laporan perbaikan enseval

47
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemamapuan untuk menolong diri sendiri dalam bidang kesehatan, perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan,peningkatan status gizi masyarakat dan pengurangan kesakitan dan kematian, serta pembangunan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan maka telah dilakukan pendidikan dan pelatihan agar terwujud perubahan, pertumbuhan dan pembangunan dibidang kesehatan. Jurusan Farmasi adalah salah satu institusi pendidikan dibidang kesehatan yang menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang obat-obatan serta pelayanan informasi obat.oleh karena itu, lulusan jurusan farmasi harus terlatih, terampil, jujur dan dapat memperluas pengetahuan

Upload: sari-djahilape

Post on 07-Feb-2016

205 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan perbaikan enseval

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah peningkatan kemamapuan untuk menolong

diri sendiri dalam bidang kesehatan, perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat

menjamin kesehatan,peningkatan status gizi masyarakat dan pengurangan kesakitan dan

kematian, serta pembangunan keluarga sehat sejahtera dengan makin diterimanya norma

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Untuk meningkatkan kualitas tenaga kesehatan maka telah dilakukan pendidikan

dan pelatihan agar terwujud perubahan, pertumbuhan dan pembangunan dibidang

kesehatan.

Jurusan Farmasi adalah salah satu institusi pendidikan dibidang kesehatan yang

menghasilkan tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang obat-obatan serta pelayanan

informasi obat.oleh karena itu, lulusan jurusan farmasi harus terlatih, terampil, jujur dan

dapat memperluas pengetahuan sebagai tenaga professional yang dapat menunjang

pembangunan kesehatan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk lebih meningkatkan ketrampilan mahasiswa

yaitu dengan mengadakan praktek kerja lapangan (PKL) yang wajib diikuti oleh

mahasiswa.praktek kerja lapangan merupakan kerja lapangan untuk menerapkan

pengetahuan diperoleh dan juga sebagai saran bagi mahasiswa untuk mendatkan bekal

sebelum terjun langsung kedunia kerja

PBF Enseval Putera Megatrading merupakan salah satu Pedagang Besar Farmasi

atau (PBF) sebagai tempat pelaksanaan PKL bagi mahasiswa Jurusan Farmasi, dimana

Page 2: laporan perbaikan enseval

mahasiswa dapat meningkatan pengetahuan dan wawasan dalam hal pengadaan,

penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan.

Praktek kerja lapangan pada PBF Enseval Putera Megatrading bagi mahasiswa

Jurusan Farmasi bertujuan:

Meningkatkan memperluas dan memantapkan keterampilan peserta didik sebagai bekal

untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang

ditetapkan.

1. Memberi bekal kemampuan dan ketrampilan dalam hal pengolahan obat, makanan,

kosmetik, obat tradisional dan alat kesehatan dengan terlibat langsung dengan

kegiatan di PBF.

2. Meningkatkan mutu profesionalisme mahasiswa dalam bidang kefarmasian yag

dipersiapkan untuk melayani masyarakat.

3. Memberikan kesemapatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan ilmu yang

diperoleh selama pendidikan dan penerapannya dilapangan.

4. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mensosialisasikan diri pada

lingkungan kerja.

C. Tujuan Pembuatan Laporan.

1. Peserta PKL mampu memahami, memantapkan dan mengembangkan pekerjaan yang

telah diperoleh di Kampus dan diterapkan di lapangan kerja.

2. Peserta PKL mampu mencari alternatif pemecahan masalah yang ditemukan di

lapangan.

Page 3: laporan perbaikan enseval

3. Mengumpulkan data yang berguna bagi kepentingan institusi pendidikan maupun

peserta didik yang bersangkutan.

4. Sebagai bahan referensi dalam menunjang dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa

angkatan berikutnya.

Page 4: laporan perbaikan enseval

BAB II

URAIAN UMUM

A. Pengertian pedagang Besar Farmasi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor:918/Menkes/PER/IX/1993 tentang

Pedagang Besar Farmasi adalah Badan Hukum Perseroan Terbatas atau Koperasi adalah

yang memiliki izin untuk pengadaan, penyaluran, penyimpanan perbekalan farmasi dalam

jumlah yang besar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.Pengrtian ini

dapat diperbaharui dengan keputusan Menteri Kesehatan seroan Terbatas atau Koperasi

adalah yang memiliki izin untuk pengadaan, penyaluran, penyimpanan perbekalan farmasi

dalam jumlah yang besar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.Pengertian ini dapat diperbaharui dengan keputusan Menteri Kesehatan yang

mengidentifikasi bahasa Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan yang berbentuk badan

hukum yang memiliki izin pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan farmasi dalam

jumlah besar sasuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

B. Tugas dan Fungsi Pedagang Besar Farmasi.

Adapun tugas dan fungsi pedagang Besar Farmasi adalah sebagai berikut:

1. Tugas PBF meliput:

Melayani perbekalan farmasi kepada instansi yang membutuhkan seperti Rumah Sakit

Pemerintah dan Swasta, Apotek, Toko Obat Berijin, PBF dan lain-lain.

2. Fungsi PBF meliputi:

a. Sebagai lembaga atau badan yang dipercaya untuk menyediakan, menyimpan dan

menyalur perbekalan farmasi.

