laporan kasus psikiatri triani 11111

36
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS UNIVERSITAS PATTIMURA JANUARI 2014 " SKIZOFRENIA PARANOID" DISUSUN OLEH : TRIANI FARAH DEWI ALYANTO 2009-83-025 PEMBIMBING : dr. David Santoso, Sp.KJ MARS dr. Adelin Saulinggi, Sp.KJ (K) DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH MALUKU 1

Upload: tr14ni

Post on 12-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS PATTIMURA JANUARI 2014

" SKIZOFRENIA PARANOID"

DISUSUN OLEH :

TRIANI FARAH DEWI ALYANTO

2009-83-025

PEMBIMBING :

dr. David Santoso, Sp.KJ MARS

dr. Adelin Saulinggi, Sp.KJ (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH

MALUKU

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

1

Page 2: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

BAB I

IDENTITAS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. R

No. RM : 014846

TTL : Ambon, 25 April 1984

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Pasar Lama

Status Perkawinan : Belum menikah

Ruangan : Bangsal Akut Pria

Tgl Masuk : 18 Desember 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari:

Autoanamnesis : dilakukan pada tanggal 20 – 24 Desember 2013.

Alloanamnesis : dengan kakak tiri pasien, Ny. A, 43 tahun, pendidikan

terakhir yakni tamat SMEA, pekerjaan adalah pedagang.

Anamnesis dilakukan selama tanggal 12 – 14 Januari

2014.

2

Page 3: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

A. Keluhan utama

Pasien sering keluyuran tanpa menggunakan baju dan sering berbicara

sendiri di rumah.

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien diantar ke Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon (RSKD) pada

tanggal 18 Desember 2013 oleh kakak tirinya. Karena pasien sering

keluyuran tanpa menggunakan baju sejak beberapa bulan yang lalu. Saat di

rumah, pasien sering terlihat berbicara dan tertawa sendiri. Kronologis awal

waktu kejadian, tidak terlalu diingat oleh keluarga. Namun diperkirakan

sudah sejak 5-6 bulan yang lalu.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

Sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu (2010) pasien sering keluyuran tanpa

tujuan dengan tidak menggunakan baju. Berdasarkan autoanamnesis, pasien

mengatakan sering keluyuran karena pasien sedang mencari “ilmu pesawat”,

dan dia juga menganggap bahwa dirinya adalah seorang pilot. Hal tersebut

juga dikatakan oleh kakak tiri pasien (dalam alloanamnesis), bahwa pasien

saat pulang di rumah sering menceritakan mengenai “ilmu pesawat” dan

mengatakan ada yang sering menyuruhnya untuk berjalan keluar rumah,

namun keluarga sering menghiraukan perkataan pasien. Selain itu, pasien

sangat jarang mandi dan pasien juga sering berbicara dan tertawa sendiri,

sehingga keluarga jarang melihat pasien tidur. Tetapi menurut keluarga,

3

Page 4: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

pasien tidak pernah berbuat jahat kepada keluarga dengan cara mengancam

dengan benda tajam. Pasien sering meminta paksa untuk diberikan rokok.

Bila tidak dipenuhi, pasien akan meminta uang dari orang lain untuk dapat

membeli rokok.

Oleh karena alasan itulah maka keluarga mengantarkan pasien kembali ke

Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Ambon untuk dirawat, setelah

sebelumnya pasien pernah masuk-keluar selama 2 kali. Keluarga mengaku

saat pasien keluar dari RSKD Ambon sebelumnya, kondisi pasien sangat baik

dan dapat membantu kakaknya berjualan di toko. Namun, karena orang yang

diminta mengontrol dan mengawasi pasien untuk minum obat sudah pulang

kampung, akhirnya tidak ada lagi yang dapat mengatur jadwal minum obat

pasien dengan alasan sibuk, akhirnya pasien mengalami putus obat dan

gejalanya muncul kembali.

Sekarang merupakan ketiga kalinya pasien masuk ke RSKD Ambon.

