laporan sampling tanah.docx

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung banyak benda organik dan anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sebagai faktor produksi pertanian, tanah mengandung hara dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang habis pakai. Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi yang mempengaruhi fisik, kimia dan biologi tanah. Erosi perlu dikendalikan dengan memperbaiki yang hancur, menutup permukaannya sehingga tidak merusak. Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini. Pertama ialah pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti plastik. Pencemaran juga dapat melalui air. Air yang mengandung bahan pencemaran mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad hidup di dalam atau di permukaan tanah. Pencemaran dapat juga melalui udara. Udara yang tercemarkan menurunkan hujan asam yang mengandung bahan pencemar ini, akibatnya tanah akan tercemar juga (BPPT, 2006).

Upload: arum-priharyati

Post on 24-Oct-2015

92 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan sumber daya alam yang mengandung banyak benda organik dan

anorganik yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman, sebagai faktor produksi

pertanian, tanah mengandung hara dan air, yang perlu ditambah untuk pengganti yang

habis pakai. Erosi tanah dapat terjadi karena curah hujan yang tinggi yang

mempengaruhi fisik, kimia dan biologi tanah. Erosi perlu dikendalikan dengan

memperbaiki yang hancur, menutup permukaannya sehingga tidak merusak.

 

Pencemaran tanah dapat terjadi karena hal-hal di bawah ini. Pertama ialah pencemaran

secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk secara berlebihan, pemberian

pestisida atau insektisida, dan pembuangan limbah yang tidak dapat dicernakan seperti

plastik. Pencemaran juga dapat melalui air. Air yang mengandung bahan pencemaran

mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasad hidup di dalam atau di

permukaan tanah. Pencemaran dapat juga melalui udara. Udara yang tercemarkan

menurunkan hujan asam yang mengandung bahan pencemar ini, akibatnya tanah akan

tercemar juga (BPPT, 2006).

Pencemaran tanah juga dapat terjadi karena pembuangan limbah yang tidak dapat

dicernakan seperti plastik, pencemaran dapat juga melalui air. Air yang mengandung

bahan pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga mengandung

jasad hidup dalam atau dipermukaan tanah. Jika terjadi keruskan tanah, maka yang

harus kita lakukan adalah mencari tahu penyebab rusaknya tanah tersebut dan

bagaimana cara mengatasi masalah tersebut.

Karena kerusakan tanah juga termasuk masalah lingkungan yang nantinya akan

mengganggu pertumbuhan biota tanah, bahkan mengganggu ekosistem yang ada di

dalam tanah. Sehingga tanah sudah tidak lagi sesuai dengan peruntukannya. Ada

beberapa parameter fisik yang terdapat pada tanah, seperti pH, kelembaban, dan lain-

lain (Sotedjo, 1988).

Oleh karena itu, pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam

Praktikum Sampling Tanah yang akan menguji beberapa dari nilai karakteristik tanah

seperti pH dan kelembaban agar dapat mengetahui sifat tanah tersebut.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui rata-rata total pH tanah dan kelembaban tanah di lokasi sampling.

2. Mengetahui macam-macam metode untuk menentukan titik pengambilan sampel

tanah.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pH dan kelembaban tanah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetian Tanah

Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. Banyak dari gas SO2

yang dihasilkan dari perubahan bahan bakar batu bara atau bensin berahir dengan sulfat

yang masuk kedalam tanah atau tertampung di atas tanah. Nitrogen Oksida yang

dirubah diatmosfer menjadi nitrat akhirnya akan terdeposit ke dalam tanah. Tanah

menyerap NO dan NO2 dengan cepat dan gas-gas tersebut mengalami oksdasi menjadi

nitrat dalam tanah. Karbon monoksida dirubah menjadi CO2 oleh bakteri dan ganggang

dalam tanah. Partikel timbal (Pb), yang bersala dari buang kendaraan bermotor

ditemukan pada lapisan tanah sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas. Timbal

dilapisan atas tanah ditemukan juga di daerah yang dekat dengan penambangan dan

peleburan timbal (Sutedjo, 1988).

