laporan kasus psikiatri triani 11111
DESCRIPTION
LAPORAN KASUSTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN LAPORAN KASUS
UNIVERSITAS PATTIMURA JANUARI 2014
" SKIZOFRENIA PARANOID"
DISUSUN OLEH :
TRIANI FARAH DEWI ALYANTO
2009-83-025
PEMBIMBING :
dr. David Santoso, Sp.KJ MARS
dr. Adelin Saulinggi, Sp.KJ (K)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH
MALUKU
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
1
BAB I
IDENTITAS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
No. RM : 014846
TTL : Ambon, 25 April 1984
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pasar Lama
Status Perkawinan : Belum menikah
Ruangan : Bangsal Akut Pria
Tgl Masuk : 18 Desember 2013
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Diperoleh dari:
Autoanamnesis : dilakukan pada tanggal 20 – 24 Desember 2013.
Alloanamnesis : dengan kakak tiri pasien, Ny. A, 43 tahun, pendidikan
terakhir yakni tamat SMEA, pekerjaan adalah pedagang.
Anamnesis dilakukan selama tanggal 12 – 14 Januari
2014.
2
A. Keluhan utama
Pasien sering keluyuran tanpa menggunakan baju dan sering berbicara
sendiri di rumah.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien diantar ke Rumah Sakit Khusus Daerah Ambon (RSKD) pada
tanggal 18 Desember 2013 oleh kakak tirinya. Karena pasien sering
keluyuran tanpa menggunakan baju sejak beberapa bulan yang lalu. Saat di
rumah, pasien sering terlihat berbicara dan tertawa sendiri. Kronologis awal
waktu kejadian, tidak terlalu diingat oleh keluarga. Namun diperkirakan
sudah sejak 5-6 bulan yang lalu.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Sejak kurang lebih 4 tahun yang lalu (2010) pasien sering keluyuran tanpa
tujuan dengan tidak menggunakan baju. Berdasarkan autoanamnesis, pasien
mengatakan sering keluyuran karena pasien sedang mencari “ilmu pesawat”,
dan dia juga menganggap bahwa dirinya adalah seorang pilot. Hal tersebut
juga dikatakan oleh kakak tiri pasien (dalam alloanamnesis), bahwa pasien
saat pulang di rumah sering menceritakan mengenai “ilmu pesawat” dan
mengatakan ada yang sering menyuruhnya untuk berjalan keluar rumah,
namun keluarga sering menghiraukan perkataan pasien. Selain itu, pasien
sangat jarang mandi dan pasien juga sering berbicara dan tertawa sendiri,
sehingga keluarga jarang melihat pasien tidur. Tetapi menurut keluarga,
3
pasien tidak pernah berbuat jahat kepada keluarga dengan cara mengancam
dengan benda tajam. Pasien sering meminta paksa untuk diberikan rokok.
Bila tidak dipenuhi, pasien akan meminta uang dari orang lain untuk dapat
membeli rokok.
Oleh karena alasan itulah maka keluarga mengantarkan pasien kembali ke
Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Ambon untuk dirawat, setelah
sebelumnya pasien pernah masuk-keluar selama 2 kali. Keluarga mengaku
saat pasien keluar dari RSKD Ambon sebelumnya, kondisi pasien sangat baik
dan dapat membantu kakaknya berjualan di toko. Namun, karena orang yang
diminta mengontrol dan mengawasi pasien untuk minum obat sudah pulang
kampung, akhirnya tidak ada lagi yang dapat mengatur jadwal minum obat
pasien dengan alasan sibuk, akhirnya pasien mengalami putus obat dan
gejalanya muncul kembali.
Sekarang merupakan ketiga kalinya pasien masuk ke RSKD Ambon.
Pasien pertama kali dirawat di RSKD Ambon pada tanggal 31 Mei 2012 dan
keluar pada 12 Juli 2012. Saat itu pasien dibawa oleh petugas dari Dinas
Sosial yang menjalankan program penjaringan sebelum kegiatan MTQ
dikarenakan pasien tidur di pinggir jalan. Setelah itu, pasien masuk untuk
kedua kalinya diantarkan oleh keluarga pasien (kakak tiri) pada tanggal 18
Februari 2013 dan keluar pada 4 April 2013 dengan keluhan yang sama saat
pasien dibawa kembali untuk ketiga kalinya pada tanggal 18 Desember 2013.