Pasien pertama kali dirawat di RSKD Ambon pada tanggal 31 Mei 2012 dan

keluar pada 12 Juli 2012. Saat itu pasien dibawa oleh petugas dari Dinas

Sosial yang menjalankan program penjaringan sebelum kegiatan MTQ

dikarenakan pasien tidur di pinggir jalan. Setelah itu, pasien masuk untuk

kedua kalinya diantarkan oleh keluarga pasien (kakak tiri) pada tanggal 18

Februari 2013 dan keluar pada 4 April 2013 dengan keluhan yang sama saat

pasien dibawa kembali untuk ketiga kalinya pada tanggal 18 Desember 2013.

Pasien selama ini putus obat karena tidak ada yang mengurusnya dan juga

pasien tidak kontrol kondisinya di poliklinik jiwa.

4

Page 5: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Sebelumnya pada tahun 2004 lalu, ibu kandung pasien meninggal setelah

sebelumnya ayah kandung pasien meninggal pada tahun 1996 dikarenakan

sakit. Saat tahun 2006, pasien gagal menikah disebabkan oleh penolakan dari

keluarga pasangannya. Menurut kakak pasien, alasan penolakan yakni karena

keluarga pasangannya mengetahui bahwa pasien tidak memiliki pekerjaan

tetap. Pasien menyatakan bahwa dulu sering mengonsumsi obat-obatan

seperti Dextromethorphan (DMP) yang diketahuinya dari teman-teman

pergaulannya. Obat-obatan tersebut mulai tahun 2002-2007 secara rutin.

Obat-obatan itu dibeli dengan menggunakan uang hasil membantu kakaknya

ataupun uang hasil berjualan Koran. Namun hal tersebut tidak diketahui pasti

oleh keluarganya, hanya saja keluarga mengatakan bahwa pasien sangat

sering mengonsumsi minuman beralkohol. Namun tidak diketahui pasti latar

belakang gejala pasien timbul (prodromal psikotik).

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien merupakan anak keempat dari 6 bersaudara. Selama hamil ibu

pasien sangat menjaga kehamilannya sama seperti sudaranya yang lain.

Ibunya tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan zat-zat psikoaktif, dan

tidak pernah sakit berat.

2. Riwayat masa bayi

5

Page 6: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Menurut keterangan keluarga, pasien mendapat ASI sampai usia

kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan dengan susu formula.

Tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak seusianya. Pasien dapat

berjalan dan berbicara hampir bersamaan dalam usia mendekati 1 tahun.

3. Riwayat masa kanak

Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya bersama-sama dengan

saudara kandung pasien, maupun saudara tiri pasien. Menurut kakaknya,

pasien awalnya adalah anak yang baik dan penurut. Namun, karena

sering bergaul dengan orang dewasa maka perilaku pasien mulai

berubah, dimana pasien sangat sering menonton film porno dan pernah

akan membuka baju kakak perempuannya saat sedang tidur siang. Mulai

saat itu pasien mulai malas sekolah dan tidak menyelesaikan

pendidikannya di bangku Sekolah Dasar (SD). Pasien hanya sampai di

bangku kelas 4 SD saja. Menurut pasien, prestasi pasien dulu di sekolah

juga tidak begitu baik.

4. Riwayat masa remaja

Pasien merupakan remaja yang suka bergaul dengan siapa saja. Pasien

memiliki banyak teman di lingkungannya. Pasien sering membantu

kakaknya berjualan di toko, pernah menjual koran keliling, hingga

pernah menjadi seorang tukang parkir. Namun, menurut keluarga pasien

tidak pernah betah untuk bekerja lama-lama. Dikatakan bahwa pasien

6

Page 7: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

membantu kakaknya hanya paling lama 2 bulan saja. Menurut keluarga

pasien, saat umur belasan tahun pasien pernah mengatakan bahwa dia

diperkosa oleh seorang wanita saat sedang membantu kakaknya

berjualan. Saat remaja, pasien sudah mulai mengonsumsi alkohol. Saat

pasien berumur 18 tahun, pasien mulai mengonsumsi obat-obatan seperti

Dextromethorphan (DMP) dikarenakan pergaulan dengan teman-

temannya, dan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan tempat

tinggal pasien sendiri.

5. Riwayat dewasa

Kehidupan dewasa pasien mirip dengan kehidupan remaja pasien.

