laporan psikiatri skenario 1
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
1/21
LAPORAN TUTORIAL BLOK PSIKIATRI
SKENARIO 1TETANGGA SAYA BERPERILAKU ANEH
KELOMPOK B15
MUHAMMAD HILMY L G0012136
ROSI DWI MULYONO G0012194
PURNOMO ANDIMAS E G0012166
ARIYADI BUDI SETYOAJI G0012028
FARIS BUDIYANTO G0012074
RISNA ANNISA M G0012188
ITSNA ULIN NUHA G0012098
DENALIA AURIKA G0012054
RADEN RORO ANINDYA P G0012170
KHILYAT ULIN NUR Z. G0012108
EMILLYA SARI G0012070
SHINTA RETNO W. G0012210
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
2/21
A. Latar Belakang
TETANGGA SAYA BERPERILAKU ANEH
Sejak kurang lebih 2 minggu ini tetangga saya, seorang laki-laki
berusia 24 tahun berperilaku aneh dan tidak seperti biasanya, yaitu sering
bicara sendiri, tidak mau mandi, dan mondar-mandir ke luar-masuk rumah.
Hal ini terjadi setelah dia dikeluarkan dari tempat kerjanya di Jakarta,
sehingga saya menduga dia sedang mengalami stress yang berat. Saat pulang
ke rumahnya dari Jakarta, dia tampak bingung dengan pakaian kusut dan
kumal seprti tidak pernah dicuci.
Setelah 1 pekan di rumah dan tidak tampak perbaiakan walaupun
sudah diobati oleh beberapa paranormal, akhirnya dia dibawa ke rumah sakit
jiwa. Dokter jaga di RSJ mengatakan bahwa pada pasien didapatkan waham,
halusinasi, dan depersonalisasi sehingga berperilaku aneh.
Dokter jaga mengatakan bahwa pasien harus dirawat di rumah sakit
selama beberapa hari untuk penanganan yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep sehat dan sakit secara kejiwaan?
2. Bagaimana ciri-ciri sehat mental?
3. Apa saja gejala-gejala gangguan jiwa?
4. Apa saja pemeriksaan klinis penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien?
5. Bagaimana pengelolaan kesehatan mental dan pasien gangguan jiwa?
6. Apa saja tindakan, preventif, promotif, dan rehabilitatif gangguan jiwa
dengan mempertimbangkan faktor pencetus?
7. Apa saja komplikasi gangguan jiwa serta pencegahan dan
penatalaksanaan?
C. Tujuan Pembelajaran
Dalam tutorial skenario 1 diharapkan mahasiswa mampu untuk:
1. Menjelaskan konsep sehat dan sakit secara kejiwaan
2. Menjelaskan ciri-ciri sehat mental
3. Mengenali gejala-gejala gangguan jiwa
4. Mengusulkan pemeriksaan klinis penunjang sesuai dengan kebutuhan pasien
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
3/21
5. Melakukan pengelolaan kesehatan mental dan pasien gangguan jiwa
6. Merancang tindakan, preventif, promotif, dan rehabilitatif gangguan jiwa
dengan mempertimbangkan faktor pencetus
7. Menjelaskan komplikasi gangguan jiwa serta pencegahan dan
penatalaksanaan
D. Hipotesis
Dari gejala-gejala yang disebutkan di skenario, kemungkinan pasien
mengalami gangguan jiwa yang dipicu oleh stresor berupa dikeluarkan dari
tempat kerja
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
4/21
BAB II
PEMBAHASAN
JUMP 1 : Klarifikasi Istilah
1. Waham: kelainan jiwa dengan keyakinan yang salah dan dipertahankan
dengan kokoh walaupun bertentangan dengan yang sebenarnya
2. Depersonalisasi: perasaan subjektif yang tidak menyenangkan seperti tidak
dapat merasakan emosi
3. Halusinasi: pengalaman indera tanpa adanya rangsang sensorik dari luar.
4. Stres: kondisi tidak dapat menyesuaikan keadaan dengan kenyataan pada
dirinya. Dipengaruhi oleh faktor psikis, sosbud dan fisik biologic.
