laporan tahunansakip.pertanian.go.id/admin/tahunan/laporan tahunan... · 2018. 10. 10. · serta...
TRANSCRIPT
LAPORAN TAHUNAN
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP
2017
DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan laporan Tahunan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan tahun 2017 dapat
terselesaikan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor :
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman
pangan.
Laporan Tahunan ini merupakan uraian pelaksanaan tugas, sekaligus
evaluasi pelaksanaan kegiatan, permasalahan dan capaian yang dicapai selama
tahun 2017.
Kami berharap laporan ini dapat memberikan informasi dan menjadikan
pedoman dalam merencanakan dan memperbaiki pelaksanaan kegiatan pada tahun
berikutnya.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan kerjasama baik dalam bentuk kontribusi data, informasi
ataupun dalam bentuk lainnya.
Jakarta, Januari 2018
Direktur,
Dr. Ir. Mohammad Takdir Mulyadi
NIP.196304231989031000
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
1. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merupakan salah
satu unit Kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman pangan yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian.
2. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, memiliki Visi
“Terwujudnya Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Produk Olahan
Komoditas Tanaman Pangan di Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri”.
sedangkan Misi adalah : a) Mendorong tumbuh kembangnya agribisnis tanaman
pangan yang berdaya saing dan berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan
usaha, penerapan teknologi tepat guna, kemitraan, dan peningkatan investasi
tanaman pangan; b) Mendorong penerapan sistem jaminan mutu dan
pengawasan keamanan pangan dalam mendukung usaha agribisnis tanaman
pangan terpadu; c) Mengembangkan pemasaran produk tanaman pangan dalam
negeri dan luar negeri melalui penguatan sistem, infrastruktur pemasaran dan
promosi; d) Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas tinggi.
3. Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan adalah
melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan.
Dalam melaksanakan Tugas Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan perumusan
kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan; b)
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan
standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan penerapan standar
mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan; d) Pemberian bimbingan
teknis dan supervisi di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan; e) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar
mutu serta pemasaran dan investasi tanaman pangan; f) Koordinasi perumusan
dan harmonisasi standar, serta penerapan standar mutu di bidang tanaman
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
iii
pangan; g) Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
4. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mendapatkan
alokasi anggaran APBN sebesar Rp. 1.557.432.556.000,- meliputi kegiatan
Pusat Rp. 677.022.113.000,- (termasuk tunggak bayar tahun 2016 sebesar
Rp. 27.275.205.000,-), Dekonsentrasi Rp. 11.565.755.000,- dan Tugas
Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 868.844.688.000,-. Dalam pelaksanaan
kegiatan di tahun 2017, seringkali terjadi perubahan/pergeseran anggaran
sehingga terjadi beberapa kali revisi. Kronologis perubahan anggaran Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan selama periode Tahun
2017.
Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan hingga Bulan Desember tahun 2017 sebesar
Rp. 1.472.102.607.921,- (94,64%). Dengan rincian kegiatan Pusat sebesar
Rp. 632.095.581.020,-, Dekonsentrasi sebesar Rp. 7.751.622.151,- dan Tugas
Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 832.315.460.094,-.
5. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui APBN
tahun 2017 memberikan dukungan antara lain :
a. Fasilitasi Sarana Pascapanen berupa Combine Harvester Kecil; Combine
Harvester Sedang; Combine Harvester Besar; Vertical Dryer Padi Kapasitas
30 ton/proses, Vertical Dryer Padi Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses dan Vertical
Dryer Padi Kapasitas 10 ton/proses; Power Thresher ; Fasilitasi RMU +
Bangunan; Corn Combine Harvester; Corn Sheller; Vertical Dryer Jagung
Kapasitas 3,5-6 ton/proses; Power Thresher Multiguna; Packing dan Grading;
Moisture Tester dan Sarana Pengangkut Hasil Pertanian Roda 3.
b. Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik
c. Penyediaan Informasi Harga Tanaman Pangan
6. Realisasi Dukungan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017 sebagai berikut :
a. Realisasi fisik pelaksanaan kegiatan pengelolaan sarana pascapanen tahun
2017 sebanyak 7.818 unit 99,85% dari target 7.830 unit. Realisasi keuangan
pelaksanaan kegiatan pengelolaan sarana pascapanen tahun 2017 sebesar
Rp.1.354.835.094.519,-, 94,32% dari Pagu Rp. 1.436.439.882.400,-. Fasilitasi
sarana pascapanen padi sebanyak sebanyak 4.631 unit (99,74%) dari target
4.643 unit, sarana pascapanen jagung sebanyak 2.359 unit (100%) dari
target 2.359 unit dan sarana pascapanen kedelai sebanyak 828 unit (100%)
dari target 828 unit.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
iv
b. Fasilitasi standardisasi dan mutu hasil tanaman pangan sebanyak 51
sertifikasi, dengan rincian sertifikasi organic sebanyak 24 (80% dari target
awal 30 sertifikasi) dan 27 sertifikat register PSAT/Pendaftaran Produk
Dalam (PD) dari fasilitasi penerapan jaminan mutu dan keamanan pangan
(90% dari target awal 30 sertifikasi).
c. Fasilitasi pemasaran dan investasi hasil tanaman pangan sebanyak 192
informasi harga (99,5% dari target 200 informasi harga).
7. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan Pusat dan Daerah, Direktorat
Pengolahan pada Tahun 2017 melakukan Rapat Koordinasi Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan meliputi :
a. Fasilitasi Pasar Lelang Hasil Pertanian PENAS (PENAS) Petani dan Nelayan
XV Tahun 2017 dilaksanakan pada tanggal 6 – 11 Mei 2017 di Provinsi Aceh,
b. Perumusan dan Fasilitasi Kesekretariatan SNI/Permentan Tanaman Pangan,
Rapat pembahasan standar Persyaratan Teknis Minimal (PTM) ubikayu yang
dilaksanakan pada tanggal 4 September 2017 dan Rapat Teknis KOMTEK
65-11 Tanaman Pangan Terkait Revisi SNI Beras tanggal 11 September 2017
serta Rapat Pembahasan Skema Sertifikasi Beras tanggal 19 September
2017di Aula Direktorat PPHTP, ,
c. Festival Pangan Olahan Kedelai Lokal pada tanggal 10 Desember 2018 di
Jogja Expo Center, DI. Yogyakarta.
d. Focused Group Discussion (FGD) Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai
dilaksanakan pada Bulan Oktober 2017, bertempat di ruang Rapat UPSUS
PJK 1, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian,
Jakarta,
e. Public Hearing Draft Permentan tentang Penerapan Jaminan Mutu dan
Pencantuman Label Produk Rekayasa Genetika (PRG) dan Non Produk
Rekayasa Genetika (Non PRG) Kedelai untuk Pangan Segar pada tanggal 23
November 2017 di Ruang Rapat Upsus PJK 1.
8. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan terdiri dari : 1)
Subdirektorat pascapanen; 2) Subdirektorat Pengolahan; 3) Subdirektorat
Standardisasi dan Mutu; 4) Subdirektorat Pemasaran dan Investasi; 5)
Subbagian Tata Usaha dan 6) Kelompok Jabatan Fungsional. Selama kurun
waktu setahun, masing-masing subdit/subag melakukan kegiatan sebagai
berikut:
a. Subdirektorat Pascapanen melakukan kegiatan ;
1) Sosialisasi dan Bimbingan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan, meliputi; a) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
v
Tanaman Pangan; b) Penguatan Pengelolaan Bantuan Sarana
Pascapanen; c) Pengawalan Kegiatan Direktorat PPHTP
2) Penyaluran Alsintan Pascapanen, meliputi : a) Pengawalan Bantuan
Sarana Pascapanen ; b) Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan ; c) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman
Pangan
b. Subdirektorat Pengolahan melakukan kegiatan ;
1) Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Tanaman Pangan,
meliputi : a) Bimbingan Teknis Penanganan dan Pemanfaatan Bantuan
Sarana UPH Tanaman Pangan; b) Database Sarana Pascapanen
Tanaman Pangan dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan; c) Bahan
Informasi Pengolahan Hasil TP
2) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan,
meliputi : a) Monitoring dan Evaluasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan;
b) Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur; c)
Pengawalan UPSUS PJK dan d) Rapat Koordinasi UPSUS PJK .
c. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu melakukan kegiatan ;
1) Sosialisasi dan Bimbingan Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman
Pangan, meliputi : a) Bimbingan Teknis Petugas Pendamping Penerapan
Sistem Pertanian Organik; b) Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi; c)
Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM
2) Fasilitasi Sertifikasi meliputi : a) Fasilitasi Sertifikasi Sistem Pertanian
Organik; b) Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;
3) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Standardisasi dan Mutu
d. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi melakukan kegiatan ;
1) Sosialisasi dan Bimbingan Pengembangan Pemasaran dan Investasi,
2) Pengembangan Informasi Harga
3) Promosi dan Investasi Tanaman Pangan
4) Kegiatan Informasi Pemasaran Tanaman Pangan
5) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pengembangan Pemasaran dan
Investasi.
6) Kebijakan Pemasaran Tanaman Pangan
e. Subbagian Tata Usaha melakukan kegiatan yang terkait urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga, surat menyurat serta
kearsipan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
f. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Mutu
Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian melakukan kegiatan sesuai
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
vi
dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
vii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
RINGKASAN.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK............................................................................................ xii
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ……………………………………….………………… 1
B. Tujuan …………………………………………………………………... 5
II. PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PASCAPANEN ......................... 6
A. Penyaluran Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat 6
B. Pembayaran Luncuran/Tunggakan TA. 2016 …………….………… 10
C. Fasilitasi Sarana Pascapanen Untuk Mendukung Sentra Pelayanan
Pertanian Padi Terpadu (SP3T) …..…………………………………. 11
D. Kebijakan Program dan Anggaran Sarana Anggaran Pascapanen
Tanaman Pangan ........................................................................... 13
E. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Pascapanen Tanaman
Pangan ........................................................................................... 14
III. PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PENGOLAHAN HASIL TANAMAN
PANGAN ………………………………………………………………..…….. 19
A. Sosialisasi dan Bimbingan Sarana Pengolahan Tanaman Pangan . 19
B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Pengolahan Tanaman
Pangan ………………………….……………………………………… 25
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT STANDARDISASI DAN MUTU. 37
A. Kebijakan Program dan Anggaran Standardisasi dan Mutu Hasil
Tanaman Pangan ……………………………………………………... 37
B. Koordinasi Kegiatan Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman Pangan 52
V. PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PEMASARAN DAN INVESTASI 62
A. Kebijakan Program dan Anggaran Pemasaran dan Investasi TP … 62
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
viii
B. Sosialisasi dan Bimbingan Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman
Pangan …………………………..………………..………………….… 68
C. Koordinasi Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan .….. 81
D. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pemasaran dan Investasi Tanaman
Pangan …………....………………………………………………..…… 90
VI. ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN …………………….……...…. 92
A. Organisasi ……………………………………………………………… 92
B. Ketatausahaan ………………………………………………………… 96
C. Keuangan ……………………………………………………………… 102
VII. PERMASALAHAN DAN UPAYA ............................................................ 105
A. Permasalahan …………………………………………………………. 105
B. Upaya Permasalahan …….…………………………………………… 108
VIII. PENUTUP ............................................................................................... 111
LAMPIRAN
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
ix
DAFTAR TABEL
No Tabel Halaman
1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016-2019 ………….….……. 2
2. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat
PPHTP …………………………………………………………….…………… 3
3. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen
Tahun 2017 ……….……………………………………………….………….. 9
4. Rencana Tunda Bayar Tahun 2018 ……………………………………........ 12
5. Alokasi Bantuan Pemerintah Pusat di Lokasi SIPPTahun 2014 …….……. 26
6. Kronologis Perubahan Pagu Anggaran Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017 ..……………….……. 48
7. Kegiatan Subdit Pascapanen Tahun 2018 ……………………………….… 49
8. Kegiatan Subdit Pengolahan Tahun 2018 ………………………………..… 49
9. Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Tahun 2018 …..……………… 50
10. Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Tahun 2018 ..…………………… 50
11. Kegiatan Subdit Ketatausahaan dan Kepegawaian Tahun 2018 ………… 50
12. Target dan Realisasi Registrasi PSAT ………………….………………… .. 54
13. Target dan Realisasi Sertifikasi Pertanian Organik TA 2017 ……………. 56
14. Parameter Uji dan Hasil Rekapan Uji Sampel Yang Diperoleh Dari
Beberapa Pemilik Sampel ……………………..…………………………….. 57
15. Perencanaan Pelaksanaan Pengambilan Contoh …………………………. 59
16. Optimalisasi Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar Tahun 2017 …………. 91
17. Kartu Pegawai Tahun 2017 …………………………………………………... 99
18. Cuti Tahunan dan Cuti Besar Tahun 2017 ……………………………........ 100
19. Cuti Persalinan ……………………………………………………………...…. 100
20. Cuti Alasan Penting ………………………………………….………………… 101
21. Realisasi s/d 31 Desember 2017 ………………………………………….…. 104
22. Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2017 …………..… 104
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2017 ….….……. 114
2. Pengadaan Tahap I ……………………………………………….…………… 115
3. Pengadaan Tahap II …………………………………………………………… 115
4. Pengadaan Tahap III …………………………………………….…………..… 116
5. Tunggak Bayar Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017 ……………………………….…………….… 118
6. Bantuan sarana UPH jagung dan kedelai Tahun 2016 Usaha Pengolahan 119
7. Perkembangan Penyusunan Draft Permentan …………………………….. 120
8. Rencana Alokasi Dukungan Standardisasi dan Mutu Tahun 2018 ………. 121
9. Rencana Alokasi Dukungan Pengolahan Hasil dan Pasinves Tahun 2018 122
10. Ekspor Impor Tahun 2017 per Kode HS ……………………………………. 123
11. Daftar Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017 ...…………….………….. 126
12. Daftar Nominatif Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017 ……………………………………………….. 127
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
xi
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
1. Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan ……………………………………………………...………....….……. 4
2. Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2017 .. 10
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
xii
DAFTAR GRAFIK
No Grafik Halaman
1. Perkembangan rata-rata Harga Harian Gabah tingkat petani (produsen),
periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) ………….….......……. 72
2. Perkembangan rata-rata Harga Harian Beras Medium tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) .…...…… 72
3. Perkembangan rata-rata Harga Harian Jagung Pipilan Kering tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) ..……….. 73
4. Perkembangan rata-rata Harga Harian Kedelai Kering Lokal tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) ..……….. 73
5. Perkembangan rata-rata Harga Harian Kacang Tanah Lokal Polong Basah
tk petani (produsen), periode Desember 2016–Desember 2017 (Rp/kg) .. 74
6. Perkembangan rata-rata Harga Harian Kacang Hijau Biji Kering tingkat
petani (produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) .... 74
7. Perkembangan rata-rata Harga Harian Ubikayu Basah tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) ..……….. 75
8. Perkembangan rata-rata Harga Harian Ubijalar Basah tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg) ..……….. 75
9. Perkembangan Neraca Volume Perdagangan Beras Tahun 2012-2017 … 82
10. Perkembangan Neraca Volume Perdagangan Jagung Tahun 2012-2017 82
11. Perkembangan Neraca Volume Perdagangan Kedelai Tahun 2012-2017 83
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
1
“Terwujudnya Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing dan Produk Olahan
Komoditas Tanaman Pangan di Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri”.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merupakan salah
satu unit Kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman pangan yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia
Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian.
Penetapan visi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
mengacu pada visi Kementerian Pertanian yaitu „Terwujudnya Kedaulatan
Pangan dan Kesejahteraan Petani‟ dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
yaitu „Terwujudnya Pemenuhan Kebutuhan Pangan Yang Cukup Secara
Berkelanjutan Untuk Memperkuat Kedaulatan Pangan‟. Dalam hal ini, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan membangun Visi yang
selaras yakni :
Perspektif produksi dalam negeri yang berdaya saing mencerminkan kekuatan
dalam mewujudkan tersedianya kebutuhan domestik dan kebutuhan orientasi
ekspor, serta mengurangi ancaman masuknya produk impor (substitusi impor).
Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan mengemban Misi sebagai berikut :
1. Mendorong tumbuh kembangnya agribisnis tanaman pangan yang berdaya
saing dan berkelanjutan melalui penguatan kelembagaan usaha, penerapan
teknologi tepat guna, kemitraan, dan peningkatan investasi tanaman pangan,
2. Mendorong penerapan sistem jaminan mutu dan pengawasan keamanan
pangan dalam mendukung usaha agribisnis tanaman pangan terpadu,
3. Mengembangkan pemasaran produk tanaman pangan dalam negeri dan luar
negeri melalui penguatan sistem, infrastruktur pemasaran dan promosi,
4. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan yang profesional dan berintegritas tinggi.
I
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
2
Berkaitan dengan implementasi visi dan misi tersebut, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menetapkan tujuan sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan pelaku usaha pedesaan yang spefisik lokal dan
terintegrasi,
2. Meningkatkan produk tanaman pangan yang bermutu,
3. Meningkatkan penguasaan pasar domestik dan luar negeri untuk produk
tanaman pangan strategis.
Sasaran strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan pada tahun 2016-2019
adalah :
a) Menurunnya susut hasil (losses) produksi tanaman pangan,
b) Meningkatnya nilai tambah produk tanaman pangan,
c) Meningkatnya mutu hasil produksi tanaman pangan,
d) Meningkatnya penguasaan pasar dalam negeri (domestik) dan luar negeri
(ekspor).
Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016-2019
VISI
1 Mendorong tumbuh kembangnya
agribisnis tanaman pangan yang
berdaya saing dan berkelanjutan
melalui penguatan kelembagaan
usaha, penerapan teknologi tepat
guna, kemitraan, dan peningkatan
investasi tanaman pangan
1 Menumbuhkembangkan
pelaku usaha pedesaan
yang spefisik lokal dan
terintegrasi
1 Menurunnya susut hasil
(losses ) produksi
tanaman pangan
2 Mendorong penerapan sistem
jaminan mutu dan pengawasan
keamanan pangan dalam
mendukung usaha agribisnis
tanaman pangan terpadu
2 Meningkatkan produk
tanaman pangan yang
bermutu
2 Meningkatnya nilai
tambah produk tanaman
pangan
3 Mengembangkan pemasaran
produk tanaman pangan dalam
negeri dan luar negeri melalui
penguatan sistem, infrastruktur
pemasaran dan promosi
3 Meningkatkan
penguasaan pasar
domestik dan luar negeri
untuk produk tanaman
pangan strategis
3 Meningkatnya mutu hasil
produksi tanaman pangan
4 Mengembangkan kapasitas
institusi Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan yang profesional dan
berintegritas tinggi
4 Meningkatnya
penguasaan pasar dalam
negeri (domestik) dan
luar negeri (ekspor)
MISI TUJUAN SASARAN
Terwujudnya
Peningkatan Nilai
Tambah, Daya
Saing dan Produk
Olahan Komoditas
Tanaman Pangan
di Pasar Dalam
Negeri dan Luar
Negeri
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
3
Tugas dan fungsi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat PPHTP
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan terdiri dari:
1) Subdirektorat pascapanen;
2) Subdirektorat Pengolahan;
3) Subdirektorat Standardisasi dan Mutu;
4) Subdirektorat Pemasaran dan Investasi;
5) Subbagian Tata Usaha; dan
6) Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas dan
FungsiDitjen Tanaman Pangan Direktorat PPHTP
Tugas
Menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan produksi padi,
jagung, kedelai, dan tanaman pangan lainnya
Melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil
tanaman pangan.
1 Perumusan kebijakan di bidang penyediaan
perbenihan, penyelenggaraan budi daya, peningkatan
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil
produksi padi, jagung, kedelai, dan tanaman pangan
lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan
perlindungan tanaman pangan.
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang
peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan.
2 Pelaksanaan kebijakan di bidang penyediaan
perbenihan, penyelenggaraan budi daya, peningkatan
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil
produksi padi, jagung, kedelai, dan tanaman pangan
lainnya, serta pengendalian hama penyakit dan
perlindungan tanaman pangan.
Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan
penerapan standar mutu serta pemasaran dan
investasi tanaman pangan.
3 Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budi
daya, peningkatan pascapanen, pengolahan, dan
pemasaran hasil produksi padi, jagung, kedelai, dan
tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan.
Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan.
4 Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budi daya,
peningkatan pascapanen, pengolahan, dan
pemasaran hasil produksi padi, jagung, kedelai, dan
tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan.
Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di
bidang peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan.
5 Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
penyediaan perbenihan, penyelenggaraan budi daya,
peningkatan pascapanen, pengolahan, dan
pemasaran hasil produksi padi, jagung, kedelai, dan
tanaman pangan lainnya, serta pengendalian hama
penyakit dan perlindungan tanaman pangan.
Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di
bidang peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta
pemasaran dan investasi tanaman pangan.
6 Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan.
Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar,
serta penerapan standar mutu di bidang tanaman
pangan.
7 Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan.
Fungsi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
4
Gambar 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, maka Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui APBN tahun 2017 memberikan
dukungan sebagai berikut :
1. Fasilitasi sarana pascapanen berupa Combine Harvester Kecil; Combine
Harvester Sedang; Combine Harvester Besar; Vertical Dryer Padi Kapasitas
30 ton/proses, Vertical Dryer Padi Kapasitas 3,5 - 6 ton/proses dan Vertical
Dryer Padi Kapasitas 10 ton/proses; Power Thresher ; Fasilitasi RMU +
Bangunan; Corn Combine Harvester; Corn Sheller; Vertical Dryer Jagung
Kapasitas 3,5-6 ton/proses; Power Thresher Multiguna; Packing dan Grading;
Moisture Tester dan sarana pengangkut hasil pertanian roda 3.
2. Fasilitasi sertifikasi pertanian organik
3. Penyediaan informasi harga tanaman pangan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
5
Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dalam
bentuk anggaran Pusat, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Sistem
Pengganggaran kegiatan di daerah pada tahun 2017 dialokasikan pada Satuan
Kerja (Satker) Provinsi, sehingga terdapat DIPA Dekonsentrasi (Dekon) dan
Tugas Pembantuan (TP) Provinsi.
Untuk melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan tahun 2017, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor:
SP.DIPA-018.03.3.339055/2016 tanggal 07 Desember 2016, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mendapatkan alokasi
anggaran APBN sebesar Rp. 1.557.432.556.000,- meliputi kegiatan Pusat
Rp. 677.022.113.000,- (termasuk tunggak bayar tahun 2016 sebesar
Rp. 27.275.205.000,-), Dekonsentrasi Rp. 11.565.755.000,- dan Tugas
Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 868.844.688.000,-.
Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan hingga Bulan Desember tahun 2017 sebesar
Rp. 1.472.102.607.921,- (94,64%). Dengan rincian kegiatan Pusat sebesar
Rp. 632.095.581.020,-, Dekonsentrasi sebesar Rp. 7.751.622.151,- dan Tugas
Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 832.315.460.094,-.
Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan selama
kurun waktu 1 (satu) tahun, maka perlu disusun laporan kegiatan dan dirangkum
sebagai laporan tahunan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan Tahun 2017.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah
dicapai dari pelaksanaan kegiatan di tahun anggaran 2017, dan sebagai evaluasi
serta acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya. Dalam
penganggaran kegiatan strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan dan pelaksanaan kegiatan TA 2017 menjadi lebih maksimal.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
6
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PASCAPANEN
A. Penyaluran Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
1. Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat
Salah satu Kebijakan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan adalah mengamankan produksi melalui penurunan susut hasil,
peningkatan mutu hasil dan peningkatan nilai tambah. Penggunaan sarana
pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan memiliki peranan penting
dan strategis dalam mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi kerja,
kualitas, nilai tambah dan daya saing. Selain itu penggunaan sarana
pascapanen dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor
pertanian yang banyak terjadi di daerah.
Fasilitasi sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2017 antara lain
Combine Harvester, Corn Combine Harvester, Corn Sheller, Power Thresher
Multiguna, Dryer dan RMU. Bantuan sarana pascapanen yang diberikan
kepada petani merupakan stimulant penerapan pascapanen yang baik dan
benar, sehingga diharapkan mampu mendukung peningkatan produksi
melalui peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, dan peningkatan kualitas.
Pengadaan sarana pascapanen meliputi :
a. Pengadaan sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mengalokasikan APBN Pusat TA.
2017 untuk penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan sejumlah
1.910 unit dilakukan melalui pengadaan e-purchasing, namun pada bulan
April terjadi revisi dan jumlah sarana pascapanen pusat menjadi 2.995
unit. Pada Bulan Mei 2017 terjadi revisi POK sehingga jumlah sarana
pusat menjadi 3.263 unit. Pada Bulan Agustus terjadi revisi POK sehingga
jumlah sarana pusat menjadi 3.266 unit. Bulan November terjadi revisi
POK kembali sehingga jumlah sarana pusat menjadi 3.271 unit dan pada
Bulan Desember menjadi 3.282 unit meliputi :
1) Combine Harvester Kecil 110 unit, menjadi 289 unit
2) Combine Harvester Sedang 150 unit (tambahan, semula tidak
dialokasikan)
3) Combine Harvester Besar 1.300 unit, menjadi 1.159 unit
4) Corn Combine Harvester 100 unit (tetap)
5) Corn Sheller 200 unit, menjadi 900 unit
6) Power Thresher Multiguna 200 Unit,menjadi 423 unit
7) Power Thresher 211 unit (tambahan, semula tidak dialokasikan)
II
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
7
8) Moisture Tester 28 unit (tambahan, semula tidak dialokasikan)
9) Fasilitasi sarana Pascapanen untuk mendukung Sentra Pelayanan
Pertanian Padi Terpadu (SP3T) yang semula tidak dialokasikan,
meliputi:
a. Combine Harvester Besar 20 unit menjadi 14 unit.
b. Combine Harvester Kecil 9 unit menjadi 12 unit (tambahan 3 unit di
Kabupaten Tasikmalaya).
c. Vertical Dryer Padi Kap.10 Ton + Bangunan (SP3T) 11 unit
d. RMU dan Packing 11 unit
Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tersebut, dialokasikan
untuk memfasilitasi kebutuhan brigade dan/atau permintaan masyarakat
yang belum terpenuhi dalam program Tugas Pembantuan Provinsi APBN
Tahun 2017.
Sasaran penerima bantuan adalah Poktan/Gapoktan/UPJA/Lembaga
Lainnya/Pemerintah Daerah yang memenuhi kriteria sebagai calon
penerima sebagaimana telah ditetapkan dalam Pedoman Umum dan
Petunjuk Teknis Bantuan Pemerintah Tahun Anggaran 2017.
Bantuan sarana pascapanen yang diberikan kepada Poktan/Gapoktan/
UPJA perlu dikawal agar pemanfaatan dan pendayagunaan sarana
bantuan menjadi lebih optimal sehingga mendukung pencapaian program
swasembada pangan nasional.
b. Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Daerah (TP Provinsi)
Fasilitasi sarana pascapanen yang dialokasikan pada DIPA Tugas
Pembantuan Provinsi sejumlah 4.314 unit direvisi menjadi 4.403 unit.
Dalam rangka optimalisasi sisa anggaran di Provinsi, maka pada bulan
Mei kembali terjadi revisi, sehingga Fasilitasi sarana pascapanen di
daerah 4.459 unit, menjadi 4.476 unit pada bulan Juni, pada bulan Juli
2017 menjadi 4.490 unit, pada Bulan Agustus menjadi 4.551 unit, dan
pada Bulan Oktober menjadi 4.548 unit dengan rincian sebagai berikut :
a) Combine Harvester Kecil 500 unit.
b) Combine Harvester Sedang 672 unit, menjadi 711 unit, lalu menjadi
672 unit, dan Bulan agustus menjadi 713 unit.
c) Combine Harvester Besar 1.402 unit, menjadi 1.387 unit, direvisi
menjadi 1.433 unit dan kembali bertambah menjadi 1.442 unit, lalu
menjadi 1.443 unit, dan pada bulan agustus menjadi 1.475 unit.
d) Corn Sheller 1.306 unit, direvisi menjadi 1.312 unit, menjadi 1.316 unit,
dan selanjutnya menjadi 1.328 unit.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
8
e) Power Thresher Multiguna 405 unit (tetap)
f) Power Thresher 43 unit (revisi di Prov.Sulsel, semula tidak
dialokasikan) dan menjadi 58 unit pada bulan Agustus.
g) Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 3,5 – 6 ton/proses) 2 unit (tetap)
h) Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 10 ton/proses) 2 unit (tambahan,
semula tidak dialokasikan) menjadi 4 unit pada bulan Agustus.
i) Vertical Dryer Padi + Bangunan (kap 30 ton/proses) 2 unit (tambahan
di bulan agustus, semula tidak dialokasikan)
j) Vertical Dryer Jagung + Bangunan (kap 10 ton/proses) 2 unit
(tambahan, semula tidak dialokasikan) menjadi 5 unit pada bulan
Agustus.
k) RMU 21 unit (RMU wilayah perbatasan 20 unit dan RMU Organik 1
unit) (tetap)
l) Sarana Grading dan Packaging 6 unit (tetap)
m) Corn Combine Harvester 22 unit, menjadi 26 unit (tambahan, hasil
optimalisasi).
n) Sarana roda tiga 3 unit (tambahan di bulan Agustus, semula tidak
dialokasikan).
Pemberian fasilitasi diharapkan dapat mendukung percepatan tanam dan
panen serempak, sehingga mampu meningkatkan produksi, terobosan-
terobosan dalam rangka optimalisasi pengelolaan sarana pascapanen
sangat diperlukan melalui penguatan UPJA dan/atau pengembangan
brigade panen.
Perubahan jenis Kegiatan, Volume dan Anggaran Bantuan Sarana
Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017,
selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.
2. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen
Realisasi pelaksanaan kegiataan pengadaan sarana pascapanen tahun 2017,
sebagai berikut :
1. Realisasi Fisik
Realisasi Fisik pelaksanaan kegiatan pengelolaan sarana pascapanen
tahun 2017 sebanyak 7.818 unit 99,85% dari target 7.830 unit.
2. Realisasi Keuangan
Realisasi keuangan pelaksanaan kegiatan pengelolaan sarana
pascapanen tahun 2017 sebesar Rp.1.354.835.094.519,-, 94,32% dari
Pagu Rp. 1.436.439.882.400,-.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
9
Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tahun
2017 selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Jumlah
UnitPagu Anggaran (Rp).
Jumlah
UnitNilai Kontrak (Rp). Thd Unit Thd Rp Nilai (Rp.) % Nilai (Rp.) % Unit Rp Unit
% Thd
Kontrak
% Thd
Target
I Total Sarana + Fasilitasi Penerapan Standmut 7,890 1,437,519,882,400 7,854 1,356,343,851,519 99.54 94.35 1,354,835,094,519 94.25 1,508,757,000 0.10 17 4,740,865,000 76,435,165,881 7,818 99.54 99.09
I Sarana Pusat + Daerah 7,830 1,436,439,882,400 7,818 1,355,478,022,519 99.85 94.36 1,354,835,094,519 94.32 642,928,000 0.04 12 4,590,865,000 76,370,994,881 7,818 100.00 99.85
III Fasilitasi Penerapan Standardisasi dan Mutu 60 1,080,000,000 36 865,829,000 60.00 80.17 - - 865,829,000 80.17 5 150,000,000 64,171,000
A Pusat 3,282 670,438,299,000 3,282 598,672,005,500 100.00 89.30 598,053,005,500 89.20 619,000,000 0.09 - - 71,766,293,500 3,282 100.00 100.00
1 Combine Harvester Kecil 289 36,125,000,000 289 33,059,040,000 100.00 91.51 33,059,040,000 91.51 - - - - 3,065,960,000 289 100.00 100.00
2 Combine Harvester Sedang 150 23,951,400,000 150 23,376,400,000 100.00 97.60 23,376,400,000 97.60 - - - - 575,000,000 150 100.00 100.00
3 Combine Harvester Besar 1,159 520,700,000,000 1,159 458,101,315,000 100.00 87.98 458,101,315,000 87.98 - - - - 62,598,685,000 1,159 100.00 100.00
4 Power Thresher Multiguna 423 9,846,171,000 423 9,845,792,500 100.00 100.00 9,845,792,500 100.00 - - - - 378,500 423 100.00 100.00
5 Corn Combine Harvester 100 33,000,000,000 100 31,261,060,000 100.00 94.73 31,261,060,000 94.73 - - - - 1,738,940,000 100 100.00 100.00
6 Corn Sheller 900 25,200,000,000 900 22,883,476,500 100.00 90.81 22,883,476,500 90.81 - - - - 2,316,523,500 900 100.00 100.00
7 Power Thresher 211 4,747,500,000 211 3,596,500,000 100.00 75.76 3,596,500,000 75.76 - - - - 1,151,000,000 211 100.00 100.00
8 Moisture Tester 28 196,000,000 28 149,380,000 100.00 76.21 149,380,000 76.21 - - - - 46,620,000 28 - 100.00
9 Vertical Dryer Padi Kap. 10 Ton (SP3T) 11 7,172,228,000 11 7,072,300,000 100.00 98.61 7,072,300,000 98.61 - - - - 99,928,000 11 100.00 100.00
10 RMU dan Packing 11 4,400,000,000 11 4,280,800,000 100.00 97.29 3,661,800,000 83.22 619,000,000 14.07 - - 119,200,000 11 100.00 100.00
Bangunan RMU dan Vertical Dryer 8 4,000,000,000 8 3,946,022,000 100.00 98.65 3,946,022,000 98.65 - - - 53,978,000 8 100.00 100.00
Bangunan Pendukung SP3T 1 500,000,000 1 499,919,500 100.00 99.98 499,919,500 99.98 - - - - 80,500 - - -
Instalasi listrik 5 600,000,000 5 600,000,000 100.00 100.00 600,000,000 100.00 - - - - - - -
B Sarana Pascapanen (Daerah) 4,548 766,001,583,400 4,536 756,806,017,019 99.74 98.80 756,782,089,019 98.80 23,928,000 0.00 12 4,590,865,000 4,604,701,381 4,536 100.00 99.74
1 Combine Harvester Kecil 500 55,800,133,000 500 55,786,018,727 100.00 99.97 55,786,018,727 99.97 - - - - 14,114,273 500 100.00 100.00
2 Combine Harvester Sedang 713 102,424,423,000 703 100,030,291,097 98.60 97.66 100,030,291,097 97.66 - - 10 1,580,000,000 814,131,903 703 100.00 98.60
3 Combine Harvester Besar 1,475 525,290,570,400 1,475 524,399,605,200 100.00 99.83 524,399,605,200 99.83 - - - - 890,965,200 1,475 100.00 100.00
4 Power Thresher 58 1,237,350,000 58 1,234,850,000 100.00 99.80 1,234,850,000 99.80 - - - - 2,500,000 58 100.00 100.00
5 Power Thresher Multiguna 405 8,830,617,000 405 8,728,292,200 100.00 98.84 8,728,292,200 98.84 - - - - 102,324,800 405 100.00 100.00
6 Vertikal Dryer Padi + Bangunan (Kap 3,5 - 6
Ton) 2 1,540,000,000 2 1,449,160,000
100.00 94.10 1,449,160,000
94.10 - - - - 90,840,000 2
100.00 100.00
7 Vertical Dryer Padi + bangunan Kap. 10 Ton 4 3,740,668,000 2 1,834,067,250 50.00 49.03 1,834,067,250 49.03 - - 2 1,866,000,000 40,600,750 2 100.00 50.00
8 Vertical Dryer Padi Kap 30 ton + bangunan 2 5,695,085,000 2 5,582,500,000 100.00 98.02 5,582,500,000 98.02 - - 112,585,000 2 100.00
9 RMU daerah Perbatasan 20 12,000,000,000 20 10,359,484,092 100.00 86.33 10,335,556,092 86.13 23,928,000 0.20 - - 1,640,515,908 20 100.00 100.00
10 RMU Beras Organik 1 1,800,000,000 1 655,135,000 100.00 36.40 655,135,000 36.40 - - - 1,144,865,000 - 1 -
11Vertical Dryer Jagung + bangunan Kap. 10 Ton 5 4,230,184,000 5 4,166,800,090
100.00 98.50 4,166,800,090
98.50 - - - - 63,383,910 5
100.00 100.00
12 Corn Combine Harvester 26 8,815,410,000 26 8,815,410,000 100.00 100.00 8,815,410,000 100.00 - - - - - 26 100.00 100.00
13 Corn Sheller 1,328 32,756,592,000 1,328 32,529,545,113 100.00 99.31 32,529,545,113 99.31 - - - - 227,046,887 1,328 100.00 100.00
14 Packing Grading 6 1,735,551,000 6 1,130,158,250 100.00 65.12 1,130,158,250 65.12 - - - - 605,392,750 6 100.00 100.00
15 Sarana Roda 3 3 105,000,000 3 104,700,000 100.00 99.71 104,700,000 99.71 - - - - 300,000 3 100.00 100.00
No Nama Satuan Kerja
Katalog Elektronik/E_Purchasing
Efisiensi (Rp)
Rencana RealisasiPenyaluran
% Kontrak SP2D Belum SP2D Belum Kontrak
Tabel 3. Realisasi Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tahun 2017.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
10
Realisasi bantuan sarana pascapanen padi sebanyak 4.631 unit (99,74%)
dari target 4.643 unit, sarana pascapanen jagung sebanyak 2.359 unit
(100%) dari target 2.359 unit dan sarana pascapanen kedelai sebanyak 828
unit (100%) dari target 828 unit.
Gambar 2. Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2017
Tahapan realisasi pengadaan sarana pascapanen tahun 2017, selengkapnya disajikan pada Lampiran 2-4.
B. Pembayaran Luncuran/Tunggakan TA. 2016
Berdasarkan Inpres Nomor 8 tahun 2017 tanggal 26 Agustus 2017 tentang
Langkah-langkah Penghematan Belanja kementerian/Lembaga dalam rangka
pelaksanaan Anggaran pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun
Anggaran 2017, bahwa dalam melakukan penghematan, Menteri/Pimpinan
lembaga tetap mengamankan program prioritas yang menjadi
tanggungjawabnya. Dalam rangka pelaksanaan penghematan tersebut, terdapat
kegiatan yang sudah di kontrakkan/perjanjian namun dilakukan Selfblocking
(blokir mandiri) sehingga pembayaran dilakukan di tahun 2017 melalui tunda
bayar/pembayaran tunggakan. Kegiatan yang mengalami Tunggak bayar Senilai
Rp. 93.500.260.936,- untuk 7 Provinsi + 1 Pusat, antara lain sebagai berikut :
a. Provinsi Riau, senilai Rp. 19.552.200.000,-
Meliputi pembayaran pengadaan Combine Harvester Sedang, Power
Thresher dan Combine Harvester Kecil.
b. Provinsi Bengkulu, senilai Rp.988.182.300,-
Meliputi pembayaran pengadaan Corn Sheller dan Power Thresher
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
11
c. Provinsi Kalimantan Selatan, senilai Rp.21.266.205.000,-
Meliputi pembayaran pengadaan Combine Harvester Kecil
d. Provinsi Kalimantan Timur, senilai Rp.18.611.221.516,-
Meliputi pembayaran pengadaan Combine Harvester Kecil dan Combine
Harvester Sedang.
e. Provinsi Nusa Tenggara Timur, senilai Rp.5.729.350.120,-
Meliputi pembayaran pengadaan Combine Harvester Kecil, dan Sarana
Pengolahan Jagung
f. Provinsi DI.Yogyakarta, senilai Rp.54.710.000,-
Meliputi pembayaran Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik
g. Provinsi Sulawesi Tengah, senilai Rp.23.187.000,-
Meliputi pembayaran Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik
h. PUSAT, senilai Rp.27.275.205.000,-
Meliputi pembayaran pengadaan Combine Harvester Besar, Combine
Harvester Kecil dan Power Thresher.
Tunggak Bayar Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan yang terjadi di Tahun 2017, semuanya telah SP2D 100% pada bulan Mei
2017. Perkembangan Tunggak Bayar Kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017, selengkapnya disajikan pada
Lampiran 5.
C. Fasilitasi Sarana Pascapanen Untuk Mendukung Sentra Pelayanan
Pertanian Padi Terpadu (SP3T)
Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu (SP3T) merupakan salah satu model
integrasi pengelolaan mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari penyediaan benih,
pengolahan lahan, budidaya, sampai produksi beras serta pemanfaatan limbah
pertanian. Pembentukan SP3T mendorong kehadiran poktan/gapoktan secara
eksplisit pada basis sentra pertanian padi. Jenis sarana pascapanen untuk
mendukung SP3T antara lain : Combine Harvester, dryer, RMU, Packing dan
bangunan. Dengan SP3T ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih
bagi pelaku usaha, pemerintah, dan stakeholder lainnya. Bagi petani,
pembentukan SP3T menjadi wadah menciptakan usaha yang memiliki karakter
tangguh, berdaya saing, modern dan mandiri. Bagi pemerintah, SP3T akan
menjadi salah satu simpul penyediaan cadangan dan instrumen mengurangi
rantai pemasaran. Bagi masyarakat, SP3T diharapkan dapat memproduksi beras
yang lebih kompetitif dan berkualitas.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
12
Alokasi kegiatan SP3T ini terdiri dari 9 provinsi pada 11 kabupaten yaitu :
1). Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Langkat dan Simalungun),
2). Provinsi Lampung (Kabupaten Lampung Timur),
3). Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Banyuasin),
4). Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Ciamis),
5). Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Boyolali dan Grobogan),
6). Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Grobogan),
7). Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu),
8). Provinsi Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Sumbawa),
9). Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten Tanah Bumbu).
Realisasi kontrak sarana pascapanen untuk mendukung Sentra Pelayanan
Pertanian Padi Terpadu (SP3T) sudah 100%, namun demikian masih terdapat
alat yang belum terbayar ( belum SP2D ) sebesar Rp. 619.000.000,- yaitu berupa
alat Packing untuk 5 provinsi pada 5 kabupaten yaitu :
1) Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu)
2) Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Banyuasin)
3) Provinsi Lampung (Kabupaten Lampung Timur)
4) Provinsi Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Sumbawa)
5) Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Langkat)
Rincian tersebut tertera pada tabel berikut :
NO PROVINSI KABUPATEN JENIS ALATNILAI RUPIAH BELUM
SP2D (Rp)
1 Sulawesi Selatan Luwu Packing 126,000,000
2 Sumatera Selatan Banyuasin Packing 117,000,000
3 Lampung Lampung Timur Packing 117,000,000
4 Nusa Tenggara Barat Sumbawa Packing 135,000,000
5 Sumatera Utara Langkat Packing 124,000,000
619,000,000 TOTAL
Tabel 4. Rencana Tunda Bayar Tahun 2018.