           

Tanah juga sebagai tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan

penumpukan sampah, kolom lumpur dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa

kasus, lahan pertanian dari bahan-bahan organik berbahaya yang dapat mengurai juga

merupakan tempat pembuangan yang menyebabkan pencemaran tanah terjadi. Hal ini

terjadi karena bahan organik tadi di dalam tanah diuraikan oleh mikroba-mikroba tanah.

Selain itu pembuangan kotoran dan pemupukan yang berlebih dapat menambah

pencemaran tanah (Anonim, 2011).

2.2 Macam-Macam Tanah

1. Tanah gambut (organosol) adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan makhluk

hidup yang umumnya terdapat di rawa. Tanah ini kurang subur karena memiliki

kadar keasaman yang rendah serta rendahnya jumlah unsur hara yang

dikandungnya. Selain itu, tingkat drainase dari tanah ini sangat rendah sehingga

tanah ini kurang cocok digunakan untuk pertanian.

2. Tanah latosol merupakan jenis tanah yang berwarna merah yang umumnya terdapat

di lapisan dalam. Jenis tanah ini sangat baik dalam menyerap air.

3. Tanah regosol merupakan jenis tanah yang berasal dari erupsi gunung berapi.

Tanah ini memiliki butiran yang agak kasar, berwarna keabuan, dan bersifat subur.

Karena karakterisitik yang dimilikinya, tanah ini cocok digunakan untuk pertanian.

4. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang umumnya terdapat disepanjang aliran

sungai. Sifat tanah ini sangat dipengaruhi oleh material yang dikandung oleh

sungai yang melaluinya. Namun demikian, umumnya jenis tanah ini cocok

digunakan untuk pertanian.

5. Tanah litosol merupakan jenis tanah yang masih muda yang terdapat di daerah

dangkal (sekitar 45 cm) di bawah permukaan tanah. Seperti namanya, jenis tanah

ini umumnya berbentuk seperti batuan padat.

6. Tanah grumosol merupakan jenis tanah yang berwarna kelabuhingga hitam yang

mempunyai sifat liat. Kadar keasaman yang dimilikinya umumnya basa sampai

netral. Pada musim kemarau, tanah ini akan tampak seperti tanah pecah akibat

penyinaran matahari.

7. Tanah andosol merupakan tanah ini merupakan hasil pelapukan abu vulkanik.

Umumnya jenis tanah ini termasuk jenis tanah subur yang cocok digunakan untuk

pertanian.

8. Tanah podsolik merupakan jenis tanah yang berwarna merah-kuning. Jenis tanah

ini banyak terdapat di berbagai daerah di Indonesia.

9. Tanah rendzina tidak begitu banyak tersebar di Indonesia

(Anonim, 2011).

2.3 Sifat Fisika Tanah

1. Warna tanah merupakan salah satu sifat yang mudah dilihat dan menunjukkan sifat

dari tanah tersebut. Warna tanah merupakan campuran komponen lain yang terjadi

karena mempengaruhi berbagai faktor atau persenyawaan tunggal. Urutan warna

tanah adalah hitam, coklat, karat, abu-abu, kuning dan putih (Notohadiprawito,

1999).

2. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi

pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas,

keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis

tertentu (Sutedjo, 1988).

3. Struktur tanah digunakan untuk menunjukkan ukuran partikel-partikel tanah seperti

pasir, debu dan liat yang membentuk agregat satu dengan yang lainnya yang

dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Agregat yang terbentuk secara alami

disebut dengan ped. Struktur yang dapat memodifikasi pengaruh terkstur dalam

hubungannya dengan kelembaban porositas, tersedia unsur hara, kegiatan jasad

hidup dan pengaruh permukaan akar (Sutedjo, 1988).

