laporan analisa vegetasi teknik sampling

20
ANALISA VEGETASI (ANVEG) DI PUSAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PPLH) SELOLIMAN TRAWAS, MOJOKERTO Linda Novita S (08141453005); Dewi Shinta (08142413005);Vita Karlinda (081424153007); Bagus Karim S (081424153009) Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Jl. Mulyorejo, Kampus C, Surabaya, Jawa Timur ABSTRAK Peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi. Metode yang digunakna dalam analisi vegetasi pada penelitian ini yaitu, metode plot less method, yang berarti metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu Komposisi tanaman di PPLH Seloliman termasuk dalam hutan homogen, dimanda didominasi oleh Mahoni. Kata Kunci : Analisa Vegetasi, PPLH Seloliman, plot less method 1

Upload: linda-novitas

Post on 24-Jan-2016

85 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuan yang meliputi mempelajari tegakan hutan yaitu tegakan tingkat pohon dan permudaannya (tingkat tiang, pancang, dan semai) dan mempelajari tegakan tumbuhan bawah yaitu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan selain permudaan pohon, padang rumput atau ilalang dan belukar. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

ANALISA VEGETASI (ANVEG) DI PUSAT PENDIDIKAN LINGKUNGAN

HIDUP (PPLH) SELOLIMAN TRAWAS, MOJOKERTO

Linda Novita S (08141453005); Dewi Shinta (08142413005);Vita Karlinda

(081424153007); Bagus Karim S (081424153009)

Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Jl. Mulyorejo, Kampus C, Surabaya, Jawa Timur

ABSTRAK

Peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon

dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,

pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan

(komposisi) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan

(Soerianegara dan Indrawan, 2005). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari

susunan dan bentuk vegetasi. Metode yang digunakna dalam analisi vegetasi pada

penelitian ini yaitu, metode plot less method, yang berarti metode ini merupakan salah

satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas

kuadrat tertentu Komposisi tanaman di PPLH Seloliman termasuk dalam hutan homogen,

dimanda didominasi oleh Mahoni.

Kata Kunci : Analisa Vegetasi, PPLH Seloliman, plot less method

PENDAHULUAN

Kehadiran vegetasi pada suatu area akan memberikan dampak positif bagi

keseimbangan ekosistem. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait

dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan

sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun

secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi

pengaruhnya akan bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang

tumbuh pada daerah itu.

Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman merupakan sebuah

lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) yang begerak di bidang lingkungan hidup

berlokasi di lereng sebelah barat Gunung Penanggungan tepatnya di perbukitan sejuk

1

Page 2: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

desa Seloliman, kecamatan Trawas kabupaten Mojokerto - Jawa Timur. (Widaarti dkk,

2010). Lahan PPLH sendiri sebenarnya merupakan sebuah media bagi upaya

pengembalian kondisi lahan dari kondisi yang kering dan tandus menjadi kondisi alami

seperti lahan di hutan. Dengan pengelolaan dan pengolahan lahan secara alami dan secara

perlahann, akhirnya kondisi lahan PPLH telah menjadi lahan yang bisa dimanfaatkan

untuk berbagai keperluan, terutama untuk menghasilkan berbagai produk tanaman

(ekonomi). Dalam pengelolaan inilah, PPLH berupaya untuk menunjukkan keada

masyarakat akan keterpaduan dalam pertanian ekologis, yaitu pengelolaan lahan dengan

peternakan serta rumah tangga, PPLH ini merupakan salah satu hutan heterogen

(Anonim, 2011).

Berkaitan dengan kehadiran vegetasi, penting untuk menganalisa vegetasi dengan

mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat

tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi) dan

bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan (Soerianegara dan

Indrawan, 2005). Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan

bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuan yang meliputi mempelajari tegakan

hutan yaitu tegakan tingkat pohon dan permudaannya (tingkat tiang, pancang, dan semai)

dan mempelajari tegakan tumbuhan bawah yaitu jenis vegetasi dasar yang terdapat di

bawah tegakan hutan selain permudaan pohon, padang rumput atau ilalang dan belukar.

Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan

komposisi suatu komunitas tumbuhan.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 06 Juni 2015 meliputi penentuan titik

sampling , persiapan alat dan bahan dan melakukan sampling. Lokasi pada penelitian ini

terdapat pada Gambar 1.

