laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan...

56
LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TRIWULAN II TAHUN 2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL JULI 2019

Upload: others

Post on 01-Sep-2020

29 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

TRIWULAN II TAHUN 2019

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL

JULI 2019

Page 2: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

i

KATA PENGANTAR

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan merupakan wujud kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good governance).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Triwulanan yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

Dengan berakhirnya triwulan II tahun 2019, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) menyusun Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan II Tahun 2019 yang mencakup Tugas Pokok dan Fungsi, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator Kinerja, serta Analisis Capaian Kinerja yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, Laporan ini disusun sebagai bahan masukan bagi Ditjen IKFT guna meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Jakarta , Juli 2019 Direktur Jenderal

Ttd.

Achmad Sigit Dwiwahjono

Page 3: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................................. ii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................................. 1 1.2 Latar Belakang Program .................................................................................. 5 1.3 Struktur Organisasi ............................................................................................ 8

II. RENCANA PROGRAM/KEGIATAN ........................................................................ 10 2.1 Program/Kegiatan Tahun Anggaran 2019 ............................................... 10 2.2 Sasaran dan Indikator Kinerja ....................................................................... 13

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ...................................................................................... 18 3.1 Hasil yang Telah Dicapai .................................................................................. 18 3.2 Analisis Capaian Kinerja .................................................................................. 19 3.3 Hambatan dan Kendala Pelaksana ............................................................... 32 3.4 Langkah Tindak Lanjut ..................................................................................... 32

IV. PENUTUP ......................................................................................................................... 33

Page 4: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

1

BAB I

P E N D A H U L U A N

1.1. Tugas Pokok dan Fungsi

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018

tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil (Ditjen IKFT) mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,

peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa

industri, standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri

strategis dan industri hijau, serta peningkatan penggunaan produk dalam

negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri

semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam,

serta industri tekstil, industri kulit dan industri alas kaki. Dalam melaksanakan

tugas tersebut, Ditjen IKFT menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur

industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi

industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri

kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan

industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,

industri kulit, dan industri alas kaki;

2. pelaksanaan kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur

industri, peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi

industri dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri

kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan

industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,

industri kulit, dan industri alas kaki;

Page 5: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

2

3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang

pendalaman dan penguatan struktur industri, peningkatan daya saing,

pengembangan iklim usaha, promosi industri dan jasa industri,

standardisasi industri, teknologi industri, pengembangan industri

strategis dan industri hdau, serta peningkatan penggunaan produk dalam

negeri pada industri kimia hulu, industri kimia hilir, industri farmasi,

industri semen, industri keramik, dan industri pengolahan bahan galian

nonlogam, serta industri tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

4. pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

kebijakan di bidang pendalaman dan penguatan struktur industri,

peningkatan daya saing, pengembangan iklim usaha, promosi industri

dan jasa industri, standardisasi industri, teknologi industri,

pengembangan industri strategis dan industri hijau, serta peningkatan

penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia hulu, industri

kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri keramik, dan

industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri tekstil,

industri kulit, dan industri alas kaki;

5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pendalaman dan

penguatan struktur industri, peningkatan daya saing, pengembangan

iklim usaha, promosi industri dan jasa industri, standardisasi industri,

teknologi induski, pengembangan industri strategis dan industri hijau,

serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri pada industri kimia

hulu, industri kimia hilir, industri farmasi, industri semen, industri

keramik, dan industri pengolahan bahan galian nonlogam, serta industri

tekstil, industri kulit, dan industri alas kaki;

6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil; dan

7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil memiliki 5

(lima) unit kerja, yaitu Direktorat Industri Kimia Hulu, Direktorat Industri

Kimia Hilir dan Farmasi, Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki,

Page 6: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

3

Direktorat Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam, serta

Sekretariat Direktorat Jenderal. Masing-masing direktorat tersebut

mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Direktorat Industri Kimia Hulu (Dit. IKHU)

Tugas : melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk

pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran

industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan

prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan

industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta

kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri kimia hulu.

Dit. IKHU memiliki unit kerja pembantu yang dibagi berdasarkan jenis

komoditas dan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

a. Sub Direktorat Industri Kimia Organik

b. Sub Direktorat Industri Kimia Anorganik

c. Sub Direktorat Industri Kimia Hulu Lainnya

d. Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Kimia Hulu

e. Sub Bagian Tata Usaha

2. Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi (Dit. IKHF)

Tugas : Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan

industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana

industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri,

perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan

teknis pengembangan industri di bidang industri kimia hilir dan farmasi.

Dit. IKHF memiliki unit kerja pembantu yang dibagi berdasarkan jenis

komoditas dan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

a. Sub Direktorat Industri Plastik dan Karet Hilir

b. Sub Direktorat Industri Farmasi dan Kosmetik

c. Sub Direktorat Industri Kimia Hilir Lainnya

d. Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Kimia Hilir dan

Farmasi

Page 7: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

4

e. Sub Bagian Tata Usaha

3. Direktorat Industri Teksil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka (Dit. ITKAA)

Tugas : melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk

pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran

industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan

prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan

industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta

kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri tekstil, kulit,

alas kaki, dan aneka.

Dit. ITKAA memiliki unit kerja pembantu yang dibagi berdasarkan jenis

komoditas dan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

a. Sub Direktorat Industri Tekstil

b. Sub Direktorat Industri Pakaian Jadi dan Produk Tekstil Lainnya

c. Sub Direktorat Industri Kulit, Alas Kaki dan Aneka

d. Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Teksil, Kulit, Alas

Kaki dan Aneka

e. Sub Bagian Tata Usaha

4. Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian

Nonlogam (Dit. ISKBGNL)

Tugas : Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian

Nonlogam mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan

rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri

nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri,

pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan,

pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman

modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri

di bidang industri semen, keramik, dan pengolahan bahan galian

nonlogam.

Dit. ISKBGNL memiliki unit kerja pembantu yang dibagi berdasarkan jenis

komoditas dan fungsinya, yaitu sebagai berikut :

a. Sub Direktorat Industri Semen dan Barang Dari Semen

b. Sub Direktorat Industri Keramik dan Kaca

Page 8: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

5

c. Sub Direktorat Industri Pengolahan Bahan Galian Nonlogam lainnya

d. Sub Direktorat Program Pengembangan Industri Semen, Keramik, dan

Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

e. Sub Bagian Tata Usaha

5. Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen)

Tugas : melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh

satuan organisasi di lingkungan organisasi Ditjen IKFT.