Page 5: laporan perbaikan enseval

b. sebagai tempat pendistribusian obat baik tunggal maupun bukan dari satu pabrik

farmasi.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:1191/Menkes/IX/2002 tentang

Pedagang Besar Farmasi dalam pasal 1mengenai tugas dan fungsi PBF adalah:

1. Sarana farmasi yang melakukan pengadaan pembekalan dalam jumlah besar.

2. Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar kepada sarana kesehatan

lainnya

C. Persyaratan Pedagang Besar Farmasi.

Pedagang Besar Farmasi wajib memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Dilakukan oleh Badan Hukum berbentuk perseroan terbatas,koperasi,perusahan nasional

maupun perusahan patungan antara perusahan penanaman modal yang telah memperoleh

izin usaha Usaha Industri Farmasi di Indonesia dengan perusahan nasional.

2. Memiliki Nomor Wajib Pajak (NPWP).

3. Memiliki Asisten Apoteker atau Apoteker penanggung jawab yang berkerja penuh.

4. Anggota direksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan perundang-undangan

dibidang farmasi.

5. PBF dan setiap cabangnya wajib mengadakan, penyimpanan, dan menyalurkan

perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Mentri

Kesehatan dan wajib melaksanakan pengadaan obat dan alat kesehatan dari sumber yang

ada (legalitas terjamin)

6. Kewajiban tersebut dipertanggung jawabkan oleh penanggung jawab teknis yaitu

Apoteker atau Asisten Apoteker yang mempunyai surat penugasan dan SIK dan apabila

Page 6: laporan perbaikan enseval

terjadi pergantian penanggung jawab dilaporkan ke Dinas Keshatan setempat selambat-

lambatnya dalam waktu enam hari kerja

7. Jika terjadi pelanggaran ketentuan dalam pengadaan, penyipanan dan penyaluran menjadi

tanggung jawab Direktur dan Penanggung jawab teknis.

8. PBF dan setiap cabangnya wajib menguasai bangunan dan sarana yang memadai untuk

melaksanakan pengelolaan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi

serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi PBF.

9. Gudang wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta

keamanan perbekalan farmasi yang disimpan.

10. Gudang dan kantor PBF dan setiap cabangnya dapat berada pada lokasi yang terpisah

dengan tidak mengurangi efektifitas pengawasan interen oleh direksi dan penanggung

jawab.

D. Tata Cara Pemberian Izin PBF.

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Nomor:1191/Menkes/SK/2002 adalah sebagai

berikut:

1. Permohonan izin usaha diajukan pemohon pada Menteri Kesehatan dengan tembusan

kepada Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan formulir model PBF-1.

2. Permohonan izin usaha diajukan setelah pedagang besar farnasi setiap melakukan

kegiatan.

3. Dengan menggunakan contoh formolir model PBF-2 Kepala Dinas Kesehatan Propinsi

setempat selambat-lambatnya enam hari kerja sejak menerima tembusan permohonan

dapat meminta bantuan teknis kepada kepala Badan POM setempat untuk melakukan

pemeriksaan trehadap persiapan PBF untuk melakukan kegiatan.

Page 7: laporan perbaikan enseval

4. Kepala Badan POM selambat-lambatnya enam hari kerja setelah permintaan bantuan

teknis dari Kepala Dinas Kesehatan melaporkan hasil pemeriksaan dari Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunaka contoh formolir model PBF-3.

5. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi selambat-lambatnya enam hari kerja setelah menerima

hasil pemeriksaan dari Kepala Badan POM wajib menyampaikan kepada Mentri

Kesehatan dengan menggunakan contoh formolir model PBF-4.

6. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam nomor 3-5 tidak dilaksanakan

tepat pada waktunya permohonan yang bersakutan dapat membuat surat pernyataan

setiap kegiatan kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan kepada kepala Dinas

Kesehatan setmpat menggunakan contoh formolir model PBF-5.

7. Dalam jangka waktu 12 hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud nomor 5 atau surat pernyataan dimaksud nomor 6, Menteri

Kesehatan mengeluarkan izin usaha pedagang Besar Farnasi atau menundanya dengan

menggunakan contoh formolir model PBF-7

a. Apabila kesempatan untuk melengkapi persyaratan sebagaimana yang dimaksud

nomor empat belum memenuhu syarat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dalam 12

hari kerja mengeluarkan surat penundaan tersebut Pedagang Besar Farmasi diberi

kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya

1 bulan sejak menerima surat penundaan.

b. Apabila kesempatan untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam

nomor 8a tidak dipenuhi, maka permohonan izin usha Pedagang Besar Farmasi

ditolak dengan menggunakan formolir model PBF-8.

Page 8: laporan perbaikan enseval

c. Apabila permohonan telah dilengkapi persyaratan sebagaimana dimakasud dalam

nomor 1 , maka izin usaha Pedagang Besar Farmasi diberi menurut ketentuan yang

berlaku.

E. Pengelolaan Perbekalan Farmasi

1. Perencanaan.

Tujuan perencanaan ini agar proses pengadaan yang ada di PBF menjadi lebih

efektf dan efesien. Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun

perencanaan perbekalan farmasi adalah:

a. Pemelihan pemasok

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1) Legalitas produk.

2) Service. meliputi ketetapan waktu, ketetapan barang yang dikirim Atau adanya

diskon.

b. Ketersedian barang/perbekalan farmasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam ketersediaan adalah:

1) Sisa stok.

2) Rata-rata pemesanan dalam satu periode.

