laporan pengendalian dan evaluasi...

72
LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN TRIWULAN IV TAHUN 2019 DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN TEKSTIL 2019

Upload: others

Post on 20-Aug-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

TRIWULAN IV TAHUN 2019

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN TEKSTIL

2019

Page 2: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

i

KATA PENGANTAR

Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan merupakan wujud kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pencapaian misi dan tujuan instansi pemerintah dalam rangka perwujudan penyelenggaraan tugas umum pemerintah dan pembangunan secara baik dan benar (good governance).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, diinstruksikan agar setiap instansi pemerintah setiap tahun anggaran menyampaikan Laporan Triwulanan yang bertujuan untuk meningkatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang lebih berdaya guna, bersih, dan bertanggung jawab dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan organisasi.

Dengan berakhirnya triwulan IV tahun 2019, Direktorat Industri Kimia Hulu menyusun Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Triwulan IV Tahun 2019 yang mencakup Tugas Pokok dan Fungsi, Program/Kegiatan, Sasaran dan Indikator Kinerja, serta Analisis Capaian Kinerja yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Disamping itu, Laporan ini disusun sebagai bahan masukan bagi Direktorat Industri Kimia Hulu guna meningkatkan kinerja di masa mendatang.

Jakarta , Januari 2020 Direktur Industri Kimia Hulu

ttd.

Fridy Juwono

Page 3: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Industri Kimia Hulu

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Kimia Hulu

mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk

pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri,

pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,

pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri,

penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan

industri di bidang industri kimia hulu.

Dalam rangka melaksanakan tugas pokok tersebut, Direktorat Industri Kimia Hulu

menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri kimia hulu.

2. Pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi

industri kimia hulu.

3. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri

nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan

sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri,

pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal

dan fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang

industri kimia hulu.

4. Penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di

bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri kimia hulu.

5. Penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan,

perizinan, data dan informasi industri kimia hulu.

Page 4: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

2

6. Pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau,

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri kimia hulu

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat

1.2 Latar Belakang Kegiatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Kimia

Hulu sebagai unit kerja Pembina sektor industri kimia Hulu mempunyai tugas

melaksanakan Penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan

pengembangan industri kimia hulu, pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan

data serta penyajian informasi industri kimia hulu, penyiapan perumusan dan

pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri

nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan

sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan

industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis

pengembangan industri di bidang industri kimia hulu, Penyiapan penyusunan dan

pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan,

data dan informasi industri kimia hulu, penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis

dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri kimia

hulu, pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau,

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri kimia hulu.

Dalam mengemban tugas tersebut Direktorat Industri Kimia Hulu menetapkan

sasaran sesuai Tujuan Pembangunan Industri Tahun 2015-2019 adalah

Terbangunnya industri yang tangguh dan berdaya saing, melalui:

1. Penguatan struktur Industri nasional

2. Peningkatan nilai tambah di dalam negeri

3. Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

4. Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional.

Page 5: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

3

Dalam rangka mencapai sasaran dan pelaksanaan program pengembangan

industri prioritas, diperlukan prasyarat sebagai berikut:

1) Iklim investasi dan pembiayaan yang mendorong peningkatan investasi di

sektor industri;

2) Ketersediaan infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan produksi dan

kelancaran distribusi;

3) Kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan mendukung

peningkatan penggunaan teknologi dan inovasi di sektor industri;

4) Kebijakan terkait sumber daya alam yang mendukung pelaksanaan program

hilirisasi industri secara optimal; dan

5) Koordinasi antar kementerian/lembaga dan peran aktif pemerintah daerah

dalam pembangunan industri.

1.3. Struktur Organisasi

Dalam menjalankan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 Direktorat Industri Kimia

Hulu terdiri dari :

1. Subdirektorat Program Pengembangan Industri Kimia Hulu

a. Seksi Program

b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

2. Subdirektorat Industri Kimia Anorganik

a. Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri

b. Seksi Pemberdayaan Industri

3. Subdirektorat Industri Kimia Organik

a. Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri

b. Seksi Pemberdayaan Industri

4. Subdirektorat Industri Kimia Hulu lainnya

a. Seksi Sumber Daya Industri dan Sarana Prasarana Industri

b. Seksi Pemberdayaan Industri

5. Sub bagian Tata Usaha

Page 6: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

4

BAB II RENCANA KEGIATAN

A. Kegiatan Tahun 2019

1. Program Penumbuhan dan pengembangan Industri Kimia Hulu

Tahun 2019 Direktorat Industri Kimia Hulu melaksanakan Program Penumbuhan dan

pengembangan Industri Kimia Hulu dalam bentuk kegiatan:

a. Kegiatan Prioritas Nasional, yaitu :

I. Otoritas Nasional Senjata Kimia

II. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Sektor Industri Kimia Hulu

III. Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu

IV. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

V. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

VI. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

VII. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia

VIII. Fasilitasi Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia (RSKKNI)

b. Kegiatan Pendukung, yaitu : Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata

Usaha.

2. Indikator Kinerja

Program ini memiliki 2 (dua) indikator kinerja utama, yaitu: Terwujudnya

pengembangan industri kimia hulu yang berdaya saing tinggi, meningkatnya

utilitasi kapasitas industri kimia hulu berwawasan lingkungan dan mandiri dengan

struktur industri yang kokoh, baik secara vertikal maupun horizontal.

Direktorat Industri Kimia Hulu pada tahun 2019 memperoleh alokasi anggaran

sebesar Rp. 14.416.971.000,- dan alokasi anggaran untuk kekurangan tunjangan

kinerja sebesar Rp. 423.822.000,- sehingga anggaran total menjadi

Rp. 13.993.149.000 ; yang terdiri dari anggaran untuk 9 (sembilan) output yaitu:

Page 7: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

5

1) Otoritas Nasional Senjata Kimia, dengan anggaran sebesar Rp. 1.366.719.000,-

2) Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Sektor Industri Kimia Hulu,

dengan anggaran sebesar Rp. 551.180.000,-

3) Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu, dengan anggaran sebesar

Rp. 90.099.000,-

4) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida, dengan

anggaran sebesar Rp. 973.324.000,-

5) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri, dengan anggaran

sebesar Rp. 731.377.000,-

6) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat, dengan anggaran

sebesar Rp. 1.202.681.000,-

7) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia, dengan anggaran

sebesar Rp. 351.179.000,-

8) Fasilitasi Penyusunan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

(RSKKNI) , dengan anggaran sebesar Rp. 1.519.161.000,-

9) Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha, dengan anggaran

sebesar Rp. 8.426.590.000,-

Tabel 2.1

Base line / Output dan Anggaran Tahun 2019

No Baseline / Output Pagu

I Otoritas Nasional Senjata Kimia 1.366.719.000

Fasilitasi terkait kesekretariatan Otoritas Nasional Senjata Kimia 231.940.000

Database Otoritas Nasional Senjata Kimia 72.940.000

Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia 389.938.000

Deklarasi Otoritas Nasional Senjata Kimia 187.252.000

Capacity Building Otoritas Nasional Senjata Kimia 484.649.000

Page 8: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

6

II Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu 551.180.000

RSNI Industri Kimia Anorganik 179.005.000

RSNI Industri Kimia Organik 172.052.000

RSNI Industri Kimia Hulu Lainnya 200.123.000

III Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu 90.099.000

Regulasi SNI Wajib Produk Industri Kimia Hulu 90.099.000

IV Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida 973.324.000

Penumbuhan Industri Pupuk 973.324.000

V Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri 731.377.000

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri 731.377.000

VI Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat 1.202.681.000

Penumbuhan industri berbasis migas (kimia) di Masela, Bintuni, Donggisenoro, Mesuji, Muara Enim, Berau

1.202.681.000

VII Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia 351.179.000

Perencanaan dan Persiapan Operasional Otoritas Nasional Senjata Kimia

351.179.000

VIII Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha 8.426.590.000

Dokumen Program 7.695.059.000

Layanan Tata Usaha 731.531.000

IX Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 300.000.000

Fasilitasi Penyusunan RSKKNI 300.000.000

Page 9: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

7

B. Sasaran kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan

Sasaran kegiatan Dit. Industri Kimia Hulu dapat dijabarkan melalui output per

komponen dan Hasil Indikator Kinerja kegiatan dilihat dari Penetapan Kinerja IKHu

2019 dibawah ini.

Tabel 2.2.

PENETAPAN KINERJA UNIT ORGANISASI : DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA HULU TAHUN ANGGARAN : 2019

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi TW - V

Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri

Unit Industri Kimia Hulu Besar – Sedang yang tumbuh

72 - 78 Unit 76 Unit

Nilai investasi di sektor industri kimia hulu

67,71 Rp. Triliun 70,14 Persen

Meningkatnya daya saing dan produktivitas industri

Kontribusi ekspor produk industri kimia hulu terhadap ekspor nasional

3,34 Persen 3,61 Persen

Produktivitas dan Kemampuan SDM Industri Kimia Hulu

713,20 Rp. Juta 716,48 Rp. Juta

Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan

Infrastuktur Kompetensi Yang Terbentuk

1 RSKKNI 1 RSKKNI

Infrastruktur Standar Produk Yang Terbentuk

4 RRegulasi SNI / SNI Wajib

4 RRegulasi SNI / SNI Wajib

Untuk mencapai sasaran strategis diatas dilakukan kegiatan penumbuhan dan

pengembangan industri kimia hulu dengan 9 output. Base Line pada kegiatan

penumbuhan dan pengembangan Industri Kimia hulu adalah:

Page 10: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

8

Tabel. 2.3.

Base Line kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Kimia hulu

No. Output Vol Sat

I Otoritas Nasional Senjata Kimia 1 Otoritas

II Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu 3 RSNI

III Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu 1 SNI Wajib

IV Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida 1 Rekomendasi

V Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri 1 Rekomendasi

VI Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat 1 Rekomendasi

VII Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia 1 Rekomendasi

VIII Peningkatan Kompetensi SDM Industri Kimia Hulu 1 SKKNI

IX Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha 2 Dokumen

Sesuai dengan tabel indikator Base Line diatas, pada tahun ini Direktorat Industri Kimia

Hulu melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Otoritas Nasional Senjata Kimia

1.1 Sekretariat Otoritas Nasional Senjata Kimia

Sejak berakhirnya Perang Dunia II dan berawal dari bahaya besar senjata

pemusnah massal yang diakibatkan oleh penyalahgunaan bahan kimia tersebut.

seluruh negara di dunia telah menyadari urgensi untuk memberantas senjata

kimia yang masih tersisa dan menyebar ke banyak tempat. Indonesia bersama-

sama dengan negara lain di dunia beritikad baik untuk berusaha mencegah

terjadinya kembali peristiwa-peristiwa tersebut.

Negara Indonesia yang berbentuk republik, merupakan negara yang merdeka,

bersatu, berdaulat, serta berlandaskan hukum. Oleh karena itu, untuk

mewujudkan cita-cita luhur tersebut, pemerintah Negara Kesatuan Republik

Indonesia mempunyai tujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Page 11: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

9

Sebagai salah satu wujud peran aktif Indonesia dalam masalah ketertiban dan

keamanan dunia, pada tanggal 13 Januari 1993 di Paris, Indonesia ikut

menandatangani Convention on the Prohibition of the Development, Production,

Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their Destruction (Konvensi

tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan

Senjata Kimia serta tentang Pemusnahannya/KSK) bersama-sama dengan 129

negara yang lain. KSK adalah perjanjian non-proliferasi internasional yang

melarang pengembangan, produksi, kepemilikan atau penggunaan senjata kimia,

dan membutuhkan penghancuran senjata yang ada. KSK adalah perjanjian kontrol

senjata multilateral dan non-proliferasi pertama yang secara langsung

mempengaruhi sektor swasta.

KSK mulai berlaku pada 29 April 1997 dan bertujuan untuk menghapuskan seluruh

kategori senjata pemusnah massal dengan melarang pengembangan, produksi,

akuisisi, penyimpanan, retensi, transfer atau penggunaan senjata kimia oleh

Negara-negara Pihak. Bahan kimia tertentu yang menjadi perhatian utama dalam

KSK adalah bahan kimia daftar 1, bahan kimia daftar 2, bahan kimia daftar 3, dan

bahan kimia organik lain yang berafiliasi dengan fosfor, sulfur, dan fluorin (DOC-

PSF). Hingga kini, konvensi ini telah ditandatangani oleh 193 negara dari total 196

negara di dunia. Konvensi ini memiliki sekretariat resmi bernama OPCW (The

Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons) yang bermarkas besar di

Den Haag, Belanda.

Langkah konkret yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap masalah

pelarangan senjata pemusnah massal tidak hanya sebatas penandatanganan

konvensi, tetapi diwujudkan pula dalam pembentukan instrumen hukum berupa

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention on the

Prohibition of the Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical

Weapons and on their Destruction (Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan,

Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta tentang

Pemusnahannya) yang ditetapkan pada tanggal 30 September 1998. Penerbitan

Undang-Undang ini merupakan tindak lanjut Pemerintah RI dalam meratifikasi KSK

Page 12: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

10

tersebut sekaligus mengukuhkan Indonesia sebagai negara pihak pada konvensi

tersebut. Diagram berikut ini merupakan lini masa proses keikutsertaan Indonesia

pada konvensi tersebut.

Lini masa ini dimulai dari proses pembentukan konvensi hingga terbitnya

peraturan tentang pendirian Otoritas Nasional Senjata Kimia RI sebagai lembaga

pelaksana konvensi tersebut di dalam negeri.

Sejak penandatanganan konvensi oleh Pemerintah RI pada 1993, baru saat inilah

OTNAS mulai bisa didirikan berdasarkan Peraturan Presiden No.19/2017 tentang

Otoritas Nasional Senjata Kimia. Model organisasi OTNAS ditetapkan melalui

Keputusan Presiden No.04/2017 tentang Susunan Keanggotaan Otoritas Nasional

Senjata Kimia. Kami berharap dengan berdirinya OTNAS RI, Indonesia dapat

semakin leluasa dan aktif dalam berpartisipasi menegakkan konvensi baik di ranah

domestik maupun internasional. Hal ini juga selaras dengan cita-cita Indonesia

dalam mewujudkan pembangunan industri yang selalu memprioritaskan

kesehatan, keselamatan, keamanan, serta kredibilitas bertaraf internasional.

1.2 Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Senjata pemusnah massal selalu menjadi topik diskusi di setiap pertemuan tingkat

tinggi di dunia. Penggunaan senjata pemusnah massal sudah sejak lama dilakukan

di setiap peperangan. Kejadian pemusnahan massal bukan hanya terjadi pada saat

pengeboman nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II 1945.

Peristiwa Black-Death pada abad ke-14 yang menewaskan sedikitnya 200 juta jiwa

diduga sengaja terjadi karena adanya serangan senjata biologis. Peristiwa ini

merupakan wabah yang disebabkan oleh bakteri yersinia pestis yang ditularkan

Page 13: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

11

dengan perantara lalat, tikus, dan manusia. Wabah ini diinisiasi dari Asia Tengah

menuju Crimea dan akhirnya memakan korban terbanyak di Eropa.

Kejadian pemusnahan massal yang dilakukan secara terencana juga terjadi pada

perang Second Italo-Abysinnian 1934-1936. Pada perang ini, pasukan fasis Italia

yang dipimpin oleh Benito Mussolini menginvasi Ethiopia dengan senjata kimia

berupa gas mustard. Cosmo Gordon Lang, Arcbishop dari Canterbury, sangat

mengutuk insiden pemusnahan massal tersebut. Sejak saat itulah istilah senjata

pemusnah massal mulai dikenal secara luas.

1.3 Database dan Deklarasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Negara Indonesia merupakan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, serta

berlandaskan hukum. Oleh karena itu, untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut,

pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai tujuan melindungi

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial sesuai

dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Salah satu wujud keaktifan Indonesia dalam masalah ketertiban dan keamanan

dunia adalah Indonesia ikut menandatangani Convention on the Prohibition of the

Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their

Destruction (Konvensi tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi,

Page 14: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

12

Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia serta tentang Pemusnahannya) pada

tanggal 13 Januari 1993 di Paris.

Konvensi Senjata Kimia (KSK) merupakan salah satu perjanjian internasional di

bidang perlucutan senjata pemusnah massal (selain Konvensi Senjata Biologi dan

Konvensi Senjata Nuklir) yang melarang pengembangan produksi, penyimpanan,

transfer dan penggunaan senjata kimia untuk terciptanya dunia yang tertib, aman

dan damai sejahtera.