Setditjen memiliki unit kerja pembantu yang dibagi berdasarkan

fungsinya, yaitu sebagai berikut :

a. Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan

b. Bagian Hukum dan Kerjasama

c. Bagian Keuangan

d. Bagian Kepegawaian dan Umum

1.2. Latar Belakang Program

Saat ini pengembangan industri dihadapkan pada masalah internal

sektor dan eksternal ekonomi. Masalah internal pertama adalah populasi

usaha industri dimana postur populasi industri kurang kuat karena industri

berskala besar dan sedang kurang dari 1 persen, padahal usaha industri inilah

yang berpotensi mampu memberikan kesejahteraan hidup bagi pelaku dan

tenaga kerjanya, serta memberikan kontribusi (share) Produk Domestik Bruto

(PDB) yang besar. Masalah kedua menyangkut struktur industri nasional yang

belum kokoh dilihat dari (1) penguasaan usaha/pasar; (2) keterkaitan antara

industri besar dengan industri kecil dan menegah (IKM); dan (3) keterkaitan

hulu-hilir. Masalah ketiga menyangkut produktivitas, yaitu besarnya nilai

tambah yang diciptakan oleh setiap tenaga kerja industri yang masih rendah.

Sementara itu, permasalahan eksternal industri mencakup (1) ketersediaan

dan kualitas infrastruktur (jaringan jalan, pelabuhan, kereta api, listrik,

pasokan gas) yang belum memadai; (2) pengawasan barang-barang impor

yang belum mampu menghentikan peredaran barang impor ilegal di pasar

domestik; (3) hubungan industrial dalam perburuhan belum terbangun

Page 9: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

6

dengan baik; (4) masalah kepastian hukum; dan (5) suku bunga perbankan

yang masih tinggi.

Pemanfaatan potensi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil

tahun 2015 – 2019 dapat dilihat dari berbagai aspek terutama permasalahan

regulasi, yaitu aspek dinamika sektor industri, perjanjian kerjasama ekonomi

dengan Negara lain dan kebijakan otonomi daerah. Dinamika sektor industri

mencakup perubahan jumlah dan penduduk, serta peningkatan kesejahteraan

penduduk mendorong sektor industri untuk dapat tumbuh lebih tinggi dari

pertumbuhan PDB Nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

akses pasar, dan potensi energi Sumber Daya Alam. Sementara itu, kerjasama

dengan para stakeholder bermanfaat untuk memperluas akses pasar bagi

produk industri nasional.

Dalam rangka menanggulangi berbagai tantangan pengembangan

industri, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun

2008 tentang Kebijakan Industri Nasional dimana arah pembangunan industri

ditujukan untuk :

1. Menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar

Seluruh upaya pembangunan industri diorientasikan untuk membangun

daya saing dan pengembangan industri guna menciptakan lapangan kerja

yang sebesar-besarnya.

2. Melanjutkan program revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi industri

Memulihkan industri yang terkena dampak krisis dengan prioritas pada

industri dengan periode pemulihan cepat melalui program revitalisasi,

konsolidasi, dan restrukturisasi industri.

3. Mengoptimalkan pasar dalam negeri dan mendayagunakan potensi dalam

negeri

Merupakan sebuah upaya integral yang dimotori oleh pemerintah untuk

membangkitkan nasionalisme konsumsi produksi dalam negeri agar dalam

jangka panjang mampu membangun dan memperkuat basis produksi dan

kemampuan ekspor.

4. Meningkatkan daya saing

Menggalakkan program efisiensi biaya produksi di semua komponen biaya,

Page 10: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

7

baik yang langsung maupun tak langsung, serta menerapkan standarisasi.

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT)

merupakan salah satu satuan kerja unit Eselon I dalam struktur organisasi

Kementerian Perindustrian. Ditjen IKFT saat ini membina sektor industri

kimia dasar (petrokimia, batubara, garam), industri kimia hilir dan farmasi

(karet, semen, keramik, kosmetik, plastik, farmasi), industri tekstil dan produk

tekstil (pakaian jadi, alas kaki, barang kulit). Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil merupakan sektor industri yang bercirikan padat modal, padat

teknologi, padat karya, memiliki keterkaitan tinggi mulai dari hulu hingga hilir,

dan menjadi komoditas ekspor penghasil devisa negara.

Untuk membangun daya saing industri yang berkelanjutan, Ditjen IKFT

telah menetapkan program jangka menengah dengan tema utama

“Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil”. Untuk

itu, Ditjen IKFT memprioritaskan pendekatan restrukturisasi, pengembangan

sektor industri dan kawasan, serta peningkatan SDM industri. Selanjutnya

fungsi pelaksanaan kebijakan diimplementasikan melalui pembinaan baik

langsung maupun tidak langsung terhadap para pelaku industri melalui

berbagai bantuan dibidang standarisasi, mutu, teknologi, iklim usaha

(kebijakan dan perlindungan kepada pelaku pasar), pengembangan sistem dan

jaringan informasi ekspor, serta perluasan pasar. Program kegiatan tersebut

mencakup pengembangan industri yang berdaya saing global dan berbasis

sumberdaya alam lokal, serta pengembangan ekspor yang diarahkan pada

peningkatan ekspor non migas dalam upaya memenuhi kebutuhan devisa.

Seluruh program kegiatan diatas bersifat aspiratif, fasilitatif, dan

akomodatif yang dilaksanakan sepanjang periode jangka menengah tahun

2015 - 2019 dengan berpedoman pada dokumen-dokumen perencanaan dan

evaluasi. Untuk memantau capaian sasaran dan tujuannya, Ditjen IKFT

melaporkan realisasi anggaran dan kinerjanya melalui dokumen Laporan

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan sebagaimana

diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Page 11: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

8

Dokumen tersebut memuat sasaran dan target kinerja beserta program

kegiatan sebagaimana dituangkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja.

1.3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan

Tekstil masih menyesuaikan dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian,

yakni struktur organisasi satuan kerja unit Eselon II yang terdiri dari :

1. Direktorat Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki;

2. Direktorat Industri Kimia Hilir dan Farmasi;

3. Direktorat Industri Kimia Hulu;

4. Direktorat Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan Galian

Nonlogam;

5. Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Page 12: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

9

Gambar 1.1

BAGAN ORGANISASI DITJEN IKFT

Page 13: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

10

BAB II

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN

2.1. Program/Kegiatan Tahun Anggaran 2019

Pada tahun anggaran 2019 Ditjen IKFT melaksanakan Program Penumbuhan

dan Pengembangan Industri Kimia, Tekstil dan Aneka. Untuk mencapai kinerja

tersebut, Ditjen IKFT memperoleh alokasi anggaran sebesar Rp. 123.079.282.000,-

(Seratus dua puluh tiga miliar tujuh puluh sembilan juta dua ratus delapan puluh dua

ribu rupiah) yang dialokasikan untuk 9 (sembilan) kegiatan yaitu:

1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar

Rp. 5.558.044.000,- (Lima miliar lima ratus lima puluh delapan juta empat puluh

empat ribu rupiah);

2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp.

9.140.713.000,- (Sembilan miliar seratus empat puluh juta tujuh ratus tiga belas

ribu rupiah);

3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu sebesar Rp.

14.116.971.000,- (Empat belas miliar seratus enam belas juta Sembilan ratus

tujuh puluh satu ribu rupiah);

4. Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Kimia, Farmasi dan Tekstil sebesar Rp. 32.537.098.000,- (Tiga puluh dua miliar

lima ratus tiga puluh tujuh juta sembilan puluh delapan ribu rupiah).

5. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan

Bahan Galian Nonlogam sebesar Rp. 8.373.656.000,- (Delapan miliar tiga ratus

tujuh puluh tiga juta enam ratus lima puluh enam ribu rupiah)

6. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi sebesar Rp.