Direncanakan, packing yang belum dapat terbayarkan pada tahun 2017 akan
ditunda bayar tahun 2018.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
13
D. Kebijakan Program dan Anggaran Sarana Anggaran Pascapanen Tanaman
Pangan
1. Panduan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
Panduan pengelolaan sarana pascapanen tanaman pangan disusun dengan
tujuan untuk : 1) Memberikan acuan dalam pengelolaan alsintan di Dinas
Pertanian Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Korem/Kodim serta poktan/gapoktan
dengan pola brigade dalam rangka pengembangan mekanisasi pertanian, 2)
Mengoptimalkan pemanfaatan bantuan alsintan baik untuk kegiatan prapanen
(pengairan, olah tanah dan tanam) maupun pascapanen, 3) Memfasilitasi
penyediaan alsintan untuk kegiatan Brigade Alsintan yang dikelola Dinas
Pertanian, Korem/Kodim dan poktan/gapoktan.
Pemanfaatan bantuan alsintan yang diterima oleh Dinas Pertanian
(Provinsi/Kabupaten/Kota), Korem/Kodim dan Poktan/Gapoktan/UPJA
dikelola dalam bentuk Brigade Alsintan, mekanisme pelaksanaannya terdiri
dari Pengorganisasian dan Pola Operasional.
2. Koordinasi Kegiatan Saranan Pascapanen Tanaman Pangan
a. Penyusunan Buku Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
Buku Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan memuat data
sebaran pascapanen tanaman pangan di 33 provinsi dalam bentuk tabel
dan peta. Buku ini menyajikan data sarana pascapanen tanaman pangan
tahun 2016-2017. Dengan buku database sarana pascapanen ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada semua
piHak terkait dan dipergunakan sebaik-baiknya untuk kemajuan
mekanisasi di Indonesia. Tujuan penyusunan buku database sarana
pascapanen tanaman pangan ini antara lain:
a. Menyediakan database bantuan sarana pascapanen tanaman pangan.
b. Memberikan informasi tentang sebaran bantuan sarana pascapanen
tanaman pangan kepada petugas dan pemangku kepentingan.
c. Sebagai informasi dasar untuk menentukan wilayah pertanian yang
berbasis mekanisasi.
b. Penyusunan Buku Cara Penggunaan/Pemeliharaan Sarana
Pascapanen Tanaman Pangan.
Buku cara penggunaan/pemeliharaan sarana pascapanen tanaman
pangan memuat cara pengoperasian dan cara perawatan sarana
pascapanen yang baik dan benar agar pada saat dioperasikan kinerja
mesin di lapangan sesuai dengan yang diharapkan. Buku ini diharapkan
dapat menjadi panduan bagi petugas dan poktan/gapoktan dalam
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
14
penggunaan maupun pemeliharaan sarana pascapanen agar operator
mesin tidak mengalami kesulitan dan dapat bekerja dengan aman
sehingga mampu mengoptimalkan kinerja alat dan mesin. Dalam buku ini
dijelaskan cara penggunaan / pemeliharaan beberapa sarana pascapanen
yaitu :
1. Power Threser/Power Threser Multiguna,
2. Corn Sheller,
3. Combine Harvester,
4. Corn Combine Harvester,
5. Dryer serta Rice Milling Unit (RMU).
Tujuan utama perawatan/pemeliharaan mesin antara lain :
1. Menjaga dan menjamin mesin dalam kondisi selalu siap pakai secara
optimal,
2. Memperpanjang umur ekonomis penggunaan mesin,
3. Mengantisipasi kerusakan yang lebih jauh lagi (fatal),
4. Menjamin efektivitas kerja mesin dan target kerja,
5. Menjamin keselamatan orang yang mengoperasikan mesin atau
mencegah resiko kecelakaan.
Klasifikasi perawatan mesin meliputi perawatan harian dan perawatan
berkala, antara lain: menyiapkan pelumas, lap, dan alat-alat lain yang
diperlukan, pembersihan dan pengecekan setelah menggunakan mesin,
mencegah bahaya tikus yang masuk kedalam mesin pengering, bersihkan
dan cek mesin setelah digunakan agar bisa dijalankan dengan mudah
pada operasi berikutnya.
E. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
a. Optimalisasi Bantuan Sarana Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
Tahun 2012 – 2017
Optimalisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2012 –
2017 dilakukan dengan tujuan untuk mendorong penerima bantuan sarana
pascapanen dalam optimalisasi pemanfaatan alsintan dari aspek teknis,
ekonomis ke arah yang lebih maju. Arah pengembangan dan pengelolaan
bantuan sarana pascapanen yaitu : meningkatkan efisiensi, biaya usahatani
terutama saat proses panen dan pascapanen, mengatasi kekurangan tenaga
kerja di pedesaan dan menciptakan lapangan kerja baru guna menarik minat
tenaga kerja muda.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
15
Kegiatan optimalisasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan
dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke beberapa provinsi
antara lain : Sumatera Utara, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Banten,
Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.
Beberapa hal yang dapat disampaikan dari hasil monitoring evaluasi
optimalisasi pemanfaatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan
yaitu:
1. Pemanfaatan dan ketersediaan alsintan masih kurang,
2. Skala usaha penggunaan alsintan belum memadai,
3. Dukungan perbengkelan masih lemah,
4. Belum mantapnya kelembagaan alsintan,
5. Kurang memahami operasionalisasi alsintan secara baik,
6. Masih rendahnya partisipasi masyarakat/swasta dalam pemanfaatan dan
pengembangan alsintan.
Berkaitan dengan hal tersebut untuk meningkatkan optimalisasi alsintan perlu
menumbuhkembangkan industri alsintan spesifik lokasi dan mendorong
penerapan alsintan sebagai usaha yang menguntungkan, mengembangkan
kelembagaan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) yang mandiri untuk
meningkatkan pendapatan petani, mengembangkan bengkel serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan alsintan.
b. SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah Sistem Pengendalian Intern yang
diselenggarakan secara menyeluruh terhadap proses perancangan dan
pelaksanaan kebijakan, serta perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan
anggaran di lingkungan pemerintahan. Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan memuat
berbagai aspek Sistem Pengendalian Internal (SPI) antara lain Lingkungan
Pengendalian, Penilaian Risiko, Kegiatan Pengendalian, Informasi dan
Komunikasi, serta Pemantauan Pengendalian Intern.
Tujuan dari SPI adalah tercapainya efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan di lingkungan Kementerian, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Program, Kegiatan, dan Output Kegiatan di Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
Kementerian Pertanian tahun 2017 ditampung seluruhnya pada DIPA Pusat
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
16
dan DIPA Dekonsentrasi (Provinsi), sedangkan untuk Kabupaten/Kota
terdapat pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat PPHTP didukung oleh
4 (Empat) Subdirektorat yaitu Subdirektorat Pascapanen, Subdirektorat
Pengolahan, Subdirektorat Standardisasi dan Mutu, Subdirektorat Pemasaran
dan Investasi serta Subbagian Tata Usaha. Beberapa titik kritis pelaksanaan
kegiatan Direktorat PPHTP antara lain: Pelaporan belum tertib, dan
keterlambatan pendistribusian buku SPI.
Pelaksanaan kegiatan Direktorat PPHTP dan titik kritis kegiatan mengacu
pada SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
Sasaran program/kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan diantaranya adalah mengamankan produksi tanaman
pangan melalui peningkatan penanganan pascapanen, peningkatan mutu,
nilai tambah dan daya saing. Permasalahan substansi dalam pencapaian
program tersebut diantaranya masih terjadinya susut hasil (looses) dan
minimnya kesadaran pelaku usaha tanaman pangan yang pada akhirnya
berpengaruh pada harga komoditi dan jaminan kesehatan produk.
Untuk mendukung pencapaian sasaran program kegiatan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, maka diperlukan
dukungan dalam hal tersebut diantaranya kebijakan penanganan pascapanen
tanaman pangan dan penerapan sistem jaminan mutu. Untuk mendukung
kegiatan tersebut, maka Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan pada tahun 2017 memberikan dukungan fasilitasi sarana
pascapanen dan sertifikasi tanaman pangan melalui dana APBN TA 2017.
Fasilitasi sarana pascapanen tanaman pangan dan sertifikasi tersebut terdiri
dari Combine Harvester Kecil, Combine Harvester Sedang, Combine
Harvester Besar, Power Thresher, Corn Combine Harvester, Corn Sheller,
Power Thresher Multiguna, Vertical Dryer Padi + Bangunan, Vertical Dryer
Jagung + Bangunan, RMU dan Packing Daerah Perbatasan + Bangunan,
RMU Beras Organik, Sarana Penanganan dan Pengemasan Beras Bermutu
(Grading dan Packing), Sertifikasi Organik, dan Sertifikasi Non Organik
(Beras Non-Organik).
Kegiatan fasilitasi sarana pascapanen dan sertifikasi dilaksanakan dengan
mengacu pada SPI Bantuan Sarana Pascapanen dan Sertifikasi Tanaman
Pangan Tahun 2017 dengan tujuan untuk mengantisipasi permasalahan dan
kendala yang dihadapi terkait dengan fasilitasi sarana pascapanen dan
sertifikasi. Lingkungan pengendalian mencakup organisasi, kebijakan, sumber
daya manusia, dan prosedur. Kegiatan Pengendalian dilaksanakan secara
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
17
periodik mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan pemanfaatan sarana
pascapanen dan evaluasi kegiatan poktan/gapoktan setelah memperoleh
sertifikat organik dan non-organik. Pengendalian dilakukan secara berjenjang
mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota. Penyelenggaraan kegiatan
pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko dan dievaluasi
secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan pengelolaan sarana
pascapanen dan sertifikasi masih sesuai dan berfungsi seperti yang
diharapkan.
c. Monev Pemanfaatan Alsintan Pascapanen Tanaman Pangan
Monev pemanfaatan alsintan pascapanen tanaman pangan dilakukan dengan
tujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan alat dan mesin pascapanen yang
diberikan oleh pemerintah kepada petani. Lokasi monev dilaksanakan pada
10 provinsi yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Sulawesi Selatan. Masing-masing provinsi yang disampling
terdiri dari 4 kabupaten. Total alat yang disampling sebanyak 400 unit yang
terdiri dari 58 unit Combine Harvester Besar, 50 unit Combine Harvester
Sedang, 62 unit Combine Harvester Kecil, 12 unit Flat Bad Dryer Padi, 14 unit
Flat Bad Dryer Jagung, 10 unit Flat Bad Dryer Kedelai, 56 unit Vertical Dryer
Padi, 58 unit Vertical Dryer Jagung, dan 80 unit RMU. Dari Hasil monev ke
lapangan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Bantuan mesin pemanen padi (Combine Harvester) harus disesuaikan
dengan kebutuhan Poktan/Gapoktan, termasuk tipe dan spesifikasi mesin
yang akan diperbantukan harus disesuaikan dengan kondisi lahannya.
2. Mendorong secepatnya kepada pihak penyedia alsin untuk membuka
cabang distributor suku cadang dan bengkel perbaikan alsin setidaknya
sampai di tingkat kabupaten.
3. Pendampingan penyedia pada saat ujicoba alsin sangat menentukan
sikap petani dalam pemanfaatan alsintan selanjutnya sehingga perlu
dilakukan secara matang dan profesional.
4. Bantuan mesin penggilingan padi (Rice Milling Unit) harus diintegrasikan
dengan bantuan mesin pengering di satu lokasi dimana poktan/gapoktan
yang mendapat bantuan diutamakan yang mempunyai kemampuan
melakukan bisnis jual beras.
5. Perlunya pendampingan kepada poktan/gapoktan dalam pengelolaan
mesin bantuan dengan melibatkan seluruh anggota kelompok sehingga
sistem kelembagaannya betul-betul bisa berjalan baik.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
18
6. Agar penggunaan peralatan lebih berHasil guna sebaiknya penerima
bantuan (Poktan/Gapoktan) melibatkan pengusaha setempat atau
anggota kelompok yang mempunyai kemampuan kewirausahaan untuk
mengelola bantuan mesin/sarana pascapanen.
7. Penyedia agar menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
Penggunaan dan Pemeliharaan Alat dan Standar Operasional Prosedur
(SOP) Penanganan jika terjadi hambatan saat operasionalisasi dalam
bentuk yang mudah dipahami oleh penerima bantuan alsintan pascapanen
dan dipasang di lokasi produksi.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
19
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN
A. Sosialisasi dan Bimbingan Sarana Pengolahan Tanaman Pangan
Dalam rangka pengembangan pengolahan tanaman pangan, perlu dilakukan
kegiatan bimbingan teknis dan sosialisasi pengolahan tanaman menuju kaidah-
kaidah Good Manufacturing Practice (GMP) kepada gapoktan/poktan penerima
bantuan sarana UPH-UPH tanaman pangan (jagung dan kedelai) pada tahun
2016, dengan jumlah bantuan sebanyak 78 unit yang dialokasikan di 22 provinsi
dengan pertimbangan kepada daerah – daerah sentra dan potensial.
Kegiatan bimbingan teknis dan sosialisasi diharapkan adanya transfer informasi
dan teknologi tentang penanganan dan pemanfaatan bantuan sarana UPH
tanaman pangan (jagung dan kedelai) yang baik dan benar sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan petugas sejalan
dengan pesatnya perkembangan teknologi di bidang pengolahan pangan.
Dengan bimbingan teknis diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM
(petugas dinas pertanian, petani/kelompok tani) yang menangani kegiatan
pengolahan tanaman pangan. Dan dengan adanya sosialisasi dan bimbingan
teknis pengolahan diharapkan petani/pelaku usaha menyadari perbaikan mutu
dimulai dari penerapan proses yang benar, tepat dan baik sesuai dengan
standard Good manufacturing Practice (GMP) selama pengolahan. Sehingga
dapat meningkatkan efisiensi, meningkatkan nilai tambah dan daya saing
komoditas tanaman pangan (jagung dan kedelai), dan pada pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di perdesaan.
Pembinaan dan Pengawalan Unit Usaha Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
tahun 2017 dilaksanakan pada beberapa provinsi penerima UPH jagung dan
kedelai tahun 2016.
Hal-hal yang disampaikan dalam bimbingan teknis pengolahan hasil tanaman
pangan mencakup dua hal yaitu: a) cara pengolahan hasil tanaman pangan yang
baik atau Good Manufacturing Practices (GMP); b) pengenalan operasional
sarana pengolahan yang dapat membantu pengolahan hasil tanaman pangan.
Penerapan GMP diharapkan menghasilkan produk pangan olahan yang bermutu,
layak dikonsumsi dan aman bagi kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
standart pengolahan yang baik sebagai berikut :
1. Lokasi (rumah produksi)
Lokasi untuk bangunan atau tempat proses pengolahan harus memenuhi
syarat: a) Tempat memadai, bebas dari pencemaran, semak belukar dan
III
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
20
genangan air; b) Tersedia sarana dan prasarana penunjang yang memadai
seperti jalan, akses pasar, sumber air bersih dan saluran pembuangan air
yang baik.
2. Bangunan UPH
Bangunan UPH harus memiliki; a) Tata letak ruang produksi cukup luas dan
mudah dibersihkan; b) Lantai dibuat dari bahan kedap air, rata, halus, tidak
licin dan mudah dibersihkan; c) Dinding dibuat dari bahan kedap air, rata,
halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas, kuat dan
mudah dibersihkan; d) Sudut lantai bangunan mudah dibersihkan; e) Langit-
langit didesain dengan baik untuk mencegah penumpukan debu, tumbuhnya
jamur, pengelupasan, bersarangnya Hama, tahan lama dan mudah
dibersihkan; f) Pintu dibuat dari bahan yang keras dan tahan lama,
permukaan halus, licin, rata, warna terang, mudah dibersihkan/desinfeksi,
membuka ke arah luar dan mudah dibuka dan dapat ditutup dengan baik.
3. Jendela
Jendela harus memiliki: a) Bahan kuat, keras tahan lama; b) Permukaan
halus, rata, terang, mudah dibersihkan/desinfeksi; c) Luas sesuai dengan
besar bangunan; d) Minimal 1 m dari permukaan lantai; e) Harus mencegah
akumulasi debu, dilengkapi kasa pencegah serangga, tikus dan lain-lain yang
mudah dibersihkan; f) Ventilasi cukup nyaman dan menjamin sirkulasi udara
dengan baik .
4. Kelengkapan ruang kerja
Kelengkapan ruang kerja harus: a) Cukup mendapat cahaya; b) Terdapat
tempat untuk mencuci tangan dilengkapi dengan sabun dan pengeringnya; c)
Tersedia perlengkapan PPPK.
5. Tempat penyimpanan (gudang).
Tempat penyimpanan bahan basah, bahan kering dan produk akhir harus
terpisah. Mudah dibersihkan, bebas dari hama/ mikroba, dan tempat
penyimpanan produk akhir harus kering.
6. Fasilitas Sanitasi harus memadai
7. Sarana pembuangan harus dilengkapi dengan saluran dan tempat
pembuangan untuk bahan (padat, cair, gas); b) Pengolahan limbah; c)
Saluran pembuangan untuk limbah terolah; d) Toilet tidak boleh terbuka
langsung ke ruang produksi/ruang pengolahan; e) Dilengkapi dengan tempat
cuci tangan.
8. Peringatan-peringatan kebersihan/saniter
Ditempel di tempat-tempat yang mudah dilihat, untuk mengingatkan setiap
pekerja.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
21
9. Gudang
Gudang harus bebas dari hewan dan serangga; sirkulasi udara harus baik;
suhu dan kelembaban harus disesuaikan dengan kondisi penyimpanan;
harus dibersihkan secara periodik (sebelum dan sesudah barang
dimasukkan).
10. Mesin dan Peralatan
a. Mesin
Tata letak mesin-mesin yang digunakan harus diatur sesuai dengan
proses produksi. Mesin-mesin yang digunakan harus dapat menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja karyawan serta tidak menimbulkan
pencemaran/ kontaminasi pada produk yang dihasilkan.
b. Peralatan produksi dan sarana kerja lainnya.
Alat yang digunakan harus memenuhi syarat teknis, tidak mudah
rusak, terkelupas atau korosif, tahan lama dan persyaratan higienis
(mudah dibersihkan), tidak mencemari produk yang diolah.
Permukaan yang bersentuhan dengan bahan olahan kedelai harus
halus, rata, tidak berlubang, tidak mengelupas, tidak berkarat dan tidak
menyerap air dan terbuat dari stainless steel
Alat-alat berbahaya harus diberi tanda
Tempat sampah harus dirancang dan ditempatkan pada tempat
terpisah untuk mencegah kontaminasi
11. Pemeliharaan Bangunan UPH dan Sarana Kerja
a. Bangunan dan fasilitasi peralatan selalu terawat dengan sanitasi yang baik
b. UPH dan produk yang dihasilkan bebas dari hama penyakit
c. Penanganan limbah dilakukan dengan baik
d. Prosedur pemeliharaan dan sanitasi selalu dimonitor
12. Kualitas produk olahan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi
bahan baku yang akan digunakan dan proses pengolahan yang dilakukan.
Oleh karena itu dalam penentuan bahan yang akan diolah harus bebas dari
cemaran hama/penyakit, pestisida dan kotoran; diproduksi dengan cara yang
baik dan higienis serta berasal dari produk pertanian yang sehat; memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan; pencucian, pembersihan, pemeliharaan
saniter harus efektif; bahan baku untuk diproses harus dipisahkan tempatnya
dengan bahan lain yang berbahaya
13. Pengemasan
Tujuan pengemasan antara lain: a) Membuat umur simpan bahan pangan
menjadi panjang; b) Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah;
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
22
c) Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan; d) Menjaga dan menjamin
tingkat kesehatan bahan pangan; e) Memudahkan distribusi/ pengangkutan
bahan pangan; f) Mendukung perkembangan makanan siap saji; g)
Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan.
Pembinaan dan pengawalan Unit Pengolahan Tanaman Pangan jagung dan
kedelai yang dilakukan ke beberapa provinsi berdasarkan anggaran dan waktu
yang tersedia adalah sebagai berikut provinsi Aceh, Jambi, Lampung, Bengkulu,
Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Uatra dengan Hasil sebagai
berikut :
a. Poktan penerima UPH jagung untuk meningkatkan nilai tambah jagung
sebagian besar diolah menjadi beras jagung (grits), pati jagung (maizena),
marning, tepung instan jagung dan keripik jagung (tortila) serta pakan ternak
sedangkan Poktan penerima UPH kedele sebagian besar mengolah tempe,
tahu, sari kedelai dan bubuk kedele, kecap serta bubuk kedelai kupas.
Bantuan sarana UPH jagung dan kedelai Tahun 2016 Usaha Pengolahan
dapat dilihat pada Lampiran 6.
b. Untuk itu poktan penerima UPH untuk mengolah bahan baku jagung dan
kedelai perlu mendapatkan jaminan kualitas dan kontuinitas produksi bahan
baku serta pasar. Dukungan selanjutnya adalah dari aspek pengelolaan
manajemen usahanya, yaitu modal, SDM, pengemasan yang eyecatcing/
menarik dilihat dan akses transportasi.
c. Sarana UPH sebagian besar sudah dimanfaatkan, dan sebagian kecil belum
dimanfaatkan, Poktan yang belum mamanfaatkan sarana UPH Jagung dan
kedele ada beberapa kendala :
Poktan Penerima UPH kedele dan jagung baru memulai usaha
pengolahan sehingga mereka belum berpengalaman dalam mengolah
produk olahan lanjutan, sewaktu uji coba mereka gagal melakukan dan
langsung trauma untuk mencoba kembali.
Poktan penerima UPH kedele dan jagung belum mengetahui dan belum
melihat potensi pasar untuk memasarkan produk olahannya sehingga
masih konsumsi sendiri.
d. Sedangkan Poktan yang sudah memanfaatkan sarana UPH, terdapat
beberapa permasalahan dalam memanfaatkan dan mengelola UPH baik dari
aspek teknis maupun manajerial :
Aspek Teknis
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
23
a) Cara pengolahan hasil tanaman pangan yang baik (GMP) belum
dilaksanakan sepenuhnya karena keterbatasan pengetahuan,
peralatan serta bangunan yang dimiliki oleh kelompok tani.
b) Sarana yang diterima kelompok tidak disimpan dalam 1 tempat dengan
alasan belum tersedia tempat yang cukup luas untuk menyimpannya.
c) Untuk kelompok yang menerima bantuan pengolahan tepung sebagian
besar mempunyai kendala di pemasaran, ada juga karena mesin yang
sudah tua.
Aspek Manajerial
a) Pengaturan tugas pada kelompok belum jelas, ketua kelompok sering
mempunyai tugas rangkap sehingga pengolahan usaha jagung/kedelai
lebih banyak dilakukan oleh Ketua/pengurus kelompok.
b) Kelompok tani masih harus terus dibimbing karena ketergantungan
kepada pemerintah dalam mengembangkan usahanya masih sangat
tinggi. Sebagai contoh petani cenderung menunggu pelatihan dari
pemerintah setempat untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan dalam pengolahan usahanya.
c) Kurangnya pelatihan pengolahan jagung dan kedelai menyebabkan
sulitnya pengembangan jagung /kedelai menjadi produk olahan
lanjutan, sehingga petani lebih memilih untuk menjual dalam bentuk
segar ke pedagang.
d) Diperlukan dukungan infrastruktur dan kelembagaan petani yang kuat
untuk mendukung kegiatan pengolahan UPH jagung dan kedelai serta
pemasarannya.
e) Pemasaran hasil olahan jagung dan kedelai masih terbatas dan
budidaya jagung/kedelai belum dilakukan secara agribisnis dan
terbatas dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Diperlukan upaya
pemerintah daerah agar menjalin kerjasama dengan pihak swasta
untuk membangun pabrik pengolahan jagung dan kedelai.
f) Kelompok belum semuanya melakukan pembukuan/administrasi/
pencatatan kegiatan kelompok sehingga masih sulit untuk
mengevaluasi apa yang sudah dilakukan kelompok.
g) Kemasan yang digunakan masih sederhana baik desain maupun jenis
kemasan, perlu adanya perbaikan sehingga bisa memperpanjang
masa simpan dan meningkatkan nilai jual.
e. Upaya Tindak Lanjut
Aspek Teknis
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
24
a) Sebaiknya pengolahan pangan dilakukan sesuai cara pengolahan hasil
tanaman pangan yang baik (GMP), perlu perbaikan sarana dan cara
pengolahan yang belum sesuai GMP secara bertahap/ prioritas.
b) Disarankan kepada poktan agar membuat bagan organisasi untuk
mengatur penanggung jawab ketersediaan bahan baku, proses
produksi dan pemasaran.
c) Disarankan tempat pengolahan terpisah dengan dapur rumah tangga,
sehingga semua tahap-tahap pengolahan dapat terpantau.
d) Alat-alat pengolahan yang rusak untuk segera diperbaiki supaya
kerusakannya tidak bertambah parah dan bisa dimanfaatkan lagi.
e) Dinas Pertanian Kabupaten diharapkan dapat membantu petani
menghubungi pihak pabrikan/penyedia untuk perbaikan sarana
pengolahan yang rusak.
f) Poktan/Gapoktan perlu dibimbing dalam pemilihan kemasan, sehingga
jenis kemasan yang digunakan sesuai dengan produk yang akan
dikemas.
g) Dalam pemberian label, poktan/gapoktan perlu bimbingan, sehingga
label yang digunakan dapat menginformasikan isi kemasan dan
mempromosikan produk, sehingga lebih menarik.
Aspek Manajerial
a) Poktan/Gapoktan akan mendapatkan pembinaan, bimbingan dan
pelatihan dari Pusat bersama Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten
tentang manajemen kelompok, pencatatan keuangan, dan pencatatan
semua proses yang dilakukan dalam pengolahan pangan.
b) Petugas penyuluh agar memberikan sosialisasi pengolahan jagung
dan kedelai yang baik (sesuai GMP) secara intensif kepada petani
jagung dan kedelai dan KWT lainnya agar produk yang dihasilkan
memiliki kualitas sesuai standar mutu dan keamanan pangan sehingga
mampu berdaya saing di pasar bebas.
c) Unit Pengolahan Usaha (UPH) jagung dan kedele perlu dikembangkan
dengan berbasis bisnis, untuk menuju pengembangan usaha tersebut
kelompok petani penerima perlu pelatihan enterpenurship.
Bahan Informasi pengolahan hasil tanaman pangan tahun 2017 berupa leaflet
yang terdiri dari 1) Leaflet Aneka Ubi Jalar, 2) Leaflet Brownies Tempe, 3) Leaflet
Olahan Jagung (Tortila) dan berupa buku terdiri dari 1) Buku Manajemen Sari
kedelai, 2) Buku Manajemen Usaha Ubi Jalar, 3) Buku Manajemen Usaha
Pengolahan Jagung.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
25
a. Tujuan bahan informasi berupa leaflet yaitu memberikan informasi kepada
pelaku usaha/poktan, petugas atau stakeholder mengenai teknologi
pengolahan kedele dan jagung sehinga komoditi jagung dan kedele dapat
meningkatkan nilai tambah dan pendapat bagi yang petani yang mengolah
usaha tersebut serta meningkatkan diversifikasi pangan.
b. Tujuan buku informasi manajemen usaha tanaman pangan khususnya
kedele, ubi jalar dan jagung adalah bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai manajemen pengolahan dan analisa usaha olahan kedelai, ubi jalar
dan jagung, sedangkan sasarannya adalah adalah pelaku
usaha/poktan/gapoktan pengolah kedelai khususnya sari kedelai, ubi jalar
dan jagung.
c. Manajemen pengolahan adalah suatu suatu cara untuk mengatur atau
mengelola semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu unit usaha dalam
rangka mencapai tujuan yaitu untuk mendapatkan nilai tambah yang
maksimal, meliputi Manjemen Kelembagaan, Manajemen SDM, Manajemen
Permodalan, Manajemen Proses Produksi dan Manajemen Pemasaran.
d. Manajemen Pengolahan sari kedele Sebagai ilustrasi melakukan kunjungan
lapangan ke pelaku usaha pengolahan sari kedele yaitu “Minuman Sehat
Sari Kedelai Bu Ade” yang berlokasi di Jl. Panuluh 379-A, Condong Catur,
Depok, Yogyakarta.
e. Manajemen Pengolahan usaha ubi jalar Sebagai ilustrasi melakukan
kunjungan lapangan ke pelaku usaha Sentra Pengembangan Agribisnis
Terpadu (SPAT) di Jalan Raya Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
f. Manajemen Pengolahan Jagung Sebagai ilustrasi melakukan kunjungan
lapangan ke pelaku usaha pengolahan jagung.
B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Pengolahan Tanaman Pangan
a. Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kab. Cianjur
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Pada Tahun
2017 telah mengalokasikan Kegiatan Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu
di Kabupaten Cianjur dalam bentuk DIPA Dekonsentrasi dan DIPA Tugas
Pembantuan Provinsi yang dialokasikan di Provinsi Jawa Barat dan
Kabupaten Cianjur. Evaluasi terhadap hasil pembinaan Tim SIPP penting
untuk dilakukan sebagai dasar pertimbangan penyusunan rencana kegiatan
pada tahun yang akan datang.
Untuk mewujudkan sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan di lokasi Pilot
Project SIPP, selain ketersediaan sarana yang memadai dan dukungan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
26
teknologi juga perlu menguatkan pilar Sumber Daya Insani melalui
pembangunan sistem pendidikan dan pelatihan untuk mewujudkan petani
tangguh. Pembinaan kelembagaan petani perlu dilakukan secara
berkesinambungan, diarahkan pada perubahan pola pikir petani dalam
menerapkan sistem agribisnis. Pembinaan kelembagaan petani juga
diarahkan untuk menumbuhkembangkan poktan dan gapoktan dalam
menjalankan fungsinya, serta meningkatkan kapasitas poktan dan gapoktan
melalui pengembangan kerjasama dalam bentuk jejaring dan kemitraan.
Rincian Kegiatan Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Tahun 2017
selengkapnya disajikan pada matrik berikut :
Alokasi bantuan pemerintah Pusat kepada Poktan/Gapoktan yang telah
diberikan pada tahun 2014, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
Cibinong Sindang Barang Cidaun
Mekar Laksana Usaha Mandiri Mitra Usaha
1 Alat Pembuat Chips 1 Paket 1 Paket 1 Paket
2 Alat Penepung - - 1 unit
Bibit Ubikayu
(Rp. 3 juta/ha)
4 Stimulan untuk pembelian Ubikayu 1 Juta 1 Juta 1 Juta
5 Bantuan LainnyaPembuatan rintisan
perpipaan 5 juta-
Rintisan kebun sayur
di pekarangan 1 juta
3100 Ha 50 Ha 50 Ha
Kecamatan/Nama Poktan/ Gapoktan
No. Uraian
Tabel 5. Alokasi Bantuan Pemerintah Pusat di Lokasi SIPPTahun 2014
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
27
KelembagaanUnit
Usaha
Usaha
Lainnya
1Mekar Laksana,
Kec. Cibinong27,2 18,8 16 62,0
2
Usaha Mandiri,
Kec. Sindang
Barang
19,6 26 16 61,6
3Mitra Usaha, Kec.
Cidaun21,2 34,4 5 60,6
Nama Gapoktan/
KecamatanNo
Nilai Score
Jumlah
Sasaran Indikator Keberhasilan Kegiatan pembinaan di pusat, provinsi dan
kabupaten pada tahun 2017 adalah:
a. Terlaksananya pembinaan kelompok tani di lokasi Pilot Project SIPP
Ubikayu,
b. Terwujudnya peningkatan nilai tambah ubikayu bagi masyarakat
Kabupaten Cianjur melalui pengembangan usaha berbasis ubikayu.
Hasil Pembinaan Pilot Project SIPP di Kecamatan Cibinong, Kecamatan
Sindangbarang dan Kecamatan Cidaun disampaikan dalam matrik dibawah
ini:
Keterangan: Jumlah score tertinggi : 100% Bobot Kelembagaan : 40% Bobot Unit Usaha : 40% Bobot Usaha lainnya : 20%
Dari hasil analisa hasil monitoring dan evaluasi Tahun 2017 pada matrik
diatas, kondisi poktan/gapoktan dari aspek kelembagaan yang terbaik adalah
poktan Mekar Laksana Kecamatan Cibinong dengan nilai score 27,2. Untuk
aspek pengelolaan Unit Usaha yang mempunyai nilai score tertinggi adalah
Gapoktan Mitra Usaha Kecamatan Cidaun dengan nilai 34,4. Sedangkan
aspek Usaha lainnya yang dimiliki poktan dan gapoktan 2 poktan mempunyai
nila scroe yang sama yaitu 16. Dari hasil 3 aspek indicator monitoring setelah
dianalisa yang mempunyai nilai tertinggi adalah poktan Mekar Laksana di
Kecamatan Cibinong. Kegiatan Pilot Project SIPP secara kelembagaan cukup
baik karena meskipun tidak ada bantuan/stimulant dari APBN/APBD,
kelompok tetap berjalan namun dalam pengembangan usaha untuk dapat
memberikan nilai tambah bagi anggotanya masih belum dapat diwujudkan.
b. Pengawalan UPSUS PJK
Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian
swasembada pangan antara lain: (1) alih fungsi dan fragmentasi lahan
pertanian; (2) rusaknya infrastruktur/ jaringan irigasi; (3) semakin
berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta kurangnya
peralatan mekanisasi Pertanian (alat dan mesin pertanian); (4) masih
tingginya susut hasil (losses); (5) belum terpenuhinya kebutuHan pupuk dan
benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi enam tepat
(tepat waktu, jumlah,kualitas, jenis, harga, dan lokasi; (6) lemahnya
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
28
permodalan petani, (7) Harga komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan
hasil pada saat panen raya.
Presiden RI melalui Program Nawacita telah menetapkan target swasembada
padi, jagung dan kedelai pada Tahun 2017. Program Upaya Khusus (Upsus)
peningkatan produksi padi jagung kedelai tahun 2015 telah digulirkan oleh
Kementerian Pertanian sebagai dukungan terhadap program Nawacita bidang
Kedaulatan Pangan. Program Upsus diwujudkan dalam dukungan beberapa
program kegiatan yang dialokasikan bagi kawasan dan non kawasan sentra
tanaman pangan di seluruh Indonesia. Adapun target produksi yang harus
dicapai pada tahun 2016 adalah produksi padi 81,01 juta ton, jagung 24 juta
ton, dan kedelai 1,50 juta ton.
Dalam rangka upaya khusus peningkatan produksi padi, salah satu program
yang dilaksanakan yaitu pengembangan jaringan irigasi yang merupakan
faktor penting dalam proses usahatani yang berdampak langsung terhadap
kualitas dan kuantitas tanaman khususnya padi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No. 709/Kpts/OT.050/10/2017
tanggal 25 Oktober 2017 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja
Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai Melalui Program
Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, dalam lampiran
keputusan tersebut, Direktur PPHTP menjadi penangung jawab Kabupaten
Barito Utara, Barito Selatan dan Barito Timur di Provinsi Kalimantan Tengah,
Kasubdit Pemasaran dan Investasi menjadi penanggung jawab Kabupaten
Aceh Besar, Piddie, Piddie Jaya dan Aceh Jaya di Provinsi Aceh, Kasubdit
Mutu dan Standardisasi menjadi penanggung jawab Kabupaten Tanah Datar,
Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluhkota, Kota Padang dan Kota Padang
Panjang di Provinsi Sumatera Barat, Kasubdit Pengolahan menjadi
penanggung jawab Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Ogan Komering Ilir dan
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur di Provinsi Sumatera Selatan,
Kasubdit Pascapanen di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin
dan Kabupaten Barito Kuala Provinsi Kalimantan Selatan.
Pencapaian Luas Tambah Tanam (LTT) untuk berbagai komoditi dapat
digambarkan sebagai berikut:
1. Kabupaten Aceh Besar
a. Komoditi padi sebesar 49.655 hektar atau 100,2% dari target 49.578
hektar dan meningkat 77 hektar dibanding tahun 2016.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
29
b. Komoditi jagung sebesar 173 hektar atau 6,2% dari target 2.809 dan
kurang 2.636 hektar dibanding tahun 2016.
c. Komoditi kedelai sebesar 483 hektar atau 94,1% dari target 513 dan
kurang 30 hektar dibanding tahun 2016.
2. Kabupaten Pidie
a. Komoditi padi sebesar 48.413 hektar atau 95,6% dari target 50.642
hektar dan berkurang 2.229 hektar dibanding tahun 2016.
b. Komoditi jagung sebesar 225 hektar atau 19,6% dari target 1.301 dan
kurang 1.046 hektar dibanding tahun 2016.
c. Komoditi kedelai sebesar 162 hektar atau 23,1% dari target 704 dan
kurang 542 hektar dibanding tahun 2016.
3. Kabupaten Pidie Jaya
a. Komoditi padi sebesar 17.071 hektar atau 99,9% dari target 17.094
hektar dan berkurang 23 hektar dibanding tahun 2016.
b. Komoditi jagung sebesar 1.441 hektar atau 81,1% dari target 1.778
hektar dan berkurang 337 hektar dibanding tahun 2016.
c. Komoditi kedelai sebesar 315 hektar atau 16,6% dari target 1.897 dan
kurang 1.582 hektar dibanding tahun 2016.
Keberhasilan peningkatan luas tambah tanam untuk komoditi padi tidak
terlepas dari besarnya keuntungan yang diperoleh dari budidaya padi.
Disamping itu, kegiatan budidaya padi dianggap lebih mudah
dibandingkan budidaya jagung dan kedelai.
Biaya produksi padi untuk satu hektar rata-rata Rp. 14.000.000,00 (empat
belas juta rupiah) atau setara Rp. 2.600,00 per kg GKG. Dengan harga
Pembelian Pemerintah (HPP) 4.600, maka petani sudah untung sekitar
Rp. 2.000,00 per kg atau sekitar Rp. 11.000.0000,00 per hektar per
musim.
Padahal rata-rata Harga GKG di Aceh Besar berada di atas HPP,
sehingga minat petani Aceh Besar, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie
Jaya terus meningkat dalam melakukan budidaya padi.
4. Kabupaten Agam
Pencapaian luas tambah tanam Kabupaten Agam periode Oktober 2016–
September 2017 melalui program UPSUS sebesar 71.502 Ha dengan luas
panen (Jan-Sept 2017) seluas 55.909 Ha dengan perkiraan produksi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
30
mencapai 434.082 ton GKG (akhir tahun 2017). Dalam mendukung
capaian tersebut, Pemerintah Pusat dan Kabupaten Agam telah
memberikan bantuan benih padi untuk 3.000 Ha sawah dan melakukan
perbaikan irigasi sawah seluas 950 Ha yang tersebar di 16 kecamatan,
bantuan alat mesin pertanian sebanyak 130 unit, terdiri dari traktor tangan
33 unit, mesin perontok padi satu unit, mesin penyemprot hama tanaman
64 unit, pompa air 25 unit, dan cultivaktor atau mesin pengolah tanah lima
unit. Dukungan aparat TNI dan penyuluh di Kabupaten Agam turut
membantu dalam pencapaian tersebut.
5. Kabupaten Tanah Datar
Potensi pertanian khususnya tanaman pangan (padi dan jagung) cukup
luas, sebagaian besar mata pencaHarian penduduk di kabupaten Tanah
datar adalah petani. Luas sawah di Kabupaten Tanah Datar mencapai
22.945 Ha dengan rata-rata indeks pertanaman 2,42. Pencapaian luas
tambah tanam Kabupaten Tanah Datar periode Oktober 2016 –
September 2017 melalui program UPSUS sebesar 54.512 Ha dengan luas
panen (Jan-Sept 2017) seluas 39.094 Ha.
6. Kabupaten Limapuluh Kota
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki potensi pertanian khususnya
tanaman pangan yang cukup luas, luas laHan sawah mencapai 23.769 Ha
dengan rata-rata indeks pertanaman 2 kali dalam setahun. Pencapaian
luas tambah tanam Kabupaten Lima Puluh Kota periode Oktober 2016–
September 2017 melalui program UPSUS sebesar 42.325 Ha dengan luas
panen (Jan-Sept 2017) seluas 30.979 Ha.
7. Kota Bukittinggi dan Kota Padangpanjang
Wilayah Kota Bukitinggi dan Kota Padang Panjang merupakan wilayah
perkotaan yang hanya memiliki luas sawah seluas masing-masing 389 Ha
dan 630 Ha yang secara potensi sangat kecil dalam pengembangan
tanaman pangan.
Pencapaian luas tambah tanam Kota Bukittinggi periode Oktober 2016–
September 2017 melalui program UPSUS sebesar 779 Ha dengan luas
panen (Jan-Sept 2017) seluas 547 Ha. Pencapaian luas tambah tanam
Kota Padang Panjang periode Oktober 2016 – September 2017 melalui
program UPSUS sebesar 1.730 Ha dengan luas panen (Jan-Sept 2017)
seluas 1.393 Ha.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
31
8. Kabupaten Ogan Ilir
Kabupaten Ogan Ilir mendapatkan alokasi bantuan kegiatan utama Upsus
2017 meliputi pengembangan budidaya padi Inbrida seluas 1.500 Ha dan
bantuan Combine Harvester Besar sebanyak 17 unit, Brigade Pusat 3 unit
dan pengembangan jagung hibrida seluas 1.000 Ha
Pencapaian produksi padi tahun 2016 (atap) adalah 752.328 ton Gabah
Kering giling dan produktivitas 43.69 kw/Ha dari luas panen 173.857,7 Ha,
sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2017 (Aram II) mengalami
penurunan menjadi 226.926 ton Gabah Kering Giling dengan produktivitas
43.60 kw/Ha dari luas panen 53.165 Ha.
Pencapaian produksi jagung tahun 2016 (atap) adalah 1.322 ton pipilan
kering dan produktivitas 56,57 kw/Ha dari luas panen 233,7 Ha,
sedangkan pencapaian produksi jagung tahun 2017 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 1.848 ton pipilan kering dengan produktivitas 37,35
kw/Ha dari luas panen 492 Ha.
Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 (ATAP) adalah 275 ton biji kering
dan produktivitas 14,71 kw/Ha dari luas panen 187 Ha, sedangkan
pencapaian produksi kedelai tahun 2017 (ARAM II) mengalami penurunan
menjadi 0 ton pipilan kering dan produktivitas 0 kw/Ha dari luas panen 0
Ha, Hal ini dikarenakan petani tidak berminat untuk bertanam kedelai
karena biaya operasional tinggi, provitas rendah dan tidak ada jaminan
pasar atau harga sehingga kurang menguntungkan dibanding komoditas
jagung.
9. Kabupaten Ogan Komering Ilir
Kabupaten Ogan Komering Ilir mendapatkan alokasi bantuan kegiatan
utama Upsus meliputi Pengembangan irigasi rawa lebak/pasang surut
seluas 40.000 Ha, Rehabilitasi jaringan irigasi (RJI) seluas 815 Ha,
perluasaan sawah seluas 11.000 Ha, Opimasi rawa gambut seluas 500
Ha, Intensifikasi padi inbrida jajar legowo seluas 9.500 Ha, ektensifikasi
padi inbrida jajar legowo seluas 78.875 Ha, pengembangan padi melalui
budidaya Hazton seluas 25 Ha, Pengembangan jagung hibrida seluas
7.000 Ha, Bantuan Traktor Roda-2 385 Unit, Pompa air 67 unit, Rice
Transplanter 40 unit, Combine Harvester Sedang 26 unit, Combine
Harvester Besar 46 Unit dan Brigade Pengadaan Pusat 10 unit.