2

Page 3: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

Gambar 1. Peta Penelitian (Google Earth,2015).

Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari meteran lapangan, caliper,

kamera digital, alat tulis, dan hagameter.

Metode Analisa Vegetasi (ANVEG)

Cara kerja penelitian ini adalah menetukan 4 titik observasi, masing-masing

sepanjang 20-25 meter kemudian setiap titik observasi dibuat kuadran I, II, II, dan IV.

Lalu cari arah utara, selatan, timur, dan barat. Pada Kuadran I , terletak di arah selatan

dan barat, Kuadran II terletak antara selatan dan timur. Kuadran III terletak antara utara

dan timur, dan Kuadran IV terletak antara arah utara dan barat. Kemudian pada setiap

kuadran, spesies yang terdekat dicatat (nama , luas bidang dasar atau diameter batang

pada setinggi dada, dan jarak titik observasi). Kemudian hitunglah harga-harga relatifnya

dari setiap variable tersebut . Setelah itu lakukan penghitungan harga nilai penting untuk

setiap jenis atau spesies yang didapat. Lalu susunlah jenis-jenis tumbuhan itu berdasarkan

nilai penting terbesar sebagai harga nilai penting terkecil. Akhirnya, berilah nama bentuk

vegetasi berdasarkan 2 jenis tumbuhan dengan harga nilai terbesar serta hitung indeks

diversitasnya.

3

Page 4: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

Tabel 1. Contoh penampilan data Individu pada sampling tumbuhan metode

kuadran atau kuarter.

Titik observasi

ke-

Kuadran Jenis

Tumbuhaan

Jarak dari titik

observasi (m ±

0,01)

Diameter Batang

(cm ± 0,1)

1 I

II

III

IV

2 I

II

III

IV

3 I

II

III

IV

HASIL

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi

vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi

adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis

vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai

penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh

informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Berdasarkan hasil pengamatan analisa vegetasi di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup

(PPLH) Seloliman diporeleh data sebagai berikut ;

4

Page 5: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

Tabel 2. Hasil data sampling analisa vegetasi pada transek 1

Titik

Observasi

Ke-

Ukuran

(<20 m

atau >

20 m)

KuadranJenis

Tumbuhan

Jarak

Dari Titik

Observasi

(m ± 0,01)

Diameter

Batang

(cm ± 0,1)

Ketinggian

(m ± 0,1)

1 ≥21 I Mahoni 5,50 29,0 24,0

≤ 20 Jambu biji 4,20 8,0 20,0

≥21 II Mahoni 5,10 28,0 18,0

≤ 20 Mahoni 7,70 15,0 17,0

≥21 III Mahoni 4,40 17,0 5,0

≤ 20 Mahoni 7,70 23,0 11,0

≥21 IV Mahoni 1,40 13,0 21,0

≤ 20 Mahoni 58,00 23,0 13,0

2 ≥21 I Mahoni 1,80 18,0 21,0

≤ 20 Mahoni 3,70 22,0 13,0

≥21 II Mahoni 13,70 25,0 9,0

≤ 20 Mahoni 6,20 22,0 20,0

≥21 III Mahoni 4,90 21,0 23,0

≤ 20 Mahoni 5,80 19,0 20,0

≥21 IV Mahoni 6,30 21,0 20,0

≤ 20 Mahoni 2,50 15,0 15,0

3 ≥21 I Mahoni 3,30 25,0 26,0

≤ 20 Mahoni 5,00 19,0 14,0

≥21 II jati 6,40 72,0 26,0

≤ 20 Mahoni 7,50 6,2 10,0

≥21 III Mahoni 4,20 26,0 24,0

≤ 20 Mahoni 3,60 15,0 77,0

≥21 IV Mahoni 7,20 27,0 26,0

≤ 20 Mahoni 8,20 14,0 20,0

4 ≥21 I Mahoni 4,20 21,0 26,0

≤ 20 Mahoni 3,20 14,0 17,0

≥21 II Mahoni 7,20 23,0 30,0

5

Page 6: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≤ 20 Mahoni 4,60 12,0 20,0

