling

- ditambahkan 3 gram KI

- ditambahkan 8 mL asam sulfat 1:6

- ditambahkan 3 tetes larutan ammonium molibdat 3%

- dititrasi dengan Na2S2O3(hingga coklat iodida hilang)

- ditambahkan 5 mL larutan kanji

- dititrasi lagi dengan Na2S2O3

- Massa piknometer 50 mL = 21,029 gram

- Massa piknometer + pemutih = 74,781 gram

- Massa pemutih = 53,752 gram

- So klin pemutih = kuning kehijauan

- Asam sulfat = tidak berwarna

- Larutan Na2S2O3 = tidak berwarna

- KI = serbuk putih

- Larutan kanji = biru kehitaman

- Pemutih + aquades + KI + asam sulfat + ammonium molibdat = coklat oranye

- Larutan setelah dititrasi dengan Na2S2O3 = kuning muda

- Setelah ditambah amilum = biru pekat

- Setelah dititrasi lagi dengan Na2S2O3 = tidak berwarna

- V1 Na2S2O3

= 7,1 mL

- V2 Na2S2O3

= 7,5 mL

- V3 Na2S2O3

= 6,9 mL

- Pembahan KI

Cl2 + 2I- → 2Cl- +

I2

- Pada titik akhir

ekivalen

2S2O32- → S4O6

2- + 2e-

2e- + I2 → 2I-

+

2S2O32- + I2 →

S4O62- + 2I-

Kadar Cl2 dalam

sampel so klin

pemutih adalah

sebesar 1,17 %.

Page 9: Laporan Titrasi Oksidimetri

VIII. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

a. Standarisasi Larutan Na 2S2O3  dengan KIO 3 sebagai baku

Pada percobaan ini, terlebih dahulu membuat larutan baku KIO3 dan untuk

larutan Na2S2O3 sudah disediakan dalam laboratorium. Dalam pembuatan larutan

KIO3, menggunakan KIO3 padat yang sudah diketahui massanya secara pasti,

kemudian dipindahkan dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan hingga terbentuk

larutan KIO3. Hal ini dapat ditunjukkan persamaan reaksi:

KIO3(s) + H2O(l) → KIO3(aq)

Setelah membuat larutan baku KIO3 dimasukkan 10 mL dalam erlenmeyer

ditambah dengan 4 mL larutan KI 20% untuk membebaskan iodide dan ditambah

1mL HCl 4N untuk menjadikan suasana asam. Dari penambahan-penambahan yang

dilakukan dihasilkan larutan berwarna coklat kekuningan. Hal ini menunjukkan

adanya iod yang dibebaskan, iod yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan natrium

tiosulfat sampai warnanya menjadi kuning muda, setelah itu larutan yang sudah

dititrasi, ditambahkan larutan kanji dan warnanya berubah menjadi biru pekat. Hal ini

menunjukkan bahwa di dalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi

sebagai indikator. Kemudian dititrasi lagi dengan larutan natrium tiosulfat sampai

tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan tidak terdapat lagi I2

melainkan telah menjadi I. Titrasi dilakukan 3 kali dan diperoleh volume larutan

natrium tiosulfat adalah 11,1 mL; 9,3 mL; dan 9,6 mL.

Pada saat ekivalen adalah sebagai berikut :

Mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O3

2-

Hal ini dapat ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

10e- + 12H+ + 2IO3- → I2 + 6H2O x1

2I- → I2 + 2e- x5

+

10e + 12H+ + 2IO3- → I2 + 6H2O

10 I- → 5I2 + 10e

+

12H+ + 2IO3- + 10I- → 6I2 + 6H2O

6H+ + IO3- + 5 I- → 3I2  + 3H2O         n IO3

- = 6

Page 10: Laporan Titrasi Oksidimetri

Pada saat titik ekivalen reaksi yang terjadi :

2S2O32- → S4O6

2- + 2e

2e + I2 → 2I-

+

2S2O32- + I2 → S4O6

2- + 2I-

Mol ekivalen IO3-  = mol ekivalen I2

Mol ekivalen I2      = mol ekivalen S2O32-

Jadi, mol ekivalen IO3- = mol ekivalen S2O3

2-

Sehingga berdasarkan perhitungan (pada lampiran) didapatkan konsentrasi

larutan natrium tiosulfat adalah 0,0884 N, 0,1055 N, 0,1022 N, dan konsentrasi

larutan natrium tiosulfat rata-rata adalah 0,0987 N.

b. Aplikasi Penentuan Kadar Cl 2 dalam Pemutih

Dengan mengukur berat jenis pemutih (so klin) diperoleh massa pikno 21,029

gram dan massa pikno dengan pemutih 74,781 gram sehingga massa pemutih adalah

53,752 gram dengan volum 50 mL sehingga diperoleh berat jenis pemutih sebesar

1,075 gram/mL. kemudian dari 50 mL diambil 2 mL dan dimasukkan kedalam

erlenmeyer lalu ditambah aquades 75 mL agar tidak terlalu pekat kemudian ditambah

0,3 gram KI berupa serbuk putih sehingga dihasilkan larutan berwarna coklat oranye.