26.261.702.000,- (Dua puluh enam miliar dua ratus enam puluh satu juta tujuh

ratus dua ribu rupiah)

7. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu sebesar Rp. 300.000.000,-

(Tiga ratus juta rupiah)

8. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam sebesar Rp. 352.800.000,- (Tiga ratus lima puluh dua juta

delapan ratus ribu rupiah)

Page 14: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

11

9. Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki sebesar Rp.

26.438.298.000,- (Dua puluh enam miliar empat ratus tiga puluh delapan juta

dua ratus Sembilan puluh delapan ribu rupiah)

Anggaran Ditjen IKFT tersebut digunakan untuk melaksanakan 5 (lima)

output Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki

sebesar; 5 (lima) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan

Farmasi; 8 (delapan) output Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu; 4

(empat) output Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan

Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil; 8 (delapan) output Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Nonlogam; 3

(tiga) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi; 1 (satu)

output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu; 1 (satu) output

Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam; dan 3 (lima) output Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil,

Kulit, dan Alas Kaki.

Secara rinci, output dan komponen tahun 2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Kegiatan, Output dan Anggaran Tahun 2019

KODE OUTPUT / RINCIAN AKUN PAGU

6 Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

123.079.282.000

1875 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki

5.558.044.000

1875.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi

Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

500.000.000

1875.023 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Peningkatan

Daya Saing Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

500.000.000

1875.024 Rancangan Standar Nasional Indonesia (rsni) Industri Tekstil, Kulit

Dan Alas Kaki

2.505.363.000

1875.038 Branding Produk Garmen, Fashion Dan Alas Kaki 1.252.681.000

1875.039 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 800.000.000

1876 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hilir dan 9.140.713.000

Page 15: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

12

Farmasi

1876.015 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi

Industri Kimia Hilir

1.560.381.000

1876.019 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan

Produktivitas Industri Kimia Hilir

1.492.300.000

1876.020 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Kimia Hilir 1.703.647.000

1876.032 Branding Produk Industri Kimia Hilir 1.377.950.000

1876.034 Perusahaan Industri Obat Tradisional Yang Direvitalisasi 3.006.435.000

1877 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia Hulu 14.116.971.000

1877.026 Otoritas Nasional Senjata Kimia (prioritas Nasional) 1.503.218.000

1877.030 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu

(prioritas Nasional)

551.180.000

1877.031 Regulasi Sni Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (prioritas Nasional) 100.215.000

1877.041 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Pupuk Dan Pestisida

(prioritas Nasional)

1.027.199.000

1877.042 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Garam Industri (prioritas

Nasional)

751.609.000

1877.043 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

(prioritas Nasional)

1.252.681.000

1877.044 Penumbuhan Dan Pengembangan Industri Petrokimia (prioritas

Nasional)

351.179.000

1877.045 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan Dan Tata Usaha 8.579.690.000

1879 Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil

32.537.098.000

1879.012 Strategi Penumbuhan Dan Pengembangan Daya Saing Sektor Ikft 1.503.218.000

1879.950 Layanan Dukungan Manajemen Eselon I 8.171.534.000

1879.951 Layanan Sarana Dan Prasarana Internal 533.860.000

1879.994 Layanan Perkantoran 22.328.486.000

4910 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hilir dan Farmasi 26.261.702.000

4910.001 Sdm Industri Kimia Hilir Dan Farmasi Yang Dilatih 13.761.702.000

4910.002 Bimbingan Teknis Cpotb, Cpob Dan Cpkb Kepada Industri Obat,

Kosmetik Dan Obat Tradisional

2.500.000.000

4910.003 Pilot Project Industri 4.0 Di Sektor Industri Kimia Hilir Dan Farmasi 10.000.000.000

4911 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 300.000.000

4911.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Kimia Hulu 300.000.000

4912 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Semen, Keramik dan

Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

352.800.000

4912.001 Fasilitasi Penyusunan Rskkni Industri Semen, Keramik, Dan

Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

352.800.000

Page 16: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

13

4913 Peningkatan Kompetensi SDM Industri Tekstil, Kulit, dan Alas

Kaki

26.438.298.000

4913.001 Implementasi Making Indonesia 4.0 Sektor Tekstil Dan Busana 10.000.000.000

4913.002 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni)

Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki

1.240.000.000

4913.003 Sdm Industri Tekstil, Kulit Dan Alas Kaki Yang Mengikuti Diklat 15.198.298.000

5881 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Semen, Keramik dan

Pengolahan Bahan Galian Nonlogam

8.373.656.000

5881.001 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi

Industri Bahan Galian Nonlogam

857.032.000

5881.004 Pilot Project Industri Bahan Galian Non Logam (prioritas Nasional) 800.000.000

5881.005 Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan

Produktifitas Industri Bahan Galian Nonlogam (prioritas Nasional)

1.748.380.000

5881.006 Rancangan Standar Nasional Indonesia Industri Bahan Galian

Nonlogam

1.296.714.000

5881.007 Sni Wajib Industri Bahan Galian Nonlogam 493.500.000

5881.008 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Menerapkan

Standar Mutu

894.588.000

5881.009 Perusahaan Industri Bahan Galian Nonlogam Yang Diawasi Dalam

Rangka Penerapan Sni Wajib

463.992.000

5881.951 Layanan Internal (overhead) 1.819.450.000

T O T A L 123.079.282.000

2.2. Sasaran Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan

Dalam rangka pencapaian misi, visi, tujuan dan sasaran Ditjen IKFT, maka

dalam kebijakan Ditjen IKFT disusun 4 (lima) sasaran strategis menurut

perspektif pemangku kepentingan dan perspektif proses internal yang akan

dicapai dengan Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), sebagaimana yang

diuraikan berikut:

Page 17: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

14

1. Perspektif Pemangku Kepentingan

a. Sasaran Strategis 1 : Meningkatnya populasi dan persebaran industri

Meningkatnya populasi dan persebaran industri kimia, farmasi,

dan tekstil diindikasikan dengan peningkatan jumlah unit industri kimia,

farmasi, dan tekstil serta nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi,

dan tekstil. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran

strategis ini adalah:

1). Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil besar sedang yang tumbuh.

2). Nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil.

b. Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya daya saing dan

produktivitas sektor industri

Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk dalam negeri

dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar baik dalam negeri maupun

luar negeri. Peningkatan daya saing dan produktivitas dilakukan melalui

pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang bertujuan

untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan

kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS)

dari sasaran strategis ini adalah:

1). Kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil

terhadap ekspor nasional.

2). Produktivitas SDM industri kimia, tekstil dan aneka.

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku

kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal

Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil.

Page 18: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

15

2. Perspektif Proses Internal

a. Sasaran Strategis 1 : Tersedianya kebijakan pembangunan industri

kimia, farmasi, dan tekstil yang efektif

Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor

industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara

sistematis dalam suatu dokumen perencanaan dan kebijakan-kebijakan

yang mendukung tercapainya rencana tersebut. Indikator kinerja sasaran

strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:

1). Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

b. Sasaran Strategis 2 : Terselenggaranya urusan pemerintahan di

bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing

industri dan produktivitas dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri

maupun ekspor.

Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah:

1). Infrastruktur kompetensi yang terbentuk.

2). Infrastruktur standar produk yang terbentuk

Rencana Strategis Ditjen IKFT Tahun 2015 – 2019, target capaian sasaran

strategis adalah sebagai berikut:

Page 19: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

16

Tabel 2.1

Sasaran Strategis Tahun 2019 di Rencana Strategis 2015-2019

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Satuan Target

2015 2016 2017 2018 2019

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Meningkatnya populasi industri kimia, tekstil dan aneka

- Jumlah unit industri kimia, tekstil, dan aneka

Unit 576 752 753 922 1001

- Nilai investasi PMDN dan PMA sektor industri kimia, tekstil, dan aneka

Rp triliun 93,41 105,51 109,72 135,61 166,60

Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri kimia, tekstil dan aneka

- Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap ekspor nasional

Persen 23,74 25,79 25,87 26,19 26,31

- Produktivitas dan kemampuan SDM industri

Juta Rupiah/

orang per tahun

286,3 308,4 336,8 372,9 409,8

Berdasarkan sasaran strategis diatas, Ditjen IKFT menyusun Rencana

Kinerja Tahun 2019 yang disusun dalam rangka pencapaian target jangka

menengah disertai beberapa penyesuaian. Hal ini dikarenakan pada

perkembangannya Rencana Strategis Ditjen IKFT mengalami beberapa review

yang dipengaruhi oleh kondisi iklim bisnis. Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun

2019 memuat beberapa indikator kinerja yang ditetapkan berdasarkan perspektif

pemangku kepentingan dan pelaksanaan tupoksi. Rencana kinerja tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 20: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

17

Tabel 2.2

Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2018

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target

Perspektif Pemangku Kepentingan / Stakeholder (S)

1 Meningkatnya populasi industri

Jumlah unit industri kimia, tekstil, dan aneka

Unit 768

Nilai investasi PMDN dan PMA sektor industri kimia, tekstil, dan aneka

Rp triliun 150,7 – 160,3

2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

Kontribusi ekspor produk industri kimia, tekstil, dan aneka terhadap ekspor nasional

Persen 26,15 – 26,19

Produktivitas dan kemampuan SDM industri

Juta Rupiah/ orang per tahun

372,5

3 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif

Jumlah Peraturan Perundangan

Perpres/ PP/ Permen/ Perdirjen

7

4 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan

Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Sertifikat 350

Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

RSKKNI 4

Dalam rangka mewujudkan Rencana Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019, maka

Ditjen IKFT menyusun Perjanjian Kinerja Tahun 2019 sebagai acuan dalam

pelaksanaan tugas dan fungsi. Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019

disajikan dalam tabel berikut:

Page 21: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

18

Tabel 2.3

Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Tahun 2019

No. Sasaran Strategis

(SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Target Satuan

Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya populasi dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil besar sedang yang tumbuh

447 - 491

Unit

2. Nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil

149,70 Rp Triliun

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil terhadap ekspor nasional

23,20 Persen

2. Produktivitas dan kemampuan SDM industri kimia, farmasi, dan tekstil

219,00 Rp. Juta

Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri kimia, tekstil, dan aneka yang efektif

1. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

2 PP/ Perpres/ Permen

2. Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

4 RSKKNI

2. Infrastruktur standar produk yang terbentuk

34 RRegulasi SNI/ SNI

Wajib

Dokumen Perjanjian Kinerja diatas merupakan pernyataan komitmen

pimpinan Ditjen IKFT untuk menghasilkan kinerja pengembangan sektor Industri

Kimia, Tekstil, dan Aneka sesuai target yang ditetapkan. Oleh karena itu,

pencapaiannya perlu dilaporkan dalam Laporan Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan secara triwulanan.

Page 22: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

19

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1. Hasil Yang Telah Dicapai

Pencapaian dari masing-masing kegiatan sesuai dengan perjanjian

kinerja tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Realisasi Perjanjian Kinerja Ditjen IKFT Triwulan II Tahun 2019

No Sasaran Strategis

(SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya populasi dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil besar sedang yang tumbuh

Unit 447 - 491

221

2. Nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp Triliun 149,70 20,56

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil terhadap ekspor nasional

Persen 23,20 23,20

2. Produktivitas dan kemampuan SDM industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp. Juta 219,00 249,6

Perspektif Proses Bisnis Internal

1. Tersedianya kebijakan pembangunan industri kimia, farmasi, dan tekstil yang efektif

1. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

PP/ Perpres/ Permen

2 -

2.

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

1. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk

RSKKNI 4 -

2. Infrastruktur standar produk yang terbentuk

RRegulasi SNI/ SNI

Wajib

34 -

Page 23: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

20

3.2. Analisis Capaian Kinerja

Penilaian atas pelaksanaan tugas Ditjen IKFT dilakukan melalui

pengukuran kinerja yang sebelumnya telah ditetapkan dengan Perjanjian

Kinerja 2019. Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan

atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi Pembangunan Industri Nasional.

Analisis dan evaluasi akuntabilitas akan menjabarkan hasil evaluasi

capaian indikator-indikator kinerja Ditjen IKFT menurut sasaran yang

tertuang dalam Penetapan Kinerja secara lebih terperinci dalam

menggambarkan perkembangan setiap sasaran dan indikator-indikatornya

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel. 3.2

Sasaran I : Meningkatnya populasi dan persebaran industri

No. Sasaran

Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

Perspektif Pemangku Kepentingan

1. Meningkatnya populasi dan persebaran industri

1. Unit industri kimia, farmasi, dan tekstil besar sedang yang tumbuh

Unit 447 - 491

221

2. Nilai investasi di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp Triliun 149,70 20,56

Sasaran ini merupakan turunan dari RPJMN Tahun 2015 - 2019

dimana target industri yang tumbuh selama lima tahun adalah 9000 industri.

Target tersebut bila di-cascade tiap tahunnya dan untuk tiga direktorat

jenderal teknis di Kementerian Perindustrian maka target Ditjen IKFT tahun

2019 adalah 447 - 491 unit. Realisasi sampai dengan triwulan ini sebesar

221 unit, namun angka ini merupakan prognosa hasil perhitungan tenaga

ahli. Unit industri yang tumbuh ini besar pengaruhnya terhadap

pertumbuhan industri tersebut. Meski dampak dari perlambatan ekonomi

dunia masih terasa mempengaruhi pertumbuhan industri, namun perkiraan

Page 24: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

21

industri yang telah terbangun di triwulan II Tahun 2019 cukup baik. Rincian

realisasi sebagai berikut, industri tekstil, kulit, dan alas kaki tumbuh 67 unit

industri; Industri kimia hilir dan farmasi tumbuh 90 unit industri; industri

semen, keramik dan pengolahan bahan galian nonlogam tumbuh 31 unit

industri; dan industri kimia hulu tumbuh 33 unit industri.