≥21 III Mahoni 2,10 27,0 31,0

≤ 20 Mahoni 5,20 18,0 12,0

≥21 IV Mahoni 7,10 30,0 27,0

≤ 20 Mahoni 3,20 18,0 17,0

5 ≥21 I Mahoni 5,50 26,0 30,0

≤ 20 Mahoni 3,20 17,0 20,0

≥21 II Mahoni 5,60 27,0 31,0

≤ 20 Mahoni 4,60 18,0 25,0

≥21 III Mahoni 7,10 22,5 34,0

≤ 20 Mahoni 7,20 16,5 21,0

≥21 IV Mahoni 3,20 23,0 30,0

≤ 20 Mahoni 8,80 15,0 22,0

6 ≥21 I Mahoni 5,60 27,0 31,0

≤ 20 Mahoni 3,40 15,0 22,0

≥21 II Mahoni 5,20 28,0 38,0

≤ 20 Mahoni 2,20 10,0 25,0

≥21 III Mahoni 6,60 25,0 32,0

≤ 20 Mahoni 3,60 12,0 21,0

≥21 IV Mahoni 5,90 28,0 30,0

≤ 20 Mahoni 4,40 13,0 22,0

7 ≥21 I Mahoni 4,23 28,0 31,0

≤ 20 Mahoni 2,65 18,8 22,5

≥21 II Mahoni 5,10 32,0 22,0

≤ 20 Mahoni 3,30 17,0 32,0

≥21 III Mahoni 4,25 26,0 26,0

≤ 20 Mahoni 2,10 16,5 33,0

≥21 IV Mahoni 3,30 27,0 27,0

≤ 20 Mahoni 5,50 19,0 28,0

8 ≥21 I Mahoni 4,55 26,5 29,5

≤ 20 Mahoni 4,20 18,0 30,5

≥21 II Mahoni 5,60 22,0 31,0

6

Page 7: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≤ 20 Mahoni 3,60 17,0 18,0

≥21 III Mahoni 7,20 23,0 33,0

≤ 20 Mahoni 7,80 16,0 20,0

≥21 IV Mahoni 3,20 24,0 30,0

≤ 20 Mahoni 8,80 17,0 21,0

9 ≥21 I Mahoni 4,60 26,0 36,0

≤ 20 Mahoni 5,65 17,0 18,0

≥21 II Mahoni 4,20 27,0 36,5

≤ 20 Mahoni 5,75 16,0 20,0

≥21 III Mahoni 3,60 25,0 37,0

≤ 20 Mahoni 6,80 12,0 23,5

≥21 IV Mahoni 7,20 30,5 38,5

≤ 20 Mahoni 7,55 13,0 24,0

10 ≥21 I Mahoni 5,55 28,5 26,0

≤ 20 Mahoni 5,60 18,0 35,5

≥21 II Mahoni 1,50 21,0 23,0

≤ 20 Mahoni 2,30 13,5 26,0

≥21 III Mahoni 4,80 22,0 31,0

≤ 20 Mahoni 3,30 17,5 25,0

≥21 IV Mahoni 9,00 22,5 28,0

≤ 20 Mahoni 3,70 19,5 27,0

Tabel 3. Hasil data sampling analisa vegetasi pada transek 2

Titik

Observasi

Ke-

Ukuran

(<20 m

atau >

20 m)

KuadranJenis

Tumbuhan

Jarak

Dari Titik

Observasi

(m ± 0,01)

Diameter

Batang

(cm ± 0,1)

Ketinggian

(m ± 0,1)

1 ≥21 I Mahoni 4,65 27,0 36,5

≤ 20 Mahoni 4,20 17,5 20,0

≥21 II Mahoni 5,60 24,0 37,0

≤ 20 Mahoni 2,20 16,0 26,0

≥21 III Mahoni 7,85 23,0 38,0

≤ 20 Mahoni 2,20 19,0 27,0

7

Page 8: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≥21 IV Mahoni 5,20 22,5 39,0