4. Kadar Air dan ketersediaan air tanah sebenarnya pada setiap koefisien umum

bervariasi terutama tergantung pada tekstur tanah, kadar bahan organik tanah,

senyawa kimiawi dan kedalaman solum/lapisan tanah. Di samping itu, faktor iklim

dan tanaman juga menentukan kadar dan ketersediaan air tanah. Faktor iklim juga

berpengaruh meliputi curah hujan, temperatur dan kecepatan yang pada prinsipnya

terkait dengan suplai air dan evapotranirasi. Faktor tanaman yang berpengaruh

meliputi bentuk dan kedalaman perakaran, toleransi terhadap kekeringan serta

tingkat dan stadia pertumbuhan, yang pada prinsipnya terkait dengan kebutuhan air

tanaman (Kartasapoetra, 2005).

5. Kerapatan Isi Tanah (Bulk Density) adalah berat per satuan volume tanah kering

oven, biasanya ditetapkan dalam g/cc. Bulk density dapat digunakan untuk

menghitung ruang pori total dengan dasar bahwa kerapatan zarah tanah adalah 2,65

g/cc. Metode penentuan bulk density yang paling sering digunakan adalah dengan

ring sampel atau metode clod gumpalan tanah yang dicelupkan ke dalam cairan

plastik yang kemudian ditimbang dan di dalam air untuk mengetahui berat dan

volume dari clod gumpalan isi (Sutedjo, 1988).

6. Ruang Pori Total adalah volume dari tanah yang ditempati oleh udara dan air.

Tanah dengan tekstur halus mempunyai kisaran ukuran dan bentuk partikelnya

yang luas. Hal ini telah ditekankan bahwa tanah permukaan yang berpasir

mempunyai porositras kecil daripada tanah liat. Berarti bahwa tanah pasir

mempunyai volume yang lebih sedikit ditempati oleh ruangpori. Ruang pori total

pada tanah pasir mungkin rendah tetapi mempunyai proporsi yang besar yang

disusun daripada komposisi pori-pori yang besar yang sangat efisien dalam

pergerakan udara dan airnya. Persentase volume yang dapat terisi oleh pori-pori

kecil pada tanah pasir rendah yang menyebabkan kapasitas menahan airnya rendah.

Sebaliknya tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus memiliki ruang pori total

lebih banyak dan proporsinya relatif besar yang disusun oleh pori kecil. Akibatnya

adalah tanah mempunyai kapasitas menahan air yang tinggi (Kartasapoetra, 2005).

7. Infiltrasi adalah proses masuknya air dari permukaan ke dalam tanah. Perkolasi

adalah gerakan aliran air di dalam tanah (dari zone of aeration ke zone of

saturation). Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan

dan juga berpengaruh terhadap laju aliran permukaan run off (Anonim, 2011).

8. Permeabilitas tanah menunjukkan kemampuan tanah dalam meloloskan air.

Struktur dan tekstur serta unsur organik lainnya ikut ambil bagian dalam menaikkan

laju permeabilitas tanah. Tanah dengan permeabilitas tinggi menaikkan laju

infiltrasi dan dengan demikian, menurunkan laju aliran air (Kartasapoetra, 2005).

9. Stabilitas Agregat atau kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat

tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air.

Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan

kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam

kemantapan agregat antara lain bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan

ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung

pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan

antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah. Pentingnya peran lendir

(gum) microbial sebagai agen pengikat adalah menjamin kelangsungan aktivitas

mikroba dalam proses pembentukan ped dan agregasi (Kartasapoetra, 2005).

2.4 Sifat Kimia Tanah

1. Derajat Kemasaman Tanah (pH) menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas

tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya

konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam

tanah, semakin asam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain

ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya

H+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada

tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama

dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7.

Tabel 2.4 pH tanahpH Reaksi

< 4.5

4.6 – 5.0

5.1 – 5.5

5.6 – 6.0

6.1 – 6.5

6.6 – 7.5

7.6 – 8.0

8.1 – 9.0

> 9.0

Sangat masam sekali

Masam sekali

Agak masam

Sedikit masam

Kurang masam

Netral

Sedikit basa

Agak basa

Sangat basa

Nilai pH berkisar dari 0 - 14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari

7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah

umumnya berkisar dari 3,0 – 9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam

dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup

netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering

ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut

tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang

sangat kering terkadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak

mengandung garam Na (Anonim, 2011).

