vegetasi komunitas

29
III. KOMUNITAS VEGETASI Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi, biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas tumbuhan (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini disebut sinekologi. Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan kumpulan individu-individu dari satu macam spesies. Oosting memberikan definisi, komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik antara mereka maupun lingkungan. Dari batasan yang ada, komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu: 1. Komunitas biotik sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar di suatu habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan interaksi antara komponen biotik dan abiotik. 2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar variasinya maka tumbuhan yang ada menunjukkan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan kondisi lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi merupakan percerminan iklim dan secara umum keadaaan iklim menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang menjadi konsep indikator. 3. Komunitas sebagai satu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu kadang-kadang tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu komunitas yang dapat mengkarakteristkkan suatu unit lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam, disebut biotope. Contoh: a. hamparan lumpur, pantai pasir, lautan, ditentukan oleh sifat fisik. b. padang alang-alang, hutan tusam, ditentukan oleh unsur organismenya. 4. Setiap psesies dalam komunitas memerlukan kondisi tertentu/toleransi tertentu terhadap habitat baik kondisi fisik, kimia maupun biologi. Perubahan kondisi fisik yang spesies didalamnya masih toleran disebut amplitudo ekologi. 5. Selalu ada koeksistensi (kooperasi).

Upload: amalia-sahoed

Post on 16-Dec-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Komunitas vegetasi dalam mata kuliah Ekologi Tumbuhan

TRANSCRIPT

  • III. KOMUNITAS VEGETASI

    Di alam jarang sekali ditemukan kehidupan yang secara individu terisolasi,

    biasanya suatu kehidupan lebih suka mengelompok atau membentuk koloni. Kumpulan

    berbagai jenis organisme disebut komunitas biotik yang terdiri atas komunitas tumbuhan

    (vegetasi), komunitas hewan dan komunitas jasad renik. Ketiga macam komunitas itu

    berhubungan erat dan saling bergantung. Ilmu untuk menelaah komunitas (masyarakat) ini

    disebut sinekologi. Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja

    terjadi, melainkan setiap spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling

    mengatur di antara mereka. Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan

    kumpulan individu-individu dari satu macam spesies.

    Oosting memberikan definisi, komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang

    saling berhubungan baik antara mereka maupun lingkungan. Dari batasan yang ada,

    komunitas mempunyai beberapa kekhususan yaitu:

    1. Komunitas biotik sebagai campuran hewan dan tumbuhan dalam jumlah besar di suatu

    habitat, merupakan bagian terbesar dari ekosistem dan dicirikan adanya hubungan

    interaksi antara komponen biotik dan abiotik.

    2. Karena dalam habitat utama biasanya kondisi lingkungan tidak besar variasinya maka

    tumbuhan yang ada menunjukkan kesenangan/perilaku yang khas sesuai dengan kondisi

    lingkungan itu. Dengan demikian vegetasi merupakan percerminan iklim dan secara

    umum keadaaan iklim menampakkan pola vegetasi yang sama. Konsep ini berkembang

    menjadi konsep indikator.

    3. Komunitas sebagai satu kesatuan sering terlihat batasnya, tetapi batas itu kadang-kadang

    tidak jelas. Habitat yang diatasnya tumbuh vegetasi/kehidupan yang khas, atau suatu

    komunitas yang dapat mengkarakteristkkan suatu unit lingkungan yang mempunyai

    kondisi habitat utama yang seragam, disebut biotope.

    Contoh: a. hamparan lumpur, pantai pasir, lautan, ditentukan oleh sifat fisik.

    b. padang alang-alang, hutan tusam, ditentukan oleh unsur organismenya.

    4. Setiap psesies dalam komunitas memerlukan kondisi tertentu/toleransi tertentu terhadap

    habitat baik kondisi fisik, kimia maupun biologi. Perubahan kondisi fisik yang spesies

    didalamnya masih toleran disebut amplitudo ekologi.

    5. Selalu ada koeksistensi (kooperasi).

  • Karena kelompok-kelompok spesies dalam komunitas itu tidak berdiri sendiri-sendiri

    maka mereka harus dapat hidup bersama dengan saling mengatur. Di dalam hidup

    bersama itu interaksi di dalam spesies bisa bersifat searah atau dua arah.

    Contoh: Tumbuhan yang hidup di lapisan atas tidak dapat hidup tanpa ada tumbuhan

    yang ada dibawahnya, atau sebaliknya sehingga terjadi saling mengatur. Di dalam hidup

    bersamaam terjadi bermacam-macam interaksi seperti:

    - Mutualisme : Hidup bersama saling menguntungkan

    - Eksploitasi : Suatu spesies hidup atas jerih payah spesies lain

    - Parasit : Menempel pada tanaman lain dan merugikan

    - Komensalisme : Menempel pada tanaman lain, tidak merugikan

    - Kompetisi : Persaingan antara dua atau lebih makhluk hidup

    6. Adanya dominasi spesies

    Di dalam komunitas hanya ada dua atau tiga jenis spesies yang dijumpai dalam keadaan

    melimpah. Spesies yang demikian disebut spesies dominan.

    7. Di dalam komunitas selalu terjadi suksesi atau perubahan meskipun secara lambat.

    Komposisi Komunitas

    Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka

    komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Dengan demikian pola vegetasi di

    permukaan bumi menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas bergabung

    atau tumpang tindih dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap

    kondisi fisik, kimia maupun biotik di suatu habitat berlainan maka perubahan di suatu

    habitat cenderung mengakibatkan perubahan komposisi komunitas. Rentetan komunitas

    yang memperlihatkan pergantian gradual dalam suatu komposisi disebut continuum.

    Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang berlawanan:

    1. Pandangan organisme

    2. Pandangan individualisme

    Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916). Menurut pandangan

    ini komunitas dianggap sebagai Organisme super yang merupakan stadium tertinggi per-

    kembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies, populasi dan

    komunitas. Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm beraturan dan di bawah

  • keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara fungsional memperlihatkan

    tingkatan yang lebih tinggi daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya.