Latar belakang diratifikasinya Konvensi Senjata Kimia adalah sebagai perwujudan

partisipasi aktif Indonesia dalam ketertiban dan perdamaian dunia sebagaimana

diamanatkan dalam Pembukaan UUD RI tahun 1945, serta demi kelancaran

perdagangan internasional bahan-bahan kimia yang bersifat dual-use (yaitu selain

berguna untuk bahan baku/ bahan penolong pada industri kimia dan tujuan damai

lainnya, juga berpotensi menjadi senjata kimia). Secara kronologis terbentuknya

Konvensi Senjata Kimia (KSK) di tingkat internasional adalah sebagai berikut :

1) Deklarasi Brussel tahun 1874 tentang Pelarangan Penggunaan Racun dan

Peluru Beracun di Medan Perang;

2) Konferensi Den Haag tahun 1899 tentang Pelarangan Penggunaan Proyektil

Tunggal yang Menggunakan Gas-Gas Pencekik (Choking Agent);

3) Protokol Jenewa tahun 1925 tentang Pelarangan Penggunaan Gas-Gas yang

Mengakibatkan Sesak Napas dan Beracun;

4) Pembentukan Komite PBB untuk Perlucutan Senjata yang disepakati oleh 18

Negara, pada tahun 1968; Kejadian ini merupakan titik awal, dimulai pada

tahun 1968 The Eighteen-nations Committee on Disarmament (Komite

Perlucutan Senjata 18 Negara) mulai merundingkan cara-cara pelarangan

senjata ini. Keprihatinan masyarakat internasional pada waktu itu terhadap

bahaya senjata kimia juga tercermin dalam laporan Sekjen PBB Tahun 1969

berjudul Chemical and Bacteriological (Biological) Weapons and the Effect of

their Possible Use (Senjata Kimia dan Bakteri [Biologi]) dan dampak dari

kemungkinan penggunaannya. Di dalam persidangan Konferensi Perlucutan

Page 15: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

13

Senjata (KPS) membahas dan menghasilkan kesepakatan yang dituangkan

dalam konvensi dan traktat selanjutnya harus diimplementasikan pada

tingkat nasional sesuai dengan ketentuan konvensi dan traktat dalam rangka

kepatuhan kepada konvensi dan traktat.

5) Pengesahan KSK pada Konferensi Perlucutan Senjata di Jenewa, tanggal 3

September 1992;

6) Penandatanganan KSK oleh 130 (seratus tiga puluh) negara, termasuk

Indonesia, di Paris pada tanggal 13 Januari 1993;

7) Pemberlakuan KSK (entry into force) sejak tanggal 29 April 1997, yang

ditindaklanjuti dengan dibentuk Organization for The Prohibition of Chemical

Weapons (OPCW) yang berpusat di Den Haag, Belanda.

Konvensi Senjata Kimia pada dasarnya memuat tiga aturan pokok sebagai berikut

:

1) Larangan total pengembangan, pembuatan, penimbunan, pemindahan dan

penggunaan senjata kimia beserta fasilitas produksinya dan penghancuran

timbunan senjata kimia serta larangan memproduksi dan memindahkan

senjata ini dari suatu negara ke negara lain.

2) Pemeriksaan (inspeksi - verifikasi) terhadap penghancuran senjata kimia dan

fasilitas produksinya di tempat Negara Pihak yang dilaksanakan oleh OPCW.

3) Pemeriksaan (inspeksi - verifikasi) terhadap industri kimia berikut fasilitasnya

yang oleh OPCW dikategorikan berpotensi untuk memproduksi senjata kimia.

Oleh karena itu, mengacu kepada hal-hal di atas, maka tugas utama pada Otoritas

Nasional Senjata Kimia adalah :

1) Legislasi, menyusun peraturan perundangan bidang pengaturan bahan kimia

daftar.

2) Deklarasi, menyusun deklarasi tahunan.

3) Verifikasi, melakukan verifikasi terhadap penggunaan bahan kimia daftar.

Page 16: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

14

4) Inspeksi, Melakukan inspeksi rutin terhadap fasilitas produksi industri kimia

dan sebagai Tim Pendamping Inspeksi OPCW.

Pengembangan sebuah badan dirangsang karena adanya kebutuhan dan

transformasi permintaan, baik dari permintaan domestik maupun permintaan

internasional. Transformasi permintaan domestik terutama dipengaruhi oleh

karena adanya peningkatan penggunaan bahan kimia dasar dan kewajiban negara

sebagai anggota OPCW. Adanya konvensi Senjata Kimia yang merupakan

perjanjian internasional dibidang perlucutan senjata yang melarang

pengembangan, produksi, penyimpanan, pentransferan, dan penggunaan senjata

kimia serta pemusnahannya, dimana Indonesia telah menjadi bagian dari

kesepakatan dunia tersebut, mengakibatkan Pemerintah Indonesia wajib memiliki

Badan yang berfungsi sebagai pengendali penggunaan bahan kimia, sekaligus

memonitor dan mengawasi distribusinya.

Untuk menjalankan sebuah sekretariat dan organisasi badan pelaksana perlu

dikaji terlebih dahulu faktor apa saja yang berpengaruh terhadap fungsi-fungsi

tugas sebuah organisasi dan pembelajaran melalui pengalaman terbaik yang telah

dilaksanakan ditempat.

Pembelajaran organisasi dapat direview dengan mempelajari bagaimana

Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) yang merupakan

badan pekerja untuk konvensi senjata kimia melaksanakan fungsinya. Badan ini

memiliki otoritas dalam mencapai tujuan dan sasaran konvensi, yakni, menjamin

implementasi provisi yang meliputi jaminan verifikasi dan menyediakan forum

konsultasi dan kerjasama antar negara.

OPCW memiliki tiga unit kerja; pertama The Conference of States Parties (CSP)

adalah unit representasi dari setiap negara-negara anggota yang merupakan

organ pengambil keputusan yang didesain terutama untuk menentukan kebijakan

dan pemecah masalah yang muncul di antara sesama negara anggota pada issue

teknis maupun intrepretasi konvensi dan dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal.

Organ Kedua yakni, The Executive Council (EC) bertanggung jawab kepada CSP dan

Page 17: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

15

mengefektifkan implementasi konvensi. Terakhir organ Ketiga, yakni The

Technical Secretariat (TS) yang bertangung jawab untuk membantu pekerjaan

administratif dan penunjang lainnya bagi CSP dan EC dalam menjalankan

fungsinya, khususnya pada aspek verifikasi konvensi melalui monitoring dan

inspeksi.

1.4 Capacity Building Otoritas Nasional Senjata Kimia

Berawal dari bahaya besar senjata pemusnah massal yang diakibatkan oleh

penyalahgunaan bahan kimia pada Perang Dunia II, seluruh negara di dunia telah

menyadari urgensi untuk memberantas senjata kimia yang masih tersisa dan

menyebar ke banyak tempat. Indonesia bersama-sama dengan negara lain di

dunia beritikad baik untuk berusaha mencegah terjadinya kembali peristiwa-

peristiwa tersebut. Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai

tujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, untuk mewujudkan cita-

cita luhur tersebut, Indonesia berusaha untuk

Sebagai salah satu wujud peran aktif Indonesia dalam masalah ketertiban dan

keamanan dunia, pada tanggal 13 Januari 1993 di Paris, Indonesia ikut

menandatangani Convention on the Prohibition of the Development, Production,

Stockpiling and Use of Chemical Weapons and on their Destruction (Konvensi

tentang Pelarangan Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan

Senjata Kimia serta tentang Pemusnahannya/KSK) bersama-sama dengan 129

negara yang lain. KSK adalah perjanjian non-proliferasi internasional yang

melarang pengembangan, produksi, kepemilikan atau penggunaan senjata kimia,

dan membutuhkan penghancuran senjata yang ada. KSK adalah perjanjian kontrol

senjata multilateral dan non-proliferasi pertama yang secara langsung

mempengaruhi sektor swasta.

Page 18: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

16

Keanggotaan Indonesia pada OPCW telah memberikan manfaat positif terkait

pencapaian kepentingan nasional yang sejalan dengan tiga pilar KSK yaitu:

(1) Peningkatan peran serta aktif mendorong Negara Pihak untuk selalu

meningkatkan nonproliferasi senjata kimia diantaranya melalui mekanisme

verifikasi;

(2) Perolehan jaminan atas bantuan dan perlindungan terhadap dari ancaman/

serangan bahan kimia;

(3) Pemanfaatan kerjasama internasional dalam hal penggunaan bahan kimia

secara damai dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kimia.

Berikut merupakan hak dan kewajiban bagi Negara Pihak:

a. Hak

(1) Negara Pihak berhak untuk mengembangkan, memproduksi, ataupun

memperoleh, menyimpan, mengalihkan dan mempergunakan bahan-bahan

kimia beracun dan prekursornya untuk keperluan yang tidak dilarang dalam

KSK misalnya: industri, pertanian, medis/kedokteran, penelitian, obat-obatan

atau maksud damai lainnya.

(2) Berhak meminta Dewan Eksekutif OPCW untuk meminta penjelasan atas

suatu situasi yang dianggap meragukan atau yang menimbulkan kekhawatiran

mengenai pelanggaran Konvensi oleh Negara Pihak lain.

b. Kewajiban

(1) Menginformasikan kepada OPCW mengenai langkah-langkah terkait legislasi

maupun administrasi dalam rangka implementasi KSK.

(2) Selambat – lambatnya 30 hari KSK berlaku baginya, Negara Pihak harus

menyerahkan kepada OPCW deklarasi-deklarasi mengenai senjata kimia,

senjata kimia tua dan senjata kimia yang ditinggalkan, fasilitas produksi

senjata kimia, fasilitas-fasilitas lain, zat penanggulangan huru-hara.

Page 19: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

17

(3) Negara Pihak wajib memberikan akses kepada Tim Inspeksi OPCW agar dapat

melakukan verifikasi serta menjamin kelancaran pelaksanaan tugas Tim

Inspeksi OPCW dalam melakukan verifikasi. Akses kepada: senjata kimia,

instansi pemusnahan senjata kimia, dan daerah tempat penyimpanan yang

dimiliki /dikuasi/berada di tempat di bawah yuridiksinya.

(4) Bekerjasama dengan Negara Pihak lainnya untuk saling memberikan bantuan

legislasi dalam rangka implementasi KSK.

(5) Meninjau regulasi nasional yang ada yang terkait dengan perdagangan bahan

kimia guna memastikan regulasi tersebut sejalan dengan tujuan- tujuan yang

termuat dalam KSK.

Di Indonesia, bahan kimia daftar digunakan sebagai bahan baku dan bahan

penolong pada berbagai industri antara lain: industri pupuk, industri toiletries,

industri antioksidan, industri pengeboran minyak bumi, dan lain-lain. Bahan kimia

daftar merupakan bahan kimia beracun yang bersifat dual use artinya bahan kimia

tersebut selain dapat digunakan untuk tujuan damai seperti penggunaan di

industri, penelitian, dan lain sebagainya, dapat pula digunakan sebagai senjata

kimia

Sejak penandatanganan konvensi oleh Pemerintah RI pada 1993, baru saat inilah

OTNAS mulai bisa didirikan berdasarkan Peraturan Presiden No.19/2017 tentang

Otoritas Nasional Senjata Kimia. Model organisasi OTNAS ditetapkan melalui

Keputusan Presiden No.04/2017 tentang Susunan Keanggotaan Otoritas Nasional

Senjata Kimia. Kami berharap dengan berdirinya OTNAS RI, Indonesia dapat

semakin leluasa dan aktif dalam berpartisipasi menegakkan konvensi baik di ranah

domestik maupun internasional. Hal ini juga selaras dengan cita-cita Indonesia

dalam mewujudkan pembangunan industri yang selalu memprioritaskan

kesehatan, keselamatan, keamanan, serta kredibilitas bertaraf internasional.

Page 20: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

18

2. Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu

2.1 Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia Hulu

Dengan telah banyak diterapkannya kebijakan Free Trade Agreement, dimana tarif

bea masuk sudah tidak efektif di dalam membendung masuknya barang impor ke

dalam pasar dalam negeri maka kebijakan penerapan non tarif barrier diantaranya

melalui kebijakan penerapan standar menjadi salah satu instrument di dalam

membendung masuknya barang impor. Selain itu, kebijakan penerapan standar

juga berperan di dalam meningkatkan mutu serta mendukung peningkatan daya

saing industri kimia hulu dalam memasuki pasar global maupun di pasar dalam

negeri dan terciptanya iklim usaha yang kondusif dan persaingan usaha yang

sehat, serta terjaminnya perlindungan konsumen dalam segi keamanan,

keselamatan, kesehatan dan lingkungan.

Kebijakan penerapan standar produk industri merupakan salah satu program

prioritas Kementerian Perindustrian. Direktorat Industri Kimia hulu dalam

mendukung kebijakan kementerian pada tahun 2019 dalam salah satu

kegiatannya bermaksud untuk melakukan penyusunan kebijakan standar untuk

produk industri kimia hulu. Pada tahun 2019, direncanakan untuk melakukan

penyusunan 3 RSNI produk industri kimia hulu.

Penyusunan RSNI / SNI Wajib ini dilakukan melalui 3 kali rapat teknis dan 1 kali rapat

konsensus untuk masing-masing komoditi. Selanjutnya RSNI yang dihasilkan akan

ditetapkan menjadi SNI melalui Pembahasan di Badan Standarisasi Nasional (BSN).

3. Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu

3.1 Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu

Standardisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat kebijakan pemerintah

dalam menata struktur ekonomi secara lebih baik dan memberikan perlindungan

kepada masyarakat. Penerapan standar oleh industri menjadi sangat penting

untuk menunjang tercapainya tujuan strategis, antara lain peningkatan ekspor

produk Indonesia, peningkatan daya saing produk Indonesia terhadap produk

Page 21: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

19

impor, peningkatan efisiensi nasional, dan menunjang program keterkaitan sektor

ekonomi dengan berbagai sektor lainnya.

Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan suatu dokumen yang berisikan

ketentuan teknis, pedoman, dan karakteristik kegiatan dan produk yang berlaku

secara nasional untuk membentuk keteraturan yang optimum dalam konteks

keperluan tertentu. Oleh karena itu, apabila SNI dapat dikembangkan dan

diterapkan dengan baik, maka dampaknya dapat mengurangi berbagai hambatan

dan menekan biaya transaksi perdagangan. Penerapan SNI diharapkan dapat

memenuhi capaian sebagai berikut:

1. Produsen akan mendapatkan kepastian tentang batas-batas ketentuan teknis

yang sebaiknya dipenuhi agar produknya dapat diterima oleh pasar;

2. Pengguna produk dan konsumen akhir mendapat kepastian dan jaminan

tentang kualitas atau keamanan dari produk yang akan dibelinya;

3. Perlindungan kepentingan publik seperti kesehatan masyarakat, kelestarian

lingkungan, dan keselamatan negara.

4. Transaksi pasar akan menjadi semakin transparan dan efisien apabila

pemanfaatan SNI dapat dipergunakan sebagai acuan dalam kegiatan produksi

dan transaksi perdagangan.

Hingga saat ini, terdapat 302 SNI produk industri kimia hulu baik yang bersifat

wajib maupun sukarela. Penerapan SNI wajib oleh industri cenderung didorong

oleh pemenuhan persyaratan industri untuk memenuhi ketentuan regulasi,

namun tidak dengan penerapan SNI sukarela. Penerapan SNI secara sukarela lebih

cenderung market oriented untuk peningkatan kompetisi dan kinerja. Sedikitnya

SNI yang diterapkan secara wajib mengindikasikan masih belum dijadikannya SNI

sebagai faktor pasar, SNI belum dijadikan salah satu pertimbangan bagi konsumen

dan produsen dalam melakukan transaksi.

Pada dasarnya SNI bersifat sukarela, namun dalam rangka menjamin mutu produk

dan meningkatkan daya saing industri, Kementerian Perindustrian

Page 22: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

20

memberlakukan SNI secara wajib. Hingga saat ini terdapat 4919 judul SNI sektor

industri (113 SNI berlaku Wajib) yang diberlakukan oleh Kementerian

Perindustrian. Hal ini didukung oleh 48 LSPro, 81 Laboratorium Uji sesuai

kompetensinya.