Salah satu faktor tumbuhnya industri ialah adanya investasi baru

ataupun perluasan pada industri tersebut. Investasi dibagi menjadi dua

yakni penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri. Data

investasi yang dimiliki Ditjen IKFT berasal dari Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) dari BKPM, LKPM cenderung pada investasi yang

telah terrealisasi dan memiliki data yang linier, namun untuk triwulan II

masih merupakan hasil prognosa. Hasil prognosa dari Tenaga ahli data

Ditjen IKFT untuk investasi triwulan II di sektor IKFT sebesar 20,56 Triliun

rupiah. Investasi masih jauh lebih tinggi yang berasal dari asing

dibandingkan dengan penanaman modal dalam negeri. Untuk mendukung

tercapainya sasaran tersebut, Ditjen IKFT melakukan upaya sebagai berikut:

a. Fasilitasi Investor Dalam Rangka Penumbuhan dan Pengembangan

Industri Petrokimia di Teluk Bintuni

Pengembangan Industri Petrokimia di Teluk Bintuni diharapkan

mendapatkan beberapa manfataa, antara lain:

Memperkuat struktur industri Petrokimia sebagai salah satu pilar

industri Nasional

Kontribusi terhadap daerah :

o Percepatan Pembangunan di Papua Barat

o Penciptaan lapangan kerja baru 5,000 0rang

o Peningkatan APBD daerah

Investasi baru sebesar US$ 6.4 billion

Mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia

Perolehan devisa negara

Page 25: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

22

Skema Pembangunan menggunakan skema KPBU. Saat ini sedang dalam

tahap studi pendahuluan paralel dengan persiapan OBC. Terdapat

beberapa hal yang masih menjadi Bottleneck, meliputi:

Gap harga gas.

On-stream gas pada Q4 2021, sementara paling cepat financial close

dilakukan oktober 2019, sementara EPC 3 tahun.

Penyediaan infrastruktur kawasan industri

Selain adanya bottlenenk, saat ini masih terdapat hambatan atau

kendala seperti pembangunan industri petrokimia hulu membutuhkan

investasi yang besar sehingga perlu ada jaminan pasokan gas jangka

panjang minimal 25 tahun selain itu promosi investasi melalui berbagai

kebijakan insentif dalam pengembangan industri di Papua sebagai

bagian dari NKRI.

Kebutuhan gas bumi sebesar 382 mmscfd untuk pengembangan industri

petrokimia di Teluk Bintuni sudah dipetakan oleh SKK Migas dan akan

dipenuhi dari KKKS BP Berau Ltd sebesar 180 mmscfd (industri pupuk)

dan KKKS Genting Oil sebesar 202 mmscfd (industri petrokimia). Alokasi

gas untuk industri pupuk sudah dijamin ketersediaannya melalui Surat

Menteri ESDM kepada Kepala SKSP MIGAS Nomor

8115/10/MEM.M/2012 tanggal 23 November 2012, sedangkan untuk

industri petrokimia belum mendapat jaminan dari Kementerian ESDM.

Calon investor yang berminat untuk berinvestasi di Teluk Bintuni

diantaranya:

PT. Pupuk Indonesia (Persero), berminat untuk berinvestasi di

industri ammonia dan pupuk dengan nilai investasi ± US$ 2 miliar

Ferostaal AG, berminat untuk berinvestasi di industri methanol dan

olefin dengan nilai investasi ± US$ 1,9 miliar

PT. LG, berminat untuk berinvestasi di industri methanol

Sojitz, KNI, berminat untuk berinvestasi di industri methanol

Investor yang sampai saat ini berminat melakukan investasi industri

petrokimia secara intensif adalah Ferrostaal AG dan akan diprioritaskan

Page 26: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

23

untuk mendapat alokasi gas pada pembangunan tahap I. Untuk tahap

berikutnya akan dialokasikan untuk investor lainnya.

Sesuai peraturan Kepala SKKMIGAS atau atas permintaan KKKS, alokasi

gas untuk perusahaan swasta ditempuh melalui proses tender sehingga

kondisi ini berakibat gas akan langsung diekspor (tidak ada investasi di

dalam negeri yang memanfaatkan gas tersebut).

Pembangunan industri petrokimia di Teluk Bintuni melibatkan

kewenangan berbagai Kementerian/Lembaga (KL) terkait. Di pihak lain,

KL telah menyusun RPJP tahun 2005-2025, sesuai amanat UU No. 17

Tahun 2007 Tentang Rencana Pembagunan Jangka Panjang Nasional

2005-2007, dan dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) Nasional periode 5 (lima) tahunan, yaitu RPJM

Nasional I (2005-2009), II (2010-2014), III (2015-2019) dan RPJM

Nasional IV (2020-2024) serta Renstra yang berpedoman kepada RPJM.

b. Revitalisasi Industri Pupuk

Program revitalisasi industri pupuk dimaksudkan untuk mengganti

pabrik pupuk yang sudah tua dengan pabrik berteknologi maju yang

lebih hemat tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah

lingkungan. Guna mewujudkan hal ini, beberapa langkah telah diambil

diantaranya dengan melakukan fasilitasi pembangunan revitalisasi 5

pabrik pupuk. Program revitalisasi meliputi penggantian 4 pabrik urea

berusia tua yaitu: 2 (dua) pabrik PUSRI yaitu pabrik PUSRI II menjadi

IIB, dan pablik PUSRI III & IV menjadi IIIB, satu pabrik pupuk Kaltim

yaitu pabrik Kaltim 1 menjadi Kaltim V dan satu pabrik pupuk Kujang

yaitu Kujang IA menjadi IC, serta pembangunan satu pabrik urea baru

PT. Petrokimia Gresik (Amonia Urea II).

Hasil capaian target UKP4 untuk Revitalisasi Industri Pupuk adalah:

Telah diresmikannya Pabrik Kaltim V

Pelaksanaan pekerjaan pembangunan pabrik Pusri IIB saat ini

sudah mencapai 67%.

Pembangunan pabrik Ammoniak-Urea II PT. Petrokimia Gresik

Page 27: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

24

Penandatanganan EPC Contract belum dapat dilaksanakan karena

masih menunggu proses masa sanggah dari para peserta lelang. Saat

ini masih dilaksanakan klarifikasi atas evaluasi komersil tender

project. Mengingat estimasi onstream gas Husky-CNOOC Madura

Limited (HCML) berubah menjadi akhir 2018 atau Januari 2018,

diharapkan hal ini tidak mengganggu pembangunan pabrik yang

bersamaan dengan onstream gas Husky. Saat ini sedang dilakukan

pembahasan Gas Sales Agreement (GSA) dengan konsep titik serah

di wellhead.

Pembangunan pabrik Kujang IC PT. Pupuk Kujang Cikampek

Pembahasan HoA masih belum dapat disepakati karena belum ada

kesepakatan harga gas antara PKC dengan Pertamina EP Cepu.

PEP-C menawarkan harga US$ 8/mmbtu dengan eskalasi 3% per

tahun terhitung mulai tahun 2012 sementara PKC menawarkan

harga US$ 7/mmbtu dengan eskalasi 2% per tahun sejak gas mulai

digunakan untuk operasi Kujang IC.