Pasien suka bergaul dengan siapa saja. Menurut pasien, dia mengonsumsi

obat DMP hingga tahun 2007. Pasien juga tidak memiliki pekerjaan tetap

dan menurut keluarga, pasien tidak betah untuk lama bekerja. Setelah

ibunya meninggal, pasien mulai sering keluyuran dan jarang pulang di

rumah.

6. Riwayat pendidikan

Pada saat usia 6 tahun pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar

Negeri 30 Ambon. Di sekolah pasien bergembira dan selalu bermain

bersama teman-temannya. Pendidikan pasien berhenti sampai pasien

duduk di kelas 4 SD. Saat itu pasien mulai sering menonton film porno

akibat pergaulannya dengan orang dewasa. Alasan pasien tidak mau

7

Page 8: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

melanjutkan sekolah adalah karena malas, bukan karena faktor biaya.

Menurut kakak pasien, sejak kecil perilaku pasien sangat berbeda dengan

saudaranya yang lain.

7. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara kandung, dari

perkawinan ayah dan ibunya. Ayah pasien mempunyai empat orang istri

dan menurut kakak tiri pasien, hubungan mereka satu dengan yang lain

akur dan tidak ada masalah besar yang berarti. Kakak kandung pertama

pasien adalah perempuan berusia 35 tahun, kakak kedua pasien adalah

laki-laki sudah meninggal saat berusia dewasa, kakak ketiga pasien

adalah perempuan berusia 31 tahun, anak keempat merupakan pasien,

adik pasien sebanyak 2 orang dan merupakan anak laki-laki dengan jarak

umur yang lebih jauh dibandingkan saudara yang lain, dimana anak

kelima berusia 26 tahun dan anak keenam berusia 22 tahun.

Ayah pasien meninggal pada usia 65 tahun pada tahun 1996 karena

mengalami komplikasi penyakit pada paru-paru dan ginjal. Selain itu

ayah pasien juga memiliki riwayat penyakit manis (DM). Pekerjaan

ayahnya dulu adalah seorang pedagang dan mampu menghidupi dan

menyekolahkan anaknya. Sikap ayah kepada anak-anaknya adalah ayah

yang penyayang dan mau berkorban untuk keluarganya. Setelah ayah

pasien meninggal, kakak tiri tertua pasien yang bertanggung jawab untuk

membiayai kehidupan dan membantu mengurusi adik-adiknya.

8

Page 9: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Ibu pasien meninggal pada usia 55 tahun pada tahun 2004 karena sakit

yang dideritanya. Menurut keluarga, ibu pasien mengalami sesak napas

(asma) sebelum meninggal dan menderita penyakit gondok. Ibu pasien

merupakan istri ketiga ayahnya dan hanya sebagai ibu rumah tangga.

Sikap ibu pasien kepada anak-anaknya adalah ibu yang mau merawat dan

mengurusi anaknya dengan baik. Menurut keluarga, adik kandung laki-

laki ibunya juga menderita gangguan jiwa.

8. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal bersama kakak tiri tertua dan keluarganya, juga

bersama saudara-saudara yang bekerja sebagai karyawan toko milik

kakaknya tersebut di rumah milik kakak tirinya sendiri di Pasar Lama

(belakang Ambon Plaza). Rumah tersebut merupakan ruko yang

berukuran kurang lebih 30x6 m2 ini terdiri dari 4 lantai berdinding

tembok, beratapkan atap dan memiliki 6 buah kamar, 1 ruang tamu yang

sudah langsung bergabung dengan ruang tengah dan 1 buah dapur, dan

kamar mandi di setiap lantainya. Pasien tinggal bersama kakak tirinya

setelah keluar pertama kali dari RSKD Ambon pada tahun 2012.

Sebelumnya pasien tinggal bersama adik kandungnya di rumah milik

orang tua pasien di Jalan Baru. Karena faktor lingkungan tempat tinggal

pasien berada di daerah ramai pasar, untuk dapat membantu kesembuhan

pasien terasa sedikit sulit.

9

Page 10: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

9. Persepsi dan harapan keluarga pasien

Keluarga pasien menginginkan pasien segera sembuh, namun dalam

keadaan sekarang biarkan dulu dia dirawat di rumah sakit sampai

sembuh.