3) Rata-rata pemakaian.

4) Waktu tunggu (Lead time)

2. Pembelian atau pengadaan.

Merupakan suatu proses pengadaan perbekalan farmasi yang di perlukan di unit

pelayanan kesehatan dalam jumlah dan jenis yang dapat dengan mutu yang tinggi.

a. Pembelian dalam jumlah yang terbatas

Page 9: laporan perbaikan enseval

Pola pembelian ini dilakukan dalam jumlah terbatas sesuai dengan kebutuhan dalam

jangka pendek.

b. Pembelian berencana

Cara ini dilakukan untuk membeli perbekalan kesehatan yang sulit diperoleh. Pola

pembelian ini direncanakan sebelumnya berdasarkan pola kebutuhan dan sisa stok.

Pada proses pembelian obat di lakukan secara tunai dapat dilakukan pada saat

penyerahaan barang kepada rekanan sedangkan pembayaran kredit dilakukan satu

bulan setelah pembelian.

3. Penerimaan dan Pemeriksaan barang.

Dalam proses pengdaan setelah pembelian, kegiatan selanjutnya adalah penerimaan

dan pemeriksaan barang atau perbekalan farmasi. Pemeriksaan harus dilakukan untuk

keadaan perbekalan farmasi yang di kirim sesuai dengan jumlah, jenis dan kualitas yang

dibutuhkan.

4. Penyimpanan.

Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi adalah untuk pemeliharaan mutu,

menghidari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persedian

dan memudahkan pengawasan.

Ruang untuk penyimpanan hendaknya dipertanggung jawabkan dari segi keamanan,

tidak terkena cahaya matahari langsung, kering dan tidak bocor. Ruang gudang sebaiknya

dibagi-bagi dalam bagian kecil untuk penyimpanan perbekalan farmasi per kelompok,

misalnya ruang obat jadi, ruang bahan baku, ruang reagen dan ruang alat kesehatan

Page 10: laporan perbaikan enseval

Pada penyusunan stok obat dapat digolongkan menurut:

a. Bentuk sediaan dan secara alfabetis.

b. Menggunakan prinsip First in first out (FIFO).

c. Barang-barang yang mudah terbakar disimpan dalam ruangan tersendiri.

d. Untuk obat dalam kemasan besar atau dalam bentuk cairan infus, dapat disusun

secara rapi di atas pallet.

e. Vaksin dan obat-obat yang mudah rusak atau mudah meleleh pada suhu kamar,

disimpan pada lemari pendingin.

f. Obat-obat narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus yang terkunci

baik.

5. Penjualan

Macam-macam penjualan di Pedagang Besar Farmasi adalah:

a. Penjualan Rutin.

Penjualan perbekalan farmasi kepada Rumah Sakit, Puskesmas, Apotek, Toko obat

berizin dan PBF lain.Berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani oleh

penanggung jawab sarana pelayanan kesehatan tersebut.

b. Penjualan Berdasarkan Tender.

Penjualan ini biasanya dilaksanakan kepada pihak pemrrintah seperti Dinas

Kesehatan, Rumah Sakit, penjualan perbekalan farmasi tersebut, berdasarkan surat

kontrak dengan pemerintah.

F. Kewajiban, Larangan dan Pencabutan Izin usaha PBF.

Page 11: laporan perbaikan enseval

Kewajiban Pedagang Besar Farmasi dan setiap cabangnya kewajiban mengadakan,

menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Pedagang Besar Farmasi dan setiap cabangnya kewajiban mengadakan, menyimpan dan

menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh

Menteri Kesehatan.

2. Pedagang Besar Farmasi wajib melakasanakan pengadaan obat, bahan baku obat dan alat

kesehatan dari sumber yang sah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

3. Gudang wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang dapat menjamin mutu serta

keamanan perbekalan farmasi yang disimpan.

4. Pedagang Besar Farmasi wajib melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan dan

penyaluran serta tertib di tempat usahanya mengikuti pedoman teknis yang ditetapkan

oleh Menteri Kesehatan.

5. Pedagang Besar Farmasi yang menyalurkan bahan baku farmsai wajib menguasai

laboratorium yang mempunyai kemampuan untuk pengjian bahan baku farmasi yang

disalurkan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

6. Untuk setiap pengubahan kemasan bahan baku obat dari kemasan aslinya wajib

dilakukan pengujian laboratorium untuk identifikasi.

7. Pedagang Besar Farmasi dan setiap cabangnya wajib menyampaikan laporan secara

berkala sekali 3 bulan mengenai usahanya yang meliputi jumlah penerimaan dan

penyaluran masing-masing jenis kepada Menteri Kesehatan dengan tembusan Kepala

Dinas Kesehatn Propinsi setempat dengan menggunakan formulir PBF-9.

Page 12: laporan perbaikan enseval

8. Pedagang Besar Farmasi yang menyalurkan narkotika dan psikotropika wajib

menyampaikan laporan penyaluran narkotika dan psikotropika sesuai peraturan-peraturan

yang berlaku.

Larangan bagi Pedagang Besar Farmasi sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

No.918/Menkes/Per/X/1998 Pasal 14 dan 15 Pedagang Besar Farmasi dilarang untuk:

1. Pedagang Besar Farmasi dilarang untuk menjual perbekalan farmasi baik di tempat

kerjanya atau tempat lain yang tidak sesuai dengan peraturan.