Pasien selama ini putus obat karena tidak ada yang mengurusnya dan juga
pasien tidak kontrol kondisinya di poliklinik jiwa.
4
Sebelumnya pada tahun 2004 lalu, ibu kandung pasien meninggal setelah
sebelumnya ayah kandung pasien meninggal pada tahun 1996 dikarenakan
sakit. Saat tahun 2006, pasien gagal menikah disebabkan oleh penolakan dari
keluarga pasangannya. Menurut kakak pasien, alasan penolakan yakni karena
keluarga pasangannya mengetahui bahwa pasien tidak memiliki pekerjaan
tetap. Pasien menyatakan bahwa dulu sering mengonsumsi obat-obatan
seperti Dextromethorphan (DMP) yang diketahuinya dari teman-teman
pergaulannya. Obat-obatan tersebut mulai tahun 2002-2007 secara rutin.
Obat-obatan itu dibeli dengan menggunakan uang hasil membantu kakaknya
ataupun uang hasil berjualan Koran. Namun hal tersebut tidak diketahui pasti
oleh keluarganya, hanya saja keluarga mengatakan bahwa pasien sangat
sering mengonsumsi minuman beralkohol. Namun tidak diketahui pasti latar
belakang gejala pasien timbul (prodromal psikotik).
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak keempat dari 6 bersaudara. Selama hamil ibu
pasien sangat menjaga kehamilannya sama seperti sudaranya yang lain.
Ibunya tidak pernah mengkonsumsi alkohol dan zat-zat psikoaktif, dan
tidak pernah sakit berat.
2. Riwayat masa bayi
5
Menurut keterangan keluarga, pasien mendapat ASI sampai usia
kurang lebih 1 tahun kemudian dilanjutkan dengan susu formula.
Tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak seusianya. Pasien dapat
berjalan dan berbicara hampir bersamaan dalam usia mendekati 1 tahun.
3. Riwayat masa kanak
Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya bersama-sama dengan
saudara kandung pasien, maupun saudara tiri pasien. Menurut kakaknya,
pasien awalnya adalah anak yang baik dan penurut. Namun, karena
sering bergaul dengan orang dewasa maka perilaku pasien mulai
berubah, dimana pasien sangat sering menonton film porno dan pernah
akan membuka baju kakak perempuannya saat sedang tidur siang. Mulai
saat itu pasien mulai malas sekolah dan tidak menyelesaikan
pendidikannya di bangku Sekolah Dasar (SD). Pasien hanya sampai di
bangku kelas 4 SD saja. Menurut pasien, prestasi pasien dulu di sekolah
juga tidak begitu baik.
4. Riwayat masa remaja
Pasien merupakan remaja yang suka bergaul dengan siapa saja. Pasien
memiliki banyak teman di lingkungannya. Pasien sering membantu
kakaknya berjualan di toko, pernah menjual koran keliling, hingga
pernah menjadi seorang tukang parkir. Namun, menurut keluarga pasien
tidak pernah betah untuk bekerja lama-lama. Dikatakan bahwa pasien
6
membantu kakaknya hanya paling lama 2 bulan saja. Menurut keluarga
pasien, saat umur belasan tahun pasien pernah mengatakan bahwa dia
diperkosa oleh seorang wanita saat sedang membantu kakaknya
berjualan. Saat remaja, pasien sudah mulai mengonsumsi alkohol. Saat
pasien berumur 18 tahun, pasien mulai mengonsumsi obat-obatan seperti
Dextromethorphan (DMP) dikarenakan pergaulan dengan teman-
temannya, dan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan tempat
tinggal pasien sendiri.
5. Riwayat dewasa
Kehidupan dewasa pasien mirip dengan kehidupan remaja pasien.
