laporan besar dit bag 3

39
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah dilakukan di daerah desa Kalisongo yang merupakan daerah yang memiliki berbagai kenampakan alam dan penggunaan lahan pertanian seperti lahan agroforestri, lahan semusin, dan hutan produksi. Pada fieldtrip ini dibagi empat aspek untuk dilakukan pengamatan yaitu fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah, dan pedologi. Pengamatan fisika tanah yaitu dengan dilakukannya pengamatan erosi di setiap lahan dan dilanjutkan dengan pengamatan struktur, tekstur, konsistensi, permeabilitas, drainase dan pemadatan tanah. Pengamatan kimia tanah melalui pengamatan terhadap kelebihan dan kekurangan unsur hara dan dilakukan pengukuran pH tanah untuk memastikan bahwa lahan tersebut dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pengamatan biologi tanah melalui pengamatan biodiversitas yang ada di atas tanah (vegetasi, understorey, seresah dan cascing) dan di bawah tanah (mikro dan makro organisme seperti mikoriza dan cacing) di lahan. Jika pada lahan yang diamati terdapat banyak seresah maka akan meningkatkan aktivitas organisme di dalam tanah dan perbaikan sifat fisik tanah. Pada pengamatan pedologi dilakukan pengamatan terkait morfologi tanah yang hubungannya dengan proses pedogenesis serta kondisi fisiografis kaitannya dengan diskripsi lokasi informasi umum dari lokasi pengamatan. Sifat fisika, kimia dan biologi berhubungan antara satu sama lain terhadap peningkatan kualitas tanah. Misalkan tanah yang memiliki bahan organik yang cukup maka recovery unsur hara akan optimal, nilai Kapasitas Tukar Kation meningkat, kondisi pH jugas stabil. Sehingga aspek kimia tanah semakin baik, selain itu bahan organik tanah juga dapat meningkatkan organisme dalam tanah yang aktivitas organisme tersebut dapat meningkatkan ruang pori dan kegemburan tanah, serta dari bahan organik juga dapat berfungsi dalam perbaikan sifat fisik tanah lainnya seperti memperbaiki struktur. Sehingga latar belakang dari penyusunan laporan ini untuk mengetahui perbedaan kualitas tanah pada beberapa peggunaaan lahan di Desa Kalisongo Kecamatan Dau. Karena dari berbagai tipe penggunaan lahan tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesuburan tanah baik dari sifat kimia, fisika, maupun biologi tanah.

Upload: lizara-budi-asih

Post on 10-Apr-2016

32 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Fieldtrip DIT

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Besar Dit Bag 3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah dilakukan di daerah desa Kalisongo yang merupakan

daerah yang memiliki berbagai kenampakan alam dan penggunaan lahan pertanian seperti

lahan agroforestri, lahan semusin, dan hutan produksi. Pada fieldtrip ini dibagi empat

aspek untuk dilakukan pengamatan yaitu fisika tanah, kimia tanah, biologi tanah, dan

pedologi. Pengamatan fisika tanah yaitu dengan dilakukannya pengamatan erosi di setiap

lahan dan dilanjutkan dengan pengamatan struktur, tekstur, konsistensi, permeabilitas,

drainase dan pemadatan tanah. Pengamatan kimia tanah melalui pengamatan terhadap

kelebihan dan kekurangan unsur hara dan dilakukan pengukuran pH tanah untuk

memastikan bahwa lahan tersebut dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Pengamatan

biologi tanah melalui pengamatan biodiversitas yang ada di atas tanah (vegetasi,

understorey, seresah dan cascing) dan di bawah tanah (mikro dan makro organisme

seperti mikoriza dan cacing) di lahan. Jika pada lahan yang diamati terdapat banyak

seresah maka akan meningkatkan aktivitas organisme di dalam tanah dan perbaikan sifat

fisik tanah. Pada pengamatan pedologi dilakukan pengamatan terkait morfologi tanah

yang hubungannya dengan proses pedogenesis serta kondisi fisiografis kaitannya dengan

diskripsi lokasi informasi umum dari lokasi pengamatan.

Sifat fisika, kimia dan biologi berhubungan antara satu sama lain terhadap

peningkatan kualitas tanah. Misalkan tanah yang memiliki bahan organik yang cukup

maka recovery unsur hara akan optimal, nilai Kapasitas Tukar Kation meningkat, kondisi

pH jugas stabil. Sehingga aspek kimia tanah semakin baik, selain itu bahan organik tanah

juga dapat meningkatkan organisme dalam tanah yang aktivitas organisme tersebut dapat

meningkatkan ruang pori dan kegemburan tanah, serta dari bahan organik juga dapat

berfungsi dalam perbaikan sifat fisik tanah lainnya seperti memperbaiki struktur.

Sehingga latar belakang dari penyusunan laporan ini untuk mengetahui perbedaan

kualitas tanah pada beberapa peggunaaan lahan di Desa Kalisongo Kecamatan Dau.

Karena dari berbagai tipe penggunaan lahan tersebut dapat mempengaruhi tingkat

kesuburan tanah baik dari sifat kimia, fisika, maupun biologi tanah.

Page 2: Laporan Besar Dit Bag 3

2

1.2 Tujuan

1. Memenuhi tugas dan kewajiban praktikan dalam praktikum Dasar Ilmu Tanah.

2. Mengetahui diskripsi lokasi atau kondisi umum wilayah di desa Kalisongo,

kecamatan Dau.

3. Mengetahui tentang pengamatan sifat fisik , kimia, dan biologi tanah serta pedologi

pada penggunaan lahan tertentu.

4. Mengetahui perbandingan antara sifat fisik , biologi dan kimia tanah dari setiap

macam-macam penggunaan lahan yang diamati.

1.3 Manfaat

1. Memahami kondisi umum wilayah di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang.

2. Dapat mengetahui tata cara pengamatan sifat fisik, kimia dan biologi serta pedologi

tanah di lapang.

3. Dapat membandingkan sifat fisik, kimia dan biologi pada setiap lahan agroforestri,

lahan semusin dan lahan tahunan.

Page 3: Laporan Besar Dit Bag 3

3

BAB II

METODOLOGI

2.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 5 Desember

2015 pukul 06.00 WIB s.d. 11.30 WIB di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malng.

2.2 Alat, Bahan dan Fungsi

2.2.1 Fisika Tanah

a. Sifat-Sifat Fisik Tanah

Alat Fungsi

Pisau lapang Untuk membantu menggali tanah sekitar ring untuk

mengeluarkan ring.

Ring Sampel Untuk mengambil sampel tanah utuh

Balok Penekan Untuk menekan ring sampel dan ring master supaya

masuk ke dalam tanah

Palu Untuk memukul balok penekan

Kantong plastik

ukuran 1 kg Untuk tempat menaruh sampel tanah yang sudah diambil

Karet gelang Untuk mengikat kantong plastik

Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

Kamera Untuk dokumentasi tiap kegiatan

Bahan Fungsi

Air bersih Untuk menghomogenkan sampel tanah dalam

pengamatan feelling methode

Tanah Sebagai bahan pengamatan

Page 4: Laporan Besar Dit Bag 3

4

b. Jenis Erosi

Alat Fungsi

Alat tulis Mencatat hasil pengamatan

Kamera Untuk dokumentasi tiap kegiatan

2.2.2 Biologi Tanah

a. Pengukuran Biodiversitas

Alat Fungsi

Frame 50x50cm Untuk menentukan daerah sampel tanah

Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

Kamera Untuk dokumentasi tiap kegiatan

Sekop Untuk menggali lubang

Bahan Fungsi

Tanah Sebagai objek pengamatan

2.2.3 Kimia Tanah

a. Unsur Hara

Alat Fungsi

Alat tulis Mencatat hasil pengamatan

Kamera Untuk dokumentasi tiap kegiatan

Bahan Fungsi

Tanah Sebagai objek pengamatan

Page 5: Laporan Besar Dit Bag 3

5

Bahan Fungsi

Tanaman

yang diamati Sebagai objek pengamatan

b. pH di Lapangan

Alat Fungsi

pH Indikator Sebagai penentu pH

Rol Film Sebagai tempat pencampuran tanah + larutan

2.2.4 Pedologi

a. Deskripsi Tanah

Alat Fungsi

Sekop Untukmenggali lubang penampang/profil tanah

Cangkul Untukmenggali lubang penampang/profil tanah

Pisau lapang Untukmenarik garis atau menandai batas lapisan

Buku Munsell

Soil Color Chart

Sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah

dan semua gejala karatan yang terdapat di dalam

penampang.