2. C-Organik, kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor

yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini

dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun

biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah

C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen

abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk

C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2%, Agar kandungan

bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi

mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak

harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat

berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK

tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik,

dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya

pemadatan tanah (Anonim, 2011).

3. N-Total, nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 %

bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Sumber N

berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas

didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya

terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik

juga membebaskan N dan senyawa lainnya setelah mengalami proses dekomposisi

oleh aktifitas jasad renik tanah (Kartasapoetra, 2005).

4. P-Bray, unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan

mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada

pH sekitar 6-7. Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil

keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan

(solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa

immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Kartasapoetra, 2005).

5. Kalium (K) merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap

oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu

menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau

unsur lainnya. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium

yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan

dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya

sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang

mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik

maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium

tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan

dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah

mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan

dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion

adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-

tanah organik mengandung sedikit Kalium (Kartasapoetra, 2005).

6. Natrium (Na) merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%

yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan

tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai,

karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau

muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥15% Na, yang mencerminkan

unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada

tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah

alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir

pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga

bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit

berlebihan (Kartasapoetra, 2005).

7. Kalsium (Ca) tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti

Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,

diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali

sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci. Adapun manfaat dari kalsium

adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang

dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu

aktivitas beberapa enzim (Kartasapoetra, 2005).

8. Magnesium (Mg) merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan

beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna

yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya

merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Kartasapoetra, 2005).

9. Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat

hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan

organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah

dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir

(Notohadiprawito, 1999).

Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu

sendiri. Besar kecilnya KTK tanah dipengaruhi oleh:

a. Reaksi tanah

b. Tekstur atau jumlah liat

c. Jenis mineral liat

d. Bahan organik dan,

e. Pengapuran serta pemupukan

(Notohadiprawito, 1999).

10. Kejenuhan Basa (KB) adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang

ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan

basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100%

tanah bersifal alkalis. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid

berlainan, akan memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh

perbedaan derajat disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan

basa selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah.

Kemudahan dalam melepaskan ion yang dijerat untuk tanaman tergantung pada

derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa >80%,

berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80% dan tidak subur jika

kejenuhan basa <50 %. Hal ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa

80% akan membebaskan kation basa dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah

dengan kejenuhan basa 50% (Notohadiprawito, 1999).

2.5 Teknik Sebaran Titik

Pada dasarnya metode pencuplikan tanah dibagi menjadi empat menurut pola sebaran

titik yang diambil, yaitu diagonal, acak, dan zig-zag (BPPT, 2006).

2.5.1 Diagonal

Dilakukan dengan cara menetapkan 1 titik sebagai titik pusat pada lahan yang akan

diambil contoh tanahnya. Kemudian menentukan titik-titik di sekelilingnya sebanyak 4

titik. Jarak antara setiap titik kurang lebih 50 m diukur dari titik pusat (BPPT, 2006).

2.5.2 Zig-zag

Cara pengambilan contoh tanah ini dilaksanakan dengan menetukan titik-titik yang akan

digunakan sebagai tempat pengambilan contoh tanah. Metode ini memiliki kelebihan

dapat mencakup atau mewakili keseluruhan lahan yang dijadikan sampel uji (BPPT,

2006).

2.5.3 Sistematik

Merupakan gabungan dari sistem baik zig-zag ataupun diagonal. Sebaran titik yang

dibuat diatur berdampingan dengan pola titik lain secara simetris (BPPT, 2006).

2.5.4 Acak

Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan menentukan titik-titik

pengambilan contoh tanah secara acak, tetepi menyebar rata di seluruh bidang tanah

yang diwakili. Setiap titik yang diambil mewakili daerah sekitarnya. Persyaratan dan

cara pengambilan contoh tanahnya sama seperti metode lainnya (BPPT, 2006).

Gambar 2.1 Pola sebaran titik pengambilan contoh tanah:

(a) diagonal, (b) zigzag, (c) sistematik, dan (d) acak.