≤ 20 Mahoni 3,10 18,0 28,5

2 ≥21 I Mahoni 5,60 26,0 36,0

≤ 20 Mahoni 5,25 14,5 27,0

≥21 II Mahoni 7,20 27,5 32,0

≤ 20 Mahoni 4,20 13,5 27,0

≥21 III Mahoni 8,20 28,0 35,0

≤ 20 Mahoni 3,60 15,0 28,5

≥21 IV Mahoni 3,30 29,0 36,5

≤ 20 Mahoni 5,50 17,0 26,0

3 ≥21 I Mahoni 2,80 24,0 37,0

≤ 20 Mahoni 7,20 17,0 26,0

≥21 II Mahoni 3,10 25,0 38,0

≤ 20 Mahoni 2,60 18,0 26,0

≥21 III Mahoni 4,25 26,0 30,0

≤ 20 Mahoni 3,10 19,0 24,0

≥21 IV Mahoni 5,50 27,0 36,0

≤ 20 Mahoni 4,40 15,5 28,0

4 ≥21 I Mahoni 2,85 36,0 36,0

≤ 20 Mahoni 4,55 12,0 24,5

≥21 II Mahoni 3,55 38,0 38,5

≤ 20 Mahoni 3,20 13,5 22,0

≥21 III Mahoni 4,40 37,0 37,0

≤ 20 Mahoni 4,20 16,0 24,0

≥21 IV Mahoni 5,30 38,5 38,0

≤ 20 Mahoni 6,65 17,5 26,0

5 ≥21 I Mahoni 5,20 39,0 39,0

≤ 20 Mahoni 6,70 15,0 25,0

≥21 II Mahoni 4,20 40,0 40,0

≤ 20 Mahoni 6,70 16,0 26,0

≥21 III Mahoni 1,45 41,0 41,0

≤ 20 Mahoni 4,80 14,0 28,0

8

Page 9: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≥21 IV Mahoni 5,50 42,0 42,0

≤ 20 Mahoni 2,20 12,0 29,0

6 ≥21 I Mahoni 3,40 31,0 31,0

≤ 20 Mahoni 3,55 12,0 21,0

≥21 II Mahoni 2,50 31,5 31,5

≤ 20 Mahoni 4,40 13,0 22,5

≥21 III Mahoni 7,50 36,0 36,0

≤ 20 Mahoni 2,50 14,5 23,0

≥21 IV Mahoni 8,10 37,5 38,0

≤ 20 Mahoni 2,70 15,0 24,5

7 ≥21 I Mahoni 8,20 36,0 32,0

≤ 20 Mahoni 3,40 11,0 26,5

≥21 II Mahoni 3,30 22,0 33,0

≤ 20 Mahoni 4.30 17,0 27,0

≥21 III Mahoni 4,25 28,0 38,0

≤ 20 Mahoni 5,60 18,5 28,0

≥21 IV Mahoni 5,50 30,0 40,0

≤ 20 Mahoni 2,70 19,0 29,0

8 ≥21 I Mahoni 4,70 32,0 46,0

≤ 20 Mahoni 2,40 19,0 26,0

≥21 II Jati 8,20 44,0 47,0

≤ 20 Mahoni 3,25 18,0 24,0

≥21 III Mahoni 8,90 36,0 35,0

≤ 20 Mahoni 4,40 14,0 28,0

≥21 IV Mahoni 2,55 38,0 21,0

≤ 20 Mahoni 5,60 13,0 22,0

9 ≥21 I Mahoni 2,10 39,0 36,0

≤ 20 Mahoni 2,70 13,0 27,0

≥21 II Jati 2,20 40,0 35,0

≤ 20 Mahoni 2,80 14,0 24,0

≥21 III Mahoni 3,20 28,0 37,0

≤ 20 Mahoni 3,30 17,5 32,0

9

Page 10: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≥21 IV Mahoni 4,10 29,5 41,0

≤ 20 Mahoni 8,80 18,0 21,0

10 ≥21 I Mahoni 5,30 28,0 28,0

≤ 20 Mahoni 2,70 14,0 28,0

≥21 II Mahoni 3,20 29,0 36,0

≤ 20 Mahoni 4,60 15,0 29,0

≥21 III Mahoni 4,50 27,0 28,5

≤ 20 Mahoni 5,20 13,0 30,0

≥21 IV Mahoni 5,00 26,0 27,0

≤ 20 Mahoni 4,60 14,5 28,5

Tabel 4. Hasil data sampling analisa vegetasi pada transek 3

Titik

Observasi

Ke-

Ukuran

(<20 m

atau >

20 m)

KuadranJenis

Tumbuhan

Jarak

Dari Titik

Observasi

(m ± 0,01)

Diameter

Batang

(cm ± 0,1)

Ketinggian

(m ± 0,1)