    Sedangkan pandangan individualistik dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926)

    yang disokong oleh Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959).

    Pandangan ini pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai suatu

    komposisi yang seharusnya atau dalam keadaan stabil. Disini spesies merupakan bagian

    unit essensial karena hanya spesies dan bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam antar

    hubungan dan distribusi. Spesies langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara

    independen, tidak menghadapinya bersama-sama. Dalam pendekatan ini komposisi

    komunitas dianggap variabel yang kontinyu.

    Ekoton (Ecotona)

    Suatu ekoton adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara

    dua komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas. Daerah transisi antara

    komunitas rumput dan hutan atau daerah peralihan antara dua komunitas besar seperti

    komunitas akuatik dan komunitas terestrial merupakan contoh ekoton.

    Jadi ekoton merupakan pagar komunitas (batas komunitas). Seperti diketahui

    biasanya berubah secara perlahan-lahan atau secara gradient. Komunitas dapat berubah

    secara tiba-tiba sebagai akibat lingkungan yang tiba-tiba terputus atau karena interaksi

    tanaman terutama kompetisi. Pada keadaan yang pertama (tiba-tiba terputus) ekoton

    merupakan daerah peralihan yang merupakan campuran dari dua tipe komunitas yang

    bersebelahan. Pada keadaan yang kedua (kompetisi) ekoton dapat dikenal jelas. Komunitas

    ekoton umumnya mempunyai banyak organisme dari dua komunitas yang saling bertautan

    dan yang memperlihatkan ciri-ciri yang khas dan batas yang jelas antara ekoton dan

    tetangganya (disampingnya) dengan demikian ekoton berisikan spesies yang lebih banyak

    dan kepadatan populasi yang sering lebih daripada komunitas disampingnya.

    Kecenderungan meingkatnya variasi dan kepadatan pada komunitas peralihan

    dikenal sebagai efek pinggir/tepi (edge effect). Organisme yang paling banyak atau paling

    lama dalam zone peralihan disebut jenis pinggir (edge spesies).

    Stratifikasi

  • Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan di antara

    mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan

    ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini

    disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan

    perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang

    meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi

    merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan

    mempunyai klas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam sinusie misalnya pohon

    dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya.

    Padang rumput mempunyai 3 strata:

    1. Lapisan perakaran dan rhisoma

    2. Lapisan atas tanah

    3. Lapisan rumput (herba)

    Hutan stratanya lebih kompleks:

    1. Strata di bawah tanah

    2. Lahan hutan

    3. Permukaan tanah sampai 2 meter (herba)

    4. Semak (2-5 meter)

    5. Lahan pohon/lapisan atas (top story) 5-15 meter, tergantung hutannya ada yang 25-

    30 meter, 40-50 meter, sequoia sampai 100 meter.

    Gambar 4. Stratifikasi tumbuhan

    Klas Bentuk Pertumbuhan (Life Form) Dan Spektrum Biologi

  • Iklim menentukan vegetasi di suatu wilayah, beberapa spesies dalam komunitas

    dapat dikelompokkan kedalam beberapa bentuk pertumbuhan berdasarkan kenampakan

    umum pertumbuhannya. Bentuk suatu vegetasi merupakan ekspresi dan indikator iklim.

    Ide ini dipelopori oleh Raunkiaer (1934). Ia menganggap bahwa di bawah kondisi

    lingkungan yang tidak menguntungkan yang mengendalikan bentuk pertumbuhan dan

    mendorong terhadap suhu yang ekstrim dan kekeringan.

    Raunkiaer memberikan tiga pedoman untuk menyatakan karakteristik bentuk

    pertumbuhan:

    1. Karakter itu harus struktural dan esensial dan harus memberikan adaptasi morfologi

    yang penting.

    2. Karakter itu harus cukup jelas dan sudah dilihat di alam.

    3. Semua bentuk pertumbuhan yang digunakan harus menggunakan kriteria dengan sistem

    yang sama dan secara statistik dapat untuk membandingkan komunitas satu dengan

    komunitas yang lain.

    Gambar 5. Bentuk pertumbuhan (Life form)

    1. Phanerophytes 4. Cryptophytes

    2. Chamaephytes 5. Therophytes

    3. Hemicryptophytes

    1. Phanerophytes

  • Termasuk golongan ini ditandai dengan terdapatnya tunas di ranting atau cabang

    dan ini biasanya berkayu (pohon dan semak) juga liana, epifit dan juga rumput tahun.

    Menurut tingginya Phanerophytes dikelompokkan menjadi:

    a. Megaphanerophytes lebih dari 30 meter

    b. Mesophanerophytes 8 sampai 30 meter

    c. Microphanerophytes 2 sampai 8 meter

    d. Nanophanerophytes 25 cm sampai 2 meter

    Kecuali itu ditambah lagi apakah tunas (kuncup) terlindung atau telanjang dan

    apakah tanaman selalu hijau atau kadang-kadang menggugurkan daunnya.

    2. Chamaephytes

    Tunas atau pucuk batang terletak di batang dan menjalar di atas tanah, tinggi

    tanaman tidak lebih dari 25 cm, tetapi tunas selalu di atas tanah. Untuk melindungi dari

    kondisi yang tidak menguntungkan tunas terletak di bawah daun-daun yang mati di

    tempat-tempat yang bersalju.

    Ada beberapa macam Chamaephytes:

    a. Subfructicosa chamaephytes : tunas terlindung oleh bahan-bahan mati.

    b. Passive chamaephytes : batang menjalar di atas tanah.

    c. Active chamaephytes : kuncup di atas tanah.

    d. Cushion chamaephytes : transisi Chamaephytes dan Hemicryptophytes.

    3. Hemicryptophytes

    Tumbuhan ini hidup di permukaan tanah, rumput-rumput, begitu pula tunas dan

    batang terlindung oleh tanah dan bahan-bahan mati.