Pasien suka bergaul dengan siapa saja. Menurut pasien, dia mengonsumsi
obat DMP hingga tahun 2007. Pasien juga tidak memiliki pekerjaan tetap
dan menurut keluarga, pasien tidak betah untuk lama bekerja. Setelah
ibunya meninggal, pasien mulai sering keluyuran dan jarang pulang di
rumah.
6. Riwayat pendidikan
Pada saat usia 6 tahun pasien mulai bersekolah di Sekolah Dasar
Negeri 30 Ambon. Di sekolah pasien bergembira dan selalu bermain
bersama teman-temannya. Pendidikan pasien berhenti sampai pasien
duduk di kelas 4 SD. Saat itu pasien mulai sering menonton film porno
akibat pergaulannya dengan orang dewasa. Alasan pasien tidak mau
7
melanjutkan sekolah adalah karena malas, bukan karena faktor biaya.
Menurut kakak pasien, sejak kecil perilaku pasien sangat berbeda dengan
saudaranya yang lain.
7. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara kandung, dari
perkawinan ayah dan ibunya. Ayah pasien mempunyai empat orang istri
dan menurut kakak tiri pasien, hubungan mereka satu dengan yang lain
akur dan tidak ada masalah besar yang berarti. Kakak kandung pertama
pasien adalah perempuan berusia 35 tahun, kakak kedua pasien adalah
laki-laki sudah meninggal saat berusia dewasa, kakak ketiga pasien
adalah perempuan berusia 31 tahun, anak keempat merupakan pasien,
adik pasien sebanyak 2 orang dan merupakan anak laki-laki dengan jarak
umur yang lebih jauh dibandingkan saudara yang lain, dimana anak
kelima berusia 26 tahun dan anak keenam berusia 22 tahun.
Ayah pasien meninggal pada usia 65 tahun pada tahun 1996 karena
mengalami komplikasi penyakit pada paru-paru dan ginjal. Selain itu
ayah pasien juga memiliki riwayat penyakit manis (DM). Pekerjaan
ayahnya dulu adalah seorang pedagang dan mampu menghidupi dan
menyekolahkan anaknya. Sikap ayah kepada anak-anaknya adalah ayah
yang penyayang dan mau berkorban untuk keluarganya. Setelah ayah
pasien meninggal, kakak tiri tertua pasien yang bertanggung jawab untuk
membiayai kehidupan dan membantu mengurusi adik-adiknya.
8
Ibu pasien meninggal pada usia 55 tahun pada tahun 2004 karena sakit
yang dideritanya. Menurut keluarga, ibu pasien mengalami sesak napas
(asma) sebelum meninggal dan menderita penyakit gondok. Ibu pasien
merupakan istri ketiga ayahnya dan hanya sebagai ibu rumah tangga.
Sikap ibu pasien kepada anak-anaknya adalah ibu yang mau merawat dan
mengurusi anaknya dengan baik. Menurut keluarga, adik kandung laki-
laki ibunya juga menderita gangguan jiwa.
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama kakak tiri tertua dan keluarganya, juga
bersama saudara-saudara yang bekerja sebagai karyawan toko milik
kakaknya tersebut di rumah milik kakak tirinya sendiri di Pasar Lama
(belakang Ambon Plaza). Rumah tersebut merupakan ruko yang
berukuran kurang lebih 30x6 m2 ini terdiri dari 4 lantai berdinding
tembok, beratapkan atap dan memiliki 6 buah kamar, 1 ruang tamu yang
sudah langsung bergabung dengan ruang tengah dan 1 buah dapur, dan
kamar mandi di setiap lantainya. Pasien tinggal bersama kakak tirinya
setelah keluar pertama kali dari RSKD Ambon pada tahun 2012.
Sebelumnya pasien tinggal bersama adik kandungnya di rumah milik
orang tua pasien di Jalan Baru. Karena faktor lingkungan tempat tinggal
pasien berada di daerah ramai pasar, untuk dapat membantu kesembuhan
pasien terasa sedikit sulit.