5. Paranormal: orang yang dipercaya memiliki indera ke enam atau memiliki
kekuatan supranatural
6. Perilaku aneh: perilaku tidak sesuaidengan keadaan yang tentukan oleh
lingkungan sekitar
JUMP 2 : Menentukan Masalah
1. Mengapa pasien berperilaku aneh pada kasus dalam skenario tersebut?
2. Adakah hubungan antara stress berat dengan perilku aneh yang dialami
pasien?
3. Mengapa pasien dibawa ke paranormal terlebih dahulu selanjutnya baru di
bawa ke Rumah Sakit Jiwa?
4. Mengapa pasien harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa?
5. Bagaimana pasien bisa mengalami waham, halusinasi, dan
depersonalisasi?
6. Bagaimana penanganan pada pasien tersebut?7. Apa saja macam-macam waham, halusiasi dan depersonalisasi?
8. Apa saja faktor prediposisi waham, halusinasi dan depersonalisasi?
9. Diagnosis Banding dalam kasus?
10. Prognosis dan komplikasi?
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
5/21
JUMP 3 : Menganalisis Permasalahan dan membuat penyataan sementara
mengenai permasalahan
MACAM-MACAM WAHAM :
1. Waham tersistematisasi : keyakinan palsu yang digabungkan oleh suatu
tema/peristiwa tunggal. Misalnya, pasien dimata matai oleh agen rahasia,
mafia atau bos.
2. Waham yang sejalan dengan mood : waham yang isinya sesuai dengan
mood. Misalnya,seorang pasien depresi percaya bahwa ia
bertanggungjawab untuk penghancuran dunia
3. Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi yang tidak
mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood netral.
Misalnya,pasien depresi mempunyai waham control/siar pikiran
4. Waham nihilistik : persaan palsu bahwa dirinya,orang lain dan dunia
adalah tidak ada dan berakhir.
5. Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau
akan terampas semua harta miliknya
6. Waham somatik : keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuh pasien.
Misalnya,keyakinan bahwa otak pasien berakar atau mencair
7. Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham
referensi,kontrol dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid kecurigaan
lebih kecil dari bagian waham) :
a. Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa paseien sedang
diganggu,ditipu dan disiksa. Sering ditemukan pada pasien yang
senag menuntut yang mempunyai kecendurungan patologis untuk
mengambil tindaka hukum karena panganiyaan yang dibayangkan
b. Waham kebesaran : gambaran kepentingan,kekuatan,atau
identitas sesorang yang berlebihan
c. Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain
ditujukan kepada dirinya,bahwa peristiwa,benda benda,atau orang
lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya.
Umumnya dalam bentuk negatif,diturunkan dari ide referensi (
dimana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakn
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
6/21
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
7/21
Faktor Biologis
6. Keturunan (genetik)
7. Cacat lahir
8. Teori biokimia
Faktor Psikososial
9. Keluarga : kekacauan keluarga
10. Interpersonal
11. Psikodinamik : ego yang lemah menyebabkan peningkatan kecemasan.
HUBUNGAN STRESS BERAT DENGAN KELUHAN
Ada beberapa tipe stres, Hebb (dalam Sarafino, 1997) mempergunakan
istilah yang dapat membedakan tipe stres, yaitu :
a) Distress
Merupakan stres yang berbahaya dan merusak keseimbangan fisik,
psikis atau sosial individu ,
b) Eustress
Merupakan stres yang menguntungkan dan konstruktif bagi
kesejahteraan individu. Anthonovsky (dalam Sherridan dan
Radhmacher,1992) menambahkan bahwa stres juga dapat bersifat netral yaitu
tidak memberikan efek buruk maupun baik. Ini terjadi bila intensitas atau
durasi stresor sangat kecil atau kemampuan adaptasi individu sangat baik
sehingga stresor dapat dikendalikan.
