analisa vegetasi elya

22
ANALISA VEGETASI METODE KUARTER TITIK PUSAT ELYA AGUSTINA (1210702021) Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung ABSTRAK Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh- tumbuhan. Pada praktikum kali ini menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik pusat. Praktikum ini dilaksanakan di Arboretum Universitas Padjadjaran Bandung, dimana tumbuhan yang dijumpai memiliki pohon, terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama tumbuhan langka Jawa Barat. Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya kerapatan (individu/m 2 ), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP). Hasil tabulasi data menunjukan bahwa tumbuhan yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi

Upload: elya-agustina

Post on 10-Dec-2014

127 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa Vegetasi Elya

ANALISA VEGETASI

METODE KUARTER TITIK PUSAT

ELYA AGUSTINA (1210702021)

Program Studi Biologi

Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

ABSTRAK

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Pada praktikum kali ini menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik pusat. Praktikum ini dilaksanakan di Arboretum Universitas Padjadjaran Bandung, dimana tumbuhan yang dijumpai memiliki pohon, terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama tumbuhan langka Jawa Barat. Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya kerapatan (individu/m2), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP). Hasil tabulasi data menunjukan bahwa tumbuhan yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret  (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. Sedangkan INP terendah didapat sebesar 12,3 % yaitu pada pohon bintaro dan jambu air.

Kata Kunci : analisis vegetasi, arboretum, metode kuartener titik pusat, INP (Indeks Nilai

Penting).

Page 2: Analisa Vegetasi Elya

PENDAHULUAN

Arboretum Unpad merupakan salah satu institusi internal yang turut

mendukung proses belajar mengajar di kawasan kampus Unpad sesuai dengan

pola ilmiah pokok Universitas Padjadjaran, yaitu Bina Mulia Hukum dan

Lingkungan Hidup Dalam Pembangunan Nasional. Arboretum seluas 12,5 ha,

terbagi ke dalam beberapa zona, diantaranya zona tanaman obat, tanaman langka,

tanaman jati diri, tanaman bahan bangunan daan zona budidaya. Arboretum

Universitas Padjadjaran (UNPAD) tidak hanya menanam pohon tetapi juga terna,

semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair

(aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan, terutama

tumbuhan langka Jawa Barat (MIPA UNPAD, 2010). Maka untuk mengetahui

keragaman tumbuhan serta jenis tumbuhan yang mendominasi pada arboretum

tersebut dilakukan analisis vegetasi. Sehingga dapat dilihat korelasi tumbuhan

terhadap kawasan kampus Unpad.

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau

komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-

tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan

penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis,

diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun

komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi

kuantitatif tentang struktur dan komposisi duatu komunitas tumbuhan.

Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan

langsung. Dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta

identifikasi vegetasi yang ada. Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan

memberikan dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih

luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan

pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan

sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain.

Meskipun secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak

positif, tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi

Page 3: Analisa Vegetasi Elya

vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan

mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi

tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam

suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau

areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang

keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan

vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan

(Greig-Smith, 1983).

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk

menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu

vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat

berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang

pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada

(Syafei, 1990).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,

serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua

komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas

tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat

tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan

komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem

lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami

pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi

berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena

pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).

Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika

digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa

plot dan metode kwarter (Syafei, 1990). Akan tetapi dalam praktikum kali ini

hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuarter titik

pusat.

Page 4: Analisa Vegetasi Elya

Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan

terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan

sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan

demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan

dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas

(Michael, 1994).

Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh

garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu

tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan

garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei,

1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan

pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar dapat memahami dan

mempraktekan metode kuarter titik pusat dengan baik di lapangan, serta

mendapatkan Nilai Indeks Penting (INP) dari setiap jenis tumbuhan yang

ditemukan.

METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum analisis vegetasi dengan metode kuarter titik pusat dilakukan pada hari

Selasa tanggal 24 April 2012 pada pukul 07.30 sampai 11.00 WIB di Arboretum

Universitas Padjadjaran Bandung.