Sabuk profil Untuk dapat membedakan horizon yang satu

dengan yang lainnya.

Meteran Untuk mengukur

Kamera Untuk dokumentasi tiap kegiatan

Bahan Fungsi

Tanah Sebagai bahan pengamatan

Aquadest Untuk menghomogenkan sampel tanah

Page 6: Laporan Besar Dit Bag 3

6

Alat tulis Mencatat hasil pengamatan

Bahan Fungsi

Tanah Sebagai bahan pengamatan

b. Deskripsi Lokasi

Alat Fungsi

Klinometer Untukmenentukan besar sudut elevasi dalam

mengukur tinggi obyek secara tidak langsung.

Kompas Untuk menentukan arah penampang terhadap lereng

dan menentukan posisi dan arah di lapangan.

GPS Menentukan titik koordinat

Page 7: Laporan Besar Dit Bag 3

7

2.3 Langkah-Langkah Pengamatan

2.3.1 Deskripsi Tanah Singkapan / Minipit Pada Pedologi

Pedologi adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah. Dalam

pedologi ditinjau berbagai hal mengenai pembentukan tanah (pedogenesis),

morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia), dan klasifikasi tanah. Dasar utama

melakukan klasifikasi dan memahami tanah adalah deskripsi profil tanah yang

dilakukan di lapang. Pengamatan di lapang pada dasarnya dibedakan menjadi 3

macam, yaitu: 1) Pengamatan identifikasi (pemboran), 2) Pengamatan detil

(minipit + pemboran) dan 3) Deskripsi profil tanah.

Cara Kerja Pengamatan Singkapan

Disiapkan alat dan bahan

Dibuat singkapan tanah menggunakan sekop minimal

hingga kedalaman 50 cm

1m

Batasi tiap horizon tanah dengan menggunakan pisau, berdasarkan warna

Tanah dan tingkat konsistensinya dengan cara menusuk dengan pisau

Diletakkan meteran dan sabuk profil

untuk mengukur jarak antar horizon

Diambil sampel tanah di setiap horizon

Ditentukan, tekstur, struktur, dan konsistensi lembabnya

menggunakan feeling methode untuk setiap horizon tanah serta pori

sama perakaran dan data lainya pada form morfologi

Ditenentukan warna tanah pada tiap – tiap horizon

menggunakan Munsell Soil Colour

Chart

Dokumentasi

Dicatat hasil pengamatan

Page 8: Laporan Besar Dit Bag 3

8

Analisa Perlakuan

Pengamatan yang dilakuakn pada penamapang tanah. Langkap pertama yang

dialakukan yaitu membedakan horizon yang ada paa penampang tanah melalui

perbedaan warna atau konsistensinya. Ukur kedalam horizon dilanjutkan

pengambilan sampel tiap horizonnya untuk mengukur sifat fisik tanah (tekstur,

struktur, konsistensi, pori-pori dll). Setelah itu lakukan pengamatan lainnya yang

ada di form morfologi. Pada pengamatan pedologi yang harus diperhatikan adalah

penentuan titik pengamatan yang tepat serta pendugaan lapisan horizon yang

akurat.

2.3.2 Deskripsi Sifat Fisika Tanah

Menurut Encyclopedia of Soil Science, Fisika tanah adalah cabang dari ilmu

tanah yang membahas sifat fisik tanah. Pengertian dari fisika itu sendiri meliputi

energi dan materi maka fisika tanah membahas pergerakan aliran dan transformasi

energi dalam tanah kaitannya dengan tekstur, struktur, konsistensi, pergerakan air

dan sifat fisik lainnya..

A. Cara Kerja Pengambilan Sampel

Ring sampel imasukkan beserta tanah kedalam plastic

Disiapkan alat dan bahan

Ring sampel ditekan dengan balok penekan untuk mengukur

jarak antar horizon tanah

Ring ditekan dengan balok penekan kemudian gunakan palu

agar ring masuk ke dalam tanah

Ring diambil dengan pisau lapang

Page 9: Laporan Besar Dit Bag 3

9

Analisa Perlakuan

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah penentuan

titik pengamatan yang tepat sesuai dengan persyaratan lokasi pengambilan sampel.

Posisi peletakan ring sampel usahakan tegal lurus dan sejajar dengan permukaan

tanah serta tanah yang terambil dapat memenuhi volume ring sampel.

B. Cara Kerja Tekstur Tanah

Analisa Perlakuan

Pada pengamatan sifak fisik tanah (tekstur) metode yang digunakan berupa

metode kualitatif /feelling yaitu melalui merasakan dengan tanah melalaui pijitan

dan remasan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu dapat memebedakan proposi antara

fraksi partikel pasir , debu dan liat yang menyusun tanah.

C. Cara Kerja Konsistensi Tanah

1. Konsistensi Lembab

Disiapkan alat dan bahan

Diambil sampel tanah dengan cetok

Diberi sedikit air pada sampel

tanah

Dirasakan tektstur sampel tanah dengan tangan

Ditentukan kelas tekstur pada sampel tanah tersebut

Disapkan alat dan bahan

Diambil agregat tanah

Agregat tanah dipija dan merasakan konsistensi lembabnya

Page 10: Laporan Besar Dit Bag 3

10

2. Konsistensi Basah

Analisa perlakuan

1. Konsistensi Lembab

Dalam konsitensi lembab pengamatan yang dilakukan dengan merasakan

tingkat keteguhan tanah melalui remasan adan penekanan antara ibu jari

dengan telunjuk dari beberapa tingkat tekanan yang diberikan untuk

menghancurka agregat. Perbedaan konsistensi yang dilihat dari seberapa besar

tekan yang diberikan untuk menghancurkan agregat.

2. Konsistensi Basah

Dalam pengamatan konsistensi basah ada 2 indikator yang diamati yaitu

kelekatan dan plastisitasnya. Pengujian kelekatan dilakuakn dengan cara

merasakan dengan ibu jari dan telunjuk tangan dengan melihat tingkat

kelekatannya. Sedangkan pengamatan plastisitasnya melalui pembuatan pita

dan gulungan cicin yang dapat dibentuk.

Disiapkan alat dan bahan

Diambil sampel tanah

Ditambahkan air pada sampel tanah sampai basah

Tanah dipijat dengan ibu jari dan telunjuk

Dibuat gulungan pita tanah

Dibengkokan gulungan pita tanah hingga membentuk cincin

Ulangi langkah kerja untuk sampel tanah yang lainnya

Page 11: Laporan Besar Dit Bag 3

11

D. Cara Kerja Permeabilitas dan Drainase

Analisa perlakuan

Beri air secukupnya pada tanah kemudian amati kecepatan air yang meresap

ke dalam tanah tersebut termasuk katagori cepat, sedang, lambat atau agak lambat.