Cl2 + 2I- → 2Cl- + I2

Kemudian ditambah lagi dengan 8 mL H2SO4 (tidak berwarna) dengan tujuan

untuk menjadikan suasana asam serta ditambahkan juga dengan 3 tetes Amonium

molibdat 3% (tidak berwarna) sebagai katalis untuk mempercepat reaksi.

Dari penambahan-penambahan yang dilakukan ini diperoleh larutan berwarna

coklat oranye yang menunjukkan bahwa terdapat iod yang dibebaskan. Kemudian

dititrasi dengan Na2S2O3 (tidak berwarna) sampai larutan berwarna kuning muda.

Setelah menjadi kuning muda larutan ditambah dengan 5 mL larutan kanji

(tidak berwarna) maka larutan berubah warna menjadi ungu kehitaman, hal ini

menunjukkan bahwa di dalam larutan terdapat I2 dan larutan kanji ini berfungsi

sebagai indikator. Kemudian titrasi dilanjutkan lagi hingga warna biru pekat tepat

hilang. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan tidak terdapat lagi I2 melainkan

telah menjadi I-.

Page 11: Laporan Titrasi Oksidimetri

2S2O32- → S4O6

2- + 2e-

2e- + I2 → 2I-

+

2S2O32- + I2 → S4O6

2- + 2I-

Percobaan dilakukan 3 kali dan diperoleh volume Na2S2O3 7,1 mL; 7,5 mL;

dan 6,9 mL. Dari data tersebut, dapat diketahui kadar Cl2 dalam pemutih berturut -

turut yaitu 1,16 %; 1,22 %; dan 1,13 % dan kadar Cl2 rata-rata adalah sebesar 1,17 %. 

IX. KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa pada titrasi iodo-

iodimetri penambahan larutan kanji bertujuan untuk dijadikan indikator, titik akhir

titrasi ditandai dengan perubahan warna dari warna biru pekat (saat ditambah larutan

kanji) menjadi tidak berwarna (setelah dititrasi). Sedangkan untuk aplikasinya, yaitu

penentuan kadar Cl2 pada pemutih, digunakan larutan ammonium molibdat 3%

sebagai katalis atau mempercepat reaksi.

Dari percobaan standarisasi diperoleh molaritas rata – rata Na2S2O3 adalah

0,0987 N dan dari percobaan aplikasi diperoleh kadar Cl2 rata – rata dalam so klin

pemutih adalah sebesar 1,17 %.

Page 12: Laporan Titrasi Oksidimetri

X. JAWABAN PERTANYAAN

B.

1. Apa perbedaan antara titrasi iodometri dan iodimetri ?

Titrasi iodometri adalah titrasi redoks dengan I- sebagai reduktor (sampel

direduksi) sedangkan titrasi iodimetri adalah titrasi redoks dengan I2 sebagai

oksidator (sampel dioksidasi).

2. Bagaimana reaksi antara kalium iodat + kalium iodida + asam klorida ? Setiap 1

mol kalium iodat sama dengan berapa ekivalen ?

10e- + 12H+ + 2IO3- → I2 + 6H2O x1

2I- → I2 + 2e- x5

+

10e + 122H+ + 2IO3- → I2 + 6H2O

10 I- → 5I2 + 10e

+

12H+ + 2IO3- + 10I- → 6I2 + 6H2O

6H+ + IO3- + 5 I- → 3I2  + 3H2O         n IO3

- = 6

XI. DAFTAR PUSTAKA

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Cetakan kedua. Jakarta: PT. Gramedia

Tim Penyusun. 2011. Panduan Praktikum Kimia Analitik I Dasar - Dasar Kimia

Analitik. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA

Wibi H., Hilarius. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga (Terjemahan

dari Underwood, A.L. 1998. Quantitative Analysis. (ed.6). London: Prentice

Hall)

