laporan sampling tanah.docx
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung banyak benda organik dan
anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sebagai faktor produksi
pertanian, tanah mengandung hara dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang
habis pakai. Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi yang
mempengaruhi fisik, kimia dan biologi tanah. Erosi perlu dikendalikan dengan
memperbaiki yang hancur, menutup permukaannya sehingga tidak merusak.
Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini. Pertama ialah pencemaran
secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian
pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti
plastik. Pencemaran juga dapat melalui air. Air yang mengandung bahan pencemaran
mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad hidup di dalam atau di
permukaan tanah. Pencemaran dapat juga melalui udara. Udara yang tercemarkan
menurunkan hujan asam yang mengandung bahan pencemar ini, akibatnya tanah akan
tercemar juga (BPPT, 2006).
Pencemaran tanah juga dapat terjadi karena pembuangan limbah yang tidak dapat
dicernakan seperti plastik, pencemaran dapat juga melalui air. Air yang mengandung
bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengandung
jasad hidup dalam atau dipermukaan tanah. Jika terjadi keruskan tanah, maka yang
harus kita lakukan adalah mencari tahu penyebab rusaknya tanah tersebut dan
bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.
Karena kerusakan tanah juga termasuk masalah lingkungan yang nantinya akan
mengganggu pertumbuhan biota tanah, bahkan mengganggu ekosistem yang ada di
dalam tanah. Sehingga tanah sudah tidak lagi sesuai dengan peruntukannya. Ada
beberapa parameter fisik yang terdapat pada tanah, seperti pH, kelembaban, dan lain-
lain (Sotedjo, 1988).
Oleh karena itu, pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
Praktikum Sampling Tanah yang akan menguji beberapa dari nilai karakteristik tanah
seperti pH dan kelembaban agar dapat mengetahui sifat tanah tersebut.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui rata-rata total pH tanah dan kelembaban tanah di lokasi sampling.
2. Mengetahui macam-macam metode untuk menentukan titik pengambilan sampel
tanah.
3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH dan kelembaban tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetian Tanah
Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. Banyak dari gas SO2
yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berahir dengan sulfat
yang masuk kedalam tanah atau tertampung di atas tanah. Nitrogen Oksida yang
dirubah diatmosfer menjadi nitrat akhirnya akan terdeposit ke dalam tanah. Tanah
menyerap NO dan NO2 dengan cepat dan gas-gas tersebut mengalami oksdasi menjadi
nitrat dalam tanah. Karbon monoksida dirubah menjadi CO2 oleh bakteri dan ganggang
dalam tanah. Partikel timbal (Pb), yang bersala dari buang kendaraan bermotor
ditemukan pada lapisan tanah sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas. Timbal
dilapisan atas tanah ditemukan juga di daerah yang dekat dengan penambangan dan
peleburan timbal (Sutedjo, 1988).
Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan
penumpukan sampah, kolom lumpur dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa
kasus, lahan pertanian dari bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga
merupakan tempat pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Hal ini
terjadi karena bahan organik tadi di dalam tanah diuraikan oleh mikroba-mikroba tanah.
Selain itu pembuangan kotoran dan pemupukan yang berlebih dapat menambah
pencemaran tanah (Anonim, 2011).
2.2 Macam-Macam Tanah
1. Tanah gambut (organosol) adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan makhluk
hidup yang umumnya terdapat di rawa. Tanah ini kurang subur karena memiliki
kadar keasaman yang rendah serta rendahnya jumlah unsur hara yang
dikandungnya. Selain itu, tingkat drainase dari tanah ini sangat rendah sehingga
tanah ini kurang cocok digunakan untuk pertanian.
2. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang berwarna merah yang umumnya terdapat
di lapisan dalam. Jenis tanah ini sangat baik dalam menyerap air.
3. Tanah regosol merupakan jenis tanah yang berasal dari erupsi gunung berapi.
Tanah ini memiliki butiran yang agak kasar, berwarna keabuan, dan bersifat subur.
Karena karakterisitik yang dimilikinya, tanah ini cocok digunakan untuk pertanian.
4. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang umumnya terdapat disepanjang aliran
sungai. Sifat tanah ini sangat dipengaruhi oleh material yang dikandung oleh
sungai yang melaluinya. Namun demikian, umumnya jenis tanah ini cocok
digunakan untuk pertanian.