Catat dan dokumentasikan hasil pengamatannya

Disiapkan alat dan bahan

Ditambah air pada tanah

Diamati cepat lambatnya air merembes kedalam tanah

Dicatat dan dokumentasikan hasilnnya

Page 12: Laporan Besar Dit Bag 3

12

2.3.3 DESKRIPSI SIFAT BIOLOGI TANAH

Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari mahluk-mahluk hidup didalam

tanah. Karena ada bagian-bagian hidup di dalam tanah, maka tanah itu disebut

sebagai “Living System” contohnya akar tanaman dan organisme lainnya di dalam

tanah. Dalam biologi tanah selain makhluk hidup yang diamati sisa-sia dari

mahluk hidup juga sebgai objek pengamatan seperti seresah dan cascing.

Cara Kerja Biologi Tanah

Analisa Perlakuan

Carilah tempat dengan permukaan yang rata di lahan tersebut. Lalu letakkan

frame ukuran 50x50cm secara acak untuk menentukan vegetasi yang akan diamati.

Kemudian amati dan analisa kondisi biodiversitas di atas tanah seperti vegetasi,

understorey, cascing dan seresah. Setelah itu, amati dan analisa kondisi

biodiversitas di bawah tanah seperti makro dan mikroorganisme dan jumlahnya.

Kemudian gali tanah dalam frame sekitar 10cm dan analisis fauna tanah yang ada

dan ambil sampel fauna yang tidak diketahui namanya.

Cari tempat dengan permukaan yang rata

Frame diletakkan secara acak

Diamati dan analisa kondisi biodiversitas di atas

tanah

Amati dan analisa kondisi biodiversitas di bawah tanah

Dengan cara menggali dan analisis fauna tanah yang ada

Catat hasil dan dokumentasikan

Pemberian Materi oleh pemateri

Disiapkan alat dan

bahan

Page 13: Laporan Besar Dit Bag 3

13

2.3.4 Deskripsi Kimia Tanah

Kimia tanah adalah studi mengenai karakteristik kimiawi dari tanah. Kimia

tanah menyangkut komposisi mineral, bahan organik, dan faktor lingkungan. Selain

itu kimia tanah juga berisi tentang pengukuran pH, kelebihan dan defisiensi

(kekurangan) unsur.

Cara Kerja Pengamatan Unsur

Analisa Perlakuan

Langkah pertama yang dilakuakan yaitu mencari daun yang menunjukan

tanda-tanda defisiensi atau kelebiahan unsur hara. Amati unsur hara apa yang

bermasalah dari ciri-ciri gejala yang namapak. Jadi yang perlu dipahami adalah

perbedaan gejala kekurangan dan kelebihan darisetiap unsur hara terutama unsur

hara makro dan karakteristiknya. Serta dapat membedakan antara tanaman yang

layu karena kekeringan, terserang penyakit dengan gejalan dari defisiensi atau

kelebiahan unsur hara.

Diamati daun dan liat gejala kelebihan dan defisiensi unsur hara

Dicari daun yang kekurangan unsur

hara

Disiapkan alat tulis dan

Dokumenstasi

Dicatat hasil pengamatan

Page 14: Laporan Besar Dit Bag 3

14

BAB III

KONDISI UMUM WILAYAH

3.1 Kondisi Biofisik

3.1.1 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan (intervensi)

manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik material

maupun spiritual (Vink, 1975). Penggunaan lahan dapat dikelompokan ke dalam

dua kelompok besar yaitu (1) penggunaan lahan pertanian dan (2) penggunaan

lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian antara lain tegalan, sawah,

lading, kebun, padang rumput, hutan produksi, hutan lindung, dan sebagainya.

Penggunaan lahan non pertanian antara lain perkotaan atau pedesaan, industri,

rekreasi, pertambangan dan sebagainya (Arsyad, 1989).

Penggunaan lahan secara umum tergantung pada kelas kemampuan dan

kesesuian lahan. Untuk aktivitas pertanian, penggunaan lahan tergantung pada kelas

kemampuan lahan dicirikan oleh adanya perbedaan pada sifat-sifat yang menjadi

penghambat bagi penggunaannya seperti tekstur tanah, lereng permukaan tanah,

kemampuan menahan air dan tingkat erosi yang telah terjadi. Penggunaan lahan

juga tergantung pada lokasi, khususnya untuk daerah-daerah permukiman, lokasi

industry, maupun untuk daerah-daerah rekreasi (Supermoko, 1995)

Dalam fieldtrip DIT ini, ada 3 jenis penggunaan lahan yang digunakan untuk

pengamatan, yaitu: agroforestri, hutan, dan lahan budidaya untuk tanaman semusim

(tegalan).

Secara umum, agroforestri adalah pemanfaatan lahan secara optimal dan

lestari dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian pada unit

pengelolaan lahan yang sama dengan memperhatikan kondisi lingkungan fisik,

sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang berperan serta (Henny dan Ashari,

2011).

Agroforestri yang digunakan untuk pengamatan terdiri beberapa vegetasi

didalamnya yaitu tanaman kopi merupakan tanaman budidaya yang dominan.

Terdapat pula tanaman petai cina (lamtoro) yang memang sengaja ditanam sebagai

tanaman penutup kopi. Kopi membutuhkan tempat yang ternaungi agar dapat

tumbuh dengan optimum.

Menurut Spurr (1973), hutan merupakan persekutuan antara tumbuhan dan

binatang dalam asosiasi biotis. Asosiasi ini bersama-sama dengan lingkungannya

Page 15: Laporan Besar Dit Bag 3

15

membentuk suatu sistem ekologis dimana organisme dan lingkungan saling

berpengaruh didalam suatu siklus energi yang kompleks. Hutan yang digunakan

untuk pengamatan adalah hutan jati. Vegetasi yang paling dominan adalah pohon

jati. Areal hutan ini cukup luas, dibandingkan dengan areal lain yang dijadikan

tempat pengamatan.

Lahan untuk tanaman semusim berisikan tanaman budidaya. Tanaman yang

dibudidayakan di areal ini adalah cabai. Areal tanaman semusim ini kecil dan jauh

lebih kecil daripada lahan agroforestri dan hutan.

3.1.2 Tutupan Lahan

Tutupan lahan yang digunakan pada setiap titiknya berbeda-berbeda. Hal ini

disesuaikan dengan jenis penggunaan lahannya.

Pada titik 1 dengan penggunaan lahan sebagai hutan kita temukan tutupan

lahan berupa pohon jati. Pohon jadi memiliki kanopi yang rapat dan menyebabkan

kerindangan dalam suasana hutan akan tetapi dengan kanopi yang rapat, serta tajuka

yang lebar sehingga akan memepengaruhi intersepsi air huja. Pohon jati juga

memeiliki biomasa yang cukup tinggi untuk yang dikembalikan ke tanah sebagai

bahan organik

Pada titik 3 dengan penggunaan lahan sebagai lahan tanaman musiman,

tutupan lahan yang digunakan adalah tanaman cabai. Tanaman cabai meliliki

kerapatn tajuk yang tidak rapat serta biomasa yang dihasilkan juga rendah.

Pada titik 4, tutupan lahan yang digunakan adalah tanaman kopi dan tanaman

lamtoro. Namun tanaman kopi lebih mendominasi karena tanaman kopi sebagai

tanaman utama dan tanaman lamtoro hanya digunakan sebagai naungan.

Penggabungan dua macam tanaman ini sesuai dengan penggunaan lahannya yaitu

sebagai agroforestri.

3.1.3 Tingkat Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah merupakan kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah

dalam budidaya pertanian yang bertujuan untuk menciptakan keadaan media tanam

(tanah) menjadi lebih baik, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. Pengolahan tanah menjadi sangat penting terkait dengan efek baik dan

buruk yang diciptakan kepada tanah.