Metode Umum

Metode yang digunakan yaitu metode kuarter titik pusat (point center of quarter

method): analisa vegetasi tumbuhan dengan mengukur diameter batang pohon

yang terdekat dengan titik pusat pengamatan.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan pada praktikum ini adalah teknik survey yaitu dengan

mencari lokasi yang mewakili komposisi tumbuhan yang ada di suatu daerah,

sedangkan pengumpulan data digunakan metode kuarter. Seperti metode kuadran

Page 5: Analisa Vegetasi Elya

titik pusat, dibuat dulu garis kompas. Pada titik pengamatan (pengukuran) dibuat

garis-garis kuadran. Dari tiap kuadran didaftarkan dan diukur satu pohon yang

terdekat dengan titik pengukuran dan diukur jaraknya masing-masing ke titik

pengukuran.

Alat dan Bahan

Alat bahan yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1) patok, berfungsi untuk

menandai daerah pengamatan. 2) tali rapia, berfungsi untuk membatasi garis

transek. 3) kompas, berfungsi untuk menentukan arah garis transek. 4) meteran,

berfungsi untuk mengukur leber plot, panjang garis transek dan mengukur keliling

batang pohon. 5) alat tulis, berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.

Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Ditentukan terlebih dahulu daerah yang akan dijadikan objek pengamatan, lalu

dibidik arah tertentu dengan menggunakan kompas untuk membuat transek. Garis

transek dibuat sepanjang 100 meter untuk setiap kelompok kemudian ditentukan

titik pusat pengamatan (garis bayangan) tiap 20 meter. Kemudian ditentukan

pohon yang terdekat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan Arboretum Unpad

diketahui jarak yang telah ditentukan yaitu 100 m, dengan metode yang digunakan

yaitu metode kuarter titik pusat. Dimana metode ini terdapat 5 plot dan pada

masng-masing plot dibuat 4 kuadrat. Tumbuhan yang ada pada kuadrat tersebut

diidentifikasi serta diukur antara jarak dan diameter pohon. Pengambilan data

tumbuhan harus memenuhi ketentuan, apakah tumbuhan tersebut termasuk pohon,

pancang, tiang, atau semai. Akan tetapi pada praktikum dengan metode kuadrat

titik pusat ini difokuskan pengukuran terhadap katagori pohon dan tiang. Untuk

pohon dicirikan memiliki diameter batang lebih dari 20 cm, sedangkan tiang

memiliki diameter antara 10 – 19 cm.

Dalam melakukan analisis data tumbuhan, tumbuhan yang akan

diformulasikan ke dalam data adalah tumbuhan yang mendekati titik garis pusat.

Page 6: Analisa Vegetasi Elya

Jenis tumbuhan yang terdapat pada kuadrat dilakukan pengukuran meliputi jarak

tumbuhan terhadap garis dan diameter tumbuhan di atas dada. Kemudian hasil

data tersebut ditabulasikan ke dalam tabel untuk diketahui nilai kerapatan,

dominansi dan frekuensi. Dari data tersebut dapat diperoleh INP, INP ini

digunakan untuk menetapkan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau

dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis

dalam komunitas. Menurut Muller (1974), Indeks Nilai Penting dihitung

berdasarkan penjumlahan nilai kerapatan Relatif (KR), Dominansi Relatif (DR),

dan Frekuensi Relatif (FR).

FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi

jumlah total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua

jenis pohon. KM adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur,

sedangkan Ktotal adalah jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM

merupakan luas basal area suatu jenis dibagi luas total petak ukur. Menurut

Kusmana (1997), basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah

yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur

diameter batang. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif

tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Kerapatan dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah

individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir

atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat,

kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat (Soerianegara,

dkk, 1982). Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas

terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola

penyebaran suatu jenis, apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok. Hal

ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. 

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran

jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai

indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi

secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah.