2. Pedagang Besar Farmasi dilarang melakukan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran

narkotika dan psikotropika tanpa izin khusus dari Menteri Kesehatan.

BAB III

URAIAN KHUSUS

Page 13: laporan perbaikan enseval

A. Sejarah.

Sejarah PBF Enseval dapat diuraikan dengan berdasarkan tiga sudut pandang yaitu:dari

sudut fungsi Operasi Sales / distribusi( PBF). Sudut yuridis berdirinya suatu badan usaha dan

dari sudut strukturil organisator / fisik .sejarah PBF PT Enselval ditinjau dari sudut Operasi

sales / distribusi.

Pada saat berdirinya PT.Kalbe Farma(1996) yang berlokasi di jalan Simpang 1/1-

Tanjung Priuk Jakarta, PT Kalbe Farma telah mengemban dwi fungsi utama yang sifatna

operatif, yaitu produksi ang menjadi inti kegiatan PT.Kalbe Farma dan sales/distribusi yang

menjadi inti kegiatan PBF Enseval putra megatrading Tbk.PT Kalbe Farma lalu mengajukan

permohonan ke Ditjen POM/DEPKES RI untuk memperoleh persetujuan agar memisahkan

kedua fungsi utama, yaitu melalui surat Kalbe Farma No.008/GK/KF/80 tanggal 31 januari

1980.

Atas dasar surat permohonan tersebut maka Ditjen POM mengeluarkan surat keputusan

memberi izin persetujuan pemisahan, melalui surat keputusan tanggal 9 april 1980 untuk ke

13 cabang Enseval dengan SK.No.0949 s/d 0961/A/SK/PBF/80.

Atas memo dari Direktur Divisi Farma No.038/GK/M/80 tanggal 6 Mei 1980

menetapkan bahwa tanggal 1 April 1980 sebagai hari lahir Enseval.

Kata Enseval diambil dari kata ENCEPHALON yang dalam bahasa Indonesia artinya

kepala. Nama Enseval diberikan oleh Dr. Benyamin Setiawan, dengan harapan bahwa

Enseval dapat menjadi wadah kegiatan bidang-bidang usaha dari group yaitu menjadi

jembatan/pintu gerbang antara para principal dari luar, dengan konsumen melalui jalur

distribusi yang ada.

Page 14: laporan perbaikan enseval

Berdasarkan akte No. 58 yang dibuat dihadapan Notaris Ny. Betty Suhartini, SH pada

tanggal 6 Agustus 1993 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan surat keputusan

No.C2-7501.HT.01.04 tahun 1993. Berdirinya PT.Enseval Putera Megatrading tanggal 1

september 1993 maka terhitung tanggal 1 Oktober 1993 resmilah pengambil alihan seluruh

kegiatan distribusi baik dari pusat maupun cabang.

B. Visi dan misi PBF.

“kami bertekad menjadi distributor terbaik di bidang produk kesehatan di Indonesia dengan

mengutamakan kepuasan pelanggan melalui teknologi informasi dan sumber daya manusia

berkualitas”

C. Struktur organisasi.

D. Personalia.

Area BussinesManager

(ABM)

Kepala SeksiAkuntansi

(KSA)

Kepala Gudang(KAGUD)

Filed SalesSupervisior

(FSS)

Penanggung Jawab

Adm

Salesman

AssKasir

Pool Faktor

Data Proses

Kolektor

ekspedisi

Logistik

Page 15: laporan perbaikan enseval

PT Ensenseval Putra Megatrading cabang Kupang memiliki sejumlah karyawan yang

ditempatkan pada tugas dan bidangnya masing-masing yaitu:

1. Area Bussines Menager.

2. Kepala Seksi Akuntansi.

3. Kepala Logistik.

4. Supervisior.

5. Administrasi Sales.

6. Salesman.

7. Asisten Salesman.

8. Apoteker.

9. Pool Faktur.

10. Kasir.

11. Kolektor.

12. Petugas Gudang.

13. Supir.

14. Satpam.

15. Data Proses.

Fixed sales marketing terdiri dari beberapa divisi:

1. Divisi gabungan :Divisi Ethical dan Consumer Product Plus(PPS).

2. Divisi CHE (Consumer Healt Enseval).

3. Divisi Midi (Alkes).

Page 16: laporan perbaikan enseval

E. Pengelolaan Perbekalan Farmasi.

1. Pengadaan.

Pengadaan perbekalan farmasi berasal dari pusat menggunakan sytem dropping

berdasarkan Permintaan cabang.Tata cara pengadaan:

a. Pesanan Utama Cabang (PUC). Permintaan obat atau barang tiap itemnya diminta ke

pusat jumlah/banyaknya disesuiakan dengan kebutuhan pasar.

b. Cito Puc yaitu produk yang harus dikirimkan segera karena persediaan barang

menipis dan permintaan produk tersebut banyak.

c. Pesanaan tambahan, dibutuhkan karena stock yang menipis dan kemungkinan

berkurang (permintaan obat dikarenakan kasus-kasus tertentu).

d. Realokasi pengiriman barang ke Cabang lain karana permintaan PT Enseval Putra

Megatrading pusat (dicabang yang bersangkutan over stock).

2. Penerimaan.

Penerimaan barang di cabang berdasarkan shiplist bersama-sama dengan fisik

barangnya. Adapun yang dimaksud dengan Shiplist adalah surat pengiriman barang dari

pusat ke masing- masing cabang.