9
9. Persepsi dan harapan keluarga pasien
Keluarga pasien menginginkan pasien segera sembuh, namun dalam
keadaan sekarang biarkan dulu dia dirawat di rumah sakit sampai
sembuh.
I. EVALUASI KELUARGA
A. Susunan keluarga
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
: Perempuan : Riwayat gangguan jiwa
: Meninggal
B. Riwayat perkawinan
Ayah dan ibu pasien menikah atas pilihan sendiri. Sebelumnya ayah
pasien sudah menikah. Ayah pasien memiliki 4 orang istri. Saat ayah pasien
menikah, istri sebelumnya tahu dan merestui pernikahannya. Menurut kakak
10
tirinya, keluarga mereka saling menjaga satu sama lain. Walaupun berbeda
ibu, tapi mereka saling saying-menyayangi.
C. Keadaan sosial ekonomi sekarang
Setelah ayah pasien meninggal, pasien dibiayai oleh kakak tirinya yang
bekerja sebagai pedagang dan memiliki toko sembako dengan ekonomi
keluarga menengah keatas. Kebutuhan primer pasien selalu dipenuhi oleh
kakaknya. Pasien juga sebelum sakit sering membantu kakaknya bekerja di
toko dengan cara mengangkat barang dan selalu diberikan upah kerja.
Walaupun sebelumnya pasien pernah berjualan koran dan menjadi tukang
parkir, kakak pasien tetap memberikan uang. Namun, sekarang pasien tidak
memiliki pekerjaan. Pasien dirawat dengan menggunakan Jaminan Kesehatan
Masyarakat (JAMKESMAS).
II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (diperiksa tanggal 19 Desember
2013 - 21 Januari 2014)
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki, tampak seusianya, kulit coklat kehitaman (sawo
matang), rambut jabrik setelah dipotong, tidak memakai baju, hanya
menggunakan celana pendek kotor dan tampak tidak rapih.
11
2. Perilaku dan aktifitas psikomotor
Pasien berdiri dan agak gelisah serta banyak bertanya kapan bisa
keluar. Pasien sangat aktif ketika tidak memiliki rokok. Pasien akan
terus berteriak, meminta, dan memaksa hingga ada yang
memberikannya rokok.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif.
4. Pembicaraan
Spontan, lancar, menjawab pertanyaan dengan bahasa yang dapat
dimengerti, koheren, namun jawaban sering berubah-ubah dengan
volume yang cukup stabil dan jelas.
B. Mood dan Afek
1. Mood : disforik.
2. Afek : terbatas.
3. Keserasian : cukup serasi dan masih dapat diempati.
C. Fungsi Kognitif
Taraf kesadaran : komposmentis
Orientasi waktu, tempat dan orang : baik
Daya ingat segera, jangka pendek, sedang dan panjang : cukup baik
Konsentrasi dan perhatian : baik
12
Intelegensi dan kemampuan informasi : tidak terlalu baik karena latar
belakang pendidikan yang rendah.
D. Persepsi
Terdapat riwayat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik berupa
suara-suara yang menyuruh pasien untuk berjalan (keluyuran). Setelah
pasien dirawat untuk ketiga kalinya (sekarang) suara-suara tersebut
dirasakan pasien sudah mulai hilang dan tidak mengganggu.
E. Pikiran
1. Arus pikiran
Produktivitas : normal.
2. Isi pikir : pada awalnya terdapat waham kebesaran
(grandiositas),
namun sekarang telah berupa ide-ide waham.
F. Daya Nilai
Daya nilai realitas: cukup terganggu
G. Fantasi dan Cita-Cita
Ketika ditanya tentang cita-cita, pasien mengatakan bahwa dia bercita-cita
menjadi seorang pilot.
13
H. Tilikan
Tilikan : derajat dua, pasien agak sadar bahwa dirinya sakit dan
membutuhkan bantuan, tetapi pada saat yang sama juga
menyangkal hal itu.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Pasien dapat dipercaya.