Dari hasil data ditemukan 20 pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya

kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo walanda, kinari, dan jambu air. Data yang

Page 7: Analisa Vegetasi Elya

telah diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan kemudian diolah dengan

menggunakan formulasi metode kuarter titik pusat untuk menghitung besarnya

kerapatan (individu/m2), dominansi dan frekuensi, serta indeks nilai penting (INP)

dari masing-masing jenis pohon sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Perhitungan Pohon Pada Tiap Kuadrat

Titik pusat

KuadratNama pohon

Jarak titik pusat ke pohon

(m)

Diameter pohon (cm)

Jari-jari pohon (cm)

Basal area (m2)

I

I Kiacret 7,4 53 26,5 0,22II Kiacret 9,12 27 13,5 0,05III Kiacret 5,3 20 10 0,03IV Bihbul 1,9 18 9 0,02

II

I Waru 6,45 65 32,5 0,03II Kiacret 4,65 75 37,5 0,04III Waru 9,15 28 14 0,06IV Waru 2,7 15 7,5 0,017

III

I Kiacret 5,95 75 37,5 0,44II Bintaro 6 21 10,5 0,03

IIISawo

walanda4,17 20 10 0,03

IV Kenari 4,75 22,5 11,25 0,03

IV

I Kenari 2,34 24 12 0,04II Bihbul 1,96 25,2 12,6 0,05

IIISawo

walanda6,15 18,5 9,25 0,026

IV Kenari 4,55 22,3 11,25 0,04

V

I Kiacret 6,89 37 18,5 0,1

IIJambu

air 1,71 21 10,5 0,03III Bihbul 2 24 12 0,045IV Kenari 10,6 22 11 0,03

Rata-rata 5,187 31,675 15,8425 0,0679

Tabel 2. Jumlah pohon tiap jenis dan rata-rata basal area

No Jenis pohonJumlah pohon

(buah)Rata-rata basal

area (m2)1 Kiacret 6 0,88/6 = 0,14

Page 8: Analisa Vegetasi Elya

2 Bihbul 3 0,11/3 = 0,033 Waru 3 0,107/3 = 0,034 Bintaro 1 0,03/1 = 0,035 Sawo walanda 2 0,05/2 = 0,026 Kenari 4 0,14/4 = 0,037 Jambu air 1 0,03/1 = 0,03

Perhitungan :