3. Penyimpanan.

Penyimpanan barang di gudang dibagi atas 6 bagian berdasarkan jenisnya:

a. Produk konsumen, misalnya susu, makanan tambahan.

b. Produk farma label merah.

c. Produk farma lingkaran biru dan hijau.

d. Produk kosmetik.

e. Injeksi dan reagen dalam lemari es.

Page 17: laporan perbaikan enseval

Penataan produk berdasarkan alphabet dan menurut tiap principal/pabrik, system

penyimpanan. Menggunakan system penyimpanan menggunakan system fluid location,

dimana gudang dibagi dalam beberapa lokasi yang didesain menggunakan rak-rak khusus

dan diberi tanda.

4. Distribusi.

a. Saluran distribusi perbekalan farmasi PT Enseval Putera Megatrading Cabang

Kupang.

Gambar ; Struktur Distribusi Perbekalan PBF PT Enseval Putera Megatring.

Saluran distribusi perbekalan farmasi dari PT EPM Cabang Kupang adalah PBF

lain, RS Swasta/Pemerintah, Apotek, Toko obat, Toko Kosmetik/Grosir, Mini market/

Super Market.

PT. Enseval Putera Megatrading Pusat

PBF Lain

PT. Enseval Putera Megatrading Cabang Kupang

Kupang

Toko ObatApotik,RSSwasta/Pemerintah

MiniMarket/

SuperMarket/

TokoKelontong

Page 18: laporan perbaikan enseval

b. Alur Penanganan Obat.

Pesanan barang dari outlet melalui salesmen, telepon/fax atau surat

pesananyang dikirim ke bangian administrasi sales dan bagian ini akan mengentri dan

mencetak sales ordernya beserta diskon yang ada, selanjutnya akan dicek penyalurnya

oleh penanggung jawab. Petugas gudang akan mencetak ordelist kemudian

administrasi gudang akan mencetak faktur, kepala gudang akan mengecek barang

sesui faktur untuk selanjutnya pengiriman barang akan di atur oleh petugas ekspedisi

untuk obat OKT harus sesui dengan peraturan yang berlaku yaitu surat pesanan dan

fakturnya harus dipisahkan dari faktur lainnya, faktur komersial rangkap 5 untuk :

1. Faktur asli di failaing untuk penagihan

2. Arsip cabang, kopi faktur ini digunakan sebagai data pada waktu pemeriksaan

POM

3. Arsip salesmen

4. Arsip gudang

5. Arsip outlet

Proses pembayaran dari autlet ke Enseval Megatrading dapat dilakukan secara

tunai dan kredit. PF memberikan batas waktu kredit maksimal 30 hari.

c. Penjalan Sistem Kanvas.

Penjualan ini berlaku untuk obat bebas dan costumer. Cara penjualannya

dengan menggunakan mobil box/ motor box yang diatur oleh salesmen dan asisten

salesmen.

Page 19: laporan perbaikan enseval

F. Pengelolaan Obat Rusak dan Kadalursa.

Barang-barang yang mengalami kerusan fisik serta melewati batas kadaluarsa,

dikembalikan oleh pelanggan EPM. Barang yang dikembalikan dari pelanggan dicek dan

ditempatkan di tempat khusus kemudian dibaut laporan barang rusak. Kriteria pengambilan

barang adalah;

1. Produk yang mendekati ED sebelum 3 bulan

2. Kemasan rusak

3. Obat rusak

4. Jika ada perintah dari pabrik karena alasan tertentu untuk obat yang rusak/kadaluarsa

dibuatkan laporan barang rusak. Barang tersebut di cek jumlahnya kemudian di kirim ke

Kantor Pusat untuk selanjutnya dimusnahkan di Pusat (khusus obat).

5. Berdasarkan permintaan dari Badan POM

G. Laporan-laporan.

Ada 2 jenis laporan yang harus dibuat oleh Asisten Apoteker penanggungjawab yaitu,

1. Laporan triwulan

Laporan pendistribusian obat selama 3 bulan dibuat rangkap 4 dan ditunjukan kepada

Menteri Kesehatan RI, dengan tembusan kapada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi,

Kepala Balai POM Propinsi dan arsip.

2. Laporan OKT

Laporan distribusi golongan psikotropika (OKT) dilaporkan setiap bulan. Laporan ini

dibuat rangkap 4 ditunjukan kepada Kepala Badan POm Pusat, Kepala Dinas Kesehatan

dengan tembusan kepad BPOM Propinsi dan arsip.

Page 20: laporan perbaikan enseval

BAB IV

PEMBAHASAN

PBF PT Enseval Putera Megatrading dalam pelaksanaan kegiatannya melakukan

pengelolaan perbekalan/produk farmasi. Secara umum pengelolaan yang dilaksanakan telah

sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tata cara pendistribusian barang, pengembalian barang

dari outlet ke PBF, pemusnahan barang yang rusak serta kondisi penyimpanan pada gudang di

PBF PT Enseval Putera Megatrading adalah sebagai berikut:

1. Pendistribusian.

Pendistribusian barang di PBF PT Enseval Putera Megatrading meliputi pendistribusian

produk Farma, Konsumer dan Produk Alkes.

a. Untuk barang Farma.