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Sampling Tanah dilaksanakan pada Hari Kamis, 28 November 2013 pukul

14.00 WITA – 15.30 WITA di bagian Tenggara dari Gedung 3 Fakultas Teknik,

Universitas Mulawarman, Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Soil tester

2. Cetok

3. Alat tulis

4. Kayu sebagai patok

5. Meteran

6. Parang

7. Cangkul

8. Kamera

3.2.2 Bahan

1. Tali rafia

2. Tissu

3. Sampel tanah

3.3 Cara Kerja

1. Dipilih lokasi tanah yang akan dijadikan sampel dan dibersihkan dari rumput

2. Dilakukan pengukuran sebidang tanah dengan luas 3 m x 3 m

3. Diberi tanda pada sebidang tanah sampel tersebut dengan patok di setiap sudut dan

dibatasi dengan tali rafia

4. Dilakukan penentuan lokasi 4 titik sampling pada tanah tersebut, kemudian

tentukan 4 titik dengan jarak yang sama antara titik satu dengan yang lainnya

5. Dibuat lubang pada titik 1 dengan menggunakan parang hingga kedalaman 0-10 cm

6. Dibenamkan soil tester pada lubang hingga bagian ujung alat tertutup tanah dan

dicatat nilai pH tanah pada skala bagian atas

7. Ditekan tombol di samping alat dan dicatat nilai kelembaban tanah pada skala

bagian bawah

8. Dibuat lubang pada titik 1 dengan menggunakan cangkul hingga kedalaman 10-20

cm

9. Dibersihkan soil tester, lalu dibenamkan pada lubang hingga ujung alat tertutup dan

dicatat nilai pH tanah pada skala bagian atas

10. Ditekan tombol di samping alat dan dicatat nilai kelembaban tanah pada skala

bagian bawah

11. Dilakukan 3 kali pengulangan pengukuran pH dan kelembaban tanah pada lubang

dengan kedalaman 10-20 cm

12. Dilakukan langkah 5-10 pada 3 titik sampling lainnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 4.1 Pengukuran pH dan kelembaban

Titik Kedalaman pH Kelembaban Gambar

1

0-10 cm 6,4 25 %

10-20 cm

P1 = 6,5 P1 = 25 %

P2 = 6,8 P2 = 25 %P3 = 6,6 P3 = 24 %x = 6,7 x = 24,6 %

2

0-10 cm 6,8 30 %

10-20 cm

P1 = 6,6 P1 = 20 %

P2 = 6,6 P2 = 15 %P3 = 6,8 P3 = 10 %x = 6,7 x = 15 %

3

0-10 cm 6 40 %

10-20 cm

P1 = 5,9 P1 = 38 %

P2 = 6,3 P2 = 10 %P3 = 6,8 P3 = 30 %x = 6,3 x = 26 %

4

0-10 cm 6,3 20 %

10-20 cm

P1 = 6,8 P1 = 20 %

P2 = 6,4 P2 = 10 %P3 = 6,2 P3 = 30 %x = 6,4 x = 20 %

x Total pHSemua Titik

6,44

x Total Kelembaban Semua Titik

25 %

4.2 Perhitungan

Keterangan: P1 : Pengulangan 1

P2 : Pengulangan 2

P3 : Pengulangan 3

4.2.1 Titik 1

4.2.1.1 Kedalaman 0-10 cm

a. pH = 6,4

b. Kelembaban = 25 %

4.2.1.2 Kedalaman 10-20 cm

a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 6,8 + 6 ,8 + 6,63

= 6,7

b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 25 % + 2 5 % + 24 %3

= 24,6 %

4.2.2 Titik 2

4.2.2.1 Kedalaman 0-10 cm

a. pH = 6,8

b. Kelembaban = 30 %

4.2.2.2 Kedalaman 10-20 cm

a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3

3

pH rata-rata = 6,6 + 6,6 + 6,83

pH rata-rata = 6,7

b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 20 % + 15 % + 10 %3

= 15 %

4.2.3 Titik 3

4.2.3.1 Kedalaman 0-10 cm

a. pH = 6

b. Kelembaban = 40 %

4.2.3.2 Kedalaman 10-20 cm

a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 5,9 + 6,3 + 6,83

= 6,3

b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 38 % + 10 % + 30 %3

= 26 %

4.2.4 Titik 4

4.2.4.1 Kedalaman 0-10 cm

a. pH = 6,3

b. Kelembaban = 20 %

4.2.4.2 Kedalaman 10-20 cm

a. pH rata-rata = P1 + P2 + P3

3

pH rata-rata = 6,8 + 6,4 + 6,23

= 6,4

b. Kelembaban rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 20 % + 10 % + 30 %3