Oleh karena hal tersebut diatas maka sesuai dengan butir keempat

Inpres No. 2 Tahun 2010 tentang Revitalisasi Industri Pupuk, Menteri

Perindustrian telah mengirimkan surat kepada Menko Perekonomian

untuk mengkoordinasi kesepakatan harga gas Kujang IC untuk

ditetapkan oleh Menteri ESDM.

Keterlambatan penandatanganan HoA akan berakibat pada

keterlambatan pembangunan pabrik Kujang IC. Sampai saat ini target

pelaksanaan submit proposal teknis project Kujang IC belum dapat

dilaksanakan

c. Fasilitasi Koordinasi Pengamanan Pasokan Bahan Baku Gas Bumi Untuk

Industri Pupuk.

Pelaksanaan revitalisasi industri pupuk urea sangat tergantung pada

ketersediaan pasokan gas bumi dalam jangka panjang. Pengalaman yang

terjadi selama ini adalah adanya keterbatasan pasokan gas bumi untuk

industri pupuk urea, sehingga pabrik tidak dapat beroperasi secara

Page 28: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

25

optimal. Namun demikian mengingat kapasitas produksi saat ini masih

cukup, maka keterbatasan produksi tersebut belum berdampak

signifikain terhadap upaya pemenuhan kebutuhan urea di dalam negeri.

Kebutuhan gas bumi untuk industri pupuk urea saat ini adalah sebesar

813 MMSCFD dan setelah revitalisasi 3 pabrik urea beroperasi pada

tahun 2013, maka kebutuhan gas bumi menjadi sebesar 989 MMSCFD

dan meningkat menjadi 1.080 MMSCFD setelah revitalisasi pabrik Pusri

IIB beroperasi pada tahun 2014. Alokasi pasokan gas bumi untuk

revitalisasi pabrik urea yang sudah tersedia pada saat ini adalah untuk

pabrik Kaltim-5 sebesar 80 MMSCFD. Alokasi ini jauh lebih rendah dari

kebutuhan, sehingga kekurangan gas bumi tersebut akan diganti dengan

menggunakan batubara untuk pembangkit energi/boiler. Sedangkan

alokasipasokan gas bumi untuk revitalisasi 3 pabrik lagi belum ada

kepastian sampai saat ini. Kebutuhan gas bumi tersebut dengan

mempertimbangkan bahwa pabrik tua tidak lagi memperoleh alokasi

pasokan gas bumi, sehingga pabrik dimatikan.

Selain itu, kegiatan ini juga merupakan sarana fasilitasi dan koordinasi

antara produsen pupuk nasional dan pemilik bahan baku diluar negeri

dalam rangka pengadaan bahan baku pabrik pupuk NPK, terutama KCl

dan phosphate (phosphoric acid, DAP dan atau rock phosphate)

sehingga terjamin keberlanjutannya. Pada tahun 2013 melalui beberapa

rapat kordinasi disepakati akan dibangun pabrik pupuk NPK dengan

kapasitas 100.000 ton/tahun di Aceh dengan pertimbangan pabrik ini

akan memasok kebutuhan NPK untuk wilayah Sumatera yang selama ini

dipasok dari PT. Petrokimia Gresik. Akan tetapi hal ini perlu dibahas

lebih lanjut mengingat pemenuhan kebutuhan urea sebagai bahan baku

pupuk NPK tidak dapat disupply oleh PT. Pupuk Iskandar Muda

(keterbatasan pasokan gas bumi untuk PT. Pupuk Iskandar Muda).

Adapun perkembangan kegiatan pengamanan pasokan bahan baku

untuk industri pupuk untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Page 29: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

26

Sudah ada Nota Kesepahaman terkait dengan perpanjangan PJBG

antara PKC dengan Pertamina EP untuk periode pasokan 2018-

2022.

Menteri Perindustrian telah menyampaikan surat kepada Menteri

ESDM perihal usulan harga gas bumi sebagai bahan baku dan energi

bagi industri.

SKK Migas sudah menginstruksikan pengaliran gas dari wilayah

kerja offshore North West Jawa

d. Melakukan Bimbingan Teksnis kepada Perusahaan industri obat,

kosmetik dan obat tradisional dan sertifikasi CPOTB, CPOB dan CPKB

Mengingat pentingnya penerapan standar mutu pada industri obat,

kosmetik dan obat tradisional, Direktorat Industri Kimia Hilir dan

Farmasi memfasilitasi industri tersebut untuk dapat menerapkan CPOB,

CPOTB dan CPKB secara terus menerus kepada 100 unit usaha obat

tradisional. Sertifikasi yang juga diakui oleh dunia internasional ini juga

terus menerus dibangun, dimantapkan dan diterapkan sehingga

kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Bimtek ini dilaksanakan untuk menyiapkan industri obat tradisional

dalam proses pemenuhan persyaratan sertifikasi CPOTB.

e. Pengembangan Sektor Industri Semen, Keramik, dan Pengolahan Bahan

Galian Nonlogam

1. Pengembangan industri semen di Timika, Papua

Lokasi pabrik semen nasional terkonsentrasi di wilayah Barat

Indonesia (Sumatera dan Jawa) sebesar 90% dari kapasitas

produksi nasional dan sisanya di wilayah Timur Indonesia

(Sulawesi, NTT, dan Papua Barat). Kebutuhan semen untuk wilayah

Timur Indonesia saat ini dipasok dari Tonasa, Makasar, Gresik,

Jakarta dan Papua Barat. Besarnya biaya transportasi menyebabkan

harga semen di Papua menjadi sangat mahal.

Page 30: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

27

Papua dan Papua Barat memiliki potensi bahan baku semen yang

besar, selain itu pasar di daerah ini akan berkembang sejalan

dengan program pembangunan infrastruktur di Papua seperti jalan

trans Papua dan pembangunan industri petrokimia serta produk

turunannya. Saat ini terdapat 1 (satu) pabrik semen terintegrasi di

Manokwari, Papua Barat sedangkan di Papua belum ada pabrik

semen. Mengingat luas daerah yang cukup besar dan potensi pasar

dimasa depan maka pendirian pabrik penggilingan semen di Timika,

Papua perlu didorong agar investor dapat membangun industri

semen di daerah tersebut. Peluang untuk membangun pabrik semen

maupun unit pendukungnya sangat potensial baik dari skala teknis

maupun ekonomis. Dit, ISKBGNL telah menyusun kajian kelayakan

pembangunan pabik semen di Timika, Papua. Hasil dari kajian

tersebut adalah pabrik semen di Timika tidak terkendala bahan

baku serta secara keekonomian akan menguntungkan untuk pasar

Timika dan sekitarnya. Namun, terkendala pembebasan/

penggunaan lahan adat. Oleh karena itu, sejauh ini hasil kajian

merekomendasikan agar pabrik semen di Timika didirikan setelah

mendapat kepastian pembebasan lahan.