Pencapaian produksi padi tahun 2016 (ATAP) adalah 752.378 ton Gabah
Kering Giling dan produktivitas 43,28 kw/Ha dari luas panen 173.857 Ha.
sedangkan pencapaian produksi jagung tahun 2017 (ARAM II) mengalami
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
32
penurunan menjadi 683.100 ton pipilan kering dan produktivitas 43,60
kw/Ha dari luas panen 144.244 Ha.
Pencapaian produksi jagung tahun 2016 (ATAP) adalah 8.967 ton pipilan
kering dan produktivitas 39,45 kw/Ha dari luas panen 2.273 Ha,
sedangkan pencapaian produksi jagung tahun 2017 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 45.241 ton pipilan kering dan produktivitas 35,04
kw/Ha dari luas panen 9.011 Ha.
Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 (ATAP) adalah 1.550 ton biji
kering dan produktivitas 24,92 kw/Ha dari luas panen 622 Ha, sedangkan
pencapaian produksi kedelai tahun 2017 (ARAM II) mengalami penurunan
menjadi 336 ton pipilan kering dan produktivitas 20,29 kw/Ha dari luas
panen 360 Ha.
10. Kabupaten OKU Timur
Kabupaten OKU Timur mendapatkan alokasi bantuan kegiatan utama
upsus meliputi Rehabilitasi jaringan irigasi (RJI) seluas 4.000 Ha,
perluasaan sawah seluas 500 Ha, Pengembangan paddi melalui budidaya
padi Hazton seluas 25 Ha, intensifikasi padi inbrida jajar legowo seluas
13.500 Ha, ekstensifikasi padi inbrida seluas 22.175 Ha, padi hibrida
seluas 1.000 Ha, Pengembangan jagung hibrida seluas 7.300 Ha,
Bantuan Traktor Roda-2 246 Unit, Pompa air 49 unit, Rice Transplanter
31 unit, Combine Harvester Kecil 10 unit, Combine Harvester Sedang 20
Unit, Corn Combine Harvester 1 unit, Corn Sheller 45 Unit, Power
Thereser 3 unit, Power Thsreser Multiguna 34 Unit, Fasilitasi RMU 1 unit
dan Rehab Bangunan RMU 1 unit.
Pencapaian produksi padi tahun 2016 (ATAP) adalah 813.956 ton Gabah
Kering Giling dan produktivitas 58,72 kw/Ha dari luas panen 138.612 Ha,
sedangkan pencapaian produksi padi tahun 2017 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 908.550 ton Gabah Kering Giling dan produktivitas
63,73 kw/Ha dari luas panen 170.223 Ha.
Pencapaian produksi jagung tahun 2016 (ATAP) adalah 59.212 ton pipilan
kering dan produktivitas 61,92 kw/Ha dari luas panen 9.563 Ha,
sedangkan pencapaian produksi jagung tahun 2017 (ARAM II) mengalami
kenaikan menjadi 153.181 ton pipilan kering dan produktivitas 80,88
kw/Ha dari luas panen 20.219 Ha.
Pencapaian produksi kedelai tahun 2016 (ATAP) adalah 1.050 ton biji
kering dan produktivitas 10,16 kw/Ha dari luas panen 1.033 Ha,
sedangkan pencapaian produksi kedelai tahun 2017 (ARAM II) mengalami
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
33
kenaikan menjadi 1.121 ton pipilan keing dan produktivitas 10,50 kw/Ha
dari luas panen 916 Ha.
11. Kabupaten Barito Kuala
Angka luas tanam padi tahun 2017 mengalami peningkatan 4.495 ha
dibandingkan luas tanam tahun 2016, dan bila dibandingkan dengan tahun
2015 mengalami peningkatan 5.342 ha. Angka luas panen padi tahun
2017 mengalami peningkatan 1.575 ha dibandingkan luas panen tahun
2016, kalau dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami peningkatan
4.138 ha. Produktivitas padi tahun 2017 mengalami peningkatan 0,09
kwintal/ha dibandingkan produktivitas padi tahun 2016, kalau
dibandingkan dengan tahun 2015 mengalami peningkatan 0,76 kwintal/ha.
Produksi padi tahun 2017 mengalami peningkatan 6.602 ton dibandingkan
produksi padi tahun 2016, kalau dibandingkan dengan tahun 2015
mengalami peningkatan 17.354 ton.
Analisa penyebab keberhasilan penambahan luas tanam padi pada tahun
2016 adalah :
Keberhasilan penambahan luas tanam di tahun 2017 ditentukan oleh
luas penanaman padi di musim tanam musim hujan 2016/2017 atau
pertanaman pada musim tanam Oktober 2016 – Maret 2017 yaitu
tanam padi Okt-Mar seluas 76.453 ha sedangkan tanam Okt-Mar
2015/2016 seluas 54.437 ha atau mengalami peningkatan seluas
22.016 ha.
Keberhasilan luas tanam di tahun 2016 ini juga didukung dengan
keadaan iklim dan cuaca yang bersahabat dengan tanaman dan
serangan OPT yang tidak terlalu besar.
Keberhasilan penambahan luas tanam sendiri tidak bisa dipisahkan
dengan peran pengawalan dari para Penyuluh Pertanian, Mantri tani,
Petugas Dinas Pertanian dan para Babinsa yang terus mengawal
perkembangan tanaman padi di lapangan.
Realisasi kinerja Jagung tahun 2017 apabila dibandingkan dengan angka
sasaran 2016 dan atau target jangka menengah yang ada di dokumen
renstra SKPD (target th 2018) mengalami peningkatan mencapai 170
persen untuk kinerja luas tanam, sementara untuk kinerja produktivitas
mencapai 122,25 persen dan produksi mencapai 106,96 persen. Namun
untuk kinerja luas panen jagung hanya mencapai 87,42 persen.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
34
Sementara apa bila dibandingkan dengan ATAP 2016 dan 2015, realisasi
kinerja jagung tahun 2017 mengalami peningkatan mencapai 157 persen
(Atap 2015) dan 221 persen (atap 2014) untuk luas tanam, sementara
untuk luas panen mencapai 118 persen (Atap 2015) dan 369 persen (atap
2014), untuk produktivitas mencapai 111 persen (Atap 2015) dan 143
persen (atap 2014) dan untuk peningakatan produksi mencapai 131
persen (Atap 2015) dan 532 persen (atap 2014). Keberhasilan capaian
kinerja jagung ditahun 2016 ini tidak lepas dari pengawalan dari para
Penyuluh Pertanian, Mantri tani, Petugas Dinas Pertanian dan para
Babinsa yang terus mengawal perkembangan tanaman padi di lapangan.
Realisasi kinerja luas tanam Kedelai tahun 2017 apabila dibandingkan
dengan angka sasaran 2017 dan atau target jangka menengah yang ada
di dokumen renstra SKPD (target th 2017) mengalami peningkatan
mencapai 104,80 persen, sementara untuk kinerja luas panen hanya
mencapai 73,67 persen, produktivitas hanya mencapai 99,15 persen dan
produksi hanya mencapai 73 persen.
Namun apa bila dibandingkan dengan Atap 2016 dan 2015, realisasi
kinerja Kedelai tahun 2017 jauh mengalami peningkatan mencapai 15,41
persen (Atap 2015) dan 6,81 persen (atap 2014) untuk luas tanam,
sementara untuk luas panen mencapai 72,20 persen (Atap 2015) dan
90,25 persen (atap 2015), untuk produktivitas mencapai 1,12 persen
(Atap 2015) dan 1,26 persen (atap 2015) dan untuk peningakatan
produksi mencapai 77,50 persen (Atap 2016) dan 116,25 persen (atap
2015).
Melejitnya capaian realiasi kinerja kedelai Tahun 2017 dibandingkan tahun
2015 dan 2014 tidak lepas dari adanya kegiatan Budidaya Kedelai
teknologi jenuh air yang dibiayai dari dana APBN seluas 500 Hektar yang
dilaksanakan di lima kecamatan yakni kecamatan Anjir pasar seluas 127
Ha, kecamatan Wanaraya seluas 253 Ha, Kecamatan Rantau Badauh
Seluas 35 Ha, Kecamatan Cerbon seluas 25 Ha dan kecamatan
Marabahan seluas 60 Ha, dan yang tidak kalah penting dan tidak bisa
dipisahkan dengan peran pengawalan dari para Penyuluh Pertanian,
Mantri tani, Petugas Dinas Pertanian dan para Babinsa yang terus
mengawal perkembangan tanaman padi di lapangan.
Namun demikian capaian realiasi kinerja luas panen, produktivitas dan
produksi Kedelai Tahun 2017 dibandingkan dengan dengan angka
sasaran 2017 dan atau target jangka menengah yang ada di dokumen
renstra SKPD (target th 2017) masih belum mencapai targetnya
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
35
dikarenakan kondisi cuaca yang kurang mendukung di saat musim
pertanaman kedelai dibulan April dan mei sehingga ada sebagian areal
pertanaman yang sempat tergenang sehingga berpengaruh terhadap hasil
produksi yang dicapai.
Sementara strategi yang akan dilakukan agar kendala diatas dapat diatasi
dan atau diminimalisir dampaknya terhadap peningkatan produksi untuk
tahun tahun mendatang diupayakan lokasi yang akan digunakan untuk
areal pertananaman draniase dan atau saluran airnya dapat berfungsi
dengan baik sehingga dapat mengeluarkan air yang tergenang di areal
pertanaman disaat terjadi hujan yang cukup deras dan lama serta terjadi
air pasang.
12. Kabupaten Tapin
Pencapaian produksi padi tahun 2017 adalah 391,697 ton Gabah Kering
Giling dan produktivitas 5,20 ton/Ha dari luas panen 75,302 Ha, dengan
sasaran produksi 377,019 ton GKG dan produktivitas 4,67 ton/Ha capaian
produksi tahun 2016 mengalami peningkatan 23% dibanding dengan
capaian produksi padi tahun 2015 adalah 301,122 ton Gabah Kering
Giling dan produktivitas 4,77 ton/Ha dari luas panen 63,090 Ha.
Pencapaian produksi Jagung tahun 2017 adalah 1.840 ton (biji kering) dan
produktivitas 3,45 ton/Ha dengan luas panen 533 Ha, dengan sasaran
produksi 3,451 ton dan produktivitas 3,55 ton/Ha, produksi 2016
mengalami penurunan dibanding dengan produksi tahun 2015 adalah
2,878 ton (biji kering) dan produktivitas 2,42 ton/Ha dengan luas panen
840 Ha.
Pencapaian produksi kedelai tahun 2017 adalah 909 ton (biji kering) dan
produktivitas 8,06 ton/Ha dengan luas panen 1,128 Ha. Mengalami
penurunan disbanding produksi tahun 2015 adalah 965 ton (pipilan kering)
dan produktivitas 1,24 ton/Ha dengan luas panen 776 Ha.
13. Kabupaten Hulu Sungai Selatan
Pencapaian produksi padi tahun 2016 adalah 261,847 ton Gabah Kering
Giling dan produktivitas 5,06 ton/Ha dari luas panen 51,723 Ha, dengan
sasaran produksi 244,039 ton GKG, dan produktivitas 4,77 ton/Ha,
sedangkan capaian produksi padi tahun 2015 adalah 232,950 ton Gabah
Kering Giling, produktivitas 4,94 ton/Ha dari luas panen 47,146 Ha.
Pencapaian produksi Jagung tahun 2017 adalah 440 ton (biji kering) dan
produktivitas 4,17 ton/Ha dengan luas panen 105,50 Ha dari sasaran
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
36
produksi 4,600 ton dengan produktivitas 4,74 ton/Ha, sedangkan produksi
Jagung tahun 2016 adalah 5,093 ton (biji kering), produktivitas 4,61 ton/Ha
dari luas panen 1,104 Ha.
Pencapaian produksi kedelai tahun 2017 adalah 2 ton (pipilan kering) dan
produktivitas 1,08 ton/Ha dengan luas panen 2 Ha, sedangkan produksi
tahun 2015 adalah 36 ton, produktivitas 1,28 ton/Ha dari luas panen 28
Ha. Kondisi wilayah yang umumnya laHan lebak pada tahun 2017
mengalami banjir/ Puso untuk waktu tanam jagung dan kedelai, sehingga
tidak dapat melaksanakan pertanaman.
Pembinaan UPSUS Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai yang
dilakukan di Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Kalimantan
Selatan periode Bulan Oktober 2016 – Maret 2017 mengalami banyak
kendala diantaranya perubahan iklim di Indnesia yang terjadi sehingga luas
tambah tanam padi, jagung dan kedelai mengalami penurunan. Selain itu
irigasi di provinsi itu tidak berfungsi secara optimal. Sedangkan untuk periode
Bulan April – September 2017 mengalami peningkatan yang cukup baik
dikarenakan kondisi iklim yang baik dan koordinasi antara Pusat dan daerah
sangat kondusif serta didukung oleh peran serta dari aparat TNI serta
penyuluh di lapangan yang sangat intensif.
Peningkatan produktivitas dapat ditingkatkan dengan menambah alokasi
pupuk bersubsidi, bantuan benih unggul terutama benih hibrida, perbaikan
infrastruktur pertanian dan melaksanakan mekanisasi pertanian.Keterbatasan
sumberdaya manusia ditingkat lapangan, yaitu Penyuluh Pertanian Lapangan
(PPL), Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) dan
Pengawas benih yang dirasakan masih kurang sehingga perlu adanya
rekrutmen PNS untuk jabatan fungsional tersebut. Perlu adanya peningkatan
koordinasi lintas sektoral dalam mendukung program UPSUS.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
37
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT STANDARDISASI DAN MUTU
A. Kebijakan Program dan Anggaran Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman
Pangan
a. Perumusan dan Fasilitasi Kesekretariatan SNI/Permentan Tanaman
Pangan
Sekretariat sebagai unsur penunjang dalam mengelola Panitia Teknis/Sub
Panitia Teknis perumusan SNI mempunyai peranan yang penting untuk
mengkoordinasikan dan mengelola kegiatan serta bertanggungjawab atas
sumber daya dan pendanaan yang diperlukan selain itu juga merupakan
contact point antara PT dan BSN.
Sekretariat harus memiliki kriteria sebagai berikut :
a. Adanya komitmen dari pimpinan institusi untuk berpartisipasi dan
mengkoordinasikan kegiatan PT
b. Tersedianya sumber daya manusia yang cukup dan kompeten,
sarana/prasarana, dan sumber pendanaan untuk pengelolaan kegiatan
yang diperlukan
c. Memiliki editor RSNI yang memadai baik kompetensi dan jumlah
d. Memiliki personel penghubung (liason) antar PT
e. Memiliki alamat yang jelas, disertai dengan nomor telepon, faksmili dan
alamat email
Sebagai instansi teknis yang salah satu kegiatannya melakukan kegiatan
standardisasi yaitu perumusan SNI dan memiliki kriteria yang diperlukan
sebagai sekretariat maka akan mengusulkan fasilitasi sekretariat PT/SPT
dalam rangka memperlancar kegiatan tersebut dan sebagai penghubung
PT/SPT dengan BSN. Berikut kegiatan terkait perumusan dan kesekretariatan
tanaman pangan sebagai berikut :
1). Rapat Teknis KOMTEK 65-11 Tanaman Pangan Terkait Revisi SNI
Beras
a) Rapat dipimpin oleh Batara Siagian, SP, MAB Kasubdit Standardisasi
dan Mutu dan juga selaku ketua Komite Teknis 65-11 Tanaman
Pangan serta dihadiri oleh perwakilan Komite Teknis Tanaman Pangan
dan Badan Standardisasi Nasional. Rapat dilaksanakan tanggal 11
September 2017 di Aula Direktorat PPHTP.
b) Poin-poin pembahasan revisi SNI beras sebagai berikut :
a. Kementerian Pertanian mengusulkan perubahan judul SNI yang
semula beras menjadi beras non organik. Perubahan ini dikarenakan
IV
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
38
beras organik sudah diatur dalam SNI 6729:2017 Sistem Pertanian
Organik.
b. Pada bagian acuan normatif ditambahkan SNI 7385 Batas maksimum
kandungan mikotoksin dalam pangan dan SNI 7388 Batas maksimum
cemaran mikroba dalam pangan.
c. Pada bagian klasifikasi beras yang semula digolongkan 4 kelas mutu
(premium, medium 1, medium 2, medium 3) menjadi 2 kelas mutu
(premium dan medium) disesuaikan dengan Permentan No. 31 tahun
2017 tentang penetapan jenis beras yaitu hanya menjadi Beras
Premium dan Beras Medium.
d. Pada bagian syarat umum poin d yaitu bebas dari bahan kimia yang
membahayakan dan merugikan konsumen (ditambahkan : mengacu
pada SNI batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan, pada
SNI batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian, SNI batas
maksimum kandungan mikotoksin dalam pangan, dan SNI batas
maksimum cemaran mikroba dalam pangan).
e. Pada bagian syarat khusus kriterianya disesuaikan dengan Permentan
No 31 tahun 2017 tentang penetapan jenis beras sebagai berikut :
f. Pada bagian cara uji poin 7.4 Penentuan adanya bahan kimia yang
membahayakan dan merugikan konsumen dilakukan pada beras
contoh analisis secara visual dan cepat menggunakan indra
penciuman yang ditandai bau bahan kimia (ditambahkan : Bila
dicurigai beras menunjukkan tanda-tanda adanya bahan kimia yang
berbahaya dilakukan analisis secara laboratorium sebelum
diperdagangkan).
g. Untuk saran pengujian pada poin f diatas Perpadi menyarankan uji 2
kali yaitu saat panen raya dan panen gaduh. Sedangkan YLKI
menyarankan uji berkala agar konsumen merasa yakin.
No Komponen mutu Satuan Medium Premium
1 Derajat Sosoh % 95 95
2 Kadar air (maks) % 14 14
3 Beras kepala % 75 85
4 Butir patah (maks) % 25 15
5
Total butir beras lainnya (maks), terdiri
atas Butir Menir, Merah, Kuning/rusak,
Kapur
% 5 0
6 Butir Gabah (maks) (Butir/100 g) 1 0
7 Benda lain (maks) % 0,05 0
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
39
h. Pada poin 8 penandaan akan menyesuaikan dengan UU Pangan
No.18 tahun 2012 pasal 97 seperti memuat keterangan nama produk,
daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan
alamat pihak yang memproduksi atau mengimpor, halal bagi yang
dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, tanggal, bulan, dan tahun
kadaluarsa, nomor izin edar bagi pangan olahan dan asal usul bahan
pangan tertentu.
i. Pada poin 9 pengemasan akan menyesuaikan dengan UU Pangan
No.18 tahun 2012 pasal 96 terkait informasi asal, keamanan, mutu,
kandungan gizi dan keterangan lain yang diperlukan.
j. Pada bagian rekomendasi terkait SNI batas maksimum cemaran
logam berat dalam pangan, pada SNI batas maksimum residu
pestisida pada hasil pertanian, SNI batas maksimum kandungan
mikotoksin dalam pangan, dan SNI batas maksimum cemaran mikroba
dalam pangan disarankan ditampilkan pada bagian atas/utama.
k. Pada poin 10 bagian rekomendasi ditambahkan penandaan varietas
yang terdiri dari nama varietas, dan komposisi varietas.
l. Rancangan SNI akan diperbaiki untuk menjadi RSNI-3 (Rancangan
Standar Nasional Indonesia-3) dan akan dilaksanakan Rapat
Konsensus bersama Komite Teknis dalam waktu dekat.
2). Rapat Pembahasan Standar Ubi Kayu
1. Rapat pembahasan standar Persyaratan Teknis Minimal (PTM)
ubikayu yang dilaksanakan pada tanggal 4 September 2017 di Ruang
Rapat kecil Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan. Rapat dipimpin oleh Kepala Subdirektorat Standardisasi dan
Mutu dan dihadiri oleh 15 peserta meliputi perwakilan dari instansi
Balai Besar Pasca Panen, Direktorat Kacang dan Umbi, Masyarakat
Singkong Indonesia serta Staf Subdit Standardisasi dan Mutu,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
2. Tujuan dilaksanakan rapat ini adalah menyusun PTM yang akan
menjadi acuan bagi pelaku usaha ubi kayu dalam menghasilkan ubi
kayu yang sesuai kebutuhan.
3. Beberapa hal yang dapat dilaporkan dari hasil diskusi rapat tersebut
sebagai berikut :
a. Identifikasi untuk memperoleh informasi tentang standar kualitas
ubi kayu yang akan mengacu pada codex alimenterius atau standar
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
40
lain terkait ubi kayu pangan sebagai bahan referensi perumusan
PTM.
b. Pembagian PTM ubi kayu yang akan dirumuskan rencananya
dibagi menjadi 2 pembahasan yaitu persyaratan untuk pangan dan
bahan baku industri.
c. Penyusunan draft naskah akademik untuk usulan PTM ubi kayu
segar akan dilakukan dengan mengadopsi CODEX STAN 238-2003
Standard For Sweet Cassava (Standar Ubi Kayu Manis) dan
CODEX STAN 300-2010 Standard For Bitter Cassava (Standar Ubi
Kayu Pahit) yang akan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
d. Akan dilaksanakan pertemuan lanjutan untuk menetapkan rumusan
sebelum diajukan sebagai Permentan ke Biro Hukum, Sekjen
Kementan.
3). Rapat Pembahasan Skema Sertifikasi Beras
1. Rapat dipimpin oleh Kepala Subdirektorat Standardisasi dan Mutu
dan dihadiri oleh 25 peserta meliputi perwakilan dari instansi KAN,
BSN, PPVT, BKP, Sesdit TP, YLKI, Perpadi, Unit Eselon II lingkup
Direktorat Jenderal TP, Kementerian Perdagangan, serta staf
subdit standardisasi dan mutu, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan. Rapat dilaksanakan tanggal
19 September 2017 di Ruang Aula Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
2. Tujuan dilaksanakan rapat ini adalah menindaklanjuti pembahasan
skema untuk penetapan kelas mutu beras terkait pemberlakuan
Permendag 57 tahun 2017 tentang Penetapan HET Beras dan
Permentan 31 tahun 2017 tentang kelas mutu beras yang akan
menjadi acuan bagi pelaku usaha beras/penggilingan beras di
instansi teknis dalam menghasilkan beras dalam kemasan maupun
beras dalam bentuk curah.
3. Beberapa hal yang dapat dilaporkan dari hasil diskusi dan
pembahasan dalam rapat tersebut sebagai berikut :
a) Hal penting yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah
pengaturan yang lebih jelas mengenai skema yang harus
ditempuh pelaku usaha/produsen beras yang ada di pasaran
saat ini untuk menyesuaikan dengan persyaratan yang ada
dalam Permendag 57 tahun 2017 tentang Penetapan HET
Beras dan Permentan 31 tahun 2017 tentang kelas mutu beras.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
41
b) Beras aromatik tidak bisa dikatagorikan sebagai beras khusus,
untuk pembahasan terkait beras khusus akan dilakukan
pembahasan lebih lanjut pada rapat yang akan dilaksanakan
pada tanggal 25 September 2017.
c) YLKI mendukung pengaturan pencantuman label kelas mutu
beras pada kemasan untuk melindungi konsumen.
d) Perlu adanya aturan yang spesifik yang berkaitan dengan beras,
karena dalam Permentan 51 tahun 2008 tidak mengatur spesifik
untuk beras.
Penunjukan LPK (Lembaga Penilaian Kesesuaian) untuk
melakukan pengujian mutu beras harus yang terakreditasi KAN,
dan penunjukan LPK yang belum terakreditasi dapat dilakukan
oleh regulator namun LPK tersebut telah memiliki kompetensi
untuk ruang lingkup yang diinginkan dalam pelaksanaan
penilaian kesesuaian, dan paling lama 2 (dua) tahun kedepan
LPK yang ditunjuk tersebut harus dapat diakreditasi oleh KAN.
Selama jeda yang diberikan tersebut regulator yang melakukan
penunjukan wajib melakukan pembinaan LPK tersebut dan
berkoordinasi dengan BSN dalam pendampingan tersebut agar
siap diakreditasi.
b. Focus Group Discussion (FGD)
1. FGD Implementasi Permentan Nomor 31 Tahun 2017
a. FGD dipimpin oleh Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan
BKP dihadiri oleh Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan BKP, Prof. (Riset). Dr. Ir. Achmad Suryana, MS
(Peneliti Utama PSE-KP), perwakilan dari Biro Hukum Kementan, BB-
Padi, BB-Pascapanen, Direktorat PPHTP, dan PPVT-PP. Focus Group
Discussion (FGD) Implementasi Permentan Nomor 31 Tahun 2017
tentang Kelas Mutu Beras dilaksanakan pada tanggal 27 September
2017 di Ruang Rapat Nusantara II Badan Ketahanan Pangan.
b. Tujuan dilaksanakan pertemuan ini adalah melakukan pembahasan
Panduan Teknis Beras Khusus.
c. Hasil FGD antara lain :
a) Sebagai tindak lanjut Implementasi Permentan Nomor 31 Tahun
2017 tentang Kelas Mutu Beras Pasal 2 ayat 1- 4 mengenai Beras
Khusus, perlu disusun Panduan Teknis Beras Khusus sebagai
acuan dalam pelaksanaan Permentan tersebut.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
42
b) Sesuai Permentan Nomor 31 Tahun 2017 yang termasuk kategori
beras khusus adalah beras ketan, beras merah, beras hitam, dan
beras dengan persyaratan. Beras khusus dengan persyaratan
meliputi:
Beras untuk kesehatan (persyaratan harus terdaftar di Badan
POM);
Beras organik (persyaratan harus bersertifikat dari Lembaga
Sertifikasi Organik);
Beras Indikasi Geografis (terdaftar di Direktorat HAKI,
Kemenkum-HAM) dan;
Beras yang berasal dari varietas lokal yang telah mendapatkan
pelepasan oleh Menteri Pertanian;
Beras tertentu yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri
(memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh Lembaga yang
berwenang di negara asal).
c) Outline Panduan Beras Khusus telah disusun dan telah disepakati
bersama. Adapun konten yang dibahas dalam panduan tersebut
meliputi :
Pengertian beras ketan, beras merah dan beras hitam;
Peredaran beras khusus dengan persyaratan harus dikemas,
diberi label dan tidak dalam bentuk curah sedangkan beras
khusus tanpa persyaratan (beras ketan, beras merah dan beras
hitam) dapat diedarkan baik dalam bentuk curah maupun
kemasan;
Berdasarkan arahan dari Bapak Menteri Pertanian kepada
Kepala Badan Ketahanan Pangan dan disampaikan oleh
Pimpinan Rapat, kriteria teknis beras khusus dengan
persyaratan ditambahkan dengan ketentuan persyaratan beras
kelas mutu Premium, dengan pengecualian komponen mutu
derajat sosoh tidak dipersyaratkan untuk beras kesehatan dan
beras organik;
Perwakilan Direktorat PPHTP telah menyampaikan pandangan
berdasarkan pengalaman beberapa tahun sebelumnya terkait
persyaratan komponen mutu butir patah untuk beras organik
sebesar maksimal 15% (sebagaimana beras kelas mutu
premium). Konsumen memilih produk organik dengan
pertimbangan kesehatan dan jaminan integritas organik
(sertifikasi organik). Integritas organik tidak gugur meskipun
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
43
tingkat butir patah melebihi aturan kelas mutu premium
(maksimal 15%). Persyaratan tersebut menyebabkan produk
organik dengan tingkat butir patah lebih besar dari 15% akan
dianggap sebagai beras biasa. Namun demikian, kami akan
melakukan pendalaman atas kondisi tersebut.
d) Pengawasan peredaran Beras Khusus dengan persyaratan
dilakukan sebagai berikut :
Badan POM untuk beras klaim kesehatan,
Lembaga Sertifikasi Organik dan Otoritas Kompeten Keamanan
Pangan (OKKP) untuk beras organik,
Ditjen Kekayaan Intelektual-KemenkumHam untuk beras
Indikasi Geografis,
Ditjen Tanaman Pangan dan OKKP untuk beras varietas lokal
yang telah mendapatkan pelepasan oleh Menteri Pertanian dan
beras tertentu yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.
Secara khusus terkait jaminan beras varietas lokal yang telah
dilepas oleh Menteri Pertanian tetap memerlukan lembaga
penjamin dan lembaga laboratorium pengujian. Hal ini perlu
diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian. Inisiasi pembahasan
ini kami telah laksanakan pada tanggal 25 September 2017
dengan catatan penerapan jaminan beras varietas lokal
dimaksud dilaksanakan melalui penilaian sistem seperti yang
dilaksanakan pada sistem pertanian organik dengan penguatan
validasi uji laboratorium.
Sebagai catatan, Ditjen Tanaman Pangan tidak memiliki tugas
dan fungsi terkait pengawasan peredaran beras khusus
dimaksud (karena Ditjen Tanaman Pangan tidak memiliki
koridor izin edar atau register). Ditjen Tanaman Pangan
melakukan pembinaan dan monitoring dalam mendorong
penerapan jaminan mutu produk tanaman, termasuk produk
pangan. Pengaturan hal seperti diatas tetap memperhatikan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan.
e) Tindak lanjut dari pertemuan ini, Badan Ketahanan Pangan akan
mengundang para pemangku kepentingan perberasan dalam
pertemuan (Public Hearing) yang akan dilaksanakan pada hari
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
44
Jum‟at / 29 September 2017 di Auditorium Gedung D Kantor Pusat
Kementerian Pertanian.
2. FGD Penyusunan Draft Permentan Penerapan Jaminan Mutu Serta
Pencantuman Label Genetically Modified Organism (GMO) Dan Non
Genetically Modified Organism (Non GMO) Kedelai Untuk Pangan
Segar
Dalam upaya penerapan sistem jaminan mutu keamanan pangan
dilaksanakan Forum Group Discussion (FGD) Penyusunan Draft
Permentan Penerapan Jaminan Mutu serta Pencantuman Label
Genetically Modified Organism (GMO) dan Non Genetically Modified
Organism (Non GMO) Kedelai untuk Pangan Segar. FGD dibuka dan
dipimpin oleh Sesditjen Tanaman Pangan dihadiri oleh perwakilan dari
Direktorat Standardisasi Produk Pangan-Deputi Pengawasan Keamanan
Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, Biro Hukum-Sekjen Kementerian
Pertanian, Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan-
Badan Ketahanan Pangan Kementan, Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati-Badan Karantina Pertanian, Pusat Perlindungan
Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian-Setjen Kementerian
Pertanian, Direktorat PerbeniHan, Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat
Aneka Kacang dan Umbi, Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Serealia,
Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Direktorat Perlindungan
Tanaman Pangan, Ditjen Tanaman Pangan, Suharyanto, SH, MH, PT.
Sucofindo, PT. Mutu Agung Lestari, PT. SGS Indonesia.
Pada umumnya audiens menyambut baik rencana penyusunan
Permentan dimaksud berdasarkan tujuannya yaitu untuk meningkatkan
daya saing produk pangan segar kedelai dan memberikan perlindungan
konsumen atas penggunaan kedelai segar sebagai bahan baku pangan
serta memberikan kepastian pengaturan hal dimaksud.
Masukan-masukan terkait Permentan adalah sebagai berikut:
Kata-kata GMO diubah menjadi Produk Rekayasa Genetika (PRG) dan
Non Produk Rekayasa Genetika (Non PRG).
Pengaturan tentang label produk rekayasa genetika telah ada dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999
Tentang Label Dan Iklan Pangan Pasal 35 (1) Label untuk pangan
hasil rekayasa genetika wajib dicantumkan tulisan PANGAN
REKAYASA GENETIKA. (2) Dalam hal pangan hasil rekayasa
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
45
genetika sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan bahan
yang digunakan dalam suatu produk pangan, pada Label cukup
dicantumkan keterangan tentang pangan rekayasa genetika pada
bahan yang merupakan pangan hasil rekayasa genetika tersebut saja.
(3) Selain pencatuman tulisan sebagaimana dimaksud ayat (1), pada
Label dapat dicantumkan logo khusus pangan hasil rekayasa genetika.
Ditambahkan definisi kedelai, Kedelai adalah hasil tanaman kedelai
(glycine max - Merr) berupa biji kering yang telah dilepaskan dari kulit
polong dan dibersihkan (sumber SNI: 3922-1995).
Pengaturan dibagi menjadi pasal tersendiri untuk Kedelai Untuk
Pangan Segar Produk Rekayasa Genetik dan juga Kedelai Untuk
Pangan Segar Non Produk Rekayasa Genetik, Pelabelan, Sanksi dan
Pasal Penutup.
Diharapkan pengaturan dapat diperluas untuk produk pangan segar
secara keseluruhan.
Penajaman kriteria atau standar pengujian untuk jaminan mutu dan
pengujian GMO/Non GMO.
Penajaman skema sertifikasi apakah dilaksanakan oleh Lembaga
Sertifikasi atau Lembaga Pemerintah.
Lembaga Sertifikasi yang ada sampai dengan saat ini belum ada yang
memiliki ruang lingkup pengujian GMO/Non GMO.
Perkembangan penyusunan draft Permentan disajikan pada Lampiran 7.
3. Public Hearing Draft Permentan tentang Penerapan Jaminan Mutu
dan Pencantuman Label Produk Rekayasa Genetika (PRG) dan Non
Produk Rekayasa Genetika (Non PRG) Kedelai untuk Pangan Segar
pada tanggal 23 November 2017 di Ruang Rapat Upsus PJK 1
a. Peserta Public Hearing dihadiri oleh piHak stakeholder (instansi
pemerintah, pelaku usaha, asosiasi, pemda, BUMN, serta lembaga
penilaian kesesuaian (lembaga sertifikasi dan laboratorium), dengan
jumlah 97 orang.
b. Agenda acara dimulai dengan pemaparan tayangan ”Branding Kedelai
Lokal: Jaminan Mutu dan Pencantuman Label PRG/Non PRG”,
sebelum dilakukan diskusi dan pemaparan substansi permentan pasal
per pasal. Diskusi dilakukan secara bergiliran kepada semua orang
sehingga dapat menampung substansi penting pasca pemaparan
tayangan Branding.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
46
c. Secara garis besar, semua peserta dapat menerima kebijakan
pemerintah terkait jaminan mutu dan pencantuman label kedelai PRG
atau Non PRG untuk pangan segar, dengan beberapa hal yang
disepakati antara lain:
Kotoran atau benda asing sangat sulit diperoleh sampai nol %,
walaupun itu produk dari impor.
Kadar air sebesar 14 %.
Skema sertifikasi perlu ditetapkan secara tegas, baik oleh
Pemerintah atau Lembaga Sertifikasi yang diakreditasi oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN) dengan tetap melakukan uji mutu.
Uji mutu dilakukan oleh laboratorium yang telah diakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Untuk menjamin kedelai PRG atau Non PRG perlu dilakukan uji
melalui laboratorium yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi
Nasional (KAN).
Pencantuman label (logo) PRG atau Non PRG dilakukan oleh
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP Pusat dan Daerah)
setelah pelaku usaha lulus proses registrasi.
Registrasi dilakukan oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
(OKKP Pusat dan Daerah).
Sertifikat mutu berlaku selama 3 tahun dengan pelaksanaan
survailan setiap tahun.
Pemberlakukan permentan ini wajib setelah 1 tahun masa
penyesuaian setelah diundangkan.
d. Untuk meningkatkan penjaminan mutu kedelai masa mendatang
adalah mendorong ketersediaan sarana pascapanen antara lain
grader, blower, destoner, dan metal detector.
c. Perencanaan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP
Pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan merupakan upaya yang
sangat strategis dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional
karena mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan secara
langsung memiliki peranan dalam menekan susut hasil (losses),
mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing
serta pendapatan petani.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
47
Pemerintah Indonesia pada program pembangunan pertanian telah
menetapkan komoditas prioritas utama untuk subsektor tanaman pangan
yaitu padi, jagung dan kedelai, namun komoditas lain secara sinergi terus
untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan
pangan. Penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan
sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang
ditandai oleh penggunaan peralatan sarana pascapanen dan pengolahan
yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam
Hal penanganan pascapanen dan pengolahan tanaman pangan antara lain
susut kuantitas dan kualitas, keamanan pangan, terbatasnya sumberdaya
manusia pertanian dan keterbatasan dalam penerapan inovasi teknologi
pascapanen dan pengolahan, serta modal yang terbatas.
Keadaan ini semakin sulit dengan munculnya tantangan yang harus dihadapi
Indonesia, khususnya dalam menghadapi diterapkannya Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 yaitu persaingan daya saing
produk pertanian meliputi : tuntutan standarisasi produk & proses, tuntutan
kandungan pangan yang tidak berbahaya, rendah residu bahan kimia,
tuntutan integrasi pengelolaan rantai pasok (supply chain management), dan
peningkatan kualitas mutu serta keamanan pangan.
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu diterapkan suatu strategi
dalam hal penanganan pascapanen dan pengolahan tanaman pangan yang
diterapkan atau diimplementasikan melalui program dan kegiatan.
Implementasi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk Rancangan
Program RKA-K/L Tahun 2017 dan mempersiapkan perencanaan anggaran
untuk Rencana Kerja (Renja) Lima Tahun yaitu 2015-2019.
Output Rancangan Kebijakan terkait dengan RKA-K/L Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017 disusun dalam dokumen
RKA-K/L TA 2017 meliputi 4 (empat) rancangan, yaitu : 1) Rencana Kerja
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Tahun 2018, 2)
Rancangan Kegiatan dan Anggaran (RKA-K/L) Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Tanaman Pangan Tahun 2018, 3) Rencana Strategis Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan Tahun 2016 - 2019, dan 4)
Penyusunan Satuan Harga Sarana Pascapanen dan Pengolahan Tahun
2018.
1. Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Tanaman Pangan Tahun 2017
Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan tahun 2017 berdasarkan hasil penelaahan RKAK/L
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
48
Ditjen Tanaman Pangan dengan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan
sebagai berikut:
a) Pagu anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan tahun 2017 sebesar Rp. 1.555.426.248.000,- dengan rincian
kegiatan Satker Pusat sebesar Rp. 704.819.278.000,- Dekonsentrasi
Rp. 8.658.113.000,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar
Rp. 841.948.857.000,- meliputi kegiatan dukungan sarana pengolahan
dan pemasaran hasil tanaman pangan sebesar Rp. 822.536.879.000,-
anggaran pembinaan, bimtek, monev, sebesar Rp. 19.411.978.000,-.
b) Dukungan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman
Pangan senilai Rp. 1.436.439.882.400,- antara lain :
1) Sarana pascapanen padi meliputi Combine Harvester Kecil,
Combine Harvester Sedang, Combine Harvester Besar, Vertical
Dryer padi + bangunan kapasitas 30 ton/proses, Vertical Dryer
padi+ bangunan kapasitas 3,5-6 ton/proses, Power Thresher, RMU,
Moisture Tester.
2) Sarana pascapanen jagung yang terdiri dari Corn sheller, Corn
Combine Harvester, Vertical Dryer jagung+ bangunan kapasitas
3,5-6 ton/proses.
3) Sarana Pascapanen Kedelai Power Thresher Multiguna
Dalam pelaksanaan kegiatan di tahun 2017, seringkali terjadi
perubahan/pergeseran anggaran. Kronologis Perubahan anggaran
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan selama
periode Tahun 2017, selengkapnya disajikan pada tabel berikut :
URAIANAWAL
(Rp.000)
REFOKUSING I
(Rp.000)
REFOKUSING
II (Rp.000)
REVISI
GORONTALO
(Rp.000)
APBNP
(Rp.000)
Tambahan
(Rp.000)
DEKON 11.565.755 8.712.788 8.712.788 8.658.113 8.658.113 8.658.113
TP PROVINSI 868.844.688 864.887.097 868.601.952 868.601.952 841.948.857 841.948.857
PUSAT 677.022.113 675.812.458 702.965.403 702.965.403 701.795.238 704.819.278
TOTAL 1.557.432.556 1.549.412.343 1.580.280.143 1.580.225.468 1.552.402.208 1.555.426.248Tabel 6. Kronologis Perubahan Pagu Anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017
2. Rancangan Anggaran dan Kegiatan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA. 2018
Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan tahun 2018 adalah Rp.804.668.500.000,- meliputi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
49
kegiatan pusat Rp. 670.864.245.000,- dan kegiatan provinsi
Rp.133.804.255.000,- (meliputi bantuan sarana pascapanen, sertifikasi
organik, uji mutu, kegiatan pemasaran dan investasi, dan pengolahan
tanaman pangan).
Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker
PUSAT dengan anggaran Rp.670.864.245.000,-, selengkapnya disajikan
pada tabel berikut :
KODE KEGIATAN VOLUME SATUAN JUMLAH
5885.851 Fasilitas Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 5.661 Unit 649.289.185.000
103 Melaksanakan Penyaluran Fasilitas Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 649.289.185.000
A Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Pusat 649.289.185.000
5885.855 Fasilitas Dukungan Teknis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 12 Bulan Layanan 7.265.060.000
5885.855.001 Pengamanan Susut Hasil Produksi Tanaman Pangan 1.245.360.000
101 Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 84.500.000
A Petunjuk Teknis Fasilitasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 84.500.000
103 Melaksanakan Koordinasi Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan 346.760.000
A Dukungan Penerapan Sarana Pascapanen TP 346.760.000
104 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 814.100.000
A Optimalisasi Bantuan Sarana Pascapanen TP Tahun 2012-2018 423.700.000
B SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 390.400.000
5885.856 Fasilitas RMU/Revitalisasi RMU [Base Line] 27 Unit 14.310.000.000
103 Melaksanakan Penyaluran Fasilitas RMU/Revitalisasi RMU 14.310.000.000
A RMU/Revitalisasi RMU 14.310.000.000Tabel 7. Kegiatan Subdit Pascapanen Tahun 2018
KODE KEGIATAN JUMLAH
5885.855.002 Peningkatan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 1.247.935.000
102 Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Sarana Pengolahan Tanaman Pangan 341.595.000
A Pembinaan dan Pengawalan Pengolahan Tanaman Pangan 232.360.000
B Bahan Informasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 109.235.000
104 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Sarana Pengolahan Tanaman Pangan 906.340.000
A Monitoring dan Evaluasi 226.620.000
B Pengawalan UPSUS PJK 679.720.000 Tabel 8. Kegiatan Subdit Pengolahan Tahun 2018
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
50
KODE KEGIATAN JUMLAH
5885.855.104 Pengembangan Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan 854.195.000
101 Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan 212.900.000
A Kebijakan Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan 212.900.000
102 Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan 212.125.000
A Pengembangan Informasi Pasar dan Pemantauan Stok 212.125.000
103 Melaksanakan Koordinasi Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan 256.020.000
A Pengawalan Pengembangan Ekspor dan Peluang Investasi 256.020.000
104 Melaksanakan Monitoring, Evaluasi Serta Pelaporan Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan 173.150.000
A Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pemasaran dan Investasi TP 107.300.000
B Pelaporan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil TP 65.850.000 Tabel 9. Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Tahun 2018
KODE KEGIATAN JUMLAH
5885.855.103 Pengembangan Standardisasi dan Mutu Tanaman Pangan 2.377.750.000
101 Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman Pangan 1.072.100.000
A Focus Group Discussion (FGD) ( Perencanaan, Regulasi dll) 411.790.000
B Perencanaan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP 248.560.000
C Koordinasi Direktorat PPHTP 411.750.000
103 Melaksanakan Koordinasi Kegiatan Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman Pangan 1.305.650.000
A Perumusan dan Fasilitasi Kesekretariatan SNI Tanaman Pangan 311.200.000
B Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM 470.000.000
C Pengawalan dan Monev Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 362.940.000
D Uji Mutu Beras 161.510.000Tabel 10. Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Tahun 2018
KODE KEGIATAN JUMLAH
5885.855.105 Administrasi dan Ketatausahaan Dit PPHTP 1.539.820.000
101 Melaksanakan Ketatausahaan dan Kepegawaian Dit PPHTP 311.080.000
A Ketatausahaan dan Kepegawaian 172.480.000
B Keuangan dan Perlengkapan 138.600.000
102 Melaksanakan Keuangan dan Perlengkapan Dit PPHTP 1.228.740.000
A Pengadaaan Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 449.000.000
B Pengadaan Alat Pengolah Data 323.000.000
C Pemeliharaan Peralatan Inventaris Kantor 20.000.000
D Keperluan Sehari - hari Perkantoran 87.600.000
E Penyelesaian Hibah Bantuan Dit PPHTP 349.140.000Tabel 11. Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian Tahun 2018
Alokasi Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan Tahun 2018 di 34 provinsi, selengkapnya disajikan pada Lampiran
8-9.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
51
d. Koordinasi Direktorat PPHTP
Pengelolaan bantuan pemerintah alsin pascapanen tanaman pangan melalui
brigade dibahas dalam rapat yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 15 -
16 Juli 2017 sebagai berikut :
1. Narasumber yang hadir adalah Direktur BUMD, BLUD dan Barang Milik
Daerah, Ditjen Bina Keuangan Daerah, Kementerian Dalam Negeri;
Sekretaris Itjen Kementerian Pertanian; Perwakilan dari Deputi Bidang
Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian dan Kemaritiman
(BPKP); Perwakilan dari Direktur Barang Milik Negara (DJKN, Kemenkeu);
Perwakilan dari Direktur Pengelolaan Kekayaan Negara dan Sistem
Informasi (Kemenkeu); Perwakilan dari Biro Keuangan dan Perlengkapan
Sekjen Kementan dan Perwakilan dari Sekditjen TP.
2. Bantuan alsin pascapanen tanaman pangan tahun 2017 merupakan pos
belanja AKUN 526 yaitu belanja barang untuk diserahkan kepada
Masyarakat/Pemerintah Daerah dan merupakan barang persediaan dan
akan dihibahkan kepada penerima bantuan.
3. Bantuan alsintan yang telah dihibahkan kepada Dinas Pertanian
Provinsi/Kabupaten/Kota, maka akan menjadi aset Pemda dan
kewenangan penggunaan sepenuhnya diatur melalui perda setempat.
4. Bantuan Alsintan yang telah dihibahkan dapat dikelola dengan pola BLUD,
dengan syarat SKPD telah membentuk/mempunyai unit kerja pelayanan.
Pendapatan yang diterima melalui pengelolaan secara BLUD tidak perlu
setor ke negara (PNBP). BLUD dapat dibantu melalui APBD,
5. Penggunaan BMN pada masa transisi sebelum proses hibah belum ada
aturannya, sehingga perlu mempercepat proses hibah.
6. Prinsip bantuan alsintan adalah untuk menunjang program swasembada
pangan sehingga proses administrasi jangan sampai menghambat
program. Penggunaan bantuan alsintan sebelum proses hibah dan terbit
regulasinya/perda dapat dilakukan sepanjang transparan dan akuntabel.
7. BMN yang diserahkan ke Pemda dan belum selesai proses hibah, dapat
digunakan sepanjang transparan dan akuntabel. Segala bentuk
pembiayaan dalam rangka pelayanan brigade ditanggung oleh pengguna
(masyarakat/petani). Biaya yang dimaksud adalah untuk bahan bakar,
upah operator, mobilisasi alsintan, perawatan dan pemeliHaraan alsintan.
8. Pendanaan operasional brigade alsintan sebelum bantuan tersebut
dihibahkan tidak diperkenankan menarik pembiayaan dalam bentuk uang.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
52
9. Penggunaan bantuan alsintan tersebut harus dicatat dengan akuntabel
seperti nama peminjam, jangka waktu peminjaman, kondisi alsin yang
dipinjam dan aturan-aturan yang harus dilakukan pengguna alsin. Segala
bentuk pencatatan biaya penggantian operasional alat dilakukan oleh
kelompok tani.
10. Diperlukan pedoman tatakelola tentang pengelolaan Brigade alsintan
sebelum bantuan tersebut dihibahkan.
B. Koordinasi Kegiatan Standardisasi dan Mutu Hasil Tanaman Pangan
a. Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM
Dalam rangka mewujudkan daya saing produk hasil pertanian baik pangan
maupun pakan, diperlukan upaya peningkatan mutu, pengendalian harga dan
penguatan kontinuitas produksi. Salah satu upaya peningkatan mutu adalah
melalui penanganan standardisasi dan mutu dari hulu sampai hilir.
Sehubungan dengan hal tersebut, pada periode tahun 2016-2019, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merancang pokok-
pokok kegiatan standardisasi dan mutu sebagai upaya strategis dan riil
sebagai berikut :
a. Penguatan dan Harmonisasi Standar dan Regulasi
b. Sosialisasi, Bimbingan Teknis dan Pelatihan peningkatan kompetensi
SDM
c. Penerapan Standarisasi dan Jaminan Mutu
d. Pengawasan dan Pengendalian Penerapan Sistem Jaminan Mutu
Produk hasil pertanian (terutama pangan) yang memiliki jaminan mutu dan
keamanan pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan harga yang
kompetitif sehingga akan mampu bersaing di pasar domestik maupun
internasional. Hal ini berkaitan dengan masa depan generasi manusia
Indonesia di masa mendatang.
Penjaminan mutu produk tanaman pangan dilakukan antara lain melalui
mekanisme :
a. Sertifikasi Organik oleh Lembaga Sertifikasi Organik,
b. Registrasi Produk Segar Asal Tumbuhan/PSAT oleh Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan
c. Sertifikasi SNI Produk (Beras) oleh Lembaga Sertifikasi Produk,
d. Pengujian mutu dan keamanan pangan padi, jagung dan kedelai.
Implementasi pokok-pokok kegiatan standardisasi dan mutu memerlukan
pengawalan yang intensif oleh petugas yang kompeten. Tingkat pemahaman
poktan/gapoktan terhadap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan untuk
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
53
menghasilkan produk hasil pertanian yang aman dan bermutu saat ini masih
rendah, sehingga sangat diperlukan pendampingan dan pengawalan dari
pihak terkait baik dari pemerintah maupun swasta.
Untuk memperbanyak jumlah pelaku usaha yang menerapkan sistem jaminan
mutu dan keamanan pangan diperlukan keberadaan petugas pendamping
yang kompeten. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, mengadakan kegiatan
pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM.
Pengembangan Peningkatan Kompetensi SDM bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi petugas pendamping penerapan standardisasi dan
mutu produk hasil pertanian subsektor tanaman pangan. Dalam rangka
meningkatkan kompetensi SDM, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan telah mengikuti berbagai pelatihan yaitu sebanyak 37
orang dari instansi pusat, dinas pertanian, dan poktan. Pelatihan yang diikuti
yaitu Pelatihan Internal Control System (ICS) Pertanian Organik, Pelatihan
Petugas Pengambil Contoh dalam Rangka Inspeksi dan Pengujian, Pelatihan
Penerapan & Dokumentasi Sistem HACCP, dan Pelatihan ISO 22000.
b. Pengawalan dan Monev Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan
Pangan
Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pertanian melalui
mekanisme penjaminan (registrasi) yang dilakukan oleh Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan Pusat (OKKPP)/Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKPD).
Pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan
pangan dan mendapatkan nomor registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan
(PSAT), berhak mencantumkan nomor register PSAT tersebut pada kemasan
retail produk yang dihasilkan saat produk akan diedarkan di pasaran.
Pelaku usaha yang akan mendapatkan nomor registrasi PSAT untuk Produk
Dalam (PD) atau Produk Luar (PL) dalam kemasan retail, harus memenuhi
ketetentuan peraturan Menteri Pertanian No. 51/permentan/OT.140/10/2008
tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan.
Registrasi produk hasil pertanian tidak hanya didasarkan pada penilaian
produk akhir saja, melainkan dimulai dari proses produksi sampai distribusi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
54
yang terdokumentasi, sehingga diperlukan pendampingan oleh pihak terkait,
baik pusat, daerah maupun instansi lainnya.
Output dari penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan adalah
terlaksananya registrasi Produk Segar Asal Tumbuhan (PSAT) sebanyak 30
nomor register di 19 Provinsi. Registrasi PSAT berupa pemberian nomor
register Produk Dalam Negeri (PD) terhadap produk beras dalam kemasan
yang diproduksi dengan menerapkan prinsip hygiene dan sanitasi dilakukan
oleh Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di
masing-masing Provinsi. Output Kegiatan Penerapan Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Pangan dalam rangka registrasi PSAT disajikan pada tabel
12.
Dalam rangka mendukung kegiatan “1000 Desa Pertanian Organik”,
pemerintah memberikan fasilitasi sertifikasi pertanian organik sebanyak 30
unit di 17 propinsi. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk pendampingan
dan biaya sertifikasi. Melalui sertifikasi, pelaku usaha organik diharapkan
dapat meningkatkan daya saing produk organik yang dihasilkan dengan
menggunakan logo organik Indonesia dengan jaminan dari Lembaga
Sertifikasi Organik yang melakukan sertifikasi.
NO. PROVINSITarget Reg
PSAT
Uji Mutu Keamanan
Pangan
Realisasi
Registrasi
PSAT
1 Aceh 1 2 0
2 Sumut 2 4 4
3 Sumbar 1 4 0
4 Riau 2 2 0
5 Jambi 1 2 0
6 Sumsel 1 2 1
7 Bengkulu 1 2 0
8 Lampung 1 3 0
9 Jabar 1 4 0
10 Jateng 1 3 3
11 DIY 2 4 2
12 Jatim 1 4 2
13 Banten 2 4 5
14 Bali 2 4 2
15 NTB 1 2 2
16 NTT 1 4 0
17 Kalsel 1 2 1
18 Kalbar 1 4 3
19 Kaltara 2 0
20 Kalteng 1 2 0
21 Sulut 1 2 0
22 Sulteng 1 2 0
23 Sulsel 1 5 1
24 Sultra 1 2 0
25 Gorontalo 1 3 1
26 Sulbar 1 2 0
27 Malut - 2 0
28 Papua Barat - 2 0
30 80 27TOTAL
Tabel 12. Target dan Realisasi Registrasi PSAT
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
55
Pengawalan dan monev pelaksanaan kegiatan fasilitasi sertifikasi dan sistem
jaminan mutu keamanan pangan APBN tahun 2017 sebagai berikut:
1. Melakukan pengawalan dan monitoring bantuan fasilitasi sertifikasi dan
sistem jaminan mutu keamanan pangan tahun 2017.
2. Memperoleh informasi mengenai permasalahan dalam kegiatan
pascapanen tanaman pangan.
3. Melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perencanaan program dan
kegiatan pada tahun 2018.
Pengawalan dan monitoring kegiatan fasilitasi sertifikasi pertanian organik
sebagai berikut:
1. Pengawalan dan monev bantuan kegiatan fasilitasi sertifikasi dan sistem
jaminan mutu keamanan pangan dilaksanakan pada 18 (delapan belas)
provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, DIY, Banten, Bali, NTB, NTT,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, Gorontalo.
2. Realisasi fasilitasi sertifikasi pertanian organik sampai dengan
pertengahan bulan Desember 2017 dengan rincian seperti pada tabel
berikut :
a. Lulus sertifikasi sebanyak 24 unit yaitu di Provinsi Sumatera Barat 2
unit, Sumatera Utara 1 unit, Lampung 1 unit, Sumatera Selatan 2, Jawa
Barat 7 unit, Jawa Tengah 3 unit, Jawa Timur 2 unit, Bali 2 unit, Banten
1 unit dan Kalimantan Selatan 1 unit, Sulawesi Utara 1, Sulawesi
Selatan 1.
b. Menunggu keputusan sertifikasi dari Lembaga Sertifikasi Organik
sebanyak 3 unit, yaitu di Provinsi Kaltara, Gorontalo dan Kalbar.
c. Dalam proses perbaikan temuan kesesuaian sebanyak 2 unit yaitu di
Provinsi NTT.
d. Tidak lulus 1 (satu) unit dari Provinsi DIY karena berdasarkan hasil
penilaian dari Lembaga Sertifikasi Organik ditemukan penggunaan
pestisida kimia sintesis pada proses budidaya.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
56
Tabel 13. Target dan Realisasi Sertifikasi Pertanian Organik TA 2017
c. Uji Mutu Jagung Pakan, Beras Organik dan Kedelai
1. Uji Mutu Beras Organik
Uji mutu beras organik dilakukan dengan meminta produk beras organik
yang merupakan binaan dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang
telah mendapatkan fasilitasi sertifikasi organik pada tahun 2015-2017.
Sampel uji beras organik yang akan di uji ke laboratorium berasal dari 5
Provinsi (Sumsel, Jabar, DIY, Sulteng dan Jatim). Sampel uji dikirim oleh
pemilik sampel ke pusat untuk dapat dilakukan pengujian dengan
melakukan pengiriman sampel beras organik tersebut ke laboratorium
pengujian yang terakreditasi oleh KAN yaitu laboratorium PT. Saraswanti
Indo Genetech (SIG) - Bogor.
Parameter uji yang diminta untuk dilakukan uji mutu beras organik antara
lain:
1) Uji residu pestisida (screening test);
2) Uji mutu fisik (beras kepala, butir patah, butir menir, butir merah, butir
kuning, rusak, butir kepala, benda asing butir gabah);
3) Uji logam berat (Pb,Cd, Sn, Hg, As);
4) Uji kandungan gizi (karbohidrat, protein, lemak energi) dan
5) Hasil rekapan uji yang diperoleh dari laboratorium pengujian
sebagaimana yang tercantum pada tabel 14.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
57
Produk organik yang telah mendapatkan jaminan sertifikasi organik saat
ini di Indonesia sudah semakin banyak dihasilkan khususnya untuk beras
organik. Banyaknya beras organik lokal yang ada yang telah mendapatkan
sertifikasi organik dari lembaga sertifikasi organik (LSO) Nasional
dianggap perlu dimonitoring oleh pemerintah dengan cara melakukan
pengambilan contoh ke pelaku usaha (poktan/Gapoktan) binaan untuk
mengetahui sejauh mana konsistensi penerapan sistem pertanian organik.
Selain itu pengambilan contoh beras organik ini juga dilakukan dalam
rangka pengawasan terhadap kinerja dari LSO dalam memberikan
penilaian jaminan mutu sertifikasi produk organik. Sehingga dengan hasil
uji beras organik ini dapat direncanakan tindak lanjut ke depan untuk
pengembangan program penerapan sistem jaminan mutu pertanian
organik (Poktan/Gapoktan) dalam menghasilkan produk organik yang
benar sesuai dengan standar acuan SNI 6729:2016. Poktan
Rukun
Sejahtera
Maju
Bersama
Pringka
sap
Pringka
sap
Peuteuy
GedeMadya
Tani
Mandiri
I
Karya
Tani II
Tani
Mandiri
IA
Sinar
Kasih
Beras
Putih
Beras
Putih
Beras
Merah
Beras
Hitam
Beras
Hitam
Beras
Putih
Beras
Merah
Beras
Putih
Beras
Merah
Beras
Putih
1Screening
Residu - -
Positive
Fluazifop-P-
Buthyl
Negative Negative Negative Negative
Positive
Fluazifop-
P-Buthyl
Negative
Positive
Fluazifop-
P-Buthyl
Positive
Fluazifop-
P-Buthyl
Positive
Fluazifop-
P-Buthyl
2Beras
Kepala% - 81.19 83.68 97.1 97.24 96.73 84.72 96.61 80.8 93.62 80.02
3 Butir Patah % - 15.09 14.65 2.72 2.43 3.03 16.09 3.12 17.44 6.13 16.61
4 Butir Menir % - 3.72 1.67 0.18 0.33 0.24 0.81 0.28 1.77 0.24 3.38
5 Butir Merah % - 0 0 99.6 0 2.18 0 98.96 0 98.57 0
6
Butir
Kuning/Rus
ak
% - 0.04 0 0 0.05 0 0.05 0 0 0.07 0.04
7 Butir Kepala % - 0.72 0.48 0.4 0.76 0.93 0.62 1.04 0.37 1.36 0.43
8Benda
Asing% - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Butri Gabahbutir/100
g- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Pb ppm 0.009Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
11 Cd ppm 0.00011Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
12 Sn ppm 3.38Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
13 Hg ppm 0.004Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
14 As ppm 0.008Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
Not
Detected
15Energi
Lemakkkal/100 g - 1.35 7.38 36.18 24.21 14.76 5.94 14.4 0 0 0
16 Energi Total kkal/100 g - 346.43 349.18 357.98 352.41 343.8 348.5 351.2 346.36 342.76 350.92
17 Kadar Air % - 12.81 12.76 14.15 13.64 14.22 13.04 13.12 12.78 13.24 11.54
18 Kadar Abu % - 0.77 0.97 1.38 1.62 1.88 0.65 1.08 0.63 1.07 0.73
19 Lemak Total % - 0.15 0.82 4.02 2.69 1.64 0.66 1.6 0 0 0
20 Protein % - 7.04 7.48 6.75 8.26 8.93 6.18 8.94 8.1 8.71 6.78
21
Karbohidrat
Total % - 79.23 77.97 73.7 73.79 73.33 79.47 75.26 78.49 76.98 80.95
No. Parameter UnitLimit of
Detection
Tabel 14. Parameter Uji dan Hasil Rekapan Uji Sampel Yang Diperoleh Dari Beberapa Pemilik Sampel
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
58
Hasil uji mutu beras organik ternyata diperoleh bahwa beras organik yang
berasal dari poktan/gapoktan binaan Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan terdeteksi mengandung bahan aktif senyawa residu pestisida
Fluazifop-P-Buthyl yang merupakan bahan aktif herbisida untuk
pengendalian gulma. Namun uji mutu beras masih dilakukan screening
test sehingga belum dapat diketahui uji mutu kuantitatif berapa jumlah
bahan aktif tersebut. Namun kalau diperhatikan sesuai dengan standar
acuan sistem pertanian organik seharusnya tidak ada terdeteksi bahan
aktif kimia. Hal ini harus diperhatikan lebih lanjut oleh Instansi Pembina
dalam melakukan pembinaan penerapan sistem pertanian organik
khususnya di kelompok tani binaan. Beberapa hal yang perlu
ditindaklanjuti oleh Instansi Pembina untuk pelaksanaan uji mutu beras
organik antara lain :
1) Hasil uji mutu beras organik yang dihasilkan harus disampaikan ke
Lembaga Sertifikasi Organik yang memberikan sertifikat organik
kepada Poktan/Gapoktan yang telah menerapkan sistem pertanian
organik agar dapat lebih ketat dan jeli dalam melakukan penilaian
untuk penerapan sertifikasi pertanian organik khususnya yang berbasis
kelompok;
2) Hasil uji mutu beras organik harus diinformasikan kepada kelompok
tani yang bersangkutan (pemilik contoh) sehingga kedepan ICS yang
dilakukan harus lebih sering lagi dilakukan sebagai upaya pengawasan
internal yang ketat terhadap anggota kelompok tani yang menerapkan
sistem pertanian organik;
3) Contoh uji mutu beras organik diambil sendiri oleh pemilik contoh, hal
ini tidak sesuai dengan penerapan standar acuan pedoman
pengambilan contoh dimana contoh uji harus diambil oleh petugas
pengambil contoh yang terlatih dan contoh yang dikirim untuk uji mutu
harus dapat mewakili dari semuanya (representative). Sehingga
kedepan harus ada pembinaan terkait pengambilan contoh kepada
petani atau petugas pendamping daerah sebagai upaya pembinaan
kepada petani dan daerah terkait standardisasi dan mutu tanaman
pangan.
2. Uji Mutu Jagung Pakan di Beberapa Sentra Produksi
Pengambilan contoh untuk uji jagung pakan dilakukan oleh tim dari
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan untuk uji
mutu jagung pakan di sentra produksi jagung. Lokasi yang akan dilakukan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
59
pengambilan contoh dalam rangka uji mutu jagung pakan yaitu Banten,
Jatim, Jateng, NTB, Sulsel, Sulut dan Jambi. Parameter uji yang diminta
untuk dilakukan uji mutu jagung pakan antara lain :
1) Kadar air (KA);
2) Uji mutu fisik jagung;
3) Aflatoksin (B1, B2, G1, G2);
4) Okratoksin dan
5) Protein kasar.
Sebelum dilakukan pengambilan contoh dilakukan persiapan terlebih
dahulu secara internal terkait persiapan untuk peralatan sampel yang
dibutuhkan untuk dibawa oleh petugas pengambil contoh (PPC), kuisioner
pengambilan contoh sebagai data dukung nantinya untuk PPC dan
perencanaan lokasi pengambilan contoh yang disesuaikan dengan jadwal
panen di daerah sentra jagung tersebut serta penunjukan petugas
pengambil contoh yang akan melakukan pengambilan contoh.
Pengambilan contoh dilakukan di petani (lahan dan penyimpanan) dan
pengumpul. Perencanaan pengambilan contoh dan petugas PPC sesuai
dengan tabel 16 dibawah ini.
Tabel 15. Perencanaan Pelaksanaan Pengambilan Contoh
Pada saat turun ke lapangan petugas yang melakukan pengambil contoh
mempersiapkan peralatan pengambil contoh dan wadah pengambilan
contoh serta kuisioner untuk wawancara secara langsung ke pemilik
contoh jagung. Lokasi yang menjadi sasaran dilakukan pengambilan
contoh serta wawancara untuk mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan.
Wawancara untuk mengisi kuisioner dilakukan ke pemilik contoh yaitu di
petani jagung dan pedagang pengumpul jagung di wilayah setempat
tempak titik lokasi pengambilan contoh.
Beberapa hal dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa sebagian
besar kendala yang dialami dilapangan ditingkat petani ataupun
pengumpul terkait kualitas jagung pakan yang dihasilkan adalah :
Petani Pengumpul
1 Banten 1 1 Pandeglang
Kediri
Malang
Tegal
Kendal
Lombok tengah
Lombok timur
Jeneponto
Takala
Bolmong
Minahasa
Minahasa Tenggara
Bungo
Tebo
Ngada
7 Jambi 4 2
6 Sulut 4 2
5 Sulsel 4 2
4 NTB 4 2
3 Jawa Tengah 4 2
2 Jawa Timur 4 2
No ProvinsiTitik Pengambilan
Kabupaten
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
60
1. Kurangnya petugas pendamping terkait penerapan penanganan pasca
panen (Good Handling Practices) dikalangan petani dan petugas
pengumpul;
2. Petani/kelompok tani jagung maupun pedagang pengumpul untuk
jagung tidak memiliki sarana dan prasarana yang mendukung untuk
penanganan pasca panen seperti alat pengukur kadar air, terpal atau
lantai jemur yang bersih dan dryer jagung;
3. Informasi data pemasaran yang masih minim dan kurang
terinformasikan langsung ke petani/kelompok tani/pedagang
pengumpul jagung;
4. Melakukan pemetaan dengan baik dalam penentuan penempatan
lokasi bantuan alsintan agar dapat beroperasional dengan baik dan
alsintan yang diberikan bantuan harus mempertimbangkan bahan
bakar yang akan dipergunakan sehingga lebih efisien terjangkau dan
tidak memberatkan petani;
5. Melakukan pemetaan kembali terkait pemberian bantuan sarana benih
jagung yang difasilitasi oleh pemerintah disesuaikan dengan wilayah
yang akan dilakukan penanamaan jagung sehingga tepat sasaran dan
hasil yang ingin tercapai terkait kualitas mutu hasil produk jagung serta
dilakukan pengawasan terkait bantuan benih yang disebarkan ke
petani/kelompok tani;
6. Pedagang pengumpul mengharapkan adanya pendataan dan
kebijakan yang diatur oleh pemerintah sehingga kedepan akan
dilakukan pembinaan kepada pedagang pengumpul terkait penerapan
penanganan pasca panen (Good Handling Practices).
3. Uji Mutu Kedelai
Pada saat pengambilan contoh jagung pakan ke beberapa sentra jagung
pakan juga dilakukan pengambilan sampel kedelai. Contoh kedelai yang
diperoleh dari saat melakukan pengambilan contoh jagung pakan antara
lain berasal dari :
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
61
No. Provinsi Kadar AirKelas
MutuUji Pestisida Uji GMO Logam Berat Kesimpulan Analisis
1 Sulawesi Utara 11.9 I Negative Negative Tidak Ada
2 Jambi 13.82 II Negative Negative Cd 0,12
9.20 I Negative Negative Tidak Ada
11.20 I Negative Negative Tidak Ada
10.26 I Negative Negative Tidak Ada
10.46 I Negative Positive Tidak Ada
5 Jawa Tengah 9.16 I Negative Negative Tidak Ada
-. Hasil uji menunjukkan kadar air kedelai yang
disimpan oleh pengumpul masih berada di bawah
batas maksimum
-. Jika dilihat dari hasil uji kadar air, 6 sampel
masuk dalam Mutu I sedangkan 1 sampel masuk
pada Mutu II
-. Hasil uji screening 7 sampel yang diuji tidak ada
yang terdeteksi pestisida
-.Untuk hasil uji GMO dari 7 sample yang diuji
hanya 1 sample yang positive mengadung GMO
(kedelai import)
-.Cemaran logam berat hanya terdapat pada 1
sample dan masih di bawah batas maksimum
Jawa Timur4
Nusa Tenggara Barat3
Petani Pengumpul
1 PagodaKedelai Impor
untuk Konsumsi
1 GroboganKedelai Lokal
untuk konsumsi
2 Jawa Tengah 1 -
Kelompok Tani Kabul Lestari 1
Desa Panunggalan Kec. Kulo
Kulon Kab. Grobogan
Grobogan Kedelai Lokal
3 Sulawesi Utara - 1
Meldy Rohulung Kec.
Pusamaen Kab. Munahasa
Tenggara
AnjasmoroKedelai Lokal
untuk benih
1 -
Gapoktan Maju bersama
Dukuh Kebun Talu Desa
Nyerot Kec. Jonggat Kab.
Lombok Tengah
AnjasmoroKedelai Lokal
untuk konsumsi
- 1
Gapoktan Karya Bakti Dukuh
Lando Kec. Tarara Kab.
Lombok Timur
AnjasmoroKedelai Lokal
untuk benih
5 Jambi1
Bahtiar, Desa Baru Tujuh
Koho, Kab. TeboAnjasmoro Kedelai Lokal
KeteranganVarietasTitik Pengambilan
H. Rahman Desa Cermai Kec.
Grogol Kab. Kediri1 Jawa Timur -
4 NTB
No. Provinsi Alamat
Hasil analisis rekapan uji yang diperoleh dari laboratorium pengujian
adalah sebagai berikut :
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
62
PELAKSANAAN KEGIATAN SUBDIT PEMASARAN HASIL DAN INVESTASI
A. Kebijakan Program dan Anggaran Pemasaran dan Investasi Tanaman
Pangan
Pemasaran komoditas tanaman pangan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dalam pengembangan sub sektor tanaman pangan. Pemasaran
adalah serangkaian kegiatan mengalirkan barang dari petani/produsen sampai
dengan konsumen dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan kepuasan
konsumen serta memberikan nilai tambah bagi petani/produsen.
Karakteristik produk tanaman pangan yang tidak tahan lama, dan dihasilkan
secara musiman memerlukan penanganan khusus, sehingga dapat
menyebabkan harga produk tanaman pangan di pasar berfluktuasi dan kadang-
kadang dapat menyebabkan terjadinya inflasi.
Pemasaran produk tanaman pangan diarahkan untuk pengembangan dan
penguatan jaringan pemasaran baik dalam negeri, dan ekspor (luar negeri).
Untuk itu kebijakan yang perlu dikembangkan yaitu: pengembangan jaringan
pemasaran domestik/luar negeri, pengembangan sarana dan kelembagaan
pasar, pemantauan pasar dan stabilisasi harga, pengembangan pelayanan
informasi pasar, peningkatan negosiasi dan advokasi pemasaran
internasional, peningkatan akses pasar komoditi segar dan produk olahan
pengembangan market intellegence rantai pasok, pengembangan promosi
produk dan penumbuhan investasi serta fasilitasi kemitraan usaha di bidang
pertanian.
Dalam upaya mendukung kegiatan pemasaran komoditas tanaman pangan
tersebut, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun anggaran 2017 telah
mengalokasikan APBN melalui fasilitasi pemasaran produk tanaman pangan.
Tujuan kegiatan adalah menyediakan sarana pemasaran dalam penguatan
akses pemasaran produk tanaman pangan untuk pasar domestik dan ekspor.
Sasaran dari kegiatan adalah tersedianya sarana pemasaran untuk mendukung
penguatan akses pemasaran produk hortikultura untuk pasar domestik dan
ekspor.
Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu memperkenalkan dan
meningkatkan pangsa pasar produk tanaman pangan adalah dengan melakukan
promosi yang intensif dan berkesinambungan serta terkoordinasi baik di dalam
negeri, maupun di luar negeri. Hakikat promosi adalah suatu bentuk komunikasi
pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk,
V
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
63
dan/atau mengingatkan pasar akan sasaran perusahaan dan produknya agar
bersedia menerima, membeli dan akhirnya fanatik terhadap produk yang
ditawarkan.
Kegiatan fasilitasi promosi produk tanaman pangan merupakan salah satu cara
untuk menginformasikan produk-produk tanaman pangan yang diminati oleh
pasar terhadap petani dan pelaku usaha. Fasilitasi promosi produk tanaman
pangan dilakukan melalui identifikasi pelaku usaha dengan kunjungan lapang ke
pelaku usaha, kunjungan ke petani atau ke Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota/Provinsi atau mengikuti rapat–rapat yang berkaitan dengan
kegiatan pemasaran dan investasi sesuai dengan penugasan pimpinan.
Kegiatan Promosi dan Investasi dilaksanakan pada sub program “Kebijakan
Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan” yang dilakukan untuk mencari
informasi di daerah tingkat Provinsi, Kota, Kabupaten pada aspek teknologi
pengolahan, permodalan, system distribusi pemasaran dan jaminan harga,
sehingga dapat memperbaiki peraturan untuk dipergunakan pihak-pihak
penanaman modal yang menjanjikan untuk berinvestasi di bidang hasil produk
pertanian tanaman pangan, yaitu padi, jagung, ubi kayu, kacang kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi jalar.
Kegiatan kebijakan pemasaran tanaman pangan dilaksanakan dengan
melakukan perjalanan dinas ke lokasi-lokasi sentra pangan dan mengikuti rapat
di luar kantor, antara lain :
1. Mengikuti Rapat Pembahasan Struktur Usaha Tani Padi di Provinsi Jawa
Barat
2. Menghadiri Focus Group Discussion (FGD) Model Bisnis Klaster Padi di
Provinsi Jawa Barat.
3. Menghadiri Pertemuan Teknis Persiapan Negotiating Committee (TNC) Ke-4
Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (II-PTA) di Provinsi Jawa Barat.
4. Menghadiri Rapat Counter Draft Chapter SPS I–EU CEPA dan RCEP di
Provinsi Jawa Barat.
5. Menghadiri Rapat Pembahasan Finalisasi Standar Kompetensi Manajerial di
Provinsi Jawa Barat.
6. Pertemuan rapat koordinasi pertemuan Working Group on Agriculture,
Fisheries and Forestry (WGAFF) ke -19 Indonesia – Belanda dilaksanakan di
Puslitbangbun, Bogor tanggal 10 – 11 Agustus 2017.
7. Pengawalan pemasaran dan investasi tanaman pangan serta verifikasi cpcl
tanaman jagung sebagai salah satu bagian dari kegiatan investasi pemerintah
untuk pengembangan jagung ke provinsi Gorontalo. Pada saat kunjungan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
64
banyak mengalami kendala, karena cuaca hujan, sehingga kadar air yang
dikandung jagung jadi cukup tinggi. Akibat kondisi ini, harga jagung tingkat
petani jatuh ke angka Rp. 2.100–2.800 tergantung kandungan kadar air.
Karena kebanyakan petani tidak mempunyai tempat lahan penjemuran
sehingga hasil panen jagung langsung dijual ke gudang pengeringan atau
pedagang yang miliki dryer, sehingga terjadi antrian dan pedagang
pengumpul menekan harga murah ke petani jagung di lapangan. Untuk
mengurangi penekanan penurunan harga yang ditentukan pedagang
(pembeli) kepada petani, hendangnya dari Pemerintah TK-II atau Pemerintah
TK-I serta Pemerintah Pusat bekerjasama dalam memfasilitasi kelompok tani
Dryer mini.
8. Pengawalan pemasaran dan investasi tanaman pangan ke Provinsi Sulawesi
Selatan. Terjadi penurunan harga jual jagung di tingkat petani serta
memantau ketersedian luas panen di beberapa sentra produksi jagung di
Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk Pemasaran Hasil produksi panen jagung di
seluruh Kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan, maka Pemerintah
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan perusahaan pabrik
pakan ternak PT. Charoen Pakhpand Indonesia (CPI) akan membeli hasil
panen jagung dengan harga Rp. 3.150/kg dengan kadar air 20–18 %.
9. Pengawalan pemasaran dan investasi tanaman pangan ke Provinsi Jawa
Barat. Kabupaten Cianjur tepatnya di Kecamatan Ciranjang termasuk daerah
sentra penanaman kedelai Provinsi Jawa Barat. Panen raya kedelai di
Kabupaten Cianjur yakni bulan Juli–Agustus. Pola penanaman di daerah
tersebut yakni sekali dalam setahun dengan pola penanaman Padi – Kedelai
– Padi. Dalam rantai kebutuhan masyarakat pola pendistibusian pemasaran
kedelai harus tepat agar tidak terjadi penimbunan bahan baku dan tingginya
harga, seperti yang terlihat dibawah :
Sistem transaksi jual beli komoditi kedelai, di mulai dari petani menjual
komoditi kedelai dengan beberapa cara yakni :
Petani
Impor (RRC, USA, Argentina)
Produsen Tahu, Tempe, Susu
Pengumpul
Kec/Kab Pedagang Grosir Prov.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
65
a. Jual langsung di kebun dengan cara diborong oleh bandar/pedagang
pengumpul desa, hal ini dilakukan karena kebutuhan uang yang
mendesak dan pertimbangan harga kedelai yang bagus. Penjualan
kedelai di kebun diborong seharga hasil kedelai ditaksir 1,5 – 2 Ton biji
kedelai kering.
b. Transaksi dilakukan dengan diawali tawar menawar antara kedua belah
pihak dan setelah disetujui maka pembayaran dilakukan secara kontan.
10. Pengawalan pemasaran dan investasi tanaman pangan ke Provinsi Jawa
Tengah. Di kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes terdapat petani
penghasil beras hitam yang sangat baik pemasarannya, yang sudah bisa
memenuhi kebutuhan pasar lokal sampai akhir tahun 2016. Untuk
mengembangkan potensi beras hitam di Kecamatan Sirampog, Pemerintah
Kabupaten Brebes mulai pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
melakukan program pembinaan terhadap 5 desa sentra beras hitam, dengan
jalan memperluas lahan produksi beras hitam seluas 5 hektar. Kelima desa
sentra beras hitam yang akan dikembangkan itu diantaranya di Desa
Manggis, Mendala, Sridadi, Kaligiri dan Desa Mlayang kecamatan
Sirampog.Kepada kelima desa itu nantinya akan mendapatkan bantuan guna
mengembangkan lahan produksi Beras hitam yang masing-masing desa
seluas 1 hektar. Hal ini dikandung maksud agar para petani dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat lokal khususnya dan masyarakat luas seluruh
Indonesia pada umumnya akan beras hitam. Karena pertumbuhan beras
hitam sekitar 6 Bulan (120 hari) dalam setahun dua kali panen berbeda
dengan beras biasa pada umumnya. Pada awal tahun 2017 ini beras hitam
sudah mulai memasarkan ke pasar modern (Transmart Tegal) dengan harga
perkilonya sekitar Rp. 46.000,-.
11. Pengawalan pemasaran dan investasi tanaman pangan ke Provinsi
Kalimantan Barat. Masa panen untuk musim gado sudah selesai dan harga
gabah di tingkat petani masih di atas HPP. Pengukuran Kadar air yang
dilakukan petani masih tradisional/alami untuk itu perlu bantuan PPL ataupun
tenaga pendamping untuk dapat mengukur kadar air dengan Moister tester.
Peralatan yang digunakan untuk melakukan panen terdiri dari sabit bergerigi
sementara untuk perontokannya sudah menggunakan Power Tresher.
Sebagian besar petani sudah tergabung dalam kelompok tani, dan status
kepemilikan lahannya masih menyewa. Hasil panen yang dijual berkisar 60%
dengan pembayaran secara cash sedangkan yang disimpan 40% dari total
produksi yang dihasilkan panen keseluruhan, sementara pembayarannya
adalah dengan cash. Biasanya penggilingan padi menjual beras ke pedagang
di Pontianak, akan tetapi disinyalir dengan masuknya beras dari luar
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
66
Petani Penggilingan Padi Toko/Pasar
mengakibatkan beras lokal tidak dapat diserap oleh grosir di Pontianak.
Adapun rantai pemasarannya adalah :
Selama periode tahun 2017, telah disiapkan regulasi dan memberikan
rekomendasi ekspor impor, dengan rincian sebagai berikut :
a. Rekomendasi dan Realisasi Ekspor Beras Ketan dan Organik 2015 – 2017
1. Beras Ketan
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 SINGAPORE 344,000 432,000 306,250 99,000 89.0 22.9
2 HONG KONG 1,000 300 0.0
3 EAST TIMOR 1,675
4 TAIWAN 530
344,000 433,000 308,755 99,000 89.8 22.9
NO NEGARA TUJUAN REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg) REALISASI Thd TARGET (%)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
2. Beras organik
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 BELGIUM 61,000 32,000 13,860 1,680 22.7 5.3
2 ITALY 40,000 39,210 33,600 3,371 84.0 8.6
3 UNITED STATES 88,000 75,000 59,005 39,520 67.1
4 SINGAPORE 46,050 30,100 1,159 0.0 3.9
5 AUSTRALIA 11,256 10,008 88.9
5 MALAYSIA 43,200
5 GERMANY 8,275
278,250 195,841 106,465 55,738 38.3 28.5
REALISASI Thd TARGET (%)NO NEGARA TUJUAN
REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
3. Beras lain-lain
2015 2016 2015 2016 2015 2016
1 GERMANY 15 20
2 MALAYSIA 41,320 21,320
3 PAPUA NEW GUINEA 640 920
4 EAST TIMOR 1,275
- - 41,975 23,535 - - TOTAL
NO NEGARA TUJUAN REKOMENDASI (Kg) REALISASI (Kg) REALISASI Thd TARGET (%)
Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
Catatan :
a) Beras-beras yang tidak ada direkomendasi tetapi ada realisasi,
kemungkinan eksportirnya belum mendapat sosialisasi panduan ekspor,
hal tersebut sedang ditelusuri.
b) Masih rendahnya realisasi dibanding rekomendasi akan diklarifikasi
setelah mendapatkan informasi dari pihak eksportir.
Menjual
Gabah
Menjual Dalam
Bentuk Beras
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
67
b. Impor Beras Tahun 2015 dan 2017 (2016 dan 2017 tdk ada rekomendasi
impor kementan, meski ada impor tanpa melibatkan kementan)
1. Beras Ketan
2015 2016
1 MALAYSIA 825,000 700,000
2 VIETNAM 200,000 450,000
3 THAILAND 399,999
1,424,999 1,150,000
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
2. Beras Kukus
2015 2016
1 INDIA 50,000 162,000
2 MALAYSIA 16,769
50,000 178,769
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
3. Beras Medium
2015 2016
1 JEPANG 80,000 115,513
2 MYANMAR 11,261,650
3 TAIWAN 148
4 THAILAND 23,479,999 458,900,000
5 VIETNAM 481,700,000 524,700,000
505,259,999 994,977,311 TOTAL
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
4. Beras Lain-lain
2015 2016
1 INDIA 33,238,500 26,998,119
2 PAKISTAN 180,099,500 62,689,830
3 KAMBOJA 1,000,000
4 MYANMAR 8,775,000
5 THAILAND 103,065,741 49,899,325
6 VIETNAM 27,274,195 10,157,318
353,452,936 149,744,592
NO NEGARA ASALREALISASI (Kg)
TOTAL Sumber: BPS dan Dit.PPHTP
Catatan :
a) Kementan tidak mengeluarkan rekomendasi impor untuk beras ketan dan
beras kukus
b) Rekomendasi impor beras medium dikeluarkan oleh Rakortas
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
68
B. Sosialisasi dan Bimbingan Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman
Pangan
a. Fasilitasi Pasar Lelang Hasil Pertanian PENAS 2017
Pasar Lelang pada Pekan Nasional (PENAS) Petani dan Nelayan XV Tahun
2017 dilaksanakan pada tanggal 6 – 11 Mei 2017 di Provinsi Aceh, diperoleh
hasil sebagai berikut :
PENAS merupakan ajang untuk memperluas jaringan pemasaran yang
diharapkan dapat diikuti oleh petani/pelaku usaha produk pertanian,
hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan yang berasal
dari berbagai daerah Indonesia dengan pengunjung dari dalam dan luar
negeri. Tema PENAS XV adalah “Melalui PENAS Petani dan Nelayan XV
2017 kita mantapkan kelembagaan tani nelayan dan petani hutan sebagai
mitra kerja pemerintah dalam rangka kemandirian, ketahanan dan kedaulatan
pangan menuju kesejahteraan petani nelayan Indonesia”. Pengembangan
Pasar Lelang merupakan salah satu kegiatan strategis pada PENAS Petani
dan Nelayan XV Tahun 2017 guna mendorong terciptanya mekanisme
pemasaran yang transparan dengan rantai yang relatif pendek dan
ekonomis.