= 20 %

4.2.5 Rata-rata pH dengan kedalaman 0 – 10 cm

pH rata-rata = P1 + P2 + P3

3

= 6,4 + 6,8 + 6 + 6,34

= 6,375

4.2.6 Rata-rata Total Pengukuran

4.2.6.1 x Total pH Semua Titik

x = ∑ pH (kedalaman 0-10 cm) + ∑ x pH (kedalaman 10-20 cm)

8

x = (6,4 + 6,8 + 6 + 6,3) + (6,7 + 6,7 + 6,3 + 6,4) 8

x = 6,45

4.2.6.2 x Total Kelembaban Semua Titik

x =

∑ Kelembaban (kedalaman 0-10 cm) + ∑ x Kelembaban (kedalaman 10-20 cm)

8

x = (25 % + 30 % + 40 % + 20 %) + (24,6 % + 15 % + 26 % + 20 %) 8

x = 25,07 %

4.3 Grafik

Grafik 4.3.1 Grafik pH

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.55.4

5.6

5.8

6

6.2

6.4

6.6

6.8

7

pH kedalaman 0 - 10 cmpH kedalaman 10 - 20 cm

Grafik 4.3.2 Grafik Kelembaban

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.50%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

Kelembaban pada kedalaman 0 -10 cm

Kelembaban pada kedalaman 10 - 20 cm

Grafik Kelembaban

Kel

emb

aba

n

Titik

4.4 Pembahasan

Ada beberapa metode yang biasanya digunakan dalam sampling tanah, seperti metode

diagonal, metode zig-zag dan metode acak. Pada praktikum kali ini menggunakan

metode diagonal. Metode diagonal adalah cara yang dilakukan dengan menentukan titik

sampling tanah secara diagonal menyilang. Pengambilan sampling tanah dengan cara

pengambilan contoh tanah dengan metode diagonal yaitu satu titik ditetapkan sebagai

titik pusat yaitu pada bagian sudut. Kelebihan dari metode ini yaitu pengambilan

cuplikan tanah menjadi lebih terorganisir sehingga memudahkan dalam pengambilan

contoh tanah. Metode ini juga memungkinkan untuk mendapat sampel tanah yang lebih

akurat karena cuplikan yang diambil berasal dari bagian pinggir kemudian menjangkau

bagian tengah lahan. Sedangkan kekurangannya yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan

yang berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut

petak lahan sampai sudut berikutnya.

Terdapat empat metode pengambilan cuplikan tanah, yaitu: Metode Linier, Metode Zig-

zag, Metode Diagonal, dan Metode Random.

1. Metode Linier: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah tiap

baris secara sejajar. Kelebihan metode ini yaitu dapat dilakukan pada semua bentuk

lahan. Kekurangannya yaitu lebih sulit karena kita harus menentukan jarak antar

baris untuk mewakili suatu areal tertentu.

2. Metode Zig-zag: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah

secara zig-zag membentuk huruf Z. Cara pengambilan contoh tanah ini dilakukan

dengan menentukan titik-titik yang akan digunakan sebagai tempat pengambilan

contoh tanah. Persyaratan dan cara pengambilan contoh tanah ini sama seperti pada

sistem diagonal, hanya saja berbeda dalam penentuan tempat pengambilan contoh

tanah. Kelebihan metode ini yaitu kita mendapat sampel yang akurat seperti metode

diagonal. Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan yang

berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut

petak lahan.