2. Pengembangan industry calcined dolomite

Indonesia memiliki potensi cadangan dolomite yang cukup besar,

yaitu sebesar 1,6 Milyar Ton yang tersebar di Provinsi Nusa

Tenggara Timur, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Nanggroe Aceh

Darussalam, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Sejauh ini dolomite

local mayoritas hanya digunakan untuk industry pupuk dan industry

besi/baja. Padahal dolomite memiliki potensi peningkatan nilai

tambah dari dolomite yang bernilai USD 4 per Ton menjadi calcined

dolomite yang bernilai USD 225 per Ton, bahkan hingga menjadi

magnesium alloy yang bernilai USD 5500 per Ton. Berdasarkan

kondisi tersebut, Dit. ISKBGNL berupaya mengembangkan calcined

dolomite agar hilirisasi bahan galian nonlogam lainnya dapat

Page 31: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

28

dimulai bertahap untuk selanjutnya menuju substitusi bahan baku

impor.

3. Pengembangan industry soda ash

Soda ash merupakan bahan baku penting pada industry kaca dan

keramik, yaitu sebagai katalis peleburan adonan kaca/keramik. Saat

ini Indonesia belum bisa memproduksi soda ash sehingga harus

diimpor dari Amerika Serikat, China, dan Turki (negara asal impor

terbesar). Mengingat kebutuhan soda ash di Indonesia sangat besar,

yaitu lebih dari 300 Ribu Ton dengan harga sekitar USD 240 per

Ton. Indonesia memiliki potensi bahan baku untuk memproduksi

soda ash, yaitu limestone (batu gamping) dan ammonia. Oleh karena

itu, Dit. ISKBGNL menyusun Detail Engineering Design industry soda

ash sebagai bahan promosi investasi.

4. Pengembangan pasir kuarsa sebagai pengganti pasir Ottawa

Pasir Ottawa yang diimpor dari Kanada digunakan untuk pengujian

kualitas semen. Saat ini kebutuhan pasir Ottawa untuk pengujian

semen adalah sebanyak 150 Ton per Tahun. Namun, pasir Ottawa

merupakan salah satu produk yang terdampak pembatasan kuota

ekspor oleh Negara eksportirnya (Kanada). Oleh karena itu,

mengingat saat ini Indonesia sedang gencar meningkatkan

pembangunan insfrastruktur sehingga terjadi peningkatan kapasitas

industry semen sebanyak 107,9 Juta Ton, maka kebutuhan pasir

Ottawa untuk pengujian semen local tidak dapat dipenuhi. Oleh

karena itu, Dit. ISKBGNL mengembangkan substitusi pasir Ottawa

melalui pengolahan pasir Sidrap

f. Fasilitasi Penyelesaian Permasalahan pada industri

Dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi industri di sektor

IKFT maka dilakukan berbagai upaya untuk membantu meringkankan

beban industri. Beberapa kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan

antara lain :

Page 32: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

29

1. Mengembalikan desain kapasitas Pabrik Aromatis PT Trans Pasific

Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban agar memproduksi BTX

(Benzene Toluene Xylene) sebagai bahan baku obat dan farmasi,

deterjen, serat ban, tekstil dan bahan kimia khusus lainnya (FOAM

untuk furnitur, plastik).

2. Fasilitasi penyelesaian permasalahan untuk industri Kimia Hilir,

meliputi:

Peningkatan kapasitas perusahaan pelayaran internasional untuk

mengatasi terkait ketepatan waktu pengiriman barang karena

kurangnya armada pelayaran

Membuka akses hambatan non tarif di negara tujuan ekspor

Insentif BMDTP untuk industri ban dan bahan baku kimia

pembersih

3. Fasilitasi penyelesaian permasalahan untuk industri Kimia Hulu,

meliputi:

Restrukturisasi mesin/peralatan terutama pada industri alas kaki

melalui insentif Pemerintah dengan memberikan potongan harga

10%

Pembebasan PPN bahan baku lokal untuk keperluan ekspor

langsung diberikan tanpa mekanisme restitusi

Percepatan proses impor bahan baku, bahan penolong dan

sampel produk di semua instansi terkait, terutama untuk

perusahaan yang berorientasi ekspor

Pengembangan industri kain mesh/bahan sepatu olahraga di

dalam negeri

Percepatan FTA dengan EU (IEU CEPA) dan FTA/PTA dengan AS

Page 33: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

30

Tabel. 3.4

Sasaran II : Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

No. Sasaran

Strategis (SS) Indikator Kinerja Utama

(IKU) Satuan Target Realisasi

Perspektif Pemangku Kepentingan

2. Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri

1. Kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan tekstil terhadap ekspor nasional

Persen 23,20 23,20

2. Produktivitas dan kemampuan SDM industri kimia, farmasi, dan tekstil

Rp. Juta 219,00 249,6

Peningkatan penguasaan pasar di dalam dan luar negeri dapat dilihat

dari indikator berupa kontribusi ekspor produk industri kimia, farmasi, dan

tekstil terhadap industri nasional yang hingga 23,20 persen. Dengan

berlakunya Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2015 tentang Sumber Daya

Industri besar harapan untuk meningkatkan penguasan pasar di dalam

negeri. Terbukanya keran impor dengan adanya kerjasama dengan negara

ASEAN, sedikit banyak menjadi ancaman bagi industri dalam negeri.

Kinerja Ekspor di sektor industri kimia, farmasi, dan tekstil bervariasi

dengan sebagian besar mengalami tren peningkatan dari bulan Januari

hingga bulan Maret 2019. Hanya Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan

Obat Tradisonal serta Industri Karet, barang Karet dan Plastik yang

mengalami tren menurun.

Sementara itu produktivitas tenaga kerja Industri Kimia, Farmasi dan

Tekstil 240,6 didapatkan dari nilai tambah dibandingkan oleh pekerja di

bidang Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil hingga Triwulan II tahun 2019.

Data yang disajikan masih merupakan prognosa dari tenaga ahli Ditjen IKFT.

Untuk mengupayakan tercapainya sasaran tersebut, Ditjen IKFT melakukan

upaya sebagai berikut:

Page 34: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

31

a. Pemberlakuan SNI Wajib serta perumusan RSNI

Seiring dengan perkembangan jaman dan liberalisasi perdagangan

seperti tantangan Masyarakat Ekonomi Asean, maka peta perdagangan

tekstil dan aneka sebagai salah satu komoditas di bawah binaan

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil semakin

terbuka luas dengan tingkat persaingan yang semakin ketat. Negara-

negara maju akan berusaha memproteksi diri melalui penerapan-

penerapan Non-Tariff Barrier (isu sosial, ingkungan, dumping, tenaga

kerja, dll). Pemerintah terus berupaya sekuat tenaga dalam rangka

menghadapi persaingan global yang semakin ketat. Dalam rangka

pengamanan industri domestik terhadap masuknya produk impor, maka

diperlukan SNI sebagai non tarif barier dalam rangka perlindungan

konsumen, produk dan industrinya sendiri. Sebelum terbentuknya SNI,

perlu dilakukan Rancangan SNI (RSNI). Tujuan standardisasi adalah

meningkatkan kepastian dan efisiensi transaksi perdagangan,

memberikan acuan bagi pelaku usaha dan membentuk persaingan pasar

yang transparan, melindungi kepentingan konsumen dalam aspek

kesehatan, keselamatan dan keamanan masyarakat, dan perlindungan

kelestarian fungsi lingkungan serta meningkatkan efisiensi pasar dalam

kelancaran perdagangan internasional.