    4. Cryptophytes

    Tunas dan batang di permukaan tanah, bahan cadangan makanan di bawah tanah

    dengan katagori sebagai berikut:

    a. Geophytes : rhizoma, semua tumbuhan dengan bulbus, tuber.

    b. Helophytes : tumbuhan yang hidup di tanah yang jenuh air.

    c. Hydrophytes : tumbuhan air.

    5. Therophytes

  • Meliputi tumbuhan semusim dan organ reproduksinya berupa biji, keabadiannya

    terbesar lewat embrio dalam biji.

    Klasifikasi Braun-Blanquetes

    Braun-Blanquetes (1951) mengadakan modifikasi atas klasifikasi yang diadakan oleh

    Raukiaer, yang kemudian menghasilkan klasifikasi sebagai berikut:

    1. Phytoplankton (tumbuhan melayang) dibedakan:

    a. Aeroplankton (melayang di udara)

    b. Hydroplankton (melayang di air)

    c. Cryoplankton (melayang di es dan salju)

    2. Phytoedaphon (mikro flora tanah) dibedakan:

    a. Aerophytobionts (aerobic)

    b. Anaerophytobionts (anaerobic)

    3. Endophytes dibedakan:

    a. Endoxylophytes (parasit tumbuhan)

    b. Endoxythophytes (algae, fungsi dan lichenes)

    c. Endozoophytes (patogen dalam hewan dan manusia)

    4. Therophytes dibedakan:

    a. Thallotherophytes

    b. Bryotherophytes

    c. Pteridotherophytes

    d. Entherophytes

    5. Hydrophytes (kecuali plankton)

    6. Geophytes

    7. Hemicryptophytes

    8. Chamaephytes

    9. Phanerophytes

    10. Epiphyta arborisola (Tree epiphytes)

    Spektrum biologi atau spektrum fitoklimatik

  • Sistem Raunkiaer secara umum mendasarkan pada cara dan posisi organ reproduksi

    untuk mempertahankan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.

    Dengan demikian karakter vegetasi adalah struktural, esensial dan adaptial.

    Kemudian diinginkan dasar yang lebih sederhana untuk perbandingan secara statistik.

    Dengan sederhana atas persentase bentuk kehidupan (pertumbuhan) vegetasi aetiap areal

    yang merupakan komunitas vegetasi inilah yang disebut spektrum biologi. Karena setiap

    klas-klas bentuk kehidupan sangat berhubungan dengan lingkungannya maka spektrum

    biologi merupakan petunjuk langsung (indikator) lingkungan. Raunkiaer membuat suatu

    spektrum normal yang didasarkan atas sampling dari keadaan flora dunia di seribu tempat

    (keadaan).

    Spektrum normal melengkapi suatu dasar kehadiran persentase setiap klas dalam

    flora, yang akan ditetapkan spektrum normal adalah:

    Phanerophytes : 46%

    Chamaephytes : 9%

    Hemicryptophytes : 26%

    Cryptophytes : 6%

    Therophytes : 13%

    Kemudian spektrum biologi dikerjakan dan dibandingkan dengan spektrum Raunkiaer ini.

    Di hutan hujan tropik persentase phanerophytes di tempat-tempat yang berbeda

    berkisar antara 0-74%. Persentase yang lebih besar ini menyebabkan keadaan iklim yang

    phanerophytic. Persentase Therophytes lebih dari 40% menyebabkan iklim yang ekstrim

    dingin. Persentase yang tinggi Hemicryptophytes (lahan rumput) geophytes (Cryptophytes)

    iklim mediteran dan dalam hutan musim dengan daun lebar. Tetapi karena banyaknya

    faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan vegetasi yang kadang-kadang kondisi

    iklim tidak dicerminkan oleh vegetasi maka kesimpulan-kesimpulannya sering salah.

    Antara lain seperti jumlah Therophytes yang besar di daerah Phanerophytes yang dominan,

    juga aktivitas yang lain sangat cepat mengubah spektrum biologi. Untuk lebih mencapai

    ketepatannya maka harus dilengkapi dengan pengaruh luas daun, ukuran daun merupakan

    petunjuk yang sangat erat hubungannya dengan kondisi iklim, pengelompokkan tersebut

    ialah:

    1. Leptophyl 25 mm2

    2. Nanophyl 25 - 225 mm2 (9 x 25)

  • 3. Microphyl 225 - 2025 mm2 (92 x 25)

    4. Mesophyl 2025 - 18.225 mm2 (93 x 25)

    5. Macrophyl 18.225 - 164.025 mm2 (94 x 25)

    6. Megaphyl lebih dari 164.025 mm2

    Dinamika Komunitas (Evolusi Komunitas)

    Evolusi yang terjadi pada komunitas tumbuhan di suatu tanah yang tadinya kosong

    (bero) terjadi dalam waktu yang lama dengan tahap-tahap yang harus dilalui. Tahap-tahap

    ini sukar dinyatakan karena secara faktual proses evolusi itu kontinyu. Tetapi

    bagaimanapun tahap ini harus dinyatakan dan sebagai dasarnya ialah karakteristik vegetasi.

    Pada umumnya evolusi komunitas vegetasi melalui beberapa tingkatan dan proses sebagai

    berikut:

    1. Nudasi: yaitu terjadinya awal suksesi yang waktu itu habitat karena sesuatu hal (erosi,

    deposit, glacial, glassier, perubahan iklim, aktivitas biotik) menjadi tidak berpenghuni

    (kosong).

    2. Migrasi: disini meliputi kolonisasi pertama jadi migrasi itu datangnya suatu tumbuhan di

    suatu habitat yang mengalami nudasi itu, kedatangan tumbuhan itu dapat disebabkan

    oleh beberapa hal antara lain angin, air, binatang, manusia dan sebagainya.

    Migrasi atau immigrasi tumbuhan disebut germinales kalau masih benih (organ

    reproduktif) dan migrules atau propagules kalau sudah berupa tumbuhan. Migrasi ini

    dapat berasal dari banyak tempat atau satu tempat saja.