III. IKHTISAR TEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki, berusia 29 tahun, agama Islam, tidak tamat pendidikan
Sekolah Dasar (SD), dan tinggal di Pasar Lama. Pasien datang ke RSKD pada
tanggal 18 Desember 2013 diantar oleh kakak tiri dan adik kandungnya
dengan keluhan utama suka keluyuran dan tidak menggunakan baju.
Sekarang merupakan ketiga kalinya pasien dirawat di bangsal jiwa RSKD
Ambon karena riwayat putus obat.
Sejak sekitar 4 tahun yang lalu (2010) pasien sering keluyuran tanpa
tujuan dengan tidak menggunakan baju. Berdasarkan autoanamnesis, alasan
pasien sering keluyuran karena pasien sedang mencari “ilmu pesawat”, dan
dia juga menganggap bahwa dirinya adalah seorang pilot. Hal tersebut juga
dikatakan oleh kakak tiri pasien (dalam alloanamnesis), bahwa pasien saat
pulang di rumah sering menceritakan mengenai “ilmu pesawat” dan
mengatakan ada yang sering menyuruhnya untuk berjalan keluar rumah,
14
namun keluarga sering menghiraukan perkataan pasien. Selain itu, pasien
sangat jarang mandi dan pasien juga sering berbicara dan tertawa sendiri,
sehingga keluarga jarang melihat pasien tidur. Tetapi menurut keluarga,
pasien tidak pernah berbuat jahat kepada keluarga dengan cara mengancam
dengan benda tajam. Pasien sering meminta paksa untuk diberikan rokok.
Bila tidak dipenuhi, pasien akan meminta uang dari orang lain untuk dapat
membeli rokok.
Sebelumnya pada tahun 2004 lalu, ibu kandung pasien meninggal setelah
ayah kandung pasien meninggal sebelumnya pada tahun 1996 dikarenakan
sakit. Setelah peristiwa itu pasien mulai sering keluyuran dan jarang pulang di
rumah. Saat tahun 2006 pula, pasien gagal menikah disebabkan oleh
penolakan dari keluarga pasangannya. Menurut kakak pasien, alasan
penolakan yakni karena keluarga pasangannya mengetahui bahwa pasien
tidak memiliki pekerjaan tetap. Pasien menyatakan bahwa dulu sering
mengonsumsi obat-obatan seperti Dextromethorphan (DMP) yang
diketahuinya dari teman-teman pergaulannya. Namun hal tersebut tidak
diketahui pasti oleh keluarganya, hanya saja keluarga mengatakan bahwa
pasien sangat sering mengonsumsi minuman beralkohol.
Sejak kanak-kanak pasien memang sudah mulai berperilaku buruk akibat
pergaulan dengan orang yang usianya jauh diatasnya, dimana pasien jadi
sering menonton film porno. Pasien tidak tamat pendidikan di Sekolah Dasar
dikarenakan pasien sudah malas dan tidak ingin melanjutkan sekolah.
15
Menurut keluarganya, adik kandung laki-laki ibunya juga menderita
gangguan jiwa dan sudah meninggal akibat keracunan makanan.
Dari pemeriksaan status mental ditemukan perilaku dan aktivitas
psikomotor yang gelisah, mood disforik, afek terbatas, terdapat proses pikir
yang normal disertai waham kebesaran yang telah berubah menjadi ide-ide,
RTA terganggu, tilikan derajat dua, terdapat riwayat halusinasi auditorik.
IV. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat penyakit pasien ditemukan adanya pola perilaku dan
psikologis yang secara klinis bermakna secara khas berkaitan dengan suatu
gejala yang menimbulkan penderitaan (distress) maupun hendaya/disfungsi
(disability) pada berbagai fungsi psikososial dan pendidikan, dan memenuhi
kriteria waktu sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
gangguan jiwa.
Pada anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan beberapa hal
yang bermakna yang berhubungan dengan terjadinya perubahan pada pasien
seperti: (1) pasien tampak gelisah, (2) riwayat halusinasi auditorik, (3)
terdapat waham kebesaran (waham grandiositas), (4) RTA terganggu.