Berdasarkan gejalanya, stress dibagi menjadi tiga tingkat yaitu :
a.Stress Ringan
Stres ringan adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur,
seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu-lintas, kritikan dari atasan. Situasi
seperti ini biasanya berlangsung beberapa menit atau jam. Stresor ringan
biasanya tidak disertai timbulnya gejala. Ciri-cirinya yaitu semangat
meningkat, penglihatan tajam, energi meningkat namun cadangan energinya
menurun, menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
8/21
sebab, kadang-kadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otot,
perasaan tdk santai.
b. Stress Sedang
Berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa hari.
Situasi perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan ; anak yang sakit;
atau ketidakhadiran yang lama dari anggota keluarga merupakan penyebab
stres sedang. Ciri-cirinya yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa tegang,
perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.
c. Stress Berat (Distress)
Adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa bulan, seperti perselisihan perkawinan terus menerus; kesulitan
finansial yang berkepanjangan; berpisah dengan keluarga; berpindah tempat
tinggal; mempunyai penyakit kronis dan termasuk perubahan fisik, psikologis,
sosial pada usia lanjut. Makin sering dan makin lama situasi stres, makin
tinggi resiko kesehatan yang ditimbulkan. Stress berat ada yang berdampak
positif dan juga negatif, dampak stress positif seperti contohnya keinginan
untuk tampil bagus yang disebut dengan positive fight of light . Sedangkan
yang berdampak negatif contohnya disebabkan karena adanya tekanan
perkejaan efeknya berupa perubahan yang tiba-tiba. Pada stress berat, fight of
light mengaktifkan HPA Axis kemudian melepaskan kortisol secara
berlebihan yang menyebabkan toksik pada hipocampus. Akibat hipocampus
yang toksik, terjadi penurunan kulaitas memori dan penurunan neurogoenesis
otak dan penurunan kemampuan belajar. Peningkatan hormol kortisol
menyebabkan peningkatan detak jantung. Stres yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kemampuan untuk meyelesaikan tugas perkembangan.
Ciri-cirinya yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial, sulit
tidur, negativistik, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan
meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan sistem
meningkat, perasaan takut meningkat. Pada pasien dalam kasus skenario
terjadi gangguan melakukan pekerjaan sederhana yaitu tidak mau mandi.
Terjadi juga gangguan perilaku seperti mondar mandir yang tidak jelas. Jadi
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
9/21
dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami stress berat dan kemudian
menjadi berperilaku aneh seperti yang ditunjukan dalam skenario.
ALASAN PASIEN HARUS DIRAWAT DI RSJ
Gangguan Psikopatologis dibedakan menjadi 3 macam yaitu gangguan
psikiatri, gangguan neurologi dan gangguan psikoneurolisis. Pasien harus
dirawat di RS karena sudah masuk daam tahap gangguan psikiatri bagian
psikosis. Dan pada tahap psikosis, terdapat resiko sosial yang membahayakan
dirinya sendiri sekaligus membahayakan orang lain.
Ganggun psikiatri :
GANGGUAN PSIKOSIS NEUROSIS
Perilaku umum Seluruh aspek, tidak bsa
berkontak dengan realita
Sebagian kepribadian
kontak dengan realita
Gejala - Afek luas
- Ada waham
- Emosi dangkal
- Terjadi terus
menerus
- Somatik dan
bervariasi
- Emosi ringan
Orientasi Disorientasi tempat, waktu
dan orang
Jarang terjadi disorientasi
Pemahaman Tidak merasa dirinya sakit Sadar dia mengalami
gangguan jiwa
Resiko Sosial Membahayakan diri
sendiri dan orang lain
Jarang atau tiak bahaya
Penyembuhan Harus dirawat di Rumah
Sakit Jiwa dan sulit
kemblai ke normal
Tidak harus di rawat di RS
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
10/21
JUMP 4 : Menginventarisasikan permasalahan-permasalahan secara sistematis
dan pernyataan sementara mengenai permasalahan-permasalahan pada langkah
3.