Tujuan pemberlakuan SNI secara wajib adalah sebagai berikut:

1. Memberikan perlindungan keamanan, kesehatan, keselamatan dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup.

2. Melindungi pasar dalam negeri dari produk impor berkualitas rendah

3. Menciptakan persaingan usaha yang sehat dan transparan

4. Peningkatan daya saing; dan/atau

5. Meningkatkan kepastian usaha dan kemampuan inovasi.

Di lingkup Direktorat Industri Kimia Hulu sendiri telah terdapat 13 produk yang

ditetapkan sebagai SNI wajib, yang dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

No. Nomor SNI Judul SNI Permenperin

DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, FARMASI, DAN TEKSTIL

Direktorat Industri Kimia Hulu

1 2801:2010 Pupuk Urea 106/M-IND/PER/11/2015

2 02-1760-2005 Pupuk Amonium Sulfat (ZA) 106/M-IND/PER/11/2015

3 02-3769-2005 Pupuk Super Fosfat (SP-36) 106/M-IND/PER/11/2015

4 02-0086-2005 Pupuk Tripel Super Fosfat (TSP) 106/M-IND/PER/11/2015

5 02-3776-2005 Pupuk Fosfat Alam untuk Pertanian 106/M-IND/PER/11/2015

6 02-2805-2005 Pupuk Kalium Klorida (KCl) 106/M-IND/PER/11/2015

7 2803:2012 Pupuk NPK padat 08/M-IND/PER/2/2014

8 0030:2011 Asam Sulfat Teknis 105/M-IND/PER/11/2015

9 2109:2011 Sodium Tripolifosfat (STPP) Mutu Teknis 104/M-IND/PER/11/2015

10 2861:2011 Kalsium Karbida (CaC2) 103/M-IND/PER/11/2015

11 0085:2009 Seng Oksida 102/M-IND/PER/11/2015

12 0032:2011 Alumunium Sulfat 101/M-IND/PER/11/2015

13 01-3556-2000 Garam konsumsi beryodium 29/M/SK/2/1995

Dengan banyaknya manfaat dari pemberlakuan SNI secara wajib yang telah

diuraikan sebelumnya, 13 produk tentu tidaklah cukup. Diperlukan kajian dan

tambahan produk-produk lainnya yang perlu diberlakukan SNI secara wajib. Selain

Page 23: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

21

itu terhadap produk-produk yang telah diberlakukan secara wajib diperlukan

pengawasan untuk memastikan pelaku usaha mematuhi regulasi tersebut.

Pengawasan terhadap SNI Wajib dapat dilakukan di pabrik dan di pasar dimana

produk tersebut beredar. Pengawasan di pabrik meliputi pemeriksaan dokumen,

yang meliputi dokumen legalitas perusahaan (akta pendirian perusahaan, IUI,

NPWP); dokumen kesesuaian mutu terhadap SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib,

berupa SPPT SNI, LHU, SHU, dan/atau sertifikat tanda kesesuaian; dan/atau

dokumen Pertek atau surat keterangan terhadap pengecualian ketentuan

pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib. Selain itu juga dilakukan uji

petik untuk pemeriksaan fisik; dan/atau pengujian kesesuaian penerapan

pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib ke Lab Penguji yang telah

terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.

Pengawasan di pasar meliputi pemeriksaan dokumen dan uji petik. Pemeriksaan

dokumen terkait dokumen kesesuaian mutu terhadap SNI, ST, PTC secara wajib,

berupa SPPT SNI dan/atau sertifikat tanda kesesuaian; dan/atau dokumen

pertimbangan teknis atau surat keterangan terhadap pengecualian SNI, ST,

dan/atau PTC secara wajib. Uji petik meliputi pemeriksaan fisik; dan/atau

pengujian kesesuaian penerapan pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara

wajib ke Laboratorium Penguji yang telah terakreditasi dan ditunjuk oleh Menteri.

4. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

4.1 Revitalisasi 5 Pabrik Pupuk

Program ketahanan pangan nasional menjadi salah satu prioritas utama

Pemerintah. Berkaitan dengan hal ini, program revitalisasi industri pupuk

termasuk ke dalam salah satu program prioritas nasional Pemerintahan Kabinet

Indonesia Bersatu Jilid II dan dilanjutkan oleh Kabinet Kerja.

Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk diperlukan karena sebagian besar pabrik

pupuk sudah berusia tua, rata-rata diatas 20 tahun. Dari 14 pabrik urea, sebanyak

8 pabrik berusia di atas 20 tahun dengan tingkat konsumsi gas bumi per ton urea

Page 24: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

22

rata-rata diatas 30 MMBTU. Disamping itu kebutuhan pupuk dimasa datang akan

terus meningkat terutama dalam rangka mendukung keberhasilan program

ketahanan pangan nasional. Diperkirakan kebutuhan urea pada tahun 2019

mencapai 9,3 juta ton, sementara itu kemampuan pasokan pabrik existing saat ini

hanya sebesar 7,3 juta ton dengan tingkat utilisasi sekitar 91,08 %.

Program Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk dimaksudkan untuk mengganti

pabrik pupuk yang sudah tua dengan pabrik berteknologi maju yang lebih hemat

tingkat konsumsi bahan baku maupun energi serta ramah lingkungan. Guna

mewujudkan hal ini, beberapa langkah telah diambil diantaranya dengan

melakukan fasilitasi pembangunan revitalisasi 5 pabrik pupuk.

Pelaksanaan program Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk sangat tergantung

pada beberapa aspek, antara lain yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:

• Pengamanan ketersediaan pasokan bahan baku gas bumi

• Ketersediaan sumber-sumber pendanaan dan dukungan perbankan untuk

pembiayaan program Revitalisasi/penumbuhan industri pupuk,

• Sinergi antar BUMN dalam rangka mendukung program revitalisasi industri

pupuk,

• Serta pemilihan teknologi industri pupuk yang hemat bahan baku, energi dan

ramah lingkungan.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, pelaksanaan Fasilitasi

Pembangunan/Revitalisasi 5 Pabrik Pupuk Urea ini dilakukan dalam lingkup

koordinasi progress pelaksanaan revitalisasi pabrik urea. Dengan pelaksanaan

kegiatan ini, diharapkan target pembangunan pabrik pupuk urea revitalisasi dapat

tercapai dimana pabrik beroperasi sesuai target Road Map pengembangan

industri pupuk sehingga mendukung penyediaan pupuk untuk mendukung

program ketahanan pangan.

Page 25: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

23

4.2 Pengamanan Pasokan Bahan Baku Industri Pupuk

Gas bumi memegang peranan vital dalam mendukung operasional industri pupuk.

Dalam hal ini, gas bumi tidak saja berfungsi sebagai bahan baku namun juga

sebagai sumber energi. Selama ini gas bumi sebagian besar masih diekspor sebagai

sumber penerimaan negara. Industri pupuk pada umumnya memperoleh kontrak

pasokan gas bumi dalam jangka waktu yang terbatas dengan harga yang semakin

tinggi. Dengan semakin bertambahnya penggunaan gas bumi untuk sektor dalam

negeri, maka diperlukan kebijakan pengalokasian gas bumi untuk industri pupuk.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka untuk mendukung pengembangan industri

pupuk nasional khususnya menyangkut alokasi pasokan gas untuk pabrik pupuk

perlu dibicarakan dengan seluruh stakeholders yang terkait dengan permasalahan

perpupukan, dengan demikian dapat terbentuk pemahaman yang sama dan

sinergi yang kuat untuk saling mendukung pengembangan industri pupuk di masa

mendatang. Selain itu, koordinasi pengamanan pasokan bahan baku gas bumi

untuk industri pupuk dimaksudkan sebagai sarana koordinasi/komunikasi seluruh

Stakeholder terkait dalam rangka untuk mengetahui potensi lapangan gas yang

dapat dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan gas bumi industri pupuk.

Melalui pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan industri pupuk akan mendapatkan

alokasi pasokan gas bumi dalam jangka panjang, sehingga dapat beroperasi

dengan lancar sehingga penyediaan pupuk untuk sektor pertanian dapat

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.

4.3 Pengamanan Produksi Pupuk dalam rangka mendukung ketahanan pangan

Kebijakan pengembangan sektor pertanian ke depan mengacu pada program

revitalisasi pertanian dengan sasaran pada peningkatan produktifitas hasil

pertanian, khususnya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional.

Untuk meningkatkan produktivitas dan produksi pangan, pupuk merupakan

sarana produksi yang sangat vital. Berkaitan dengan peningkatan produktivitas

sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan, Pemerintah melalui

Page 26: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

24

Kementerian Pertanian menetapkan jumlah kebutuhan pupuk untuk sektor

pertanian setiap tahunnya.

Penyediaan pupuk dituntut memenuhi prinsip “6-tepat”, sehingga perlu

perencanaan yang baik sejak dari penentuan target produksi/areal, kebutuhan

dan penyediaan saprodi, sistem distribusi, pengendalian harga dan

pematauan/pengawasan kebijakan.

Kementerian Perindustrian selaku pembina teknis industri pupuk, bertanggung

jawab dalam menjamin ketersediaan pupuk sesuai kebutuhan khususnya

menjelang masa tanam. Dalam menjalankan fungsi ini, Direktorat Industri Kimia

hulu perlu berkoordinasi dengan Stakeholder terkait dalam rangka monitoring

operasional industri pupuk untuk menjamin ketersediaan pupuk untuk sektor

pertanian.

4.4 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pestisida

Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

digunakan untuk memberantas hama atau penyakit yang membunuh tanaman

atau mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman,

memberantas atau mencegah hama-hama air, memberantas atau mencegah

binatang dan jasad renik dalam rumah, alat-alat angkutan, dan alat-alat pertanian.

Pestisida mempunyai beberapa jenis antara lain insektisida, fungisida, rodentisida,

herbisida, akarisida dan bakterisida.

Perkembangan industri pestisida akhir-akhir ini mengalami kendala yang cukup

serius terutama masalah pengadaan bahan baku, 80% bahan aktif pestisida masih

diimpor sehingga mengakibatkan harga yang kalah bersaing dengan produk

pestisida impor. Selain itu, perkembangan industri pestisida terkait erat dengan

isu kesehatan, keamanan dan keselamatan lingkungan khususnya dalam

penggunaan bahan aktif. Pada tanggal 23 Mei 2001 Pemerintah Indonesia ikut

serta menandatangani Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants

(Konvensi Stockholm tentang Bahan Pencemar Organik yang Persisten (POPs)),

yang bertujuan melindungi kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari bahan

Page 27: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

25

pencemar organik yang persisten diantaranya jenis bahan aktif pestisida yang

telah dilarang digunakan yaitu Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT), Aldrin,

Endrin, Dieldrin, Chlordane, Heptachlor, Mirex, dan Toxaphene.

Dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan riset,

bahan kimia yang masuk dalam daftar POPs bertambah dalam setiap tahun. Hal

ini perlu mendapatkan perhatian serius untuk mencari bahan baku alternatif

pengganti yang lebih aman dari sisi kesehatan dan lingkungan untuk industri

pestisida melalui pengembangan teknologi bio pestisida.

Pelaksanaan forum komunikasi industri pestisida dimaksudkan sebagai sarana

komunikasi dan koordinasi seluruh Stakeholder industri pestisida nasional untuk

menggali informasi sebagai dasar penyusunan kebijakan untuk mengembangkan

industri pestisida nasional dan teknologi bio pestisida.

4.5 Penyusunan Gas Rumah Kaca Industri Pupuk, Petrokimia dan Kimia Hulu Lainnya

Dalam kaitannya dengan peranan Indonesia di tingkat global dalam kaitannya

dengan perubahan iklim, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Perubahan Iklim

pada bulan Agustus 1994 melalui UU Nomor 6 Tahun 1994 dan Protokol Kyoto

melalui UU Nomor 17 Tahun 2004. Dan Indonesia telah berkomitmen untuk

menurunkan emisi GRK sebesar 26 % pada tahun 2020 dibandingkan dengan

kondisi saat ini BAU, dan diharapkan dapat mencapai 41% dengan bantuan

internasional. Komitmen tersebut saat ini membutuhkan usaha dan tindakan

nyata yang menyeluruh, mencakup seluruh sektor pengemisi gas rumah kaca tidak

terkecuali sektor industri.

Sebagai tindak lanjut dari komitmen pemerintah dalam pengurangan emisi Gas

Rumah Kaca (GRK), BAPPENAS telah menerbitkan Peraturan Presiden No 61 Tahun

2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Nasional

yang mengamanatkan pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan

perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi rencana aksi nasional

penurunan emisi GRK. Dalam pelaksanaannya, diperlukan adanya pedoman

perhitungan emisi GRK yang mencakup prosedur dan tata cara perencanaan,

Page 28: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

26

pelaksanaan, monitoring serta evaluasi RAN-GRK termasuk di dalamnya adalah

prosedur pemantauan dan pengumpulan data aktivitas sumber emisi dan serapan

GRK termasuk simpanan karbon, serta penetapan faktor emisi dan perhitungan

emisi GRK. Kebijakan Pemerintah ini kemudian dilanjutkan dengan Penerbitan

Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang Sistem Inventarisasi Gas rumah

kaca Nasional.

Menindaklanjuti Peraturan Presiden No 71 Tahun 2011 tentang Sistem

Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional, industri pupuk dan petrokimia harus

memiliki inventori yaitu tata cara pengukuran, dan tata cara perhitungan emisi

GRK untuk mencapai target yang telah ditentukan dalam Peraturan Presiden No

61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Nasional.

5. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

5.1 Skema Usaha dan Penyusunan Neraca Garam Industri Nasional

Garam merupakan komoditi yang sangat strategis, dimana garam tidak hanya

digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi manusia namun juga luas

dipergunakan untuk kebutuhan sektor industri. Berdasarkan neraca garam

nasional tahun 2018 83% dari kebutuhan garam nasional adalah untuk industri

manufaktur, dimana 9% untuk kebutuhan komersil dan 8% untuk kebutuhan

rumah tangga. Cakupan industri manufaktur yang membutuhkan garam antara

lain adalah industri aneka pangan, CAP, farmasi kosmetik, water treatment,

penyamakan kulit, pakan ternak, sabun detergen, pertambangan, serta

pengasinan ikan.

Dari tahun 2016 tercatat kebutuhan garam nasional terus meningkat, akan tetapi

produksi garam lokal sendiri memiliki fluktuasi yang cukup besar. Perbandingan

antara produksi garam lokal dan kebutuhan garam nasional dapat digambarkan

dalam grafik berikut ini.

Page 29: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

27

2016 2017 2018 2019*

Produksi 168.054 1.111.395 2.719.256 2.327.078

Penggunaan 3.532.887 3.862.925 3.960.945 4.197.621

0

1.000.000

2.000.000

3.000.000

4.000.000

5.000.000

TON

PERBANDINGAN PRODUKSI DAN KEBUTUHAN GARAM

Dari grafik di atas terlihat peningkatan kebutuhan garam nasional belum diikuti

dengan peningkatan produksi garam nasional, dimana selama tahun 2016

produksi garam hanya tercatat sebesar 168 ribu ton, tahun 2017 sebesar 1,1 juta

ton, tahun 2018 sebesar 2,7 juta ton dan tahun 2019 diestimasikan kembali turun

di angka 2,3 juta ton. Kondisi ini menyebabkan sebagian kebutuhan garam

nasional masih harus dipenuhi melalui impor, khususnya garam untuk kebutuhan

industri dengan spesifikasi cukup tinggi, yang juga belum mampu dipenuhi oleh

garam lokal, seperti industri CAP, farmasi kosmetik, pengeboran minyak, serta

aneka pangan.

Berdasarkan data trademap, secara umum asal negara impor garam ke Indonesia

paling banyak berasal dari Australia. Dilihat dari kode HS, HS 2501.00.92 banyak di

impor dari Australia, India dan New Zealand. Sedangkan HS 2501.00.99 banyak di

impor dari Denmark, Singapore dan Germany. Jumlah impor dari masing-masing

negara dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:

Page 30: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

28

Dalam melakukan pengolahan garam, baik lokal maupun impor dilakukan oleh

industri pengolahan garam yang juga dikenal dengan unit pengolahan garam

(UPG). Dalam aktivitasnya UPG dapat memproduksi garam industri dan konsumsi.

Bahan baku untuk memproduksi garam industri berasal dari garam impor,

sedangkan bahan baku untuk produksi garam konsumsi berasal dari garam lokal.

Perkembangan pada sektor UPG selama periode tahun 2015 – September 2019,

yaitu:

1. Realisasi impor garam mengalami pertumbuhan sebesar 8,04%.

2. Realisasi penyerapan garam lokal mengalami pertumbuhan sebesar 0,74%.

3. Realisasi produksi garam (industri dan konsumsi) mengalami penurunan

sebesar 1,84%.

4. Realisasi distribusi garam mengalami pertumbuhan sebesar 1,22% per tahun.

Untuk terus menumbuhkembangkan industri pengolahan garam perlu

dirumuskan skema usaha industri garam yang tepat dan sesuai dengan kondisi

pergaraman di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan negara yang

mampu menghasilkan garam, namun disisi lain kualitas garam yang dihasilkan

belum mampu memenuhi kebutuhan beberapa sektor industri. Oleh karena itu

perlu disusun skema dalam hal penyerapan garam lokal serta tata kelola garam

impor.

Page 31: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

29

5.2 Sistem Informasi Nasional Terkait Iklim Masa Pengolahan Garam Industri

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian, perindustrian diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan

Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;

mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri; mewujudkan Industri

yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta Industri Hijau; mewujudkan

kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau

penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan

masyarakat; membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia

guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; serta meningkatkan

kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan. Untuk mencapai

tujuan tersebut, Kementerian Perindustrian melakukan pengaturan, pembinaan,

dan pengembangan Perindustrian.

Salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk pengembangan industri adalah

terkait ketersediaan bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku adalah bahan

mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang

setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Sedangkan bahan penolong adalah bahan yang digunakan sebagai pelengkap

dalam proses produksi untuk menghasilkan produk. Kementerian Perindustrian

dalam hal ini sebagai yang berwenang dalam menyelenggaran urusan pemerintah

di bidang perindustrian berkewajiban menjamin ketersediaan dan penyaluran

sumber daya alam, yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong

untuk Industri dalam negeri. Salah satu permasalahan yang ditemui saat ini adalah

tidak semua sumber daya alam yang dibutuhkan oleh industri tersebut dapat

diperoleh atau dipenuhi dari dalam negeri. Contoh sumber daya alam sebagai

bahan baku dan bahan penolong industri yang sampai saat ini belum bisa dipenuhi

dari dalam negeri adalah Komoditas Pergaraman Industri.

Garam adalah senyawa kimia yang komponen utamanya mengandung natrium

klorida (NaCl) dan dapat mengadung unsur lain seperti magnesium, kalsium, besi,

Page 32: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

30

dan kalium dengan bahan tambahan atau tanpa bahan tambahan iodium. Garam

yang digunakan sebagai bahan baku dan bahan penolong industri disebut

Komoditas Pergaraman Industri. Komoditas Pergaraman Industri meliputi pos tarif

sebegai berikut:

1. 2501.00.92 : Garam dengan kandungan natrium klorida 97% atau lebih tetapi

kurang dari 99,9% dihitung dari basis kering; dan

2. Ex. 2501.00.99 : Lain-lain (garam dengan kandungan natrium klorida 99,9%

atau lebih tetapi kurang dari 100% dihitung dari basis kering).

Faktor yang menyebabkan Komoditas Pergaraman Industri tidak bisa dipenuhi dari

dalam negeri adalah kualitas dari garam yang dihasilkan oleh petambak lokal pada

umumnya memiliki kadar natrium klorida dibawah 97%. Hal ini mengakibatkan

beberapa sektor industri tidak bisa menggunakan garam lokal dan membutuhkan

impor garam sebagai bahan baku dan bahan penolong pada industri mereka.

Sektor industri tersebut antara lain sektor industri aneka pangan, klor alkali,

farmasi dan kosmetik, serta pengeboran minyak. Jika tetap menggunakan garam

lokal yang memiliki kadar natrium klorida dibawah 97% akan berdampak pada

kualitas produk yang mereka hasilkan.

Di sisi lain impor Komoditas Pergaraman Industri dinilai dapat mengancam

petambak garam lokal, apabila garam impor tersebut disalah gunakan tidak hanya

untuk keperluan empat sektor industri di atas, tetapi juga untuk sektor industri

lain atau bahkan garam konsumsi yang seharusnya dapat menyerap garam lokal.

Hal ini yang membuat pada tahun 2017 - 2018 sempat timbul polemik terkait

impor Komoditas Pergaraman Industri ini. Dimana impor garam dinilai oleh

beberapa pihak dapat menurunkan penyerapan garam lokal dan juga membuat

harga garam dalam negeri menjadi tidak stabil. Padahal yang perlu ditekankan

disini adalah garam yang diimpor hanyalah untuk keperluan empat sektor industri

yang memang secara kualitas tidak bisa dipenuhi dari garam lokal.

Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diterbitkanlah Peraturan

Pemerintah Republik Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pengendalian Impor

Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman Sebagai Bahan Baku dan Bahan

Page 33: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

31

Penolong Industri serta Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemberian Rekomendasi Impor

Komoditas Pergaraman Sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri. Dimana

pada peraturan ini perusahaan yang akan melakukan importasi Komoditas

Pergaraman Industri harus memperoleh Rekomendasi Impor dari Kementerian

Perindustrian. Kuota rekomendasi impor Komoditas Pergaraman Industri juga

sudah ditetapkan dalam Rapat Koordinasi tingkat Menteri yang diselenggarakan

oleh kementerian yang menyelenggrakan urusan pemerintahan di bidang

koordinasi perekonomian. Prosedur untuk memperoleh Rekomendasi Impor

tersebut telah dijelaskan secara rinci pada peraturan ini. Dengan adanya

kewajiban memperoleh Rekomendasi Impor serta pembatasan kuota impor

tersebut diharapkan impor Komoditas Pergaraman Industri dapat diawasi dengan

baik, sehingga dampak-dampak negatif dari importasi garam seperti yang

dijelaskan sebelumnya dapat dihindari.

Proses penerbitan Rekomendasi Impor Komoditas Pergaraman Industri dilakukan

melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas). Secara ringkas, Sistem

Informasi Industri Nasional (SIINas) dapat didefinisikan sebagai suatu sistem

informasi terpadu yang di dalamnya berisi data dan informasi tentang industri

nasional. Sistem ini akan digunakan oleh perusahaan, asosiasi industri, pengelola

kawasan industri, pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota),

kementerian/ lembaga terkait, masyarakat, serta kalangan internal Kementerian

Perindustrian. SIINas telah memiliki beberapa fitur terkait dengan Komoditas

Pergaraman Industri, terkait dengan aplikasi untuk menyampaikan rencana

kebutuhan garam oleh perusahaan, laporan hasil verifikasi oleh Lembaga Surveyor

untuk kebutuhan garam per perusahaan, serta pengajuan rekomendasi impor

komoditas pergaraman industri oleh perusahaan. Namun demikian, masih banyak

aplikasi lainnya yang dibutuhkan untuk menyempurnakan data-data terkait

Komoditas Pergaraman Industri pada SIINas tersebut. Hal inilah yang dilaksanakan

pada kegiatan terkait Mengembangkan Sistem Informasi Nasional Terkait Iklim

Masa Pengolahan Garam Industri tahun 2019.

Page 34: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

32

6. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

6.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

Obat merupakan produk yang sangat penting dan wajib disediakan oleh

pemerintah sebagai upaya menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas dan

harapan hidup masyarakat. Pemerintah berkewajiban menyediakan obat bagi

masyarakat yang berkualitas dan harga yang terjangkau. Salah satu program yang

dilakukan pemerintah dalam mendukung kesehatan masyarakat adalah melalui

program BPJS. Untuk mendukung program tersebut diperlukan sarana dan

prasarana yang mendukung. Salah satu komponen penting yang harus ada adalah

penyediaan obat dengan harga yang terjangkau.

Industri farmasi dalam negeri sudah mampu memenuhi kebutuhan obat nasional

terutama untuk beberapa jenis obat generik yang digunakan secara luas. Namun

demikian, hampir seluruh industri farmasi dalam negeri adalah industri formulasi

obat. Dengan demikian, bahan aktif obat tersebut masih didatangkan dari impor.

Tercatat 95% bahan obat dalam negeri dipenuhi dari impor. Tingkat

ketergantungan bahan obat dari impor tersebut cukup riskan manakala pasokan

impor tersebut mengalami kendala baik itu jumlah, kualitas dan harga. Di sisi lain,

kebutuhan obat masyarakat saat ini cukup besar sehingga merupakan peluang

yang cukup besar sehingga perlu dikembangkan industri bahan baku obat dalam

negeri.

Untuk mengurangi ketergantungan bahan baku obat, perlu ditumbuhkan industri

bahan baku obat di tanah air, dimana Indonesia memiliki sumber bahan baku yang

sangat berlimpah berupa minyak bumi, gas alam, batubara dan agro kimia, dengan

industri kimia hulu dan kimia hilir yang sudah berkembang sejak tahun 1970-an.

Mempertimbangkan bahwa industri bahan baku obat merupakan industri

strategis yang berperan terhadap penyediaan kesehatan masyarakat namun

industri ini memiliki karakteristik industri fragmented dimana dibutuhkan

investasi dengan nilai besar namun return atau pengembalian yang kecil dan

lambat, maka Pemerintah dipandang perlu untuk melakukan investasi di sektor

Page 35: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

33

industri bahan baku obat. Industri bahan baku obat yang diproritaskan untuk

dikembangkan diantaranya memenuhi kriteria:

• Bahan baku obat yang banyak dipergunakan di Indonesia dan memiliki

peluang ekspor;

• Bahan baku obat yang sumber bahan bakunya tersedia diIndonesia;

• Bahan baku obat yang mudah dalam produksinya (teknologi telah terbukti

dan dikuasai) baik bahan aktif maupun bahan pembantu;

• Bahan baku obat berupa produk biologik;

• Bahan baku obat berbasis bahan alam Indonesia yang diproduksi melalui

teknologi sederhana maupun teknologi tinggi;

Hal ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden yang menyampaikan bahwa

ketergantungan impor tidak dapat dibiarkan. Terdapat dua arahan utama dari

Bapak Presiden yaitu membenahi regulasi untuk menumbuhkan industri farmasi

dan menekan harga obat dan memperbesar insentif untuk riset dan

pengembangan bahan baku obat untuk mengembangkan substitusi impor.

7. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia

7.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia di Teluk Bintuni

Terkait pengembangan industri petrokimia, Kementerian Perindustrian saat

ini tengah mengembangakan pusat industri petrokimia di Papua Barat dengan

memanfaatkan potensi sumber daya yang ada di Kabupaten Teluk Bintuni Papua

Barat. Pengembangan Pusat Industri Petrokimia di Papua Barat merupakan

implementasi dari Perpres No. 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan

Propinsi Papua dan Papua Barat, serta Perpres No. 28 Tahun 2008 Tentang

Kebijakan Industri Nasional melalui pemanfaatan sumber daya alam gas bumi

untuk pembangunan industri petrokimia, supaya dapat menghasilkan nilai tambah

yang lebih tinggi dan dampak ganda yang lebih besar bagi kesejahteraan daerah

Papua Barat maupun nasional.

Pengembangan industri petrokimia berbasis gas bumi di Teluk Bintuni-Papua

Barat dilakukan secara bertahap dan pada tahap pertama dibutuhkan gas bumi

Page 36: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

34

sebesar 384 mmscfd untuk pembangunan pabrik pupuk urea kapasitas 2,3 juta

ton/tahun dan pabrik Polipropilena basis methanol kapasitas 400 ribu ton/tahun.

Realisasi investasi untuk sektor industri petrokimia di Papua Barat membutuhkan

adaya dukungan alokasi gas sebagai bahan baku dalam jangka panjang, dukungan

ketersediaan lahan, dan infrastruktur pendukung. Untuk mencapai target pada

tahun 2019 beroperasi pabrik pupuk dan petrokimia, Kementerian Perindustrian

akan terus melakukan langkah-langkah sesuai dengan program dan target yang

telah disusun. Salah satu langkah yang dilkukan dalam rangka percepatan

penmbangunan Industri Petrokimid di Teluk Bintuni Papua Barat yaitu melalui

Skema Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU).

Sehubungan dengan telah diselesaikannya Outline Business Case (OBC) untuk

Proyek Kawasan Industri Bintuni dengan anchor industry Pabrik Methanol, salah

satu tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah mengajukan permohonan Proyek

Kawasan Industri Bintuni masuk dalam PPP book dari Menteri Perindustrian ke

Menteri BAPPENAS. Untuk item ini, diperlukan penjelasan lebih tentang skema

Availability Payment terkait penganggarannya di APBN dan persetujuan DPR.

Hal-hal lain yang menjadi highlight dalam Proyek KPBU Kawasan Industri

Petrokimia di Teluk Bintuni antara lain:

a. Masalah Lahan

Dirjen IKTA sudah menyurati Bupati Bintuni memohon Pemkab untuk

mengadakan lahan Kawasan Industri di 2019. Menurut informasi terakhir

sudah dibahas dengan DPRD dan diinformasikan akan dimasukkan dalam

APBD 2019.

b. Proses Penjaminan oleh PT. PII

Saat ini PT. PII sdh memulai proses penjaminan melalui screening. Surat resmi

dari Dirut PT PII sudah dikirimkan ke Dirjen IKTA. Proses sudah akan dimulai

oleh PT. PII

Page 37: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

35

c. Review OBC report

Saat ini report OBC sedang direview oleh Team KPPIP. Hasil review akan

menjadi basis untuk Kerangka Acuan Kerja (KAK) penyempurnaan OBC dalam

pekerjaan Final Business Case (FBC) oleh konsultan FBC yang akan

ditenderkan oleh Kemenperin.

d. Pelelangan konsultan FBC

Untuk percepatan pelelangan konsultan FBC dapat digunakan Panel

Konsultan KPPIP yg telah disusun sesuai Perpres Proyek Strategis Nasional dan

acuan LKPP. Pada akhir Desember 2018, seluruh contoh kontrak konsultan

dan billing rate resmi akan dikirimkan oleh KPPIP ke seluruh Kementerian dan

Lembaga. Daftar panel dan template kontrak Panel Konsultan langsung dapat

digunakan Tim Kemenperin utk seleksi Konsultan FBC.

e. Penyusunan Tim KPBU Kemenperin.

Surat Keputusan Menperind untuk Team KPBU Kawasan Industri Bintuni sdh

semakin urgent untuk difinalkan bagj persiapan pelelangan investor. Proses

penyiapan dokumen lelang harus sudah mulai melibatkan Team KPBU

Kemperind. Team ini perlu untuk mulai bekerja pada awal 2019 - Oleh

Kemperind

f. Anggaran dan pelaksana Transaction Advisor

Pada rapat di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian diinformasikan

bahwa akan dianggarkan Rp 8 milyar untuk Transaction Advisor proyek ini

pada tahun 2019. Tetapi ternyata angka terakhirnya sekitar Rp 4 milyar. Nilai

ini sudah termasuk untuk biaya Team KPBU Kemenperin. Dana ini mungkin

hanya cukup untuk konsultan FBC dan tidak cukup untuk anggaran konsultan

Transaction Advisor. Oleh karena itu, BAPPENAS, Kemkeu, KPPIP dan

Kemenperin perlu mencari anggaran tambahan.

Page 38: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

36

Untuk itu kegiatan ini dilakukan bertahap sampai dengan terbangunnya pabrik

pupuk dan petrokimia di Papua Barat. Dengan demikian, kegiatan Fasilitasi

Pengembangan Industri Petrokimia Di Papua Barat perlu dilakukan dalam upaya

mendorong pembangunan industri petrokimia di Papua Barat.Proses operasional

produksi di sektor industri kimia hulu umumnya melibatkan tenaga kerja yang

sangat banyak dan bervariasi disiplin ilmu, keahlian, ketrampilan serta

pengalamannya.

7.2 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Gasifikasi

Batubara

Gasifikasi adalah konversi bahan bakar karbon menjadi produk gas – gas yang

memiliki nilai kalor yang berguna. Pengertian ini tidak memasukkan istilah

pembakaran (combustion) sebagai bagian daripadanya, karena gas buang (flue

gas) yang dihasilkan dari pembakaran tidak memiliki nilai kalor yang signifikan

untuk dimanfaatkan. Karena proses ini merupakan konversi material yang

mengandung karbon, maka semua hidrokarbon seperti batubara, minyak, vacuum

residue, petroleum coke atau petcoke, Orimulsion, bahkan gas alam dapat

digasifikasi untuk menghasilkan gas sintetik (syngas).

Pada dasarnya, terdapat 3 cara untuk memproduksi gas sintetik dari batubara,

yaitu pirolisis, hidrogenasi, dan oksidasi sebagian (partial oxidation). Meskipun

produksi gas sintetik pada awalnya memanfaatkan teknologi pirolisis, tapi saat ini

pirolisis lebih banyak diaplikasikan untuk memproduksi bio-oil dari bahan baku

biomassa. Adapun hidrogenasi yang dimaksud disini adalah hidrogasifikasi yang

bertujuan memproduksi gas metana langsung dari batubara.

Pembangunan Pabrik Metanol Berbasis Gasifikasi Batubara dapat memberikan

manfaat yang siginifikan bagi ketersediaan bahan baku kimia hulu, dalam hal ini

metanol. Dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan bahan bakar fosil

lainnya, kemudian ketersediaannya yang melimpah, serta penyebaran cadangan

yang relatif merata di seluruh dunia, batubara merupakan sumber energi primer

yang menjanjikan. Apabila selama ini pemanfaatan batubara terkesan terbatas

untuk pembangkitan listrik saja, maka gasifikasi batubara memberikan harapan

Page 39: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

37

yang besar untuk pemanfaatan batubara secara optimal di masa mendatang. Dari

paparan di atas dapat pula disimpulkan bahwa batubara memiliki kekuatan yang

besar untuk menarik roda perekonomian suatu bangsa melalui teknologi

gasifikasi.

Proyek yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan yaitu di daerah Muara

Enim Sumatera Selatan dan Peranap Riau.

Pada awalnya, PT Bukit Asam dan konsorsium kini tengah memiliki 3 proyek utama

dalam pengembangan coal to chemicals dengan rincian sebagai berikut:

• Pembangunan Kawasan Industri Berbasis Batubara (BACBIE) di Muara

Enim, Sumatera Selatan untuk memfasilitasi PLTU dan pabrik gasifikasi

batubara.

• Pembangunan pabrik gasifikasi batubara untuk menghasilkan Urea, DME,

dan Polypropylene (PP) di Muara Enim, Sumatera Selatan bekerja sama

dengan PT Pupuk Indonesia, PT Pertamina, dan PT Chandra Asri

Petrochemical.