Page 16: Laporan Besar Dit Bag 3

16

Pada lahan pertama yang kami amati, yaitu lahan agroforestri, kondisi lahan

agroforesty cukup bagus meskipun tanah pada lahan agroforestri hanya diolah saat

memulai masa tanam, selain itu pemberian pupuk dan perawatan intensif juga

hanya saat awal masa tanam. Tingkat pengolahan lahan oleh petani di lahan

agroforestri cukup rendah dan campur tangan petani juga tidak seaktif pada

penggunaan lahan semusim, namun kondisi pertumbuhan tanaman bisa optimal.

Penggunaan lahan agroforesty bagus karena adanya interaksi antara tanaman

lamtoro yang tumbuh disana dan tanaman kopi sebagai tanaman budidaya yang

utama. Penggunaan tanaman lamtoro sebagai penaung juga berfungsi untuk

meningkatkan kesuburan tanah melalui fiksasi nitrogen serta biomasa yang

dihasilkan.

Yang kedua adalah pada hutan produksi, tingkat campur tangan manusia

disini juga rendah, lebih rendah dibanding pada lahan agroforestry, namun

kesuburan tanah disana juga terbilang subur. Biota tanah yang ditemukan di hutan

produksi cukup banyak dan seresahnya juga tebal. Pada hutan produksi, tingkat

pengolahan tanah tidak intensif selain itu pengolahan irigasi melalui air hujan.

Sehingga pada penggunaan lahan interaksi antra komponen abiotik dan biotik

semakin komplek.

Lahan tegalan yang kami kunjungi untuk pengamatan, adalah lahan dengan

campur tangan manusia yang tinggi serta pengolahan lahan yang intensif. Tanaman

yang dibudidayakan pada lahan tegalan adalah cabai, yang tidak dibarengi dengan

tanaman budidaya lain (monokultur). Pada lahan tipe seperti ini bisa di pastikan

tingkat pengolahan lahan yang intensif sepenuhnya bergantung pada manusia,

sehingga kondisi fisik, biologi dan kimia juga sangat bergantung pada tingkat

pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani.

Pada ketiga lahan tersebut agroforestri dan hutan memiliki nilai bahan

organiknya tinggi. Jika bahan organik tinggi akan meningkatkan permeabilitas.

Bahan organik tinggi dapat meningkatkan ketersediaan usur hara. Bahan Organik

menjadi sumber bahan makanan dari organisme makro dan mikro dalam tanah. Jika

bahan organik tinggi sehingga dapat memperbaiki sifat fisik.

Page 17: Laporan Besar Dit Bag 3

17

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Diskusi

4.1.1 Hasil Deskripsi Fisiografi Tanah

NO PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN

1 Daerah Survey Desa Kalisongo

2 Pemeta D1

3 Tanggal 5 Desember 2015

4 Sketsa Lereng TL

210o BD

5 Relief Makro Berombak

6 Relief Mikro Teras

7 Lereng Tunggal

8 Kemiringan 4%

9 Aliran Permukaan Lambat

10 Drainase Alami Baik

11 Permeabilitas Sedang

12 Genangan Tanpa Genangan

13 Pengelolahan Air Tidak Ada

14 Erosi Tidak Ada

15 Bahaya Erosi Tidak Ada

16 Padas Tidak Ada

17 Keadaan Permukaan Tidak Ada

18 Vegetasi dan

Penggunaan

Hutan

19 Vegetasi Dominan Pohon Jati

20 Sistem Penanaman Monokultur

21 Sumber Air Hujan

22 Sistem Irigasi Tadah Hujan

Page 18: Laporan Besar Dit Bag 3

18

4.1.2 Hasil Deskripsi Morfologi Tanah

Penampang Simbol dan

Kedalaman

Horizon

(genetik)

Deskripsi

A

10 YR 2/2

Lempung Liat Berdebu,

Gumpal Membulat,

ukuran struktur <5 mm,

tingkat struktur sangat

halus, konsistensi lembab :

sangat gembur, konsistensi

basah : lekat-agak plastis.

Batas : angsur-ombak

A2 10 YR 2/2

Lempung liat berdebu,

Gumpal menyudut, ukuran

struktur <5 mm, tingkat

sangat halus, konsistensi

lembab : gembur,

konsistensi basah : tidak

lekat-tidak plastis. Batas :

baur-rata.

B 7,5 YR 2,5/2

Lempung berliat, Gumpal

membulat, ukuran struktur

<5 mm, tingkat struktur

sangat halus, konsistensi

lembab : gembur,

konsistensi basah : lekat-

plastis. Batas : baur-rata.

Page 19: Laporan Besar Dit Bag 3

19

4.2 Hasil Pengamatan Sifat Fisik, Biologi dan Kimia Tanah (pada semua titik)

4.2.1 Pengukuran Tingkat Erosi dan Sifat Fisik Tanah

a. Data Erosi

Erosi Tingkat Deskripsi & Upaya Pengendalian

Sub Titik 1

tidak ada

erosi

pada sub titik 1 jalur satu tidak ada erosi yang

di temukan dikarenakan pada sub titik ini di

tanamani tanaman hutan yaitu tanaman jati,

jadi pada daerah ini terdapt banyak sersah

dimana sersah tersebut tidak di bersihkan oleh

pengolah setempat.

Sub Titik 3

erosi percik rendah

pada sub titik 3 di temukan erosi percik yang

tingkatannnya rendah karena pada sub titik ini

di tanamani tanaman semusim yaitu cabai

yang mana sersah yang menutup tempat ini

sedikit sehingga air langsung berkontak

langsung dengan tanah yang menyebabkan

erosi percik. pada lahan ini bisa dilakukan

pemulsaan atau juga penambahan bahan

organik untuk memperbaiki tekstur.

erosi alir sedang

pada sub titik 3 juga di temukan erosi alir

yang tingkatannya sedang, yang mana erosi

ini di sebabakan karena campur tangan

manusia untuk mengendalikan meminimalkan

kehilangan unsur hara pada tanah. Untuk

mencegah erosi yang tidak diinginkan karena

berlebihan, manajemen lahan perlu dilakukan.

Sub Titik 4

erosi percik rendah

pada sub titik 4 terdapat erosi percik yang

tingkatannya rendah. Pada sub titik ini di

tanami tanaman agroforesti yaitu tanaman

kopi yang mana tanaman kopi sersahnya tidak

banyak maka dari itu masih terdapat erosi

percik pada daerah tersebut. untuk

menanggulangi hal ini, bisa dilakukan dengan

cara merapatkan tutupan tajuk oleh tumbuhan

kanopi, sehingga bisa mengurangi gaya air

yang jatuh ke tanah.

erosi alir rendah

pada sub titik 4 juga terdapat erosi lir yang

tingkatannya sedang, erosi alir ini

dikarenakan pergerakan pertumbuhan akar

yang mendorong tanah sehingga

memperparah erosi. Kejadian ini bisa dicegah

dengan memperbaiki konsistensi dan struktur

tanah, agar pertumbuhan tanah lebih kondusif.