1 ≥21 I Mahoni 3,50 25,5 25,0

≤ 20 Mahoni 4.80 18,0 22,0

≥21 II Mahoni 6,00 32,0 34,0

≤ 20 Mahoni 3,60 13,0 21,0

≥21 III Mahoni 10,30 34,0 18,0

≤ 20 Mahoni 4,56 17,0 19,0

≥21 IV Mahoni 9,35 29,5 16,0

≤ 20 Mahoni 13,00 11,0 21,0

2 ≥21 I Mahoni 2,00 26,0 30,0

≤ 20 Mahoni 5,95 14,0 17,0

≥21 II Mahoni 6,35 35,0 22,0

≤ 20 Mahoni 10,00 19,0 23,0

≥21 III Mahoni 11,45 24,0 12,0

≤ 20 Mahoni 2,00 16,5 18,0

≥21 IV Mahoni 7,35 29,5 24,0

≤ 20 Mahoni 4,85 17,0 20,0

3 ≥21 I Mahoni 2,90 30,0 19,0

10

Page 11: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≤ 20 Mahoni 3,00 14,0 21,0

≥21 II Mahoni 6,95 31,5 22,0

≤ 20 Mahoni 4,25 18,0 36,0

≥21 III Mahoni 8,35 28,0 22,0

≤ 20 Mahoni 9,00 16,0 15,0

≥21 IV Mahoni 14,00 26,0 20,0

≤ 20 Mahoni 2,90 15,0 21,0

4 ≥21 I Mahoni 3,60 31,0 32,0

≤ 20 Mahoni 4,20 14,0 22,0

≥21 II Mahoni 3,80 26,0 24,0

≤ 20 Mahoni 5,45 17,5 21,0

≥21 III Mahoni 3,70 35,5 23,0

≤ 20 Mahoni 3,60 18,0 26,0

≥21 IV Mahoni 3,90 25,0 35,0

≤ 20 Mahoni 4,80 16,0 11,0

5 ≥21 I Mahoni 8,40 22,0 27,0

≤ 20 Mahoni 6,30 13,0 10,5

≥21 II Mahoni 3,55 26,0 33,0

≤ 20 Mahoni 8,40 17,0 24,0

≥21 III Mahoni 4,55 31,0 32,0

≤ 20 Mahoni 6,25 14,0 12,0

≥21 IV Mahoni 2,50 26,0 25,0

≤ 20 Mahoni 9,35 19,5 9,5

6 ≥21 I Mahoni 4,25 26,0 23,5

≤ 20 Mahoni 12,00 16,0 12,0

≥21 II Mahoni 11,60 29,0 17,0

≤ 20 Mahoni 10,00 17,0 15,0

≥21 III Mahoni 6,55 26,0 24,0

≤ 20 Mahoni 4,80 10,5 24,0

≥21 IV Mahoni 5,90 22,0 13,0

≤ 20 Mahoni 4,20 14,5 18,0

7 ≥21 I Mahoni 5,40 26,0 22,0

11

Page 12: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

≤ 20 Mahoni 12,00 14,0 25,0

≥21 II Mahoni 7,00 30,0 26,0

≤ 20 Mahoni 3,70 15,0 24,0

≥21 III Mahoni 4,30 32,0 28,5

≤ 20 Mahoni 2,55 19,5 14,0

≥21 IV Jati 13,75 36,0 25,5

≤ 20 Mahoni 3,00 19,0 24,0

8 ≥21 I Mahoni 4,00 25,0 29,0

≤ 20 Mahoni 7,70 14,0 14,0

≥21 II Mahoni 5,60 26,0 19,0

≤ 20 Mahoni 4,00 17,0 18,0

≥21 III Jati 7,00 38,0 18,0

≤ 20 Mahoni 4,00 19,5 17,0

≥21 IV Mahoni 8,60 24,5 26,0

≤ 20 Mahoni 3,90 16,0 20,0

9 ≥21 I Mahoni 4,70 27,0 25,0

≤ 20 Mahoni 3,35 13,0 13,5

≥21 II Mahoni 5,70 26,0 19,0

≤ 20 Mahoni 12,40 14,0 30,0

≥21 III Mahoni 9,50 29,0 15,0

≤ 20 Mahoni 3,80 17,0 29,0

≥21 IV Mahoni 4,30 26,0 22,0

≤ 20 Mahoni 6,70 18,0 25,0

10 ≥21 I Mahoni 6,80 29,0 24,0

≤ 20 Mahoni 5,50 11,5 15,0

≥21 II Mahoni 4,45 27,0 18,5

≤ 20 Mahoni 7,30 15,0 14,0

≥21 III Jati 8,55 36,0 16,0

≤ 20 Mahoni 5,90 18,0 19,0

≥21 IV Mahoni 4,60 29,0 18,0

≤ 20 Mahoni 4,35 19,0 26,0

DISKUSI

12

Page 13: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

Penelitian ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan sampling vegetasi,