    3. Eksesis: ini merupakan proses pemantapan pendatang (immigrasi) tetapi meskipun

    demi-kian tidak semua pendatang itu berhasil di tempat yang baru. Ini merupakan

    kombinasi beberapa faktor yang menyebabkan berhasilnya immigrasi tersebut di tempat

    baru itu.

    4. Agregasi: pada mulanya vegetasi pioner itu datang dalam jumlah yang sangat kecil dan

    mereka tumbuh saling berjauhan, kemudian vegetasi ini akan membentuk organ-organ

    reproduktif yang biasanya mudah tersebar di seantero permukaan habitat itu yang

    kemudian membentuk kelompok-kelompok. Disini ada 2 kelompok:

    a. Simple agregasi yaitu: apabila agregasi itu hanya satu spesies saja.

  • b. Agregasi campuran yaitu migran selain terdiri atas spesies tumbuhan utama jika ber-

    campur dengan beberapa spesies lain.

    5. Evolusi interaksi komunitas.

    Disini terjadi hubungan yang pada mulanya sederhana menjadi semakin kompleks

    antara lain eksploatasi, mutualisme dan koeksistensi dan sebagainya.

    6. Invasi: Dalam proses kolonisasi, germinales mempunyai sifat yang agresif dan mudah

    mengadakan adaptasi sehingga mencapai seluruh lahan dari waktu ke waktu. Vegetasi

    itu tumbuh dan berkembang sehingga mencapai kemantapan. Disini invasi itu dapat

    bersifat sementara atau permanen.

    7. Reaksi: Ini meliputi kondisi baru yang diciptakan dengan adanya vegetasi di suatu

    habitat. Pada dasarnya perubahan itu melalui cara:

    a. Pergantian sifat dan reaksi tanah

    b. Dengan memodifikasi iklim

    Kompetisi dan macam interaksi yang lain dapat menyebabkan vegetasi mengalami

    kematian, dan ini akan merupakan humus di atas tanah. Humus ini yang dapat

    menyebabkan lebih baiknya kondisi fisik dan tanah. Di samping pengaruhnya terhadap

    tanah maka dengan bentuk-bentuk vegetasi yang ada dapat menciptakan lingkungan

    yang berbeda dengan keadaan luar, iklim yang diciptakan vegetasi ini disebut iklim

    mikro.

    8. Stabilisasi: Macam-macam interaksi baik antara individu, populasi vegetasi maupun

    antara vegetasi dan habitatnya membawa perubahan-perubahan yang gradual baik pada

    habitat maupun struktur vegetasi.

    Dalam waktu yang lama, beberapa spesies vegetasi akan mendominasi dan akhirnya

    mengadakan penggantian di habitatnya itu.

    9. Klimaks: Klimaks merupakan tahap akhir perkembangan setelah stabilisasi. Secara pasti

    klimaks yang sebenarnya sukar dinyatakan karena komunitas dan lingkungan akan

    dapat saling berubah sesuai dengan sifat yang dinamik.

    Klasifikasi Komunitas

    Komunitas vegetasi diklasifikasikan dalam beberapa cara menurut kepentingan dan

    tujuannya. Pada umumnya dan yang banyak disukai ialah klasifikasi berdasarkan:

    a. Fisiognomi

  • b. Habitat

    c. Komposisi dan dominasi spesies

    a. Fisiognomi: Menunjukkan kenampakan umum komunitas tumbuhan. Komunitas tum-

    buhan yang besar dan menempati suatu habitat yang luas diklasifikasikan kedalam

    komponen komunitas sebagai dasar fisiognominya.

    Komponen kmunitas yang menjadi dasar fisiognomi ini ialah yang berada dalam

    bentuk dominan. Sebagai contoh: Komunitas hutan, padang rumput, stepa, tundra

    dan sebagainya.

    b. Habitat: Karena komunitas sering dinamik dengan kekhasan habitat maka habitat ini

    digunakan menjadi dasar pembagian komunitas.

    Pada umumnya dikaitkan dengan kandungan air tanah pada habitat yang

    bersangkutan. Pembagian itu antara lain:

    1. Komunitas lahan basah

    2. Komunitas lahan agak basah

    3. Komunitas lahan mesofit

    4. Komunitas lahan agak kering

    5. Komunitas lahan kering

    c. Komposisi dan dominasi spesies: Disini komunitas tumbuhan yang besar dibagi

    kedalam bagian-bagian yang lebih kecil dengan dasar komposisi dan dominasi

    spesies. Klasifikasi seperti ini memerlukan pengetahuan isi spesies dalam

    komunitas itu frekuensinya, dominasinya dan lamanya spesies itu berada

    (fideling/kesetiaan). Komunitas diberi nama dengan spesies yang dominan atau

    yang memperlihatkan frekuensi tinggi misalnya: Betula-Rhododendron-Magnolia

    assosiasi, Kruing-Kamper-Meranti-Jati.

    Clements mengakui adanya dinamika komunitas alam dan ia mengembangkan

    klasifikasi floristik yang menekankan pada suksesi, dominasi, konstansi diagnose spesies.

    Menurut Clements vegetasi dapat dianalisa kedalam unit klas-klas berikut dalam urutan

    yang turun.

    1. Formasi

  • Menurut Clements unit vegetasi terbesar adalah formasi tumbuhan. Formasi

    tumbuhan merupakan unit vegetasi yang besar di suatu wilayah yang ditunjukkan oleh

    beberapa bentuk pertumbuhan yang dominan, misalnya hutan ditunjukkan dengan pohon-

    pohon. Formasi tumbuhan merupakan hasil makroklimat dan ini dikendalikan dan

    ditentukan batasnya oleh iklim saja. Dengan lain perkataan formasi tumbuhan terjadi

    dalam suatu kesatuan iklim dan alam.

    Whittaker berpendapat bahwa formasi tumbuhan tidak tegas dan nyata bahwa unit

    vegetasi ditentukan hanya oleh iklim, tetapi merupakan pengelompokkan komunitas secara

    abstrak dengan fisiognomi dan saling berhubungan dengan lingkungan.