Zackiyah. 2010. Macam – Macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/195912291991012-ZACKIYAH/Macam-macam_Titrasi_Redoks_dan_Aplikasinya.pdf diakses pada tanggal 26 November 2012

Page 13: Laporan Titrasi Oksidimetri

25 mlNa2S2O3

10 ml

2 mL KI 20%2 mL HCl 4N

+

XII. LAMPIRAN

Perhitungan Titrasi Oksidimetri

Diket :

m KIO3 = 0,35 gram v KIO3 = 100 mL Mr KIO3 = 214

N KIO3 = 0,35 g214

x 1000

100 ml x 6 = 0,0981 N

2 IO3- + 12 H+ + 10 e I2 + 6H2O | x 1

2 I- I2 + 2e- | x 5

2 IO3- + 12 H+ + 10 I- 6 I2 + 6 H2OIO3

- + 6 H+ + 5 I- → 3 I2 + 3 H2O

Ditanya : N Na2S2O3 rata-rata... ?Jawab :

1) mek Na2S2O3 = mek KIO3 N1 . V1 = N . VN1 . 11,1 = 0,0981 . 10N1 . Na2S2O3 = 0,0884 N

2) mek Na2S2O3 = mek KIO3 N1 . V2 = N . VN1 . 9,3 = 0,0981 . 10N1 . Na2S2O3 = 0,1055 N

3) mek Na2S2O3 = mek KIO3 N1 . V2 = N . VN1 . 9,6 = 0,0981 . 10N1 . Na2S2O3 = 0,1022 N

0,35 gKIO3

100 mlAir Suling

V1 Na2S2O3 = 11,1 mL V2 Na2S2O3 = 9,3 mL V3 Na2S2O3 = 9,6 mL V1 KIO3 = 10 mL V2 KIO3 = 10 mL V3 KIO3 = 10 mL

Page 14: Laporan Titrasi Oksidimetri

2 ml

2 ml pemutih

Na2S2O4

Jadi, N Na2S2O3 rata-rata = 0,0884+0,1055+0,1022

3 = 0,0987 N

Perhitungan Aplikasi Menentukan Kadar Cl2 dalam Pemutih (So Klin)

Diket :

m pemutih : 53,752 gram v pemutih : 50 mL ρ pemutih : 1,07504 g/ml

m pemutih yang diambil = 1,07504 g/ml x 2 ml= 2,15008 gram

v pemutih yang diambil = 2 ml V1 Na2S2O3 = 7,1 ml = 0,0071 l V2 Na2S2O3 = 7,5 ml = 0,0075 l V3 Na2S2O3 = 6,9 ml = 0,0069 l N Na2S2O3 = 0,0987 N

Ditanya : % Cl2 dalam sampel pemutih.. ?

Jawab :

1) molek Na2S2O3 = molek Cl2

N . V1 = n . g

Mr

0,0987 . 0,0071 = 2 . g

71

m1 Cl2 = 0,02488 g

% Cl = m1Cl2

m sampel pemutih x 100 %

= 0,024882,15008 x 100% = 1,157 %

2) molek Na2S2O3 = molek Cl2

N . V2 = n . g

Mr

50 ml

Page 15: Laporan Titrasi Oksidimetri

0,0987 . 0,0075 = 2 . g

71

m2 Cl2 = 0,02628 g

% Cl = m2Cl2

m sampel pemutih x 100 %

= 0,026282,15008 x 100% = 1,222 %

3) molek Na2S2O3 = molek Cl2

N . V3 = n . g

Mr

0,0987 . 0,0069 = 2 . g

71

m3 Cl2 = 0,02418 g

% Cl = m3Cl2

m sampel pemutih x 100 %

= 0,024182,15008 x 100% = 1,124 %

Jadi, % Cl rata-rata = 0,157 %+1,222%+1,124 %

3= 1,17 %

Page 16: Laporan Titrasi Oksidimetri

LAMPIRAN FOTO

TITRASI OKSIDOMETRI

KIO3 diencerkan sampai 100ml Dipipet 10ml

Larutan KI 20% Larutan KIO3 + KI 20% Larutan KIO3 + KI 20% + HCl 4N

Dititrasi dengan Na2S2O3

Ditambah indikator amilum (kanji)

Page 17: Laporan Titrasi Oksidimetri

APLIKASI

Dilanjutkan titrasi sampai larutan jernih

Ditimbang KI 3,008 gram

pemutih + KI + H2SO4 + amonium molibdat

Pemutih setelah dititrasi dengan Na2S2O3

Ditambah indikator kanji

Dititrasi kembali hingga jernih