I. EVALUASI KELUARGA

A. Susunan keluarga

Keterangan :

: Laki-laki : Pasien

: Perempuan : Riwayat gangguan jiwa

: Meninggal

B. Riwayat perkawinan

Ayah dan ibu pasien menikah atas pilihan sendiri. Sebelumnya ayah

pasien sudah menikah. Ayah pasien memiliki 4 orang istri. Saat ayah pasien

menikah, istri sebelumnya tahu dan merestui pernikahannya. Menurut kakak

10

Page 11: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

tirinya, keluarga mereka saling menjaga satu sama lain. Walaupun berbeda

ibu, tapi mereka saling saying-menyayangi.

C. Keadaan sosial ekonomi sekarang

Setelah ayah pasien meninggal, pasien dibiayai oleh kakak tirinya yang

bekerja sebagai pedagang dan memiliki toko sembako dengan ekonomi

keluarga menengah keatas. Kebutuhan primer pasien selalu dipenuhi oleh

kakaknya. Pasien juga sebelum sakit sering membantu kakaknya bekerja di

toko dengan cara mengangkat barang dan selalu diberikan upah kerja.

Walaupun sebelumnya pasien pernah berjualan koran dan menjadi tukang

parkir, kakak pasien tetap memberikan uang. Namun, sekarang pasien tidak

memiliki pekerjaan. Pasien dirawat dengan menggunakan Jaminan Kesehatan

Masyarakat (JAMKESMAS).

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (diperiksa tanggal 19 Desember

2013 - 21 Januari 2014)

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Seorang laki-laki, tampak seusianya, kulit coklat kehitaman (sawo

matang), rambut jabrik setelah dipotong, tidak memakai baju, hanya

menggunakan celana pendek kotor dan tampak tidak rapih.

11

Page 12: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

2. Perilaku dan aktifitas psikomotor

Pasien berdiri dan agak gelisah serta banyak bertanya kapan bisa

keluar. Pasien sangat aktif ketika tidak memiliki rokok. Pasien akan

terus berteriak, meminta, dan memaksa hingga ada yang

memberikannya rokok.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Kooperatif.

4. Pembicaraan

Spontan, lancar, menjawab pertanyaan dengan bahasa yang dapat

dimengerti, koheren, namun jawaban sering berubah-ubah dengan

volume yang cukup stabil dan jelas.

B. Mood dan Afek

1. Mood : disforik.

2. Afek : terbatas.

3. Keserasian : cukup serasi dan masih dapat diempati.

C. Fungsi Kognitif

Taraf kesadaran : komposmentis

Orientasi waktu, tempat dan orang : baik

Daya ingat segera, jangka pendek, sedang dan panjang : cukup baik

Konsentrasi dan perhatian : baik

12

Page 13: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Intelegensi dan kemampuan informasi : tidak terlalu baik karena latar

belakang pendidikan yang rendah.

D. Persepsi

Terdapat riwayat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik berupa

suara-suara yang menyuruh pasien untuk berjalan (keluyuran). Setelah

pasien dirawat untuk ketiga kalinya (sekarang) suara-suara tersebut

dirasakan pasien sudah mulai hilang dan tidak mengganggu.

E. Pikiran

1. Arus pikiran

Produktivitas : normal.

2. Isi pikir : pada awalnya terdapat waham kebesaran

(grandiositas),

namun sekarang telah berupa ide-ide waham.

F. Daya Nilai

Daya nilai realitas: cukup terganggu

G. Fantasi dan Cita-Cita

Ketika ditanya tentang cita-cita, pasien mengatakan bahwa dia bercita-cita

menjadi seorang pilot.

13

Page 14: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

H. Tilikan

Tilikan : derajat dua, pasien agak sadar bahwa dirinya sakit dan

membutuhkan bantuan, tetapi pada saat yang sama juga

menyangkal hal itu.

I. Taraf Dapat Dipercaya

Pasien dapat dipercaya.

III. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA

Seorang laki-laki, berusia 29 tahun, agama Islam, tidak tamat pendidikan

Sekolah Dasar (SD), dan tinggal di Pasar Lama. Pasien datang ke RSKD pada

tanggal 18 Desember 2013 diantar oleh kakak tiri dan adik kandungnya

dengan keluhan utama suka keluyuran dan tidak menggunakan baju.