Menurut kepustakaan, karena gejala pasien memenuhi kriteria umum
diagnosis skizofrenia dan ada tambahan waham (waham kebesaran) yang
menonjol serta gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta
gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. Dengan demikian,
16
berdasarkan PPDGJ-III dapat disimpulkan bahwa pada aksis I pasien
menderita Gangguan Skizofrenia tipe Paranoid (F.20.0).
Sumber informasi mengenai aktivitas maupun prestasi pasien di sekolah
dulu tidak lengkap dan tidak diketahui pasti oleh keluarga dan juga ditambah
pasien putus sekolah sebelum tamat Sekolah Dasar, maka Retardasi Mental
sulit untuk dinilai. Selain itu, pasien tidak menunjukkan adanya gangguan
kepribadian. Oleh karena itu diagnosis aksis II adalah Tidak Ada Diagnosis
Aksis II (Z.03.2).
Pada aksis III tidak dapat didiagnosis klinis karena tidak ditemukan
manifestasi klinis yang bermakna.
Pada aksis IV terdapat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi
pasien yaitu masalah hubungan orang tua akibat kematian orang tuanya,
dan masalah pendidikan karena putus sekolah.
Pada aksis V, GAF HLPY atau Global Assesment of Functioning yang
tertinggi dalam 1 tahun terakhir yaitu sebesar-besarnya 41 – 50, pasien
mengalami gejala berat (serious) dan disabilitas berat. Sedangkan GAF
Current sebesar 51-60 yaitu pasien memiliki gejala sedang (moderate) dan
disabilitas sedang.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Gangguan Skizofrenia Tipe Paranoid
Diagnosis Banding:
F25. Gangguan skizoafektif (namun tidak dominan).
17
Aksis II : Z03.2 Tidak Ada Diagnosis Aksis II
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : - Masalah dengan “primary support group” (keluarga)
- Masalah pekerjaan
Aksis V : GAF HLPY : 41 – 50
GAF Current : 51 – 60
VI. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik
Tidak dilakukan.
B. Psikologik
- Ide-ide waham Kebesaran
- Riwayat halusinasi auditorik
- Perjalanan penyakit yang cukup panjang (kronis)
- Insight yang buruk (derajat satu)
- RTA rendah.
C. Sosial
- Masalah “primary support group” keluarga, dimana keluarga pasien
sibuk sehingga susah mendapat orang yang dapat mengontrol obat
pasien.
- Masalah pekerjaan.
18
VII.PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia et malam.
Hal-hal yang meringankan:
- Berespon terhadap obat yang diberikan.
- Keluarga dengan ekonomi menengah keatas.
- Menggunakan Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS).
Hal-hal yang memberatkan:
- Usia yang masih muda saat keluhan mulai timbul (≤ 20 tahun)
- Terdapat riwayat genetik gangguan jiwa pada keluarga
- Perjalanan penyakit yang sudah cukup lama (kronis)
- Keluarga sulit mengontrol obat pasien karena sibuk dengan aktivitas
masing-masing (tidak ada care giver), sehingga riwayat terapi hampir
tidak ada (tidak patuh pada terapi).
- Pendidikan pasien rendah (intelejensi kurang)
- Lingkungan pasien tinggal merupakan lingkungan pasar.
19
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Psikoterapi
1. Terhadap pasien
- Psikoterapi supportif
- Modifikasi perilaku
2. Terhadap keluarga
- Psikoedukasi terhadap anggota keluarga pasien
B. Psikofarmaka
- Risperidon 2 x 2 mg
- Triheksifenidil mulai 3 x 2 mg, bila timbul gejala ekstrapiramidal
IX. DISKUSI
Pada pasien ini, pada awal pemeriksaan ditemukan gejala-gejala yang
sering ditemukan pada penderita skizofrenia seperti pasien jarang mandi,
sering berbicara sendiri, dan adanya waham . Dari anamnesis diketahui
bahwa pasien sudah masuk rumah sakit kurang lebih dua kali sebelumnya dan
mendapat obat antipsikotik. Namun pasien tidak pernah kontrol dan tidak
minum obat secara teratur (putus obat).