1. Persiapan Kegiatan Pasar Lelang tanggal 4-5 Mei 2017
a. Persiapan materi untuk kegiatan Pasar Lelang berupa perbanyakan
Form Registrasi Peserta Lelang, Surat Undangan dan Jadwal Acara,
Leaflet, dan Buku Panduan.
b. Penayangan iklan Kegiatan Pasar Lelang dan Temu Usaha Agribisnis
pada Koran Serambi untuk menjaring peserta lelang yang berasal dari
berbagai daerah.
c. Mendistribusikan dan mesosialisasikan Undangan dan Jadwal Pasar
lelang, Form Peserta serta Leaflet ke seluruh Stand Pameran yang
berpartisipasi dalam PENAS XV.
d. Memasang Spanduk di depan Gedung LAN B dan Backdrop di
ruangan Mini Teater Lantai IV.
e. Menyusun ruang pertemuan lelang agar dapat berlangsung dengan
efektif dan informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh peserta.
2. Pembukaan PENAS XV dan Persiapan Kegiatan Pasar Lelang tanggal 6
Mei 2017
a. Pembukaan PENAS XV di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
69
PENAS XV dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia
Joko Widodo. Dalam arahannya Presiden mengharapkan kegiatan
yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali ini dapat menjadi wadah
untuk saling belajar tukar-menukar informasi, mengembangkan
jejaring, dan pengembangan kemitraan antar petani, nelayan dan
petani hutan, penyuluh, peneliti dan pihak swasta. Presiden juga
mengingatkan tentang pentingnya keberadaan petani dan nelayan
karena tanpa keberadaan petani dan nelayan kita semua tidak bisa
makan nasi dan ikan.
Acara pembukaan PENAS XV Tahun 2017 dihadiri oleh Menteri
Pertanian Amran Sulaiman, Gubernur Aceh Zaini Abdullah, Gubernur
Sulsel Syahrul Yasin Limpo, para Bupati penerima penghargaan
pertanian, Ketua Komisi IV DPR RI Edhy Prabowo, Ketua Umum
Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) H. Winarno Thohir, Bupati,
perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, perwakilan dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan dihadiri sekitar
35.000 petani, nelayan dan petani hutan yang berasal dari 34 provinsi
se-Indonesia serta petani peninjau dari negara-negara ASEAN.
Gubernur Aceh selaku tuan rumah memberikan sambutan selamat
datang kepada seluruh peserta PENAS XV dan berharap agar peserta
yang hadir di Aceh dapat menjadi duta promosi wisata Aceh dengan
berbagai destinasi wisata yang indah dan mempesona.
Kegiatan-kegiatan pada acaranya PENAS diantaranya temu usaha
agribisnis, pasar lelang, sarasehan petani dan nelayan, gelar teknologi,
pameran dan expo produk-produk unggulan pertanian. Diharapkan
melalui kegiatan PENAS XV 2017, gairah sektor pertanian semakin
membangkitkan semangat menuju kemandirian, ketahanan serta
kedaulatan pangan Indonesia.
b. Konfirmasi dan follow up calon peserta lelang di stand peserta
Pameran PENAS XV.
3. Pelaksanaan Kegiatan Pasar Lelang dan Temu Usaha Agribisnis tanggal
7– 10 Mei 2017
a. Kegiatan Pasar Lelang dan Temu Usaha Agribisnis dibuka secara
resmi oleh Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Ir.
Pending Dadih Permana M.Ec.Dev pada tanggal 7 Mei 2017 di
Gedung LAN Aceh, dihadiri oleh Kepala Cabang Bank BRI Aceh dan
PT. Jasindo. Narasumber pada acara temu usaha agribisnis dan pasar
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
70
lelang adalah Sekjen Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola, CEO PT
Mitra Tani Agro Unggul Ir. Benny Kusbini, Kepala Biro Pembinaan dan
Pengawasan Sistem Resi Gudang Pasar Lelang Komoditas Bappebti
Kemendag Ibu Retno.
b. Kegiatan Pasar Lelang dan Temu Usaha Agribisnis dilaksanakan
terintegrasi mulai tanggal 4 – 10 Mei 2017 di Gedung B Ruangan Mini
Theater Lantai IV dan Ruang Rapat Lantai II, Kantor PKP2A IV LAN B,
Jl. Dr. Mr. Teuku Muhammad Hasan, Kecamatan Darul Imarah, Aceh
Besar (Belakang Kantor Kejati Aceh).
c. Calon pembeli antara lain GPMT, pelaku usaha beras, kopi, kakao,
rempah, atsiri, buah-buahan, sayuran dan perikanan, Peserta lebih
kurang 3.000 orang terdiri dari antara lain petani, nelayan dan
penyuluh dari berbagai provinsi.
d. Fokus kegiatan pasar lelang berupa sosialisasi ketentuan pasar lelang
dan simulasi penggunaan sarana informasi dan komunikasi/internet
untuk mendorong perluasan akses pasar sekaligus menciptakan pasar
yang trransparan dan lebih efisien.
e. Produk-produk yang ditawarkan seperti jagung, beras, kopi, manggis,
pisang, cabe, ikan dan lain-lain umumnya belum siap untuk
dinegosiasikan/dilelang maupun dimitrakan. Penjual dan pembeli
masih memerlukan komunikasi lebih lanjut yang lebih detail mengenai
spesifikasi produk, harga, survei lapangan dan sebagainya.
f. Beberapa hal yang dicermati dari penyelenggaraan kegiatan:
a) Kegiatan ini cukup efektif memotivasi peserta terlihat dari tingkat
kehadiran yang cukup tinggi dan diskusi yang cukup dinamis.
Motivasi ini didorong oleh adanya keterbatasan akses pasar produk
lokal bila dilakukan pemasaran secara konvensional.
b) Pemasaran melalui pasar lelang merupakan peluang bagi petani
untuk mendapatkan harga yang baik apabila calon pembeli memiliki
kepastian kuantitas dan kualitas barang. Untuk kepastian/jaminan
penyerahan barang dan transaksi pembayaran pada lelang online,
perusahaan jasa lelang online masih perlu merancang mekanisme
jaminan yang dilindungi oleh hukum dan dapat dipenuhi oleh para
pihak.
c) Salah satu jasa lelang online beras oleh PT. Pos Indonesia di Jawa
Barat sudah banyak dimanfaatkan pelaku usaha. Dari pengalaman
kantor KPKNL Banda Aceh, masyarakat/pelaku usaha banyak yang
aktif memanfaatkan penawaran melalui lelang. Jasa lelang oleh
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
71
Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang difasilitasi di 70 kantor
KPKNL Provinsi dan Kabupaten sementara ini masih banyak
dimanfaatkan oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sekalipun juga
menfasilitasi permohonan lelang non-eksekusi sukarela untuk
semua produk/barang termasuk produk pertanian.
4. Penutupan PENAS XV tanggal 11 Mei 2017
Penutupan PENAS XV dihadiri oleh Gubernur Provinsi Aceh – Zaini
Abdullah, Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian – Hari Priyono,
Ketua Umum KTNA Nasional – Winarno Tohir dan peserta PENAS
seluruh Indonesia. Menurut Bapak Hari Priyono keterlibatan petani sangat
penting dalam mempercepat upaya peningkatan hasil dan nilai guna
komoditas pangan. PENAS memiliki peran strategis dalam memberikan
kesempatan petani untuk meningkatkan peran aktif guna menyongsong
peningkatan produksi dan kesejahteraan.
Gubernur Aceh menegaskan bahwa pelaksanaan PENAS XV telah
berlangsung sukses, aman dan damai. Ajang PENAS telah memberikan 3
manfaat besar yaitu 1) mempermudah akses petani dan nelayan untuk
mendapatkan teknologi, jaminan pasar, kredit dan pemangku kepentingan,
2) meningkatkan ilmu dan pengetahuan, 3) meningkatkan semangat
petani dan nelayan dalam mewujudkan Indonesia yang swasembada
pangan.
Ketua KTNA Nasional mengungkapkan bahwa kegiatan ini mampu
menciptakan pertukaran informasi dan teknologi pertanian antar petani,
petani dengan akademisi atau peneliti. Hasil yang sangat
menggembirakan adalah dengan adanya transaksi lelang komoditas
jambu biji, kopi, bawang merah dan jagung mencapai 16,1 milyar.
Bapak Winarno selaku perwakilan dari KTNA menyampaikan apresias
yang sebesar–besarnya atas kontribusi Kementan dengan pemberian
doorprise berupa alat mesin pertanian dan benih kepada peserta PENAS.
PENAS XVI berikutnya, direncanakan diselenggarakan di Provinsi
Sumatera Barat.
b. Pengembangan Informasi Pasar dan Pemantauan Stok
Salah satu upaya untuk meningkatkan akses petani terhadap pasar dan
informasi pasar adalah adanya Pelayanan Informasi Pasar. Dimana Peranan
Pelayanan Informasi Pasar dalam mendukung pengembangan pemasaran
komoditas pertanian mempunyai peranan sangat strategis yaitu (1)
Meningkatkan Daya Tawar Petani, (2) Memberikan Masukan Penyusunan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
72
Kebijakan Pemasaran Komoditas Pertanian, (3) Meningkatkan Arus
Perdagangan Antar Daerah, (4) Memberikan Masukan Perencanaan Usaha
Tani.
Guna mendukung pengembangan Pelayanan Informasi Pasar dan Stok, maka
pada tahun anggaran 2017 telah dialokasikan anggaran untuk kegiatan
tersebut. Namun, karena ada efisiensi anggaran, maka kegiatan pelayanan
informasi pasar hanya dilaksanakan pada 20 provinsi sentra produksi tanaman
pangan yang terdiri dari 200 kabupaten/kota. Selain kegiatan Pelayanan
Informasi pasar yang sudah berjalan,ditambahkan pula adanya kegiatan
pemantauan stok gabah/beras di tingkat penggilingan dan rumah tangga petani
yang semuanya dilaksanakan secara online.
Tujuan pengembangan PIP antara lain:
1. Memberikan panduan teknis tentang tata cara pelaksanaan kegiatan PIP dan
pemantauan stok gabah/beras.
2. Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan sistem pengumpulan
data informasi pasar disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.
3. Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi Pasar dan pemantauan stok yang
cepat, tepat, kontinyu, up to date dan dapat dipercaya agar langsung dapat
dimanfaatkan oleh para pengguna informasi.
4. Mengetahui Perkembangan Stok Gabah/Beras di Tingkat Penggilingan
dan Rumah Tangga Petani.
Kegiatan Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar terdiri dari :
1. Kegiatan Dekonsentrasi meliputi pengembangan pelayanan informasi
pasar, pertemuan koordinasi pelayanan informasi pasar, dan pemantauan
stok gabah/beras di 20 provinsi serta pelayanan informasi pasar tingkat
kabupaten/kota di 200 Kabupaten/Kota
2. Kegiatan Pusat meliputi kebijakan pemasaran dan investasi tanaman
pangan, pengembangan informasi pasar dan pemantauan stok dan
melaksanakan monitoring, evaluasi serta pelaporan pemasaran dan
investasi hasil tanaman pangan.
Realisasi pelaksanaan kegiatan pengembangan pelayanan informasi pasar
berupa jumlah fasilitasi pemasaran dan investasi hasil tanaman pangan
(informasi harga) sebanyak 192 informasi harga atau mencapai 99,5% dari
target 200 informasi harga.
Informasi harga harian mencakup harga di tingkat petani atau produsen untuk
jenis : a) Gabah Kering Panen; b) Harga Gabah Giling; c) Beras Medium; d)
Beras Premium; e) Jagung Pipilan Kering; f) Kedelai Lokal Biji Kering; g)
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
73
Kacang Tanah Polong Basah; h) Kacang Hijau Biji Kering; i) Ubikayu Basah;
j) Harga Ubijalar Basah dan k) Gaplek Gelondongan.
Informasi tersebut digunakan dalam mendukung penyerapan Gabah Beras
oleh Bulog, Bahan Rapat Koordinasi Kebijakan Stabilisasi Harga Pangan,
Rapat Persiapan Hari Besar, Keagamaan dan Nasional.
Perkembangan Harga Harian Komoditas Tanaman Pangan di Tingkat Petani
(Produsen) selama periode Desember 2016 – Desember Tahun 2017 sebagai
berikut :
a. Perkembangan rata-rata Harga Harian Gabah tingkat petani (produsen),
periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
74
b. Perkembangan rata-rata Harga Harian Beras Medium tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
c. Perkembangan rata-rata Harga Harian Jagung Pipilan Kering tingkat
petani (produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
75
d. Perkembangan rata-rata Harga Harian Kedelai Kering Lokal tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
e. Perkembangan rata-rata Harga Harian Kacang Tanah Lokal Polong Basah
tingkat petani (produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017
(Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
76
f. Perkembangan rata-rata Harga Harian Kacang Hijau Biji Kering tingkat
petani (produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
g. Perkembangan rata-rata Harga Harian Ubikayu Basah tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
77
h. Perkembangan rata-rata Harga Harian Ubijalar Basah tingkat petani
(produsen), periode Desember 2016 – Desember 2017 (Rp/kg)
Sumber : Petugas Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Tanaman Pangan Daerah, 2017
Dalam rangka pengembangan pelayanan informasi pasar dilaksanakan
perjalanan dinas ke 8 Provinsi meliputi Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, Aceh, Banten, dan
Sumatera Utara diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Secara umum pelaksanaan pelayanan informasi pasar pada tahun 2017
berjalan cukup baik.
2. Petugas melakukan pemantauan harga ke sentra-sentra produksi lebih
baik, karena ada fasilitasi bantuan transportasi. Selain memantau harga,
petugas juga memantau biaya usaha tani, biaya pemasaran serta arus
suplai demand komoditi tanaman pangan di lapangan.
3. Beberapa masalah yang ditemukan antara lain, banyaknya petugas
pelayanan informasi pasar yang mempunyai tugas rutin selain pelayanan
informasi pasar cukup banyak. Akibat kondisi ini, petugas kesulitan dalam
melakukan pemantauan ke lapangan serta pengiriman data ke aplikasi.
4. Banyak petugas informasi pasar belum memahami tata cara pengisian
format pemantauan stok, suplai demand, biaya pemasaran serta analisa
usaha tani melalui aplikasi online.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
78
5. Biaya operasional untuk pengiriman dirasakan oleh daerah kurang
mencukupi karena terkadang proses pengambilan data harga ke lokasi
memerlukan waktu perjalanan yang cukup lama.
6. Sample rumah tangga petani di beberapa daerah tidak memenuhi kriteria
dikarenakan kepemilikan lahan petani sebagian besar < 0,5 Ha dan
sample penggilingan sebagian besar adalah penggilingan sistem sewa
dan penggilingan keliling.
Titik kritis hasil dari pengembangan pelayanan informasi pasar antara lain:
1. Input data tidak sesuai.
Selama tahun 2017, masih tedapat adanya input data yang tidak sesuai,
sering ditemukan kelebihan angka 0, sehingga misalnya yang seharusnya
gabah kering panen itu Rp. 4.000 tertulis menjadi Rp. 40.000. Demikian
juga sering terjadi kekurangan angka yang seharusnya 4.000 tertulis 400.
Hal ini terjadi karena petugas PIP banyak terbebani dengan tugas-tugas
lain sehingga konsentrasi saat pengiriman menjadi kurang.
Selain itu, jenis komoditi yang dilaporkan berbeda-beda, yang
menyebabkan harga terjadi fluktuasi yang tidak diperlukan. Contohnya,
hari pertama dilaporkan 5.000, tapi hari berikutnya tiba-tiba berubah
menjadi 4.000 sehingga terjadi penurunan harga 1.000 (sangat
siginifikan). Padahal pada buku petunjuk teknis telah disampaikan bahwa
harga yang terjadi setiap hari harus dibuat rata-rata.
2. Jaringan Internet Lemah
Karena lokasi produsen tanaman pangan banyak terdapat di lokasi-lokasi
terpencil, maka kadanng kekuatan sinyal internet menjadi masalah dalam
pengiriman data. Akibat dari lemahnya sinyal ini, banyak daerah yang
merapel pengiriman datanya saat ditemukan sinya yang lebih baik.
3. Petugas diberikan tugas lain yang menyita waktu.
Berdasarkan petunjuk teknis yang ada, maka petugas informasi pasar
mempunyai tugas harian yang cukup menyita waktu, oleh karena itu, saat
adanya tugas tambahan lain diluar pelayanan informasi pasar,
mengakibatkan tugas pokoknya sebagai petugas pelayanan informasi
pasar menjadi terganggu.
c. Festival Produk Olahan Kedelai
Kedelai adalah komoditas tanaman pangan sebagai salah satu bahan baku
makanan utama sumber protein meliputi Tahu, Tempe, dan Kecap. Kedelai
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
79
dapat diolah untuk sari kedelai, kripik camilan, kue bolu, egg roll, bahan
kosmetik dan lain-lain.
Kedelai yang beredar di Indonesia ada dua jenis yaitu kedelai hayati/bukan
rekayasa genetik dan kedelai rekayasa genetik/GMO. Kedelai Nasional lebih
sehat dan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi, dibanding kedelai
hasil rekayasa genetic (GMO).
Nilai tambah ekonomi dan daya saing produk pertanian harus dapat
dikembangkan mulai dari sistem produksi on farm, dan sejalan dengan
dinamika pertanian, sentuhan utama produk melalui inovasi dan kreatifitas
harus diperkuat di off farm.
Dinamika perekonomian global makin kompetitif, jangan sampai Indonesia
menjadi sasaran pasar bagi produk-produk dari negara lain padahal, kita
memiliki potensi besar dalam menghasilkan produk yang berkualitas.
Pelaku usaha harus lebih kreatif melakukan pencitraan (branding, packaging,
marketing) untuk menghasilkan nilai tambah maksimal dan menarik minat
konsumen, sehingga terbentuk segmen pasar baru bagi masa depan
perkedelaian nasional, yang pada akhirnya terbangun potensi ekonomi dan
kemandiran nasional yang berbasis bahan baku lokal sehingga ketahanan
pangan dan ketahanan nasional dapat terwujud.
Festival Pangan Olahan Kedelai Lokal merupakan salah satu bentuk
dukungan Kementerian Pertanian dalam memperkuat daya saing kedelai
nasional dengan kedelai impor. Kegiatan Festival Pangan Olahan Kedelai
Lokal dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 10 Desember 2017 di Jogja
Expo Center, DI. Yogyakarta.
Rangkaian kegiatan Festival Pangan Olahan Kedelai Lokal antara lain :
1. Pameran berbagai produk olahan kedelai
2. Demo masak
3. Lomba kreasi dan inovasi masakan berbahan baku kedelai lokal
4. Talk show dan success story “Cinta Produk Olahan Kedelai Nasional”,
5. Konferensi Pers
Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 500 pengunjung yang terdiri dari
perwakilan berbagai instansi dan lembaga baik Pemerintah maupun swasta
serta stakeholders terkait. Media on line yang diundang antara lain tribun
news.com, antara.com, nusakini.com, TV Lokal, serta media online lainnya.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
80
Penyelenggaraan Festival Produk Olahan Kedelai Nasional, sebagai salah
satu alternatif media promosi dan pemasaran produk-produk Kedelai Nasional
yang dihasilkan oleh petani di dalam negeri.
Kegiatan pameran diikuti oleh kurang lebih 26 pelaku usaha olahan kedelai
antara lain : UMKM Pengolahan Kedelai Pemalang, Rumah Kedelai
Grobogan (Jateng), Poktan Ngudi Makmur (SukoHarjo), KWR Damai
(Semarang), UPPKS Lestari (Jepara), Berkah Usaha (Kebumen), Omah
Kedele (Salatiga), Usaha Tempe Warsito (Sragen), Asosiasi Pasar Tani
Yogakarta, ATempe (Yogakarta), Pusat Pengembangan Kajian dan Program
Aplikasi Kedelai Lokal (UGM Yogakarta) KWT Margo Mulyo, Susu Kedelai Bu
Ade, ASPIKA Sleman, KP4 Tahu Kita, Jogja-ku Susu Jasuke, Jogjaku
Zuppasoup, Jogjaku Thai Tea, Jogjaku Batagor, Jogjaku Bakmoy, Jogjaku
Bakpia, KTNA, Soy Snack, Klangenan Jogja 1, Klangenan Jogja 2,
Klangenan Jogja 3.
Penggunaan kedelai lokal belum banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha
peserta pameran, akan tetapi dengan mengikuti kegiatan ini diharapkan dapat
menginspirasi pelaku usaha untuk lebih banyak menggunakan kedelai lokal
agar menghasilkan rasa yang lebih enak.
Berbagai jenis lahan kedelai yang ditampilkan dalam pameran antara lain :
tahu, tempe, susu kedelai, kecap, tauco kedelai, keripik tempe, brownies
tempe, soygurt, steak tempe, tempe cheese cake, dessert tempe, muffin
tempe dan lain-lain. Pengunjung sangat antusias dengan berbagai produk
olahan kedelai yang ditampilkan dalam pameran karena selama ini
pengunjung hanya memanfaatkan kedelai sebagai bahan baku tahu, tempe,
kecap dan susu kedelai.
Kedelai lokal diharapkan dapat memiliki daya saing dan nilai yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kedelai impor. Branding dan Labelling merupakan
salah satu alat untuk meningkatkan peluang pemasaran kedelai lokal dengan
menampilkan keunggulan kedelai lokal yang memiliki rasa yang lebih enak,
gurih, sehat dan segar.
Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi semangat pelaku usaha untuk
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produknya dengan beralih
memanfaatkan kedelai lokal. Selain itu juga dapat memacu kreatifitas serta
inovasi dalam mengembangkan usaha dengan menciptakan produk olahan
kedelai lokal sesuai trend masyarakat sehingga dapat mengangkat citra
kedelai lokal menjadi salah satu produk unggulan nasional.
Dengan pemanfaatan kedelai lokal yang optimal akan memotivasi petani
untuk melakukan penanaman secara besar–besaran sehingga tercipta
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
81
segmen pasar yang baru yang pada akhirnya akan terbangun kemandirian
nasional berdasar bahan baku lokal dalam upaya mendukung terwujudnya
ketahanan pangan nasional menuju masyarakat Indonesia yang lebih seHat.
C. Koordinasi Pemasaran dan Investasi Hasil Tanaman Pangan
a. Pengawalan Pengembangan Ekspor dan Peluang Investasi
a) Prognosa Ketersediaan dan kebutuhan Beras (Ribu Ton)
1. Stok awal tahun 2017 sebesar 1,74 juta ton, merupakan stok akhir
tahun 2016 di Bulog, belum memperhitungkan stok beras di
masyarakat (produsen dan konsumen),
2. Produksi Beras kotor nasional Tahun 2017 sebesar 47,44 juta ton
dihitung berdasarkan ARAM I 2017, merupakan angka revisi
pembahasan pada rakor penyusunan ATAP 2016 dan ARAM I
2017 Produksi Tanaman Pangan di Solo 8-10 Juni 2017. Sebesar
81,57 juta ton GKG dikurangi penggunaan GKG sebesar 7,3%
terdiri dari benih 0,9% pakan,
3. Penggunaan beras non pangan sebesar 3,33% terdiri dari pakan
ternak 0,17%, industri non makanan 0,66% dan susut/ tercecer
beras 2,5%,
4. Kebutuhan beras sebesar 114,6kg/kap/th (BAPPENAS dan BPS),
terdiri dari konsumsi langsung tingkat rumah tangga 100,60
kg/kap/th (Susenas Tri I 2016) dan konsumsi tidak langsung
merupakan selisih antara total kebutuhan dikurangi konsumsi
langsung rumah tangga.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
82
b) Prognosa Ketersediaan dan kebutuHan Jagung (Ribu Ton)
1. Stok awal tahun 2017 sebesar 370,41 ribu ton, merupakan stok
akhir tahun 2016 di Bulog 37,408 ton dan stok akhir di GPMT
333.000 ton, belum memperhitungkan stok lainnya,
2. Produksi Jagung kotor nasional Tahun 2017 sebesar 26,028 juta
ton pipilan kering (ARAM I Produksi Jagung tahun 2017, Ditjen TP),
3. Kehilangan/ tercecer beras 5% dari produksi (NBM)
4. KebutuHan Jagung terdiri dari : (1) konsumsi langsung tingkat
rumah tangga 1,84 kg/kap/th (Susenas Triwulan I 2016); (2)
kebutuHan jagung untuk industri pakan sebesar 9,35 juta ton.
c) Prognosa Ketersediaan dan kebutuHan Kedelai (Ribu Ton)
1. Kehilangan/ tercecer beras 5% dari produksi (NBM)
2. Kebutuhan terdiri dari : (1) konsumsi langsung tingkat rumah
tangga 7,18 kg/kap/th (Susenas Triwulan I 2016), kebutuhan benih
50 kg/Ha dari luas tanam 469,48 ribu Ha (Ditjen TP, 2017),
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
83
kebutuhan industri dihitung dengan pendekatan ketersediaan
(NBM) dikurangi dengan kebutuhan rumah tangga (Susenas
triwulan I, 2016)
b. Pertumbuhan Impor dan Ekspor Tahun 2016 s.d 2017
1) Ekspor Impor Beras
a) Impor beras tahun 2017 sebesar 1.283.183 ton, tahun 2017
sebesar 307.526 ton terjadi penurunan 76%. Impor tahun 2017
share terbesar impor berasal dari kode HS 10064090/ beras pecah
lain-lain sebesar 98,2% atau sebesar 302.003 ton; dan kode HS
10061010/beras berkulit (padi atau gabah) cocok untuk semai
sebesar 1,02% atau 3.145 ton; serta kode HS 11029010/tepung
beras sebesar 0,73 % atau 2.251 ton.
b) Ekspor beras tahun 2016 sebesar 2.538 ton, tahun 2017 sebesar
4.323 ton terjadi kenaikan 70%. Ekspor tahun 2017 sHare terbesar
berasal dari kode HS 10063099/beras ½ giling atau seluruhnya,
disosoh atau dikilapkan maupun tidak berupa lain-lain sebesar 79%
atau 3.433 ton.
-2.000.000
-1.000.000
0
1.000.000
2.000.000
2012 (Ton) 2013 (Ton) 2014 (Ton) 2015 (Ton) 2016 (Ton) 2017 (Ton)
Ekspor 1.085 2.937 3.026 1.961 2.538 4.323
Impor 1.810.583 472.665 844.164 861.601 1.283.183 307.526
Neraca -1.809.498 -469.727 -841.138 -859.640 -1.280.645 -303.202
1.085 2.937 3.026 1.961 2.538 4.323
1.810.583
472.665 844.164 861.601
1.283.183
307.526
-1.809.498
-469.727 -841.138 -859.640
-1.280.645
-303.202
Vo
lum
e T
on
Perkembangan Neraca Volume Perdagangan Beras Tahun 2012-2017
1. Peningkatan kebutuhan periode HBKN : Puasa dan Idul Fitri 10%, Idul AdHa
5%, Natal dan Tahun Baru 5%,
2. Jumlah penduduk tahun 2017 sebanyak 261.890,9 ribu jiwa (Proyeksi
Penduduk Indonesia 2010-2035, BAPPENAS-BPS),
3. Neraca kumulatif adalah neraca domestik (bulanan) ditambah stok awal
(carry over) bulan sebelumnya,
4. Neraca Domestik adalah produksi dikurangi kehilangan dikurangi total
kebutuhan.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
84
2) Ekspor Impor Jagung
a) Impor jagung tahun 2016 sebesar 1.331.575 ton, tahun 2017
sebesar 714.504 ton terjadi penurunan 46%. Impor tahun 2017
share terbesar berasal dari kode HS 10059090 (jagung selain untuk
bibit dan brondong) sebesar 71,14% atau 508.287 ton, dan kode
HS 11081200 (pati jagung) sebesar 26,42% atau 188.740 ton.
b) Ekspor jagung tahun 2016 sebesar 41.875 ton, tahun 2017 sebesar
46.997 ton terjadi kenaikan 12%, ekspor tahun 2017 share terbesar
berasal dari kode HS 11081200/pati jagung sebesar 74,96% atau
35.231 ton dan kode HS 23021000/sekam, dedak dari jagung
sebesar 18,44% atau 8.668 ton.
3) Ekspor Impor Kedelai
a) Impor kedelai tahun 2016 sebesar 6.333.786 ton, tahun 2017
sebesar 7.068.121 ton terjadi kenaikan 12%. Impor tahun 2017
share terbesar berasal dari kode HS 23040090/bungkil dan residu
padat kedelai selain dari tepung sebesar 61,18% atau 4.324.451
ton; serta kode HS 12019000/kedelai lain-lain sebesar 37,80% atau
2.671.914 ton.
b) Ekspor kedelai tahun 2016 sebesar 13.797 ton, tahun 2017 sebesar
56.421 ton terjadi kenaikan 309%. Ekspor tahun 2017 share
terbesar berasal dari kode HS 15071000/minyak mentah
dihilangkan getahnya maupun tidak sebesar 74,68% atau 42.136
ton; serta kode HS 21031000/kecap sebesar 22,30% atau 12.582
ton.
-4.000.000-3.000.000-2.000.000-1.000.000
01.000.0002.000.0003.000.0004.000.000
2012 (Ton) 2013 (Ton) 2014 (Ton) 2015 (Ton) 2016 (Ton) 2017 (Ton)
Ekspor 70.862 20.496 44.843 250.831 41.875 46.997
Impor 1.807.398 3.294.912 3.374.502 3.500.104 1.331.575 714.504
Neraca -1.736.536 -3.274.416 -3.329.659 -3.249.272 -1.289.700 -667.507
70.862 20.496 44.843 250.831 41.875 46.997
1.807.398
3.294.912 3.374.502 3.500.104
1.331.575 714.504
-1.736.536
-3.274.416 -3.329.659 -3.249.272
-1.289.700 -667.507
Vo
lum
e T
on
Perkembangan Neraca Volume Perdagangan Jagung Tahun 2012-2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
85
Untuk rincian perkode HS bisa dilihat pada Lampiran 10.
c. Focused Group Discussion (FGD) Kebijakan Tata Niaga Impor
Kedelai di Provinsi DKI Jakarta
Focused Group Discussion (FGD) Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai
dilaksanakan pada bulan Oktober 2017, bertempat di ruang Rapat UPSUS
PJK 1, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian,
Jakarta.
1. FGD Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai Tanggal 13 Oktober 2017
Menghasilkan kesepakatan :
a. Pembentukan Tim Tata Niaga Kedelai
b. Rencana Pertemuan: Selasa tanggal 17 Oktober 2017; Jumat 20
Oktober 2017; Selasa tanggal 24 Oktober 2017; Jumat tanggal 27
Oktober 2017 (finalisasi).
c. Data data yang diperlukan diantaranya: ketersediaan dan
kebutuhan kedelai (Gapoktindo), Jadual tanam dan panen kedelai,
regulasi eksisting dll.
d. Tugas Tim :
1) Membuat kajian: aturan tata niaga kedelai dan tarif bea masuk
kedelai;
2) Menyiapkan Draft Peraturan Permendag;
3) Menyiapkan Draft Peraturan Permentan;
4) Menyiapkan Draft Peraturan Menperin;
-8.000.000-6.000.000-4.000.000-2.000.000
02.000.0004.000.0006.000.0008.000.000
2012 (Ton) 2013 (Ton) 2014 (Ton) 2015 (Ton) 2016 (Ton) 2017 (Ton)
Ekspor 12.730 14.844 51.184 13.935 13.797 56.421
Impor 5.440.688 5.341.159 5.845.414 6.416.821 6.333.786 7.068.121
Neraca -5.427.958 -5.326.315 -5.794.231 -6.402.886 -6.319.989 -7.011.700
12.730 14.844 51.184 13.935 13.797 56.421
5.440.688 5.341.159 5.845.414 6.416.821 6.333.786 7.068.121
-5.427.958 -5.326.315 -5.794.231 -6.402.886 -6.319.989 -7.011.700
Vo
lum
e T
on
Perkembangan Neraca Volume Perdagangan Kedelai Tahun 2012-2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
86
2. FGD Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai Tanggal 17 Oktober 2017
a. Pembahasan
a) Perencanaan Produksi dan Konsumsi Kedelai Nasional.
b) Kebijakan apa saja yang diperlukan agar harga kedelai petani
menguntungkan, motivasi petani menanam kedelai meningkat
dan produksi dapat dipenuhi dari produk dalam negeri.
c) Kebijakan yang diperlukan adalah Penetapan HPP dan
Pengaturan Tataniaga impor kedelai.
b. Langkah – Langkah :
a) Menyiapkaan regulasi terkait kewenangan Kementan untuk
memberikan rekomendasi Teknis Ketentuan Impor Kedelai;
b) Draft penerapan tarif barier yang bijak yang menguntungkan
kedua belah pihak (didukung analisis dari PSEKP);
c) Mengatur tata niaga impor dengan non tarif barrier (isu
spesifikasi teknis);
d) Memberikan harga yang layak bagi kedelai lokal karena non
GMO;
e) Misi kementan : konsumsi kedelai lokal yang sehat;
f) Upaya kementan : kedelai mudah didapat, aman dan tersedia
secara kontinyu.
c. Tindak lanjut :
a) PSEKP bersama BKP Kementan menyiapkan kajian
komprehensif terkait penerapan tarif, tata niaga impor, jaminan
harga (HPP, tarif), penerapan regulasi non tarif barrier;
b) Ditjen Tanaman Pangan, Kementan menyiapkan draft
Permentan Rekomendasi teknis Ketentuan Impor Kedelai;
c) Ditjen Perdangangan Luar Negeri - Kemendag menyiapkan draft
tataniaga ketentuan impor kedelai;
d) Ditjen Perdangan Dalam Negeri, Kemendag melakukan evaluasi
tentang harga Acuan Pembelian di petani dan konsumen
(Pengrajin Tahu Tempe);
e) Ditjen Tanaman Pangan, Kementan segera menyiapkan surat
Menteri Pertanian kepada Menteri Perdagangan tentang
rencana regulasi tata niaga kedelai;
f) Ditjen Tanaman Pangan, Kementan menyiapkan surat susulan
dari Menteri Pertanian kepada Menteri Negara BUMN, Menteri
Perdagangan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
87
perihal penegasan penugasan BULOG terkait kedelai (dilampiri
dengan kajian);
g) Ditjen Tanaman Pangan, Kementan bersama Deputi Bidang
Produksi dan Pemasaran Kemenkop dan UKM dan Ditjen IKM
Kemenperin mensinkronkan data produksi dan kebutuhan
industri tahu tempe, serta IKM;
h) Ditjen IKM Kemenperin menyiapkan draft Peraturan Menteri
Perindustrian tentang penugasan BULOG menyalurkan kedelai
ke industri tahu tempe sesuai Perpres no 48 tahun 2017.
3. FGD Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai Tanggal 20 Oktober 2017
a. Hasil FGD berupa Kesepakatan
a) Peserta Rapat sepakat pengaturan Tata Niaga Impor Kedelai;
b) Menyiapkan Draft Peraturan Menteri Pertanian dan usulan tarif
yang masuk dengan naskah akademis kebijakan kedelai
dengan mencermati kebijakan yang berlaku, seperti Permendag
24 tahun 2013, Permendag 18 tahun 2014, Permendag 49
tahun 2013, dan Perpres 48 tahun 2017;
c) Mereviuw kembali Draft Permentan dengan memasukkan
klausul terkait kepentingan industri (petani pengrajin tahu
tempe) dan konsumen (bukti serap dan masa panen di
Permentan);
d) Dalam kondisi produksi kedelai dalam negeri dapat mencapai
3,5 juta ton, maka pemenuhan kebutuhan dalam negeri tidak
perlu lagi dari impor, dengan kondisi tersebut diperlukan
regulasi impornya;
e) K/L terkait dan GAPOKTINDO akan menyampaikan data
dukung untuk memperkaya bahan masukan dalam penyusunan
naskah akademis;
f) Mengawal implementasi Surat Menteri terkait kedalai yang
ditujukan kepada Menteri Perdagangan, Menteri BUMN dan
Menteri Keuangan
g) Hasil kajian diharapkan uptodate perhitungan terkini di lapangan
oleh PSEKP;
h) Pertemuan lanjutan akan dilaksanakan pada hari Selasa, 24
Oktober 2017;
b. Tindak Lanjut
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
88
a) Surat Menteri Pertanian kepada Menteri Perdagangan tentang
usulan pengaturan impor kedelai. Menunggu tanda tangan
Mentan (perlu dimonitor);
b) Draft Peraturan Menteri Perdagangan Tentang Ketentuan Impor
Kedelai. Kemendag menunggu surat Mentan kepada Mendag.
Ketentuan impor yang diatur sbg pokok bahasan FGD;
c) Draft Peraturan Menteri Perindustrian (sedang diproses);
d) Surat Menteri Pertanian kepada Menteri Keuangan Pengusulan
Tarif Bea Masuk;
e) Konsep sudah ada, sedang Melengkapi Justifikasi /telaahan;
f) Surat Menteri Pertanian kepada Menteri Negara BUMN tentang
penugasan kepada Perum Bulog. Konsep sudah ada, perlu
melengkapi justifikasi;
g) Draft Peraturan Menteri Pertanian tentang rekomendasi Impor
Kedelai. Konsep sudah ada. Perlu Penyelarasan dengan
Permendag.
c. Rancangan Pengaturan Tata Niaga Kedelai (ketentuan teknis)
4. FGD Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai Tanggal 24 Oktober 2017
a. Tindak Lanjut
Perlu dukungan kementerian/lembaga lain untuk pencapaian
swasembada kedelai dalam beberapa aspek antara lain ;
a) Permendag tentang ketentuan impor kedelai dengan
mensyaratkan rekomendasi Kementan dan Kemenperin,
b) Pengaturan harga di dalam negeri (HPP) tingkat petani dan HET
tingkat pengrajin tahu dan tempe/konsumen,
Pengaturan
Permendag/
Permentan
1201.9
Biji kedelai selain
untuk benih
- Untuk Pangan
Tahu Tempe Importir : Bulog Rekomendasi Kementan Permendag dan Permentan
- Untuk Bahan
Baku Industri selain
tahu teme
- Untuk Bahan
Pakan :
Importir /BUMNPemasukan bebas, untuk peredaran di luar
panen rayaPermendag dan Permentan
Importir /API- P Di Luar Panen Raya Permendag dan Permentan
Permendag
Dan Permentan4
Persyaratan Bukti
Serap Importir : API- P - Bukti Serap kedelai dalam negeri
Permendag dan Permentan
2
Peruntukan,
Importir dan
Rekomendasi
Importir : Pemilik Angka Pengenal Importir
Produsen /API – P : Rekomendasi :
Kementan/Kemenperin
Permendag dan Permentan
3Waktu
Pemasukan
No Uraian Ketentuan
1 Cakupan Kode HS Di luar kode HS tidak diatur tata niaganya
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
89
c) Promosi kedelai dalam negeri non GMO (aspek keamanan
pangan),
d) Mendorong penggunaan produksi kedelai nasional pada industri
pangan,
e) Dukungan dalam penerbitan regulasi impor dan HPP serta
pendanaan,
f) Dukungan dalam melindungi kedelai nasional melalui kebijakan
yang lebih mengutanamakan bahan baku dalam negeri dan
memberlakukan sistem kuota pada importasi kedelai dan tidak
dimasukkan kepada paket deregulasi,
g) Dukungan penetapan tarif biaya masuk kedelai sekitar 10%,
h) Menyerap produksi kedelai nasional dari petani dan menjual
kepada industri tahu tempe dan pengguna lainnya,
i) Pembinaan pengrajin tahu tempe untuk penggunaan kedelai
nasional,
j) Meningkatkan kapasitas usaha dan daya saing dengan
mengutamakan bahan baku dari kedelai nasional.
5. FGD Kebijakan Tata Niaga Impor Kedelai Tanggal 27 Oktober 2017
a. Hasil FGD
FGD mengusulkan kebijakan sebagai berikut :
a) Penetapan tarif bea masuk antara 10 – 20%, harus dibahas oleh
Tim Tarif di Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian
Keuangan.
b) Pengendalian impor melalui :
- Importir tunggal oleh BULOG sesuai Perpres 48 tahun 2017.
- Importir BULOG (untuk kebutuhan industri pangan/tahu
tempe dan pangan IKM lainnya) dan Importir Pemilik Angka
Pengenal Importir Produsen (API-P) untuk memenuhi bahan
baku industri.
- Rekomendasi teknis dari Kementerian Pertanian dalam hal
importasi kedelai.
c) Pengamanan harga di Dalam Negeri oleh PERUM BULOG,
melalui evaluasi secara periodik Permendag No. 27 Tahun 2017
terkait harga kedelai sesuai mutu dan kualitas (fleksibilitas harga
acuan pada saat panen dan diluar panen).
b. Tindak Lanjut
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
90
Usulan alternatif kebijakan seperti tersebut diatas akan
ditindaklanjuti oleh Kementerian Pertanian kepada Kemendag,
Kemenkeu, Kemenperind, Kemenkop dan UKM, dan Kemenko
Perekonomian. Selanjutnya untuk impor kedelai diharuskan labeling
dan pencantuman logo produk kedelai Genetic Modified Organism
(GMO) dan Non GMO. Usulan alternative kebijakan sebagaimana
matriks pada lampiran.
D. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan Pemasaran dan Investasi Tanaman
Pangan
Kegiatan pemasaran dan investasi tanaman pangan tahun 2017 mencakup dana
dekonsentrasi pengembangan informasi pasar dan investasi tanaman pangan.
Adapun pengembangan informasi pasar dilaksanakan pada 200 Kabupaten di 20
Provinsi dan pemantauan stok beras 60 Kabupaten.
Kegiatan pengembangan informasi pasar terdiri dari pelayanan informasi pasar
dan pemantauan stok yang dilaksanakan provinsi dalam bentuk pertemuan
koordinasi petugas pelayanan informasi pasar tingkat Provinsi/Kabupaten.
Petugas pelayanan informasi pasar diharapkan mengirimkan harga harian
komoditas tanaman pangan setiap hari, data supply demand tanaman pangan,
analisa usaha tani tanaman pangan, analisa biaya pemasaran dan data
pemantauan stok.
Dana dekonsentrasi pemasaran hasil dan investasi tanaman pangan tahun 2017
sebesar Rp. 5,202,571,000 dengan realisasi sebesar Rp. 3.902.045.737 (75%),
realisasi ini tergolong masih rendah hal tersebut dikarenakan masih banyaknya
daerah yang belum melaksanakan kegiatan tersebut dan adanya Dinas
Pertanian yang tidak tahu jika Satker Tanaman Pangan terdapat dana
dekonsentrasi pemasaran hasil dan investasi (Provinsi Gorontalo dan Provinsi
Kalimantan Selatan yang serapan anggarannya rendah).
Adapun optimalisasi kegiatan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) yang diberikan
kepada 200 Kab/Kota di 20 Provinsi masih jauh dari memuaskan. Keaktifan
petugas PIP dalam pengiriman data harian harga tanaman pangan sebesar 70%,
data analisa usaha tani sebesar 6%, data pemantauan stok sebesar 33.33%,
data supply demand sebesar 6% dan biaya pemasaran sebesar 8,5 %.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
91
Kegiatan pemantauan stok yang diberikan kepada 60 Kab/Kota belum efektif
dilakukan. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pertemuan untuk
mensosialisasikan aplikasi pemantauan stok yang masih baru kepada petugas
PIP yang mendapatkan dana pemantauan stok sehingga petugas kurang
mengerti cara pengambilan data responden dan penginputan data responden di
aplikasi pemantauan stok.