    2. Assosiasi

    Setiap formasi klimaks, berisikan dua atau lebih pembagian yang lebih kecil yang

    dikatakan sebagai assosiasi yang ditandai oleh lebih dari satu spesies yang dominan dan

    khas. Jadi assosiasi adalah vegetasi regional, dalam formasi ini merupakan klimaks sub

    iklim dalam formasi umum. Setiap assosiasi ekologinya dan komposisi floristik umumnya

    (Weaver dan Clements, 1938). Sekarang konsep assosiasi ini sudah tidak dipakai lagi dan

    menempatkan komunitas kontinum yang populer.

    Vegetasi itu terus menerus (kontinyu) walaupun berbeda dari tempat yang satu ke

    tempat yang lain ia tidak dapat dikategorikan kedalam unit-unit yang memilih tempat.

    Dalam tingkat penggantian (proses penggantian), Whittaker (1951, 1956) mengatakan

    bahwa assosiasi bukan komunitas alam yang nyata (konkrit).

    L.E. Braun juga mengeritik konsep assosiasi dalam simposium yang diadakan oleh

    perhimpunan ekologi Amerika bulan Agustus 1956 yang tujuan utama ialah:

    a. Bahwa komuntas tidak mempunyai batas yang tegas tetapi tumpang tindih antara satu

    dengan yang lain.

    b. Bahwa spesies yang nampak mencirikan komunitas dapat meluas ke komunitas lain

    walaupun mungkin dalam proporsi yang berbeda.

    c. Bahwa dua komunitas tidak pasti sama/sejenis.

    d. Bahwa vegetasi itu kontinyu walaupun berbeda dari tempat yang satu ke yang lain.

    3. Fasiasi (Faciation)

  • Setiap assosiasi pada dasarnya meliputi beberapa spesies dominan yang berisikan 2

    atau lebih sub unit. Setiap fasiasi dapat dihuni oleh dua atau lebih dominan, tetapi jumlah

    total dominan dalam fasiasi akan kurang (lebih kecil) daripada assosiasi. Variasi secara

    lokal dalam assosiasi disebut losiasi (lociation).

    4. Konsosiasi (Consociation)

    Jika hanya terdapat satu dominan dalam klimaks. Konsosiasi merupakan unit

    komunitas yang lebih kecil dengan dominan tunggal dan masih mempunyai bentuk

    pertumbuhan yang mencirikan formasi. Unit vegetasi seperti itu terutama modifikasinya

    oleh kondisi edhapik, misalnya konsosiasi Oak-Beech.

    5. Sosiasi (Societeies)

    Assosiasi dan konsosiasi dapat dianalisis lebih jauh kedalam beberapa komunitas

    kecil (unit) yang di bawah pengaruh langsung variasi habitat lokal komunitas. Ini

    didominasi oleh satu atau dua spesies lain dari dominan pada assosiasi dan konsosiasi. Unit

    yang lebih kecil disebut sosiasi. Dominasi sosiasi merupakan sub dominan yang lebih

    ekonomis. Dengan demikian sosiasi merupakan dominan dalam dominan yang spesies

    dominan itu merupakan sub ordinat. Jika kita menganggap konsosiasi sebagai satu

    kesatuan.

    6. Clans (klans)

    Dalam setiap sosiasi dapat ditemukan dua atau lebih unit klimaks yang terkecil, ini

    yang disebut klans. Setiap klans merupakan agregasi kecil satu individu tetapi sangat lokal

    dan spesies dominan yang tertutup.

    Struktur Komunitas Vegetasi

    Studi mengenai struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan dapat juga disebut

    Fitososiologi.

    Analisisnya disebut analisis vegetasi, yang terdiri atas analisis kualitatif dan

    kuantitatif.

    A. Analisis kualitatif komunitas tumbuhan

  • Struktur kualitatif dan komposisi komunitas dapat dinyatakan berdasarkan

    observasi (pengamatan) visual tanpa sampling khusus atau pengukuran dalam perhitungan

    (menyatakan) karakteristik florestik secara kualitatif (isi spesies) stratifikasi, aspek

    sosiabilitasnya, asosiasi antar spesies, bentuk pertumbuhan dan spektrum biologi dipelajari

    di lapang.

    1. Komposisi floristik/anggota spesies komunitas.

    Studi ini ialah pada spesies dari komunitas yang dianggap penting. Ini dapat

    dilakukan dengan koleksi yang periodik kemudian diidentifikasi dengan waktu sepanjang

    tahun.

    2. Stratifikasi

    Jumlah strata pelapisan dalam komunitas dapat dinyatakan dengan observasi, jika

    secara periodik mengamati tumbuhan untuk sepanjang tahun, penggantian dalam

    kenampakan vegetasi akan terlihat dengan penggantian dalam cuaca. Dengan ini maka

    hubungan spesies dalam beberapa cuaca pada satu tahun dicatat.

    3. Bentuk pertumbuhan

    Sebagian besar kenampakan umum dan pertambahan spesies dalam komunitas

    dikelompokkan kedalam klas bentuk pertumbuhan yang berbeda. Pembagian klasnya

    seperti yang telah dibicarakan pada bab yang lalu. Berdasarkan nilai persentase perbedaan

    klas bentuk pertumbuhan, habitat alami yang nyata dari komunitas dapat diketahui.

    4. Sosiabilitas

    Dalam komunitas tumbuhan, spesies secara individu tidak selamanya tersebar.

    Individu beberapa spesies tumbuhan dengan jarak yang lebar, sedang beberapa yang lain

    terdapat dalam bentuk rumpun atau menutup lahan.

    Beberapa individu spesies jika tumbuhan dalam rumpun akan baik dan mereka cenderung

    mengadakan kompetisi yang hebat sehingga tidak dapat membentuk populasi yang besar.

    Berdasarkan itu maka dapat dikelompokkan dalam klas-klas.

    Klas 1. Pohon tumbuh individual (singly)

    Klas 2. Kelompok tersebar atau ikatan terbuka

  • Klas 3. Menutup tanah dengan anak yang kecil dan terpencar

    Klas 4. Menutup tanah lebih luas lagi

    Klas 5. Seluruh lahan tertutup oleh lapisan vegetasi

    Derajad sosiabilitas yang tinggi terlihat jika tumbuhan itu mempunyai produktivitas

    biji tinggi, daya tumbuh tinggi serta mempunyai daya adaptasi yang besar.