• Pembangunan pabrik gasifikasi batubara untuk menghasilkan DME,

Methanol, dan Mono Ethylene Glycol (MEG) di Peranap, Riau bekerja sama

dengan PT Pertamina, dan PT Air Products Indonesia.

Namun dengan seluruh dinamika yang dialami, maka proyek di Peranap, Riau

dipindahkan ke tempat yang sama di Muara Enim, Sumatera Selatan.

Sehingga Proyek gasifikasi batubara di Muara Enim akan menghasilkan produk

berupa DME dengan kapasitas 1,4 juta ton/tahun, metanol 300 ribu ton/tahun dan

MEG 250 ton/tahun dengan PT. Pertamina sebagai offtaker ketiga produk

tersebut.

Proyek ini akan dibangun di kawasan Bukit Asam Coal Based Industrial Estate

(BACBIE) yang akan diupayakan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Konsumsi batubara pada proyek ini sebesar 8 juta ton/tahun dan batubara yang

digunakan sebagai bahan baku adalah batubara kalori sedang (4.000 kcal/kg).

Page 40: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

38

Pemanfaatan batubara kalori sedang ini bertujuan untuk efisiensi CAPEX sehingga

dapat meningkatkan keekonomian proyek gasifikasi

Nilai investasi (CAPEX) proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim sebesar US$ 3

Miliar (Rp. 45 Triliun) yang terdiri dari 2 perusahaan korporasi yaitu Joint Venture

Company (JVC) 1, nilai investasi sebesar US$ 1,5 Miliar dengan PT. Air Products

Indonesia sebagai pemegang saham mayoritas dan PT. Pertamina dan PT. Bukit

Asam sebagai pemegang saham minoritas. JVC 1 bergerak di sektor hulu yang akan

mengolah batubara menjadi syngas dan Joint Venture Company (JVC) 2, nilai

investasi sebesar US$ 1,5 Miliar dengan PT. Pertamina dan PT. Bukit Asam sebagai

pemegang saham mayoritas dan PT. Air Products Indonesia sebagai pemegang

saham minoritas. JVC 2 bergerak di sektor hilir yang akan mengolah syngas

menjadi DME, metanol dan MEG.

Dengan asumsi penetapan harga DME sebesar US$ 420/ton dan tanpa insentif,

maka dapat ditetapkan bahwa IRR untuk proyek ini berada pada 9,42%. Dengan

nilai IRR ini proyek gasifikasi belum layak untuk dilanjutkan sehingga diperlukan

insentif sebagai berikut

- Tax Holiday selama 20 tahun untuk kedua perusahaan korporasi tersebut -

Terkait usulan ini maka Kementerian Keuangan perlu melakukan perubahan

terhadap PMK No. 150/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas

Pengurangan Pajak Penghasilan Badan atau apabila BACBIE disepakati menjadi

KEK, maka Kemenko Perekonomian perlu menyusun PP tentang Kawasan

Ekonomi Khusus Tanjung Enim;

- Pembebasan PPN atas jasa pengolahan batubara menjadi syngas - Kementerian

Keuangan perlu menyusun PP tentang Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu

yang Bersifat Strategis Non PPn

- Pembebasan PPN atas EPC porsi kandungan lokal dan pengurangan tarif -

Kementerian Keuangan perlu menyusun Peraturan Pemerintah;

- Pengurangan royalti batubara hingga 0% - Kementerian ESDM diharapkan

dapat merevisi PP No. 81 Tahun 2019 tentang Jenis dan Tarif PNBP yang berlaku

Page 41: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

39

di Kementerian ESDM (telah diakomodir di dalam RUU Omnibus Law Cipta

Lapangan Kerja).

Selain insentif tersebut, ada dua hal lain yang perlu ditetapkan khusus pada

kesempatan pertama yaitu harga DME final dan harga khusus batubara.

Berdasarkan perhitungan tersebut, pemerintah akan kehilangan pemasukan pajak

sebesar Rp. 16,2 triliun namun pajak langsung yang dihasilkan dari proses bisnis

coal to chemicals ini akan mencapai Rp. 45,8 triliun. Sehingga secara kasar negara

masih diuntungkan sebesar Rp. 29,6 triliun.

7.3 Pengembangan Usaha TPPI Tuban

PT TPPI kini resmi menjadi BUMN setelah kepemilikan PT Pertamina dalam

perusahaan tersebut menjadi sebesar 80%. Upaya peningkatan komposisi

kepemilikan tersebut ditindaklanjuti dengan beberapa rencana pengembangan

bisnis PT TPPI sebagai berikut :

- Pembangunan LPG Unit - Pembangunan LPG unit diperkirakan akan

membutuhkan biaya sebesar US$ 27 juta dengan estimasi pembangunan

proyek dimulai pada tahun 2020 dan onstream pada tahun 2023.

Pembangunan dimaksud diperlukan apabila aset yang masih dimiliki oleh

perusahaan tidak dapat dieksekusi.

- Debottlenecking Platforming - Proyek ini dilakukan dengan penambahan

kapasitas reforming dengan debottlenecking yang saat ini berkapasitas 46.000

barrel/day menjadi 55.000 barrel/day.Proyek yang dimaksud direncanakan

onstream pada tahun 2023.

- Revamping Aromatik - Secara paralel juga akan dilakukan revamping aromatik

dengan penambahan kapasitas Paraxylene dari 600.000 ton/tahun menjadi

780.000 ton/tahun. Proyek yang dimaksud direncanakan onstream pada tahun

2023.

- Pembangunan Olefin dan Downstream - Pembangunan pabrik olefin akan

menghasilkan Ethylene dengan kapasitas sebesar 600 ribu ton/tahun dan

Propylene sebesar 400 ribu ton/tahun. Sedangkan untuk proyek downstream

akan dihasilkan High-Density Polyethylene (HDPE) dengan kapasitas sebesar

Page 42: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

40

350 ribu ton/tahun, Low-Density Polyethylene (LDPE) sebesar 250 ribu

ton/tahun, dan Polypropylene sebesar 400 ribu ton/tahun.

7.4 Pembangunan Komplek Petrokimia Konsorsium PT Pertamina-CPC Taiwan

Konsorsium PT Pertamina dan CPC berencana berinvestasi di Indonesia

membangun komplek industri petrokimia dengan nilai total investasi sebesar 113

triliun rupiah (US$ 8 Miliar)

Kompleks ini akan terdiri atas 2 segmen industri petrokimia yang berupa:

- Segmen upstream

Segmen upstream akan melibatkan CPC dan PT Pertamina dengan total nilai

investasi sebesar 73 triliun rupiah. Badan usaha ini akan menghasilan

beberapa produk olefin

- Segmen midstream

Segmen midstream akan melibatkan CPC dan 7 perusahaan midstream

lainnya dengan total nilai investasi sebesar 40 triliun rupiah. Perusahaan

midstream ini menghasilkan produk yang terdiri dari MEG, LLDPE, SM, ABS,

AN, MMA, PP, MTBE, MEK, MA dan DTBP.

Berkenaan dengan hal tersebut, konsorsium ini menghendaki insentif Tax Holiday

selama 20 tahun. Permintaan ini akan membebaskan konsorsium dari pajak

sebesar 16,5 triliun rupiah, namun demikian negara akan tetap memiliki potensi

mendapatkan penghasilan melalui pajak tidak langsung sebesar 135 triliun rupiah.

Proyek pembangunan industri petrokimia ini akan dimulai pada tahun ini yang

diawali dengan Pre Feasibility Study, Client PID, pemilihan licensor, dan

penyediaan lahan. Diperkirakan Commercial Operation Date (COD) tercapai pada

tahun 2025.

7.5 Pembangunan Komplek Petrokimia PT. Lotte Chemical Indonesia

PT Lotte Chemical Indonesia berupaya untuk membangun kompleks industri

petrokimia di Cilegon, Banten, dengan nilai investasi sebesar Rp. 50 triliun (US$

3,5 milyar) yang kini masuk pada tahap persiapan konstruksi.

Page 43: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

41

Untuk memenuhi ketentuan teknis dan menjamin kelancaran kegiatan produksi,

PT LCI perlu menyiapkan lahan seluas 100 Ha. Upaya dalam memenuhi kebutuhan

lahan tersebut dilakukan dengan cara memperluas lahan eksisting serta dengan

melakukan reklamasi. Dalam menjalankan kegiatan reklamasi, PT LCI telah

mengajukan permohonan Persetujuan Kegiatan Kerja Keruk dan Reklamasi (PK3R)

kepada Direktur Jenderal Perhubungan Laut, No. 021/LCI-DIR/III/2019 tanggal 12

Maret 2019.

Dalam perjalanannya, permohonan PT LCI terhalang oleh PT Krakatau Steel (PT KS)

yang mengklaim bahwa wilayah yang akan direklamasi oleh PT LCI masih miliknya.

Namun setelah beberapa kali rapat di Menko Perekonomian dan Menko Maritim,

permasalahan tersebut akhirnya dapat diputuskan. Kepala BPN bertanggung

jawab untuk melimpahkan hak tanah tersebut kepada PT LCI dengan berbagai

pertimbangan. Izin reklamasi akhirnya diberikan oleh Kemenhub kepada PT LCI.

7.6 Pengembangan Usaha PT. Polytama Propindo

PT Polytama Propindo selaku salah satu produsen Polypropylene di Indonesia akan

mengembangkan kapasitas produksi dan pemasaran produknya baik untuk

kebutuhan dalam negeri maupun untuk keperluan ekspor. Hasil dari

pengembangan tersebut akan memperkuat industri kemasan untuk makanan dan

minuman, otomotif, bahan bangunan dan tekstil.

Perihal pengembangan dan pembiayaan industri Polytama, melalui Peraturan

Menteri Keuangan No. 134/PMK.08/2015, pemerintah menyediakan pembiayaan

ekspor/fasilitas Penugasan Khusus Ekspor (PKE) berupa pembiayaan, penjaminan,

dan asuransi yang diberikan kepada pelaku industri yang bertujuan untuk

meningkatkan daya saing, potensi peningkatan dan pengembangan ekspor jangka

panjang dan mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

Adapun prosedur pengajuan fasilitas PKE yaitu asosiasi/pelaku industri

menyampaikan usulan PKE dan Kajian Aspek Ekonomi kepada Kementerian

Perindustrian yang selanjutnya akan dibahas internal di Kementerian

Perindustrian.

Page 44: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

42

Saat ini Kementerian Perindustrian masih menunggu Kajian Aspek Ekonomi yang

sudah final yang akan disampaikan oleh PT Polytama untuk disampaikan kepada

Komite PKE. Menteri Keuangan akan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan

tentang Pelaksanaan PKE apabila kajian yang dimaksud telah disepakati oleh

Komite PKE.

7.7 Pengembangan Usaha PT. Chandra Asri Petrochemical

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (CAP) adalah sebuah perusahaan petrokimia

terbesar di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1992 dengan kapasitas total

produksi olefin dan poliolefin saat ini sebesar 3,3 juta ton/tahun. Salah satu

produk utama poliolefin tersebut adalah polyethylene dengan kapasitas sebesar

330 ribu ton/tahun.

Saat ini CAP telah menyelesaikan pembangunan pabrik polyethylene baru dengan

nama New Polyethylene (NPE) berkapasitas 400 ribu ton/tahun dengan nilai

investasi sebesar Rp. 5,7 triliun.

Untuk menjalankan NPC secara komersial, CAP memanfaatkan bahan baku nafta

impor dari Timur Tengah. Sedangkan sebagian besar kebutuhan tenaga listrik

dipasok oleh PLN yang didukung dua pembangkit mandiri yaitu Steam Turbine

Generator (STG) dan Gas Turbine Generator (GTG).

Pembangunan NPE oleh CAP dengan kapasitas sebesar 400 ribu ton ini telah

dilakukan sejak Agustus 2017 dan telah diresmikan oleh Presiden RI pada

Desember 2019. Dengan adanya NPE ini, diharapkan Indonesia dapat menghemat

devisa sebesar Rp 8 triliun/tahun. NPE diproyeksikan akan menyerap tenaga kerja

sebanyak 300 orang yang seluruhnya berasal dari dalam negeri.

7.8 Pengembangan Usaha PT. Cabot Asia Pacific South

PT Cabot Indonesia (PT CI) merupakan satu-satunya produsen Carbon Black di

Indonesia. Saat ini PT CI memiliki kapasitas total sebesar 90.000 ton/tahun. PT CI

berencana meningkatkan bisnis usahanya dengan mendirikan PT Cabot Asia

Pacific South (PT CAPS) yang memproduksi Carbon Black dan Masterbatch.

Sebagian besar Carbon Black di Indonesia digunakan untuk industri ban dan

sisanya digunakan pada industri cat, tinta dan pelapis. Sedangkan Masterbatch

Page 45: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

43

digunakan untuk pigmen pada berbagai aplikasi polimer termoplastik seperti

kabel, konduktif, film, serat, cetakan, pipa dan lembaran. Industri pengguna bahan

baku Carbon Black dan Masterbatch tersebut menyerap lebih banyak tenaga kerja

di sektor hilirnya. Sehingga secara tidak langsung, aktivitas bisnis produk ini juga

turut berkontribusi dalam menggerakan roda ekonomi nasional.

PT CAPS ini kedepannya akan menghasilkan Carbon Black dengan kapasitas

sebesar 90.000 ton/tahun dan Masterbatch sebesar 20.000 ton/tahun. Nilai

investasi proyek ini mencapai Rp. 1,3 triliun. Peletakan batu pertama

pembangunan pabrik PT Cabot Asia Pacific South telah dilaksanakan pada tanggal

21 November 2019.

7.9 Pengembangan Usaha PT. Nippon Shokubai Indonesia

PT NSI melakukan pengembangan usaha dengan perluasan pabrik di bidang usaha

industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi, gas alam dan

batubara (KBLI 20117) dengan cakupan produk Acrylic Acid berkapasitas 100.000

MT. Saat ini kapasitas produksi pabrik NSI sebesar 140.000 MT sehingga

diperkirakan pada November 2021 kapasitasnya mencapai 240.000 MT.

Lokasi investasi PT NSI berada di Kawasan Industri Pancapuri, Kota Cilegon,

Provinsi Banten, dengan rencana nilai investasi sebesar Rp 3.220.250.500.000

(aktiva tetap Rp 3.114.553.000.000). PT NSI telah mendapakan dukungan Insentif

Pajak Tax Holiday dari pemerintah selama 7 tahun melalui KMK 470/KM.3/2019

tanggal 9 September 2019.

7.10 Pengembangan Usaha PT. Asahimas Chemical

PT Asahimas Chemical, anak perusahaan AGC Inc Jepang juga akan

mengembangkan pabrik nya dengan investasi senilai Rp. 1,3 triliun.

Pengembangan ini merupakan ekspansi pabrik kutujuh di Cilegon, Banten.

Investasi tersebut untuk perluasan pabrik Polivinil Klorida (PVC) dengan kaasitas

200.000 MT/tahun. Pabrik ini ditargetkan akan selesai dan komersial pada

semester I tahun 2021

Page 46: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

44

8. Peningkatan SDM Industri Kimia Hulu

8.1 Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu

Proses operasional produksi di sektor industri kimia hulu umumnya melibatkan

tenaga kerja yang sangat banyak dan bervariasi disiplin ilmu, keahlian, ketrampilan

serta pengalamannya. Standar Kompetensi diperlukan untuk setiap jabatan kerja

dalam lingkup nasional, regional, maupun internasional yang berbasis pada pasar

tenaga kerja maupun sistem manajemen sumber daya manusia, termasuk

kebutuhan perusahaan untuk mengisi semua level jabatan kerja dalam sektor

Industri Kimia Hulu.

Lebih kurang 34.11% angkatan kerja yang menganggur berpendidikan maksimum

SMP, dan yang yang berpendidikan SMU/SMK atau lebih rendah mencapai

berkisar 86.42%. Lebih kurang 58.77% tenaga kerja Indonesia berpendidikan

maksimum SMP dan yang berpendidikan SMA/SMK atau lebih rendah mencapai

87.81%. Dari sisi produktivitas, produktivitas tenaga kerja Indonesia (24.9 ribu

USD) masih jauh berada di bawah Singapore (131.9 ribu USD), Malaysia (56.4 ribu

USD) dan Thailand (28.3 ribu USD). Produktivitas tenaga kerja Indonesia masih di

bawah rata-rata 6 negara utama ASEAN (28,8 ribu USD). Indonesia berada pada

posisi ke 45 dari 140 negara dalam indeks daya saing global Tahun 2018, naik 2

peringkat dari tahun 2017. Dengan metode perhitungan baru dalam era revolusi

industri ke-4, Indonesia mencatat skor keseluruhan sebesar 65. 5 Negara yang

menduduki peringkat teratas adalah Amerika Serikat, Singapura, Jerman, Swiss,

dan Jepang. Di antara negara-negara ASEAN, setelah Singapura di peringkat 2

global, urutan berikutnya adalah Malaysia (25), Thailand (38), Indonesia (45),

Filipina (56), Brunei Darussalam (62), Vietnam (77), Kamboja (110) dan Laos (122).