5. Tanah litosol merupakan jenis tanah yang masih muda yang terdapat di daerah
dangkal (sekitar 45 cm) di bawah permukaan tanah. Seperti namanya, jenis tanah
ini umumnya berbentuk seperti batuan padat.
6. Tanah grumosol merupakan jenis tanah yang berwarna kelabuhingga hitam yang
mempunyai sifat liat. Kadar keasaman yang dimilikinya umumnya basa sampai
netral. Pada musim kemarau, tanah ini akan tampak seperti tanah pecah akibat
penyinaran matahari.
7. Tanah andosol merupakan tanah ini merupakan hasil pelapukan abu vulkanik.
Umumnya jenis tanah ini termasuk jenis tanah subur yang cocok digunakan untuk
pertanian.
8. Tanah podsolik merupakan jenis tanah yang berwarna merah-kuning. Jenis tanah
ini banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia.
9. Tanah rendzina tidak begitu banyak tersebar di Indonesia
(Anonim, 2011).
2.3 Sifat Fisika Tanah
1. Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat
dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi
karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna
tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Notohadiprawito,
1999).
2. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi
pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas,
keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis
tertentu (Sutedjo, 1988).
3. Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti
pasir, debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang
dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami
disebut dengan ped. Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam
hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad
hidup dan pengaruh permukaan akar (Sutedjo, 1988).
4. Kadar Air dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum
bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,
senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim
dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga
berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya
terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh
meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta
tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air
tanaman (Kartasapoetra, 2005).
5. Kerapatan Isi Tanah (Bulk Density) adalah berat per satuan volume tanah kering
oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc. Bulk density dapat digunakan untuk
menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65
g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah dengan
ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang dicelupkan ke dalam cairan
plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat dan
volume dari clod gumpalan isi (Sutedjo, 1988).
6. Ruang Pori Total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air.
Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya
yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir
mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir
mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruangpori. Ruang pori total
pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang
disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam
pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori
kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah.
Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total
lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya
adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi (Kartasapoetra, 2005).
7. Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi
adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of
saturation). Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan
dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan run off (Anonim, 2011).
8. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.
Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan
laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju
infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju aliran air (Kartasapoetra, 2005).
9. Stabilitas Agregat atau kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat
tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.
Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan
kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan
ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung
pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan
antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir
(gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas
mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi (Kartasapoetra, 2005).
2.4 Sifat Kimia Tanah
1. Derajat Kemasaman Tanah (pH) menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas
tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya
konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam
tanah, semakin asam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya
H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada
tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama
dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.
Tabel 2.4 pH tanahpH Reaksi
< 4.5
4.6 – 5.0
5.1 – 5.5
5.6 – 6.0
6.1 – 6.5
6.6 – 7.5
7.6 – 8.0
8.1 – 9.0
> 9.0
Sangat masam sekali
Masam sekali
Agak masam
Sedikit masam
Kurang masam
Netral
Sedikit basa
Agak basa
Sangat basa
Nilai pH berkisar dari 0 - 14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari
7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah
umumnya berkisar dari 3,0 – 9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam
dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup
netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering
ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut
tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang
sangat kering terkadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak
mengandung garam Na (Anonim, 2011).
2. C-Organik, kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah
C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk
C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, Agar kandungan
bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak
harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat
berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK
tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik,
dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Anonim, 2011).
3. N-Total, nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 %
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Sumber N
berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas
didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya
terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik
juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi
oleh aktifitas jasad renik tanah (Kartasapoetra, 2005).
4. P-Bray, unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada
pH sekitar 6-7. Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil
keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan
(solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Kartasapoetra, 2005).
5. Kalium (K) merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau
unsur lainnya. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium
yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan
dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya
sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik
maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium
tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan
dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah
mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan
dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion
adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-
tanah organik mengandung sedikit Kalium (Kartasapoetra, 2005).
6. Natrium (Na) merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan
tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai,
karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau
muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥15% Na, yang mencerminkan
unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada
tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah
alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir
pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga
bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit
berlebihan (Kartasapoetra, 2005).
7. Kalsium (Ca) tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali
sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci. Adapun manfaat dari kalsium
adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang
dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu
aktivitas beberapa enzim (Kartasapoetra, 2005).
8. Magnesium (Mg) merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna
yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya
merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Kartasapoetra, 2005).
9. Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah
dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir
(Notohadiprawito, 1999).
Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu
sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh:
a. Reaksi tanah
b. Tekstur atau jumlah liat
c. Jenis mineral liat
d. Bahan organik dan,
e. Pengapuran serta pemupukan
(Notohadiprawito, 1999).
10. Kejenuhan Basa (KB) adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan
basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100%
tanah bersifal alkalis. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid
berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan
basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah.
Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada
derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa >80%,
berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika
kejenuhan basa <50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa
80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah
dengan kejenuhan basa 50% (Notohadiprawito, 1999).
2.5 Teknik Sebaran Titik
Pada dasarnya metode pencuplikan tanah dibagi menjadi empat menurut pola sebaran
titik yang diambil, yaitu diagonal, acak, dan zig-zag (BPPT, 2006).
2.5.1 Diagonal
Dilakukan dengan cara menetapkan 1 titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan
diambil contoh tanahnya. Kemudian menentukan titik-titik di sekelilingnya sebanyak 4
titik. Jarak antara setiap titik kurang lebih 50 m diukur dari titik pusat (BPPT, 2006).
2.5.2 Zig-zag
Cara pengambilan contoh tanah ini dilaksanakan dengan menetukan titik-titik yang akan
digunakan sebagai tempat pengambilan contoh tanah. Metode ini memiliki kelebihan
dapat mencakup atau mewakili keseluruhan lahan yang dijadikan sampel uji (BPPT,
2006).
2.5.3 Sistematik
Merupakan gabungan dari sistem baik zig-zag ataupun diagonal. Sebaran titik yang
dibuat diatur berdampingan dengan pola titik lain secara simetris (BPPT, 2006).
2.5.4 Acak
Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik
pengambilan contoh tanah secara acak, tetepi menyebar rata di seluruh bidang tanah
yang diwakili. Setiap titik yang diambil mewakili daerah sekitarnya. Persyaratan dan
cara pengambilan contoh tanahnya sama seperti metode lainnya (BPPT, 2006).
Gambar 2.1 Pola sebaran titik pengambilan contoh tanah:
(a) diagonal, (b) zigzag, (c) sistematik, dan (d) acak.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Sampling Tanah dilaksanakan pada Hari Kamis, 28 November 2013 pukul
14.00 WITA – 15.30 WITA di bagian Tenggara dari Gedung 3 Fakultas Teknik,
Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Soil tester
2. Cetok
3. Alat tulis
4. Kayu sebagai patok
5. Meteran
6. Parang
7. Cangkul
8. Kamera
3.2.2 Bahan
1. Tali rafia
2. Tissu
3. Sampel tanah
3.3 Cara Kerja
1. Dipilih lokasi tanah yang akan dijadikan sampel dan dibersihkan dari rumput
2. Dilakukan pengukuran sebidang tanah dengan luas 3 m x 3 m
3. Diberi tanda pada sebidang tanah sampel tersebut dengan patok di setiap sudut dan
dibatasi dengan tali rafia
4. Dilakukan penentuan lokasi 4 titik sampling pada tanah tersebut, kemudian
tentukan 4 titik dengan jarak yang sama antara titik satu dengan yang lainnya
5. Dibuat lubang pada titik 1 dengan menggunakan parang hingga kedalaman 0-10 cm
6. Dibenamkan soil tester pada lubang hingga bagian ujung alat tertutup tanah dan
dicatat nilai pH tanah pada skala bagian atas
7. Ditekan tombol di samping alat dan dicatat nilai kelembaban tanah pada skala
bagian bawah
8. Dibuat lubang pada titik 1 dengan menggunakan cangkul hingga kedalaman 10-20
cm
9. Dibersihkan soil tester, lalu dibenamkan pada lubang hingga ujung alat tertutup dan
dicatat nilai pH tanah pada skala bagian atas