Page 20: Laporan Besar Dit Bag 3

20

b. Data Sifat Fisik Tanah

No Sifat fisik Pengamatan

Sub titik 4

Penggunaan lahan : Agroforestri

1 struktur gumpal membulat

2 tekstur Lempung berliat

3 konsistensi Basah:

Agak lengket

Agak plastis

Lembab : gembur

4 permeabilitas Sedang,baik

5 drainase Sedang,baik

6 Pemadatan tanah Tinggi

7 Bobot isi 4,26 g.cm-3

Sub titik 1

Penggunaan lahan : hutan

1 struktur gumpal bersudut

2 tekstur Lempung berliat

3 konsistensi Basah:

Agak lengket

Agak plastis

Lembab : gembur

4 permeabilitas Sedang,baik

Page 21: Laporan Besar Dit Bag 3

21

5 drainase Sedang,baik

6 Pemadatan tanah Tinggi

7 Bobot isi 3,41 g.cm-3

Sub titik 3

Penggunaan lahan : tanaman musiman

1 struktur gumpal membulat

2 tekstur Lempung berliat

3 konsistensi Basah:

Agak lengket

Agak plastis

Lembab : gembur

4 permeabilitas Sedang,cepat

5 drainase Sedang,baik

6 Pemadatan tanah Tinggi

7 Bobot isi 3,61 g.cm-3

Page 22: Laporan Besar Dit Bag 3

22

4.2.2 Pengukuran Biodiversitas

Sub titik 1

Jenis Penggunan Lahan : Hutan Produksi (Tutupan Lahan : Tanaman Jati)

Tabel Pengamatan

No Pengamatan Jumlah

Frame 1 Frame 2

1 Vegetasi :

Rumput Malela Banyak Banyak

Rumput Ketepeng Sedikit Sedikit

2 Seresah : Sedang Sedang

3 Makro Organisme :

Semut Sedikit Sedikit

Cacing Banyak Banyak

4 Kascing: Banyak Banyak

Sub Titik 3

Jenis Penggunaan lahan : Lahan Semusim (Tutupan Lahan : Tanaman Cabai)

Tabel Pengamatan

No Pengamatan Jumlah

Frame 1 Frame 2

1 Vegetasi :

Cabai Sedikit Sedikit

Krokot Sedikit Sedikit

Rumput Teki - Sedikit

Rumput Malela Sedikit -

2 Seresah : Sedikit Sedikit

3 Makro Organisme :

Semut Sedikit Sedikit

4 Kascing : - -

Page 23: Laporan Besar Dit Bag 3

23

Sub Titik 4

Jenis Penggunaan Lahan : Agroforestri (Tutupan Lahan: Tanaman Kopi)

Tabel Pengamatan

No Pengamatan Jumlah

Frame 1 Frame 2

1 Vegetasi :

Lamtoro Sedang Sedang

Rumput Ketepeng

Kecil

Sedang Sedikit

Rumput Bandotan Sedang Sedikit

2 Seresah : Sedikit Sedikit

3 Makro Organisme :

Semut merah Banyak Banyak

Cacing Banyak Banyak

Semut hitam Banyak Banyak

Kumbang Sedikit -

4 Kascing: Banyak Banyak

4.2.3 Pengukuran pH dan Defisiensi Hara

a. Pengukuran pH

No Sub Titik Penggunaan Lahan pH

1. Titik 1 Hutan (tanaman jati) 5,605

2. Titik 3 Semusim (tanaman cabai) 4,235

3. Titik 4 Agroforestri (tanaman kopi) 5,760

b. Tabel Hasil Pengamatan Unsur Hara

No Tanaman Gejala Kekurangan/

kelebihan unsur

Sub titik 1

1 Jati - -

Sub titik 3

1 Cabai 1. Daun menguning dari pangkal

daun

2. Daun menguning dari pinggir

1. Kekurangan

unsur N

2. Kekurangan

unsur K

Sub titik 4

1 Kopi - -

Page 24: Laporan Besar Dit Bag 3

24

4.3 Pembahasan

4.3.1 Perbandingan Sifat Fisik Tanah pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

Pada titik 4, lahan digunakan sebagai agroforesrti. Pada titik ini juga

merupakan gabungan antara tanaman tahunan dan budidaya. Tanaman utamanya

adalah tanaman kopi, dan naungannya adalah tanaman lamtoro. Keadaan tanah

pada titik 4, bertekstur lempung berliat, konsistensi dalam keadaan basah agak

lengket dan keplastisannya agak plastis. Dalam keadaan kering tanah ini memiliki

konsistensi gembur dan strukturnya adalah gumpal membulat. Permeabilitas pada

titik 4 berjalan sedang dan drainasenya baik. Hasil pengamatan Bobot Isi

pemadatan tanahnya tergolong tinggi.

Pada titik 1, lahan yang diamati adalah hutan jati. Pada lahan ini, banyak

terdapat seresah yang ada. Namun karakteristik tanahnya sendiri tidak jauh berbeda

dengan titik 4, bertekstur lempung berliat, konsistensi dalam keadaan basah agak

lengket dan keplastisannya agak plastis. Dalam keadaan kering tanah ini memiliki

konsistensi lepas dan strukturnya adalah gumpal bersudut. Permeabilitas pada titik

1 berjalan sedang dan drainasenya baik. Hasil pengamatan Bobot Isi pemadatan

tanahnya tergolong tinggi.

Pada titik 3, jenis lahan yang diamati adalah lahan untuk tanaman musiman.

Untuk tanaman budidayanya sendiri adalah tanaman cabai. Tekstur tanah pada

lahan ini lempung berliat,konsistensi pada keaaan lembab adalah sangat gembur.

Dalam keadaan basah kelekatannya sendiri adalah agak lengket dan keplastisannya

agak plastis. Untuk permeabilitas, pada titik 3 tergolong sedang dan drainase baik.

Hasil pengamatan Bobot Isi pemadatan tanahnya tergolong tinggi.

Ada hubungan antra sifat fisik dengan penggunaan lahan kaitanya dari

pengolahan tanah dan interaksi antara komponen yang terkait. Parameter yang

diamati dari kondisi tekstur, struktur, konsistensi, BI , permeabilitas dan drainase

tanah. Pada penggunaan lahan tegalan pengolahan tanh cenderung intensif sehingga

akan mempengaruhi kondisi sifat fisik tanah. Makin seringnya kegiatan olah tanah,

akan dapat menyebabkan kerusakan pada struktur tanah, sehingga mempengaruhi

berkurangnya jumlah mikroorganisme didalam tanah yang dapat membantu

kesuburan tanah itu sendiri. Pengolahan tanah intensif adalah sistem pengolahan

tanah yang melakukan penggarapan tanah secara maksimal, membalik-balikkan

tanah hingga kedalaman ± 20 cm, serta tanpa adanya pemanfaatan residu tanaman

dan gulma sebagai tutupan lahan yang melindungi tanah dari erosi dan tingginya

Page 25: Laporan Besar Dit Bag 3

25

aliran permukaan tanah. Pengolahan tanah ini ditujukan untuk mendapatkan kondisi

tanah (Soil Tilth) yang baik yang mendukung pertumbuhan akar, sehingga diperoleh

hasil produksi yang diinginkan. Namun tanpa disadari dalam jangka panjang

pengolahan tanah secara intensif akan menurunkan kualitas tanah. Seperti yang

dikatakan Bergeret (1977), pengelolaan lahan yang intensif serta budidaya

monokultur tanpa rotasi dan pendaur – ulangan bahanorganik telah terbukti

mengakibatkan kelesuan lahan, hilangnya bahan organik tanah, degradasi tanah,

dan penurunan produktivitas lahan. Peranan pengolahan tanah intensif dalam

pengawetan tanah adalah sedikit sekali, bahkan dapat merugikan. Dengan

pengolahan tanah, tanah menjadi gembur dan lebih baik meneruskan air masuk ke

dalam tanah, sehingga mengurangi aliran permukaan. Namun pengaruh ini hanya

sementara, karena tanah yang diolah menjadi gembur dan lebih mudah tererosi

(Arsyad, 2006; Hakim et al., 1986).