Dalam rangka menghadapi persaingan kompetensi tenaga kerja yang semakin

ketat dalam dunia global, khususnya mengantisipasi adanya mobilisasi tenaga

kerja diantara sesama negara ASEAN diperlukan peningkatan daya saing dan

kompetensi bagi SDM industri di dalam negeri. Salah satu cara adalah dengan

terlebih dahulu menyusun Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI).

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan

Page 47: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

45

kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan/atau

keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat

jabatan yang ditetapkan. SKKNI dikembangkan melalui konsultasi dengan industri

terkait, untuk memastikan kesesuaian kebutuhan di tempat kerja. SKKNI

digunakan terutama untuk merancang dan mengimplementasikan pelatihan kerja,

melakukan asesmen (penilaian) keluaran pelatihan, serta asesmen tingkat

keterampilan dan keahlian terkini yang dimiliki oleh seseorang. SKKNI ditetapkan

oleh Menteri Ketenagakerjaan.

Selain SKKNI, untuk tenaga kerja di sektor industri juga perlu dikembangakan

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia (KKNI) adalah kerangka penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia

Indonesia yang menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor

pendidikan dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema

pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor

pekerjaan. KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia

terkait dengan sistem pendidikan nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan

sistem penilaian kesetaraan capaian pembelajaran (learning outcomes) nasional,

yang dimiliki Indonesia untuk menghasilkan sumber daya manusia nasional yang

bermutu dan produktif.

Selama 4 tahun terakhir, tenaga kerja industri tumbuh 2,7 Juta orang, atau

meningkat rata-rata 677.000 Tenaga Kerja per tahun. Peningkatan jumlah tenaga

kerja industri seiring dengan peningkatan rasio terhadap total tenaga kerja,

menandakan sektor industri manufaktur berperan semakin besar dalam

penyerapan tenaga kerja. Proyeksi kebutuhan tenaga kerja industri per

subsektornya dapat ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Page 48: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

46

Kebutuhan tenaga kerja industri yang mencapai 600 ribu orang per tahun belum

seluruhnya bisa dipenuhi, namun jumlah pengangguran terbuka di Indonesia

masih berkisar 7 juta orang (sakernas Agustus 2018) seperti gambaran pada tabel

berikut ini:

Page 49: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

47

9. Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha

9.1 Dokumen Program, Evaluasi dan Pelaporan

Dalam Renstra Direktorat Industri Kimia hulu telah ditentukan baik program

prioritas nasional maupun prioritas kementerian secara berkelanjutan, untuk itu

dalam penyusunan program kerja harus menyesuaikan dengan target telah

ditetapkan dan dalam pelaksanaannya harus di evaluasi sehingga di peroleh

masukan untuk penyusunan program yang lebih terarah kedepannya. Kegiatan

Penyusunan Program dan Rencana Kerja dan Evaluasi Kinerja Industri Kimia hulu

perlu dilaksanakan untuk menyusun program/kegiatan yang sesuai dengan arahan

Kebijakan Industri Nasional dan Renstra Direktorat Industri Kimia hulu.

9.2 Layanan Tata Usaha

Terselenggaranya pemerintahan yang baik merupakan prasyarat bagi setiap

pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta

cita-cita dalam berbangsa dan bernegara. Dalam mewujudkan cita-cita berbangsa

dan bernegara tersebut, Direktorat Industri Kimia hulu membutuhkan dukungan

berbagai sumber daya dan komitmen dari semua pihak, baik pemerintah, dunia

usaha, maupun masyarakat. Disamping itu Direktorat Industri Kimia hulu

mengupayakan kinerja yang transparan dan akuntabel dalam penyelenggaraan

pemerintahan, sehingga benar-benar dapat diwujudkan penyelenggaraan

pemerintahan yang baik.

Upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik tersebut,

diperlukan suatu sistem manajemen kinerja yang mampu mengukur kinerja dan

keberhasilan instansi pemerintah, dengan demikian akan tercipta legitimasi dan

dukungan publik terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Tanpa adanya sistem

manajemen kinerja sektor publik (pemerintah) yang baik niscaya akan dapat

menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan

pemerintahan, yang pada gilirannya juga akan menghambat terwujudnya

pemerintahan yang baik (good governance).

Page 50: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

48

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Progress pelaksanaan kegiatan s/d Triwulan IV.

3.1 Otoritas Nasional Senjata Kimia

3.1.1 Fasilitasi Terkait Kesekretariatan Otoritas Nasional Senjata Kimia

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 98,61 %

Pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Terkait Kesekretariatan Otoritas Nasional Senjata

Kimia terdiri dari 6 kegiatan meliputi Koordinasi Teknis Sekretariat Otoritas

Nasional sebanyak 1 (satu) kali, Fgd Penyusunan Rpp Perizinan Dan Pelaporan

Bahan Kimia Daftar Dan Bahan Kimia Organik Diskret Nondaftar sebanyak 3 (tiga)

kali dan Persiapan Harmonisasi Rpp Perizinan Dan Pelaporan Bahan Kimia Daftar

Dan Bahan Kimia Organik Diskret Nondaftar sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Fasilitasi Terkait Kesekretariatan Otoritas

Nasional Senjata Kimia sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah diterbitkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 19 Tahun 2019

tentang Pencegahan dan Penanggulangan Keadaan Darurat Bahan Kimia

dalam Kegiatan Usaha Industri.

• Telah disusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan dan

Pelaporan Bahan Kimia Daftar dan Bahan Kimia Organik Diskret Nondaftar.

• Telah disusun Rancangan Petunjuk Teknis tentang Perizinan dan Pelaporan

Bahan Kimia Daftar dan Bahan Kimia Organik Diskret Nondaftar.

• Telah disiapkan susunan kegiatan dalam rangka Sosialisasi Peraturan

Menteri Perindustrian Nomor 19 Tahun 2019 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Keadaan Darurat Bahan Kimia dalam Kegiatan Usaha

Industri.

Page 51: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

49

3.1.2 Database Otoritas Nasional Senjata Kimia

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,31 %

Pelaksanaan kegiatan Database Otoritas Nasional Senjata Kimia dari 2 kegiatan

meliputi Koordinasi Teknis Database Otnas Senjata Kimia sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Database Otoritas Nasional Senjata Kimia

sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah disusun Database Otoritas Nasional Senjata Kimia terkait bahan kimia

daftar dan fasilitas produksi

• Sebanyak 3 Perusahaan telah melakukan pemutakhiran data terkait fasilitas

produksi dan bahan kimia yang tergolong schedule I,II dan III

• Asosisasi Responsible Care Indonesia (RCI) telah melakukan pendekatan

kepada masing – masing perusahaan yang memiliki fasilitas produksi dan

produk yang tergolong schedule I,II, dan III untuk dapat memberikan

pemutakhiran data kepada Sekretariat Otoritas Nasional Senjata Kimia

3.1.3 Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,33 %

Pelaksanaan kegiatan Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia terdiri dari 1

kegiatan yaitu Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia sebanyak 1 (satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Inspeksi Otoritas Nasional Senjata Kimia sampai

dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah dilaksanakan Inspeksi di PT. Sasa Inti

PT. Sasa Inti beralamat di Jl. Raya Gending Km. 12, Gending, Probolinggo,

Jawa Timur. Perusahaan ini memiliki pabrik kimia yang memproduksi

penyedap rasa berbasis Mononatrium Glutamate (MNG) yang

menggunakan molases dalam negeri sebagai bahan baku utama.

Proses kimia utama dalam pabrik ini adalah fermentasi. Pabrik kimia ini

dideklarasikan pada tahun 2018 dan inspeksi kali ini adalah untuk yang

pertama kalinya.

Page 52: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

50

Inspeksi dilakukan selama 2 (dua) hari pada tanggal 25 s.d. 26 November

2019. Pada misi kali ini, tim inspeksi dari OPCW yang hadir adalah Christian

Paul Almeida Rivera yang berkebangsaan Ekuador dan Chetan Manubhai

Rathod yang berkebangsaan India. Hasil inspeksi menyatakan bahwa tidak

ada penyalahgunaan dalam pemanfaatan pabrik. Seluruh aktivitas dan

bahan-bahan yang digunakan murni dimanfaatkan untuk memproduksi

penyedap rasa. Beberapa hal yang perlu ditindaklanjuti adalah 2 (dua)

temuan inspektur terkait fasilitas produksi. Dalam inspeksi ditemukan

bahwa pabrik yang dikategorikan sebagai fasilitas DOC terdiri dari 3 unit.

Sedangkan kode kelompok produksi yang paling tepat adalah 513. Sehingga

perlu perubahan dokumen sebagai berikut.

Uraian Deklarasi Verifikasi

Jumlah fasilitas DOC 1 3

Kode Kelompok Produksi 541 513

• Telah dilaksanakan Inspeksi di PT Lautan Otsuka Chemical

PT. Lautan Otsuka Chemicals beralamat di Jl. Brigjend. Katamso Km. 123 &

Km. 125, Gunung Sugih, Ciwandan, Cilegon, Banten. Perusahaan ini memiliki

pabrik kimia yang memproduksi blowing agent dengan nama

azodicarbonamide. Produk ini dipakai oleh industri hilir untuk memproduksi

barang-barang seperti; sol sepatu olah raga, kulit imitasi, wallpaper,

pelampung, buoy, dashboard interior otomotif, lantai PVC, dan produk-

produk hilir lainnya. Pabrik kimia ini dideklarasikan pada tahun 2015 dan

telah menerima inspeksi pada tahun 2016. Inspeksi yang diterima saat ini

adalah yang kedua kalinya.

Inspeksi dilakukan selama 2 (dua) hari pada tanggal 4 s.d. 5 November 2019.

Hasil inspeksi menyatakan bahwa tidak ada penyalahgunaan dalam

pemanfaatan pabrik. Seluruh aktivitas dan bahan-bahan yang digunakan

murni dimanfaatkan untuk memproduksi blowing agent. Kekeliruan minor

ditemukan pada penulisan kode pos alamat di dokumen deklarasi.

Page 53: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

51

Uraian Deklarasi Verifikasi

Kode Pos 42446 42447

• Inspeksi di PT Miwon Indonesia

Inspeksi ini dilaksanakan selama 4 (empat) hari pada tanggal 1 Oktober s.d.

4 Oktober 2019 oleh 2 (dua) orang inspektur bernama Olivia Ann Walsh dan

Marcelo Azevedo E Sousa De Jesus. Selama kegiatan berlangsung, kedua

inspektur tersebut didampingi oleh tim dari Kementerian Luar Negeri dan

Kementerian Perindustrian selaku anggota OTNAS. Kegiatan utama selama

inspeksi adalah verifikasi kesesuaian antara dokumen deklarasi dengan

kondisi aktual di lapangan.

Lokasi inspeksi adalah PT Miwon Indonesia yang beralamat di Jl. Raya

Driyorejo Km. 24, Driyorejo, Gresik, Jawa Timur. Berdasarkan produk yang

dihasilkan dan proses pembuatannya, perusahaan ini masuk dalam kategori

OCPF. Perusahaan ini dideklarasikan sebagai OCPF kepada OPCW pada

tahun 2018 dengan kode plant site IDN-MIWON-036.

Kegiatan inspeksi tidak menemukan adanya penggunaan bahan kimia daftar

(scheduled chemicals) di dalam perusahaan dan aktivitas perusahaan sudah

sesuai dengan yang dideklarasikan. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut,

diperoleh 2 (dua) hal penting yang perlu ditindaklanjut sebagai berikut;

a. Fasilitas PT Miwon lebih tepat untuk dideklarasikan sebagai OCPF dengan

kode kelompok produk 551 – Essential oils, perfume, and flavour

materials. Usulan ini disampaikan karena PT Miwon memproduksi MNG

(Mononatrium Glutamate) yang lebih cocok dikategorikan sebagai

flavour materials dibandingkan sebagai medicament.

b. Dalam proses inspeksi, didapatkan bahwa PT Miwon memiliki 2 (dua)

fasilitas yaitu pabrik MNG dan pabrik tepung jagung (corn starch). Pabrik

tepung jagung yang dimaksud mulai dioperasikan secara komersial sejak

2016.

Page 54: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

52

Sehubungan dengan hal tersebut, OTNAS RI diharapkan dapat memperbarui

deklarasi OCPF PT Miwon IDN-MIWON-036 ini sesuai dengan hasil verifikasi,

pada bagian kode kelompok produk dan jumlah pabrik.

3.1.4 Deklarasi Otoritas Nasional Senjata Kimia

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,73 %

Pelaksanaan kegiatan Deklarasi Otoritas Nasional Senjata Kimia terdiri dari

3 kegiatan yaitu Penyusunan Deklarasi Tahunan sebanyak 1 (satu) kali, Diseminasi

Konsep Deklarasi Tahunan sebanyak 1 (satu) kali dan Monitoring Dan Evaluasi

Data Terkait Needs Assesment And Best Practices On Integrated Chemical

Management sebanyak 1 (satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan Deklarasi Otoritas Nasional Senjata Kimia sampai

dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Dalam rangka pembahasan data deklarasi ADPA 2018. Deklarasi industri

Other Chemical Production Facilities (OCPFs) hingga saat ini telah

teridentifikasi sebanyak 40 fasilitas yang menghasilkan bahan kimia organik

diskret nondaftar.

• Direktorat Industri Kimia Hulu akan mengirimkan surat kepada Direktorat

Informasi Kepabeanan dan Cukai serta INSW terkait permohonan data

impor bahan kimia daftar 2 dan 3 yang banyak diperdagangkan.

• Dit. Industri Kimia Hulu telah menyiapkan konsep NIM 2018-2019 dan

menyampaikan hasilnya kepada Kemlu dan OPCW serta Dit. Industri Kimia

Hulu dan Biro Hukum akan membahas lebih lanjut terkait RPP Perizinan dan

Pelaporan Bahan Kimia Daftar dan Bahan Kimia Organik Diskret Nondaftar.

• Dit. Industri OPCW Industrial Attachment-Associate Program 2019

dirancang untuk membantu peserta dari berbagai negara anggota

mendapatkan paparan praktik-praktik modern dalam industri kimia dengan

fokus pada keamanan bahan kimia. Karena alasan inilah PT Kao Indonesia

Page 55: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

53

Chemicals dijadkan lokasi oleh OPCW untuk mengakomodasi dua peserta

Associate Program 2019.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977 sebagai produsen surfaktan

perintis. Perusahaan memiliki 266 karyawan dan mengkhususkan diri dalam

pembuatan berbagai macam surfaktan lemak dan turunan minyak serta

polimer fungsional. Produk-produk ini digunakan di berbagai bidang seperti

di kosmetik, aroma bahan kimia, agrokimia, plastik dan karet sintetis, serta

pelumas. Perusahaan telah memiliki catatan yang sangat baik tentang

kesehatan dan keselamatan bahan kimia dengan beberapa kasus kecil atau

tidak ada sama sekali selama 10 tahun terakhir.

Selama tiga minggu di PT Kao Indonesia Chemicals, peserta telah

menyaksikan bagaimana praktik keselamatan dan kesehatan kimia yang

diamati mulai dari fasilitas penyimpanan, bagian produksi, transportasi

kimia, manajemen limbah, penelitian dan pengembangan. Bahan baku

disimpan di fasilitas penyimpanan terpisah antara Bahan Berbahaya dan

Bahan Tidak Berbahaya. PT. Kao menangani masalah pengelolaan limbah

dengan sangat serius. Perusahaan sedang dalam proses memiliki akreditasi

ISO 14001.

3.1.5 Capacity Building Otoritas Nasional Senjata Kimia

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,59 %

Pelaksanaan kegiatan Capacity Building Otoritas Nasional Senjata Kimia terdiri dari

13 kegiatan meliputi Fgd Terkait Pembangunan Chemical Inventory Management

System sebanyak 2 (dua) kali, Koordinasi Teknis Tentang Penyusunan Database

Bahan Kimia Daftar sebanyak 4 (empat) kali, Koordinasi Tentang Penyusunan Buku

Konvensi Dan Otoritas Nasional Senjata Kimia sebanyak 1 (satu) kali, Pencetakan

Laporan Konvensi Tahunan Senjata Kimia sebanyak 1 (satu) kali, Fgd Pedoman

Nasional Klasifikasi Bahan Kimia sebanyak 1 (satu) kali, Pelaksanaan Workshop

Ameicc (aem - Meti Economic And Industrial Cooperation Committee) 2019

sebanyak 1 (satu) kali, Koordinasi Teknis Chemical Safety And Security sebanyak 1

(satu) kali dan Pelaksanaan Kegiatan Industrial Attachment Of The Associate

Programme 2019 sebanyak 2 (dua) kali.