3. Metode Diagonal: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah

secara diagonal menyilang. Cara pengambilan contoh tanah dengan metode

diagonal yaitu satu titik ditetapkan sebagai titik pusat yaitu pada bagian sudut.

Kelebihan dari metode ini yaitu pengambilan cuplikan tanah menjadi lebih

terorganisir sehingga memudahkan dalam pengambilan contoh tanah. Metode ini

juga memungkinkan untuk mendapat sampel tanah yang lebih akurat karena

cuplikan yang diambil berasal dari bagian pinggir kemudian menjangkau bagian

tengah lahan. Sedangkan kekurangannya yaitu hanya dapat dilakukan pada lahan

yang berbentuk persegi karena agar dapat menentukan titik pusat pada bagian sudut

petak lahan sampai sudut berikutnya.

4. Metode Random: Metode ini dilakukan dengan cara mengambil cuplikan tanah

secara acak. Pengambilan contoh tanah secara acak dilaksanakan dengan

menentukan titik-titik pengambilan contoh tanah secara acak, tetapi menyebar

diseluruh bidang tanah yang diwakili. Kelebihan metode ini yaitu mudah

dilaksanakan karena kita tidak perlu menentukan titik sample secara terorganisir.

Metode ini juga dapat dilakukan pada berbagai bentuk lahan terutama lahan yang

berada pada daerah perbukitan karena bentuk lahan pada daerah tersebut biasanya

berbeda-beda. Kelemahannya yaitu cuplikan tanah yang didapat kurang akurat

karena sampel tanah yang diambil kurang mewakili suatu areal tertentu.

Sebelum pengambilan contoh tanah, perlu diperhatikan keseragaman areal/hamparan.

Keseragaman tersebut meliputi topografi, tekstur, warna tanah, pertumbuhan tanaman,

dan input. Hamparan tanah yang homogen tidak mencirikan perbedaan-perbedaan yang

nyata, antara lain warna tanah dan pertumbuhan tanaman kelihatan sama.

pH tanah pada daerah pengukuran sampling rata-rata menunjukkan angka 6,375 untuk

kedalaman 0 - 10 cm sedangkan untuk kedalaman 10 - 20 cm rata-rata menunjukkan

angka 6,525 dan rata-rata total pH semua titik menunjukkan 6,45 yang menunjukkan pH

tanah dalam keadaan mendekati netral, keadaan ini menunjukkan bahwa semakin dalam

lubang maka pH yang terjadi semakin mendekati netral.

Kelembaban tanah pada daerah pengukuran sampling rata-rata menunjukkan angka

28,75% untuk kedalaman 0 - 10 cm sedangkan untuk kedalaman 10 - 20 cm rata-rata

menunjukkan angka 21,4%, dan rata-rata total kelembaban semua titik menunjukkan

25% yang menujukkan kelembaban tanah dalam keadaan kering.

Berikut ini adalah gambar denah tempat pengambilan sampling tanah untuk metode

diagonal :

Gambar denah titik sampling metode diagonal

Range tanah yang baik adalah pH mendekati nilai 7 sehingga unsur hara dan senyawa

yang penting dapat diserap oleh tanaman dan kelembaban yang baik bagi tanah adalah

memiliki nilai kelembaban 60 hingga 80%. Jika dibandingkan dengan hasil pengukuran

nilai pH rata-rata dari semua titik yang diperoleh sebesar 6,45 maka keadaan pH tanah

yang diukur cenderung bersifat netral. Sedangkan untuk nilai kelembaban rata-rata dari

semua titik yang diperoleh sebesar 25%, jika dibandingkan dengan standar untuk

kelembaban tanah yang baik adalah 60 hingga 80%, maka kelembaban tanah yang

disampling termasuk kering untuk kelembaban tanahnya. Faktor-faktornya antara lain

karena kondisi cuaca pada saat itu setelah hujan sehingga air hujan yang meresap pada

tanah juga mempengaruhi kelembaban tanah.

Kondisi tanah yang biasanya bermacam-macam, ada yang asam, ada yang basa. Tanah

yang netral ataupun mendekati netral sangat baik untuk tanaman, karena tanah ini

mudah menyerap pupuk dan zat-zat yang dibutuhkan tanaman.