Sekarang merupakan ketiga kalinya pasien dirawat di bangsal jiwa RSKD

Ambon karena riwayat putus obat.

Sejak sekitar 4 tahun yang lalu (2010) pasien sering keluyuran tanpa

tujuan dengan tidak menggunakan baju. Berdasarkan autoanamnesis, alasan

pasien sering keluyuran karena pasien sedang mencari “ilmu pesawat”, dan

dia juga menganggap bahwa dirinya adalah seorang pilot. Hal tersebut juga

dikatakan oleh kakak tiri pasien (dalam alloanamnesis), bahwa pasien saat

pulang di rumah sering menceritakan mengenai “ilmu pesawat” dan

mengatakan ada yang sering menyuruhnya untuk berjalan keluar rumah,

14

Page 15: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

namun keluarga sering menghiraukan perkataan pasien. Selain itu, pasien

sangat jarang mandi dan pasien juga sering berbicara dan tertawa sendiri,

sehingga keluarga jarang melihat pasien tidur. Tetapi menurut keluarga,

pasien tidak pernah berbuat jahat kepada keluarga dengan cara mengancam

dengan benda tajam. Pasien sering meminta paksa untuk diberikan rokok.

Bila tidak dipenuhi, pasien akan meminta uang dari orang lain untuk dapat

membeli rokok.

Sebelumnya pada tahun 2004 lalu, ibu kandung pasien meninggal setelah

ayah kandung pasien meninggal sebelumnya pada tahun 1996 dikarenakan

sakit. Setelah peristiwa itu pasien mulai sering keluyuran dan jarang pulang di

rumah. Saat tahun 2006 pula, pasien gagal menikah disebabkan oleh

penolakan dari keluarga pasangannya. Menurut kakak pasien, alasan

penolakan yakni karena keluarga pasangannya mengetahui bahwa pasien

tidak memiliki pekerjaan tetap. Pasien menyatakan bahwa dulu sering

mengonsumsi obat-obatan seperti Dextromethorphan (DMP) yang

diketahuinya dari teman-teman pergaulannya. Namun hal tersebut tidak

diketahui pasti oleh keluarganya, hanya saja keluarga mengatakan bahwa

pasien sangat sering mengonsumsi minuman beralkohol.

Sejak kanak-kanak pasien memang sudah mulai berperilaku buruk akibat

pergaulan dengan orang yang usianya jauh diatasnya, dimana pasien jadi

sering menonton film porno. Pasien tidak tamat pendidikan di Sekolah Dasar

dikarenakan pasien sudah malas dan tidak ingin melanjutkan sekolah.

15

Page 16: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Menurut keluarganya, adik kandung laki-laki ibunya juga menderita

gangguan jiwa dan sudah meninggal akibat keracunan makanan.

Dari pemeriksaan status mental ditemukan perilaku dan aktivitas

psikomotor yang gelisah, mood disforik, afek terbatas, terdapat proses pikir

yang normal disertai waham kebesaran yang telah berubah menjadi ide-ide,

RTA terganggu, tilikan derajat dua, terdapat riwayat halusinasi auditorik.

IV. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan riwayat penyakit pasien ditemukan adanya pola perilaku dan

psikologis yang secara klinis bermakna secara khas berkaitan dengan suatu

gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) maupun hendaya/disfungsi

(disability) pada berbagai fungsi psikososial dan pendidikan, dan memenuhi

kriteria waktu sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami

gangguan jiwa.

Pada anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan beberapa hal

yang bermakna yang berhubungan dengan terjadinya perubahan pada pasien

seperti: (1) pasien tampak gelisah, (2) riwayat halusinasi auditorik, (3)

terdapat waham kebesaran (waham grandiositas), (4) RTA terganggu.

Menurut kepustakaan, karena gejala pasien memenuhi kriteria umum

diagnosis skizofrenia dan ada tambahan waham (waham kebesaran) yang

menonjol serta gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. Dengan demikian,

16

Page 17: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

berdasarkan PPDGJ-III dapat disimpulkan bahwa pada aksis I pasien

menderita Gangguan Skizofrenia tipe Paranoid (F.20.0).