Page 56: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

54

Adapun perkembangan kegiatan Capacity Building Otoritas Nasional Senjata Kimia

sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah dilaksanakan FGD Chemical Inventory Management System

Pembangunan sebuah sistem Chemical inventory didasari oleh pendirian

Konvensi Stockholm pada tahun 1972. Konvensi ini mengamanatkan tentang

kewajiban manusia untuk menjaga dan melestarikan lingkungan melalui

banyak hal. Salah satu amanat yang ditekankan adalah pengelolaan bahan

kimia yang harus berprinsip tetap harus menjaga kelestarian lingkungan.

Melalui Proyek Pengurangan PBDE dan UPOP hibah dari UNDP (2016-2019)

yang kini ditangani oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Hijau

dan Lingkungan Hidup, Direktorat Industri Kimia Hulu mendapat

kesempatan untuk bekerja sama membangun Chemical Inventory

Management System.

Direktorat Industri Kimia Hulu telah memenuhi target-target utama berupa;

mensinkronisasikan data chemical inventory dengan SIINAS, penyusunan

sistem chemical inventory mencakup produksi, impor, ekspor, dan

penggunaan bahan kimia, penyusunan template sistem chemical inventory,

diseminasi pelaporan industri, pelaporan GHS online, dan chemical

inventory. Namun demikian ada sedikit kegiatan yang masih belum tuntas

dan perlu dilanjutkan pada tahun berikutnya yaitu pelaksanaan sosialisasi

terkait chemical inventory dengan mengundang perusahaan industri kimia,

membahas penyusunan konsep formulir, informasi yang akan diperlukan

sistem chemical inventory dan penentuan waktu update data.

• Telah disusun rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan dan

Pelaporan Bahan Kimia Daftar dan Bahan Kimia Organik Diskret Nondaftar

serta pembahasan implementasi Permenperin Nomor 20 tahun 2019

tentang Tata Cara Penerbitan Rekomendasi Ekspor dan Rekomendasi Impor

Bahan Bakar Lain sebagai Bahan Baku dan Bahan Penolong Industri.

• Telah disusun rancangan pedoman nasional klasifikasi bahan kimia

Page 57: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

55

• Telah dilaksanakan Rapat Persiapan dan Evaluasi Industrial Attachment Of

The Associate Programme 2019

Dalam Industrial Attachment peserta Associate Program ditempatkan di

fasilitasi industri kimia untuk mempelajari kegiatan industri kimia secara

umum selama 3 (tiga) minggu.

Sejak tahun 2016, Indonesia telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan

Industrial Attachment dengan rincian sebagai berikut:

No Tahun Tuan Rumah Tanggal Pelaksanaan

1 2016 1. PT. Chandra Asri Petrochemical

2. PT. Nippon Shokubai Indonesia

3. PT. Asahimas Chemical

5-16 September 2016

2 2017 PT. Pupuk Kujang Cikampek 4-22 September 2017

3 2018 PT. Nippon Shokubai Indonesia 10-28 September 2018

Pada tahun 2019, OPCW kembali mengamanatkan kepada Pemerintah

Indonesia untuk menyediakan fasilitas industri sebagai tempat pelaksanaan

segmen Industrial Attachment yang telah berlangsung pada 2 – 20

November 2019 untuk 4 (empat) orang peserta dimana masing-masing

fasilitas industri menerima 2 (dua) orang peserta bertempat di PT Kao

Chemical Indonesia dan PT Pupuk Kaltim. Peserta Associate Program 2019

berasal dari Burkina Faso, Malawi, India dan Colombia.

3.2 Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Sektor Industri Kimia Hulu

3.2.1 RSNI Industri Kimia Anorganik

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,16 %

Pelaksanaan kegiatan penyusunan RSNI Industri Kimia Anorganik terdiri dari 5

kegiatan meliputi rapat internal sebanyak 1 (satu) kali, rapat eksternal sebanyak 1

(satu) kali, rapat teknis sebanyak 2 (dua) kali dan rapat konsensus sebanyak 1

(satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan RSNI Industri Kimia Anorganik

sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Penyusunan RSNI Sodium Tripolipospat telah mencapai konsesus

Page 58: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

56

3.2.2 RSNI Industri Kimia Organik

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,91 %

Pelaksanaan kegiatan penyusunan RSNI Industri Kimia Organik terdiri dari 5

kegiatan meliputi rapat internal sebanyak 1 (satu) kali, rapat eksternal sebanyak 1

(satu) kali, rapat teknis sebanyak 2 (dua) kali dan rapat konsensus sebanyak 1

(satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan RSNI Industri Kimia Organik sampai

dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Penyusunan RSNI Asam Terephtalat Murni telah mencapai konsesus

3.2.3 RSNI Industri Kimia Hulu Lainnya

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 97,73 %

Pelaksanaan kegiatan penyusunan RSNI Industri Kimia Hulu Lainnya terdiri dari 5

kegiatan meliputi rapat internal sebanyak 1 (satu) kali, rapat eksternal sebanyak 1

(satu) kali, rapat teknis sebanyak 2 (dua) kali dan rapat konsensus sebanyak 1

(satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan RSNI Industri Kimia Hulu Lainnya

sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Penyusunan RSNI Sistem Harmonisasi Global telah mencapai konsesus

3.3 Regulasi SNI Wajib Industri Kimia Hulu

3.3.1 Regulasi SNI Wajib Industri Kimia Hulu

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 92,40 %

Pelaksanaan kegiatan regulasi SNI Wajib Industri Kimia Hulu terdiri dari 5 kegiatan

meliputi rapat internal sebanyak 1 (satu) kali, rapat eksternal sebanyak 1 (satu)

kali, rapat teknis sebanyak 2 (dua) kali dan rapat konsensus sebanyak 1 (satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan regulasi SNI Wajib Industri Kimia

Hulu sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah disusunnya regulasi SNI Wajib Garam Konsumsi Beryodium

Page 59: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

57

3.4 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

3.4.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 96,27 %

Pelaksanaan kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan

Pestisida terdiri dari 19 (sembilan belas) kegiatan meliputi Rapat Terkait

Revitalisasi Industri Pupuk sebanyak 5 (lima) kali, Rapat Terkait Pengamanan

Pasokan Bahan Baku dan Produksi Industri Pupuk sebanyak 5 (lima) kali,

Koordinasi tentang Gas untuk Industri sebanyak 3 (tiga) kali, Relokasi Peralatan

Pupuk Organik dari Kabupaten Magelang menuju Kabupaten Pangandaran

sebanyak 1 (satu) kali, Rapat Koordinasi Inventarisasi Emisi GRK untuk Sektor

Industri Petrokimia sebanyak 1 (satu) kali, Rapat Koordinasi Penyusunan Baseline

Potensi Penurunan Emisi GRK Sektor Industri Pupuk sebanyak 1 (satu) kali dan

Rapat penumbuhan dan pengembangan industri pestisida sebanyak 3 (tiga) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan industri pupuk

dan pestisda sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah tersusunnya dokumen pelaporan Matriks B03, B06, B09 dan B12

kegiatan Revitalisasi Industri Pupuk kepada Sekretariat Kabinet.

• Telah diselesaikannya polemik kebijakan kenaikan harga gas dibeberapa

daerah oleh PT PGN, sehingga harga gas tetap seperti keadaan semula

• Telah disusun rancangan SoU antara Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia dengan Kementerian Federal untuk Lingkungan, Konservasi Alam,

dan Keamanan Nuklir Jerman mengenai pengurangan emisi N2O global dari

produksi asam nitrat

• Telah disusun rancangan tanggapan dari Kementerian Perindustrian terkait

RPP B3 dan rancangan road map pengurangan penggunaan paraquat

diklorida.

• Telah dilaksanakannya proses relokasi peralatan mesin pupuk organik dari

kabupaten Magelang ke Kabupaten Pangandaran

Page 60: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

58

3.5 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

3.5.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 98,77 %

Pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri Garam Industri

terdiri dari 20 (dua puluh) Kegiatan meliputi pertemuan teknis Penyusunan Skema

Usaha Industri Garam Industri sebanyak 3 (tiga) kali, Sosialisasi terkait Kebijakan

Industri Garam Industri Indonesia sebanyak 1 (satu) kali, Rapat Penyusunan neraca

garam nasional dalam rangka pengembangan dan pembangunan industri garam

industri sebanyak 8 (delapan) kali dan Rapat pengembangan sistem informasi

nasional terkait iklim masa pengolahan garam industri sebanyak 8 (delapan) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri

Garam Industri sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Adanya peningkatan penyerapan garam lokal oleh industri Garam Industri

pada Tahun 2019 yaitu sebesar 1.100.000 Ton, meningkat sebesar 50.000

Ton dibandingkan Tahun 2018 sebesar 1.050.000 Ton.

• Adanya realisasi investasi lahan garam industri di daerah Nusa Tenggara

Timur dengan Rincian Sebagai berikut

• Telah disusun Neraca Garam Industri Nasional Tahun 2019

• Telah disusun format rancangan laporan triwulanan dalam rangka

penentuan iklim masa pengolahan garam industri dengan cakupan : Data

Umum Rekomendasi Impor Yang Telah Terbit, Data Stok Awal, Persetujuan

Impor Yang Disetujui, Realisasi Impor, Jumlah Penggunaan dan Stok Akhir.

Page 61: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

59

3.6 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

3.6.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,61 %

Pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri Bahan Baku Obat

terdiri dari 5 (lima) Kegiatan meliputi pertemuan teknis Pengembangan Industri

Bahan Baku Obat sebanyak 4 (empat) kali, Pengadaan Reaktor Re-arrangement

menghasilkan p-Aminofenol dan Asetilasi menghasilkan Parasetamol sebanyak 1

(satu) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri Bahan

Baku Obat sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Telah dilaksanakan proses Pengadaan Reaktor Re-arrangement menghasilkan

p-Aminofenol dan Asetilasi menghasilkan Parasetamol dan diserahkan

kepada Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada untuk dimanfaatkan dalam

rangka penelitian bahan baku obat Parasetamol

• Terdapat 3 realisasi investasi baru industri bahan baku obat antara lain PT

Kimia Farma Sungwun Pharmacopeia yang memproduksi senyawa Active

Pharmaceutical Ingredient (API) dan High Functional Chemical (HFC), PT Kimia

Farma di Jombang yang memproduksi garam farmasi, dan PT Kalbio Global

Medika yang memproduksi Erithropoethin (EPO).

• Telah disiapkannya rancangan TOR mengenai penelitian benzene menjadi

nitrobenzen yang merupakan tahap awal pembuatan parasetamol

• Telah dilaksanakan rapat yang menghasilkan keputusan sebagai berikut :

1. Pada tahun 2020 Direktorat Industri Kimia Hulu akan membuat Detail

Engineering Design (DED) pembangunan industri BBO sefalosporin karena

Feasibility Study (FS) telah dilaksanakan oleh PT. KFSP bekerja sama

dengan LAPI-ITB

2. Penganggaran Detail Engineering Design (DED) pembangunan industri

BBO sefalosporin sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab Direktorat

Industri Kimia Hulu

Page 62: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

60

3.7 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia

3.7.1 Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 99,92 %

Pelaksanaan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri Petrokimia

terdiri dari 46 (lima) Kegiatan meliputi pertemuan tim teknis sebanyak 40 (empat

puluh) kali dan koordinasi teknis penumbuhan dan pengembangan Industri

Petrokimia sebanyak 6 (enam) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penumbuhan dan pengembangan Industri

Petrokimia sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Realisasi Investasi PT Chandra Asri Petrochemical

Realisasi Investasi senilai US$ 890 juta untuk pembangunan pabrik baru dan

peningkatan kapasitas produksi, sehingga kapasitas produksi menjadi sebagai

berikut :

No Komoditi Kapasitas Semula

(MT/Tahun)

Kapasitas 2019

(MT/Tahun)

1 Ethylene 860.000 900.000

2 Propylene 470.000 490.000

3 Polyethylene 336.000 736.000

4 Polypropylene 480.000 590.000

• Realisasi Investasi PT Polytama Propindo

Realisasi investasi sebesar US$ 25 juta, sehingga kapasitas produksi

polypropylene menjadi 260.000 MT/Tahun

Page 63: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

61

• Realisasi Investasi PT Enerco RPO Internasional

ERI merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di Satam

dengan nilai investasi sebesar Rp. 1,29 Triliun dan tenaga kerja sebanyak 15

orang. ERI menghasilkan produk utama berupa RPO TDAE (Rubber Processing

Oil Treated Distillate Aromatic Extract) dan produk samping berupa Hace dan

Asphalt. Masa konstruksi ERI selama 2 tahun (2017 - 2019) dan beroperasi

komersial pada tahun 2019.

ERI merupakan satu-satunya produsen TDAE di Indonesia dengan kapasitas

sebesar 195.000 MT/tahun dan merupakan pabrik TDAE terbesar di Asia.

Pembangunan pabrik RPO TDAE yang dilakukan oleh ERI telah mendapatkan

fasilitas Tax Holiday sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

268/KM .3/2019 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan

Badan kepada PT. Enerco RPO Internasional tanggal 15 Mei 2019 dengan

jangka waktu selama 7 tahun dan pengurangan PPh 50% selama 2 tahun.

• Investasi PT. Polyplex Films Indonesia (Polyplex)

Polyplex merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di

Serang Banten dengan nilai investasi sebesar Rp. 269 Miliar dan tenaga kerja

sebanyak 50 orang. Polyplex menghasilkan resin PET dengan kapasitas 87.500

MT/tahun. Akhir masa konstruksi pada Oktober 2019 dan beroperasi

komersial pada Oktober 2019

Polyplex telah mendapatkan fasilitas Tax Allowance sesuai dengan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 645/KM .3/2019 tentang Persetujuan Pemberian

Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha

Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu.

• Investasi PT. Megah Energy Khatulistiwa (MEK)

MEK merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di

Bulungan Kalimantan Utara yang menghasilkan produk utama berupa semi

Page 64: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

62

coke dengan kapasitas 600.000 MT/tahun dan produk samping berupa coal

tar dengan kapasitas 50.000 MT/tahun. Nilai investasi MEK sebesar Rp. 1,09

Triliun dan tenaga kerja sebanyak 51 orang. Konstruksi MEK telah selesai

dilakukan pada tahun 2019 dan saat ini sedang mengajukan fasilitas Tax

Holiday.

• Progress Rencana Investasi Gasifikasi Batubara oleh PT. Bukit Asam (PTBA)

PTBA berencana berinvestasi pada proyek pembangunan Gasifikasi Batubara

yaitu:

Proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan yang merupakan

konsorsium antara PTBA, PT. Pupuk Indonesia, PT. Pertamina dan PT. Chandra

Asri Petrochemical dengan rincian proyek sebagai berikut:

- Proyek gasifikasi ini menghasilkan syngas yang selanjutnya diolah menjadi

produk-produk akhir berupa pupuk dengan kapasitas sebesar 570.000

MT/tahun, polypropylene sebesar 450.000 MT/tahun dan DME sebesar

400.000 ton/tahun

- Saat ini Bankable Feasibility Study (FS) telah selesai disusun dan

diperkirakan dapat beroperasi komersial pada tahun 2025. Nilai investasi

pada proyek gasifikasi batubara di Tanjung Enim diperkirakan sebesar US$

5,3 Miliar.

Proyek gasifikasi batubara di Peranap Riau yang merupakan konsorsium

antara PTBA, PT. Pertamina dan PT. Air Products Indonesia dengan rincian

proyek sebagai berikut:

- Proyek gasifikasi ini menghasilkan syngas yang selanjutnya diolah menjadi

produk-produk akhir berupa DME dengan kapasitas sebesar 1.400.000

MT/tahun, metanol sebesar 300.000 MT/tahun dan MEG sebesar 250.000

MT/tahun. Nilai investasi pada proyek gasifikasi batubara di Peranap

diperkirakan sebesar US$ 3,5 Miliar dan diperkirakan dapat beroperasi

komersial pada tahun 2025.

Page 65: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

63

- Saat ini, tahap FS telah selesai dilakukan oleh Wison pada bulan Juni 2019

bahwa dengan asumsi penetapan harga DME oleh Pertamina sebesar

US$420 / Ton, dapat ditentukan bahwa IRR untuk proyek ini berada pada

9,24%. Sementara PTBA menilai bahwa angka IRR yang layak untuk

investasi ini adalah sebesar 12%. Berdasarkan kalkulasi lanjutan, dapat

diproyeksikan bahwa beberapa kebijakan insentif dari pemerintah

berpotensi dapat mendorong IRR hingga 10,99%. Rincian kebijakan

insentif tersebut antara lain pemberian Tax Holiday PPh Badan selama 20

tahun, pengurangan PPn jasa pengolahan, pengurangan PPn EPC dengan

kandungan lokal, pemberian insentif tarif khusus bahan baku batubara

dan pembebasan royalti batubara.

- Beberapa kandidat teknologi yang akan dipilih untuk proyek ini berasal

dari Air Product, Amerika Serikat dan CECO yang merupakan anak

perusahaan dari China Aerospace.