0,6 m

0,6 m

0,6 m

0,6 m

0,6 m

4

3

2

1

3 meter

3 meter

Pada praktikum ini ditemukan kelembaban < 80 %, jika kelembaban kurang dari 80%

akan memicu keringnya media tanah sehingga mengancam kesehatan tanaman yang

tumbuh pada tanah tersebut. Karena kelembaban tanah adalah jumlah air yang ditahan

di dalam tanah setelah kelebihan air dialirkan, apabila tanah memiliki kadar air yang

sedikit maka kekurangan air tanah dapat ditambah dengan adanya hujan, penyiraman

pada tanaman, selain itu tanah tersebut sering terkena sinar matahari sehingga kering.

Adapun kendala yang dihadapi dalam pengambilan sampel tanah ini adalah pada titik

yang ditetapkan menjadi titik pengambilan sampel merupakan campuran dari tanah dan

bebatuan yang menghambat proses pengambilan sampel pada saat pengukuran untuk

kedalaman 10 - 20 cm dan terpendamnya sampah-sampah seperti terpal dan plastik

yang memperlambat proses pengambilan sampel pada kedalaman 10 – 20 cm. dan

kurangnya alat seperti Soil tester sehingga dalam praktikum harus bergantian dengan

kelompok lainnya.

Faktor kesalahan dalam praktikum ini adalah saat pengukuran kedalaman tidak

menggunakan penggaris sehingga kurang akurat data yang diperoleh, penggalian tanah

juga menggunakan parang, dan dalam penggunaan soil tester pada tanah sebelumnya

dan tanah yang baru digali tidak dibersihkan pada bagian ujungnya sehingga tidak

akurat data yang didapat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari pengukuran dan perhitungan diperoleh rata-rata total pH tanah sebesar 6,44

sehingga tanah bersifat mendekati netral dan rata-rata total kelembaban tanah

sebesar 25% sehingga tanah bersifat kering karena kondisinya panas, dan

kandungan air dalam tanahnya berkurang.

2. Metode-metode yang digunakan dalam penentuan titik pengambilan sampel tanah

ada 3, yaitu metode diagonal, metode zig-zag, dan metode acak. Metode sampling

yang digunakan pada pengukuran sample tanah yaitu metode acak. Sedangkan

metode acak yang dilaksanakan dengan cara sampel diambil secara acak tanpa

memperhatikan strata (jenjang), elemen populasi berpeluang sama untuk menjadi

elemen sampel, dan cocok untuk populasi yang homogen.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pH adalah tipe vegetasi, jumlah curah hujan,

drainase tanah internal, dan aktivitas manusia. Sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi kelembaban tanah ialah tekstur tanah, temperatur, iklim, vegetasi

dan kegiatan manusia.

5.2 Saran

1. Sebaiknya pengambilan sampling tanah dapat dilakukan dilokasi yang tercemar

seperti lahan Tempat Pemprosesan Akhir sampah dan lahan bekas tambang agar

didapatkan perbandingan nilai pH dan kelembaban antara tempat sampling tanah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2011. http://organisasi.org/jenis-macam-tanah-di-indonesia-humus-gambut-

vulkanik-laterit-alluvial-pasir-dll . Diakses pada tanggal 2 Desember 2013. Pada

pukul 08.40 WITA

2. BPPT. 2006. Cara pengambilan contoh tanah untuk Analisis (Uji Tanah).

http://www.sulsel/litbang.deptan.go.i/index.php?

option=com_content&view=article&id=138:cara-pengambilan-contoh-tanah-untuk-

analisis-uji-tanah-&catid=48:panduanpetunjuk-teknis-leaflet&ltemid=53 . Diakses

pada tanggal 3 Desember 2013 . Pada pukul 19.30 WITA

3. Kartasapoetra, Ir. A. G., dkk. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka

Cipta: Jakarta

4. Notohadiprawito, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

5. Sutedjo, Mul Mulyani, Ir., dkk. 1988. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta: Jakarta