10. Ditekan tombol di samping alat dan dicatat nilai kelembaban tanah pada skala
bagian bawah
11. Dilakukan 3 kali pengulangan pengukuran pH dan kelembaban tanah pada lubang
dengan kedalaman 10-20 cm
12. Dilakukan langkah 5-10 pada 3 titik sampling lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Pengukuran pH dan kelembaban
Titik Kedalaman pH Kelembaban Gambar
1
0-10 cm 6,4 25 %
10-20 cm
P1 = 6,5 P1 = 25 %
P2 = 6,8 P2 = 25 %P3 = 6,6 P3 = 24 %x = 6,7 x = 24,6 %
2
0-10 cm 6,8 30 %
10-20 cm
P1 = 6,6 P1 = 20 %
P2 = 6,6 P2 = 15 %P3 = 6,8 P3 = 10 %x = 6,7 x = 15 %
3
0-10 cm 6 40 %
10-20 cm
P1 = 5,9 P1 = 38 %
P2 = 6,3 P2 = 10 %P3 = 6,8 P3 = 30 %x = 6,3 x = 26 %
4
0-10 cm 6,3 20 %
10-20 cm
P1 = 6,8 P1 = 20 %
P2 = 6,4 P2 = 10 %P3 = 6,2 P3 = 30 %x = 6,4 x = 20 %
x Total pHSemua Titik
6,44
x Total Kelembaban Semua Titik
25 %
4.2 Perhitungan
Keterangan: P1 : Pengulangan 1
P2 : Pengulangan 2
P3 : Pengulangan 3
4.2.1 Titik 1
4.2.1.1 Kedalaman 0-10 cm
a. pH = 6,4
b. Kelembaban = 25 %
4.2.1.2 Kedalaman 10-20 cm
a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 6,8 + 6 ,8 + 6,63
= 6,7
b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 25 % + 2 5 % + 24 %3
= 24,6 %
4.2.2 Titik 2
4.2.2.1 Kedalaman 0-10 cm
a. pH = 6,8
b. Kelembaban = 30 %
4.2.2.2 Kedalaman 10-20 cm
a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3
3
pH rata-rata = 6,6 + 6,6 + 6,83
pH rata-rata = 6,7
b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 20 % + 15 % + 10 %3
= 15 %
4.2.3 Titik 3
4.2.3.1 Kedalaman 0-10 cm
a. pH = 6
b. Kelembaban = 40 %
4.2.3.2 Kedalaman 10-20 cm
a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 5,9 + 6,3 + 6,83
= 6,3
b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 38 % + 10 % + 30 %3
= 26 %
4.2.4 Titik 4
4.2.4.1 Kedalaman 0-10 cm
a. pH = 6,3
b. Kelembaban = 20 %
4.2.4.2 Kedalaman 10-20 cm
a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3
3
pH rata-rata = 6,8 + 6,4 + 6,23
= 6,4
b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 20 % + 10 % + 30 %3
= 20 %
4.2.5 Rata-rata pH dengan kedalaman 0 – 10 cm
pH rata-rata = P1 + P2 + P3
3
= 6,4 + 6,8 + 6 + 6,34
= 6,375
4.2.6 Rata-rata Total Pengukuran
4.2.6.1 x Total pH Semua Titik
x = ∑ pH (kedalaman 0-10 cm) + ∑ x pH (kedalaman 10-20 cm)
8
x = (6,4 + 6,8 + 6 + 6,3) + (6,7 + 6,7 + 6,3 + 6,4) 8
x = 6,45
4.2.6.2 x Total Kelembaban Semua Titik
x =
∑ Kelembaban (kedalaman 0-10 cm) + ∑ x Kelembaban (kedalaman 10-20 cm)
8
x = (25 % + 30 % + 40 % + 20 %) + (24,6 % + 15 % + 26 % + 20 %) 8
x = 25,07 %
4.3 Grafik
Grafik 4.3.1 Grafik pH
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.55.4
5.6
5.8
6
6.2
6.4
6.6
6.8
7
pH kedalaman 0 - 10 cmpH kedalaman 10 - 20 cm
Grafik 4.3.2 Grafik Kelembaban
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
Kelembaban pada kedalaman 0 -10 cm
Kelembaban pada kedalaman 10 - 20 cm
Grafik Kelembaban
Kel
emb
aba
n
Titik
4.4 Pembahasan
Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam sampling tanah, seperti metode
diagonal, metode zig-zag dan metode acak. Pada praktikum kali ini menggunakan
metode diagonal. Metode diagonal adalah cara yang dilakukan dengan menentukan titik
sampling tanah secara diagonal menyilang. Pengambilan sampling tanah dengan cara
pengambilan contoh tanah dengan metode diagonal yaitu satu titik ditetapkan sebagai
titik pusat yaitu pada bagian sudut. Kelebihan dari metode ini yaitu pengambilan
cuplikan tanah menjadi lebih terorganisir sehingga memudahkan dalam pengambilan
contoh tanah. Metode ini juga memungkinkan untuk mendapat sampel tanah yang lebih
akurat karena cuplikan yang diambil berasal dari bagian pinggir kemudian menjangkau
bagian tengah lahan. Sedangkan kekurangannya yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan
yang berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut
petak lahan sampai sudut berikutnya.