Isu dan tantangan yang dihadapi pada proyek pembangunan Gasifikasi

Batubara di Tanjung Enim Sumatera Selatan dan Peranap Riau adalah sebagai

berikut:

- Kandungan energi DME hanya 63% bila dibandingkan dengan LPG. Selain

itu, DME tidak bisa dipasarkan secara tunggal dan harus blending dengan

LPG. Hal ini menjelasakan bahwa volume DME di pasar akan mengembang

sebesar 2 kali lipat. Sehingga PT. Pertamina perlu mengembangkan

infrastruktur tabung gas baik secara standar khusus untuk DME maupun

secara kuantitas.

- Disamping itu, PT. Pertamina perlu mendapatkan kejelasan pemerintah

dalam kebijakan subsidi bahan bakar berbasis DME. Mengingat PSO

subsidi mencapai 80% dari pengadaan seluruh bahan bakar nasional.

• Progres Rencana Investasi PT Lotte Chemical Indonesia

LCI berencana membangun integrated petrochemical complex dengan lokasi

di Cilegon Banten. Nilai investasi pembangunan proyek ini diperkirakan

Page 66: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

64

sebesar US$ 4,4 Miliar. Integrated petrochemical complex menggunakan

bahan baku berupa naphtha/LPG dengan kebutuhan sebesar 3.000 KTA dan

menghasilkan produk berupa ethylene dengan kapasitas sebear 1.000 KTA,

propylene 520 KTA, polyethylene 700 KTA, polypropylene 400 KTA, butadiene

130 KTA dan BTX 370 KTA. Konstruksi proyek ini dimulai pada tahun 2020 dan

diharapkan selesai konstruksi dan beroperasi komersial pada tahun 2023.

• Progress Rencana Investasi PT. Chandra Asri Perkasa

CAP melalui anak usahanya PT. Chandra Asri Perkasa berencana membangun

kompleks petrokimia kedua dengan nilai investasi sebesar US$ 5 Miliar yang

menghasilkan ethylene dengan kapasitas sebear 1.100 KTA,b propylene 600

KTA, polyethylene 750 KTA, polypropylene 450 KTA, butadiene 175 KTA dan

BTX 363 KTA. KTA. Konstruksi proyek ini dimulai pada tahun 2020 dan

diharapkan selesai konstruksi dan beroperasi komersial pada tahun 2023.

• Progress Rencana Investasi PT. Pertamina

Pertamina berencana membangun petrochemical complex yang berlokasi di

Balongan Jawa Barat. Proyek ini telah masuk dalam Rencana Jangka Panjang

Perusahaan (RJPP) tahun 2020 - 2026 dan telah menyelesaikan proses FS yang

dibutuhkan. Nilai investasi proyek ini diperkirakan sebesar US$ 8 Miliar

dengan lingkup proyek berupa main unit naphtha cracker dan 8 unit

downstream dengan 23 jenis produk. Adapun jenis produk yang akan

dihasilkan dan kapasitasnya adalah sebagai berikut: ethylene 1.000 KTA,

propylene 520 KTA, butadiene 120 KTA, butadiene raffinate 110 KTA, benzene

130 KTA, toluene 82 KTA, mixed xylene 57 KTA, C9+ 40 KTA, MEGIDEGITEG

792 KTA, LLDPE 380 KTA, styrene monomer 720 KTA, ABS 800 KTA, AN 260

KTA, MMA 85 KTA, PP 400 KTA, MTBE 50 KTA, MEK 50 KTA, MA 40 KTA, DTBP

50 KTA. Pembangunan proyek petrochemical complex akan dimulai pada

tahun 2020 dan diharapkan selesai pada tahun 2022/2023.

Page 67: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

65

• Progress Rencana Investasi PT. Nippon Shokubai Indonesia (NSI)

NSI berencana melakukan investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi

acrylic acid dan super absorbent polymer. Beberapa rencana investasi NSI

yaitu:

- Pembangunan pabrik baru acrylic acid dengan kapasitas sebesar 100.000

MT/tahun. Nilai investasi pembangunan pabrik baru ini adalah US$ 200

juta. Masa konstruksi 2020 - 2021 .

- Oebott/enecking peningkatan kapasitas produksi super absorbent

polymer (SAP) dengan kapasitas 24.000 MT/tahun dan nilai investasi

sebesar US$ 5 juta. Masa konstruksi 2020 - 2021 .

- Pembangunan pabrik baru super absorbent polymer dengan kapasitas

sebesar 55.000 MT/tahun. Saat ini sedang dalam tahap feasibility study

oleh Nippon Shokubai Co., Ltd dan penyelesaian proyek diharapkan dapat

dilakukan pada tahun 2023.

- Proyek pembangunan pabrik baru acrylic acid dengan kapasitas sebesar

100.000 MT/tahun telah mendapatkan fasilitas Tax Holiday sesuai

dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KM.3/2019. NSI tidak

mengalami kendala pada rencana investasi dimaksud.

• Progress Rencana Investasi PT. Cabot Asia Pacific South (CAPS)

CAPS merupakan perusahaan penanaman modal baru yang berlokasi di

Cilegon Banten yang menghasilkan produk berupa carbon black dengan

kapasitas 90.000 MT/tahun dan masterbatch dengan kapasitas 20.000

MT/tahun. Nilai investasi CAPS sebesar Rp. 1,41 Triliun. CAPS akan memulai

konstruksi pada tahun 2020 dan diharapkan selesai konstruksi pada tahun

2021 .

CAPS telah mendapatkan fasilitas Tax Holiday sesuai dengan Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 474/KM.3/2019 tentang Pemberian Fasilitas

Pengurangan Pajak Penghasilan Badan kepada PT. Cabot Asia Pacific South.

Page 68: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

66

CAPS tidak mengalami kendala pada rencana investasi dimaksud.

• Progress Rencana Investasi PT. Asahimas Chemical (ASC)

ASC berencana meningkatkan kapasitas produksi PVC sebesar 200.000

MT/tahun sehingga nantinya kapasitas PVC yang dihasilkan oleh ASC sebesarn

750.000 MT/tahun. Nilai investasi untuk proyek ini sebesar US$ 90 juta.

Proyek pembangunan sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2019 dan

diharapkan dapat selesai tahun 2021 .

• Peletakan Batu Pertama (Groundbreaking) Pembangunan Pabrik PT. Cabot

Asia Pacific South (CAPS)

Peletakan batu pertama CAPS dilaksanakan pada tanggal 21 Nopember 2019

oleh Menteri Perindustrian RI . Dengan berdirinya pabrik CAPS ini, maka

Indoesia akan mampu mensubstitusi impor produk carbon black dengan

volume sebanyak 90.000 MT/tahun. Hal ini juga akan berpotensi menghemat

devisa hingga mencapai Rp. 1,5 Triliun/tahun.

• Peresmian Pabrik New Polyethylene (NPE) PT. Chandra Asri Petrochemical,

Tbk (CAP)

Peresmian NPE CAP dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2019 oleh

Presiden RI didampingi oleh beberapa Menteri Anggota Kabinet Indonesia

Maju. Dengan berdirinya pabrik NPE CAP ini, maka Indoesia akan mampu

mensubstitusi impor produk polyethylene dengan volume sebanyak 400.000

MT/tahun. Hal ini juga akan berpotensi menghemat devisa hingga mencapai

Rp. 8 Triliun/tahun dan berpeluang penciptaan lapangan kerja baru di industri

plastik hilir sebanyak 17.500 orang

• Penurunan Bea Masuk 0 % untuk Etil Alkohol

Dengan diturunkannya bea masuk 0% untuk etil alkohol, maka akan

menurunkan daya saing industri etil alkhol nasional dan berakibat tidak

terserapnya molase (tetes tebu) dari para petani yang mengakibatkan

menurunnya produktivitas pertanian

Page 69: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

67

3.8. Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu

3.8.1 Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 95,13 %

Pelaksanaan kegiatan Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu terdiri dari 11

(sebelas) kegiatan meliputi rapat internal sebanyak 2 (dua) kali, rapat eksternal

sebanyak 3 (tiga) kali, rapat teknis sebanyak 4 (empat) kali dan rapat konvensi

sebanyak 2 (dua) kali.

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan Penyusunan RSKKNI Industri Kimia

Hulu sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai berikut:

• Tersusunnya SKKNI Bidang Industri Pengolahan Garam

3.9 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha

3.9.1 Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha

Realisasi Fisik: 100,00 % Keuangan: 98,57 %

Pelaksanaan kegiatan penyusunan Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan

Tata Usaha terdiri dari 18 (delapan belas) kegiatan meliputi Rapat Persiapan

Pelaksanaan Kegiatan 2019 sebanyak 1 (satu) kali, Pembahasan awal program

T.A. 2020 sebanyak 1 (satu) kali, Koordinasi Teknis Terkait Penyusunan Dokumen

Perencanaan Periode 2020 – 2024 sebanyak 1 (satu) kali, Penyusunan Peta Jalan

(road map) alur aliran material sektor industri petrokimia sebanyak 1 (satu) kali,

Workshop Sosialisasi Indonesia sebagai Official Partner Country Hannover Messe

2020 sebanyak 1 (satu) kali, Rapat Implementasi Making Indonesia 4.0. sebanyak

8 (delapan) kali, Konsinyering Pelaksanaan Kegiatan dan Prognosa Kinerja

Industri Kimia Hulu T.A. 2020 sebanyak 1 (satu) kali, Evaluasi Kinerja Industri

Kimia Hulu T.A. 2018 sebanyak 1 (satu) kali, Rapat Evaluasi Kegiatan T.A 2019

sebanyak 1 (satu) kali, Fasilitasi Pendampingan Kearsipan Direktorat Industri

Kimia Hulu sebanyak 2 (dua) kali.

Page 70: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

68

Adapun perkembangan kegiatan penyusunan Dokumen Program, Evaluasi,

Pelaporan dan Tata Usaha sampai dengan Triwulan IV 2019 adalah sebagai

berikut:

a) Telah di sosialisasikan terkait pameran Hannover Messe 2020 kepada

Industri sektor Kimia Hulu

b) Telah diselesaikan pekerjaan Roadmap alur aliran material sektor industri

petrokimia 2020 – 2030

c) Telah disusun Petunjuk Operasional Kegiatan T.A. 2020

d) Telah disusun Prognosa Kinerja Industri Kimia Hulu T.A. 2020

e) Telah disusun Rencana Penarikan Anggaran Direktorat Industri Kimia Hulu

T.A. 2020

f) Telah disusun Rencana Operasional Kegiatan Direktorat Industri Kimia

Hulu T.A. 2020

g) Telah dilaksanakan Workshop terkait Tata Kearsipan

h) Akan diadakannya Rapat Koordinasi di tingkat Menteri yang akan

dikoordinasikan oleh Kemenko Perekonomian mengenai Investasi sektor

Industri Petrokimia.

B. Analisis Capaian Kinerja dan Anggaran

Total anggaran yang dialokasikan untuk Direktorat Industri Kimia hulu adalah sebesar

Rp. 13.993.149.000,- yang terbagi atas; Kegiatan Pihak III sebesar Rp. 3.402.955.000,-

(24,32 %) dan Kegiatan Swakelola sebesar Rp. 10.590.194.000,- (75,68 %). Sampai

dengan Triwulan IV Tahun 2019 telah direalisasikan sebesar Rp. 13.885.990.946,-

atau sebesar 99,23 %.

C. Realisasi Anggaran Kegiatan

Berikut ini kami sajikan tabulasi realisasi anggaran kegiatan sampai dengan Triwulan

IV Tahun 2019 Direktorat industri Kimia hulu secara rinci.

Page 71: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

Laporan Triwulan IV Tahun 2019

69

S R S R S R S R S R S R

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

026 50,00 46,16 87,00 91,90 50,00 - 13,00 8,10 100,00 46,16 100,00 100,00

030 68,91 31,76 51,99 61,97 31,08 - 48,01 37,97 100,00 31,76 100,00 99,93

031 59,88 12,68 (13,00) 35,20 40,12 - 113,00 57,80 100,00 12,68 100,00 93,00

041 79,18 37,10 55,75 60,31 20,82 - 44,25 37,81 100,00 37,10 100,00 98,12

042 70,76 35,10 61,70 74,24 29,24 - 38,30 25,76 100,00 35,10 100,00 100,00

043 58,01 17,36 64,70 72,45 41,99 - 35,30 27,24 100,00 17,36 100,00 99,69

044 56,37 20,15 67,86 47,50 43,63 - 32,14 52,50 100,00 20,15 100,00 100,00

045 34,58 27,13 66,77 54,88 65,42 - 33,23 45,12 100,01 27,13 100,00 100,00

44,42 28,59 65,04 60,19 53,44 - 32,82 37,46 97,86 28,59 97,86 97,65

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Garam Industri

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Bahan Baku Obat

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Petrokimia (Prioritas

Dokumen Program, Evaluasi, Pelaporan dan Tata Usaha

Jumlah

Fisik

1

Otoritas Nasional Senjata Kimia (Prioritas Nasional)

Rancangan Standar Nasional Indonesia Sektor Industri Kimia

Regulasi SNI Wajib Sektor Industri Kimia Hulu (Prioritas

Penumbuhan dan Pengembangan Industri Pupuk dan Pestisida

Output

S.D. Triwulan Lalu (%) Triwulan Ini (%) S.D. Triwulan Ini (%)

Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan

S R S R S R S R S R S R

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

001 55,00 14,88 22,10 41,60 45,00 80,25 77,90 58,40 100,00 95,13 100,00 100,00

55,00 14,88 22,10 41,60 45,00 80,25 77,90 58,40 100,00 95,13 100,00 100,00

Fisik

1

Fasilitasi Penyusunan RSKKNI Industri Kimia Hulu

Jumlah

Output

S.D. Triwulan Lalu (%) Triwulan Ini (%) S.D. Triwulan Ini (%)

Keuangan Fisik Keuangan Fisik Keuangan

Tabel 3.1. Target dan Realisasi Per Output Dit. Industri Kimia hulu Tahun 2019

a. Hambatan dan Kendala Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Industri Kimia hulu Tahun 2019 dilihat dari sisi

realisasi fisik maupun dari sisi realisasi anggaran telah melampaui target yang

ditetapkan. Namun dikarenakan banyaknya penugasan – penugasan, membuat

pelaksanaan kegiatan yang cukup terhambat sehingga tidak sesuai rencana yang

telah disusun.

b. Langkah Tindak Lanjut

Dalam rangka optimalisasi capaian realisasi keuangan maupun fisik di tahun anggaran

2020 perlu dilakukan langkah tindak lanjut untuk mengantisipasi kendala yang ada,

antara lain:

• Penjadwalan prognosa penugasan - penugasan

• Koordinasi lebih awal dalam perencanaan kegiatan konsinyering, sosialisasi, dan

Pertemuan Teknis lintas kementerian.

• Koordinasi dan monitoring secara berkala untuk pelaksanaan kegiatan pihak

ketiga.

• Monitoring dan evaluasi kegiatan dengan frekuensi yang bertambah

Page 72: LAPORAN PENGENDALIAN DAN EVALUASI ...ikft.kemenperin.go.id/.../PP-39-TW-IV-2019-Dit.-IKHU-1.pdfLaporan Triwulan IV Tahun 2019 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat

70

BAB IV PENUTUP

Progress pelaksanaan DIPA Direktorat Industri Kimia Hulu hingga Triwulan IV 2019

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebagian besar kegiatan swakelola dan seluruh pelaksanaan paket lelang pekerjaan

pihak ketiga telah dilaksanakan.

2. Realisasi keuangan hingga Triwulan IV Tahun 2019 sebesar Rp. 13.885.990.946,- atau

99,23 %. Realisasi keuangan maupun fisik melebih dari target yang telah ditetapkan.

3. Masih terdapat beberapa isu utama yang perlu perhatian khusus diantaranya :

- Kebijakan penyesuaian Harga Gas untuk Industri Tertentu

- Tanggapan atas RPP B3

- Kelanjutan mekanisme skema KPBU pada pengembangan Industri Petrokimia di

Teluk Bintuni Papua Barat

- Pembahasan terkait bentuk UBL (Unit Badan Lainnya) Otoritas Nasional Senjata

Kimia

- Monitoring terkait Investasi sektor Industri Kimia Hulu yang sedang dan akan

berjalan

- Pembahasan terkait target volume penyerapan garam lokal Tahun 2020

- Monitoring dan evaluasi terhadap penelitian parasetamol yang dilakukan oleh FF

Farmasi – UGM

- Pembahasan terkait kelanjutan proyek petrokimia nasional (Masela, Kalimantan

Timur, Balongan, Riau, Sumsel, Tuban – Jawa Timur)

- Penurunan Bea Masuk 0 % atas komoditi Etil Alkohol

Demikian laporan ini disusun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi dan indikator

pelaksanaan seluruh kegiatan Direktorat Industri Kimia Hulu pada Triwulan IV Tahun

Anggaran 2019.