Sumber informasi mengenai aktivitas maupun prestasi pasien di sekolah

dulu tidak lengkap dan tidak diketahui pasti oleh keluarga dan juga ditambah

pasien putus sekolah sebelum tamat Sekolah Dasar, maka Retardasi Mental

sulit untuk dinilai. Selain itu, pasien tidak menunjukkan adanya gangguan

kepribadian. Oleh karena itu diagnosis aksis II adalah Tidak Ada Diagnosis

Aksis II (Z.03.2).

Pada aksis III tidak dapat didiagnosis klinis karena tidak ditemukan

manifestasi klinis yang bermakna.

Pada aksis IV terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi

pasien yaitu masalah hubungan orang tua akibat kematian orang tuanya,

dan masalah pendidikan karena putus sekolah.

Pada aksis V, GAF HLPY atau Global Assesment of Functioning yang

tertinggi dalam 1 tahun terakhir yaitu sebesar-besarnya 41 – 50, pasien

mengalami gejala berat (serious) dan disabilitas berat. Sedangkan GAF

Current sebesar 51-60 yaitu pasien memiliki gejala sedang (moderate) dan

disabilitas sedang.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.0 Gangguan Skizofrenia Tipe Paranoid

Diagnosis Banding:

F25. Gangguan skizoafektif (namun tidak dominan).

17

Page 18: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Aksis II : Z03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II

Aksis III : Tidak ada

Aksis IV : - Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

- Masalah pekerjaan

Aksis V : GAF HLPY : 41 – 50

GAF Current : 51 – 60

VI. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik

Tidak dilakukan.

B. Psikologik

- Ide-ide waham Kebesaran

- Riwayat halusinasi auditorik

- Perjalanan penyakit yang cukup panjang (kronis)

- Insight yang buruk (derajat satu)

- RTA rendah.

C. Sosial

- Masalah “primary support group” keluarga, dimana keluarga pasien

sibuk sehingga susah mendapat orang yang dapat mengontrol obat

pasien.

- Masalah pekerjaan.

18

Page 19: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

VII.PROGNOSIS

Ad vitam : bonam

Ad functionam : dubia

Ad sanationam : dubia et malam.

Hal-hal yang meringankan:

- Berespon terhadap obat yang diberikan.

- Keluarga dengan ekonomi menengah keatas.

- Menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).

Hal-hal yang memberatkan:

- Usia yang masih muda saat keluhan mulai timbul (≤ 20 tahun)

- Terdapat riwayat genetik gangguan jiwa pada keluarga

- Perjalanan penyakit yang sudah cukup lama (kronis)

- Keluarga sulit mengontrol obat pasien karena sibuk dengan aktivitas

masing-masing (tidak ada care giver), sehingga riwayat terapi hampir

tidak ada (tidak patuh pada terapi).

- Pendidikan pasien rendah (intelejensi kurang)

- Lingkungan pasien tinggal merupakan lingkungan pasar.

19

Page 20: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

VIII. PENATALAKSANAAN

A. Psikoterapi

1. Terhadap pasien

- Psikoterapi supportif

- Modifikasi perilaku

2. Terhadap keluarga

- Psikoedukasi terhadap anggota keluarga pasien

B. Psikofarmaka

- Risperidon 2 x 2 mg

- Triheksifenidil mulai 3 x 2 mg, bila timbul gejala ekstrapiramidal

IX. DISKUSI

Pada pasien ini, pada awal pemeriksaan ditemukan gejala-gejala yang

sering ditemukan pada penderita skizofrenia seperti pasien jarang mandi,

sering berbicara sendiri, dan adanya waham . Dari anamnesis diketahui

bahwa pasien sudah masuk rumah sakit kurang lebih dua kali sebelumnya dan

mendapat obat antipsikotik. Namun pasien tidak pernah kontrol dan tidak

minum obat secara teratur (putus obat).

Berdasarkan PPDGJ-III pasien memenuhi kriteria diagnostik Skizofrenia

tipe Paranoid, dimana pasien memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

dan ada tambahan gejala waham kebesaran. Untuk gangguan afektif,

20

Page 21: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

dorongan kehendak pembicaraan, serta gejala katatonik secara relative tidak

nyata atau tidak menonjol.