Terdapat empat metode pengambilan cuplikan tanah, yaitu: Metode Linier, Metode Zig-
zag, Metode Diagonal, dan Metode Random.
1. Metode Linier: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah tiap
baris secara sejajar. Kelebihan metode ini yaitu dapat dilakukan pada semua bentuk
lahan. Kekurangannya yaitu lebih sulit karena kita harus menentukan jarak antar
baris untuk mewakili suatu areal tertentu.
2. Metode Zig-zag: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah
secara zig-zag membentuk huruf Z. Cara pengambilan contoh tanah ini dilakukan
dengan menentukan titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan
contoh tanah. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah ini sama seperti pada
sistem diagonal, hanya saja berbeda dalam penentuan tempat pengambilan contoh
tanah. Kelebihan metode ini yaitu kita mendapat sampel yang akurat seperti metode
diagonal. Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan yang
berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut
petak lahan.
3. Metode Diagonal: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah
secara diagonal menyilang. Cara pengambilan contoh tanah dengan metode
diagonal yaitu satu titik ditetapkan sebagai titik pusat yaitu pada bagian sudut.
Kelebihan dari metode ini yaitu pengambilan cuplikan tanah menjadi lebih
terorganisir sehingga memudahkan dalam pengambilan contoh tanah. Metode ini
juga memungkinkan untuk mendapat sampel tanah yang lebih akurat karena
cuplikan yang diambil berasal dari bagian pinggir kemudian menjangkau bagian
tengah lahan. Sedangkan kekurangannya yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan
yang berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut
petak lahan sampai sudut berikutnya.
4. Metode Random: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah
secara acak. Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan
menentukan titik-titik pengambilan contoh tanah secara acak, tetapi menyebar
diseluruh bidang tanah yang diwakili. Kelebihan metode ini yaitu mudah
dilaksanakan karena kita tidak perlu menentukan titik sample secara terorganisir.
Metode ini juga dapat dilakukan pada berbagai bentuk lahan terutama lahan yang
berada pada daerah perbukitan karena bentuk lahan pada daerah tersebut biasanya
berbeda-beda. Kelemahannya yaitu cuplikan tanah yang didapat kurang akurat
karena sampel tanah yang diambil kurang mewakili suatu areal tertentu.
Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/hamparan.
Keseragaman tersebut meliputi topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman,
dan input. Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan perbedaan-perbedaan yang
nyata, antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman kelihatan sama.
pH tanah pada daerah pengukuran sampling rata-rata menunjukkan angka 6,375 untuk
kedalaman 0 - 10 cm sedangkan untuk kedalaman 10 - 20 cm rata-rata menunjukkan
angka 6,525 dan rata-rata total pH semua titik menunjukkan 6,45 yang menunjukkan pH
tanah dalam keadaan mendekati netral, keadaan ini menunjukkan bahwa semakin dalam
lubang maka pH yang terjadi semakin mendekati netral.
Kelembaban tanah pada daerah pengukuran sampling rata-rata menunjukkan angka
28,75% untuk kedalaman 0 - 10 cm sedangkan untuk kedalaman 10 - 20 cm rata-rata
menunjukkan angka 21,4%, dan rata-rata total kelembaban semua titik menunjukkan
25% yang menujukkan kelembaban tanah dalam keadaan kering.
Berikut ini adalah gambar denah tempat pengambilan sampling tanah untuk metode
diagonal :
Gambar denah titik sampling metode diagonal
Range tanah yang baik adalah pH mendekati nilai 7 sehingga unsur hara dan senyawa
yang penting dapat diserap oleh tanaman dan kelembaban yang baik bagi tanah adalah
memiliki nilai kelembaban 60 hingga 80%. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran
nilai pH rata-rata dari semua titik yang diperoleh sebesar 6,45 maka keadaan pH tanah
yang diukur cenderung bersifat netral. Sedangkan untuk nilai kelembaban rata-rata dari
semua titik yang diperoleh sebesar 25%, jika dibandingkan dengan standar untuk
kelembaban tanah yang baik adalah 60 hingga 80%, maka kelembaban tanah yang
disampling termasuk kering untuk kelembaban tanahnya. Faktor-faktornya antara lain
karena kondisi cuaca pada saat itu setelah hujan sehingga air hujan yang meresap pada
tanah juga mempengaruhi kelembaban tanah.