Jarak rata-rata pohon = d 1+d2+d 3+…dn

jumlah po h on

= 103,7 m

20 = 5,187 m

Kerapatan seluruh jenis = luas area

( jarak po h on rata−rata)2

= 100 m

(5,187 m)2 = 3,717 m

Kerapatan mutlak (Km) = ∑ po hon suatu jenis

∑ po h on semua j enis× kerapatan seluru h jenis

1. Kiacret = 6

20×3,717 m2=¿ 1,115 ind/ m2

2. Bihbul = 3

20×3,717 m2=0,55 ind/ m2

3. Waru = 3

20×3,717 m2=0,55 ind/ m2

4. Bintaro =1

20×3,717 m2=0,18 ind/ m2

5. Sawo walanda ¿2

20×3,717 m2=0,37 ind/ m2

6. Kenari = 4

20×3,717 m2=0,74 ind/ m2

7. Jambu air = 1

20×3,717 m2=0,18 ind/ m2

Kerapatan relatif (Kr) = Km suatu jenis

∑ Kmsemua jenis× 100 %

1. Kiacret = 1,115 ind /m2

3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 30,16 %

Page 9: Analisa Vegetasi Elya

2. Bihbul = 0,55 ind /m2

3,68ind /m2 ×100 %=¿ 14,94 %

3. Waru = 0,55 ind /m2

3,68ind /m2 ×100 %=¿ 14,94 %

4. Bintaro = 0,18 ind /m2

3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 4,89 %

5. Sawo walanda = 0,37 ind /m2

3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 10,05 %

6. Kenari = 0,74 ind /m2

3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 20,1 %

7. Jambu air = 0,18 ind /m2

3,68 ind /m2 ×100 %=¿ 4,89 %

Dominansi mutlak (Dm) = rata−ratabasal area × Km

1. Kiacret = 0,14 m2 x 1,115 ind/m2 = 0,15 ind/m2

2. Bihbul = 0,03 m2x 0,55 ind/m2= 0,01 ind/m2

3. Waru = 0,03 m2x 0,55 ind/m2 = 0,01 ind/m2

4. Bintaro = 0,03 m2x 0,18 ind/m2 = 0,005 ind/m2

5. Sawo walanda = 0,03 m2x 0,55 ind/m2 = 0,007 ind/m2

6. Kenari = 0,03 m2x 0,74 ind/m2 = 0,02 ind/m2

7. Jambu air = 0,03 m2 x 0,18 ind/m2= 0,005 ind/m2

Dominansi relatif (Dr) = Dm suatu jenis

∑ Dmsemua jenis×100 %

1. Kiacret = 0,15 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 72,46 %

2. Bihbul = 0,01 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 4,83 %

3. Waru = 0,01 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 4,83 %

4. Bintaro = 0,005 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿2,41 %

5. Sawo walanda = 0,007 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 3,38 %

Page 10: Analisa Vegetasi Elya

6. Kenari = 0,02 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 9,66 %

7. Jambu air = 0,005 ind /m2

0,207 ind /m2 ×100 %=¿ 2,41 %

Frekuensi mutlak (Fm) = jumla hditemukannya suatu jenis pad a kuadrat

jumlah seluru h kuadrat

1. Kiacret = 6

20= 0,3 ind

2. Bihbul = 3

20= 0,15 ind

3. Waru = 3

20= 0,15 ind

4. Bintaro =1

20= 0,05 ind

5. Sawo walanda ¿ 220

= 0,1 ind

6. Kenari = 4

20= 0,2 ind

7. Jambu air = 1

20= 0,05 ind

Frekuensi relatif (Fr) = Fm suatu jenis

∑ Fmsemua jenis× 100 %

1. Kiacret = 0,31

× 100 %=¿ 30%

2. Bihbul = 0,15

1× 100 %=¿ 15%

3. Waru = 0,15

1× 100 %=¿ 15%

4. Bintaro = 0,05

1× 100 %=¿ 5%

5. Sawo walanda = 0,11

×100 %=¿ 10%

6. Kenari = 0,21

×100 %=¿ 20%

7. Jambu air = 0,05

1× 100 %=¿ 5%

Page 11: Analisa Vegetasi Elya

INP (Index Nilai Penting) = Kr + Dr + Fr

1. Kiacret = 30,16 % + 72,46 % + 30 % = 132,62 %

2. Bihbul = 14,94 % + 4,83 % + 15 % = 34,77 %

3. Pohon Waru = 14,94 % + 4,83 % + 15 % = 34,77 %

4. Bintaro = 4,89 % + 2,41 % + 5 % = 12,3 %

5. Sawowalanda = 10,05 % + 3,38 % + 10 % = 23,43 %

6. Pohon Kenari = 20,1 % + 9,66 % + 20 % = 49,76 %

7. Pohon Jambu air = 4,89 % + 2,41 % + 5 % = 132,62 %

Tabel 3. Hasil perhitungan analis kualitatif vegetasi pohon di arboretum

NoNama Pohon

KmKr (%)

DmDr (%)

FmFr

(%)INP (%)

1 Kiacret 1,115 30,16 0,15 72,46 0,3 30 132,622 Kinari 0,74 20,1 0,02 9,66 0,2 20 49,763 Bihbul 0,55 14,94 0,01 4,83 0,15 15 34,774 Waru 0,55 14,94 0,01 4,83 0,15 15 34,77

5Sawo

walanda0,37 10,05 0,007 3,38 0,1 10 23,43

6 Bintaro 0,18 4,89 0,005 2,41 0,05 5 12,37 Jambu

air0,18 4,89 0,005 2,41 0,05 5 12,3

Berdasarkan data diatas kita dapat melihat hasil tabulasi data tumbuhan

yang mendominasi pada kawasan arboretum yaitu kiacret  (Spathodea campulata)

dengan nilai INP tertinggi 132,64%. Nilai KR terbesar yaitu pada kiacret

diperoleh dengan nilai 30,16%, nilai ini menunjukkan bahwa kiacret (Spathodea

campulata) memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies

yang lainnya. Sedangkan nilai DR yang diperoleh sebesar 72,46% %. Nilai ini

menunjukkan penutupan tajuknya besar. Begitu juga pada nilai FR, Kiacret

(Spathodea campulata) memiliki FR tertinggi yaitu sebesar 30%, nilai ini

menunjukkan bahwa kiacret (Spathodea campulata) memiliki kehadiran yang

tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya dimana kiacret di

temukan di titik kuarter 1, 2, 3 dan 5.