Aktif Tidak Aktif
1 Harga Tanaman Pangan 141 Kab/Kota 60 Kab/Kota 70
2 Anal isa Usahatani 12 Kab/Kota 188 Kab/Kota 6
3 Pemantauan Stok 15 Kab/Kota 45 Kab/Kota 33.33
4 Supply Demand 12 Kab/Kota 188 Kab/Kota 6
5 Biaya Pemasaran 17 Kab/Kota 183 Kab/Kota 8.5
No. DataOptimalisasi
Keaktifan (%)
Tabel 16. Optimalisasi Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar Tahun 2017
Kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pemasaran dan investasi tanaman
pangan dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan pemasaran dan investasi serta
mengidentifikasi permasalahan yang muncul sehingga dapat dijadikan acuan
dalam perencanaan program dan kegiatan pemasaran dan investasi pada masa
yang akan datang. Kegiatan dekonsentrasi pemasaran hasil dan investasi
tanaman pangan seharusnya segera direalisasikan agar sesuai dengan target
yang diharapkan sehingga petugas PIP dan stakeholder lainnya dapat
memperoleh informasi terkait perkembangan pemasaran dan investasi tanaman
pangan di daerah tersebut. Dengan memberikan teguran kepada daerah yang
kurang aktif dalam penyampaian data harian harga tanaman pangan, analisa
usahatani, pemantauan stok, supply demand dan biaya pemasaran, baik secara
tertulis maupun lisan serta perlu adanya pertemuan nasional untuk petugas PIP
untuk sosialisasi aplikasi baru baik aplikasi pemantauan stok, aplikasi Analisa
usahatani, dan supply demand biaya pemasaran.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
92
ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN
A. Organisasi
1. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dibawah
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 03 Agustus
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan dan pemasaran
hasil tanaman pangan.
Agar pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian tersebut diatas dapat
operasional, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
52/Permentan/OT.040/11/2017 tanggal 2 Nopember 2017 tentang Uraian
Tugas Pekerjaan Unit Kerja Eselon IV Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen,
pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran
dan investasi tanaman pangan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan,
standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi
tanaman pangan;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu
serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu
serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu
serta pemasaran dan investasi tanaman pangan;
f. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar, serta penerapan standar
mutu di bidang tanaman pangan; dan
g. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan.
VI
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
93
2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan terdiri atas :
a. Subdirektorat Pascapanen;
b. Subdirektorat Pengolahan;
c. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu;
d. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi;
e. Subbagian Tata Usaha; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Subdirektorat sebagai berikut :
1. Subdirektorat Pascapanen mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
dibidang peningkatan pascapanen tanaman pangan. Dalam
melaksanakan tugas, Subdirektorat Pascapanen menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerapan teknologi dan
penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan teknologi dan
penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
penerapan teknologi dan penyediaan sarana pascapanen tanaman
pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan
teknologi dan penyediaan sarana pascapanen; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penerapan
teknologi dan penyediaan sarana pascapanen tanaman pangan.
2. Subdirektorat Pengolahan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang peningkatan pengolahan hasil tanaman pangan. Dalam
melaksanakan tugas Subdirektorat Pengolahan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penerapan teknologi dan
penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penerapan teknologi dan
penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan;
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
94
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang penerapan teknologi dan penyediaan sarana pengolahan
tanaman pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penerapan
teknologi dan penyediaan sarana pengolahan tanaman pangan; dan
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang penerapan
teknologi dan penyediaan sarana pengolahan hasil tanaman pangan.
3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan
evaluasi serta koordinasi di bidang perumusan dan harmonisasi standar,
dan penerapan standar mutu hasil tanaman pangan. Dalam
melaksanakan tugas Subdirektorat Standardisasi dan Mutu
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;
c. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standardisasi dan
penerapan standar mutu hasil tanaman pangan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang standardisasi
dan penerapan standar mutu Hasil tanaman pangan; dan
e. Penyiapan koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta
penerapan standar mutu di bidang tanaman pangan.
4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang peningkatan pemasaran hasil dan investasi tanaman
pangan. Dalam melaksanakan tugas Subdirektorat Pemasaran dan
Investasi menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pemasaran
hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan;
b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di peningkatan pemasaran hasil,
promosi, dan investasi tanaman pangan;
c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria di
bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman
pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan; dan
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
95
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan
pemasaran hasil, promosi, dan investasi tanaman pangan.
5. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan
kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat
serta kearsipan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan.
6. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas
Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian masing-masing
dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk Direktur
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, mempunyai tugas
melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-
masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada setiap Subdirektorat, masing-masing mempunyai dua seksi yaitu :
1. Subdirektorat Pascapanen terdiri dari :
a. Seksi Penerapan Teknologi Pascapanen
b. Seksi Sarana Pascapanen.
2. Subdirektorat Pengolahan terdiri dari :
a. Seksi Penerapan Teknologi Pengolahan
b. Seksi Sarana Pengolahan.
3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu terdiri dari :
a. Seksi Standardisasi
b. Seksi Mutu.
4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi terdiri dari :
a. Seksi Pemasaran dan Promosi
b. Seksi Investasi.
Dokumen Rencana Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Tahun 2015-2019 harus mengalami revisi karena dokumen Rencana Strategis Tahun
2015 berada pada unit kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Proses revisi
ini perlu dilakukan sebagai konsekuensi atas perubahan unit kerja di lingkungan
Kementerian Pertanian, yang berlaku mulai tahun 2016 dan sebagai konsekuensi
tindak lanjut dari perubahan renstra Kementan dan renstra Ditjen Tanaman Pangan.
Dasar hukum operasional pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dalam menyusun rencana strategis antara lain:
a. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 09/Permentan/RC.020/3/2017 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (edisi revisi).
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
96
b. Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor 59.a/HK.310/C/6/2017
tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2015-
2019 (edisi revisi).
B. Ketatausahaan
Sebagai fungsi pelayanannya, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas yaitu:
1. Administrasi Umum
a. Surat Menyurat.
Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan
diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting dan
mendesak dikirim via e-mail, faksimili. Selama tahun 2017 realisasi surat
masuk sebanyak 2.053 pucuk surat sedangkan surat keluar sebanyak 697
pucuk surat.
b. Perpustakaan.
Perpustakaan diharapkan dapat memberi informasi literatur, buku dan
informasi lainnya. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan sebagian
besar berupa laporan dari lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan,
sedangkan buku-buku yang berupa literatur, Lembaran Negara dan lain-
lain masih sangat kurang. Buku/laporan pusat yang dihasilkan pada tahun
2017 sebanyak 167 buku.
2. Kepegawaian
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan didukung oleh 69 orang pegawai, yang
terdiri dari 1 orang Direktur, 4 orang Kepala Subdirektorat, 8 orang Kepala
Seksi dan 1 orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha serta 55 orang Staf.
a. Komposisi Pegawai
1. Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Pangkat
a) Golongan IV/b Pembina Tingkat I : 3 orang
b) Golongan IV/a Pembina : 5 orang
c) Golongan III/d Penata Tingkat I : 11 orang
d) Golongan III/c Penata : 7 orang
e) Golongan III/b Penata Muda Tingkat I : 24 orang
f) Golongan III/a Penata Muda : 8 orang
g) Golongan II/d Pengatur Tingkat I : 2 orang
h) Golongan II/c Pengatur : 6 orang
i) Golongan II/b Pengatur Muda Tingkat I : 2 orang
j) Golongan II/a Pengatur Muda : 1 orang
Jumlah : 69 orang
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
97
2. Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
a) S3 (doktoral) : 1 orang
b) S2 (pasca sarjana) : 16 orang
c) S1 (sarjana) : 35 orang
d) D3 (sarjana muda) : 6 orang
e) SLTA : 11 orang
f) SD : 1 orang
3. Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin
a) Laki-laki : 33 orang
b) Perempuan : 36 orang
Daftar Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan selengkapnya disajikan pada tabel Lampiran 11-12.
b. Mutasi, Pelimpahan, Pensiun, Meninggal, Kenaikan Gaji Berkala,
Kenaikan Pangkat, Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya
Satya (SLKS) dan Kartu-kartu.
Selama periode Januari s/d Desember 2017 telah terjadi mutasi alih
tugas/melimpah, pensiun, meninggal dan promosi, penyematan tanda
kehormatan Satya Lencana Karya Satya dan pembuatan kartu-kartu
dengan rincian sebagai berikut :
1. Pergantian Direktur, sebanyak 3 kali rinciannya sebagai berikut:
1) Ir. Tri Agustin Satriani, M.M per 5 Maret 2017 mutasi ke Pusat
Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan
Ketahanan Pangan.
2) Ir. Yanuardi, M.M tanggal 6 Maret sampai 14 September 2017
mutasi ke Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan.
3) Dr. Ir. Mohammad Takdir Mulyadi, M.M terhitung tanggal 24
November 2017 menjabat menjadi Direktur Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.
2. Mutasi :
Pelimpahan pegawai dari Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan sebanyak 2 orang yaitu :
1) Ajungtyas Retna T, S.E. sebagai Kasubbag Tata Usaha,
2) Putri Kartika, S.E., M.Si. sebagai Kasi Standardisasi di Subdit
Standardisasi dan Mutu.
3. Pegawai yang pensiun sebanyak 1 orang yaitu :
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
98
1) Raden Wahyono pensiun terhitung mulai tanggal 1 November
2017.
4. Pegawai yang promosi sebanyak 3 orang, yaitu :
1) Maretsum Simanulang, S.P., M.Si sebagai Kasubbag Evaluasi dan
TLHP,
2) Nurihyatun Sardjono, S.P., M.P. sebagai Kasi Sarana Pascapanen
Tanaman Pangan,
3) Aris Puji Sunarso, S.TP, M.Eng sebagai Kepala Seksi Pemantauan
dan Evaluasi di Balai Besar POPT Jatisari, Karawang.
5. Pegawai yang mutasi ke Sekretariat Jenderal Tanaman Pangan
sebanyak 1 orang yaitu:
1) Nur Indriastuti, S.E sebagai Kasubbag Tata Usaha.
6. Pegawai yang mutasi ke Balai Tanaman Pangan sebanyak 2 orang
yaitu:
1) Ir. Bambang Kuncoro, M.M sebagai Kepala Bagian Umum di Balai
Besar Peramalan Organisme Penganggu Tumbuhan, Jatisari,
2) Ir. Dhany Permadi, M.M sebagai Staf Seksi Informasi dan
Dokumentasi di Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Cimanggis, Depok.
7. Pegawai yang mutasi ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan, sebanyak 2 orang:
1) Ir. Hardian, M.P sebagai Kasubdit Pengolahan Tanaman Pangan,
2) Oim Abdul Rahman, S.St., SP sebagai Kasi Investasi Subdit
Pemasaran dan Investasi Tanaman Pangan.
8. Pegawai yang mutasi ke Subdit Lingkup Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sebanyak ada 2 unit:
1) Tiurmauli Silalahi, S.P., M.M dari Kasi Investasi Subdit Pemasaran
dan Investasi ke Kasi Penerapan Teknologi Pengolahan Tanaman
Pangan,
2) Tias Atika Rachmawati, S.E dari staf Tata Usaha ke bagian staf
seksi Pemasaran dan Promosi Subdit Pemasaran dan Investasi
Tanaman Pangan.
9. Pegawai yang mutasi antara instansi ada 1 orang yaitu:
1) Simon, S.P., M.M ke Pemerintah Kota Medan, Sumatera Utara.
10. Kenaikan Gaji Berkala.
Selama tahun 2017 (Januari s/d Desember 2017) kenaikan gaji berkala
sebanyak 36 (Tiga puluh enam) orang. Surat Keputusan sudah terbit
100%.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
99
11. Kenaikan pangkat.
Pada tahun 2017 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 14 (Empat
belas) orang, terdiri dari :
a) Periode April 2017 : 7 orang
b) Periode Oktober 2017 : 7 orang
12. Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS)
Sampai dengan tahun 2017 telah diberikan tanda kehormatan Satya
Lencana Karya Satya kepada pegawai yang berhak dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun : 1 orang
b) Satya Lencana Karya Satya XX Tahun : 7 orang
c) Satya Lencana Karya Satya X Tahun : 14 orang
13. Kartu-kartu
Selama tahun 2017 (Januari s/d Desember 2017) pengurusan Kartu
Pegawai (Karpeg / Karsu / Karis, Taspen, Askes (BPJS), KORPRI dan
NPWP) selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Jenis Sedang
Kartu Proses
1 Karpeg 68 - -
2 Karis/Karsu 67 - 5 Belum berkeluarga
3 Askes 72 - -
4 Taspen 68 - -
5 KORPRI 72 - -
6 NPWP 72 - -
No KeteranganBelumSelesai
Tabel 17. Kartu Pegawai Tahun 2017
c. Cuti
1. Cuti Tahunan dan Cuti Besar
Selama tahun 2017 (Januari s/d Desember 2017) pengurusan cuti
tahunan dan cuti besar selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
100
Tabel 18. Cuti Tahunan dan Cuti Besar Tahun 2017
2. Cuti Persalinan
Selama tahun 2017 (Januari s/d Desember 2017) pengurusan cuti
persalinan, selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
Tabel 19. Cuti Persalinan
3. Cuti Alasan Penting
Selama tahun 2017 (Januari s/d Desember 2017) pengurusan cuti
alasan penting, selengkapnya disajikan pada tabel berikut:
No. Nama Jenis Cuti Jabatan Tanggal
1 Anita Retnawaty, S.P.,M.Si Cuti Tahunan Staf Subdit Pascapanen 3 - 10 Jnauari 2017
2 Maya Puspitasari, S.E Cuti Tahunan Staf Subdit Pemasaran dan Investasi3 - 5 Januari 2017
3 Agung Prabowo, S.P. Cuti Tahunan Staf Subdit Pascapanen 13 - 17 Januari 2017
4 Fatriwati, S.P Cuti Besar Staf Subdit Pengolahan 25 Januari - 14 Februari 2017
5 FX. Surwiyanto, S.E Cuti Tahunan Staf Tata Usaha 2 - 7 Februari 2017
6 Ir. Retno Pujiastuti, M.M Cuti Besar Staf Subdit Pengolahan 22 Februari - 10 Maret 2017
7 Vivi Jayanti, S.P Cuti TahunanStaf Subdit Pemasaran dan
Investasi10 - 13 April 2017
8 Batara Siagian, S.P., M.AB Cuti TahunanKasubdit Standardisasi dan
Mutu18 - 21 April 2017
9 Yuliadi Cuti Tahunan Staf Tata Usaha 16 - 19 Mei 2017
10 Opik Ahmad Ropik, A.Md Cuti Tahunan Staf Subdit Pascapanen 25 April - 2 Mei 2017
11 Pandu Tri Kurniawan, S.P Cuti Tahunan Staf Subdit Pengolahan 25 April - 2 Mei 2017
12 Erlina, S.P., M.Si Cuti Tahunan Staf Subdit Pengolahan 25 April - 2 Mei 2017
13 Ermi Herawati, S.Sos Cuti Besar Staf Tata Usaha 27 Desember - 5 Januari 2017
No. Nama Jabatan Tanggal
1 Tias Atika Rachmawati, S.E.Staf Subdit Pemasaran dan
Investasi
24 November 2016 - 24
Februari 2017
2 Maya Puspitasari, S.EStaf Subdit Pemasaran dan
Investasi9 Januari - 4 April 2017
3 Anita Retnawaty, S.P., M.Si Staf Subdit Pascapanen 4 Juli - 3 Oktober 2017
4 Rizkiria Putri, A.Md Staf Tata Usaha10 Agustus - 10 November
2017
5 Ririkumaladewi, S.PStaf Subdit Pemasaran dan
Investasi
20 November 2017 - 19
Februari 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
101
Tabel 20. Cuti Alasan Penting
d. Rumah Tangga dan Perlengkapan
Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan melaksanakan tugas-tugas
pokok antara lain penyediaan Alat Tulis Kantor, Blangko-blangko/Kop
Surat, kebersihan/pemeliharaan gedung/halaman kantor, pemeliharaan
kendaraan dinas, pemeliharaan dan inventarisasi barang milik Negara,
keamanan kantor, serta melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan.
Kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut :
1) Membukukan barang-barang inventaris dari hasil pengadaan barang
tahun 2017 sebagai berikut :
a) Pengadaan Perangkat Pengolahan Data dan Komunikasi dari bulan
Januari – Desember 2017 disajikan dalam bentuk tabel yakni
sebagai berikut:
b) Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dari bulan Januari–
Desember 2017 disajikan dalam bentuk tabel yakni sebagai berikut:
No. Nama Jabatan Tanggal
1 Ririkumaladewi, S.PStaf Subdit Pemasaran dan
Investasi13 - 17 Februari 2017
2 Vivi Jayanti, S.PStaf Subdit Pemasaran dan
Investasi10 - 13 April 2017
3Catur Parah Gumanti Putri,
A.MdStaf Standardisasi dan Mutu 18 - 22 September 2017
No. Alat Merk Jumlah (unit)
1 Laptop Asus Zenbook UX303UB 2
2 Scanner HP Enter Prise 7000 S2 4
3 Laptop Asus Zenbook RYOUT 2
4 Komputer PC Lenovo All In One 510-
23ISH OHB FOCDOO841D2
5 Infocus BenQ MW824ST 1
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
102
2) Melakukan perawatan dan opname fisik terhadap barang inventaris,
baik barang yang bergerak (kendaraan dinas) maupun yang tidak
bergerak (pengadaan olah data dan peralatan fasilitas kantor) dari
pengadaan lama sampai terbaru.
3) Pemeliharaan Gedung / halaman Kantor
a) Pemeliharaan perbaikan/rehab gedung kantor, meliputi:
penggantian ubin, pintu ruangan, dan telah dilakukan peningkatan
penerangan halaman gedung kantor dengan menambah dan
mengganti lampu penerangan halaman dan gedung kantor.
b) Setiap 2 (dua) minggu sekali dilakukan penataan lingkungan
dengan melakukan pemangkasan rumput-rumput liar.
c) Pemeliharaan instalasi listrik, air dan pengadaan sarana sound
system ruang rapat sarana jaringan internet WIFI dilakukan secara
berkala setiap sebulan sekali.
4) Pelaksanaan keamanan kantor dilaksanakan oleh delapan (8) orang
tenaga Satpam dengan sistim ship secara bergilir setiap hari 2 orang, 1
hari jaga malam 1 hari jaga siang dan 1 hari libur.
C. Keuangan
Untuk melaksanakan kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan tahun 2017, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor:
SP.DIPA-018.03.3.339055/2016 tanggal 07 Desember 2016, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan mendapatkan alokasi
anggaran APBN sebesar Rp. 1.557.432.556.000,- meliputi kegiatan Pusat
Rp. 677.022.113.000,- (termasuk tunggak bayar tahun 2016 sebesar
Rp. 27.275.205.000,-), Dekonsentrasi Rp. 11.565.755.000,- dan Tugas
Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 868.844.688.000,-.
Selama tahun 2017 terjadi beberapa kali revisi baik DIPA maupun POK untuk
anggaran kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, antara
lain :
Revisi DIPA ke-2 tanggal 30 Maret 2017, terdapat pengurangan anggaran
untuk kegiatan perjalanan dinas, sehingga total anggran Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menjadi Rp.
1.549.412.343.000,- (semula Rp. 1.557.432.556.000,- turun 0,52%) yang
terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp. 675.812.458.000,- (semula Rp.
677.022.113.000,- turun 0,18%), Dekonsentrasi sebesar Rp. 8.712.788.000,-
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
103
(semula Rp. 11.565.755.000,- turun 32,74%), Tugas Pembantuan sebesar
Rp. 864.887.097.000,- (semula Rp. 868.844.688.000,- turun 0,46%).
Revisi DIPA ke-3 tanggal 5 Mei 2017, terdapat penambahan anggaran yang
meliputi kegiatan tambahan SP3T di Pusat, dan tambahan pengadaan
bantuan sarana pascapanen di daerah (refocusing 2), sehingga total
anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
menjadi Rp. 1.580.225.468.000,- (semula Rp. 1.549.412.343.000,- naik
1,99%) yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp. 702.965.403.000,-
(semula Rp. 675.812.458.000,- naik 4,02%), Dekonsentrasi sebesar
Rp. 8.658.113.000,- (semula Rp. 8.712.788.000,- turun 0,63%), Tugas
Pembantuan sebesar Rp. 868.601.952.000,- (semula Rp. 864.887.097.000,-
naik 0,43%).
Revisi DIPA ke-8 POK ke-9 tanggal 21 Agustus 2017, terdapat pemotongan
anggaran dari sisa kontrak, sehingga total anggaran Direktorat Pengolahan
dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menjadi Rp. 1.552.402.208.000,-
(semula Rp. 1.580.225.468.000,- turun 1,76%) yang terdiri dari anggaran
Pusat sebesar Rp. 701.795.238.000,- (semula Rp. 702.965.403.000,- turun
0,16%), Dekonsentrasi sebesar Rp. 8.658.113.000,- (tidak mengalami
perubahan), Tugas Pembantuan sebesar Rp. 841.948.857.000,- (semula
Rp. 868.601.952.000,- turun 3,07%).
Revisi DIPA ke-10 POK ke-11 tanggal 25 Desember 2017, terdapat
penambahan anggaran di Pusat menjadi Rp. 704.819.278.000,- (semula
Rp. 701.795.238.000,- naik 0,43%), Dekonsentrasi sebesar
Rp. 8.658.113.000,- dan Tugas Pembantuan sebesar Rp. 841.948.857.000,-
(tidak mengalami perubahan). Sehingga total anggaran Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menjadi Rp.
1.555.426.248.000,- naik 0,002% dari anggaran sebelumnya.
Revisi DIPA ke-12 POK ke-12 tanggal 30 November 2017, total anggaran
Pusat Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan masih
tetap Rp. 704.819.278.000,- (tujuh ratus empat milyar delapan ratus
sembilan belas juta dua ratus tujuh puluh delapan ribu rupiah), hanya terdapat
penambahan dan pengurangan anggaran pada detail kegiatannya.
Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan hingga Bulan Desember tahun 2017 sebesar
Rp. 1.472.162.663.265,- (94,65%). Dengan rincian kegiatan Pusat sebesar
Rp. 632.095.581.020,-, Dekonsentrasi sebesar Rp. 7.751.622.151,- dan Tugas
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
104
Pembantuan Provinsi sebesar Rp. 832.315.460.094,-. Selengkapnya disajikan
pada table berikut :
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) %
1 Pusat 677,022,113,000 675,812,458,000 702,965,403,000 702,965,403,000 701,795,238,000 704,819,278,000 632,095,581,020 89.68
2 Dekonsentrasi (Provinsi) 11,565,755,000 8,712,788,000 8,712,788,000 8,658,113,000 8,658,113,000 8,658,113,000 7,751,622,151 89.53
3Tugas Pembantuan
(Provinsi)868,844,688,000 864,887,097,000 868,601,952,000 868,601,952,000 841,948,857,000 841,948,857,000 832,315,460,094 98.86
1,557,432,556,000 1,549,412,343,000 1,580,280,143,000 1,580,225,468,000 1,552,402,208,000 1,555,426,248,000 1,472,162,663,265 94.65
Pagu Revisi 5 Pagu Revisi 6 Realisasi Desember
TOTAL
No. Satuan KerjaPagu Awal (1) Pagu Revisi 2 Pagu Revisi 3 Pagu Revisi 4
Tabel 21. Realisasi s/d 31 Desember 2017
Berdasarkan Jenis Belanja/Pengeluaran sebagaimana pada Tabel dibawah ini :
No. Jenis Belanja Pagu Awal Realisasi Sisa
1 Belanja Bahan Rp 702,571,000 Rp 605,795,200 Rp 96,775,800
2 Belanja Barang Persediaan Rp 200,560,000 Rp 193,214,300 Rp 7,345,700
3 Belanja Perjalanan Dinas : 4,497,729,000Rp 4,365,221,145Rp Rp 132,507,855
4 Belanja Peralatan dan Mesin Rp 209,500,000 Rp 209,400,000 Rp 100,000
5 Belanja Jasa Profesi Rp 454,600,000 Rp 403,435,500 Rp 51,164,500
6 Belanja Jasa Lainnya Rp 543,100,000 Rp 529,562,000 Rp 13,538,000
7 Belanja pengiriman surat Rp 16,020,000 Rp 13,475,900 Rp 2,544,100
8 Belanja Honor yang Terkait Kegiatan Rp 101,950,000 Rp 92,400,000 Rp 9,550,000
9 Belanja Keperluan Perkantoran Rp 73,000,000 Rp 70,169,200 Rp 2,830,800
10 Belanja jasa sewa Rp 73,744,000 Rp 70,999,600 Rp 2,744,400
11 Belanja modal Rp 228,000,000 Rp 208,697,675 Rp 19,302,325
12Belanja Barang Non Operasional
Lainnya Rp 5,000,000 Rp 5,000,000 Rp -
13
Belanja Barang untuk Bantuan
Lainnya yang Memiliki Karakteristik
Bantuan Pemerintah
Rp 5,100,000,000 Rp 5,045,941,500 Rp 54,058,500
14Belanja Barang untuk diserahkan
Kepada Masyarakat/Pemda Rp 692,613,504,000 Rp 620,282,269,000 Rp 72,331,235,000
TOTAL 704,819,278,000Rp 632,095,581,020Rp 72,723,696,980Rp
PERSENTASE 100 89.68 10.32
Tabel 22. Realisasi Anggaran berdasarkan Jenis Belanja Tahun 2017
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
105
PERMASALAHAN DAN UPAYA PEMECAHAN
A. Permasalahan
Beberapa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017, meliputi aspek
administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain :
1) Aspek Administrasi
a. Belum semua daerah menerbitkan SK Brigade untuk pengelolaan alsintan
pascapanen yang diperolehnya sehingga pemanfaatan alsintan di Brigade
Dinas kurang optimal.
b. SK CPCL belum siap atau seringkali berubah pada saat barang akan
dikirimkan ke titik bagi.
c. Penentuan dan penetapan calon penerima/calon lokasi (CP/CL)
Gapoktan/kelompok tani penerima/pengelola bantuan peralatan masih
kurang cermat sehingga Gapoktan/kelompok terpilih kurang memenuhi
persyaratan atau belum siap menjalankan usaha pascapanen/pengolahan
yang disebabkan kurangnya kemampuan manajerial dan jiwa
kewirausahaan (enterpreneurship) dalam pengelolaan usaha pengolahan.
d. Produsen sarana pascapanen sebagian produsen kecil/menengah,
sehingga pembelian melalui pesanan/perlu dirakit dulu.
e. Proses lelang bangunan Dryer/RMU menunggu proses hibah/hak guna
pakai lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis).
f. Tidak semua perusahan memproses uang muka/DP (+ 30%) karena
proses pencairan lebih lama dalam penyiapan dokumen. Produsen lebih
memilih percepatan distribusi barang secara langsung.
g. Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D memerlukan
waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi secara online dari
satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah.
h. Penyelesaian doksistu dan dokumen penunjang lainnya masih sulit
diselesaikan poktan.
i. Penyelesaian doksistu untuk pengajuan registrasi PSAT terhambat.
j. Provinsi kurang memperhatikan dinas Kabupaten yang mendapatkan
dana dekosentrasi khususnya Pemantauan Stock sehingga terjadi
keterlambatan serapan.
VII
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
106
2) Aspek Teknis
a. Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal dirasakan
masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum memahami
bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana sosialisasi dan
kurangnya koordinasi Kabupaten dengan provinsi disebabkan jarak yang
terlalu jauh.
b. Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan pada
pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang
menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.
c. Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang
memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test
report.
d. Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di lokasi
penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin mengalami
kerusakan.
e. Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di
lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.
f. Belum semua daerah mengirimkan BASTB ke pusat sehingga belum
dapat didokumentasikan secara lengkap untuk pertanggungjawaban
g. Dokumen hibah tidak segera diselesaikan
h. Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas lapang
i. Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data ke
provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam
merekap data.
j. Sosialisasi tentang pertanian organik masih belum diketahui secara
detail/meluas terutama mengenai pentingnya sertifikasi mutu untuk
jaminan keamanan pangan.
k. Jaringan internet lemah di beberapa daerah sehingga menghambat
proses input data harga harian.
l. Data harga harian komoditas tanaman pangan dari beberapa kabupaten
masih kosong, kurang lebih 4%.
m. Musim panen tidak setiap bulan, sehingga tidak dapat dilakukan
pengukuran stock komoditas tanaman pangan.
n. Petugas PIP belum mendapatkan sosialisasi dan pelatihan secara
langsung sehingga kesulitan mengoperasikan sistem aplikasi yang
tersedia.
o. Petugas PIP kesulitan menentukan responden untuk pemantauan stock
karena tidak mengetahui cara penentuan wilayah dan responden.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
107
p. Petani/Produsen belum memiliki produk yang bermutu sesuai dengan
permintaan calon pembeli atau konsumen.
3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan
a. Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi CPCL.
b. Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum
memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan
pendampingan dari petugas Kabupaten
c. Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL
disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD
d. Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program
pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker.
e. Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan pengadaan
sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara
f. Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan
pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang
Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen
ditangani pada bidang Binus/P2HP.
g. Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah Provinsi
maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen tanaman
pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan bantuan dari
Pemerintah Pusat.
h. Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga
pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana
pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
i. Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional dalam
mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.
j. Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana
pascapanen yang rusak.
k. Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana
yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses penanganan
pascapanen.
l. Terbatasnya petugas dinas propinsi dan kabupaten/kota yang menguasai
pengetahuan tentang pengolahan hasil pertanian dan terbatasnya
sumberdaya manusia pengelola unit usaha dalam Gapoktan/kelompok
yang menguasai teknologi dan pemasaran produk olahan.
m. Kemampuan pelaku usaha pengolah masih belum optimal dalam
penguasaan teknologi pengolahan, mutu produk dan aspek higienis dan
sanitari.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
108
n. Perubahan struktur organisasi daerah mempengaruhi beban kerja petugas
PIP.
o. Keterbatasan jumlah SDM di Dinas Pertanian Kabupaten yang kompeten
dalam pemanfaatan aplikasi informasi harga dan stock.
B. Upaya Pemecahan
1. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon, SMS/
WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam rangka
percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti kendala
pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2. Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin serta
mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang sesuai
dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.
3. Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan
menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang
identifikasi CPCL.
4. Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan
administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta harus
aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan terselenggara tepat
waktu.
5. Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan
menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan pelaksana
kegiatan.
6. Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun
anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam
pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses lelang
ulang.
7. Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana
pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat
dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan
Tahun 2015.
8. Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal
test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi.
9. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan
penanganan pascapanen tanaman pangan.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
109
10. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak
memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen.
11. Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu difasilitasi
oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan saat
droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan teknisi dan
operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan adanya jaminan
purna jual untuk pembelian alsin tersebut.
12. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke tingkat
kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.
a) Telah dilakukan pengawalan baik melalui surat maupun langsung ke
lapangan:
1) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi Seluruh
Indonesia Nomor 135/PI/010/C6.02/02/2017 tgl 29 Februari 2017
Tentang Percepatan Pelaksanaan Kegiatan;
2) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
Membidangi Tanaman Pangan Nomor 219/RC.110/C6.01/04/2017 tgl 4
April 2017 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kegiatan;
3) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
Membidangi Tanaman Pangan Nomor 338/RC.120/C6.01/05/2017 tgl 9
Mei 2017 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kegiatan;
4) Surat Direktur kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang
Membidangi Tanaman Pangan Nomor 420/RC.110/C6.02/06/2017 tgl 7
Juni 2017 Tentang Percepatan Pelaksanaan Kegiatan.
b) Monitoring bantuan di wilayah binaan setiap minggu dan dilaporkan ke
Bagian Keuangan dan Perlengkapan, Setditjen TP
c) Kunjungan langsung ke lapangan dan mendorong penyelesaian CPCL
d) Pada saat Rakor Percepatan Pelaksanaan Kegiatan di Jakarta telah
disampaikan ke daerah untuk segera melakukan percepatan.
e) Mengawal ke LKPP untuk penayangan semua jenis sarana (Surat ke
Direktur Pengembangan Sistem Katalog LKPP Nomor
208/PL.010/C6.01/03/2017 tgl 20 Maret 2017 Tentang Percepatan
Pengadaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan
Tahun 2017)
13. Penetapan calon penerima/calon lokasi harus atau tempat proses pengolahan
dilakukan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.
14. Dinas Provinsi diminta untuk mengirimkan/membawa BASTB saat rakor di
Pusat
15. Bendahara agar lebih berhati-hati dalam mengurus dokumen pembayaran
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
110
16. Dinas dan Pusat memproses BAST Hibah kurang dari 6 bulan setelah
barang diterima
17. Petugas baik dari dinas provinsi dan kabupaten harus menguasai
pengetahuan tentang pengolahan hasil pertanian dengan diberikannya
pelatihan tentang cara pengolahan hasil yang baik.
18. Poktan/Gapoktan perlu mendapat pelatihan tentang cara pengolahan hasil
tanaman pangan yang baik (GMP).
19. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM
baik dalam penerapan teknologi pengolahan maupun manajemen usaha,
sosialisasi dan bimbingan kepada pengelola unit pengolahan hasil pertanian
tentang standar mutu produk olahan yang dibutuhkan pasar, dan peningkatan
aksesbilitas SDM pengolahan
20. Membantu ketersediaan pasar untuk poktan/gapoktan
21. Melakukan pendampingan dalam penyusunan doksistu agar pengajuan ke
LSO tidak terlambat.
22. Melakukan sosialisasi tentang pertanian organik kepada pelaku usaha
organik dan masyarakat luas.
23. Dinas perlu melakukan pendataan terkait poktan/gapoktan yang sudah
menerapkan sistem pertanian organik agar segera bisa disertifikasi.
24. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan mutu hasil
produksi tanaman pangan
25. Petugas Kabupaten/Kota melaporkan harga data harian melalui sms, WA
group atau email ke petugas PIP pusat untuk diinput secara langsung.
26. Melakukan komunikasi secara intensif kepada petugas Pembina Provinsi dan
petugas PIP bersangkutan terkait informasi harga komoditas tanaman pangan
dan cara menganalisis data tersebut.
27. Mengirimkan surat evaluasi terkait kinerja Petugas PIP sehingga dapat
dilakukan perbaikan dan pergantian petugas agar lebih efektif.
28. Menerbitkan SK bagi petugas PIP.
29. Menambah jumlah SDM di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
30. Melakukan evaluasi, koordinasi dan peningkatan Pembina kepada petugas
atau melakukan penggantian petugas jika dipandang perlu
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan tahun 2017, sebagian besar kegiatan berhasil
dilaksanakan sesuai penetapan kinerja dan indikator kinerja. Terlaksananya seluruh
kegiatan di Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sangat
mendukung pelaksanaan kegiatan teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Kegiatan yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi untuk
perbaikan kebijakan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
ke depan.
Pencapaian kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan tahun 2017 terkendala oleh lambatnya serapan anggaran, lambatnya
penyusunan pedoman pelaksanaan kegiatan, belum tersosialisasikan program dan
kegiatan secara jelas baik ke petugas daerah maupun petani sehingga kesadaran
untuk pemanfaatan kegiatan kurang, lambatnya proses pengurusan perijinan hak
guna bangungan/lahan, permasalahan yang berada di luar kewenangan. Hal ini
menyebabkan capaian kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan secara keseluruhan menjadi tidak optimal.
B. Saran
Dalam rangka memantapkan penerapan sistem akuntabilitas kinerja Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan pada masa mendatang, perlu
adanya koordinasi dan integrasi mengenai program dan kegiatan antara pusat dan
daerah serta instansi lintas sektoral melalui pertemuan secara langsung sehingga
dapat menggali permasalahan yang mungkin menghambat pencapaian target.
Selain itu juga perlu dilakukan evaluasi hasil kinerja tahun sebelumnya dan
disampaikan secara tertulis kepada pihak yang bersangkutan dan instansi pembina
agar dapat meningkatkan efektivitas kinerja selanjutnya.
Analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran belum dapat
mengakomodir seluruh kegiatan Direktorat PPHTP karena masih terdapat kegiatan
yang sulit ditentukan tolak ukurnya. Untuk itu ke depan perlu dilakukan perumusan
efektivitas dan efisiensi kegiatan yang mengacu pada perjanjian kinerja.
Keberhasilan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman
Pangan TA.2017 sangat ditentukan oleh kesiapan, koordinasi dan kerjasama antara
pemerintah Pusat dan Daerah dengan melibatkan stakeholder terkait.