Berdasarkan PPDGJ-III pasien memenuhi kriteria diagnostik Skizofrenia
tipe Paranoid, dimana pasien memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
dan ada tambahan gejala waham kebesaran. Untuk gangguan afektif,
20
dorongan kehendak pembicaraan, serta gejala katatonik secara relative tidak
nyata atau tidak menonjol.
Pemilihan risperidon sebagai terapi psikofarmakologis pada pasien ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa saat ini memang ditemukan gejala
psikotik pada pasien. Alasan lain ialah sebagai antipsikotik, risperidon lebih
dipilih daripada haloperidol dikarenakan efek samping ekstrapiramidal yang
lebih rendah. Efek samping yang timbul dapat memengaruhi kepatuhan
minum obat pasien disamping dari faktor-faktor yang lain. Selain Risperidon,
terapi pada pasien dapat ditambahkan dengan pemberian obat antikolinergik
seperti Triheksifenidil untuk mencegah efek samping akibat pemberian obat
antipsikotik. Seperti pada penelitian Wijono dkk, bahwa pada pencegahan
terjadinya efek samping ekstrapiramidal lebih banyak digunakan obat
Triheksifenidil. Menurut panduan pelayanan medis departemen Psikiatri
RSCM tahun 2007, setelah pemberian triheksifenidil selama tiga bulan,
seharusnya dilakukan evaluasi ulang dengan penghentian pemberian secara
bertahap.
Pada pasien ini direncanakan untuk melakukan terapi keluarga. Melalui
terapi keluarga, maka peran masing-masing subsistem dalam keluarga pasien
akan dibenahi sehingga terbentuk pola keluarga yang bersifat saling
memahami dan mendukung.
21
X. FOLLOW UP
Tanggal/jam
HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA DAN TINDAK LANJUT
CATATAN PERKEMBANGAN
S (subjective) O (objective) A (Assesment) P (planning)
20 Desember
2013
S: tidak ada nafsu makan
O: Psikomotor : gelisah
Mood : disforik
Gangguan persepsi : halusinasi (-)
Gangguan isi pikir : waham (+)
A: Skizofrenia Paranoid
R/
- Psikoterapi supportif
- Risperidon 2x2 mg
28 Desember
2013
S: -
O: Psikomotor : gelisah (-)
Mood : disforik
Gangguan persepsi : halusinasi auditorik(-)
Isi pikiran : waham (+)
A: Skizofrenia Paranoid
R/
- Psikoterapi supportif
- Risperidon 2x2 mg
11 Januari
2014
S: Pasien meminta pulang
O: Psikomotor : gelisah (+)
Mood : iritabel-eutimik.
Isi pikiran : ide waham (+)
A: Skizofrenia Paranoid
R/
- Psikoterapi supportif
- Risperidon 2x2 mg
15 Januari
2014
S: Pasien memaksa untuk pulang.
O: Psikomotor : Gelisah dan tampak sedikit
agresif.
Isi pikiran : Ide waham (-)
Mood : eutimik
R/
- Psikoterapi supportif
- Risperidon 2x2 mg
22
A: Skizofrenia paranoid
21 Januari
2014
S: -
O : Psikomotor : mondar-mandir (+/-), agresif
berkurang.
Isi pikiran : Ide waham (kadang-kadang)
Mood : eutimik.
A : Skizofrenia paranoid.
R/
- Psikoterapi supportif
- Risperidon 2x2 mg
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. Volume I. 7th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins; 2000.
2. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010.
3. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001.
4. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri
Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid I. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher; 2010.
5. Wijono R, Nasrun MW, Damping CE. Gambaran dan karakteristik
penggunaan triheksifenidil pada pasien yang mendapat terapi antipsikotik.
J Indonesia Medical Association Jan 2013; Vol.63 (1).
6. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. Pedoman
nasional pelayanan kedokteran jiwa psikiatri. 2012.
7. Mayo Staff Clinic. Paranoid schizophrenia. England [online] 2012 [cited
2014 Jan 18]: [6screens].
24
Available from: URL: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/paranoid-schizophrenia/basics/definition/CON-20029040
25