Barang Farma terdiri dari obat keras, obat psikotropik. Distribusi barang Farma dari PT

Enseval Putera Megatrading ke pelanggan melalui ekspedisi.

b. Barang Konsumer

Destribusi barang konsumer kepada pelanggan di dalam dan di luar pulau dilakukan

melalaui kanvas.

c. Produk Alkes

Didistribusikan ke pelanggan yang mempunyai izin alkes.

2. Pengembalian Barang.

Barang-barang yang mengalami kerusakan fisik serta melewati batas kadalursa

dikembalikan oleh pelanggan ke PT Enseval Putera Megatrading, barang yang dikembalikan

dari pelanggan dicek dan dibuatkan laporan berita acara barang rusak.

Page 21: laporan perbaikan enseval

Proses retur ada 2 cara:

Retur barang kemudian di buatkan faktur dan retur (yang selanjutnya pemotongan

tagahan)

Retur barang diganti dengan barang-barang yang sejenis dalam kondisi baik

Kriteria pengembalian barang rusak:

a. Produk yang mendekati expire date, tiga bulan belum expire date dari yang tertera pada

kemasan.

b. Kemasan rusak.

c. Obat rusak.

d. Penarikan produk oleh pabrik karena:

1) Kebijakan dari pabrik karena alasan tertentu

2) Ada perintah penarikan dari Dirjen POM

3. Pemusnahan barang rusak

Khusus obat-obat yang rusak dikembalikan/diretur ke kantor pusat dengan membuat

Laporan Barang Rusak (LBR). Dokumen LBR dikirim bersama produk yang rusak

tersebut ke kantor pusat untuk selanjutnya dimusnahkan di pusat.

Untuk produk bukan obat (consumer) seperti:susu dan produk makanan

bayi,pemusnahannya dilakukan dikantor cabang dan dibuatkan berita acara pemusnahan

barang,dalam form berita acara pemusnahan barang tertera nama produk, kode produk,

kemasan, jumlah, nomor batch, tanggal serta tanda tangan para saksi. Pemusnahan

dihadiri oleh saksi-saksi antara lain: Kepala Cabang, Kepala seksi akuntansi, Asisten

Apoteker,penanggung jawab dan kepala gudang serta pihak Principal.

Page 22: laporan perbaikan enseval

Penyimpanan di Gudang

Penyimpanan sudah tertata secara rapi, penyimpanan dikelompokan sesuai ED, No

Bacth dan golongan/jenis obat. Penyimpanan di gudang terbagi menjadi beberapa bagian

antara lain:

1). Ruangan alat Kesehatan

2). Ruangan Farma

3). Ruangan CHE (Consmer Health Enseval) : obat bebas dan bebas terbatas

4). Ruangan produk konsumen (Susu dan makanan bayi)

5). Ruangan kosmetik

Pada setiap produk terdapat kartu stock masing-masing sehingga memudahkan

untuk mengontrol stock /jumlah barang.

Dari hasil pengamatan selama melakukan praktek kerja Lapangan di PBF PT

Enseval Putera Megatrading bahwa secara umum kegiatan pengelolaan produk farma dan

produk non etikal sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku.Namun meskipun demikian

kami masih menemui permasalahan selama melaksanakan PKL yang disebabkan karena

kami kurang mempersiapkan diri sebelum melakukan praktek kerja lapangan.

Page 23: laporan perbaikan enseval

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki

ijin untuk pengadaan, penyaluran, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi

dalam jumlah besar sesuai peraturan Menteri Kesehatan No 1191/MENKES/IX2002.

Dalam perjalan tugas untuk melayani perbekalan farmasi kepada instansi yang

membutuhkan,PBF Enseval Putera Megatrading telah menjalankan tugasnya dengan

baik.PBF PT Enseval putera megatraing juga telah menjadi lembaga yang dipercaya

untuk menyediakan, menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi dalam jumlah

besar kepada sarana kesehatan lainnya, berupa produk, farma (obat), produk non farma

(Produk Consumer Health Enseval), maupun alat kesehatan.

B. SARAN.

Diharapkan mahasiswa lebih mempersiapkan diri sebelum melakukan praktek kerja

lapangan (PKL), terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan instansi tempat PKL.

Page 24: laporan perbaikan enseval

DAFTAR PUSTAKA

Anonim .2002. Perubahan Atas Permenkes No.918/Menkes/sk/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi. Depkes RI. Jakarta.

Anonim. 2007. Profil Kesehatan Propinsi NTT Tahun 2007. Dinkes NTT.Kupang.

Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1191/Menkes/SK/10/2002 Tentang Pedagang Besar Farmasi. Jakarta.

Nome, A. dkk. 2010. Laporan Praktek Kerja Lapangan Pada PBF Enseval Putera Megatrading. Jurusan Farmasi Poltekkes Kemkes Kupang.

Page 25: laporan perbaikan enseval

Lampiran 1. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1191/ Menkes/ SK / 1 X / 2002. Tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/ Menkes / PER / X

/1993.Tentang Pedagang Besar Formasi.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor: 1191/MENKES/SK/1X/2002 TENTANG

PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR:

918/MENKES/PER/X/1993 TENGTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

MENTERI KESEHATAN

Menimbang :

a. Bahwa dalam rangka menampung semangat otonomi daerah dan kebutuhan

masyarakat,pengaman sediaan farmasi dan alat kesehatan perlu ditingkatkan.

b. Bahwa peraturan menteri kesehatan No. 981/MENKES/PER/x/1993 tentang pedagang besar

farmasi sudah tidak memenuhi kebutuhan dimaksud dalam butir (a), sehingga perlu diadakan

perubahan.

c. Bahwa sesuai dengan huruf (a)dan (b)tersebut diatas perlu ditetapkan keputusan menteri

kesehatan tengtang perubahan atas peraturan menteri kesehatan

No.918/MENKES/PER/x/1993 tentang Pedagang Besar Farmasi.