VIII
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
112
Pelaksanaan yang baik dari Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan sangat mendukung pada pelaksanaan kegiatan teknis Lingkup
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Namun demikian, dalam pelaksanaan masih
ditemukan beberapa kelemahan seperti beberapa sarana lambat tayang di LKPP,
seringnya terjadi perubahan/pergeseran anggaran, ketidakpastian self blocking baik
di Pusat maupun di daerah, ataupun permasalahan lain yang berada diluar
kewenangan. Semua kendala/permasalahan tersebut, akan dijadikan input untuk
perbaikan kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
di tahun berikutnya.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
113
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
114
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
115
Lampiran. Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Fasilitas Penerapan
Standardisasi dan Mutu Pusat Tahun 2017
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
TOTAL PUSAT + DAERAH 7,438 1,436,594,302,000 7,866 1,437,519,882,400 7,822 1,355,626,652,519 1,354,954,274,519 7,818
TOTAL SARANA (PUSAT + DAERAH) 7,402 1,435,514,302,000 7,830 1,436,439,882,400 7,818 1,355,478,022,519 1,354,835,094,519 7,818
TOTAL FASILITASI PENERAPAN STANDMUT 36 1,080,000,000 36 1,080,000,000 4 148,630,000 119,180,000 -
PUSAT 2,995 642,944,000,000 3,282 670,438,299,000 3,282 598,672,005,500 598,053,005,500 3,282
Combine Harvester Kecil 280 35,000,000,000 289 36,125,000,000 289 33,059,040,000 33,059,040,000 289
Combine Harvester Sedang 150 24,000,000,000 150 23,951,400,000 150 23,376,400,000 23,376,400,000 150
Combine Harvester Besar 1,142 513,900,000,000 1,159 520,700,000,000 1,159 458,101,315,000 458,101,315,000 1,159
Power Thresher Multiguna 423 11,844,000,000 423 9,846,171,000 423 9,845,792,500 9,845,792,500 423
Corn Combine Harvester 100 33,000,000,000 100 33,000,000,000 100 31,261,060,000 31,261,060,000 100
Corn Sheller 900 25,200,000,000 900 25,200,000,000 900 22,883,476,500 22,883,476,500 900
Power Thresher 211 4,747,500,000 211 3,596,500,000 3,596,500,000 211
Moisture Tester 28 196,000,000 28 149,380,000 149,380,000 28
Vertical Dryer Padi Kap. 10 Ton (SP3T) 11 7,172,228,000 11 7,072,300,000 7,072,300,000 11
RMU dan Packing 11 4,400,000,000 11 4,280,800,000 3,661,800,000 11
Bangunan RMU dan Vertical Dryer 8 4,000,000,000 8 3,946,022,000 3,946,022,000 8
Bangunan Pendukung SP3T 1 500,000,000 1 499,919,500 499,919,500
Instalasi l istrik 5 600,000,000 5 600,000,000 600,000,000
Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
116
Lampiran. Realisasi Fisik dan Keuangan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Fasilitas Penerapan
Standardisasi dan Mutu Provinsi Tahun 2017
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
DAERAH (Total) 4,443 793,650,302,000 4,584 767,051,583,400 4,540 756,954,647,019 756,901,269,019 4,536
Sarana Pascapanen 4,407 792,570,302,000 4,548 766,001,583,400 4,536 756,806,017,019 756,782,089,019 4,536
Fasil itas Penerapan Standardisasi dan 36 1,080,000,000 36 1,080,000,000 4 148,630,000 119,180,000
1 PROV. ACEH 81 22,376,100,000 81 21,980,190,000 81 21,763,032,000 21,763,032,000 81
Sarana Pascapanen 81 22,376,100,000 81 21,980,190,000 81 21,763,032,000 21,763,032,000 81
Combine Harvester Besar 58 20,619,000,000 58 20,264,040,000 58 20,263,600,000 20,263,600,000 58
RMU daerah perbatasan 2 1,200,000,000 2 1,200,000,000 2 987,320,000 987,320,000 2
Corn Sheller 15 405,000,000 15 364,050,000 15 363,550,000 363,550,000 15
Power Thresher Multiguna 6 152,100,000 6 152,100,000 6 148,562,000 148,562,000 6
2 PROV. SUMATERA UTARA 153 23,870,500,000 153 23,215,004,000 152 23,174,541,000 23,174,541,000 152
Sarana Pascapanen 152 23,840,500,000 152 23,185,004,000 152 23,174,541,000 23,174,541,000 152
Combine Harvester Sedang 9 1,341,000,000 9 1,233,000,000 9 1,227,600,000 1,227,600,000 9
Combine Harvester Besar 57 20,263,500,000 57 19,737,504,000 57 19,734,618,000 19,734,618,000 57
Corn Sheller 86 2,236,000,000 86 2,214,500,000 86 2,212,323,000 2,212,323,000 86
Power Thresher
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
3 PROV. SUMATERA BARAT 62 3,233,250,000 62 3,233,250,000 60 2,892,972,832 2,892,972,832 60
Sarana Pascapanen 60 3,173,250,000 60 3,173,250,000 60 2,892,972,832 2,892,972,832 60
Combine Harvester Kecil 13 1,602,250,000 13 1,602,250,000 13 1,447,400,000 1,447,400,000 13
Combine Harvester Besar 1 375,000,000 1 375,000,000 1 346,600,000 346,600,000 1
Corn Sheller 46 1,196,000,000 46 1,196,000,000 46 1,098,972,832 1,098,972,832 46
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 2 60,000,000 2 60,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 2 60,000,000 2 60,000,000 -
4 PROV. RIAU 49 12,467,500,000 64 12,467,500,000 64 12,422,060,000 12,422,060,000 64
Sarana Pascapanen 49 12,467,500,000 64 12,467,500,000 64 12,422,060,000 12,422,060,000 64
Combine Harvester Kecil 18 2,290,500,000 18 2,153,500,000 18 2,152,940,000 2,152,940,000 18
Combine Harvester Sedang 9 1,377,000,000 9 1,376,000,000 9 1,375,200,000 1,375,200,000 9
Combine Harvester Besar 20 7,600,000,000 20 7,380,000,000 20 7,379,000,000 7,379,000,000 20
RMU daerah perbatasan 2 1,200,000,000 2 1,200,000,000 2 1,159,420,000 1,159,420,000 2
Power Thresher 15 358,000,000 15 355,500,000 355,500,000 15
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
117
Lanjutan…….…
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
5 PROV. JAMBI 67 10,346,000,000 67 10,346,000,000 67 9,987,300,000 9,987,300,000 67
Sarana Pascapanen 67 10,346,000,000 67 10,346,000,000 67 9,987,300,000 9,987,300,000 67
Combine Harvester Sedang 18 2,628,000,000 18 2,628,000,000 18 2,532,000,000 2,532,000,000 18
Combine Harvester Besar 19 6,878,000,000 19 6,878,000,000 19 6,656,300,000 6,656,300,000 19
Corn Sheller 30 840,000,000 30 840,000,000 30 799,000,000 799,000,000 30
Combine Harvester Kecil
6 PROV. BENGKULU 56 3,494,750,000 56 3,494,750,000 56 3,431,411,000 3,431,411,000 56
Sarana Pascapanen 56 3,494,750,000 56 3,494,750,000 56 3,431,411,000 3,431,411,000 56
Combine Harvester Kecil 21 2,567,250,000 21 2,567,250,000 21 2,547,290,000 2,547,290,000 21
Corn Sheller 35 927,500,000 35 927,500,000 35 884,121,000 884,121,000 35
7 PROV. SUMATERA SELATAN 340 96,836,000,000 392 96,376,800,000 389 96,243,042,000 96,243,042,000 389
Sarana Pascapanen 337 96,746,000,000 389 96,286,800,000 389 96,243,042,000 96,243,042,000 389
Combine Harvester Sedang 10 1,450,000,000 10 1,305,000,000 10 1,305,000,000 1,305,000,000 10
Combine Harvester Besar 206 91,876,000,000 252 91,508,100,000 252 91,502,200,000 91,502,200,000 252
Corn Sheller 120 3,120,000,000 126 3,238,200,000 126 3,236,842,000 3,236,842,000 126
Packing grading 1 300,000,000 1 235,500,000 1 199,000,000 199,000,000 1
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 3 90,000,000 3 90,000,000 - -
Sertifikasi Organik 2 60,000,000 2 60,000,000
Sertifikasi Non Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
8 PROV. LAMPUNG 214 49,593,000,000 229 49,593,000,000 228 49,562,183,566 49,562,183,566 228
Sarana Pascapanen 213 49,563,000,000 228 49,563,000,000 228 49,562,183,566 49,562,183,566 228
Combine Harvester Sedang 36 5,112,000,000 36 5,005,080,000 36 5,005,065,674 5,005,065,674 36
Combine Harvester Besar 125 43,125,000,000 128 42,969,344,000 128 42,969,262,100 42,969,262,100 128
Corn sheller 52 1,326,000,000 64 1,588,576,000 64 1,587,855,792 1,587,855,792 64
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
9 PROV. BANGKA BELITUNG 24 561,600,000 24 561,600,000 24 561,595,200 561,595,200 24
Sarana Pascapanen 24 561,600,000 24 561,600,000 24 561,595,200 561,595,200 24
Power Thresher Multiguna 24 561,600,000 24 561,600,000 24 561,595,200 561,595,200 24
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
118
Lanjutan…….…
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
10 PROV. BANTEN 93 10,024,100,000 93 9,853,240,000 92 9,819,656,946 9,819,656,946 92
Sarana Pascapanen 92 9,994,100,000 92 9,823,240,000 92 9,819,656,946 9,819,656,946 92
Combine Harvester Kecil 18 1,930,500,000 18 1,930,500,000 18 1,930,500,000 1,930,500,000 18
Combine Harvester sedang 22 2,926,000,000 22 2,926,000,000 22 2,923,620,546 2,923,620,546 22
Combine Harvester besar 12 4,230,000,000 12 4,077,000,000 12 4,075,800,000 4,075,800,000 12
Corn Sheller 22 517,000,000 22 499,140,000 22 499,140,000 499,140,000 22
Power Thresher Multiguna 18 390,600,000 18 390,600,000 18 390,596,400 390,596,400 18
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
11 PROV. JAWA BARAT 298 23,283,050,000 300 24,574,177,000 290 21,102,477,000 21,102,477,000 290
Sarana Pascapanen 290 23,043,050,000 292 24,334,177,000 290 21,102,477,000 21,102,477,000 290
Combine Harvester Kecil 57 6,284,250,000 57 6,217,703,000 57 6,212,570,000 6,212,570,000 57
Combine Harvester Sedang 51 6,936,000,000 51 6,837,250,000 51 6,837,250,000 6,837,250,000 51
Combine Harvester Besar 6 2,250,000,000 6 2,032,200,000 6 2,032,200,000 2,032,200,000 6
VD padi + bangunan kap 6 ton/proses 2 1,540,000,000 2 1,540,000,000 2 1,449,160,000 1,449,160,000 2
Corn Sheller 94 2,209,000,000 94 2,079,186,000 94 2,061,524,000 2,061,524,000 94
Power Thresher Multiguna 78 1,723,800,000 78 1,661,838,000 78 1,656,838,000 1,656,838,000 78
RMU Beras Organik 1 1,800,000,000 1 1,800,000,000 1 655,135,000 655,135,000 1
Packing dan Grading 1 300,000,000 1 300,000,000 1 197,800,000 197,800,000 1
VD padi + bangunan kap 10 ton/proses 2 1,866,000,000
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 8 240,000,000 8 240,000,000 - -
Sertifikasi Organik 7 210,000,000 7 210,000,000
Sertifikasi Non Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
12 PROV. JAWA TENGAH 421 34,804,900,000 430 34,798,719,000 429 34,256,829,239 34,256,829,239 426
Sarana Pascapanen 417 34,684,900,000 426 34,678,719,000 426 34,196,829,239 34,196,829,239 426
Combine Harvester Kecil 86 9,223,500,000 86 8,240,640,000 86 8,240,640,000 8,240,640,000 86
Combine Harvester Sedang 107 14,231,000,000 107 13,865,021,000 107 13,801,962,389 13,801,962,389 107
Combine Harvester Besar 14 6,244,000,000 23 7,666,736,000 23 7,387,131,800 7,387,131,800 23
Corn Sheller 119 2,737,000,000 119 2,728,554,000 119 2,728,345,800 2,728,345,800 119
Power Thresher Multiguna 90 1,949,400,000 90 1,877,768,000 90 1,877,756,000 1,877,756,000 90
Packing dan Grading 1 300,000,000 1 300,000,000 1 160,993,250 160,993,250 1
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 4 120,000,000 4 120,000,000 3 60,000,000 60,000,000
Sertifikasi Organik 3 90,000,000 3 90,000,000 3 60,000,000 60,000,000
Sertifikasi Non Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
13 PROV. DI. YOGYAKARTA 118 5,504,600,000 118 5,274,350,000 118 5,202,296,000 5,172,846,000 117
Sarana Pascapanen 117 5,474,600,000 117 5,244,350,000 117 5,172,846,000 5,172,846,000 117
Combine Harvester Kecil 32 3,560,000,000 32 3,404,000,000 32 3,403,120,000 3,403,120,000 32
Corn Sheller 45 1,035,000,000 45 960,750,000 45 959,384,000 959,384,000 45
Power Thresher Multiguna 40 879,600,000 40 879,600,000 40 810,342,000 810,342,000 40
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 1 29,450,000 -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000 1 29,450,000
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
119
Lanjutan…….…
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
14 PROV. JAWA TIMUR 569 44,304,770,000 569 43,005,501,000 566 42,847,626,274 42,847,626,274 566
Sarana Pascapanen 566 44,214,770,000 566 42,915,501,000 566 42,788,446,274 42,788,446,274 566
Combine Harvester Kecil 118 12,891,500,000 118 12,891,500,000 118 12,891,500,000 12,891,500,000 118
Combine Harvester Sedang 123 16,605,000,000 123 16,101,990,000 123 16,099,000,000 16,099,000,000 123
Combine Harvester Besar 20 7,500,000,000 20 6,955,365,000 20 6,955,370,000 6,955,370,000 20
Corn Sheller 231 5,313,000,000 231 5,170,365,000 231 5,173,353,674 5,173,353,674 231
Power Thresher Multiguna 73 1,605,270,000 73 1,496,281,000 73 1,496,222,600 1,496,222,600 73
Packing dan Grading 1 300,000,000 1 300,000,000 1 173,000,000 173,000,000 1
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 3 90,000,000 3 90,000,000 - 59,180,000 59,180,000
Sertifikasi Organik 2 60,000,000 2 60,000,000 59,180,000 59,180,000
Sertifikasi Non Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
15 PROV. KALIMANTAN SELATAN 101 17,323,500,000 102 17,323,874,400 101 17,209,725,000 17,209,725,000 101
Sarana Pascapanen 100 17,293,500,000 101 17,293,874,400 101 17,209,725,000 17,209,725,000 101
Combine Harvester Kecil 14 1,781,500,000 14 1,264,200,000 14 1,264,200,000 1,264,200,000 14
Combine Harvester Sedang 32 4,896,000,000 32 4,881,600,000 32 4,881,600,000 4,881,600,000 32
Combine Harvester Besar 28 9,940,000,000 29 10,472,074,400 29 10,388,300,000 10,388,300,000 29
Corn Sheller 26 676,000,000 26 676,000,000 26 675,625,000 675,625,000 26
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
16 PROV. KALIMANTAN BARAT 135 16,759,200,000 135 16,403,950,000 134 15,926,883,200 15,926,883,200 134
Sarana Pascapanen 134 16,729,200,000 134 16,373,950,000 134 15,926,883,200 15,926,883,200 134
Combine Harvester Kecil 35 4,453,750,000 35 4,445,000,000 35 4,445,000,000 4,445,000,000 35
Combine Harvester Sedang 33 5,049,000,000 33 4,702,500,000 33 4,702,500,000 4,702,500,000 33
Combine Harvester Besar 8 2,844,000,000 8 2,844,000,000 8 2,844,000,000 2,844,000,000 8
RMU Daerah Perbatasan 5 3,000,000,000 5 3,000,000,000 5 2,553,383,200 2,553,383,200 5
Corn Sheller 43 1,118,000,000 43 1,118,000,000 43 1,118,000,000 1,118,000,000 43
Power Thresher Multiguna 10 264,450,000 10 264,450,000 10 264,000,000 264,000,000 10
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
17 PROV. KALIMANTAN TIMUR 93 13,975,000,000 93 13,975,000,000 93 13,824,243,015 13,824,243,015 93
Sarana Pascapanen 93 13,975,000,000 93 13,975,000,000 93 13,824,243,015 13,824,243,015 93
Combine Harvester Kecil 25 3,100,000,000 25 3,100,000,000 25 3,287,228,727 3,287,228,727 25
Combine Harvester Sedang 21 3,465,000,000 21 3,465,000,000 21 3,255,863,488 3,255,863,488 21
Combine Harvester Besar 19 6,650,000,000 19 6,650,000,000 19 6,547,150,800 6,547,150,800 19
Corn Sheller 20 520,000,000 20 520,000,000 20 518,000,000 518,000,000 20
Power Thresher Multiguna 8 240,000,000 8 240,000,000 8 216,000,000 216,000,000 8
18 PROV. KALIMANTAN TENGAH 72 9,418,250,000 72 9,418,250,000 72 9,338,034,200 9,338,034,200 72
Sarana Pascapanen 72 9,418,250,000 72 9,418,250,000 72 9,338,034,200 9,338,034,200 72
Combine Harvester Kecil 21 2,672,250,000 21 2,672,250,000 21 2,656,290,000 2,656,290,000 21
Combine Harvester Sedang 29 4,437,000,000 29 4,437,000,000 29 4,435,550,000 4,435,550,000 29
Combine Harvester Besar 5 1,850,000,000 5 1,850,000,000 5 1,788,000,000 1,788,000,000 5
Corn Sheller 17 459,000,000 17 459,000,000 17 458,194,200 458,194,200 17
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
120
Lanjutan…….…
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
19 PROV. KALIMANTAN UTARA 25 2,240,500,000 25 2,240,500,000 24 2,139,437,892 2,139,437,892 24
Sarana Pascapanen 24 2,210,500,000 24 2,210,500,000 24 2,139,437,892 2,139,437,892 24
Combine Harvester Kecil 10 1,272,500,000 10 1,272,500,000 10 1,268,500,000 1,268,500,000 10
Corn Sheller 13 338,000,000 13 338,000,000 13 338,000,000 338,000,000 13
RMU Daerah Perbatasan 1 600,000,000 1 600,000,000 1 532,937,892 532,937,892 1
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000 -
20 PROV. BALI 106 4,527,980,000 107 4,527,980,000 105 4,443,625,000 4,443,625,000 105
Sarana Pascapanen 104 4,467,980,000 105 4,467,980,000 105 4,443,625,000 4,443,625,000 105
Combine Harvester Kecil 16 1,860,000,000 16 1,842,840,000 16 1,842,840,000 1,842,840,000 16
Combine Harvester Sedang 4 568,000,000 5 692,792,000 5 668,450,000 668,450,000 5
Corn Sheller 46 1,196,000,000 46 1,117,248,000 46 1,117,235,000 1,117,235,000 46
Power Thresher Multiguna 38 843,980,000 38 815,100,000 38 815,100,000 815,100,000 38
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 2 60,000,000 2 60,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 2 60,000,000 2 60,000,000
21 PROV. NUSA TENGGARA BARAT 173 40,025,000,000 173 34,721,063,000 173 34,608,510,000 34,608,510,000 173
Sarana Pascapanen 173 40,025,000,000 173 34,721,063,000 173 34,608,510,000 34,608,510,000 173
Combine Harvester Sedang 10 1,460,000,000 10 1,460,000,000 10 1,348,350,000 1,348,350,000 10
Combine Harvester Besar 104 36,972,000,000 104 31,781,048,000 104 31,780,160,000 31,780,160,000 104
Corn Sheller 59 1,593,000,000 59 1,480,015,000 59 1,480,000,000 1,480,000,000 59
22 PROV. NUSA TENGGARA TIMUR 13 4,590,000,000 13 4,211,959,000 11 4,131,009,000 4,131,009,000 11
Sarana Pascapanen 11 4,530,000,000 11 4,151,959,000 11 4,131,009,000 4,131,009,000 11
Combine Harvester Besar 10 3,930,000,000 10 3,551,959,000 10 3,551,959,000 3,551,959,000 10
RMU Daerah Perbatasan 1 600,000,000 1 600,000,000 1 579,050,000 579,050,000 1
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 2 60,000,000 2 60,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 2 60,000,000 2 60,000,000
23 PROV. MALUKU 64 16,557,000,000 70 16,557,000,000 70 16,319,680,000 16,295,752,000 70
Sarana Pascapanen 64 16,557,000,000 70 16,557,000,000 70 16,319,680,000 16,295,752,000 70
Combine Harvester Sedang 15 2,325,000,000 15 2,325,000,000 15 2,325,000,000 2,325,000,000 15
Combine Harvester Besar 27 12,312,000,000 33 12,312,000,000 33 12,284,400,000 12,284,400,000 33
RMU Daerah Perbatasan 2 1,200,000,000 2 1,200,000,000 2 1,003,178,000 979,250,000 2
Corn Sheller 20 720,000,000 20 720,000,000 20 707,102,000 707,102,000 20
24 PROV. MALUKU UTARA 52 19,485,000,000 58 18,955,750,000 58 18,761,332,500 18,761,332,500 58
Sarana Pascapanen 52 19,485,000,000 58 18,955,750,000 58 18,761,332,500 18,761,332,500 58
Combine Harvester Sedang 15 2,325,000,000 15 2,324,250,000 15 2,324,250,000 2,324,250,000 15
Combine Harvester Besar 35 15,960,000,000 35 12,911,500,000 35 12,911,500,000 12,911,500,000 35
RMU Daerah Perbatasan 2 1,200,000,000 2 1,200,000,000 2 1,067,530,000 1,067,530,000 2
Vertical Dryer Jagung + bangunan 3 2,415,000,000 3 2,353,352,500 2,353,352,500 3
Sarana Roda 3 3 105,000,000 3 104,700,000 104,700,000 3
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
121
Lanjutan…….…
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
25 PROV. PAPUA 69 19,413,668,000 69 19,006,536,000 69 18,798,037,250 18,798,037,250 69
Sarana Pascapanen 69 19,413,668,000 69 19,006,536,000 69 18,798,037,250 18,798,037,250 69
Combine Harvester Sedang 41 7,339,000,000 41 6,943,268,000 41 6,943,260,000 6,943,260,000 41
Combine Harvester Besar 24 9,000,000,000 24 8,988,600,000 24 8,988,600,000 8,988,600,000 24
RMU Daerah Perbatasan 2 1,200,000,000 2 1,200,000,000 2 1,032,110,000 1,032,110,000 2
Vertical Dryer Padi + bangunan Kap. 10 Ton 2 1,874,668,000 2 1,874,668,000 2 1,834,067,250 1,834,067,250 2
26 PROV. PAPUA BARAT 62 17,047,000,000 62 14,881,000,000 62 14,777,000,000 14,777,000,000 62
Sarana Pascapanen 62 17,047,000,000 62 14,881,000,000 62 14,777,000,000 14,777,000,000 62
Combine Harvester Kecil 16 2,452,000,000 16 2,196,000,000 16 2,196,000,000 2,196,000,000 16
Combine Harvester Sedang 25 4,475,000,000 25 4,475,000,000 25 4,475,000,000 4,475,000,000 25
Combine Harvester Besar 20 9,520,000,000 20 7,610,000,000 20 7,580,000,000 7,580,000,000 20
RMU Daerah Perbatasan 1 600,000,000 1 600,000,000 1 526,000,000 526,000,000 1
27 PROV. SULAWESI UTARA 46 17,061,184,000 46 17,061,184,000 45 16,766,687,590 16,766,687,590 45
Sarana Pascapanen 45 17,031,184,000 45 17,031,184,000 45 16,766,687,590 16,766,687,590 45
Combine Harvester Besar 42 14,616,000,000 42 14,616,000,000 42 14,595,000,000 14,595,000,000 42
RMU Daerah Perbatasan 1 600,000,000 1 600,000,000 1 358,240,000 358,240,000 1
Vertical Dryer Jagung + bangunan Kap. 10 Ton 2 1,815,184,000 2 1,815,184,000 2 1,813,447,590 1,813,447,590 2
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
28 PROV. GORONTALO 88 17,739,000,000 96 17,739,000,000 96 17,661,776,300 17,661,776,300 96
Sarana Pascapanen 88 17,739,000,000 96 17,739,000,000 96 17,661,776,300 17,661,776,300 96
Combine Harvester Sedang 7 1,099,000,000 7 1,099,000,000 7 1,057,350,000 1,057,350,000 7
Combine Harvester Besar 41 15,580,000,000 41 14,132,000,000 41 14,102,729,500 14,102,729,500 41
Corn Sheller 40 1,060,000,000 44 1,171,200,000 44 1,164,896,800 1,164,896,800 44
Corn combine Harvester 4 1,336,800,000 4 1,336,800,000 1,336,800,000 4
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
29 PROV. SULAWESI SELATAN 483 122,312,900,000 485 111,737,456,000 483 111,437,653,300 111,437,653,300 483
Sarana Pascapanen 481 122,252,900,000 483 111,677,456,000 483 111,437,653,300 111,437,653,300 483
Combine Harvester Sedang 55 8,690,000,000 55 8,100,510,000 55 8,100,500,000 8,100,500,000 55
Combine Harvester Besar 237 101,011,000,000 237 86,030,313,000 237 86,003,308,300 86,003,308,300 237
Corn Sheller 103 2,729,500,000 103 2,702,308,000 103 2,702,290,000 2,702,290,000 103
Power Thresher Multiguna 20 523,400,000 20 491,280,000 20 491,280,000 491,280,000 20
Packing dan Grading 1 300,000,000 1 300,000,000 1 199,815,000 199,815,000 1
Corn Combine Harvester 22 8,096,000,000 22 7,478,610,000 22 7,478,610,000 7,478,610,000 22
Power Thresher 43 903,000,000 43 879,350,000 43 879,350,000 879,350,000 43
Vertical Dryer Padi Kap 30 ton + bangunan 2 5,695,085,000 2 5,582,500,000 5,582,500,000 2
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 2 60,000,000 2 60,000,000 - - -
Sertifikasi Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
Sertifikasi Non Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
122
Lanjutan…….…
Unit Rp Unit Rp Unit Kontrak (Rp)
30 PROV. SULAWESI TENGGARA 60 24,380,000,000 60 19,452,000,000 50 17,871,650,000 17,871,650,000 50
Sarana Pascapanen 60 24,380,000,000 60 19,452,000,000 50 17,871,650,000 17,871,650,000 50
Combine Harvester Sedang 10 1,580,000,000 10 1,580,000,000 -
Combine Harvester Besar 50 22,800,000,000 50 17,872,000,000 50 17,871,650,000 17,871,650,000 50
31 PROV. SULAWESI TENGAH 138 59,976,000,000 162 59,976,000,000 161 59,826,329,000 59,826,329,000 161
Sarana Pascapanen 137 59,946,000,000 161 59,946,000,000 161 59,826,329,000 59,826,329,000 161
Combine Harvester Sedang 10 1,560,000,000 11 1,735,162,000 11 1,717,519,000 1,717,519,000 11
Combine Harvester Besar 126 58,086,000,000 149 57,910,787,000 149 57,909,260,000 57,909,260,000 149
Packing Grading 1 300,000,000 1 300,051,000 1 199,550,000 199,550,000 1
Fasilitas Penerapan Standardisasi dan Mutu 1 30,000,000 1 30,000,000 - - -
Sertifikasi Non Organik 1 30,000,000 1 30,000,000
32 PROV. SULAWESI BARAT 116 29,489,000,000 116 29,489,000,000 116 29,285,695,715 29,285,695,715 116
Sarana Pascapanen 116 29,489,000,000 116 29,489,000,000 116 29,285,695,715 29,285,695,715 116
Combine Harvester Sedang 19 2,926,000,000 19 2,926,000,000 19 2,688,400,000 2,688,400,000 19
Combine Harvester Besar 73 25,915,000,000 73 25,915,000,000 73 25,951,505,700 25,951,505,700 73
Corn Sheller 24 648,000,000 24 648,000,000 24 645,790,015 645,790,015 24
33 KEPULAUAN RIAU 1 600,000,000 1 600,000,000 1 560,315,000 560,315,000 1
Sarana Pascapanen 1 600,000,000 1 600,000,000 1 560,315,000 560,315,000 1
RMU daerah perbatasan 1 600,000,000 1 600,000,000 1 560,315,000 560,315,000 1
No Nama Kegiatan/Paket Pelelangan/SeleksiTarget
Semula Menjadi SP2D Penyaluran Realisasi Kontrak
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
123
Lampiran 2. Pengadaan Tahap I
1 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan POWER THRESHER MULTI GUNA INARI MPT 001K +
KUBOTA 6,5 HP APBN TA. 201704-JAN-17 04-MAR-17 1,042,560,000 1,042,560,000
2 CV. ADI SETIA UTAMA JAYAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan POWER THRESHER MULTI GUNA GUNUNG BIRU TH6-
VS APBN TA. 201704-JAN-17 42798 1,385,050,000 1,385,050,000
3 MANDIRI GARLICA PRATAMA CVPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan CORN SHELLER KLOBOT/NON KLOBOT ISHOKU
CS1000GP + KUBOTA 6,5 HP APBN TA. 201704-JAN-17 04-MAR-17 1,317,164,000 1,317,164,000
4,999,000,000
9,998,000,000
9,998,000,000
5 CV. ADI SETIA UTAMA JAYAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan CORN SHELLER KLOBOT/NON KLOBOT GUNUNG
BIRU CS-2M APBN TA. 201704-JAN-17 04-MAR-17 1,323,140,000 1,323,140,000
4,067,300,000
8,134,600,000
8,134,600,000
19,849,260,000
39,698,520,000
39,698,520,000
19,509,980,000
39,019,960,000
39,019,960,000
247,195,614,000 247,195,614,000
No Supplier Uraian Kontrak Tanggal MulaiTanggal
Berakhir Nilai Kontrak Nilai Realisasi
4 PT. CORIN MULIA GEMILANGPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Corn Combine Harvester MAXXI G-AUTOMATIC
APBN TA. 201704-JAN-17 03-MAY-17 24,995,000,000
20,336,500,000
7 PT. CORIN MULIA GEMILANGPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Combine Harvester Besar MAXXI NDR85 TURBO
MATIC APBN TA. 201704-JAN-17 03-MAY-17 99,246,300,000
6 PT TANIKAYA MULTI SARANAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Combine Harvester Besar TANIKAYA MEGATRON HT
88 APBN TA. 201704-JAN-17 19-MAR-17
97,549,900,000
TOTAL
8 PT.SEGARA MAKMUR ABADIPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Combine Harvester Besar (Yanmar Combine
Harvester Model AW70V (70 HP)) APBN TA. 201704-JAN-17 02-JUN-17
Lampiran 3. Pengadaan TaHap II
1 PT. CORIN MULIA GEMILANGPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Corn Combine Harvester MAXXI G-AUTOMATIC24-MAY-17 06-NOV-17 6,266,060,000 6,266,060,000
2 CV. ADI SETIA UTAMA JAYAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Corn Sheller Klobot/Non Klobot Gunung Biru CS-2M24-MAY-17 21-AUG-17 5,144,640,000 5,144,640,000
3 PT. CORIN MULIA GEMILANGPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Combine Harvester Sedang MAXXI DR1624-MAY-17 30-OKT-17 8,485,200,000 8,485,200,000
4 PT RUTANPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Combine Harvester Sedang Crown CCH-7130 Hornet24-MAY-17 06-NOV-17 14,891,200,000 14,891,200,000
5 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Power Thresher Multi Guna INARI MPT 001 KUBOTA 6,5 HP24-MAY-17 21-AUG-17 2,458,700,000 2,458,700,000
6 CV. ADI SETIA UTAMA JAYAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Power Thresher Multi Guna Gunung Biru TH6-VS24-MAY-17 21-AUG-17 2,725,540,000 2,725,540,000
7 MANDIRI GARLICA PRATAMA CVPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Power Thresher Multi Guna ISHOKU MT 1000 GP KUBOTA 6,5 HP24-MAY-17 21-AUG-17 2,233,942,500 2,233,942,500
8 MANDIRI GARLICA PRATAMA CVPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Corn Sheller Klobot/Non Klobot ISHOKU CS1000GP + KUBOTA 6,5 HP24-MAY-17 21-AUG-17 4,936,676,000 4,936,676,000
9 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Pusat TA. 2017 Tahap
II Corn Sheller Klobot dan Non Klobot INARI 1,5 T24-MAY-17 21-AUG-17 6,006,000,000 6,006,000,000
53,147,958,500 53,147,958,500 TOTAL
No Supplier Uraian KontrakTanggal
Mulai
Tanggal
Berakhir Nilai Kontrak Nilai Realisasi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
124
Lampiran 4. Pengadaan TaHap III
1 PT BINA PERTIWI
Pengadaan Sarana Pascpanen Tanaman Pangan APBN
Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester Besar
Kubota DC-60 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
17-JUL-17 30-AUG-17 20,856,500,000 20,856,500,000
2PT BAHAGIA JAYA
SEJAHTERA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Power Thresher Beje
PWT 1000 D Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
17-JUL-17 14-OCT-17 2,466,900,000 2,466,900,000
3 PT.SEGARA MAKMUR ABADI
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar Yanmar Model AW70V (70 HP) Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
17-JUL-17 30-AUG-17 8,883,600,000 8,883,600,000
4 CV. ARJUNA IRENG
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Power Thresher
Arjuna Ireng Model AI 65 Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
17-JUL-17 30-AUG-17 897,500,000 897,500,000
5CV JAVATECH AGRO
PERSADA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahap III Combine Harvester Kecil
Javatech Mico 1000 Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
17-JUL-17 06-SEP-17 5,434,200,000 5,434,200,000
6 PT RUTAN
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar ISEKI Model HC80P Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
24-JUL-17 21-SEP-17 11,733,500,000 11,733,500,000
7PT. GARDA NUSANTARA
SEJAHTERA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar LOVOL-GATRA 88 HP TYPE GCH 858 Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
24-JUL-17 21-OCT-17 12,921,000,000 12,921,000,000
8 PT. OM HWAHAHA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar Ranger G-8 Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
24-JUL-17 06-SEP-17 3,569,000,000 3,569,000,000
9 PT.SEGARA MAKMUR ABADI
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN
Pusat Tahap III Combine Harvester Besar YANMAR
Model AW70V (70 HP) Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
07-AUG-17 20-OCT-17 13,355,000,000 13,355,000,000
10 PT.SEGARA MAKMUR ABADI
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN
Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester Kecil
YANMAR YH150 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
07-AUG-17 02-NOV-17 6,215,000,000 6,215,000,000
11 CV. KARYA HIDUP SENTOSA
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN
Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester Kecil
Quick QH 11 DE Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
07-AUG-17 05-OCT-17 3,846,200,000 3,846,200,000
12 PT RUTAN
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN
Pusat Tahap III Combine Harvester Besar ISEKI Model
HC80P Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
07-AUG-17 05-OCT-17 12,105,500,000 12,105,500,000
13 PT BINA PERTIWI
Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN
Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester Besar
KUBOTA DC-60 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
07-AUG-17 05-OCT-17 19,923,500,000 19,923,500,000
14PT. SATRINDO MITRA
UTAMA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar Greenstar Model 4LZ-4.0ZD Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
24-JUL-17 06-SEP-17 2,972,500,000 2,972,500,000
15 PT LAMBANG JAYA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Kecil Lambang Jaya MH-LJ-2015, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
22-SEP-17 05-NOV-17 1,258,000,000 1,258,000,000
16PT BAHAGIA JAYA
SEJAHTERA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III CORN SHELLER BEJE -
UK 09 B, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
27-SEP-17 25-NOV-17 1,333,300,000 1,333,300,000
17PT. MITRA BALAI INDUSTRI
PERTANIAN
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III CORN SHELLER MBI
Dengan Atau Tanpa berklobot Model CS 1500, Motor
Penggerak YANMAR, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
27-SEP-17 25-NOV-17 690,856,500 690,856,500
18 PT. KENCANA FAJAR JAYA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III CORN SHELLER KFJ
Dengan dan Tanpa Kelobot ENGINE KUBOTA PJ-01S
RD65DI-1 S, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
27-SEP-17 25-NOV-17 2,131,700,000 2,131,700,000
19 CV. KARYA HIDUP SENTOSA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Kecil Quick QH 11 DE Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
19-OCT-17 17-DEC-17 3,853,800,000 3,853,800,000
No Supplier Uraian KontrakTanggal
Mulai
Tanggal
Berakhir Nilai Kontrak Nilai Realisasi
Lanjutan…….…
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
125
20 PT.SEGARA MAKMUR ABADI
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Kecil YANMAR YH150 Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 10,225,340,000 10,225,340,000
21PT. SATRINDO MITRA
UTAMA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar GREENSTAR MODEL 4LZ-4.0ZD Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 3,076,000,000 3,076,000,000
22 CV. ADI SETIA UTAMA JAYA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar GUNUNG BIRU MCB-200 Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 10,565,800,000 10,565,800,000
23 PT. OM HWAHAHA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar RANGER G-8 Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 3,549,800,000 3,549,800,000
24PT. CORIN MULIA
GEMILANG
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar MAXXI NDR85 TURBO MATIC Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 17,527,500,000 17,527,500,000
25PT. GARDA NUSANTARA
SEJAHTERA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar LOVOL-GATRA 88 HP TYPE GCH 858 Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 20,400,715,000 20,400,715,000
26 PT RUTAN
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar ISEKI MODEL HC80P Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 24,197,200,000 24,197,200,000
27PT TEKNIK AGRO LESTARI
JAYA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar YANMAR MODEL AW70V (70 HP) Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 29,348,800,000 29,348,800,000
28 PT BINA PERTIWI
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahap III Combine Harvester
Besar KUBOTA DC-60 Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 19,494,000,000 19,494,000,000
29 PT. MITRA MAHARTA
Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan
APBN Pusat Tahun 2017 Tahun III COMBINE
HARVESTER KECIL ZAAGA TYPE INOTECH BN 120 - 11
HP (ELECTRIC STARTER) Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan
14-AUG-17 27-SEP-17 1,116,500,000 1,116,500,000
30PT. GARDA NUSANTARA
SEJAHTERA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017, Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan
27-SEP-17 25-DEC-17 1,781,400,000 1,781,400,000
31 PT.SEGARA MAKMUR ABADI
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Combine Harvester
Kecil YANMAR YH150 Ditjen Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 1,110,000,000 1,110,000,000
32PT. GARDA NUSANTARA
SEJAHTERA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Vertical Dryer Padi
Kapasitas 10 Ton dan RMU Ditjen Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 2,526,700,000 2,526,700,000
33PT. GARDA NUSANTARA
SEJAHTERA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Combine Harvester
Besar LOVOL-GATRA 88 HP TYPE GCH 858 Ditjen
Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 3,633,600,000 3,633,600,000
34PT TEKNIK AGRO LESTARI
JAYA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Combine Harvester
Besar YANMAR MODEL AW70V (70 HP) Ditjen
Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 1,764,100,000 1,764,100,000
35 PT. PURA BARUTAMA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Vertical Dryer Padi
Kapasitas 10 Ton dan RMU Ditjen Tanaman Pangan
25-OCT-17 28-DEC-17 4,855,500,000 4,855,500,000
36MANDIRI GARLICA
PRATAMA CV
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Power Thresher
11-DEC-17 29-DEC-17 232,100,000 232,100,000
37 PT. PURA BARUTAMA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Vertical Dryer, RMU
Dan Combine Harvester Besar
11-DEC-17 29-DEC-17 1,379,500,000 1,379,500,000
38PT. GARDA NUSANTARA
SEJAHTERA
Pengadaan Fasilitasi Sarana Pascapanen untuk
Mendukung Sentra Pelayanan Pertanian Padi Terpadu
(SP3T) APBN Pusat Tahun 2017 Combine Harvester
Besar LOVOL-GATRA 88 HP TYPE GCH 88
11-DEC-17 29-DEC-17 708,000,000 708,000,000
291,940,111,500 291,940,111,500 TOTAL
No Supplier Uraian KontrakTanggal
Mulai
Tanggal
Berakhir Nilai Kontrak Nilai Realisasi
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
126
Lampiran 5. Tunggak Bayar Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017.
No Provinsi Satker Penyedia Uraian KontrakVolume
(Unit)Tunda Bayar (Rp) Perkembangan
TOTAL TUNGGAKAN 1030 93,500,260,936
1. RIAU 19,552,200,000 Sudah SP2D
RIAU 099314 PT. RUTAN Pengadaan Combine Harvester Sedang 70 7,986,400,000
RIAU 099314 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Power Thresher 35 530,600,000
RIAU 099314 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 110 11,035,200,000
2. BENGKULU 988,182,300 Sudah SP2D
BENGKULU 269110PT. TANIKAYA MULTI
SARANA
PENGADAAN BARANG CORN SHELLER TK PJK-
2T, PERLENGKAPAN CORN SHELLER (TERPAL
UKURAN 6X6 M, MASKER DAN KACAMATA
UNTUK OPERATOR)
10 270,606,000
BENGKULU 269110PT. TANIKAYA MULTI
SARANA
PENGADAAN BARANG POWER THRESER TYPE
TK PT 1000, PERLENGKAPAN POWER THRESER
(TERPAL UKURAN 6X6 M)
5 124,704,000
BENGKULU 269110CV. TUJUH PUTRA
MANUNGGALPENGADAAN UPH JAGUNG 2 298,760,000
BENGKULU 269110 CV. SEGGAY GROUP PENGADAAN UPH KEDELAI 2 294,112,300
3. KALSEL 21,266,205,000 Sudah SP2D
KALSEL 159107 PT RUTAN Pengadaan Combine Harvester Kecil 340 21,266,205,000
4. KALTIM 18,611,221,516 Sudah SP2D
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 20 2,469,371,727
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Combine Harvester Kecil,
Combine Harvester Sedang25 3,329,229,804
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 10 1,234,685,864
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMAPengadaan Combine Harvester Kecil,
Combine Harvester Sedang40 5,181,258,599
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 3 370,405,759
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 15 1,852,028,795
KALTIM 169112 PT. PURA BARUTAMA Pengadaan Combine Harvester Kecil 17 2,098,965,968
KALTIM 169112 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 17 2,075,275,000
5. NTT 5,729,350,120 Sudah SP2D
NTT 249158 PT. OM HWAHAHA Pengadaan Combine Harvester Kecil 50 5,114,000,000
NTT 249158 CV. KARYA SULUNGPengadaan Sarana Pengolahan Jagung di
Kabupaten Belu TA 20162 202,885,760
NTT 249158 CV KARYA PRATAMAPengadaan Sarana Pengolahan Jagung di
Kabupaten Lembata TA 20162 205,205,000
NTT 249158 CV DERISTANPengadaan Sarana Pengolahan jagung di
Kabupaten Nagekeo TA 20162 207,259,360
6. PUSAT 27,275,205,000 Sudah SP2D
PUSAT 238251 PT YANMAR Pengadaan CHB, CHK dan PT 253 27,275,205,000
7. DI YOGYAKARTA 049059 Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik 54,710,000 Sudah SP2D
8. SULTENG 189080 Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik 23,187,000 Sudah SP2D
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
127
Lampiran 6. Bantuan sarana UPH jagung dan kedelai Tahun 2016 Usaha
Pengolahan
No Propinsi Kabupaten Jenis UPH Jagung Jenis UPH Kedelai Jenis Olahan
Aceh Utara Kedelai Sari Kedelai
Aceh Timur(2) Kedelai(2) Tempe/tahu
3 Jambi Merangin Marning Sari Kedelai Marning
4 Sumsel Oku Timur Pakan ternak Pakan ternak
Muko-muko (2) Marning Marning
Lebong(2) Tahu/tempe Tahu
L.Timur Tepung, kue, beras Tepung
L. Selatan Tepung, beras Tepung,
Garut Kedelai Kerupuk, bolu kedelai Kerupuk
Cirebon Marning Marning
Klaten Emping Jagung Emping Jagung
Pemalang Emping Jagung Emping Jagung
Grobogan Kedelai susu kedelai, tahu Susu kedelai
Purworejo Kedelai Tahu/tempe Pengolah Tahu
Cilacap Marning Marning
Brebes Marning Marning
Tegal Marning Marning
Lamongan Sari Kedelai Sari Kedelai
Tulung Agung Tahu/ Tempe Tahu/ Tempe
10 Kalbar Landak Marning Marning
Minahasa Tepung susu kedele, tahu Tepung
Minahasa Jagung susu kedele, tahu
Bitung susu kedele, tahu susu kedele, tahu
Poso (2) Kedelai(2) Tahu Tahu
Kota Palu Beras Jagung Beras Jagung
Bulukumba (2) Marning Marning
Gowa Marning Marning
Kota Makassar Marning Marning
Jeneponto Tahu, Susu Kedelai Tahu
Bantaeng
Kolaka Timur Tepung Jagung Tahu, Tempe Tahu, Tempe
Muna Kedelai (2) Tahu, Tempe Tahu, Tempe
Tepung Jagung (2) Tahu, Tempe
Buton Tepung Jagung (2) Tahu, Tempe Tahu, Tempe
Klungkung Grits Jagung (2) Grits Jagung
Karangasem Grits Jagung Tempe/Tahu, sari kedeleGrits Jagung
16 NTB Kota Kedelai (1) Pengolahan Tahu Pengolahan Tahu
Belu Beras/tepung Jagung (2) Beras Jagung/
Manggarai Timur Beras/tepung Jagung (2) Beras Jagung/
Nogekeo Beras/tepung Jagung (2) Beras Jagung/
Lembata Beras/tepung Jagung (2) Beras Jagung
18 Maluku M.Tenggara Tepung Jagung Tepung Jagung
Nabire Emping Jagung Emping Jagung
Keerom Emping Jagung Emping Jagung
Merauke Emping Jagung Emping Jagung
20 Banten Serang Pakan Ternak Pakan Ternak
Gorontalo Tepung Jagung Tepung Jagung
Gorontalo Tepung Jagung Tepung Jagung
Pohuwato Tepung Jagung (pia jagung)Tahu Tepung Jagung (pia jagung)
Bone Bolango Emping Jagung Emping Jagung
Stik Jagung Stik Jagung
Mamuju Tepung Jagung Tepung Jagung
Mamuju Tengah Kerupuk Tempe Kerupuk Tempe
5 Bengkulu
6 Lampung
1 Aceh
7 Jabar
8 Jateng
9 Jatim
11 Sulut
12 Sulteng
13 Sulsel
Sultra14
15 Bali
17 NTT
19 Papua
21 Gorontalo
22 Sulbar
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
128
Lampiran 7. Perkembangan penyusunan draft Permentan NO. WAKTU PESERTA POIN MASUKAN OUTPUT
1 9 November 2017
(FGD)
a. Kata-kata GMO diubah menjadi Produk Rekayasa Genetika (PRG)
dan Non Produk Rekayasa Genetika (Non PRG).
Draft 1
b. Pengaturan tentang label produk rekayasa genetika telah ada dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999
Tentang Label Dan Iklan Pangan Pasal 35 (1) Label untuk pangan
hasil rekayasa genetika wajib dicantumkan tulisan PANGAN
REKAYASA GENETIKA. (2) Dalam hal pangan hasil rekayasa
genetika sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan bahan
yang digunakan dalam suatu produk pangan, pada Label cukup
dicantumkan keterangan tentang pangan rekayasa genetika pada
bahan yang merupakan pangan hasil rekayasa genetika tersebut
saja. (3) Selain pencatuman tulisan sebagaimana dimaksud ayat (1),
pada Label dapat dicantumkan logo khusus pangan hasil rekayasa
genetika.
c. Ditambahkan definisi kedelai, Kedelai adalah hasil tanaman kedelai
(glycine max - Merr) berupa biji kering yang telah dilepaskan dari
kulit polong dan dibersihkan (sumber SNI:3922-1995).
d. Pengaturan dibagi menjadi pasal tersendiri untuk Kedelai Untuk
Pangan Segar Produk Rekayasa Genetik dan juga Kedelai Untuk
Pangan Segar Non Produk Rekayasa Genetik, Pelabelan, Sanksi
dan Pasal Penutup.
e. Diharapkan pengaturan dapat diperluas untuk produk pangan segar
secara keseluruhan.
f. Penajaman kriteria atau standar pengujian untuk jaminan mutu dan
pengujian PRG/Non PRG.
g. Penajaman skema sertifikasi apakah dilaksanakan oleh Lembaga
Sertifikasi atau Lembaga Pemerintah.
h. Lembaga Sertifikasi yang ada sampai dengan saat ini belum ada
yang memiliki ruang lingkup pengujian PRG/Non PRG. Lembaga
laboratorium yang sudah terakreditasi dalam menangani PRG/Non
PRG ada 2 yaitu : PT. Saraswanti Indogenetech dan BB-BIOGEN.