Akibat langsung yang terjadi dengan pengolahan tanah intensif, yaitu

terjadinya pemadatan pada tanah. Pemadatan tanah terlebih lagi jika menggunakan

alat-alat berat akan berpengaruh terhadap perkembangan akar dan menghambat

pergerakan air (Islami dan Utomo, 1995). Pengolahan tanah yang intensif

menyebabkan lahan menjadi terbuka, sehingga dengan seringnya tanah terbuka

terutama antara 2 musim tanam, maka lebih riskan terhadap dispersi agregat, erosi

dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah. Kepadatan tanah

juga mempengaruhi permeabilitas tanah, dengan padatnya tanah maka porositas

akan menjadi kecil dan kontinuitas pori menjadi terhambat, maka tidak ada ruang

yang dapat dilewati airsehingga air menjadi terhambat dan tidak dapat bergerak,

erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst and

Lynch, 1993)

Sedangkan penggunaan hutan produksi dan agroforesti tidak ada pengolahan

tanah yang intensif atau minim campur tangan manusia. Pengolohan pada lahan

agroforesti cenderung kearah konservasi sehingga kondisi yang diharapkan meniru

pada kondisi hutan. Pada penggunaan hutan produksi dan agroforesti banyak

biomassa yang di kembalikan ketanah terutama pada penggunaan hutan produksi.

Sehingga, bahan organik atau biomasa berperan sebagai perekat antara partikel

tanah, menciptakan struktur tanah (granulasi tanah) yang baik dan juga

meningkatkan porositas total tanah. Oleh karena itu, kepadatan tanah pada lahan

pengolah tanah konservasi menjadi rendah dan bobot isi tanah menjadi rendah

akibat ke tersediaan bahan organik tinggi. Seperti yang dikatakan Arsyad (2006),

Page 26: Laporan Besar Dit Bag 3

26

bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat mengakibatkan penurunan

bobot isi tanah, peningkatan ruang pori total, ruang pori drainase cepat, serta ruang

pori drainase lambat. Bobot isi merupakan petunjuk kepadatan tahah. Makin padat

suatu tanah makin tinggi bobot isinya. Tingkat dan cara mengolah tanah yang

dilakukan pada suatu lahan pun mempengaruhi nilai bobot isi tanah tersebut. Tanah

yang diolah pada lahan pengolahan tanah konservasi dilakukan seminimum

mungkin hanya pada area atau alur yang akan di tanami saja.

Sesuai dengan pernyataan Sarief (1989), bahwa permukaan tanah yang

ditutupi oleh sisa-sisa tanaman atau serasah sebagai penutup tanah dari bahan

organik biasanya akan memiliki laju infiltrasi lebih besar dari pada permukaan

tanah yang terbuka.

4.3.2 Perbandingan Sifat Kimia Tanah pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

Pengamatan dilapang menunjukkan ada beberapa perbedaan antara lahan

agroforestri, hutan produksi, dan lahan tegalan untuk ketersediaan unsur hara yang

tersedia pada setiap lahan tersebut. Pada lahan agroforestri dan hutan produksi

dapat diketahui bahwa kebutuhan unsur hara untuk tanaman di lahan tersebut

terpenuhi karena pada lahan tersebut tidak ditemukan gejala tanaman yang

kekurangan unsur hara karena pada lahan agroforestri tersebut ditanami pohon kopi

dan hutan produksi ditanami jati yang mempunyai sistem perakaran yang dalam

dan luas sehingga mampu menyerap kebutuhan unsur hara secara optimal selain itu

biomasa yang dikembalikan ke tanah cukup besar sebagai bahan organik tanah.

Pada lahan tegalan dapat diketahui bahwa kebutuhan unsur hara untuk

tanaman di lahan tersebut tidak terpenuhi, karena pada lahan tersebut ditemukan

gejala tanaman yang kekurangan unsur hara N dan K karena pada lahan tersebut

ditanami tumbuhan cabai yang mempunyai sistem perakaran yang tidak dalam dan

tidak luas sehingga penyerapan unsur hara tidak maksimal.

Hanafiah (2005) dalam Wasis (2012) juga menyebutkan bahwa hilangnya N

dari tanah juga disebabkan oleh penggunaan untuk metabolisme tanaman dan

mikrobia. Selain itu, N dalam bentuk nitrat sangat mudah tercuci oleh air hujan.

Menurut Mawardiana (2013), nitrogen merupakan salah satu unsur hara

essensial yang bersifat sangat mobil, baik di dalam tanah maupun didalam tanaman.

Selain itu, nitrogen bersifat sangat mudah larut dan mudah hilang ke atmosfer

maupun air pengairan. Kekurangan unsur nitrogen pada tanaman mengakibatkan

Page 27: Laporan Besar Dit Bag 3

27

pertumbuhan tanaman tidak optimal dan menurunkan produktifitasnya. Siklus N di

hutan alam yang tidak terganggu merupakan siklus tertutup. Siklus ini merupakan

siklus internal antara tanah, tumbuhan dan mikroorganisme.

Hal ini sesuai menurut Gerson (2008), kandungan C-organik pada hutan

primer dengan kedalaman ≤ 30 cm lebih tinggi dibandingkan dengan lahan

agroforestri dan perkebunan kopi. Sedangkan pada kedalaman 30-60 cm nilai C-

organik pada lahan agroforestri lebih tinggi dibandingkan dengan hutan primer dan

perkebunan kopi. Tingginya kandungan C-organik pada hutan primer dan lahan

agroforestri dengan kedalaman ≤ 30 cm dan 30-60 cm diduga disebabkan oleh

keragaman vegetasi penyusun hutan primer dan lahan agroforestri, yaitu merupakan

penyusun utama bahan organik yang dapat dihasilkan dari sisa tanaman atau

biomassa yg di kembalikan ke tanah. Kandungan C-organik yang rendah

merupakan indikator rendahnya jumlah bahan organik tanah yang tersedia dalam

tanah . Hal ini di sebabkan karena lapisan tanah bagian atas merupakan tempat

akumulasi bahan-bahan organik. Jatuhnya dedaunan, ranting dan batang dari

vegetasi di atasnya sebagai sumber bahan organik utama.

Menurut Ferry (2013) pemupukan N,P, dan K mempengaruhi diameter

batang, jumlah cabang primer, dan jumlah ruas atau cabang pada tanaman kopi.

Menurut Marjenah dan Hamdani (2008) pertumbuhan tanaman jati lebih pesat dan

lebih baik tanpa pemupukan dan naungan. Sedangkan menurut Joko (2003)

pemupukan NPK pada tanaman cabai sangat diperlukan, karena pertumbuhan dan

perkembangan tanaman cabai lebih baik dengan pemupukan dari pada yang tanpa

pemupukan.

Kandungan bahan organik juga dapat mempengaruhi ketersediaan unsur hara

dan kesuburan pada tanah. Pada lahan agroforestri dengan tanaman kopi dan hutan

produksi dengan tanaman jati sebagai tanaman budidayanya, memiliki seresah

banyak sehingga kandungan bahan organiknya banyak.

Hal tersebut didukung oleh Tisdale dan Nelson (1974) yang menyatakan

bahwa Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas

dengan proses mineralisasi yang merupakan tahap akhir dari proses perombakan

bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara

tanaman dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah

tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan K merupakan hara yang relatif lebih

banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman.