    5. Assosiasi antar spesifik

    Jika vegetasi mempunyai sampai dua spesies yang berbeda atau lebih dekat satu

    sama lain, mereka membentuk sebagai komunitas tipe assosiasi-assosiasi antar spesies ini

    dapat terjadi pada beberapa kemungkinan:

    a. Spesies-spesies dapat hidup dalamlingkungan yang sama

    b. Spesies-spesies mungkin mempunyai distribusi geografi yang sama

    c. Spesies-spesies mempunyai bentuk pertumbuhan yang berlainan (sehingga memperkecil

    kompetisi)

    d. Tumbuhan atau spesies yang lain saling berinteraksi yang menguntungkan salah satu

    atau keduanya, assosiasi ini mudah dilihat di lapang.

    B. Analisis kuantitatif komunitas tumbuhan

    Untuk analisis ada beberapa metode pengambilan sampel, yaitu:

    1. Metode kuadrat (Quadrat methode)

    2. Metode transek (Transeck methode)

    3. Metode loop (Loop methode)

    4. Metode titik (Point less/point methode)

    1. Metode kuadrat

    Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan

    berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m

    2. Bentuk petak

    sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran.

    Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:

    a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.

    b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang

    ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu

    daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.

  • c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag

    tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan

    relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu

    daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis

    tanaman.

    Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon

    pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).

    d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-

    utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak

    tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf

    dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter

    merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu

    luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya.

    Luas Minimum Petak Sampel

    Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil diatasnya sangat bervariasi untuk

    setiap bentuk vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m

    2. Suatu syarat untuk daerah

    pengambilan contoh haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan

    ini dapat dikembalikan kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas

    tumbuhan yang dibentuk oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis

    tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu

    tadi, dengan demikian untuk melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan

    individu-individu atau populasinya dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara

    keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah pengambilan contoh itu representatif bila

    didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari jenis tumbuhan pembentuk komunitas

    tersebut.

    Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas

    tertentu, dan daerah tadi sudah memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara

    keseluruhan. Jadi luas daerah ini disebut luas minimum.

    Cara menentukan luas minimum sebagai berikut:

    - Dibuat petak contoh dengan ukuran misal (0,5 x 0,5) m2 petak 1.

    - Hitung jumlah spesies yang ada pada petak tersebut.

  • - Petak tadi diperluas 2 kali luas petak 1, ini petak ke 2.

    - Dihitung jumlah spesies yang ada (penjumlahan komulatif).

    - Penambahan luas petak dihentikan kalau jumlah spesies tidak bertambah lagi.

    Contoh: Luas (m2) Jumlah spesies

    0,5 x 0,5 9

    0,5 x 1 11

    1 x 1 15

    2 x 1 16

    2 x 2 18

    4 x 2 18

    Dari data tersebut dibuat kurve:

    - Luas petak contoh sebagai absis (sb X)

    - Jumlah spesies sebagai ordinat (sb Y)

    Kemudian dihitung 10% nya luas yang dicapai dan 10% jumlah spesies. Kemudian ditarik

    garis resultansinya dari (dari 10% tadi). Setelah itu ditarik garis singgung pada kurve yang

    sejajar resultante tersebut. Kemudian dari titik singgungnya ditarik garis ke absis yang

    sejajar ordinat. Maka luas minimum petak (plot) dapat diketahui.

    SP 18

    16

    15

    11

    9

    1,8

    0,25 0,4 0,5 1 1,25 2 4

    Gambar 6. Penentuan luas minimum

  • Sumber: Dombius Mueller et al. (1974)

    Maka dari kurve di atas minimum luasnya 1,25 m2.

    Jumlah Minimum Petak Contoh

    Cara sama dengan menentukan luas minimum petak contoh. Luas minimum petak

    contoh yang telah diketahui diletakkan beberapa kali di daerah yang diselidiki pada

    tempat-tempat yang berlainan.

    Tiap kali dihitung juga berapa jumlah spesies yang ada dari petak-petak contoh yang

    dibuat. Buat grafik (kurve) persis seperti pada luas minimum, hanya pada sumbu x bukan

    luas petak tetapi petak ke 1, 2, 3 dan seterusnya.

    Contoh: Petak contoh Jumlah spesies

    1 8

    2 9

    3 11

    4 15

    5 17

    6 17

    SP

    15

    11

    9

    8

    1,7

    0,6 1 2 3 4 5 6 7

    Gambar 7. Penentuan jumlah petak minimum

    Sumber: Dombius Mueller et al. (1974)

    Maka dari kurve di atas jumlahnya petak minimumnya: 5

  • 2. Metode Transek

    Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki.

    Tujuan: untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan.

    Atau: untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada di suatu lahan secara cepat.

    Ada dua macam transek:

    - Belt transect (transek sabuk)

    Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar

    jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya.

    Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di

    bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan,

    transek 10 m yang baik.

    Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya.

    Segment

    Gambar 8. Belt transect

    Sumber: Shukla et al. (1985)

    - Line transect (transek garis)

    Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat

    pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai.

    Garis transek

    Gambar 9. Line transect

    Sumber: Shukla et al. (1985)

  • 3. Metode Loop

    Metode ini digunakan untuk rerumputan dan herba.

    Prosedurnya:

    - Dibuat lingkaran kecil (loop) dengan diameter 2 cm.

    - Tentukan titik secara random, kemudian dari titik itu dibuat jalur sepanjang 33,5 m.

    - Pada setiap 1 meter titik observasi ditandai pada tempat sentimeter yang ke 33, 66 dan

    100. Jadi setiap 1 meter ada 3 titik observasi, dan pada jarak 33 meter ada 99 titik

    observasi.

    - Titik yang 100 terletak pada jarak 33,33 meter.