JUMP 5 : Merumuskan tujuan pembelajaran
1. Bagaimana pasien bisa mengalami waham, halusinasi, dan
depersonalisasi?
2. Bagaimana penanganan pada pasien tersebut?
3. Apa saja macam-macam halusiasi dan depersonalisasi?
4. Apa saja faktor prediposisi halusinasi dan depersonalisasi?
5. Diagnosis Banding dalam kasus?
6. Prognosis dan komplikasi?
JUMP 6 : Mengumpulkan informasi baru (Belajar mandiri di rumah )
JUMP 7 : Melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang
diperoleh
Laki-laki 24tahun
keluar darikerja
distress dan faktorprediposisi
Keluhan berupa :bingung, pakaian kusut
dan kumal, seringbicara sendiri, tidakmau mandi, mondar-
mandir.
Pemeriksaan Psikiatri :1. Waham
2. Halusinasi3. Depersonalisasi
Diagnosis Banding
PemeriksaanLanjutan
Penanganan
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
11/21
PATOFISIOLOGI HALUSINASI
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari suatu panca indera tanpa
adanya suatu stimulus dari eksternal.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologis (USU, 2012). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan
perabaan), pasien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal
mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya
yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya
terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima. Rentang
respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Adaptif Maladaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Emosi konsisten dengan
pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan positif
Kadang pikiran terganggu
Ilusi
Emosi berlebihan atau
kurang
Perilaku tidak biasa
Menarik diri
Gangguan proses berpikir
Halusinasi
Tidak ada emosi
Perilaku tidak terorganisir
Isolasi diri
Tabel 1. Konsep respon neurobiologis . (USU, 2012).
Tabel 2. Tahapan, karakteristik, perilaku halusinasi (USU, 2012)
Tahap Karakteristik Perilaku
Tahap I
Memberi rasa nyaman,
tingkat ansietas sedang,
secara murni Halusinasi
Mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah,
ketakutan, mencoba
berfokus pada pikiran yang
Tersenyum, tertawa
sendiri, menggerakkan
bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
12/21
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
13/21
Macam-macam halusinasi:
a. Halusinasi hipnagogik
Persepsi sensoris yang terjadi saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai
fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnopompik
Persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur, biasanya dianggap
nonpatologis.
c. Halusinasi dengar (auditoris)
Persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara tetapi juga bunyi-bunyi lain, seperti
music; merupakan halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik.
d. Halusinasi visual
Persepsi palsu tentang pengelihatan yang berupa citra yang berbentuk (sebagai
contoh, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai contoh, kilatan
cahaya); paling sering pada gangguan organik.
e. Halusinasicium (olfaktoris)
Persepsi membau yang palsu; paling sering pada gangguan organik.
f. Halusinasi kecap gustatoris)
Persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti rasa kecap yang tidak
menyenangkan yang disebabkan oleh kejang; paling sering pada gangguan
organik.
g. Halusinasi raba (taktil; haptic)
Persepsi palsu tetang perabaan atau sensai permukaan, seperti dari tungkai
yang teramputasi ( phantom limb ), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah
kulit (kesemutan).
h. Halusinasi somatik
Sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh,
palin sering berasal dari visceral (juga dikenal sebagai halusinasi kenestetik).
i. Halusinasi liliput
Persepsi yang palsu di mana benda-benda tampak lebih kecil ukurannya (juga
dikenal sebagai mikropsia).
j. Halusinasi yang sejalan dengan mood ( mood-congruent hallucination )
Halusinasi di mana isi halusinasi adaah konsisten dengan mood yang tertekan
atau manik (sebagai contoh, pasien yang mengalami depresi mendengar suarayang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
14/21
manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri,
kekuatan, dan pengetauan yang tinggi).
k. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent hallucination )
Halusinasi di mana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau
manik (sebagai contoh, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema0tema
tersebut seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak diterima, atau
ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengandung tema-tema
tersebut seperti harga diri atau kekuasaan yang tinggi).