Pemilihan risperidon sebagai terapi psikofarmakologis pada pasien ini

didasarkan pada pertimbangan bahwa saat ini memang ditemukan gejala

psikotik pada pasien. Alasan lain ialah sebagai antipsikotik, risperidon lebih

dipilih daripada haloperidol dikarenakan efek samping ekstrapiramidal yang

lebih rendah. Efek samping yang timbul dapat memengaruhi kepatuhan

minum obat pasien disamping dari faktor-faktor yang lain. Selain Risperidon,

terapi pada pasien dapat ditambahkan dengan pemberian obat antikolinergik

seperti Triheksifenidil untuk mencegah efek samping akibat pemberian obat

antipsikotik. Seperti pada penelitian Wijono dkk, bahwa pada pencegahan

terjadinya efek samping ekstrapiramidal lebih banyak digunakan obat

Triheksifenidil. Menurut panduan pelayanan medis departemen Psikiatri

RSCM tahun 2007, setelah pemberian triheksifenidil selama tiga bulan,

seharusnya dilakukan evaluasi ulang dengan penghentian pemberian secara

bertahap.

Pada pasien ini direncanakan untuk melakukan terapi keluarga. Melalui

terapi keluarga, maka peran masing-masing subsistem dalam keluarga pasien

akan dibenahi sehingga terbentuk pola keluarga yang bersifat saling

memahami dan mendukung.

21

Page 22: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

X. FOLLOW UP

Tanggal/jam

HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA DAN TINDAK LANJUT

CATATAN PERKEMBANGAN

S (subjective) O (objective) A (Assesment) P (planning)

20 Desember

2013

S: tidak ada nafsu makan

O: Psikomotor : gelisah

Mood : disforik

Gangguan persepsi : halusinasi (-)

Gangguan isi pikir : waham (+)

A: Skizofrenia Paranoid

R/

- Psikoterapi supportif

- Risperidon 2x2 mg

28 Desember

2013

S: -

O: Psikomotor : gelisah (-)

Mood : disforik

Gangguan persepsi : halusinasi auditorik(-)

Isi pikiran : waham (+)

A: Skizofrenia Paranoid

R/

- Psikoterapi supportif

- Risperidon 2x2 mg

11 Januari

2014

S: Pasien meminta pulang

O: Psikomotor : gelisah (+)

Mood : iritabel-eutimik.

Isi pikiran : ide waham (+)

A: Skizofrenia Paranoid

R/

- Psikoterapi supportif

- Risperidon 2x2 mg

15 Januari

2014

S: Pasien memaksa untuk pulang.

O: Psikomotor : Gelisah dan tampak sedikit

agresif.

Isi pikiran : Ide waham (-)

Mood : eutimik

R/

- Psikoterapi supportif

- Risperidon 2x2 mg

22

Page 23: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

A: Skizofrenia paranoid

21 Januari

2014

S: -

O : Psikomotor : mondar-mandir (+/-), agresif

berkurang.

Isi pikiran : Ide waham (kadang-kadang)

Mood : eutimik.

A : Skizofrenia paranoid.

R/

- Psikoterapi supportif

- Risperidon 2x2 mg

23

Page 24: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of

Psychiatry. Volume I. 7th Edition. New York: Lippincott Williams &

Wilkins; 2000.

2. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2010.

3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa III. Jakarta: Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001.

4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri

Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Tangerang: Binarupa

Aksara Publisher; 2010.

5. Wijono R, Nasrun MW, Damping CE. Gambaran dan karakteristik

penggunaan triheksifenidil pada pasien yang mendapat terapi antipsikotik.

J Indonesia Medical Association Jan 2013; Vol.63 (1).

6. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Pedoman

nasional pelayanan kedokteran jiwa psikiatri. 2012.

7. Mayo Staff Clinic. Paranoid schizophrenia. England [online] 2012 [cited

2014 Jan 18]: [6screens].

24

Page 25: Laporan Kasus Psikiatri TRIANI 11111

Available from: URL: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/paranoid-schizophrenia/basics/definition/CON-20029040

25