Kondisi tanah yang biasanya bermacam-macam, ada yang asam, ada yang basa. Tanah
yang netral ataupun mendekati netral sangat baik untuk tanaman, karena tanah ini
mudah menyerap pupuk dan zat-zat yang dibutuhkan tanaman.
0,6 m
0,6 m
0,6 m
0,6 m
0,6 m
4
3
2
1
3 meter
3 meter
Pada praktikum ini ditemukan kelembaban < 80 %, jika kelembaban kurang dari 80%
akan memicu keringnya media tanah sehingga mengancam kesehatan tanaman yang
tumbuh pada tanah tersebut. Karena kelembaban tanah adalah jumlah air yang ditahan
di dalam tanah setelah kelebihan air dialirkan, apabila tanah memiliki kadar air yang
sedikit maka kekurangan air tanah dapat ditambah dengan adanya hujan, penyiraman
pada tanaman, selain itu tanah tersebut sering terkena sinar matahari sehingga kering.
Adapun kendala yang dihadapi dalam pengambilan sampel tanah ini adalah pada titik
yang ditetapkan menjadi titik pengambilan sampel merupakan campuran dari tanah dan
bebatuan yang menghambat proses pengambilan sampel pada saat pengukuran untuk
kedalaman 10 - 20 cm dan terpendamnya sampah-sampah seperti terpal dan plastik
yang memperlambat proses pengambilan sampel pada kedalaman 10 – 20 cm. dan
kurangnya alat seperti Soil tester sehingga dalam praktikum harus bergantian dengan
kelompok lainnya.
Faktor kesalahan dalam praktikum ini adalah saat pengukuran kedalaman tidak
menggunakan penggaris sehingga kurang akurat data yang diperoleh, penggalian tanah
juga menggunakan parang, dan dalam penggunaan soil tester pada tanah sebelumnya
dan tanah yang baru digali tidak dibersihkan pada bagian ujungnya sehingga tidak
akurat data yang didapat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dari pengukuran dan perhitungan diperoleh rata-rata total pH tanah sebesar 6,44
sehingga tanah bersifat mendekati netral dan rata-rata total kelembaban tanah
sebesar 25% sehingga tanah bersifat kering karena kondisinya panas, dan
kandungan air dalam tanahnya berkurang.
2. Metode-metode yang digunakan dalam penentuan titik pengambilan sampel tanah
ada 3, yaitu metode diagonal, metode zig-zag, dan metode acak. Metode sampling
yang digunakan pada pengukuran sample tanah yaitu metode acak. Sedangkan
metode acak yang dilaksanakan dengan cara sampel diambil secara acak tanpa
memperhatikan strata (jenjang), elemen populasi berpeluang sama untuk menjadi
elemen sampel, dan cocok untuk populasi yang homogen.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH adalah tipe vegetasi, jumlah curah hujan,
drainase tanah internal, dan aktivitas manusia. Sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelembaban tanah ialah tekstur tanah, temperatur, iklim, vegetasi
dan kegiatan manusia.
5.2 Saran
1. Sebaiknya pengambilan sampling tanah dapat dilakukan dilokasi yang tercemar
seperti lahan Tempat Pemprosesan Akhir sampah dan lahan bekas tambang agar
didapatkan perbandingan nilai pH dan kelembaban antara tempat sampling tanah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2011. http://organisasi.org/jenis-macam-tanah-di-indonesia-humus-gambut-
vulkanik-laterit-alluvial-pasir-dll . Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Pada
pukul 08.40 WITA
2. BPPT. 2006. Cara pengambilan contoh tanah untuk Analisis (Uji Tanah).
http://www.sulsel/litbang.deptan.go.i/index.php?
option=com_content&view=article&id=138:cara-pengambilan-contoh-tanah-untuk-
analisis-uji-tanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet<emid=53 . Diakses
pada tanggal 3 Desember 2013 . Pada pukul 19.30 WITA
3. Kartasapoetra, Ir. A. G., dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka
Cipta: Jakarta
4. Notohadiprawito, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
5. Sutedjo, Mul Mulyani, Ir., dkk. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta: Jakarta