l. Halusinosis
Halusinasi yang paling sering adalah halusinasi dengar, yang berhubungan
dengan penyalahgunaan alcohol kronis dan terjadi dalam sensorium yang
jernih, berbeda dengan delirium tremens (DTs), yaitu halusinasi yang terjadi
dalam konteks sensorium yang berkabut.
m. Sinestesia
Sensasi atau halusinasi yang disebabkan olhe sensai lain (sebagai contoh,
suatu sensasi auditoris yang disertai atau dicetuskan oleh suatu sensasi visual;
suatu bunyi dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebegai
didengar).
n. Trailing phenomenon
Kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat halusinogen di mana
benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak
kontinu.
FAKTOR PREDISPOSISI HALUSINASI
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti pada halusinasi antara lain :
a. Faktor genetis.
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofrenia diturunkan melalui
kromosom-kromosom tertentu namun demikian kromosom yang ke berapa
yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap
penelitian. Diduga letak gen schizofrenia ada di kromosom nomor 6 dengan
konstribusi genetik tambahan nomor 4,5,15,dan 22 (buchanan &
carpenter,2000). Anak kembar identik memiliki kemungkinan mengalamischizofrenia 50 % jika salah satunya mengalami schizophrenia, sementara jika
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
15/21
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
16/21
waham/delusi. Pasien juga bingung dengan pakaian yang kusut dan kumal,
menandakan bahwa pasien mengalami gangguan mood dan afek ( mood labil & afek
menyempit). Pasien mengeluh tidak mau mandi, artinya pasien diduga mengalami
stress berat serta kemampuan sosial pasien menurun sebagai akibat depersonalisasi.
TATALAKSANA
Penatalaksanaan pasien skizofrenia adalah dengan pemberian obat-obatan dan
tindakan lain, yaitu:
a. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang
merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-obatan anti
psikosis.
Kelas kimia Nama generik Dosis harian
Fenotiazin Asetofenazin
Klorpromazin
Flufenazine
Mesoridazin
Perfenazin
Proklorperazin
Promazin
Tioridazin
Trifluoperazin
Trifluopromazin
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-120 mg
150-800 mg
2-40 mg
60-150 mg
Tioksanten Klorprotiksen
Tiotiksen
75-600 mg
8-30 mg
Butirofenon Haloperidol 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone 15-225 mg
b. Terapi kejang listrik (ECT)
c. Terapi aktivitas kelompok
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
17/21
Penanganan pertama pada pasien dengan halusinasi adalah:
a. Membantu pasien mengenali halusinasinya Anamnesis pasien untuk mengetahui apa yang didengar atau
dilihatnya
Waktu munculnya halusinasi Frekuensi munculnya halusinasi
b. Mengontrol halusinasi Menghardik halusinasi
Pasien mampu melawan halusinasinya dengan tidak melakukan apa
yang halusinasinya perintahkan.
Bercakap-cakap dengan orang lain
Pasien diharapkan mampu mengalihkan perhatian terhadap
halusinasinya dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Beraktivitas secara terjadwal
Tidak adanya kesempatan pasien untuk berdiam diri mencegah
pikiran pasien menjadi kosong sehingga halusinasinya dapat
berkurang.
Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
c. Evaluasi
Evaluasi keberhasilan perawatan terhadap pasien halusinasi;
Pasien mampu mempercayai dokter dan mampu menceritakan
masalah yang dihadapi
Pasien menydari bahwa halusinasinya tidak benar,tidak ada objek
nyata atas halusinasinya
Pasien dapat mengontrol halusinasi Keluarga mampu merawat pasien di rumah
Tindakan yang dilakukan pada pasien waham
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu orientasi realitas Tidak membantah atau mendukung waham pasien
Menyakinkan pasien dalam keadaan aman
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
18/21
Mengobservasi pengaruh waham pada aktivitas sehari-hari Memberikan pujian jika penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas
c.
Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehinggamenimbulkan kecemasan, takut dan marah pada pasien
d. Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosinal
pasien
e. Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki
f. Mendiskusikan obat yang diminum
g. Melatih minum obat yang benar
PROGNOSIS
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi.
Setelah sakit pertama kali, kemungkinan pasien dapat berfungsi dengan normal untuk
waktu lama (remisi). Keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang
terjadi biasanya pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi pasien mengalami deteriosasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia
kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi dan ini bisa
berlangsung seumur hidup.
Seiring dengan berjalanya waktu, simptom positif hilang, berkurang, atau
tetap ada, sedangkan simptom negatif relatif sulit dihilangkan bahkan bertambah
parah.
Beberapa penelitian bahwa lebih dari priode 5 sampai 10 tahunsetelah perawatan psikiatrik pertama kali dirumah sakit karena skizofrenia, hanya kira-kira
10-20% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% pasien
memiliki hasil yang buruk dengan perawatan di rumah sakit yang berulang.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didalam literatur adalah dari 10-60% dan
perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu
untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus
mengalami gejala yang sedang dan 40-60% dari pasien terus terganggu secara bermakna oleh gangguanya selama seluruh hidupnya.
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
19/21
Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada :
1. Usia pertama kali timbul (onset) : makin muda makin buruk
2. Mula timbul akut atau kronik : bila akut lebih baik
3. Cepat serta teraturnya pengobatan yang didapat
4. Ada tidaknya faktor pencetus : jika ada lebih baik
5. Ada tidaknya faktor keturunan : jika ada lebih jelek
6. Keadaan sosial ekonomi : jika rendah semakin buruk
7. Fungsi kognitif : jika makin bagus, semakin baik
8. Dukungan dari lingkungan dan keluarga
KOMPLIKASI
Jika skizofrenia tidak segera ditangani dengan baik akan berakibat :1. Keinginan atau usaha bunuh diri
2. Prilaku merusak diri sendiri
3. Depresi
4. Penyalahgunaan alkohol, obat-obatan terlarang maupun obat yang diresepkan
5. Konflik keluarga
6. Menjadi pelaku atau korban kejahatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan gejala yang disampaikan oleh tetangga pasien dan hasil
pemeriksaan maka terdapat beberapa diagnosa yaitu skizoafektif, skizoform,
psikotik akut dengan predominan waham, depresi berat dengan gangguan psikotik.
-
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
20/21
Dari diskusi yang telah kami lakukan, pasien tersebut mengarah pada psikotik
akut dengan predominan waham yang memiliki kriteria utama, yaitu:
1. onset gejala harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik
sampai jelas psikotik)
2. waham dan halusinasi harus ada sudah ada dalam sebagian besar waktu
sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas
3. tidak terpenuhinya kriteria skizofrenia dan psikotik polimorfik akut
B. Saran
Pada pelaksanaan diskusi telah berjalan lancar tetapi terdapat sedikit
kerancuan dalam menentukan onset atau waktu dari perjalanan penyakit
pasien. Sehingga dalam pemeriksaan psikiatri harus dilakukan secara
terstruktur demi mempermudah penegakan diagnosis penyakit. Pemeriksaan
lanjutan dapat dilakukan untuk membantuk dalam menegakkan diagnosis.
Diperlukan adanya edukasi tentang gangguan kejiwaan kepada
keluarga dan masyarakat dimana sebagian besar dari mereka masih memegang
kepercayaan tentang kekuatan supranaturan sebagai penyebab perilaku aneh
pada seorang individu. Kesadaran masyarakat dapat berdampak pada
prognosis dimana penanganan lebih awal pada gangguan jiwa mampu
menghasilkan luaran yang lebih bagus
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
USU (2012). Konsep halusinasi .
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter%20II.pdf diakses pada November 2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24963/4/Chapter%20II.pdf -
8/10/2019 Laporan Psikiatri Skenario 1
21/21
Stuart, GW and Laraia, 2001, Principle and Practise of Psychyatric Nursing, 7 ed,St
Louis : The CV Mosby Year Book.