Pada tahun 2019 ditargetkan 34 (tiga puluh empat) RRegulasi SNI/ SNI

Wajib yang disusun oleh Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi,

dan Tekstil pada Tahun 2019. Mengingat memerlukan tahapan yang

panjang dalam penyusunan RSNI maupun penetapan SNI wajib. Capaian

sampai dengan Triwulan II, belum terdapat capaian standar mutu.

b. Peningkatan SDM Industri

Ditjen IKFT berperan aktif dan ikut serta melaksanakan Pembinaan dan

Pengembangan SMK Berbasis Kompetensi yang Link and Match Dengan

Industri berkoordinasi dengan Badan Pengembangan SDM Industri di

Provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Page 35: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

32

Kegiatan vokasi di Ditjen IKFT ini merupakan kegaitan pendukung

program BSDMI Kemenperin yang menjadi Prioritas Nasional, maka

dalam pelaksanaannya terdapat kendala dalam pengganggaran di

beberapa Direktorat, karena anggaran untuk kegiatan lain menjadi

berkurang, dan diperlukan sumber daya serta pengalihan kepada

kegiatan ini.

Selain itu, dalam rangka peningkatan SDM Industri di sektor IKFT, Dit.

Industri Tekstil, kulit, dan Alas Kaki menargetkan pada tahun 2019 akan

dilaksanakan Diklat sebanyak 1.000 orang hingga Tw II telah dilakukan

dillat sebanyak 32 angkatan atau 800 orang. Sementara di Dit. Industri

Kimia Hilir dan Farmasi ditargetkan pada tahun 2019 akan melatih

sebanyak 880 orang hingga saat ini telah melakukan Diklat sebanyak 12

angkatan atau 240 orang.

c. Penyusunan Regulasi Pendukung Kebijakan

Dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Jenderal Industri Kimia,

Farmasi, dan Tekstil dibutuhkan kebijakan atau peraturan yaang

medukung kegiatan tersebut. Saat ini telah ditetapkan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2014, dalam pelaksanaannya diperlukan peraturan

turunan dari Undang-undang tersebut, maka ditargetkan 2 (dua)

peraturan pendukung yang disusun oleh Direktorat Jenderal Industri

Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada Tahun 2019. Namun sampai dengan

akhir triwulan II Tahun 2019 ini masih dalam tahap penyusunan maka

belum ada realisasi peraturan perundangan.

d. Penyusunan RSKKNI SDM Industri

Perubahan dunia kerja yang terjadi dalam era perdagangan bebas, akan

berpengaruh terhadap kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh

masyarakat industri. Kualitas tenaga kerja yang dimaksud adalah

memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan industri, yaitu memiliki

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan standar

kompetensi kerja yang dipersyaratan serta senantiasa berupaya untuk

Page 36: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

33

mengembangkan kompetensinya sesuai perkembangan teknologi untuk

memperoleh peningkatan produktivitasnya. Dalam kondisi yang

demikian hanya tenaga kerja yang berkualitas yang mampu bersaing

dalam menghadapi setiap sendi kehidupan. Salah satu upaya

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui standardisasi dan

sertifikasi kompetensi. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimilki seseorang

untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara Nasional.

Pada tahun 2019 ditargetkan 4 (empat) RSKKNI yang disusun oleh

Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil pada Tahun

2019. Pada Tw II tahun 2019 penyusunan RSKKNI masih dalam tahap

persiapan penyusunan.

3.3. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan

Kendala yang dihadapi Ditjen IKFT dalam pelaksanaan program dan kegiatan

pada Triwulan II ini antara lain masih terdapat beberapa anggaran yang

masih terblokir sebanyak 13,82% dari total pagu anggaran Ditjen IKFT.

Besarnya blokir dikarenakan adanya anggaran yang termasuk tagging

pendidikan sehingga perlu adanya pembahasan secara khusus antara

Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian

PPN/Bappenas. Selain itu hambatan yang dihadapi sehingga terdapat

beberapa Indikator yang belum tercapai antara lain:

1. Peraturan perundangan yang diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT

dalam bentuk PP/Perpres/Permen masih belum tercapai hal ini

dikarenakan masih dalam proses koordinasi dengan stakeholder terkait

diatrgetkan akan selesai pada Triwulan III atau triwulan IV Tahun 2019.

2. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk terkait tersusunnya RSKKNI

juga belum tercapai, hal ini dikarenakan masih dalam proses Rapat

Koordinasi yang melibatkan stakeholder terkait lainnya. Setelah dilakukan

Rapat Koordinasi langkah selanjutnya dilakukan Rapat Teknis dan

ditargetkan Rapat Konsensus akan terlaksana pada Tw IV Tahun 2019.

Page 37: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

34

3. Infrastruktur standar produk yang terbentuk terkait tersusunya RSNI /

SNI Wajib juga belum tercapau, hal ini dikarenakan masih dalam proses

Rapat Pembahasan yang melibatkan stakeholder terkait lainnya. Setelah

dilakukan Rapat Pembahasan langkah selanjutnya akan dilakukan

Verifikasi secara Internal dan Eksternal dan ditargetkan Rapat Konvensi

akan terlaksana pada Triwulan IV Tahun 2019.

3.4. Langkah Tindak Lanjut

Langkah tindak lanjut yang dilakukan untuk mengatasi hambatan adalah

dengan melakukan hal – hal sebagai berikut:

1. Berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Anggaran dalam hal

pembukaan blokir anggaran.

2. Melaksanakan kegiatan lainnya yang belum dilakukan dengan persiapan

dan perencanaan yang baik sehingga menghasilkan dampak yang

optimal.

3. Percepatan pelaksanaan kegiatan sehingga indikator yang belum tercapai

dapat segera dicapai, utamanya terkait Peraturan perundangan yang

diselesaikan di lingkungan Ditjen IKFT; Infrastruktur kompetensi yang

terbentuk; dan Infrastruktur standar produk yang terbentuk.

Page 38: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

35

BAB IV

P E N U T U P

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Penumbuhan dan

Pengembangan Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil Triwulan II Tahun 2019

dengan realisasi anggaran kegiatan sebesar 35,50 persen.

Diharapkan kendala yang terjadi pada triwulan II Tahun 2019 dapat dilakukan

perbaikan pada triwulan berikutnya. Untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi

pada triwulan selanjutnya, akan diupayakan langkah-langkah lebih strategis dan

meningkatkan kerjasama dengan semua pihak terkait.

Demikian laporan ini disusun untuk dijadikan bahan evaluasi bagi Direktorat

Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil terhadap pelaksanaan seluruh

kegiatan dan pencapaian keluaran serta bahan pertimbangan bagi pelaksanaan

realisasi anggaran untuk triwulan selanjutnya.

Page 39: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun

LAMPIRAN

Page 40: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 41: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 42: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 43: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 44: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 45: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 46: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 47: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 48: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 49: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 50: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 51: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 52: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 53: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 54: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 55: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun
Page 56: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN …ikft.kemenperin.go.id/wp-content/uploads/2020/04/...laporan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan triwulan ii tahun