Page 28: Laporan Besar Dit Bag 3

28

Sedangkan pH tanah yang ada pada ketiga lahan tersebut termasuk tanah yang

memiliki pH asam. Pada lahan agroforestry memiliki pH tanah sebesar 5,760, hutan

produksi memiliki pH tanah sebesar 5,605, dan lahan tegalan memiliki pH sebesar

4,235. Dari hasil yang didapat diketahui bahwa pH tanah yang paling asam adalah

lahan tegalan. pH juga berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan pertumbuhan

tanaman. Pada lahan tegalan menunjukkan adanya gejala tanaman yang kekurangan

unsur hara N, P, dan K yang merupakan unsur hara makro. Hal ini dikarenakan

lahan tegalan memliki pH tanah yang paling asam, dimana semakin asam suatu

tanah maka unsur hara mikro lebih banyak tersedia dibandingkan dengan unsur hara

makro. Padahal tumbuhan lebih membutuhkan unsur hara makro yang cukup untuk

menunjang pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan

Nugroho (2009) bahwa reaksi tanah (nilai pH) dapat berpengaruh terhadap

penyediaan unsur hara bagi tanaman. Dan diperkuat dengan pernyataan

Kartasapoetra et al. (1987), dalam Susilawati (2008), bahwa pH tanah yang rendah

akan menyebabkan ketersediaan hara menurun dan perombakan bahan organik

terhambat.

4.3.3 Penggunaan Sifat Biologi Tanah pada Masing-Masing Penggunaan Lahan

Pada titik pertama dengan penggunaan lahan sebagai hutan, selain ada

tanaman jati sebagai tanaman utama, ditemukan juga vegetasi malela dan ketepeng.

Pada titik ini, terdapat seresah dengan jumlah cukup banyak. Sedangkan untuk

makroorganisme tanah yang ditemukan berupa cacing dalam jumlah banyak dan

semut dalam jumlah sedikit. Untuk jumlah kascing termasuk dalam kategori

banyak, karena jumlah cacing yang banyak.

Pada titik ketiga dengan penggunaan lahan sebagai lahan semusim atau

tegalan, ditemukan tanaman cabai sebagai tanaman utamanya. Selain itu juga

terdapat tanaman-tanaman lain seperti krokot, rumput teki dan rumput malela yang

masing-masing berjumlah sedikit. Pada titik ini, terdapat seresah dengan jumlah

sedikit. Sedangkan untuk makroorganisme tanahnya hanya ditemukan semut

dengan jumlah sedikit. Pada lahan ini, tidak terdapat kascing karena tidak

ditemukan cacing.

Pada titik keempat dengan penggunaan lahan sebagai agroforestri, terdapat

tanaman kopi sebagai tanaman utamanya dan lamtoro sebagai tanaman naungan.

Vegetasi lain yang terdapat pada lahan tersebut antara lain lamtoro kecil, rumput

ketepeng kecil dan rumput bandotan dengan jumlah rata-rata sedang. Pada titik ini,

Page 29: Laporan Besar Dit Bag 3

29

terdapat seresah dengan jumlah sedikit. Sedangkan untuk makroorganisme

tanahnya ditemukan semut merah, semut hitam, cacing dan kumbang dengan

jumlah yang paling banyak adalah cacing. Pada lahan ini, terdapat banyak kascing

karena jumlah cacing yang terdapat pada lahan ini banyak.

Perbedaan jumlah spesies fauna tanah pada berbagai kondisi lahan

disebabkan oleh adanya keragaman jenis dan keadaan tumbuhan penutup

(Purwowidodo & Wulandari, 1998 dalam Latifah 2002). Penggunaan lahan sebagai

hutan dan agroforestri merupakan penggunaan tanpa olah tanah. Sehingga seresah

yang jatuh ke tanah terdekomposisi secara alami. Seresah adalah sumber C-organik

yang merupakan sumber energy bagi mikrobia heterotrof, semakin tinggi C-organik

maka mikrobia heterotrof semakin banyak dengan meningkatnya kandungan

karbon akan diikuti oleh populasi mikrobia tanah (Erlita Cendrasari, 2008).

Sehingga jumlah makroorganismenya juga banyak yang ditemukan. Sedangkan

pada lahan semusim tidak ditemukan banyak makroorganisme karena pada lahan

semusim pengolahan tanahnya dilakukan secara intensif. Pantone et al. (2001)

menyatakan bahwa organisme dalam tanah yang tidak diolah atau diolah minimum

lebih tinggi populasinya dibanding tanah pertanian yang diolah intensif. Sehingga

tanah pada lahan semusim lebih sedikit makroorganismenya dibanding dengan

hutan produksi dan agroforestri. Selain itu dari kondisi sifat biologi tanah juga dapat

memengaruhi kondisi sifat fisik dan kimia tanah.

Bahan organik tanah merupakan indikator dari kualitas tanah, karena

merupakan sumber dari unsur hara esensial dan memegang peranan penting untuk

kestabilan agregat, kapasitas memegang air dan strutur tanah (Handayani, 1991 cit

Handayani, 2001: hal 2). Oleh karena itu bahan organik tanah erat kaitannya dengan

kondisi tanah baik secara fisik, kimia dan biologis yang selanjutnya turut

menentukan produktivitas suatu lahan (Warder et al, 1994 cit Handayani, 2001 hal

3). Dari sifat biologi tanah, bahan organik tanah mampu mengikat butir-butir

partikel membentuk agregat dari benang hyphae terutama dari jamur mycorrhiza

dan hasil eskresi tumbuhan dan hewan lannya (Soegiman, 1982; Addiscott, 2000

cit Suriadi dan Nazam, 2005: 21)

Page 30: Laporan Besar Dit Bag 3

30

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil fieldtrip di desa Kalisongo dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan

antara sifat fisik, kimia, dan biologi tanah terhadap penggunaan lahan yang telah diamati.

Titik 1 penggunaan hutan produksi bertekstur lempung berliat karena terdapat banyak

seresah, cacing dan kascing yang dapat membantu memperbanyak bahan organik. Dan

tanah tersebut juga menyediakan banyak unsur hara, maka pohon jati tidak kekurangan

unsur hara N, P, dan K.

Pada titik 3 penggunaan lahan tegalan tanaman cabai bertekstur lempung berliat,

namun di titik ini terdapat sedikit seresah, cacing, dan kascing. Penyebab tekstur lempung

berliat karena sering terjadi pengolahan, untuk ketersediaan unsur haranya sangat kurang

karena ditemukan adanya tanaman yang kekurangan unsur hara terlihat dari daun.

Pada titik 4 penggunaan lahan agroforestry bertekstur lempung berliat karena

terdapat sedikit seresah, namun cacing dan kascing cukup banyak. Oleh sebab itu, di titik

ini terdapat bahan organik yang banyak dan tanahnya tersedia unsur hara bagi tanaman,

maka tanaman tidak ada yang kekurangan unsur hara.

Dari ke tiga titik antara penggunaan hutan produksi, agroforestri, dan musiman.

Penggunaaan lahan yang memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi yang paling baik dalam

mendukung kesuburan tanah adalah penggunaan hutan produksi.

5.2 SARAN

Pelaksanaan fieldtrip sudah cukup baik tapi hanya saja kurangnya efisiensi waktu,

seharusnya pengaturan waktu lebih baik lagi dan perlu diperhatikan lagi waktu

pengerjaan laporan terlalu singkat .

Page 31: Laporan Besar Dit Bag 3

31

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.

Bergeret, A. 1977. Ecologically Viabble System of Production. Ecodevelopment New. 3

October 1977: 3-26.

Cendrasari, Erlita. 2008. Efektivitas Berbagai Kualitas Seresah Dari Tithonia diversifolia,

Tephrpsia candida, dan Kaempferia galangal Terhadap Pengambatan Potensial

Nitrifikasi dan Populasi Bakteri Nitrifikasi di Alfisols, Jumantono [Skripsi] Jurusan Ilmu

Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tidak diterbitkan.

Departemen Kehutanan danPerkebunan Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan

Sosial, 1999.