Mengingat :

1. Undang-undang Obat Keras (Stb.1973 Nomor 541).

2. Undang-undang no 23 tahun 1992 tengtang Kesehatan (Lembaga Negara Ri Tahun 1992

Nomor 100,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);

Page 26: laporan perbaikan enseval

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaga Negara Ri Tahun

1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Ri Nomor 3671);

4. Undang-undang No.22 tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Ri Tahun 1997

Nomor 67,Tambahan Lembaran Negara Ri Tahun 1997 Nomor 3698);

5. Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Ri Tahun

1999 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Ri Tahun 1999 Nomor 3839);

6. Peraturan pemerintah no.32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Ri

Tahun 1996 Nomor 3637);

7. Peraturan pemerintah RI no.72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat

Kesehatan (Lembaga Negara Ri No.72 Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran

Negara Ri Tahun 1998 No 3781):

8. Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan

Propinsi sebagai Daerah Otonom(Lembaga Negara Ri Tahun 2000 No 54 Tambahan

Lembaran Negara Ri Tahun 2000 No 3952)

Page 27: laporan perbaikan enseval

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO; 918/MENKES/PER/X/1993

TENTANG PEDAGANG BESAR FARMASI

Pasal 1

Mengubah beberapa ketentuan dalam pasal 1,4,7,9,10,11,12,13,18,20,22,23 dan 24 a,sehingga

menjadi berbunyi sebagai berikut:

1. Pasal 1

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :

Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memeiliki ijin untuk

pengadaan,penyimpanan,penyaluran perbekalan farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

Sarana Pelayanan Kesehatan adalah apotek,Rumah Sakit,toko obat dan pengecer lain serta unit

kesehatan lain yang ditetapkan oleh menteri.

Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Balai POM adalah Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan.

Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dibidang kesehatan

2. Pasal 4

1) Ijin Usaha Pedagang Besar Farmasi diberikan oleh Menteri;

2) Ijin Usaha pedagang besar Farmasi berlaku untuk seterusnya selama perusahaan

Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan masi aktif melakukan kegiatan usahanya dan

Page 28: laporan perbaikan enseval

berlaku untuk seluruh wilayah Republik Indonesia; untuk memperoleh ijin usaha Pedang

Besar Farmasi yang bersangkutan masi aktif melakukan kegiatan usahanya dan berlaku

untuk seluruh wilayah Republik Indonesia, untuk memperoleh ijin usaha Pedagang Besar

Farmasi tidak dipungut biaya dalam bentuk apapun.

3. Pasal 7

a. Kewajiban sebagaimna dimaksud dalam pasal 6 dipertanggung jawabkan oleh

penanggung jawab teknis seorang Apoteker,atau asisten Apoteker yang mempunyai surat

penugasan dan surat ijin kerja.

b. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 khusus untuk pedagang Besar Farmasi

yang menyalurkan bahan baku obat,wajib dipertanggungjawabkan seorang Apoteker

yang mempunyai surat penugasan dan surat ijin kerja.

c. Setiap pergantian pertanggungjawab dimaksud ayat(1) wajib dilaporkan selambat-

lambatnya dalam jangka waktu 6(enam) hari kerja kepada Kepala Dinas Kesehatan

setempat.

4. Pasal 9

Pedagang Besar Farmasi dan setiap cabangnya wajib menguasai bangunan dan sarana yang

memadai untuk dapat melaksanakan pengelolaan,pengadaan,penyimpanan dan penyaluran

perbekalan Farmasi serta dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Pedagang

Besar Farmasi; gudang wajib dilengkapi dengan perlengkapan yang dapat menjamin mutu

serta keamanan perbekalan Farmasi yang di simpan; gudang dan kantor pedagang Besar

Farmasi dan setiap cabangnya dapat berada pada lokasi yang terpisah dengan syarat tidak

mengurangi efektivitas pengwasan interen oleh direksi dan penanggungjawab,Pedagang

Page 29: laporan perbaikan enseval

Besar Farmasi wajib melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan dan penyaluran

secara tertib ditempat usahanya mengikuti pedoman teknis yang ditetapkan oleh Menteri.

5. Pasal 10

Pedagang Besar Farmasi yang menyalurkan bahan baku Farmasi wajib menguasai

laboratorium yang mempunyai kemamapuan untuk pengujian bahan baku Farmasi yang

disalurkan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri.untuk setiap pengubahan kemasan

bahan baku obat dari kemasan aslinya wajib dilakukan pengujian laboratorium untuk

identifikasi.

6. Pasal 11

Penderian Cabang Pedagang Besar Farmasi di Propinsi wajib dilaporkan kepada Kepala

Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan Kepala Menteri dan kepada kepala Balai POM

setempat.