    - Kemudian disetiap titik observasi (loop) dijatuhkan (diletakkan) dan dicatat spesies yang

    berada di dalam lingkaran.

    33,5 m

    titik ke 100

    1 m

    3

    2

    1

    Gambar 10. Metode loop

    4. Metode Titik (Point Less/Point Methode)

    Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat

    pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu.

    Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa

    tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya

    dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata

    angin (arah kompas).

    Ada dua macam metode titik:

    a. Metode titik dengan kerangka (Point Frame Method)

    Pada setiap titik dicari jenis-jenis yang tertunjuk/terkena tusuk. Alat penujuk adalah

    kawat/paku. Dicatat semua jenis dan jumlah individunya. Beberapa kali frame diletakkan

  • dan beberapa kali jenis dikenai, kemudian dicatat. Method ini digunakan untuk rumput dan

    herba.

    60 cm

    Gambar 11. Point frame method

    b. Metode titik pusat (Point Center/Quarter Method)

    Prosedur:

    - Di tempat yang akan diteliti ditancapkan jarum/paku yang diatasnya dipasang kompas.

    - Daerah itu, dengan titik sebagai pusat dibagi 4 bagian (kuadran).

    - Tumbuhan yang diambil datanya (dianalisis) disetiap kuadran adalah satu pohon

    (sampling) yang terdekat dengan titik pusat. Data yang diambil adalah jarak dari pohon

    ke titik pusat dan diameter pohon pada ketinggian pohon setinggi dada (1,37 m).

    Katagori pohon jika memiliki diameter lebih dari 10 cm dan katagori anakan pohon jika

    mempunyai diameter 2,5 cm sampai 10 cm.

    Q1 1. Jarak pohon/tanaman dengan pusat

    (1) 2. Titik pusat (sample)

    Q2 Q1 pohon/tanaman pada kuadrant I

    Q2 pohon/tanaman pada kuadrant II

    Q3 pohon/tanaman pada kuadrant III

    Q4 (2) Q3 Q4 pohon/tanaman pada kuadrant IV

    R2

    R1 (2)

    R4

    R3

    Gambar 12. Point center/quarter method

    Sumber: Shukla et al. (1985)

  • Dengan metod yang dignakan akan diperoleh struktur komunitas tumbuhan secara

    kuantitatif.

    Ketentuan-ketentuan Dalam Sintesa

    1. Kerapatan (density)

    Kerapatan/density: jumlah individu pada suatu kesatuan luas lahan.

    Kerapatan spesies per luas:

    Kerapatan relatif species :

    2. Frekuensi

    Frekuensi menggambarkan penyebaran jenis tumbuhan di suatu daerah vegetasi,

    disebut pula pola distribusi. Dapat pula untuk menggambarkan kapasitas reproduksi dan

    kemampuan adaptasi.

    Frekuensi:

    Kalau dengan metode transek setiap transek dianggap satu petak contoh.

    Kalau dengan point frame method maka frekuensi:

    Klas: frekuensi.

    Raunkiaer membuat klas-klas frekuensi sebagai berikut:

    A : 1 - 20%

    B : 21 - 40%

    C : 41 - 60%

    D : 61 - 80%

    E : 81 - 100%

  • Hukum frekuensi Raunkier: Spesies dengan frekuensi rendah lebih banyak individunya

    dari pada frekuensi tinggi.

    Dari klas frekuensi di atas jumlah individunya sebagai berikut:

    A > B > C D < E

    Frekuensi relatif spesies:

    3. Kelimpahan (abundance)

    Estimasi jumlah individu spesies yang berbeda persatuan luas jumlah individu

    spesies ditambahkan untuk semua kuadrat.

    Kelimpahan spesies:

    Klas kelimpahan

    Untuk memudahkan di lapangan, penentuan klas kelimpahan dipakai katagori dari

    Braun-Blanquette.

    Klas Kelimpahan

    Rare

    Occasional

    Frequent

    Abundant

    Very abundant

    1 - 4

    5 - 14

    15 - 29

    30 - 90

    100

    Jarang

    Agak jarang

    Agak melimpah

    Melimpah

    Sangat melimpah

    4. Penutupan (cover)

    Penutupan atau kerimbunan akan memberikan gambaran tentang penguasaan suatu

    daerah vegetasi oleh setiap jenis tumbuhan yang ada, yang biasanya dapat dinyatakan oleh

    mahkota tumbuhan atau peneduhan tanah oleh daun, batang, cabang dan bunga, dilihat dari

    atas. Dapat pula dinyatakan dengan diameter batang yang menutup tersebut. Pengukuran

    diameter batang setinggi 1,37 m dari permukaan tanah (untuk pohon). Dari diemeter

    batang dapat dihitung basal area pohon.

  • Basal area per pohon:

    1,37 cm basal area

    untuk pohon

    Gambar 13. Pengukuran basal area untuk pohon dan rumput berdasarkan canopy dan

    diameter batang

    Penutupan juga menggambarkan dominasi (kerimbunan).

    Dominasi relatif:

    5. Total Estimasi

    Hubungan penutupan (4) dan kelimpahan (3) Braun-Blanquette membagi sebagai

    berikut:

    - Spesies dengan individu sedikit, penutupa sangat kecil

    - Spesies dengan individu melimpah tetapi penutupan kecil

    - Jumlah individu banyak, jika kecil dan jumlah individu sedikit, jika besar, penutupan 5%

    - Individu sedikit atau banyak, penutupan 25 - 50%

    - Individu sedikit atau banyak, penutupan 50 - 75%

    - Penutupan 75 - 100%

    6. Indeks asosiasi dan indeks kesamaam komunitas (association index and index of

    similarity)

    Total basal area

    Total pohon

  • Indeks asosiasi: yaitu asosiasi antar spesies.

    Misalnya: di dalam 100 kuadrat (petak), spesies A ada 90 spesies A + B dalam 40 kuadrat.

    Jadi indeks asosiasi (IA) sp A = = 0,44

    Indeks kesamaam: Untuk membandingkan atau membedakan dua grop dua stand, apakah

    termasuk dalam komunitas yang sama atau tidak.