Djaenuddin, Marwan H., H. Subagyo., Mulyani, Anny., Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian

Lahan Untuk Komoditas Pertanian Versi 4. Jakarta: Pusat Penelitian Tanah dan

Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Ferry, Yulius Dan Rusli. 2013. Pengaruh Dosis Mikoriza Dan Pemupukan NPK Terhadap

Pertumbuhan Dan Reproduksi Kopi Robusta Di Bawah Tegakan Kelapa Produkitf.

Sukabumi Jawa Barat.

Hakim, et al.1986.Dasar-dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung Press. Lampung.

Handayani, I.P. 2001. Fraksional Pool Bahan Organik Tanah Labil Pada Lahan Hutan dan Lahan

Pasca Deforestasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 3 No 2. 2001 Hal 75-83.

Handayani, I.P. 2001. Fraksional Pool Bahan Organik Tanah Labil Pada Lahan Hutan dan

Lahan Pasca Deforestasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 3 No 2.

Islami, T. dan Wana Hadi Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang

Press. Semarang.

Latifah U. 2002. Keanekaragaman Mesofauna TanahPada Berbagai Tipe Penutupan Lahan di

Curug Cilember, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor [skripsi] Jurusan Manajemen

Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Marjenah dan Panduwinata, Hamdani . 2008. Pengaruh Pemupukan Dan Naungan Terhadap

Perubahan Warna Daun Dan Kandungan Klorofil Pada Semai Jati. Fakultas Kehutanan

Universitas Mulawarman . Kalimantan

Page 32: Laporan Besar Dit Bag 3

32

Pankhurst, C.E. and J.M. Lynch. 1993. The role of soil biota in sustainable agriculture. Pp 3-

9. InC.E. Pankhurst, B.M. Daube, V.V.S.R. Gupta, and P.R. Grace (Eds.) Soil Biota:

Management in Sustainable Farming Systems. CSIRO Press, Melbourne, Australia.

Pantone at al. 2001. Guide to Communication With Color. United States of America : Grafix

Press

Purnomo, Joko .2003. Pemupukan Berimbang Pada Tanaman Cabai Pada Tanah Typic

Hapludands. Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitan Tanah Bogor. Bogor.

Sarief, E.S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Soegiman.1982. Ilmu Tanah. Bogor: IPB

Sudiono, S. 2006. Pengaruh Fungisida dan Waktu Aplikasi Terhadap Penyakit Antraknosa

Buah Cabai. LAPTUNILAPP.

Suriadi, Ahmad dan Nazam M. 2005. Penilaian Kualitas Tanah Berdasar Kandungan Bahan

Oganik Di Kabupaten Bima www.ntb.litbang.deptan.go.id

Tohari et al. 2008. Layanan Lingkungan Pohon Pelindung pada Sumbangan Hara dan

Produktivitas Agroekosistem Kopi. Pelita Perkebunan. Yogyakarta.

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Wasis, Basuki, Fathi, Nuri. 2011. Pengaruh Pupuk NPK Terhadap Pertumbuhan Semai

Gmelina (Gmelina arborea Roxb.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Emas (Tailing).

Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 01 April 2011, Hal. 14 – 18. Departemen Silvikultur,

Fakultas Kehutanan, IPB

Mawardiana. 2013. Pengaruh Residu Biochar dan Pemupukan NPK terhadap Sifat Kimia

Tanah dan Pertumbuhan serta Hasil Tanaman Padi Musim Tanam Ketiga. Jurnal

Konservasi Sumber Daya Lahan 1 (1): 16 - 23.

Kartasapoetra et al. 1987. Kerusakan Tanah Pertanian dan Usaha untuk Merahabilitisnya.

Jakarta: Bina Aksara

Susilowati, Endang. 2008. Sains Kimia Prinsip dan Terapannya 2B. Solo: Tiga Serangkai.

Nugroho, Yusanto. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lokasi

Rencana Hutan Tanaman Industri P.T Prima Multibuwana. Hutan Tropis Borneo. 10(27)

: 222-229.

Page 33: Laporan Besar Dit Bag 3

33

Konsistensi

Basah: Agak

lekat

Konsistensi

Basah: Agak

Plastis

Konsistensi:

Lembab

Pengambilan

Sampel: Tanah

BI & BJ

Tekstur Tanah

Ring Sampel Kamera HP Alat Tulis

Pisau Lapang

Balok Penekan

LAMPIRAN

Sub Titik 1 : Hutan (Tutupan Lahan: Tanaman Jati)

1. Aspek Fisika Tanah

a. Sifat-sifat Fisik Tanah

Alat & Bahan:

Hasil Pengamatan:

b. Jenis Erosi : Pada Hutan produksi Tidak terdapat Erosi

Page 34: Laporan Besar Dit Bag 3

34

Pengukuran

Seresah

Gulma

Frame 50 cm x

50 cm

Sekop kecil Alat Tulis Kamera HP

Cacing Kascing

Alat Tulis Kamera HP

T

i

d

a

k

a

d

a

T

a

n

a

m

a

n

2. Aspek Biologi

a. Pengukuran Biodiversitas

Alat:

Hasil Pengamatan :

3. Aspek Kimia

a. Unsur Hara

Alat:

Hasil Pengamatan :

Tidak ada tanaman jati yang

kekurangan unsur hara

Page 35: Laporan Besar Dit Bag 3

35

Menentukan

struktur tanah

tiap horizon

Menentukan

warna tanah

tiap horizon

Membedakan

tiap horizon

Menentukan

tekstur tanah

tiap horizon

Pengukuran

panjang

horizon

Penentuan

horizon

Alat Tulis Pisau Lapang

Buku

Munsell Soil

Chart

Sabuk Profil Meteran Kamera HP

Sub Titik 2 : Pedologi

a. Deskripsi Tanah

Alat dan Bahan:

Hasil Pengamatan :

Page 36: Laporan Besar Dit Bag 3

36

Erosi percik

Penentuan

tekstur

Alat Tulis Kamera HP

b. Deskripsi Lokasi

:

Sub Titik 3 : Semusim (Tutupan Lahan: Tanaman Cabai)

1. Aspek Fisika Tanah

a. Sifat-sifat Fisik Tanah

Alat:

Hasil Pengamatan :

b. Jenis Erosi

Page 37: Laporan Besar Dit Bag 3

37

Kekukarang

unsur N

Kekurangang

unsur K

Rumput teki Krokot Meniran Cabai

Frame 50 cm x

50 cm

Sekop kecil Alat Tulis Kamera HP

Alat Tulis Kamera HP

2. Aspek Biologi

Pengukuran Biodiversitas

Alat:

Hasil Pengamatan :

3. Aspek Kimia

a. Unsur Hara

Alat:

Hasil Pengamatan :

Page 38: Laporan Besar Dit Bag 3

38

Konsistensi basah:

agak lengket

Konsistensi basah:

plastis

Penentuan tekstur

Alat Tulis Kamera HP

Frame 50 cm x

50 cm

Sekop kecil Alat Tulis Kamera HP

Sub Titik 4 : Semusim (Tutupan Lahan: Tanaman Cabai)

1. Aspek Fisika Tanah

a. Sifat-sifat Fisik Tanah

Alat:

Hasil Pengamatan :

b. Jenis Erosi

Erosi Percik

2. Aspek Biologi

Pengukuran Biodiversitas

Alat:

Page 39: Laporan Besar Dit Bag 3

39

Kascing Cacing Kumbang

Rumput Ketepeng Lamtoro Bandotan

Alat Tulis Kamera HP

Hasil Pengamatan:

3. Aspek Kimia

Unsur Hara

Alat:

Hasil Pengamatan : Tidak ada tanaman yang kekurangan unsur hara