7. Pasal 12

(1) Permohonan ijin usaha diajukan pemohon kepada Menteri dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunkan formolir model PBF-1

(2) Permohonan ijin usaha diajukan setelah Pedagang Besar Farmasi setiap melakukan

kegiatan;

(3) Dengan menggunakan contoh formolir model PBF-2 kepala Dinas Kesehatan Propinsi

setempat selambat-lambatnya 6(enam) hari kerja sejak menerima tembusan permohonan

dapat meminta bantuan teknis kepada kapala Balai POM setempat untuk melakukan

pemeriksaan terhadap kesiapan Pedagang Besar Farmasi untuk melakukan kegiatan;

Page 30: laporan perbaikan enseval

(4) Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6(enam) hari kerja setelah permintaan bantuan

teknis dari kepala Dinas Kesehatan melaporkan hasil pemeriksaan kepada Kepala Dinas

Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh formolir model PBF-3;

(5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi selambat-lambatnya 6(enam) hari kerja setelah

menerima hasil pemeriksaan dari kepala Balai POM wajib menyampaikan kepada

Menteri dengan menggunakan contoh formolir model PBF-4;

(6) Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) sampai dengan ayat (5)

tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon yang bersangkutan dapat membuat surat

pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Menteri dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh formolir model PBF-5;

(7) Dalam jangka wakti 12(dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil pemeriksaan

sebagaimana dimaksud ayat (5) atau surat pernyataan dimaksud ayat (6), Menteri

mengeluarkan ijin usaha Pedagang Besar Farmasi atau menundanya dengan

menggunakan contoh formolir model PBF-6 atau PBF-7.

8. Pasal 13

(1) Penundaan pemberian ijin usaha pedagang Besar Farmasi sebagaimana dimaksud dalam

pasal 12 ayat (7) dilakukan apabila pemohon belum memilki/memenuhi salah satu hal

sebagai berikut:

(a) Persyaratan administrative.

(b) Nomor pokok wajib pajak.

(c) Penanggung jawab yang bekerja penuh.

(d) Bangunan dan sarana untuk melaksanakan pengelolaan,pengadaan,penyimpanan dan

penyaluran perbekalan farmasi

Page 31: laporan perbaikan enseval

(2) Terhadap penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pedagang Besar Farmasi

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-

lambatnya 1 (satu) bulan sejak menerima surat penundaan;

(3) Apabila kesempatan untuk melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat

2(dua) tidak terpenuhi,maka permohonan ijin usaha Pedagang Besar Farmasi ditolak

dengan menggunakan formolir model PBF-8;

9. Pasal 18

(1) Pedagang Besar Farmasi dan setiap cabangnya wajib menyampaikan laporan secara

berkal sekli 3(tiga) bulan mengenai usahanya yang meliputi jumlah penerimaan dan

penyaluran masing-masing jenis obat kepada Menteri dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh formulir model PBF-9;

(2) Pedagang Besar Farmasi yang menyalurka narkotika dan psikotropika wajib

menyampaikan laporkan panyaluran narkotika dan psikotropika sesuai perundang-

undngan yang berlaku disamping laporan berkala seperti disebut dalam ayat( 1).

10. Pasal 20

(1) Pelaksanaan pencabutan ijin usaha Pedagang Besar Farmasi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 19 dilakukan setelah dilakukan:

(a) Peringatan secara tertulis kepada perusahaan Pedagang Besar Farmasi sebanyak tiga

kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan dengan

menggunakan contoh formulir model PBF-10.

(b) Pembekuan Ijin Usaha Pedagang Besar Farmasi untuk jangka waktu 6 (enam) bulan

seja dikeluarkan Penetapan Pembekuan Kegiatan Usaha Pedagang Besar Farmasi

dengan menggunakan contoh Formulir Model PBF-11.

Page 32: laporan perbaikan enseval

(2) Pembekuan Ijin Usaha Pedagang Besar Farmasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b,

dapat dicairkan kembali apabila Pedagang Besar Farmasi telah membuktikan memenuhi

seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini;

(3) Pejabat yang berwenang memberi peringatan melakukan pembekuan ijin seperti yang

dimaksud pada ayat (1) adalah Menteri,berdasarkan usul dari Kepala Dinas Kesehatan

Propinsi atau Badan POM;

(4) Pejabat yang berwenang untuk mencabut ijin usaha Pedagang Besar Farmasi adalah

Menteri dengan menggunakan contoh Formulir Model PBF-12, Berdasarkan usul dari

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi atau Badan POM;

(5) Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) adalah Pedagang Besar Farmasi yang sudah tidak

aktif lagiselama 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf (b).

11. pasal 22

Pelanggaran terhadap Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedagang Besar Farmasi dapat

digunakan sanksi pidana berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

Undang-undang No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-undang No.22 tahun 1997

tentang Narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

12. Pasal 23

(1) Pembinaan terhadap Pedagang Besar Farmasi dilaksanakan oleh Menteri;

(2) Pembinaan dimaksud ayat (1) meliputi pelaksanaan kebijakan umum dibidang

pengadaan, penyimpanan dan penyaluran perbekalan farmasi yang ditetapkan oleh

Menteri;

Page 33: laporan perbaikan enseval

13. pasal 24 a.

Pedagang Besar Farmasi yang telah memiliki ijin usaha Pedagang Besar Farmasi berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan No.918/MENKES/PER/X/1993 tentang Pedagang Besar

Farmasi dianggap telah memiliki ijin usaha Pedagang Besar Farmasi berdasarkan Keputusan

Menteri Kesehatan ini.

PASAL II

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Agar setiap orang

mengetahuinya,memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan penempatannya dalam

Berita Negara Republik Indonesia.