    Indeks kesamaam ini memberikan gambaran derajat kesamaan dari dua stand (grop) tadi.

    Indeks kesamaam ini dihitung berdasarkan rumus:

    I S = Indeks kesamaan

    W = Jumlah dari kuantitas terendah untuk jenis dari masing-masing komunitas

    a = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas pertama

    b = Jumlah dari seluruh kuantitas pada komunitas kedua

    Tabel 1. Dua komunitas (grop) yang dibandingkan

    Komunitas

    Spesies/jenis I II

    Kerapatan

    mutlak

    Kerapatan

    nisbi

    Kerapatan

    mutlak

    Kerapatan

    nisbi

    Imperat Cylindrica

    Sonchus avensis

    Emilia sonchifolia

    Cyperus rotundus

    Cynodon dactylon

    90

    20

    0

    5

    10

    72

    16

    0

    4

    8

    20

    30

    70

    25

    5

    13,33

    20,00

    46,67

    16,67

    3,33

    Jumlah 125 100 150 100,00

    W = 20 + 20 + 0 + 5 + 5 = 50

    a = 125

    b = 150

    I S = x 100% = 36,36% (berdasarkan nilai mutlak kerapatan)

    Berdasarkan nilai nisbinya:

    W = 13,33 + 16 + 0 + 3,33 + 4 = 36,66

    a = 100 b = 00

    c = x 100% = 36,66%

    40

    90

    2 50

    275

    x

    2 36 66

    100 100

    x ,

  • Hal ini berarti dua komunitas terdapat kesamaan sebesar 36,66% atau berbeda (100% -

    36,66%) = 63,34%.

    7. Indeks Nilai Kepentingan = Inportan Value Index = I V I

    Menggambarkan karakter fitososiologi dalam komunitas. Indeks nilai penting

    merupakan gabungan dari frekuensi relatif + dominasi relatif + kerapatan relatif.

    Fitograf spesies pada:

    Frekuensi relatif (RF) : 30%

    Kerapatan relatif (RF) : 60%

    Dominasi relatif (RF) : 40%

    Jadi indeks nilai kepentingannya = 130

    Untuk menyatakan peranan jenis di dalam vegetasinya mempergunakan istilah S D R

    (Summed Dominant Ratio) atau Dominasi Terjumlah.

    Harga S D R ini dicari berdasarkan perhitungan:

    S D R = (RF + RD + RD0) x

    Dalam sintesa, jenis yang mempunyai harga I V I atau S D R yang tinggi merupakan jeis

    yang dominan dan menentukan sifat dari suatu komunitas, dengan metode kuadrat. Ada

    dua jenis tumbuhan yang mempunyai harga I V I atau S D R terbesar misalnya: komunitas

    Imperata - Desmodium.

  • 300 Daerah A: RF

    D Daerah B: RD

    Daerah C: RD0

    - 200 Daerah D: I V I

    - 130

    - 100

    C RD0 A

    100 75 50 40 25 25 50 75 RF

    - 25

    - 50

    - 60

    - 75

    B RD

    100

    Gambar 14. Fitograf spesies

    Sumber: Shukla et al. (1985)

    8. Kesetiaan (Fidelity)

    Kesetiaan adalah kesetiaan suatu spesies terhadap komunitasnya/habitatnya.

    Braun - Blanquette membagi dalam lima klas:

    Klas 1 : Exclusive (eksklusif): Hanya terdapat pada satu komunitas.

  • Klas 2 : Selective (selektif): Biasanya hanya di satu komunitas, tetapi kadang-kadang di

    ko-munitas lain.

    Klas 3 : Preferential (preferwnsial): Terdapat di semua jenis komunitas.

    Klas 4 : Indifferent (indiferen): Terdapat di semua jenis komunitas.

    Klas 5 : Strange (asing): Jarang dan hanya kadang-kadang terdapat di suatu komunitas.

    Rangkuman

    1. Komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang saling berhubungan baik antara

    mereka maupun lingkungannya.

    2. Di dalam kehidupan bersama antara spesies terjadi bermacam-macam interaksi seperti:

    mutualisme, eksploitasi, parasit, komensalisme, dan kompetisi.

    3. Yang dimaksud dengan struktur komunitas adalah bentuk dari komunitas dilihat dari

    stratifikasinya (lapisan dari atas kebawah) secara horisontal bentuk pertumbuhannya

    (Phanerophytes, Chamaephytes, Hemicryptophytes, Cryptophytes dan Therophytes),

    sosiasilitasnya, assosiasinya antar spesifik serta kerapatan dan biomas (analisis

    kuantitatif) sedang komposisi komunitas adalah anggota spesies komunitas.

    4. Ecotone adalah suatu zona (daerah) peralihan (transisi) atau pertemuan antara dua

    komunitas yang berbeda dan menunjukkan sifat yang khas.

    5. Dinamika komunitas (evolusi komunitas), evolusi yang terjadi pada komunitas

    tumbuhan di suatu tanah yang kosong (bero) terjadi dalam waktu lama dan bertahap

    dimana setiap tahap dicirikan oleh himpunan utama suatu populasi tumbuhan dan

    dominasi. Pada umumnya evolusi komunitas vegetasi melalui tahap-tahap sebagai:

    nudasi, migran eksesis, agregasi, evolusi interaksi komunitas, invasi, reaksi, stabilisasi

    dan klimaks.

    6. Klasifikasi komunitas

    Pada umumnya komunitas vegetasi diklasifikasikan berdasarkan fisiognomi, habitat

    dankomposisi dan dominasi spesies. Menurut Clements, vegetasi dapat dianalisa

    kedalam unit klas-klas sebagai berikut dalam urutan yang menurun: formasi, assosiasi,

    fasiasi, konsosiasi dan klans.

    7. Studi struktur dan klasifikasi komunitas tumbuhan (vegetasi) disebut juga fitososiologi

    analisis vegetasinya disebut analisis vegetasi yang dapat secara kualitatif dan kuantitatif.