2 10 November 2017
'(RAPAT INTERNAL)
a. Penajaman standar untuk jaminan mutu dan pengujian PRG/Non
PRG.
b. Penjaminan mutu dan Pencantuman label PRG dan Non PRG
diharapkan menaikkan daya saing produk kedelai segar dan
melindungi konsumen dari pencampuran produk PRG dan Non PRG.
3 15 November 2017
(FGD)
a. Ruang lingkup diusulkan menjadi a. Mutu Kedelai untuk Pangan
Segar dan b. Penerapan jaminan mutu dan pencantuman label
kedelai PRG atau Non PRG Kedelai untuk Pangan Segar
Draft 3
b. Standar Kadar air, Residu pestisida, Logam berat, Benda asing
dicantumkan standarnya
c. Pengaturan kedelai dalam kemasan dan curah
d. Public Hearing dilaksanakan sebelum dikirim ke Menteri Pertanian
e. Yang dicantumkan dalam Label sesuai UU 18 Tahun 2012 tentang
Pangan memuat paling sedikit keterangan mengenai :
Nama produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi
bersih; nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
mengimpor; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal dan kode
produksi; tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa; nomor izin edar
bagi Pangan Olahan; dan asal usul bahan Pangan tertentu.
f. Sedangkan dalam PP No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan sekurang-kurangnya sekurang-kurangnya: nama produk;
daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan
alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
dalam wilayah Indonesia; tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa.
Perwakilan dari Direktorat Aneka Kacang dan Umbi,
Direktorat Serealia, dan Subbag Hukum dan Humas
Setditjen Tanaman Pangan
Draft 2
Perwakilan dari Direktorat Standardisasi Produk
Pangan, Deputi Pengawasan Keamanan Pangan dan
Bahan Berbahaya, Badan POM, Biro Hukum
Kementerian Pertanian, Pusat Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan
Pangan, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan
Perizinan Pertanian, Setjen Kementerian Pertanian,
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati
Nabati, Badan Karantina Pertanian, Direktorat Aneka
Kacang dan Umbi, Direktorat Serealia, Direktorat
Perbenihan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Tanaman Pangan, Bagian Umum Setditjen
Tanaman Pangan, Suharyanto, SH, MH
Perwakilan dari Direktorat Standardisasi Produk
Pangan, Deputi Pengawasan Keamanan Pangan dan
Bahan Berbahaya, Badan POM, Biro Hukum, Sekjen
Kementerian Pertanian, Pusat Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan, Badan Ketahanan
Pangan Kementan, Pusat Karantina Tumbuhan dan
Keamanan Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian,
Kementan, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan
Perizinan Pertanian, Setjen Kementerian Pertanian,
Direktorat Perbenihan, Direktorat Aneka Kacang dan
Umbi, Direktorat Serealia, Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktorat
Perlindungan Tanaman Pangan, Suharyanto, SH, MH,
PT Sucofindo, PT Mutu Agung Lestari, PT SGS
Indonesia.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
129
Lampiran 8. Rencana Alokasi Dukungan Standardisasi dan Mutu Tahun 2018
SERTIFIKASI
ORGANIK
PENERAPAN
MUTU DAN
KEAMANAN
PANGAN
UJI MUTU
BERAS
UJI
JAGUNG
PAKAN
UJI
KEDELAI TOTAL
ALOKASI
STANMUTU
Unit Paket Unit Unit Unit Unit PROVINSI
DIT PPHTP 30 30 200 120 30 366 31
I. PUSAT - - 9 - -
II. PROVINSI (DEKON) 30 30 191 120 30 366 31
1 ACEH - 1 8 - 2 9 1
2 SUMUT - 1 10 10 - 21 1
3 SUMBAR 1 2 8 - - 10 1
4 RIAU - 1 5 - - 5 1
5 JAMBI - 1 5 - 2 6 1
6 SUMSEL 1 1 8 5 2 15 1
7 BENGKULU - 1 3 - - 3 1
8 LAMPUNG 1 1 6 5 - 13 1
9 DKI JAKARTA - - - - - -
10 JABAR 7 2 10 10 2 28 1
11 JATENG 2 1 10 10 2 23 1
12 DI YOGYAKARTA 1 2 5 - - 7 1
13 JATIM 3 2 10 10 2 24 1
14 KALBAR 1 1 5 10 - 17 1
15 KALTENG - 1 5 - - 6 1
16 KALSEL 1 1 5 5 - 12 1
17 KALTIM - - - - 1 -
18 SULUT - 1 5 5 2 11 1
19 SULTENG - 1 6 5 2 12 1
20 SULSEL 2 2 10 10 2 23 1
21 SULTRA 4 5 - 2 10 1
22 BALI 2 1 5 - 2 8 1
23 NTB - 1 8 10 2 19 1
24 NTT 1 1 5 8 - 15 1
25 MALUKU - 5 - - 5 1
26 PAPUA - 5 - - 5 1
27 MALUT - 5 - - 5 1
28 BANTEN 1 2 5 2 2 9 1
29 BABEL - - - - - -
30 GORONTALO - 1 5 10 2 16 1
31 KEPRI 1 3 - - 4 1
32 PAPUA BARAT - 5 - - 5 1
33 SULBAR - 1 6 5 2 12 1
34 KALTARA 1 5 - - 7 1
NO. PROVINSI
KEGIATAN STANDARDISASI DAN MUTU
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
130
Lampiran 9. Rencana Alokasi Dukungan Pengolahan Hasil dan Pasinves Tahun 2018
UPH
JAGUNG
UPH
KEDELAI
TOTAL
UPH
ALOKASI
UPH
PENGEMBANGA
N PIP
PEMANTAUAN
STOK
PENGAWALAN
PENGEMBANGA
N POTENSI
EKSPOR
TOTAL ALOKASI
PIP
Unit Unit Unit PROVINSI Unit Unit Unit Unit PROVINSI
DIT PPHTP 33 50 83 20 225 80 2 307 25
I. PUSAT - - - - - - - -
II. PROVINSI (DEKON) 33 50 83 20 225 80 2 307 25
1 ACEH 4 3 7 1 9 3 - 12 1
2 SUMUT 2 2 4 1 14 4 - 18 1
3 SUMBAR - - - 10 2 - 12 1
4 RIAU - - - - - - -
5 JAMBI 2 4 6 1 4 2 - 6 1
6 SUMSEL 2 - 2 1 9 4 - 13 1
7 BENGKULU - - - - - - -
8 LAMPUNG - 4 4 1 11 4 - 15 1
9 DKI JAKARTA - - - - - - -
10 JABAR 2 4 6 1 18 12 - 30 1
11 JATENG 1 4 5 1 27 13 - 40 1
12 DI YOGYAKARTA - - - 4 1 - 5 1
13 JATIM 3 5 8 1 29 13 - 42 1
14 KALBAR - - - 8 2 1 11 1
15 KALTENG - - - 5 2 - 7 1
16 KALSEL 1 1 2 1 10 2 - 12 1
17 KALTIM - - - 3 - - 3 1
18 SULUT 2 - 2 1 4 1 - 5 1
19 SULTENG 1 2 3 1 6 2 - 8 1
20 SULSEL 2 7 9 1 18 5 - 23 1
21 SULTRA 1 2 3 1 5 1 - 6 1
22 BALI - - - 3 1 - 4 1
23 NTB 3 3 6 1 7 2 - 9 1
24 NTT 2 - 2 1 6 1 - 7 1
25 MALUKU - - - - - - -
26 PAPUA 4 4 8 1 - - - -
27 MALUT 1 - 1 1 - - - -
28 BANTEN - 2 2 1 5 3 - 8 1
29 BABEL - - - - - - -
30 GORONTALO - - - 4 - - 4 1
31 KEPRI - - - - - - -
32 PAPUA BARAT - 2 2 1 - - - -
33 SULBAR - - - 4 - - 4 1
34 KALTARA - 1 1 1 2 - 1 3 1
KEGIATAN PASINVES
NO. PROVINSI
KEGIATAN PENGOLAHAN HASIL
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
131
Lampiran 10. Ekspor Impor Tahun 2017 per Kode HS
1) Beras
a) Ekspor
b) Impor
c) Neraca
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
1006101000 Beras berkulit (padi atau gabah) cocok untuk disemai. 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 359 0 359
1006109000 Beras berkulit (padi atau gabah) untuk lain-lain 0 0 0 0 0 0 25 0 0 0 0 0 25
1006201000 Gabah dikuliti Beras Thai Hom Mali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006209000 Gabah dikuliti berupa lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 3 0 572 0 0 575
1006303000 Beras 1/2 atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa beras ketan
0 0 25,000 0 25,000 0 25,000 0 22,500 0 0 25 97,525
1006304000 Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa beras Thai Hom Mali
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006309100 beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa beras setengah
masak
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006309900 Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa lain-lain
11,810 21,000 13,391 1,003,958 0 305,605 25,800 10,000 2,001,977 39,764 0 0 3,433,305
1006401000 Beras pecah dari jenis yang digunakan untuk
makanan hewan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006409000 Beras pecah lain-lain 0 0 0 0 100 0 0 61 0 0 0 0 161
1102901000 Tepung beras 9,736 13,838 24,549 10,237 16,907 18,384 16,136 20,577 28,353 20,970 38,010 17,973 235,670
1103192000 Menir dan tepung kasar dari beras 0 35 400 400 3,430 725 500 18,321 1,754 250 950 1,000 27,765
2302401000 Sekam, dedak dan residu lainnya dari beras 132,000 0 0 0 132,000 0 0 0 132,000 132,000 0 0 528,000
Total 153,546 34,873 63,340 1,014,595 177,437 324,714 67,461 48,962 2,186,584 193,556 39,319 18,998 4,323,385
Kode Hs DeskripsiJanuary February March April May June July August September October November December
EKSPOR
VOLUME (Kg)
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
1006101000 Beras berkulit (padi atau gabah) cocok untuk disemai. 2,213,240 0 0 725,065 234 104 40,420 0 561 84 71 165,040 3,144,819
1006109000 Beras berkulit (padi atau gabah) untuk lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006201000 Gabah dikuliti Beras Thai Hom Mali 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006209000 Gabah dikuliti berupa lain-lain 0 0 0 0 1,156 0 54,000 0 0 0 0 0 55,156
1006303000 Beras 1/2 atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa beras ketan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006304000 Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa beras Thai Hom Mali
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006309100 beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa beras setengah
masak
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1006309900 Beras 1/2 giling atau digiling seluruhnya, disosoh atau
dikilapkan maupun tidak berupa lain-lain
0 0 0 0 0 0 72,000 0 0 30 11 30 72,071
1006401000 Beras pecah dari jenis yang digunakan untuk
makanan hewan
0 0 0 0 0 0 0 8 2 0 30 0 40
1006409000 Beras pecah lain-lain 10,260,000 2,000,000 31,424,850 24,782,950 23,285,000 36,300,000 56,801,000 2,500,000 8,100,000 18,200,000 39,798,800 48,550,000 302,002,600
1102901000 Tepung beras 0 0 1,001 17,000 204,000 323,000 187,000 340,000 204,833 288,990 311,000 374,000 2,250,824
1103192000 Menir dan tepung kasar dari beras 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
2302401000 Sekam, dedak dan residu lainnya dari beras 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
Total 12,473,240 2,000,000 31,425,851 25,525,015 23,490,390 36,623,104 57,154,420 2,840,008 8,305,396 18,489,104 40,109,912 49,089,070 307,525,510
Kode Hs DeskripsiJanuary February March April May June July August September October November December
IMPOR
VOLUME (Kg)
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
132
2) Jagung
a) Ekspor
b) Impor
c) Neraca
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
1005100000 Jagung Bibit 50,000 - 20,533 20,000 19,357 1 21 0 9 0 40 75 110,036
1005901000 Jagung brondong 2,722 - - 3,825 2,523 - - 2,125 1,009 2,575 3,668 3,228 21,675
1005909000 Lain-lain 116,700 74,200 277,890 125,750 96,750 125,700 125,552 177,790 211,970 155,122 44,502 215,090 1,747,016
1102200000 Maizena (tepung jagung) 280 67,759 48,054 24,000 24,024 24,000 2,451 25,186 24,999 30,522 28,510 24,000 323,785
1103130000 Menir/tepung dari Jagung 2,570 - - - 3,100 - - 0 0 2,050 0 0 7,720
1104191000 Jagung digiling atau dipipihkan dari jagung - - - - - - - 7,040 0 0 0 0 7,040
1104230000 Jagung dikuliti, dikilapkan atau disosok dari jagung - - - - - - - 0 0 0 0 0 -
1108120000 Pati jagung 2,667,005 1,470,000 1,302,005 2,358,000 3,003,005 1,949,035 4,271,050 5,588,014 1,347,605 4,180,137 4,448,000 2,647,005 35,230,861
1515210000 Minyak mentah dari jagung - - - - - - - 0 0 0 0 0 -
1515291100 Fraksi padat dari minyak jagung - - - - - - - 0 0 0 0 0 -
1515291900 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah,
Fraksi dari minyak tidak dimurnikan selain fraksi
padat
- 60 - - - - - 0 0 0 0 0 60
1515299100 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah,
selain dari minyak tidak dimurnikan dari fraksi padat
- - - - - - - 0 0 0 0 0 -
1515299900 Lain-lain dari fraksi minyak tidak dimurnikan - - - - - - - 0 0 0 2 0 2
2302100000 Sekam, dedak dari jagung 264,900 125,520 564,240 621,120 638,760 663,600 774,540 825,060 1,468,740 1,179,180 995,700 546,840 8,668,200
2306901000 Bungkil dan residu padat lainnya dari jagung - 44,000 109,098 96,800 - - 44,000 93,430 75,000 268,600 75,000 75,000 880,928
Total 3,104,177 1,781,539 2,321,820 3,249,495 3,787,519 2,762,336 5,217,614 6,718,645 3,129,332 5,818,186 5,595,422 3,511,238 46,997,323
April Kode Hs Deskripsi
January February March November December EKSPOR
VOLUME (Kg) May June July August September October
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
1005100000 Jagung Bibit 423,819 18,324 25,004 486,665 950,630 113,063 275,704 211,356 163,454 300,300 497,768 2,013 3,468,100
1005901000 Jagung brondong 270,752 455,762 293,357 349,094 422,970 470,217 544,668 658,760 502,704 1,123,718 322,430 326,455 5,740,887
1005909000 Lain-lain 8,000,000 59,715,294 58,456,638 0 55,978,564 24,807,980 58,231,474 25,000,000 63,529,000 52,794,265 79,248,126 22,525,814 508,287,155
1102200000 Maizena (tepung jagung) 154 8,790 11,342 0 9,095 40 300 6,554 250 84 2,000 2,761 41,370
1103130000 Menir/tepung dari Jagung 60,000 95,530 40,390 187,000 181,250 221,000 290,000 337,000 92,000 212,000 185,700 351,000 2,252,870
1104191000 Jagung digiling atau dipipihkan dari jagung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1104230000 Jagung dikuliti, dikilapkan atau disosok dari jagung 18,000 0 18,000 18,000 36,000 18,000 36,000 0 0 18,000 18,000 36,000 216,000
1108120000 Pati jagung 15,568,986 9,418,961 25,390,513 16,932,397 21,290,923 8,410,593 18,096,895 18,845,479 11,061,725 11,334,047 13,383,475 19,005,832 188,739,826
1515210000 Minyak mentah dari jagung 5,558 1,604 3,201 0 0 6,212 5,880 8,397 9,871 8,273 6,790 16,308 72,094
1515291100 Fraksi padat dari minyak jagung 0 0 66,000 75 0 0 25 100 0 0 60 0 66,260
1515291900 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah,
Fraksi dari minyak tidak dimurnikan selain fraksi
padat
588 0 0 0 3,860 0 4,230 4,774 7,200 3,022 0 0 23,674
1515299100 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah,
selain dari minyak tidak dimurnikan dari fraksi padat
46,000 0 30,528 0 30,720 0 45,888 0 0 0 0 0 153,136
1515299900 Lain-lain dari fraksi minyak tidak dimurnikan 256,262 167,846 130,355 143,976 154,888 220,824 298,614 367,826 400,915 304,447 122,718 167,906 2,736,577
2302100000 Sekam, dedak dari jagung 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
2306901000 Bungkil dan residu padat lainnya dari jagung 242,200 1,101,457 0 240,113 812,701 0 110,000 90,000 0 110,000 0 0 2,706,471
Total 24,892,319 70,983,568 84,465,328 18,357,320 79,871,601 34,267,929 77,939,678 45,530,246 75,767,119 66,208,156 93,787,067 42,434,089 714,504,420
April Kode Hs Deskripsi
January February March November December IMPOR VOLUME
(Kg) May June July August September October
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
133
3) Kedelai
a) Ekspor
b) Impor
c) Neraca
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
1201100000 Kacang kedelai benih - - - - - - - 0 0 0 0 0 -
1201900000 Lain-lain 50,800 244,000 44,300 237,655 71,625 26,280 213,100 94,750 200,530 40,301 191,500 58,209 1,473,050
1208100000 Tepung halus dan kasar Dari kacang kedelai - 22,517 7,040 - 69,182 - 15,009 0 2,988 26,956 5,847 802 150,341
1507100000 Minyak mentah, dihilangkan getahnya maupun tidak - 223 42,087,094 42,029 - - - 6,000 848 0 0 0 42,136,194
1507901000 Fraksi dari minyak kacang kedelai yang tidak
dimurnikan
- - - - - - - 0 0 0 0 90 90
1507909000 lain-lain - 21,000 - - - - - 0 0 0 0 0 21,000
2103100000 Kecap 473,093 552,152 1,101,136 897,269 1,271,861 740,603 1,332,606 1,542,577 909,827 1,293,071 1,423,671 1,044,081 12,581,947
2202902000 Minuman susu kedelai 163 16,505 524 288 34,388 2,225 - 3,980 228 300 0 45 58,646
2304001000 Bungkil dan residu padat dari tepung kedelai yang
dihilangkan lemaknya, layak untuk konsumsi manusia
- - - - - - - 0 0 0 0 0 -
2304009000 Bungkil dan residu padat kedele selain dari tepung - - - - - - - 0 0 0 0 0 -
Total 524,056 856,397 43,240,094 1,177,241 1,447,056 769,108 1,560,715 1,647,307 1,114,421 1,360,628 1,621,018 1,103,227 56,421,268
Kode Hs DeskripsiJanuary February March April May June July August September October November December
EKSPOR VOLUME
(Kg)
2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017 2017
1201100000 Kacang kedelai benih 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -
1201900000 Lain-lain 302,987,865 288,395,243 207,869,008 242,210,987 281,500,389 181,601,166 228,323,010 204,842,334 175,001,676 230,477,839 153,602,976 175,101,616 2,671,914,109
1208100000 Tepung halus dan kasar Dari kacang kedelai 153,940 6,000 337,880 84,000 531,753 91,000 32,211 332,537 353,484 261,794 313,970 430,846 2,929,415
1507100000 Minyak mentah, dihilangkan getahnya maupun tidak 225 6,185 19,095 5,628 6,208 11 6,470 20,480 0 380 0 380 65,062
1507901000 Fraksi dari minyak kacang kedelai yang tidak
dimurnikan
417,000 354,032 626,790 460,974 437,080 455,470 415,886 343,480 514,840 553,492 150,910 822,400 5,552,354
1507909000 lain-lain 1,204,097 1,180,903 1,502,534 1,612,170 1,559,162 918,618 1,932,065 1,599,657 1,523,951 1,883,537 1,750,403 1,491,121 18,158,218
2103100000 Kecap 1,657,227 1,329,525 1,314,431 1,321,118 853,716 1,084,720 1,223,003 1,157,208 1,724,756 1,553,264 1,379,729 1,364,864 15,963,561
2202902000 Minuman susu kedelai 1,224,007 1,236,409 1,847,616 1,730,733 1,854,077 1,657,290 1,548,376 1,905,934 1,991,295 2,577,501 3,002,151 2,389,658 22,965,047
2304001000 Bungkil dan residu padat dari tepung kedelai yang
dihilangkan lemaknya, layak untuk konsumsi manusia
493,900 295,660 724,100 401,500 550,125 396,400 719,625 473,150 845,875 429,215 273,741 518,975 6,122,266
2304009000 Bungkil dan residu padat kedele selain dari tepung 261,000,446 207,829,349 324,971,554 405,524,238 498,020,433 374,284,642 400,443,426 320,109,551 459,579,545 311,181,957 423,802,511 337,703,108 4,324,450,760
Total 569,138,707 500,633,306 539,213,008 653,351,348 785,312,943 560,489,317 634,644,072 530,784,331 641,535,422 548,918,979 584,276,391 519,822,968 7,068,120,792
Kode Hs DeskripsiJanuary February March April May June July August September October November December
IMPOR VOLUME
(Kg)
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
134
Lampiran 11. Daftar Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2017
Pangkat
Gol. Ruang
Dr. Ir. Mohammad Takdir Mulyadi, MM Pembina Tk. I Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil
196304231989031002 IV/b Tanaman Pangan
Ir. Hardian, M.P. Pembina Tk. I Kasubdit Pengolahan
196106091993032001 IV/b
Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I Kasubdit Pascapanen
196001191986032001 IV/b
Ir. Resfolidia Pembina Kasubdit Pemasaran dan Investasi
196012121986032001 IV/a
Batara Siagian, SP, MAB Pembina Kepala Subdit Standardisasi dan Mutu
197504212002121001 IV/a
Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I Kasi Sarana Pengolahan
197102232001122001 III/d pada Subdit Pengolahan
Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I Kasi Penerapan Teknologi
19740227.200212.2.001 III/d pada Subdit Pengolahan
Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Kasi Penerapan Teknologi Pascapanen
196104241989102001 III/d pada Subdit Pascapanen
Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata Kasi Sarana Pascapanen
198112132006042001 III/c pada Subdit pascapanen
Ir. Mochamad Amir, M.E. Pembina Kasi Pemasaran dan Promosi
196403151992031001 IV/a pada Subdit Pemasaran dan Investasi
Oim Abdul Rahman, S.ST, S.P. Penata Tk. I Kasi Investasi
197010051993021001 III/d pada Subdit Pemasaran dan Investasi
Indah Sulistio Rini, S.TP Penata Tk. I Kasi Mutu
197007021999032001 III/d pada Subdit Standardisasi dan Mutu
Putri Kartika, SE, M.Si Penata Tk. I Kasi Standardisasi
197907272006042001 III/c pada Subdit Standardisasi dan Mutu
Ajuningtias Retna Tjepakawangi, S.E Penata Tk. I Kasubbag Tata Usaha
197205311999032001 III/d
13
14
12
No. Nama/Nip Jabatan
1
2
3
4
5
6
10
11
7
8
9
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
135
Lampiran 12. Daftar Nominatif Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Tanaman Pangan Tahun 2017
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6 7
II. Golongan IV/b
1 Dr. Ir. Mohammad Takdir Mulyadi, MM Pembina Tk. I S1 Fak. Pertanian Univ. Sebelas Maret (UNS) T
196304231989031002 IV/b Jur. Ilmu Tanah Thn 1987 L
Mataram, 23 April 1963 1 - 4 - 2009 S2 ITB Jur. Bisnis dan Administrasi
Thn, 1994
S3 IPB Manajemen dan Bisnis
Jur. Manajemen Pemasaran Thn 2014
2 Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I 1. Sarjana Pertanian IPB. Sosek Thn. 83 Kasubdit Pascapanen T
196001191986032001 IV/b 2. S2. STIA YAPPANN Th.08 Jur P
Surabaya, 19 - 01 - 1960 1 - 10 - 2013 Administrasi Publik
3 Ir. Hardian, M.P. Pembina Tk. I 1. Sarjana Pertanian IPB. Sosek Thn. 83 Kasubdit Pengolahan T
196106091993032001 IV/b 2. S2. STIA YAPPANN Th.08 Jur P
Banjarmasin, 09-06-1961 1 - 4 - 2017 Administrasi Publik
II. Golongan IV/a
4 Erlina, S.P, M.Si Pembina 1. Fak. Pertanian UNAND Jur. Ilmu Tanah Petugas Teknologi T
19691006 199803 2 006 IV/a Tahun 1993 Pascapanen P
Sipirok, 6 - 10 - 1969 1 - 4 - 2015 2. S2 Univ Andalas Jur. Pembangunan
Wilayah Pedesaan Tahun 2014
5 Ir. Mochamad Amir, M.E. Pembina Universitas Indonesia Kasi Pemasaran dan T
196403151992031001 IV/a Jur. Industri S2 : 2007 Promosi pada Subdit L
Cirebon, 15-03-1969 1 - 4 - 2008
6 Ir. Resfolidia Pembina Institut Pertanian Bogor Kasubdit Pemasaran dan T
196012121986032001 IV/a Jur. Agronomi S1 Tahun 1983 Investasi P
Bukit Tinggi, 12-12-1960 1 - 10 - 2015
7 Ir. RR. Retno Pujiastuti, M.M. Pembina STIE IPWIJA Jakarta Analis Informasi Pasar T
196406281992032001 IV/a Jur. Manajemen SDM S2 Tahun 2015 Hasil Pertanian P
Yogyakarta, 28-06-1964 1 - 10 - 2015
8 Batara Siagian, SP, MAB Pembina S1 Fak. Pertanian IPB Tahun 1999 Kepala Subdit Standardisasi T
197504212002121001 IV/a Jur. Sosek Pertanian dan Mutu L
Balige, 21-04-1975 1 - 4 - 2017 S2 STIA LAN Jur. Adm. Bisnis Thn 2012
IV. Golongan III/d
9 Ir. Budi Lestari Penata Tk. I Fak. Pertanian IPB Tahun 1990 Kasi Standardisasi pada T
196710211992032001 III/d Jur. Pengolahan Hasil Pertanian Subdit Standardisasi & Mutu P
Jakarta, 21 - 10 - 1967 1 - 4 - 2004
10 Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Fak. Pertanian USU Tahun 1986 Kasi Penerapan Teknologi T
196104241989102001 III/d Pascapanen pada Subdit P
Medan, 24 - 04 - 1961 1 - 10 - 2004 Pascapanen\
11 Ajuningtias Retna Tjepakawangi, S.E Penata Tk. I S1 Universitas Pancasila Thn. 1996 Kasubbag Tata Usaha NT
197205311999032001 III/d P
Jakarta, 31 - 05 - 1972 1 - 4 - 2011
12 Indah Sulistio Rini, S.TP Penata Tk. I Institut Pertanian Bogor Kasi Mutu pada Subdit T
197007021999032001 III/d Jur. Teknologi Pertanian S1 Tahun 1993 Standardisasi dan Mutu P
Pemalang, 02-07-1970 1 - 4 - 2011
13 Suparni, SP Penata Tk. I 1. SMA IPS Tahun 1980 Pengadministrasi dan T
19610803 198303 2 002 III/d 2. Sarjana Pertanian SATYAGAMA Penyaji data P
Surakarta, 3 - 8 - 1961 1 - 4 - 2011 Jur. Sosek Tahun 2004
14 Ricky Nelson, SH Penata Tk. I Fak. Hukum, UNKRIS Tahun 1990 Koordinator Administrasi RT NT
19630514 199903 1 001 III/d Dan perlengkapan L
Jakarta, 14 -5 - 1963 1 - 4 - 2011
15 Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I 1. Fak. Pertanian (UNAS) Jur Agronomi Kasi Sarana Pengolahan T
197102232001122001 III/d Tahun 1996 pada Subdit Pengolahan P
Cidaun, 23 - 02 - 1971 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) STIA YAPPANN
Jurusan Administrasi Publik Thn. 2004
16 Robinson Sinambela, S.T. Penata Tk. I Institut Teknologi Medan Analis Investasi T
197207282002121001 III/d Jur. Mesin S1 Tahun 1999 L
Medan, 28-07-1972 1 - 4 - 2015
No. Ket.
Direktur Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
136
Lanjutan…….…
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6 7
17 Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I 1. Fak Pertanian Universitas Borobudur Kasi Penerapan Teknologi T
19740227.200212.2.001 III/d Jurusan Sosek Tahun 1996 Pengolahan pada Subdit P
Pematangsiantar, 27 - 2 - 1974 1 - 4 - 2015 2. Pasca Sarjana (S2) Mercubuana Pengolahan
Jurusan SDM Tahun 2009
18 Pandu Tri Kurniawan, SP Penata Tk. I Fakultas Pertanian UNB Jur. Agronomi Penyusun Laporan T
196803092000031000 III/d Tahun 2003 L
Serang, 09 - 03 - 1968 1 - 10 - 2016
19 Oim Abdul Rahman, S.ST, S.P. Penata Tk. I 1. D3 APP Malang Tahun 2000 Kasi Investasi pada subdit T
197010051993021001 III/d 2. S1 STTP Malang Tahun 2001 Pemasaran dan Investasi L
Sumedang, 05 - 10 - 1970 1 - 10 - 2014 3. S1 Univ. Thribuana Malang Tahun 2002
V. Golongan III/c
20 Vera Ramashinta, S.P. Penata Universitas Padjajaran PMHP Muda T
197908222005012001 III/c Jur. Hama Tumbuhan / Tanaman P
Dumai, 22-08-1979 1 - 10 - 2013 S1 Tahun 2001
21 Fatriwati, SP Penata Fakultas Pertanian UNAND Tahun 1998 Petugas Teknologi T
197309242006042000 III/c Pascapanen P
Padang, 24 - 09 - 1973 1 - 4 - 2014
22 Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata 1. Fak. Pertanian IPB Jur. Budidaya Kasi Sarana Pascapanen T
198112132006042001 III/c Pertanian Tahun 2005 pada Subdit pascapanen P
Bogor, 13 - 12 - 1981 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Brawijaya
Jurusan Teknologi Industri Pertanian
Tahun 2012
23Putri Kartika, SE, M.Si Penata Tk. I
Universitas Sebelas Maret Th 2016 (S2) Kasi Standardisasi padaT
197907272006042001 III/c Subdit Standardisasi dan Mutu PPalembang, 27-07-1979 1 - 4 - 2014
24 Ruth T.M.B.V. Kaluti, S.TP,M.P Penata 1. Fak. Pertanian Univ. UNSRAT Manado Petugas Teknologi T
197205022010012002 III/c Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian Pascapanen P
Sangele, 02 - 05 - 1972 1 - 4 - 2014 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. UGM Yogya
Jurusan Ilmu & Teknologi Pangan
25 Ir. Nur Sulistiati Penata Fak. Pertanian Univ. UPN Veteran Petugas Teknologi T
196507102008122001 III/c Tahun 2006 Pascapanen P
Jakarta, 10-07-1965 1 - 4 - 2017
26 Deasy Fitriati, STP, M.Si Penata 1. Fak. Pertanian UGM Jur. Mekanisasi Penyusun rencana kegiatan T
19800807 200901 2 009 III/c Pertanian Tahun 2003 dan anggaran P
Pontianak, 7 - 8 - 1980 1 - 4 - 2017 2. S2 IPB tahun 2015 Jur. Tek. Pertanian
VI. Golongan III/b
27 Hamdani Syarif, S.TP., M.M. Penata Muda Tk. I STIE IPWIJA Analis Pengolahan Hasil T
197805042009121002 III/b Jur. Manajemen Pemasaran Pertanian L
Bandung, 04-05-1978 1 - 4 - 2014 S2 Tahun 2015
28 Restu Widianti Penata Muda Tk. I SMA Tahun 1990 Agendaris NT
19710228.199303.2.001 III/b P
Jakarta, 28 - 2 - 1971 1 - 4 - 2013
29 Tias Atika Rachmawati, S.E. Penata Muda Tk. I IPB Fak. Ekonomi Manajemen Penyusun Rencana NT
198803262009122002 III/b Tahun 2009 Kegiatan dan Anggaran P
Jakarta, 26 - 03 - 1988 1 - 4 - 2014
30 Diyah Puji Astuti, SP Penata Muda Tk. I UNSOED Jur. Agrobisnis Tahun 2004 Penyusun Laporan T
19800309 200912 2 002 III/b P
Banjarnegara, 9 - 3 - 1980 1 - 4 - 2014
31 Ririkumaladewi, SP Penata Muda Tk. I UNHAS Jur. Agronomi Tahun 2005 Penyusun Laporan T
19811008 200912 2 004 III/b P
Rappang, 8 - 10 - 1981 1 - 4 - 2014
32 Bubun Muhammad Hasbulloh, S.TP Penata Muda Tk. I IPB Jur. Teknik Pertanian Tahun 2009 Penyusun Rencana T
19850922 200912 1 002 III/b Kegiatan dan Anggaran L
Kuningan, 22 - 9 - 1985 1 - 4 - 2014
33 Dede Risanda, SP Penata Muda Tk. I Fakultas Pertanian IPB Jurusan HPT Petugas Teknologi T
19840713 200912 1 002 III/b Tahun 2008 Pascapanen L
Tebingtinggi, 13 - 07 - 1984 1 - 4 - 2014
34 Anita Retnawati, SP, M.Si Penata Muda Tk. I 1. SMA Jurusan IPA Tahun 1997 Penyusun Laporan T
19790328.200701.2.002 III/b 2. Univ. Satyagama Jurusan Agrobisnis P
Jakarta, 28 - 03 - 1979 1 - 10 - 2014 Tahun 1999
No. Ket.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
137
Lanjutan…….…
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P1 2 3 4 5 6 7
35 Bambang Setiyono, A.Md. Penata Muda Tk. I STMIK YAPPANN Analis Pengolahan T196810102002121001 III/b Jur. Informatika/Komputer LJakarta, 10 - 10 - 1968 1 - 04 - 2015 D3 Tahun 1993
36 Mumu Toha Muslim, S.P.,M.M. Penata Muda Tk. I STIE IPWI APHP Pertama T197701012011011005 III/b Jur. Magister Management LRancah, 01 - 01 - 1977 1 - 04 - 2015 S2 Tahun 2015
37 Vivi Jayanti M, S.P. Penata Muda Tk. I UGM Jur. Agronomi S1 Tahun 2005 Fasilitator Promosi T198202142011012012 III/b PKlaten, 14 - 02 - 1982 1 - 04 - 2015
38 Sri Rosmayanti, SE Penata Muda Tk. I S-1 Agribisnis IPB Tahun 2010 Pengadministrasi dan T
19861018 201101 2 015 III/b Penyaji Data P
Jakarta, 18 - 10 - 1986 1 - 04 - 2015
39 Maya Puspita Sari, SE Penata Muda Tk. I S-1 Agribisnis IPB Tahun 2010 Pengadministrasi dan T
19880509 201101 2 018 III/b Penyaji Data P
Jakarta, 9 - 05 - 1988 1 - 04 - 2015
40 Andika Wirawan, S.Kom Penata Muda Tk. I UIN Syarifhidayatullah Pranata Komputer Pertama T
198611202011011011 III/b Jur. Informatika / komputer Tahun 2010 L
Jakarta, 20-1-1986 1 - 10 - 2015
41 Kirtana Aska Brata, SP Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian UPN Veteran Petugas Teknologi T
19830623 201101 1 007 III/b Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Pascapanen L
Yogyakarta, 23 - 06 - 1983 1 - 04 - 2015 Tahun 2008
42 Ermi Herawati, S.Sos Penata Muda Tk. I 1. SMA IPS Tahun 1985 Verifikator Keuangan NT
19760517.200212.2.002 III/b 2. Sarjana Ilmu Administrasi Negara Subbag TU P
Brebes, 17 - 5 - 1976 1 - 10 - 2015 STIA YAPPANN, jurusan
43 Angga Wijaya, SP Penata Muda Tk. I 1. SMA IPS Th. 1999 Pengadministrasi NT
19810511.200003.1.002 III/b 2. Sarjana Pertanian Univ.Satyagama Kepegawaian L
Jakarta, 11 - 5 - 1981 1 - 10 - 2015 Jurusan Agrobisnis Tahun 2011 Subbag TU
44 Miftakhul Jannah, SP Penata Muda Tk. I 1. SMA IPA Tahun1997 Penyusun Laporan T
19780711.200312.2.001 III/b 2. Sarjana Pertanian Universitas P
Boyolali, 11 - 07 - 1978 1 - 10 - 2015 Respati Indonesia,
Jurusan Agroteknologi Tahun 2010
45 F.X. Surwiyanto,SE Penata Muda Tk. I 1. SMA IPA Tahun 1990 Petugas SIMAK BMN NT
19710121 200812 1 001 III/b 2. S-1 Univ. Tama Jagakarsa L
Semarang, 21 - 01 - 1971 1 - 04 - 2016 Jurusan Manajemen Tahun 2005
46 Torry Haryono, S.E. Penata Muda Tk. I STIE IPWIJA Analis Pemasaran Hasil T
198106282005011000 III/b S1 Tahun 2015 Pertanian L
Jakarta, 28 - 06 - 1981 1 - 04 - 2017
47 Evie Rahayu Tugiyanto Penata Muda Tk. I SMEA Jurusan Tata Buku Pengadmnistrasi NT
19641030.199703.2.001 III/b Tahun 1984 Kepegawaian P
Magetan, 30 - 10 - 1964 1 - 04 - 2017 Subbag TU
48 Yuliadi Penata Muda Tk. I SMA Jurusan IPS Tahun 1989 Agendaris NT
19640701.199703.1.001 III/b Subbag TU L
Jakarta, 1 - 7 - 1964 1 - 04 - 2017
49 Ridwan Husin, SE Penata Muda Tk. I 1. SMA Jur. IPS Tahun 1988 Pengadministrasi Keuangan NT
19680810.200604.1.017 III/b 2. Sarjana Ekonomi Univ. Pamulang Subbag TU L
Palembang, 10 - 8 -1968 1 - 10 - 2017 Jurusan Manajemen Tahun 2012
50 Agung Prabowo, S.P. Penata Muda Tk. I 1. SMEA Tata Buku Tahun 19981 Penyusun Laporan T
19780826.200212.1.002 III/b 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama L
Jakarta, 26 - 8 - 1978 1 - 10 - 2017 Jurusan Agrobisnis Tahun 2012
VI. Golongan III/a
51 Isandi, S.Kom Penata Muda S-1 Sistem Informasi Univ. Gunadarma Pranata Komputer Pertama T
19831015 201101 1 008 III/a Tahun 2010 L
Air Putih (Palembang), 15-10-1983 1 - 1 - 2011
No. Ket.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
138
Lanjutan…….…
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6 7
52 Rodearni Purba, S.P Penata Muda 1. SMA Biologi Tahun 1995 Agendaris NT
19760110 200312 2 002 III/a 2. (D3 Akubank Swadaya Jurusan P
Marubun Lokkung, 10 - 01 - 1976 1 - 4 - 2014 Pertanian Tahun 1998
3. S1 Sarjana Pertanian Univ.Satyagama
53 Lina, S.P. Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Tahun 2002 Petugas Teknologi T
19841030.200312.2.005 III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Pascapanen P
Jakarta, 30 - 10 - 1984 1 - 10 - 2014 Jurusan Agrobisnis Tahun 2012
54 Ahmad Naseh Penata Muda SMEA Jur. Tata Buku Tahun 1981 Pengadministrasi NT
19600909.199903.1.001 III/a Keuangan Subbag TU L
Jakarta, 9 - 9 - 1960 1 - 4 - 2015
55 Sayuti Penata Muda MAN Tahun 1986 Caraka Subbag TU NT
19630411.199903.1.001 III/a L
Jakarta, 11 - 4 - 1963 1 - 4 - 2015
56 Rohim Penata Muda STM Tahun 1991 Pembuat Daftar Gaji NT
19720403 199903 1 001 III/a Subbag TU L
Jakarta, 3 - 04 - 1972 1 - 4 - 2015
57 Ade Kosasih Penata Muda SMEA Perdagangan Tahun 1992 Pengadministrasi dan NT
19721007.200003.1.001 III/a Penyaji Data L
Jakarta, 7 - 10 - 1972 1 - 4 - 2016
58 Opik Ahmad Ropik, S.P Penata Muda (D3) IPB Jur, Budidaya Pertanian T
19791017 200912 1 001 III/a Tahun 2001 L
Tasikmalaya, 17 Oktober 1979 1 - 10 - 2017 2. Sarjana Pertanian Universitas
Respati Indonesia, Jurusan Agroteknologi Tahun 2015
VIII. Golongan II/d
59 Riskiria Putri, A.Md Pengatur Tk I D-III Manajemen Informasi UGM Sekretaris Pimpinan NT
19861003 200912 2 008 II/d Tahun 2008 P
Muaradua Ogan Komering Ulu, 1 - 4- 2014
3 - 10 - 1986
60 Lukman Pengatur Tk I SMA IPS Tahun 1993 Penata Usaha Dokumen NT
19721221 200212 1 001 II/d Subbag TU L
Tanjung Karang, 21 - 12 - 1972 1 - 4- 2015
IX. Golongan II/c
61 Dwi Rizkyyanto Utomo, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian IPB Pengelola T
198208032015031001 II/c Tahun 2004 Teknologi Pascapanen L
Bogor, 3 - 08 - 1982 1 - 3- 2015
62 Reny Kartika Asmara, A.Md Pengatur D-III Agroindustri UGM Tahun 2013 Pengelola T
199205252015032001 II/c Teknologi Pascapanen P
Karanganyar, 25 - 05 - 1992 1 - 3- 2015
63 Catur Parah Gumantri Putri, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian UNAND Pengelola T
198808252015032005 II/c Tahun 2009 Teknologi Pascapanen P
Bengkalis, 25 - 08 - 1988 1 - 3- 2015
64 Indah Pratiwi, A.Md Pengatur D-III Agronomi Pertanian IPB Pengelola T
199211242015032001 II/c Tahun 2013 Teknologi Pascapanen P
Pematang Siantar, 24 - 11 - 1992 1 - 3- 2015
65 Rudy Pengatur SMA IPS Tahun 1999 Agendaris Subbag TU NT
19800721 200910 1 002 II/c L
Jakarta, 21 - 07 - 1980 1 - 10 - 2017
66 Iip Miftahudin Pengatur SMK Teknik Mesin Tahun 2002 SATPAM NT
19821231.200910.1.004 II/c Subbag TU L
Subang, 31 Desember 1982 1 - 10 - 2017
No.
Penyusun Laporan
Ket.
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan
Laporan Tahunan 2017 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
139
Lanjutan…….…
Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT
Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P
1 2 3 4 5 6 7
X. Golongan II/b
67 Aman Pengatur Muda Tk. ISMA IPS Tahun 2004 Pengadministrasi NT
19820406 200812 1 002 II/b Keuangan Subbag TU L
Depok, 6 - 4 - 1982 1 - 04 - 2016
68 Warsan Pengatur Muda Tk. ISMA Tahun 2005 Pengemudi NT
197107221998031001 II/b Subbag TU L
Tambak Negara, 22-07-1971 1 - 10 - 2017
XI. Golongan II/a
69 Mahmud Pengatur Muda SD Tahun 1967 SATPAM NT
19600420.198403.1.002 II/a Subbag TU L
Jakarta, 20 - 4 - 1960 1 - 4 - 2001
Ket.No.