analisis vegetasi, menggunakan variable kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi dengan

cara metode kuadrat, memberi nama komunitas berdasarkan nilai penting, dan membuat

laporan ilmiah. Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadran dimana

pada metode ini menggunakan titik kuarter atau titik observasi untuk menghitung jarak

dari pengamat ke pohon. Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau

vegetasi kompleks lainnya. Di dalam metode ini, setiap titik pengukuran dibuat garis

absis dan ordinat khayalan, sehingga setiap pengukuran atau setiap satu plot pada masing-

masing titik observasi terdapat 4 kuadran. Pada penelitian ini menggunakan 10 plot dan di

tiap 1 plot terdapat 4 kuadran yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran, kuadran III, dan

kuadran IV. Kuadran I terletak di arah selatan dan barat, Kuadran II terletak antara selatan

dan timur. Kuadran III terletak antara utara dan timur, dan Kuadran IV terletak antara

arah utara dan barat. Jarak antara satu titik observasi dengan titik observasi yang lain

sebesar 10 m. Pohon yang akan diukur pada tiap kuadran dipilih yang memiliki jarak

paling dekat dengan titik pusat kuadran.

Karena metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti

metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat

pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu

kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka

pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang dimaksud,

tetapi pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut. Titik pusat kuadran

adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m. Dari kesepuluh plot tersebut

dapat diketahui ada spesies dominan seperti Pohon Mahoni dan Pohon Jati , karena jenis

spesies tersebut terdapat di hampir setiap plot.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode kuadran adalah suatu bentuk metode untuk analisa vegetasi dengan

menggunakan plot dimana setelah luas minimum area dari satuan petak contoh

dianggap mewakili suatu komunitas yang kemudian ukuran luas diukur dengan

satuan kuadrat.

2. Frekuensi  digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi

suatu spesies tertentu terhadap jumlah total sampel.

13

Page 14: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

3. Luas  penutupan digunakan  untuk proporsi antara  luas tempat  yang ditutupi oleh

spesies tumbuhan dengan luas total habitat.

4. Indeks nilai penting digunakan sebagai  parameter kuantitatif yang dapat dipakai

untuk menyatakan tingkat dominasi spesies dalam suatu komunitas tumbuhan.

5. Analisa vegetasi dilakukan untuk mengetahui variasi yang ada pada suatu ekosistem

atau area.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Metode Analisis Vegetasi. http://fp.uns.ac.id/~ hamasains/ ekotan%

203.htm. Diakses pada hari sabtu tanggal 11 Juni 2011 pukul 10.30 WIB

Barbour, M. G., J.H. Burk., and W.P. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. The

Benjamin/Cumming Publishing Company Ins, California.

Greig-Smith P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Blackwell Scientific Publications.

Oxford.

Hariyanto, Sucipto, Bambang Irawan, Thin Soedarti. 2008. Teori dan Praktik Ekologi.

Surabaya: Airlangga University Press.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Cetakan Pertama. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. MacMillan Publishing Company, New York.

Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper Collins Publisher, Inc. New York.

Kusmana C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mulyana, M., T.Hardjanto dan G.Hardiansyah. 2005. Membangun Hutan Tanaman.

Meranti. Membedah Mitos Kegagalan Melanggengkan Tradisi Pengusahaan

Hutan. Wana Aksara Serpong Tangerang.

14

Page 15: Laporan Analisa Vegetasi Teknik Sampling

MacKinnon., et al . 1990. Pengelolaan Kawasan yang Dilindungi di Daerah Tropika

(Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soerianegara dan Indrawan. 2013. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.

Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sundarapandian, SM. and P.S. Swamy. 2000. Forest ecosystem structure and composition

along an altitudinal gradient in the Western Ghats, South India. Journal of

Tropical Forest Science 12 (1):104-123.

15