Page 12: Analisa Vegetasi Elya

Dominansi vegetasi tertinggi selanjutnya terlihat pada pohon kinari, akan

tetapi nilai INP kinari ini sangat jauh jika dibandingkan dengan INP kiacret begitu

juga pada tumbuhan lainnya. INP yang diperoleh kinari sebesar 49,76 %, hasil

data INP ini diperoleh dengan penjumlahan KR, DR, dan FR. Pada pohon bihbul

dan pohon waru memiliki KR, DR, dan FR yang sama atau sebanding sehingga

INP-nya pun sama yaitu sebesar 34,77%. Pada hasil pengukuran dan perhitungan

pohon sawo walanda diperoleh INP 23,43%. Sawo walanda ditemukan pada 2

plot yaitu pada kuadran 3 dan 4. Sedangkan INP terendah ada pada pohon bintaro

dan jambu air sebesar 12,3 %. Nilai ini menunjukan bahwa pohon bintaro dan

jambu air sedikit ditemukan pada kuadrat. Dari tabel 1. dapat dilihat bahwa pohon

bintaro dan jambu air ditemukan hanya 1 pohon saja dari setiap kuadrat yang

dipelajari.

Dari hasil analisis vegetasi tumbuhan yang ada di kawasan arboretum

Unpad dapat diperoleh informasi kuntitatif tentang struktur dan komposisi

komunitas tumbuhan. Kiacret memiliki nilai keberadaan yang paling tinggi

menunjukan bahwa kiacret mampu hidup pada kondisi lingkungan tersebut.

Menurut Michael (1994), keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai

jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara

jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat

dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting.

Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena

keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil.

Selain itu, vegetasi tanah dan iklim sangat berhubungan erat dan pada tiap-

tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat

akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor

lingkungannya. Vegetasi arboretum yang merupakan suatu kawasan yang

dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya.

Jika ditinjau berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi

dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu: 1) pendugaan komposisi vegetasi dalam

suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau

areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2) menduga tentang

keragaman jenis dalam suatu areal. 3) melakukan korelasi antara perbedaan

Page 13: Analisa Vegetasi Elya

vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan

(Greig-Smith, 1983).

Akan tetapi pada pengamatan yang telah dilakukan di kawasan arboretum.

Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau

buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam

arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman

pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan

diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi

tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi

antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam

memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah.

Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka

daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah.

Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas

yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan

bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah,

dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq, et al, 1988).

KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh data tumbuhan di

kawasan Arboretum dengan panjang kuadrat titik pusat 100m, ditemukan 20

pohon dengan 7 jenis pohon diantaranya kiacret, bihbul, waru, bintaro, sawo

walanda, kinari, dan jambu air. tumbuhan mendominasi pada kawasan arboretum

yaitu kiacret  (Spathodea campulata) dengan nilai INP tertinggi 132,64%. INP

yang diperoleh kinari sebesar 49,76 %, pohon bihbul dan pohon waru memiliki

KR, DR, dan FR yang sama atau sebanding sehingga INP-nya pun sama yaitu

sebesar 34,77%. Pada hasil pengukuran dan perhitungan pohon sawo walanda

diperoleh INP 23,43%. Sedangkan INP terendah ada pada pohon bintaro dan

jambu air sebesar 12,3 %. INP ini digunakan untuk menetapkan dominansi suatu

jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan

Page 14: Analisa Vegetasi Elya

kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Dominansi keberadaan

tumbuhan tersebut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.

Oxford: Blackwell Scientific Publications

Kusman, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: penerbit Institut Teknologi

Bandung

Ludwig, J. A and J.F. Reynolds, 1988. Statistical ecology, primer on methods and

computing. John Willey & Sons. Singapore, 338 p.

Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.

MIPA UNPAD, 2010. Sekilas Arboretum

< http://www.biologi.unpad.ac.id/?p=68> [Diakses Pada 11 Mei 2012]

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi

Tumbuhan. Malang: JICA.

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi

Tumbuhan. Malang: JICA.

Setiadi, D. 1984. Inventarisasi Vegetasi Tumbuhan Bawah dalam Hubungannya

dengan Pendugaan Sifat Habitat Bonita Tanah di Daerah Hutan Jati

Cikampek, KPH Purwakarta, Jawa Barat. Jurnal Ekologi. Bogor: Bagian

Ekologi, Departemen Botani, Fakultas Pertanian IPB.

Soerianegara, Ishamet dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:

Laboratorium Ekologi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor .

Surasana, Eden. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB\